Bab 1 - ProPosal Najwa Kamiliya2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

PENCEGAHAN KOMPLIKASI HIPERTENSI PADA LANSIA


DI PUSKESMAS PURWASARI KARAWANG

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas


Ilmu Kesehatan Universitas `Aisyiyah Bandung

Disusun oleh :

NAJWA KAMILIYA
KHAIRUNNISA

302020005

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS `AISYIYAH

BANDUNG

2024
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan


kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanaan darah pada
dinding pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan
jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh
tubuh melalui pembuluh darah. Penyakit hipertensi dapat
menyebabkan penyakit degeneratif, hingga kematian, oleh sebab itu
hipertensi dijuluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam
dapat menyerang siapa saja serta tidak memiliki tanda yang spesifik.

Hipertensi merupakan salah satu faktor utamanya


menyebabkan penyakit kardiovaskular yaitu masalah kesehatan yang
serius di negara maju dan negara berkembang Pasien hipertensi
mempunyai risiko tinggi terkena komplikasi kardiovaskular seperti
komplikasi stroke non-hemoragik (NHS), penyakit arteri koroner
(CHD), kombinasi NHS dan CAD, dan komplikasi angina pektoris.
Stroke dan serangan jantung adalah jenisnya komplikasi
kardiovaskular pada hipertensi pasien yang merupakan penyebab
utama kematian di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di
2021 melaporkan bahwa penyakit kardiovaskular (CVD) merupakan
salah satu penyebab utama kematian di dunia.

Beberapa komplikasi yang timbul akibat hipertensi yang tidak


tertangani dengan baik diantaranya transient ischemic attack, infark
miokard, diabetes melitus, chronic kidney disease dan kebutaan.
Penyebab kematian tertinggi disebabkan oleh penyakit Stroke (51%)
dan Infark miokard (45%) (Kemenkes, 2017). Angka kejadian stroke
setiap tahunnya mengalami peningkatan (Permatasari, 2020).
Pengetahuan merupakan ranah perilaku yang berkaitan dengan
pencegahanbkomplikasi pada pasien hipertensi Pengetahuan pasien
tentang hipertensi adalah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
pendidikan tingkat, lama menderita hipertensi, dan sumber informasi
yang diperoleh. Informasi tentang hipertensi juga didapat dari
berbagai macam sumber, baik dari tenaga kesehatan, media cetak, dan
media elektronik.

Pengetahuan mempengaruhi pasien hipertensi dalam


manajemen hipertensi. Tingkat pengetahuan hipertensi pada
seseorang sangat penting dalam mempengaruhi pola hidup sehat. Pola
hidup sehat dapat menurunkan resiko terjadinya hipertensi. Salah satu
upaya untuk menurunkan, menghindari atau mencegah angka
kesakitan dan angka kematian akibat hipertensi yaitu dengan cara
mengenali hipertensi khususnya faktor-faktor resiko yang dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi . Untuk Indonesia kesadaran dan
pengetahuan tentang penyakit hipertensi masih sangat rendah, hal ini
terbukti pada masyarakat lebih memilih makanan siap saji yang
umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula, dan mengandung
banyak garam. Pola makan yang kurang sehat ini merupakan pemicu
penyakit hipertensi. Pengontrolan tekanan darah dan pencegahan
komplikasi hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
masih pengetahuan pasien tentang hipertensi dan pola makan pasien .
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis di mana
tekanan darah dalam arteri seseorang berada di atas batas normal.
Menurut data WHO tahun 2022, prevalensi hipertensi di dunia
mencapai angka yang mengkhawatirkan. Menurut penelitian tersebut,
lebih dari 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Hal
ini menunjukkan bahwa hipertensi merupakan masalah kesehatan
global yang perlu mendapatkan perhatian serius. Kondisi ini tidak
bisa dianggap remeh, karena hipertensi dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan
komplikasi lainnya. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk
lebih memahami aspek-aspek penting tentang hipertensi dan
bagaimana mencegahnya. Salah satu faktor risiko hipertensi adalah
gaya hidup yang tidak sehat. Faktor-faktor ini meliputi konsumsi
makanan tinggi garam, kelebihan berat badan atau obesitas, konsumsi
alkohol berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, serta stres. Selain itu,
ada juga faktor genetik dan keturunan yang dapat mempengaruhi
risiko hipertensi seseorang. Prevalensi hipertensi yang tinggi di dunia
menimbulkan kekhawatiran bagi para ahli kesehatan dan organisasi
internasional seperti WHO. WHO berperan penting dalam
mengumpulkan data dan informasi terkait prevalensi hipertensi di
berbagai negara.

Menurut WHO pada tahun 2019 diperkirakan 22% penduduk


dunia menderita hipertensi, dari sejumlah penderita tersebut, hanya
seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan
darah yang dimiliki. Prevalensi hipertensi tertinggi sebanyak 27%
pada daerah Afrika, prevalensi paling rendah yaitu 15 % ditemukan
pada wilayah Amerika. Asia tenggara dengan prevalensi kejadian
hipertensi 25% terhadap total penduduk berada pada urutan ketiga.
World Health Organization (WHO) memperkirakan 1 dari 5 wanita
menderita hipertensi dan 1 dari 4 laki-laki diseluruh dunia menderita
hipertensi.

Data WHO pada tahun 2019 menunjukkan bahwa tingkat


prevalensi hipertensi di negara-negara berkembang lebih tinggi
dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal ini dapat disebabkan
oleh sejumlah faktor, seperti akses terbatas terhadap layanan
kesehatan, kurangnya edukasi, dan kesulitan dalam mengubah gaya
hidup yang tidak sehat. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama
WHO adalah mendukung negara-negara dalam mengatasi masalah
hipertensi dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Seiring
dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya mencegah dan
mengatasi hipertensi, ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk
mengurangi prevalensi hipertensi di dunia. Edukasi publik tentang
pola makan sehat, olahraga teratur, dan pengelolaan stres diperlukan
agar masyarakat dapat mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat.
Selain itu, peran pemerintah dan organisasi kesehatan dalam
menyediakan akses yang mudah dan terjangkau terhadap layanan
kesehatan juga sangat penting. Bahaya hipertensi juga dapat memicu
hubungan komplikasi , berikut komplikasi akibat hipertensi , Stroke
Penyakit jantung Gagal ginjal, Masalah mata Aneurisma Sindrom
metabolik Demensia Gangguan seksual.

Data Nasional menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi


berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar
34,1%, penderita hipertensi tertinggi berada di Kalimantan Selatan
(44,1%), dan penderita hipertensi terendah berada di Papua (22,2%).
Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620
orang, kematian yang terjadi karena hipertensi sebanyak 427.218
orang (Kemenkes, 2019). Khusus di Sulawesi Selatan persentase
pelayanan pemeriksaan hipertensi di tahun 2019 sebanyak 25,06%,
dengan pelayanan tertinggi di Kabupaten Bantaeng 100% dan
Kabupaten Pinrang 87,67%. Jumlah estimasi penderita hipertensi di
atas 15 tahun di Sulawesi Selatan berkisar 1.520.659 penderita
dengan pelayanan sebanyak 381.133 orang (Kemenkes, 2019)

Puskesmas Bua di Kabupaten Luwu merupakan salah satu


puskesmas yang jumlah penderita hipertensinya cukup tinggi yakni
1255 penderita pada tahun 2020 yang merupakan penyakit tertinggi
yang diderita pasien. Setelah melakukan wawancara dengan petugas
kesehatan, mengatakan bahwa pasien yang menderita penyakit
hipertensi telah mengalami komplikasi dan rata-rata komplikasi yang
dirasakan pada penderita hipertensi yaitu stroke. Sebanyak 235
penderita hipertensi mengalami penyakit stroke tahun 2020.

Pencegahan komplikasi hipertensi dapat dilakukan dengan


meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan yang kurang akan
mempengaruhi penderita hipertensi agar dapat menangani
kekambuhan atau melakukan pencegahan agar komplikasi tidak
terjadi (Wahyuni & Susilowati, 2018). Meskipun demikian hipertensi
di beberapa negara tergolong tinggi. Prevalensi hipertensi tertinggi di
wilayah Afrika dengan prevalensi tertinggi (27%) dan di Negara
Swiss memiliki prevalensi hipertensi terendah (18%) (WHO, 2021).

Pencegahan dan pengendalian Hipertensi harus dilakukan


untuk mencegah terjadinya komplikasi berbagai penyakit, WHO
memprediksi sekitar 1/5 dari 22% total penduduk dunia yang
menderita Hipertensi yang melaksanakan upaya untuk mengendalikan
tekanan darahnya dan sisanya tidak menyadari menderita Hipertensi
sehingga tidak melakukan pengobatan. 15 Hipertensi membutuhkan
pengobatan jangka panjang dan teratur yang dapat dilakukan dengan
PATUH (Pemeriksaan kesehatan rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi
penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan
gizi seimbang, Upayakan aktivitas fisik dengan aman, Menghindari
asap rokok, alkohol dan zat karsidogenik lainnya) dengan tujuan
dapat mengontrol tekanan darah dan mencegah terjadinya komplikasi
penyakit Hipertensi.

Berikut data dari Dinas Kesehatan Karawang Khususnya


Puskesmas Purwasari Pasien Penderita Hipertensi tahun 2020-2023:

TAHUN PUSKESMAS SASARAN TARGET TOTAL


KASUS PASIEN
2020 Purwasari 14973 Orang 4321 Orang
2021 Purwasari 16493 Orang 7149 Orang
2022 Purwasari 16493 Orang 791 Orang
2023 Purwasari 4098 Orang 3586 Orang
TABEL 1.1 DATA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PURWASARI

Dari data di atas menjelaskan pasien penderita hipertensi


tahun 2020 di puskesmas purwasari dengan sasaran target 14973 total
kasus 4321, di tahun 2021 nya dengan sasaran target 16493
meningkat menjadi 7149 , ditahun 2022 dengan sasaran target 16493
mengalami penurunan yaitu 791 kasus , dan tahun terakhir yaitu 2023
dengan sasaran target 4098 meningkat lagi menjadi 3586. Fenomena
di tahun terakhir mengalami penurunan dari 2020 dan 2021 namun
meningkat dari tahun 2022 cukup signifikan , di perkirakan kenaikan
kasus , di pengaruhi oleh kurangnya tingkat pengetahuan dan
pencegahan hipertensi pada pasien itu sendiri. Dari fenomena di atas
di wilayah jawa barat khusus nya Puskesmas Purwasari Karawang,
pasien penderita hipertensi ada peningkatan dan ada penurunan juga
namun peningkatan cukup signifikan .

Tingkat pengetahuan pada pasien untuk komplikasi hipertensi,


sangatlah penting, maka penulis tertarik menarik judul,

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pencegahan Komplikasi


Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Purwasari Karawang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka


rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan
Tingkat Pengetahuan dengan Pencegahan Komplikasi Terhadap
Pasien Hipertensi Pada Lansia ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan


Pencegahan Komplikasi Terhadap Pasien Hipertensi Pada Lansia di
Puskesmas Purwasari Karawang

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teroitis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan teoritik bagi


ilmu kesehatan dan memperkaya ilmu keperawatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pasien dan Keluarga Diharapkan penelitian ini dapat


menambah pengetahuan cara pencegahan terjadinya Komplikasi.

b. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat


digunakan untuk menambah informasi bagi mahasiswa atau dosen
agar dapat dikembangkan pada institusi pendidikan.
c. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai data tentang pengetahuan pasien dalam mencegah
terjadinya Komplikasi.

d. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman dalam Ilmu Keperawatan khususnya pada kasus
hipertensi dan supaya dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai