Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kehamilan adalah

sebuah proses dimana seorang perempuan mengandung embrio dan janin yang

sedang berkembang dalam rahimnya selama kurang lebih Sembilan bulan.

Selama proses kehamilan diharapkan ibu hamil dapat memenuhi asupan gizi

dikarenakan jika faktor gizi kurang maka hal itu dapat menyebabkan anemia.

Tingginya angka kematian pada ibu di Indonesia masih merupakan masalah

yang menjadi prioritas di bidang Kesehatan. Kematian ibu di Indonesia secara

umum disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya anemia pada ibu hamil

(Permana et al., 2020).

Berdasarkan data WHO tahun 2017, 40% ibu hamil di seluruh dunia

mengalami anemia 4 dari 10 negara ASEAN berada dalam kategori

berat/severe dengan prevalensi ≥40% antara lain kamboja (51,5%), Laos

(47%), Myanmar (47,8%) dan di Indonesia (44,2%). Peresentase kejadian

anemia pada ibu hamil di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak tahun

2015 hingga 2019, dari 42,1% menjadi 44,3% (WHO, 2021).

Berdasarkan kementerian Kesehatan RI tahun 2018, prevalensi anemia

pada ibu hamil dikategorikan menurut usia, jumlah ibu hamil anemia usia 15-

24 tahun adalah sebesar 84,6%, usia 25-34 tahun 33,7%, usia 35-44 tahun

33,6% dan usia 45-54 tahun sebesar 24% (Badan Pusat Statistik, 2020).

Bedasarkan profil Kesehatan provinsi Banten, pada tahun 2019 terdata

101,5% ibu hamil

1
2

mendapatkan 90 tablet Fe (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2020). Program

penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan memberikan 90 tablet Fe pada

ibu hamil selama masih kehamilan sudah dilakukan pemerintah, tetapi angka

kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi yaitu 44,2% (WHO, 2021).

Dampak jika anemia pada ibu hamil tidak diatasi maka dampak yang akan

terjadi pada ibu hamil ialah, anemia zat besi (Fe) pada masa kehamilan risiko

terjadi pre eklamsia dan risiko melahirkan dengan metode section caesarea

(SC) (hidayanti & Rahfildun, 2020). Pada ibu hamil juga dapat meningkatkan

risiko pendarahan berat saat proses persalinan yang kemudian akan

meningkatkan risiko kematian pada ibu (Pritasari et al, 2017). Menurut Al-

Mamouri dan Al- Hakeem (2018), terdapat beberapa perubahan pada plasenta

ibu hamil anemia saat melahirkan diantarannya rata-rata berat plasenta pada

saat melahirkan lebih ringan, ketebalan plasenta lebih tipis, dan memiliki

diameter yang lebih kecil di bandingkan ibu hamil yang tidak anemia.

Dampak anemia yang akan terjadi pada bayi yang akan dilahirkan antara lain

peningkatakan risiko kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan SGA

(Small For Gestational Age), peningkatan kejadian kelahiran premature,

kematian bayi baru lahir, dan penurunan skor APGAR (Appearance, Pulse,

Grimace, Activity, Respiration) serta penurunan perkembangan mental dan

motoric anak (Hidayanti & Rahfiludin, 2020). Menurut Aditianti dan Djaiman

(2020) menyebutkan dalam jurnalnya bahwa terdapat hubungan terbalik antara

perubahan kadar Hb dalam darah ibu pada masa kehamilan dengan berat

badan bayi yang dilahirkan,


3

semakin rendah kadar Hb dalam darah ibu maka akan semakin besar risiko ibu

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Anemia pada ibu hamil paling sering ditemukan karena defisiensi zat besi,

penanganan yang biasanya dilakukan adalah mengkonsumsi tablet tambah

darah dan asam folat. Akan tetapi akan lebih efektif bila terapi zat besi ini bisa

dikombinasikan dengan terapi komplementer yang berasal dari herbal, dua

diantaranya yaitu kombinasi jus bayam dan tomat.

Sayur bayam merupakan tumbuhan hijau yang kaya akan berbagai nutrisi

khususnya zat besi (Fe) yang cukup tinggi yaitu sebanyak 6,43 mg per 180

gram, serta tidak ada satu pun zat yang dapat membahayakan tubuh

terkandung pada bayam (The George Mateljan Foundation, 2010). Kandungan

di dalam jus bayam hijau menurut WHO, (2020) mengandung energi 36 kkal,

protein 3,5g, lemak 0,5g, karbohidrat 6,5g, kalsium 267mg, fosfor 67mg, zat

besi 3,9mg, Vitamin A 6,090 mg. Vitamin B1 0,080 mg, Vitamin C 80 mg,

Air 86,9mg. Dalam 100gr bayam mengandung Vitamin C 52gr, Daun bayam

hijau (Amaranthus Hybridus L) memiliki kandungan zat besi (Fe) yang sangat

tinggi. Fungsi zat besi adalah membentuk sel darah merah, sehingga apabila

produksi sel darah merah dalam tubuh cukup, maka kadar hemoglobin akan

normal (Merida et al., 2021). Salah satu buah yang memiliki vitamin C dan

senyawa bermanfaat untuk kesehatan adalah tomat. Kandungan tomat dalam

180gram adalah 24,66 mg vitamin C, 0,49 mg zat besi, dan 27 mcg asam folat.

Asam folat sangat dibutuhkan oleh ibu hamil karena kebutuhan asam folat

pada saat hamil akan meningkat dari biasanya (Merida et al., 2014).
4

Daun bayam jika dikonsumsi secara rutin, baik itu

dijadikan sayur atau pun dijadikan jus berkhasiat mampu

mengatasi beberapa jenis penyakit salah satunya

mencegah anemia karena bayam memiliki zat besi yang

tinggi. Setiap 100gram bayam mengandung 2,3gram

protein, 3,2gram karbohidrat, 3gram zat besi, dan 81gram

kalsium. Bayam juga akan berbagai macam vitamin dan

mineral, yakni vitamin A, vitamin C, niasin, thiamine,

fosfor, riboflavin, natrium, kalium dan magnesium

(Darmayanti & Ulfah, 2021).

Berdasarkan pengalaman peneliti saat melakukan

praktek di wilayah Masyarakat ditemukan 7 dari 10 ibu

yang mengalami anemia pada trimester III, selain itu

hasil wawancara dengan ibu hamil bahwa ibu hanya

minum tablet penambah darah serta belum pernah

mengkonsumsi jus bayam dan tomat untuk meningkatkan

hemoglobin. Dari beberapa jurnal penelitian menunjukan

bahwa jus tomat dan bayam itu sangat efektif untuk

meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil yang

mengalami anemia. Berdasarkan hal tersebut peneliti

tertarik melakukan penelitian


5

“EFEKTIFITAS TERAPI JUS BAYAM-TOMAT

TERHADAP PENINGKATAN KADAR

HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI PUSTU

MINGKIK ”

Anda mungkin juga menyukai