Anda di halaman 1dari 9

Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 9, No.

1, Tahun 2022 (E-ISSN 2550-1194)


Terakreditasi Peringkat 3 (S3)
DOI: 10.26418/lantang.vnin.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

PENGARUH PENERAPAN PERFORATED FAÇADE


TERHADAP ALIRAN UDARA DI INTERIOR
BANGUNAN GEDUNG
Mochamad Hilmy1, Deni Maulana2
1,2
Politeknik Negeri Pontianak, Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Kalimantan Barat

Penulis Koresponsi: Mochamad Hilmy, mhilmys@gmail.com

Naskah diajukan pada: 04 Mei 2021 Naskah revisi akhir diterima pada: 04 April 2022

Abstrak
Penerapan cladding di bangunan gedung sebagai elemen estetika telah menjadi tren arsitektur.
Salah satunya adalah penerapan perforated façade sebagai cladding. Cladding membentuk
pembayangan yang membantu proses passive cooling. Penghawaan alami merupakan salah satu upaya
mencapai kenyamanan termal dengan sistem passive cooling. Aliran udara merupakan salah satu aspek
pencapaian kenyamanan termal. Penelitian sebelumnya telah dilakukan kajian terhadap dimensi
perlubangan pada cladding dan ditemukan perlubangan sebesar 40% sebagai komposisi yang paling
optimal. Kebaruan kajian ini adalah memberikan sudut kemiringan bidang horizontal (00, 450, 1350)
maupun vertikal (00, 300, 450, 600) terhadap arah datangnya aliran udara. Tujuan kajian ini adalah
melakukan optimasi teknologi perforated façade terhadap aliran udara di ruang dalam. Metode kajian
yang dilakukan adalah simulasi komputer terhadap aliran udara yang melalui bidang perforated.
Hasilnya menyatakan bahwa aliran udara akan lebih merata mengisi seluruh bagian ruang dalam jika
sudut yang digunakan tegak lurus terhadap bidang horizontal dan bagian vertikal diberikan sudut
kemiringan 300 hingga 450. Kecepatan anginnya lebih besar jika bidang perforated tersebut tegak lurus
terhadap bidang horizontal (00) dan semua sudut kemiringan termasuk 00 terhadap bidang vertikal.
Aliran angin akan menyesuaikan arahnya terhadap perlubangan. Sudut terbaik untuk mendapatkan
kecepatan dan sebaran angin pada perforated skin adalah dengan sudut vertikal sebesar 00 dan sudut
vertikal sebesar 450.

Kata-kata Kunci: Aliran Udara, Perforated Façade.

THE EFFECT OF APPLICATION OF PERFORATED FAÇADE ON AIR


FLOW IN THE BUILDING INTERIOR

Abstract
The application of cladding in buildings as an aesthetic element has become an architectural
trend. One of them is the application of perforated façade as cladding. Cladding can make a shadow
to help the process of passive cooling. Natural ventilation is one of the efforts to achieve thermal
comfort with a system of passive cooling. Air flow is one aspect that affects thermal comfort. Previous
research has conducted a study of the dimensions of the perforation in the cladding and found a
perforation of 40% as the optimal composition. The novelty of this study is to provide the angle of the
horizontal (0°, 45°, 135°) and vertical field (0°, 30°, 45°, 60°) toward the direction of the air flow. The
purpose of this study is to optimize the technology perforated façade on the air flow in the interior.
The method of this study is to perform a computer simulation of the air flow through the plane
1
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 9, No. 1, Tahun 2022 (E-ISSN 2550-1194)

perforated. The result states that the air flow will be more evenly filled throughout the interior space
if the angle used is perpendicular to the horizontal plane and the vertical part is given an angle of 30 0
to 450. The wind speed is greater if the perforated plane is perpendicular to the horizontal plane (0 0)
and all angle of inclination including 0 0 with respect to the vertical plane. The wind flow will adjust
its direction to the perforation. The best angle to get wind speed and distribution on perforated skin is
with a vertical angle of 00 and a vertical angle of 450.

Keywords: Air Flow, Perforated Façade.

1. Pendahuluan
Saat ini masyarakat di sebagian besar belahan dunia sedang dilanda wabah COVID 19 yang
disebabkan oleh virus. Salah satu hal yang dapat memperparah keadaan adalah kondisi udara yang
kurang sehat karena minimnya pertukaran udara di ruang dalam. Kontrol terhadap udara memiliki
pengaruh atas perkembangan bakteri dan jamur di ruang dalam (S.E. Kwan, 2020). Upaya tersebut
akan terkendala dengan suhu udara di lingkungan luar yang tinggi menyebabkan terjadinya pengaruh
udara panas ke ruang dalam.
Pertukaran udara sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin yang berembus. Telah kita ketahui
bahwa kecepatan angin dipengaruhi oleh perbedaan suhu maupun tekanan udara (Lechner, 2007).
Angin akan menghasilkan tekanan yang maksimal ketika posisi tegak lurus terhadap permukaan dan
tekanannya akan berkurang 50% ketika angin tersebut berada pada sudut miring 45 derajat (Lechner,
2007). Kecepatan dan arah aliran udara berpengaruh pada kondisi udara yang dinyatakan dengan
adanya perubahan jumlah udara yang disirkulasikan, sedangkan sirkulasi dan penyerapan kalor
maksimum terjadi pada kecepatan 7m/s dan arah aliran dengan sudut 150. (Dewi, 2012). Kecepatan
aliran udara/ angin di atas 0,2 m/s (0,3 m/s-0,5 m/s) di ruang dalam merupakan kecepatan yang mulai
dapat dirasakan untuk menunjang kenyamanan termal (Szokolay, 2004). SNI nomor 03-6572-2001
menyatakan bahwa kecepatan udara yang baik untuk ruang dalam minimal adalah sebesar 0,25 m/s
(BSN, 2001). Kecepatan angin dipengaruhi oleh ketinggian dan tingkat kekasaran dan bentuk
permukaan (Koenigsberger, 2013). Perubahan jalur ventilasi juga akan mempengaruhi bentuk
permukaan.
Perkembangan teknologi peralatan untuk menciptakan kondisi termal ruang dalam yang
tersedia di pasaran rata-rata menggunakan energi listrik. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa
kontrol terhadap kandungan CO2 di dalam udara akan mengurangin konsumsi energi dan kesehatan
lingkungan di ruang dalam (Zakia Afroz, 2020). Beberapa kajian tentang pengkondisian udara yang
lebih ramah telah dilakukan termasuk yang telah dilakukan di Tokyo Jepang pengkajian terhadap
dimensi perlubangan perforated façade telah dilakukan pada sisi selatan bangunan dan dan dihasilkan
bahwa persentase perlubangan sebesar 40% sanggup mendapatkan hasil titik terbaik dan pengurangan
persentase perforasi akan menyebabkan lebih banyak pengurangan ventilasi alami (Thanyalak
Srisamranrungruang, 2020), di 18 kota di Eropa yang mengkaji tentang penggunaan energy di
bangunan gedung yang menggunakan perforated façade dan hasilnya adalah pola dengan lubang yang
lebih kecil diameter paling baik diterima pada jarak terpendek, tetapi karena ini jarak meningkat,
persepsi melalui pola yang berbeda menjadi lebih seragam (J. M. Blanco, 2019), dan di negara beriklim
hot arit (Nissa Aulina Ardiani, 2017). Di Tokyo Jepang, Semua kajian yang telah dilakukan
sebelumnya menerapkan perlubangan dengan motif lingkaran.
Kajian ini diharapkan memberikan gambaran tentang perilaku pergerakan udara di ruang dalam
jika menggunakan cladding berupa perforated façade di sebuah bangunan gedung. Ini juga menjadi
pertimbangan alternatif untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya melakukan
konversi dan penghematan energi dalam pencapaian kenyamanan termal di ruang dalam. State of the
art atau kebaruan dari penelitian ini adalah selain memberikan perlakuan perlubangan sebesar 40%
2
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 9, No. 1, Tahun 2022 (E-ISSN 2550-1194)

berbentuk lingkaran, juga menambahkan perlakuan sudut kemiringan bidang yang telah dilubangin
sebagai jalur ventilasi, baik terhadap sumbu horizontal maupun vertikal.

2. Metode
Penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah berusaha
merumuskan permasalahan dari kondisi yang terjadi di masyarakat. Dari latar belakang yang ada, telah
ditemukan permasalahannya yaitu melakukan optimasi teknologi double-skin perforated façade
dengan motif lingkaran dengan perlakuan pemberian sudut kemiringan terhadap pengaruhnya atas
aliran udara di ruang dalam. Tahap selanjutnya adalah membuat tujuan penelitian agar dapat menjawab
permasalahan tersebut. Dalam mencapai tujuannya, penelitian ini akan menggunakan simulasi
komputer dengan menggunakan program yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Analisis secara
parametric digunakan dengan memperhatikan hubungan antar variabel sehingga diperoleh hasil yang
optimal. Hingga saat ini ada 2 software komputer yang akan digunakan untuk melakukan simulasi
yaitu Rhinoceros dan Xflow. Teknologi XFlow yang mutakhir memungkinkan pengguna untuk
mengatasi alur kerja CFD kompleks yang melibatkan simulasi transien frekuensi tinggi dengan
geometri bergerak nyata, aliran multifase kompleks, aliran permukaan bebas, dan interaksi struktur
fluida.

Tabel 1. Parameter Sudut Kemiringan


Luasan Motif Lingkaran Sudut
Lubang Vertikal

00

300

40%

450

600

00 450 1350
Sudut Horizontal
Sumber:Penulis, 2021

Kedua software tersebut membutuhkan data primer untuk dilakukan simulasi terhadap desain
yang akan dibuat. Pengambilan data primer ini memerlukan beberapa alat yaitu anemometer untuk
mendapatkan data kecepatan angin. Data primer yang didapatkan perlu dibuat tabulasi agar
3
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 9, No. 1, Tahun 2022 (E-ISSN 2550-1194)

memudahkan dalam input data ke dalam software komputer. Pengambilan data primer dilakukan
dalam satu hari dilakukan sejumlah 3 kali pengambilan, yaitu pagi (07:00-09:00), siang (12:00-14:00)
dan sore (16:00-18:00). Untuk mendapatkan data yang valid, perlu dilakukan pengambilan data
sejumlah beberapa hari dengan perhitungan jumlah hari ganjil (3, 5, 7 dan seterusnya). Pada tahapan
pemodelan 3 dimensi, lingkungan fisik dan objek yang akan diuji dibuat menggunakan Rhinoceros
kemudian dilakukan simulasi berdasarkan model 3 dimensi tersebut menggunakan software Xflow
berdasarkan parameter yang ditentukan berikut. Permodelan yang dibuat adalah bentukan berupa kotak
yang dikondisikan dengan inlet (perforated façade) dan outlet berupa bagian tanpa penutup sama
sekali. Perlakuan outlet dimaksudkan agar aliran yang setelah melewati bidang perforated tersebut
tidak terpengaruh oleh bagian outlet. Perforated façade dalam penerapannya membutuhkan rangka
dan bersifat modular, sehingga dalam kajian ini juga dilakukan dalam bentuk ukuran yang mewakili 1
modul.
Parameter pertama berkaitan dengan sudut kemiringan terhadap sudut bidang secara horizontal
dan vertikal. Berdasarkan tinjauan teori sudut kemiringan vertikal yang digunakan memiliki selisih
sudut 15° yaitu mulai dari sudut 0°, 30°, 45°, dan 60°. Parameter kedua sudut horizontal yang
digunakan memiliki selisih sudut 45° dan perolehan data arah datangnya angin yaitu mulai dari sudut
0°, 45°, dan 135°. Sudut sudut istimewa yang dipilih tersebut didasarkan atas hasil kajian sebelumnya
yang dilakukan oleh Norberth Lechner dan juga F.G. Dewi mengenai tekanan angin, aliran dan
kecepatannya. Namun guna memperluas perhitungannya, di kajian ini ditambahkan dengan beberapa
sudut lagi yang dikembangkan dari kajian kajian tersebut.

3. Hasil dan Pembahasan


Simulasi yang dilakukan terhadap bidang skin perforated motif lingkaran dengan perlakuan
perlubangan 40% merupakan tindak lanjut dari kajian yang telah dilakukan oleh Thanyalak
Srisamranrungruang dan timnya yang menyatakan bahwa dengan perlubangan senilai 40%,
menghasilkan aliran udara yang paling optimum guna menunjang terbentuknya kenyamanan termal di
ruang dalam. Hasil dari pengkajian tersebut dibahas berdasarkan dengan variabel perlakuan sudut
horizontal yaitu komparasi antara sudut 00, 450 dan 1350 dengan sudut sudut vertikal senilai 00, 300,
450 dan 600.

Komparasi Sudut Horizontal 00 Dan Vertikal 00, 300, 450 Dan 600
Perlakuan 00 atau sudut 900 horizontal bidang skin perforated yang terhadap arah datangnya
angin dapat dilihat pada gambar yang ada di tabel 2. Sudut terhadap bidang horizontal tersebut
dipadukan dengan sudut 00, 300, 450 dan 600. Dengan perlakuan tersebut, dihasilkan beberapa perilaku
angin yang terbentuk. Berdasarkan hasil simulasi tersebut, dapat dicermati bahwa pemberian sudut
kemiringan yang semakin besar menjadikan ketinggian ruang yang semakin menyempit sehingga
jangkauan angin semakin merata ke dalam ruang. Hal ini terlihat adanya hembusan angin yang
dibelokkan oleh lubang pada bagian dinding sehingga menjadikan kecepatan angin berkisar 1 m/s
karena terjadinya efek bernauli dan dipantulkan oleh bagian atas ruangan, sehingga kecepatan angin
tersebut cenderung sama dengan sebelum memasuki ruangan. Selain itu, semakin merunduknya
geometri uji menyebabkan terjadinya aerodinamika laju angin terhadap bentukan geometri tersebut
hingga di atas 1 m/s. Bidang perforated juga memberikan dampak terhadap aliran udara yang
terbentuk, karena setidaknya 60% bidang yang dilalui oleh angin tersebut juga terhalangin oleh bidang
solid. Dengan adanya bidang bidang solid senilai 60% tersebut, tercipta juga turbulensi-turbulensi
kecil. Hal inilah yang menjadikan aliran angin tersebut tidak statis jika dilakukan amatan
menggunakan rekaman videonya. Tampilan gambar di tabel 2 terlihat kecepatan angin yang tidak
merata pada keempat perlakuan. Sudut kemiringan bidang yang solid tersebut menjadi pengarah dari
aliran udara yang menerpanya dan dibelokkan memasuki bagian ruang dalam melalui keberadaan
lubang yang terbentuk tersebut. Bidang-bidang di ruang dalam juga akan menjadi pengarah pergerakan
4
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 9, No. 1, Tahun 2022 (E-ISSN 2550-1194)

angin berikutnya. Kecepatan angin meningkat dari kecepatan sumber angin itu sendiri tepat ketika
berada di perlubangan pada bidang yang ada sebagai inletnya. Hal tersebut hanya terjadi perlakuan
pertama yaitu tegak lurus antara sumber angin dan bidang perforated skin tersebut.

Tabel 2. Komparasi Sudut Horizontal 00 Dan Vertikal 00, 300, 450 Dan 600

Sumber: Penulis, 2021


Komparasi Sudut Horizontal 450 Dan Vertikal 00, 300, 450 Dan 600
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan komparasi dengan perlakuan pemberian
sudut horizontal sebesar 450 dan dipadukan dengan sudut vertikal sebesar 00, 300, 450 dan 600. Berbeda
dengan hasil simulasi pada perlakuan sebelumnya, dapat dicermati bahwa kecepatan angin di ruang
dalam cenderung sedikit mengalami peningkatan, dalam artian kemerataannya ketika mendapat
perlakuan sudut vertikal 450 yang dipadukan dengan sudut vertikal 300, 450 dan 600. Namun kecepatan
angin di bagian inlet cenderung menurun jika dibandingkan perlakuan sebelumnya, meski tetap terjadi
peningkatan di perlakuan sudut vertikal 00. Kenaikan di inlet terjadi pada perlakuan sudut horizontal
450 dan vertikal 00 karena pada posisi ini hanya ada satu bidang kemiringan (vertikal). Pada perlakuan
sudut horizontal 450 dan sudut vertikal 300 terlihat aliran udara cenderung paling merata di seluruh
sudut ruang dengan kecepatan yang rendah. Dengan perlakuan ini, pemberian sudut vertikal sebesar
5
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 9, No. 1, Tahun 2022 (E-ISSN 2550-1194)

00 menghasilkan kecepatan angin yang cenderung paling tinggi dibandingkan lainnya hampir ke
seluruh penjuru ruang dalamnya. Pada perlakuan sudut vertikal 450 dan 600, jangkauan tekanan angin
lebih jauh dibandingkan ketikan diberikan perlakuan sudut vertikal 30 0. Hal ini menarik untuk
dilakukan kajian lebih detil karena peningkatan dan penurunan tekanan angin tersebut tidak bersifat
linier.

Tabel 3. Komparasi Sudut Horizontal 450 Dan Vertikal 00, 300, 450 Dan 600

Sumber: Penulis, 2021

Komparasi Sudut Horizontal 1350 Dan Vertikal 00, 300, 450 Dan 600
Komparasi terakhir yang dilakukan adalah memberikan perlakuan sudut horizontal 3150 dan
sudut vertikal 00, 300, 450 dan 600. Di tabel 4 terlihat hasilnya membuktikan bahwa semakin besar
sudut vertikalnya, kecepatan dan arah aliran angin semakin banyak terjadi turbulence. Jangkauan
tekanan angin lebih jauh ke belakang terjadi pada perlakuan sudut vertikal 0 0 dan semakin menurun
seiring dengan pemberian sudut yang semakin besar (geometri semakin merunduk). Dengan kondisi
tersebut, kecepatan angin mendekati kecepatan 1m/s, meskipun terjadi penurunan dibandingkan
sebelum hembusan angin tersebut mengenai permukaan perlubangan, namun tidak merata. Aliran
angin cenderung sesuai arah perlubangan, sehingga pada perlakuan sudut miring ke arah atas membuat
aliran tersebut juga mengarah ke atas. Bayangan angin terbentuk di sisi belakang bidang skin
6
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 9, No. 1, Tahun 2022 (E-ISSN 2550-1194)

perforated yang bagian solid/ masif. Bayangan angin juga terbentuk pada area yang yang jauh dari
arah perlubangan di bidang skin perforated.

Tabel 4. Komparasi Sudut Horizontal 1350 Dan Vertikal 00, 300, 450 Dan 600

Sumber: Penulis 2021

Komparasi Sudut Horizontal 0°, 45°, Dan 135° Beserta Sudut Vertikal 00, 300, 450 Dan 600
Komparasi berikut dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel yang telah dikomparasikan
sebelumnya yaitu mulai dari sudut 0°, 45°, dan 135° yang masing-masing sudut horizontal telah
diberikan perlakuan perubahan sudut vertikal 00, 300, 450 dan 600. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dilihat bahwa bidang yang mengalami peningkatan kecepatan angin di atas 1m/s terjadi pada perlakuan
sudut horizontal sebesar 0° dengan variasi sudut vertikal 0° hingga sudut 60° sedangkan bidang yang
mengalami penurunan kecepatan drastis sehingga banyak terbentuk bayangan angin terjadi pada
pelakuan sudut horizontal sebesar 45° dengan variasi sudut vertikal 30°.

7
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 9, No. 1, Tahun 2022 (E-ISSN 2550-1194)

Tabel 5. Komparasi Kecepatan Dan Jangakauan Angin Dengan Perlakuan Sudut Horizontal 00, 450,
1350 Dan Vertikal 00, 300, 450, 600
Luasan Profil Angin Motif Lingkaran Sudut
Lubang Vertikal
(%) Kecepatan Jangkauan Kecepatan Jangkauan Kecepatan Jangkauan (derajat)
Angin Angin Angin Angin Angin Angin
meningkat di bayangan angin meningkat di bayangan angin meningkat bayangan angin
atas 35 % di dominan terjadi hingga 25 % di dominan terjadi hingga 20% di tersebar di
area lubang dan di bagian tengah area lubang dan di bagian depan area lubang dan seluruh area
menurun drastis hingga belakang menurun di hingga tengah terjadi karena 0
di tengah bagian tengah (area atas dan turbulensi yang turbulensi
bawah) besar
meningkat sebaran angin penurunan bayangan angin meningkat bayangan angin
hingga 25 % di merata di bagian hingga 20% di dominan terjadi hingga 10% di tersebar di
area lubang dan atas, bayangan area sekitar mulai dari area lubang dan seluruh area
menurun secara angin dominan lubang dan bagian depan terjadi karena 30
linear hingga terjadi di area menurun drastis hingga belakang turbulensi cukup turbulensi
bagian belakang bawah hingga bagian besar
belakang
meningkat sebaran angin meningkat bayangan angin penurunan bayangan angin
hingga 35 % di cukup merata di sekitar 5% di dominan terjadi hingga 10% di tersebar di
area lubang dan bagian atas, area lubang dan mulai dari area sekitar seluruh area
40 menurun secara bayangan angin menurun drastis bagian depan lubang dan karena
linear hingga dominan terjadi hingga bagian hingga belakang terjadi turbulensi 45
bagian belakang di area bawah belakang, turbulensi cukup
menurun secara besar
linear di bagian
tengah
meningkat sebaran angin meningkat bayangan angin penurunan bayangan angin
hingga 30 % di merata di bagian sekitar 5% di dominan terjadi hingga 10% di dominan terjadi
area lubang dan atas, bayangan area lubang dan di area bawah area sekitar di area bawah
menurun secara angin dominan menurun drastis mulai dari lubang dan mulai dari
linear hingga terjadi di area hingga bagian bagian depan menurun secara bagian depan
bagian belakang bawah namun belakang (area hingga belakang linear di area hingga belakang 60
kecil luasannya bawah, atas, terjadi
menurun secara turbulensi kecil
linear di area
atas
0 45 135

Sudut Horizontal (derajat)


Sumber: Penulis, 2021

Kecepatan angin tertinggi tercatat pada perlakuan sudut horizontal 0 0 dengan sudut vertikal
yang diubah-ubah. Dan bayangan angin terbesar tercatat pada perlakuan sudut horizontal sebesar 1350
dari seluruh perlakuan sudut vertikal yang diubah ubah. Sebaran angin terluas terjadi pada perlakuan
sudut horizontal sebesar 00 dan sudut vertikal sebesar 300 dan 450. Perpaduan perlakuan sudut
horizontal 00 dan sudut vertikal sebesar 450 menghasilkan kecepatan angin yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan perpaduan perlakuan sudut horizontal 450 dan sudut vertikal sebesar 00.

4. Kesimpulan
Berdasarkan kajian terhadap skin perforated dengan menggunakan beberapa perlakuan sudut
baik horizontal maupun vertikal, dapat disimpulkan bahwa aliran udara akan lebih merata mengisi
seluruh bagian ruang dalam jika sudut yang digunakan adalah tegak lurus terhadap bidang horizontal
dan bagian vertikal yang diberikan sudut kemiringan terutama pemberian sudut antara 300 hingga 450
terhadap bidang vertikal, namun akan kembali mengecil cakupannya di sudut 60 0. Hal tersebut juga
terjadi pada kecepatan anginnya yang akan lebih besar jika bidang perforated tersebut memiliki sudut
lurus terhadap bidang horizontal (00) dan semua sudut kemiringan termasuk 00 terhadap bidang
vertikal. Aliran angin akan mengikuti arah kemiringan bidang perforated, terbukti jika diberikan sudut
kemiringan, arah aliran angin akan menyesuaikan posisinya terhadap perlubangan. Sudut terbaik untuk
8
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 9, No. 1, Tahun 2022 (E-ISSN 2550-1194)

mendapatkan kecepatan dan sebaran angin pada perforated skin ini adalah dengan memberikan
perlakuan sudut vertikal sebesar 00 dan sudut vertikal sebesar 450.

5. Ucapan Terima Kasih


Terima kasih kepada Politeknik Negeri Pontianak atas supprot pendanaannya. Terima kasih
juga disampaikan kepada Laboratorium Konstruksi, Struktur Inovatif dan Fisika Bangunan atas
support peralatan. Terima kasih juga disampaikan kepada BMKG Supadio Kubu Raya atas dukungan
data EPW Kota Pontianak.

6. Daftar Pustaka
Dewi, F. G. (2012). Pengaruh Kecepatan dan Arah Udara Nissa Aulina Ardiani, M. D. (2017). Glass And
Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan pada Perforated Metal Double Skin Façade
Sistem Ventilasi Alami. Jurnal Rekayasa Mesin Performance In Hot Humid Climate. DIMENSI −
Vol. 3, No. 2, 299-304. Journal of Architecture and Built Environment,
J. M. Blanco, A. B. (2019). Assesment of the influence Vol. 44, No. 2, 143-148.
of facade location and orieantation in indoor S.E. Kwan, R. S. (2020). The Impact of ventilation rate
environment of double skin building envelope on the fungal and bacterial ecology of home
with perforated metal sheets. Building and indoor air. Building and Environment Volume
Environment, volume 163, article 106325, 1-17. 177, article 1006800.
Koenigsberger, O. H. (2013). Manual of Tropical Szokolay, S. V. (2004). Introduction to Architectural
Housing and Building Climatic Design. India: Science The Basis of Sustainable Design. Oxford:
Techastra Solutions Pvt. Ltd. Elsevier.
Lechner, N. (2007). Heating, Cooling, Lighting: Metode Thanyalak Srisamranrungruang, K. H. (2020). Balancing
Desain untuk Arsitektur. Jakarta: PT of natural ventilation, daylight, thermal effect for
RajaGrafindo Persada. a building with double-skin perforated facade
Badan Standar Nasional. (2001). SNI 03-6572-2001 Tata (DSPF). Energy & Buildings, Volume 210, article
Cara Perancangan Sisten Ventilasi dan 109765, 1-14.
Pengkondisian Udara. Jakarta, Indonesia: BSN. Zakia Afroz, G. H. (2020). Evaluation of real-life
demand-controlled ventilation from the
perception of indoor air quality with problem
implications. Energy and Building, volume 219,
article 110018.

Anda mungkin juga menyukai