PRAKTIKUM 1
Pengukuran Dengan Mistar Baja
Tujuan :
1) Alat tulis
2) Kertas
3) Logam balok
4) Mistar baja
√∑
x x−x̄ ¿ x−x̄ ∨¿ n n 2 n
( x− x̄ )2
∑ ¿ x− x̄ ∨ n¿ ¿ ( x − x̄ ) ∑ n−1
i=1 i=1 n−1 i=1
* x̄=4 , 66
√∑
x x−x̄ ¿ x−x̄ ∨¿ n n 2 n
( x− x̄ )2
∑ ¿ x− x̄ ∨ n¿ ¿ ( x − x̄ ) ∑ n−1
i=1 i=1 n−1 i=1
* x̄=2 , 57
√∑
x x−x̄ ¿ x−x̄ ∨¿ n n 2 n
( x− x̄ )2
∑ ¿ x− x̄ ∨ n¿ ¿ ( x − x̄ ) ∑ n−1
i=1 i=1 n−1 i=1
* x̄=2 , 53
√∑
x x−x̄ ¿ x−x̄ ∨¿ n n 2 n
( x− x̄ )2
∑ ¿ x− x̄ ∨ n¿ ¿ ( x − x̄ ) ∑ n−1
i=1 i=1 n−1 i=1
* x̄=1,80850
√∑
x x−x̄ ¿ x−x̄ ∨¿ n n 2 n
( x− x̄ )2
∑ ¿ x− x̄ ∨ n¿ ¿ ( x − x̄ ) ∑ n−1
i=1 i=1 n−1 i=1
* x̄=0,87930
INSTRUMENTASI & PENGUKURAN 2
PRAKTIKUM 1 PENGUKURAN DENGAN MISTAR BAJA
4
√∑
x x−x̄ ¿ x−x̄ ∨¿ n n 2 n
( x− x̄ )2
∑ ¿ x− x̄ ∨ n¿ ¿ ( x − x̄ ) ∑ n−1
i=1 i=1 n−1 i=1
* x̄=0,91900
1.4 Analisa
Suatu alat ukur dikatakan tepat jika memiliki akurasi yang baik, yakni hasil ukur
menunjukkan ketidakpastian yang kecil dan hasil ukur dekat dengan nilai sebenarnya.
Sedangkan suatu alat ukur dikatakan presisi jika untuk pengukuran besaran fisis tertentu yang
diulang maka alat ukur tersebut mampu menghasilkan hasil ukur yang sama seperti
sebelumnya dan kepresisian eksperimen diukur dari seberapa baik hasil yang ditetapkan, tanpa
referensi yang sesuai dengan nilai sebenarnya.
Dalam pengukuran logam balok menggunakan mistar baja tentu perlu diperhatikan satuan
yang digunakan dalam pengukurannya. Satuan yang biasa terdapat pada mistar baja yakni
satuan cm, mm, dan inch. Pada praktikum kali ini menggunakan satuan cm dan inch. Skala
terkecil dari satuan mm, yakni 1 mm, sedangkan skala terkecil dari satuan cm, yakni 0,1 cm.
Data pengukuran menggunakan mistar baja dihasilkan dengan mengukur satuan-satuan, yakni
panjang, lebar, dan tinggi dari logam balok itu sendiri. Satuan tersebut memiliki nilai rata-rata
yang dihasilkan dari 3 percobaan pada logam balok. Nilai rata-rata tersebut sebagai acuan
standar ukuran dari beragam besar nilai yang didapat dalam beberapa kali percobaan. Terdapat
pula perhitungan deviasi rata-rata (DR), deviasi Standar (DS), dan varians (s2) Adapun cara
untuk mendapatkan nilai rata-rata, yakni:
INSTRUMENTASI & PENGUKURAN 2
PRAKTIKUM 1 PENGUKURAN DENGAN MISTAR BAJA
5
x̄=
∑x
n
Keterangan:
o x̄ = rata-rata
o x = data percobaan
o n = banyak data percobaan
Deviasi rata-rata (Mean Deviasi) memberi kita gambaran mengenai seberapa banyak data
yang tersebar dari salah satu pengukuran rata-rata (mean, median, modus). Mean deviasi
bergantung pada perbedaan antara data dan pengukuran rata-rata. Deviasi rata-rata dapat
dirumuskan sebagai berikut:
n
DR=∑ ¿ x− x̄ ∨ ¿ ¿
i=1 n
Deviasi standar (Standard Deviation) merupakan ukuran penyebaran yang paling banyak
digunakan. Semua gugus data dipertimbangkan sehingga lebih stabil dibandingkan dengan
ukuran lainnya. Deviasi standar didapat dari total jumlah beragam data yang dikurangi oleh
rata-rata percobaan berulang kali dikuadratka lalu dibagi oleh banyak data percobaan dikurangi
satu dan terakhir diakarkan, sehingga dapat ditulis:
√
n 2
( x− x̄ )
DS= ∑ n−1
i=1
Varians ¿s2) adalah suatu ukuran seberapa jauh sebuah kumpulan bilangan tersebar. Jika
varians yang dihitung menghasilkan nilai nol, maka mengindikasikan bahwa semua nilai sama.
Mencari nilai varians bermaksud agar lebih terlihat jelas apakah suatu data yang apabila terus
menerus dikuadratkan akan menghasilkan yang selalu naik ataukah sebaliknya. Dari penjelasan
tersebut dapat dirumuskan:
n
( x− x̄ )2
s =∑
2
i =1 n−1
Data-data pengukuran diperoleh dari perhitungan mengukur panjang, lebar, dan tinggi
menggunakan mistar baja dari logam balok. Semestinya data-data yang diperoleh dari hasil
mengukur panjang, lebar, dan tinggi memiliki nilai yang konstan disetiap percobaan
pengukurannya. Karena secara umum bentuk logam balok memiliki panjang dan lebar yang
sama di setiap sisi balok.
INSTRUMENTASI & PENGUKURAN 2
PRAKTIKUM 1 PENGUKURAN DENGAN MISTAR BAJA
6
Pengukuran secara ideal diperoleh hasil yang terkadang konstan dan terkadang tidak
konstan disetiap percobaan pengukuran panjang, lebar, dan tinggi mengenakan mistar baja
pada logam balok tersebut. Hal ini bergantung pada kondisi fisik permukaan balok yang halus
atau kasar dan apakah sudah terkikis sedikit demi sedikit atau tidak.
Data-data simulasi yang dihasilkan dari pengukuran ideal jika dibandingkan dengan teori
perhitungan, maka hasilnya sudah cukup sesuai dengan yang diharapkan seperti layaknya
menghitung DR,DS, dan s2.
Secara teori, pengukuran logam balok dengan mistar baja yang dilakukan dengan
beberapakali percobaan akan menghasilkan data yang presisi karena semestinya balok memiliki
panjang dan lebar yang sama disetiap sisinya. Namun, disaat praktek logam balok yang
digunakan tidak merata dan kasar, sehingga data pengukuran yang diperoleh dapat dikatakan
akurat, tetapi kurang dalam kepresisiannya.
1.5 Kesimpulan