STEVEN YAP
STIE Trisakti
vimala@cbn.net.id
Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the
influence of growth, tangibility, firm size, business risk, liquidity, profitability,
corporate tax rate, and non-debt tax shield toward debt policy. This study was also
to compare result of the previous research within the research. Sample of this
research is food and beverages sector companies that listed in Indonesia Stock
Exchange for period 2005-2013. The purposive sampling is used as sampling
technique, where 7 companies met the criteria and were analyzed using descriptive
statistics and panel data regressions with fixed effect model to test the hypothesis.
The result of this research shows that growth, tangibility, firm size, liquidity,
profitability and non-debt tax shield does influence debt policy, while business risk
and corporate tax rate do not influence debt policy.
Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk menguji dan menganalisis secara empiris
pengaruh pertumbuhan, tangibilitas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, likuiditas,
profitabilitas, tingkat pajak perusahaan dan non-debt tax shield terhadap kebijakan
hutang. Penelitian ini untuk membandingkan hasil penelitian sebelumnya dalam
penelitian ini. Sampel penelitian adalah perusahaan sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2013. Purposive sampling
digunakan sebagai teknik sampling, dimana 7 perusahaan memenuhi kriteria dan
dianalisis dengan menggunakan regresi data panel dengan model fixed effect
untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan,
tangibility, ukuran perusahaan, likuiditas, profitabilitas dan non-debt tax shield
mempengaruhi kebijakan hutang. Sedangkan risiko bisnis dan tarif pajak perusahaan
tidak mempengaruhi kebijakan hutang.
176
ISSN: 1410 - 9875 Steven Yap
177
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2016
mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh tertentu terhadap tahun sebelumnya. Brigham
growth, tangibility, ukuran perusahaan, risiko dan Gapenski (1996) dalam Indahningrum dan
bisnis, likuiditas, profitabilitas, corporate tax rate, akan dihadapkan dalam dua alternatif dan akan
dan non-debt tax shield berpengaruh terhadap memilih pendanaan yang murah. Handayani
kebijakan hutang. (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang
memiliki tingkat pertumbuhan (Growth) yang
Agency Problem tinggi cenderung membutuhkan dana dari sum-
Menurut Keown et al. (2005, 17) agency ber ekstern yang lebih besar. Dalam pendanaan
problem is problem resulting from conflict of dari eksternal perusahaan
interest between the manager (the stockholder’s Dalam hal ini, pendanaan dari hutang
agent) and the stockholders. Gitman dan Zutter lebih dengan menerbitkan saham baru karena
(2012, 22) menyatakan bahwa agency biaya pendanaan disukai dibandingkan dengan
problems arise when managers deviate from the pendanaan melalui penerbitan saham baru
goal of maximization of shareholder wealth by akan lebih besar daripada pendanaan dari
placing their personal goals ahead of the goal of penggunaan hutang. Dengan demikian tingkat
shareholder. pertumbuhan (Growth) yang tinggi cenderung
lebih banyak menggunakan hutang sehingga
Trade-off Theory memiliki hubungan positif atas besarnya kebi-
Pendapat Brigham dan Enrhardt (2005, jakan hutang.
560) mengenai Trade-off theory In Which firms Alkhatib (2012) mendapatkan hasil
trade off the benefits of debt financing (favorable penelitian bahwa growth tidak berpengaruh
corporate tax treatment) against the higher signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan
interest rates and bankruptcy cost. Trade off Yeniati dan Destriana (2010) mendapatkan hasil
theory menjelaskan bahwa ketika perusahaan growth berpengaruh positif dan signifikan, juga
melakukan pembiayaan melalui hutang, biaya Sari (2012) serta Hardiningsih dan Oktaviani
dan keuntungannya juga harus diperhitungkan. (2012) yang mendapatkan hasil growth berpe-
Keuntungannya adalah penghematan pajak,
ngaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan
dimana bunga dari hutang dapat menjadi
hutang.
pengurang penghasilan kena pajak. Sedangkan
Berdasarkan uraian di atas, maka pene-
kelemahannya adalah kemungkinan kebangkrutan
liti membuat hipotesis sebagai berikut.
jika perusahaan gagal dalam menjalankan ke-
wajibannya dalam melunasi hutang. H1 Terdapat pengaruh growth terhadap kebi-
jakan hutang.
Pecking Order Theory
Gitman dan Zutter (2012, 534) yang Pengaruh Tangibility terhadap Kebijakan Hutang
menyatakan bahwa, “Pecking order meaning a Tangibility adalah penentuan seberapa
hierarchy of financing that begins with retained besar aset tetap yang ada dalam keseluruhan
earnings, which is followed by debt financing total aset yang dimiliki perusahaan. Tangibility
and finally external equity financing.” Alasan atau struktur aset yang dimiliki perusahaan akan
didahulukannya pendanaan internal dan kurang mempunyai pengaruh perusahaan terhadap
diminatinya pendanaan dari eksternal yaitu hubungannya dengan pihak lain. Struktur aset
terdapat informasi yang asimetri. sebuah perusahaan dapat diukur dengan
perbandingan aset tetap dengan total aset
Pengaruh Growth terhadap Kebijakan Hutang perusahaan. Aset tetap sendiri merupakan aset
Growth adalah persentase perubahan yang digunakan untuk keperluan operasi per-
total aset yang dimiliki perusahaan pada saat usahaan, bersifat jangka panjang dan memiliki
178
ISSN: 1410 - 9875 Steven Yap
bentuk fisik (berwujud). Aset tetap merupakan Hastalona (2013) mendapatkan hasil
salah satu jaminan yang bisa meyakinkan kre- penelitian bahwa ukuran perusahaan tidak ber-
ditor untuk bisa memberikan pinjaman kepada pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang
perusahaan, sehingga perusahaan yang mem- didukung oleh Alkhatib (2012), Damayanti dan
punyai aset sesuai dengan jaminan kredit dapat Hartini (2013), Sultera et. al (2012). Sedangkan
lebih banyak menggunakan hutang karena Sari (2012) dan Diana dan Irianto (2008) menda-
kreditor akan selalu memberikan pinjaman patkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpe-
apabila mempunyai jaminan. ngaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
Alkhatib (2012) mendapatkan hasil hutang.
penelitian bahwa Tangibility berpengaruh positif Berdasarkan uraian di atas, maka pene-
dan signifikan terhadap kebijakan hutang didu- liti membuat hipotesis sebagai berikut.
kung oleh Sari (2012) dan Yeniatie dan Destriana
(2010). Sedangkan Sultera et. al (2012) menda- H3 Terdapat pengaruh ukuran perusahaan ter-
patkan hasil tangibility berpengaruh negatif dan hadap kebijakan hutang.
signifikan terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan uraian di atas, maka pene- Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Kebijakan
liti membuat hipotesis sebagai berikut. Hutang
H2 Terdapat pengaruh tangibility terhadap Risiko bisnis merupakan suatu resiko
kebijakan hutang. atau ketidakpastian kemampuan perusahaan
dalam membiayai biaya operasionalnya sehing-
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebi- ga berdampak pada ketidakpastian kemampuan
jakan Hutang perusahaan menciptakan earnings. Ketika per-
Ukuran perusahaan sebagai suatu usahaan tidak mampu mendapatkan laba, maka
pengambaran besar kecilnya suatu perusahaan perusahaan akan kehilangan kemampuannya
yang dapat dinyatakan total aset atau total dalam memenuhi biaya finansial perusahaan
penjualan dari suatu perusahaan. Ukuran yang salah satunya adalah beban bunga atas
perusahaan menggambarkan besar kecilnya hutang yang mengakibatkan perusahaan akan
suatu perusahaan yang dapat dinyatakan total mengalami kebangkrutan. Sehingga semakin
penjualan bersih. Semakin besar penjualan tinggi risiko bisnis maka perusahaan akan
maka semakin besar pula suatu perusahaan. menghindari hutang dalam arti lain, akan rendah
Semakin banyak penjualan maka semakin ba- rasio hutangnya.
nyak juga perputaran uang dalam perusahaan. Hastalona (2013) mendapatkan hasil
Ukuran perusahaan secara langsung mencer- penelitian bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh
minkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu signifikan terhadap kebijakan hutang yang
perusahaan. Menurut Weston dan Copeland didukung oleh Yeniatie dan Destriana (2010).
(1995) dalam Hastalona (2013) menyatakan Sedangkan Sultera et. al mendapatkan hasil
bahwa suatu perusahaan yang besar dan risiko bisnis berpengaruh negatif dan signifikan
mapan (stabil) akan lebih mudah untuk masuk terhadap kebijakan hutang
ke pasar modal. Kemudahan akses masuk ke Berdasarkan uraian di atas, maka pene-
pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas liti membuat hipotesis sebagai berikut.
dan kemampuan perusahaan untuk mencipta-
kan hutang. Semakin besar ukuran perusahaan H4 Terdapat pengaruh risiko bisnis terhadap
maka semakin mudah mendapatkan hutang, kebijakan hutang.
sehingga akan semakin besar juga potensi
penggunaan hutang yang lebih besar.
179
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2016
180
ISSN: 1410 - 9875 Steven Yap
Berdasarkan uraian di atas, maka pene- ruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
liti membuat hipotesis sebagai berikut. hutang sedangkan Sari (2012) mendapatkan
hasil berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
H7 Terdapat pengaruh corporate tax rate terha-
kebijakan hutang.
dap kebijakan hutang.
Berdasarkan uraian di atas, maka pene-
liti membuat hipotesis sebagai berikut.
Pengaruh Non-debt Tax Shield terhadap
Kebijakan Hutang H8 Terdapat pengaruh non-debt tax shield ter-
Non-debt tax shield merupakan hal-hal, hadap kebijakan hutang.
dan biaya pengembangan. Berdasarkan trade-
off theory, menunjukan bahwa non-debt tax METODA PENELITIAN
shield berhubungan negatif terhadap tingkat
hutang dalam struktur modal perusahaan. Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data
Karena manfaat penghematan pajak yang Populasi yang digunakan dalam peneli-
mampu dilakukan oleh non-debt tax shield tian ini adalah seluruh perusahaan food dan
menghilangkan salah satu alasan penggunaan beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indone-
hutang untuk melakukan penghematan pajak sia (BEI) periode 2005 sampai 2013. Peneliti
dan dapat menggurangi risiko kebangkrutan menggunakan tekhnik non-probability sampling,
karena beban finansial yang dihasilkan dari yakni purposive sampling, sebagai metode
hutang. pengambilan sampel.
Hastalona (2013) mendapatkan hasil Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat
penelitian bahwa non-debt tax shield berpenga- pada tabel 1 di bawah ini, yakni sebagai berikut:
Jumlah
Kriteria Pemilihan Sampel
Perusahaan
Perusahaan food dan beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara
11
berturut-turut dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013.
Perusahaan food dan beverages yang tidak konsisten memiliki laba bersih dari
tahun 2005 sampai 2013. (4)
181
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2016
Growtht =
182
ISSN: 1410 - 9875 Steven Yap
Keterangan :
Y :Variabel dependen (kebijakan hutang/ DTA)
Tax rate merupakan konstribusi yang harus b0–b8 : Konstanta atau intersep
dibayarkan kepada pemerintah, baik secara X1 : Growth (GROW)
pribadi maupun badan usaha yang telah terdaf- X2 : Tangibility (TANG)
tar. Jika kewajiban tersebut dikenakan kepada X3 : Ukuran Perusahaan (FIRM)
perusahaan maka akan disebut dengan X4 : Risiko Bisnis (RBIS)
corporate tax rate. Menurut Parlak (2010, 150) X5 : Likuiditas (CR)
corporate tax rate dihitung dengan selisih antara X6 : Profitabilitas (ROA)
laba sebelum pajak dengan laba setelah pajak X7 : Corporate tax rate (CTR)
yang dibagi dengan laba sebelum pajak. X8 : Non-debt tax shield (NDTS)
Skala yang digunakan adalah skala rasio. ℮ : Kesalahan error
HASIL PENELITIAN
183
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2016
Nilai statistik t dari growth berada di bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan
region rejection, dimana nilai t ≥tα/2 (2.232434 terhadap kebijakan hutang.
≥ 2.000) pada d.f.= n–p-1= 61, dan α = 0,05. Nilai statistik t dari risiko bisnis berada di
Dengan demikian, H1 diterima. Hasil ini didu- region of acceptance dimana -tα/2 ≤ t ≤tα/2 (-
kung oleh nilai probabilitas dari growth sebesar 2.000 ≤ 0.517216 ≤ 2.000) pada d.f.= n–p-1=
0.0302 yang lebih kecil dari nilai α (0.0293 < 61, dan α= 0,05. Dengan demikian, H4 tidak
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat diterima. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas
pengaruh growth terhadap kebijakan hutang. dari risiko bisnis (0.6071) > dari nilai α (0.05).
Nilai statistik t dari tangibility berada di Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pe-
region rejection, dimana nilai t ≥tα/2 (2.202476 ngaruh risiko bisnis terhadap kebijakan hutang.
≥ 2.000) pada d.f.= n–p-1= 61, dan α = 0,05. Nilai statistik t dari likuiditas berada di
Dengan demikian, H2 diterima. Hasil ini didu- region rejection, dimana nilai t ≤ tα/2 (-4.615925
kung oleh nilai probabilitas dari tangibility sebe- ≤ -2.000) pada d.f.= n–p-1 = 61, dan α = 0,05.
sar 0.0318 yang lebih kecil dari nilai α (0.0318 < Dengan demikian, H5 diterima. Hasil ini
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat didukung oleh nilai probabilitas dari likuiditas
pengaruh tangibility terhadap kebijakan hutang. sebesar 0.00000 yang lebih kecil dari nilai α
Nilai statistik t dari ukuran perusahaan (0.0000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
berada di region rejection, dimana nilai t ≥tα/2 terdapat pengaruh likuiditas terhadap kebijakan
(2.715461 ≥ 2.000) pada d.f.= n–p-1= 61, dan α hutang.
= 0,05. Dengan demikian, H3 diterima. Hasil Nilai statistik t dari profitabilitas berada
ini didukung oleh nilai probabilitas dari ukuran di region rejection, dimana nilai t ≥tα/2 (2.240847
perusahaan sebesar 0.0086 yang lebih kecil ≥ 2.000) pada d.f.= n–p-1= 61, dan α = 0,05.
dari nilai α (0.0086 < 0,05). Hal ini menunjukkan Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H6
diterima. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas
184
ISSN: 1410 - 9875 Steven Yap
dari profitabilitas sebesar 0.0291yang lebih kecil variable growth, tangibility, ukuran perusahaan,
dari nilai α (0.0291 < 0,05). Hal ini menunjukkan likuiditas, profitabilitas, dan non-debt tax shield.
bahwa terdapat pengaruh profitabilitas terhadap Sisanya, yakni variabel risiko bisnis dan corporate
kebijakan hutang. tax rate tidak berpengaruh secara signifikan
Nilai statistik t dari corporate tax rate terhadap kebijakan hutang.
berada di region of acceptance dimana -tα/2 ≤ t Peneliti menghadapi sejumlah keterba-
≤tα/2 (-2.000 ≤ 0.142453 ≤ 2.000) pada d.f.= n– tasan dalam melakukan penelitian ini. Terbatas-
p-1= 61, dan α= 0,05. Dengan demikian, nya perusahaan yang dapat dijadikan sebagai
dapat disimpulkan bahwa H7 tidak diterima. sampel, dimana penelitian ini hanya berfokus
Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari pada perusahaan food dan beverages saja.
corporate tax rate (0.8872) > dari nilai α (0.05). Terbatasnya jumlah variabel independen yang
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat digunakan dalam penelitian ini, dimana penulis
pengaruh corporate tax rate terhadap kebijakan hanya menggunakan 8 variabel independen,
hutang. yakni growth, tangibility, ukuran perusahaan,
Nilai statistik t dari non debt tax shield risiko bisnis, likuiditas, profitabilitas, corporate
berada di region rejection, dimana nilai t ≤ tα/2 tax rate, dan non-debt tax shield. Terbatasnya
(-2.222305 ≤ -2.000) pada d.f.= n–p-1= 61, dan periode penelitian yang digunakan dalam pene-
α = 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan litian ini, yakni hanya dari tahun 2005-2013 saja.
bahwa H8 diterima. Hasil ini didukung oleh nilai Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan
probabilitas dari non debt tax shield sebesar di atas, maka peneliti memberikan beberapa
0.0311 yang lebih kecil dari nilai α (0.0311 < rekomendasi bagi penelitian selanjutnya yang
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat berkaitan dengan kebijakan hutang. Rekomendasi
pengaruh non debt tax shield terhadap kebijakan tersebut antara lain menggunakan obyek pene-
hutang. litian lain yang lebih luas sehingga jumlah sam-
pel penelitian menjadi lebih besar, memasukkan
PENUTUP variabel-variabel independen lain yang mungkin
berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusa-
Berdasarkan dari hasil analisis dan haan, seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan
pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka institusional, kebijakan dividen dan variabel
dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 6 lainnya, serta menambah periode penelitian
dari 8 variabel independen yang berpengaruh sampai dengan yang paling update, yakni tahun
signifikan terhadap kebijakan hutang, yakni 2014 dan 2015 dan seterusnya.
REFERENSI:
Alkhatib, Khalid. 2012. The Determinants of Leverage of Listed Companies. International Journal of Business and
Social Science. Vol. 3 No. 24.
Brigham, E. F. Dan Michael C. Enrhardt. 2005. Financial Management : Theory and Practice. 11th Edition. Infotrac.
Brown, Keith C., and Frank K. Reilly. 2009. Analysis of invesment and Management of portofolio, 9th edition.
Canada : South Western.
Diana Dan Irianto. 2008. Pengaruh, Kepemilikan Institusional, dan Sebaran Kepemilkan Terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan Ditinjau dari Teori Keagenan. Emisi, April, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-16.
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance, Thirteenth Edition. United
States : Pearson Education.
185
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2016
Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. 2012. Determinan Kebijakan Hutang. Dinamika
Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Hal. 11-24.
Hastalona, Dina. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan
Bisnis. Vol. 5,No. 1, Maret 2013.
Keown, Arthur J., John D. Martin., J. William Petty., and David F. Scott, Jr. 2005. Financial Management :
Principles and Applications, Tenth Edition.
Parlak, Deniz Dogus. 2010. Determinants of Capital Structure Polices of Turkish Manufacturing Firm. The
Business Review, Chambridge, Vol 14 Num 2.
Sari, Lia. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Hutangnya. Ilmiah, Vol. 5, No. 1, Hlm. 20-29.
Sugiarto dan Fongnawati Budhijono. 2007. Telaahan Indikasi Keagenan pada Kebijakan Levarage Perusahaan
Keluarga di BEJ. Akuntabilitas. Maret, Vol. 6, No. 2, Hlm. 165-178.
Yeniantie, dan Nicken Destriana. 2010. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan
Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12, No. 1 : 1 – 16.
186