Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH FIRM SIZE, LEVERAGE DAN NET PROFIT

MARGIN TERHADAP INCOME SMOOTHING (STUDI PADA


PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BEI
PERIODE 2019-2021)

RIASTI
18310190

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai


pengaruh firm size, leverage, dan net profit margin terhadap income smoothing
(studi pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI periode 2019-2020).
Penelitian ini menggunakan Indeks Eckel untuk mengklasifikasikan perusahaan
yang melakukan atau tidak melakukan praktik income smoothing. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan asuransi yang terdaftar di
BEI dalam waktu tiga tahun 2019-2021 dengan metode purposive sampling.
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial firm size berpengaruh
signifikan terhadap income smoothing. Sedangkan leverage dan net profit margin
tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Secara simultan firm size,
leverage, dan net profit margin berpengaru terhadap income smoothing.
Kata kunci: Firm Size, Leverage, Net Profit Margin, dan Income Smoothing.

1
2

ABSTRACT
This study aims to find empirical evidence regarding the effect of firm size,
leverage, and net profit margin on income smoothing (study of insurance
companies listed on the IDX for the 2019-2020 period). This study uses the Eckel
Index to classify companies that do or do not practice income smoothing. The
samples used in this study were 12 insurance companies registered on the IDX for
three years 2019-2021 using the purposive sampling method. Hypothesis testing
was carried out in this study using multiple regression analysis techniques.
The results of the study show that partially firm size has a significant
effect on income smoothing. Meanwhile, leverage and net profit margin have no
effect on income smoothing. Simultaneously firm size, leverage, and net profit
margin affect income smoothing.
Keywords: Firm Size, Leverage, Net Profit Margin, and Income Smoothing.
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan sarana pengambilan keputusan ekonomi

untuk berbagai pihak. Para investor dalam memutuskan berinvestasi perlu

melakukan evaluasi kinerja manajemen, meramalkan laba, dan menaksir tingkat

risiko investasi. Informasi yang disajikan pada laporan keuangan menjadi penting,

karena terdapat beberapa komponen yang dapat menentukan terbentuknya

keputusan. Pentingnya laporan keuangan ini memicu manajemen untuk memiliki

kecenderungan melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan

menjadi lebih baik, memungkinkan pihak manjemen melakukan hal-hal yang

mengubah laporan laba rugi untuk kepentingan pribadinya seperti

mempertahankan jabatan atau mendapat bonus yang tinggi. Manajamen

perusahaan cenderung melakukan manipulasi laba untuk menunjukkan kinerja

keuangan yang stabil dengan melakukan income smoothing.

Menurut Toni et al., (2021) income smoothing merupakan bentuk

manajemen laba yang dipakai oleh perusahaan untuk memindahkan laba dari

tahun sekarang ke tahun yang akan datang untuk mengurangi fluktuasi laba.

Tindakan income smoothing ini telah dianggap tindakan yang logis dan rasional

dimana dalam income smoothing tidak tergantung pada kecurangan dan distorsi

atau perubahan, melainkan pada peluang yang muncul dalam alternatif prinsip-

prinsip akuntansi transaksi yang diterima.

Dengan adanya income smoothing, manajemen sebagai agen dapat

memperlihatkan kestabilan laba kepada investor yang berperan sebagai prinsipal


4

sehingga kinerja agen terlihat baik dan prinsipal dapat memberikan penghargaan.

Tidak hanya itu, dengan menunjukkan laba yang stabil, investor yang juga

merupakan prinsipal tidak perlu berpikir lama untuk berinvestasi. Itulah sebabnya

mengapa teori agensi merupakan teori yang sesuai untuk mendasari praktek

income smoothing yakni menjelaskan antara hubungan agen dengan prinsipal

secara langsung (Juniarti and Carolina, 2015).

Faktor-faktor yang mempengaruhi income smoothing menurut Rika

Nofianti (2018) profitabilitas, leverage, firm size, dividend payaout ratio, dan

kepemilikan institusional. Sedangkan menurut Kesye et al., (2019) faktor yang

mempengaruhi income smoothing yaitu assets growth, firm size dan net profit

margin. Dalam penelitian ini peneliti menguji tiga variabel yang diduga dapat

mempengaruhi terjadinya income smoothing. Variabel-variabel tersebut antara

lain firm size, leverage, dan net profit margin.

Menurut Toni et al., (2021) firm size adalah skala suatu perusahaan untuk

melihat besar atau kecilnya suatu perusahaan. Untuk mengetahui besar atau

kecilnya firm size dapat diukur berdasarkan total asset yang dimiliki perusahaan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hendra et al., (2022) menunjukkan hasil

bahwa firm size berpengaruh positif terhadap income smoothing, sejalan dengan

penelitian Kesye et al., (2019) yang menunjukkan bahwa firm size berpengaruh

signifikan terhadap income smoothing. Sedangkan penelitian Devi (2019)

menunjukkan hasil bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap income

smoothing.

Menurut Hanafi dan Halim (2018) leverage diproksi dengan debt to equity

ratio (DER) adalah kemampuan perusahaan dengan modal sendiri untuk


5

menjamin hutang yang dimilki sehingga menunjukkan proporsi pembelanjaan

perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham (modal sendiri) dan dibiayai dari

pinjaman. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Devi (2019) menunjukkan

bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap income smoothing, sejalan dengan

penelitian Rika (2018) yang menunjukkan bahwa leverage tidak mempengaruhi

income smoothing.

Net profit margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam mengahsilkan laba dan untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam

mengelola sumber-sumber yang dimilikinya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur

laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Yuyun et al., (2018) menunjukkan bahwa net profit margin berpengaruh

positif signifikan terhadap income smoothing, sedangkan pada penelitian yang

dilakukan oleh Devi (2019) menunjukkan bahwa net profit margin tidak

berpengaruh signifikan terhadap income smoothing.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Kesye et al., (2019) yang

meneliti mengenai Analisis pengaruh Assets Growth, Firm Size, Net Profit

Margin Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kesye et al., (2019) adalah sama-sama

meneliti pengaruh Firm Size dan Net Profit Margin terhadap perataan laba

(income smoothing) dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Kesye et al., (2019) yaitu

pada penelitian ini peneliti mengubah atau menambah variabel independen

dimana pada penelitian Kesye et al., (2019) variabel independenya adalah Assets
6

Growth, Firm Size, Net Profit Margin sedangkan pada penelitian ini variabel

independennya adalah Firm Size, Leverage, dan Net Profit Margin. Selain itu

sampel dan periode pada penelitian ini juga berbeda, dimana pada penelitian

Kesye et al., (2019) sampel yang digunakan adalah perusahaan tekstil yang

terdaftar di BEI periode 2013-2017, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah

perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI periode 2019-2021.

Alasan peneliti ingin meneliti perusahaan asuransi karena perkembangan

asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini

disebabkan selain karena kegiatan usahanya yang memberikan proteksi kepada

masyarakat, asuransi juga sebagai lembaga penghimpun dana yang bersumber dari

penerimaan premi asuransi dari masyarakat dan menyalurkannya dengan klaim.

Selain itu, pendapatan yang diterima perusahaan juga bersumber dari investasi

yang dilakukan perusahaan guna sebagai modal perusahaan kedepannya. Namun

perusahaan asuransi juga tidak luput dari permasalahan seperti yang di alami PT

Asuransi Jiwasraya yang mengalami gagal bayar sebesar Rp 12,4 triliun per

Desember 2019 terkait produk investasi saving plan. Selain itu, kasus gagal bayar

juga dialami oleh Asuransi Jiwa Bumiputera sebesar Rp 31 triliun sedangkan asset

yang dimilikinya hanya sejumlah Rp 10,28 triliun. Meskipun terdapat kasus gagal

bayar dari dua perusahaan tersebut, perusahaan asuransi terus mengalami

pertumbuhan dari tahun-tahun sebelumnya yang menunjukan bahwa minat

masyarakat atau investor terhadap perusahaan asuransi cukup banyak sehingga

diduga manajemen perusahaan memiliki kecenderungan untuk melakukan

tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi lebih baik.


7

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

peneliti merumuskan judul penelitian : “Pengaruh Firm Size, Leverage, dan Net

Profit Margin Terhadap Income Smoothing (Studi Pada Perusahaan

Asuransi Yang Terdaftar di BEI Periode 2019-2021”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di latar belakang di atas, maka terdapat rumusan

masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap Income Smoothing pada

perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI periode 2019-2021?

2. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Income Smoothing pada

perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI periode 2019-2021?

3. Apakah Net Profit Margin berpengaruh terhadap Income Smoothing pada

perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI periode 2019-2021?

4. Apakah Firm Size, Leverage, dan Net Profit Margin secara simultan

berpengaruh terhadap Income Smoothing pada perusahaan asuransi yang

terdaftar di BEI periode 2019-2021?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Firm Size terhadap Income Smoothing pada

perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI periode 2019-2021.

2. Untuk mengetahui pengaruh Leverage terhadap Income Smoothing pada

perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI periode 2019-2021.


8

3. Untuk mengetahui pengaruh Net Profit Margin terhadap Income

Smoothing pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI periode 2019-

2021.

4. Untuk mengetahui pengaruh Firm Size, Leverage, dan Net Profit Margin

secara simultan terhadap Income Smoothing pada perusahaan asuransi

yang terdaftar di BEI periode 2019-2021.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada beberapa pihak, yaitu:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan mengenai firm size, leverage, dan net profit

margin terhadap income smoothing, serta sarana untuk menerapkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku

kuliah.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam mengambil

keputusan dan kebijakan untuk mengelola perusahaan sesuai variabel yang

ada pada penelitian ini.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan

referensi bagi para akademisi lainnya dalam penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan mekanisme firm size, leverage, dan net profit margin

terhadap income smoothing.

1.5 Sistematika Penulisan


9

Guna memudahkan dalam pemahaman penelitian ini, penulis membahas

dalam 5 bab yang secara rinci dapat dilihat dari sistematika penulisan yang setiap

bab membahas masalah-masalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan informasi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bab ini berisikan pembahasan tentang uraian teori dan konsep dasar

yang menjadi acuan untuk mendukung penelitian ini dan review

penelitian terdahulu serta menyajikan kerangka pemikiran teoritis dan

hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang teknik yang dipilih dalam memperoleh

jawaban atas permasalahan yang diajukan, jenis penelitian,

operasionalisasi variabel penelitian, populasi, sampel dan metode

pengambilan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,

serta teknik analisis data untuk menguji hipotesis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi pembahasan mengenai pengujian yang telah dilakukan,

analisis data, serta pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


10

Bab ini adalah bagian terakhir dari laporan penelitian yang berisi

kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-

saran yang dianggap perlu.


BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Teori Keagenan

Menurut Ragil (2016) menerangkan bahwa hubungan keagenan dapat

terjadi ketika terdapat satu atau lebih individual yang mempercayakan pada satu

atau lebih individual lain guna melakukan tindakan yang melibatkan otoritas

pengambilan keputusan kepada agen yang bersangkutan. Sedangkan menurut

Supriyono (2017) menjelaskan bahwa teori keagenan yaitu hubungan kontraktual

antara prinsipal dan agen. Hubungan ini dilakukan untuk suatu jasa dimana

prinsipal memberi wewenang kepada agen mengenai pembuatan keputusan yang

terbaik bagi pihak prinsipal dengan mengutamakan kepentingan dalam

mengoptimalkan laba perusahaan.

Topik income smoothing berkaitan dengan konsep manajemen laba

(earnings management). Sama dengan manajemen laba, penjelasan konsep

income smoothing juga menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory).

Pada teori ini dinyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh konflik

kepentingan antara pemilik (prinsipal) dengan manajemen (agen) yang timbul

ketika setiap pihak berusaha mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran

perusahaan.

Manusia memiliki salah satu sifat mementingkan diri sendiri dan tidak

mau berkorban untuk orang lain atau self interest. Diasumsikan prinsipal atau

pemegang saham hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari

investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima

10
11

kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain

yang terlibat dalam hubungan keagenan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka

manajer akan mengambil langkah yang menguntungkan dirinya sebelum

memberikan manfaat kepada pemegang saham.

Baik prinsipal maupun agen keduanya memiliki hak dan kepentingan

masing-masing. Prinsipal mempunyai akses untuk menjangkau informasi internal

perusahaan sekaligus hak dan wewenang dalam pengambilan keputusan yang

krusial, sedangkan agen hanya sebagai pelaku operasional perusahaan, tetapi juga

memiliki akses terhadap informasi mengenai operasi dan kinerja perusahaan

secara menyeluruh tanpa memiliki wewenang pengambilan keputusan (Sari and

Oktavia, 2019). Konflik kepentingan akan terus meningkat apabila prinsipal tidak

mampu melakukan pengawasan secara berkala sehingga memberikan celah bagi

agen untuk memenuhi kepentingan diluar kontrak dengan prinsipal ataupun agen

yang tidak mampu menjaga komitmen kinerja yag telah disepakati oleh prinsipal

sehingga memilih jalan untuk melakukan tindakan income smoothing.

2.1.2 Firm Size

a. Pengertian Firm Size

Menurut Toni et al., (2021) firm size merupakan skala suatu perusahaan

untuk melihat besar atau kecilnya suatu perusahaan. Besar atau kecilnya firm size

ini dapat diukur berdasarkan pada total asset yang dimiliki perusahaan. Firm size

yang berukuran besar akan cenderung melakukan income smoothing dikarenakan

perusahaan berukuran besar menjadi sumber ketertarikan bagi pemerintah maupun

masyarakat umum (Arum et al., 2017).


12

Menurut Riyanto (2015) firm size dapat diartikan sebagai besar kecilnya

perusahaan yang dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai

totak aktiva dari suatu perusahaan. Sedangkan menurut Sawir (2015) menyatakan

bahwa firm size dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam

hampir setiap study untuk alasan yang berbeda.

b. Pengukuran Firm Size

Dalam penelitian ini, firm size diukur dengan menggunakan logaritma

natural dari total asset (Octaviany, Hidayat, and Miftahudin 2019).

Firm Size = Ln (Total Asset)

2.1.3 Leverage

Menurut Toni et al., (2021) leverage adalah suatu kondisi perusahaan

mengenai keadaan dalam menggunakan asset yang dimiliki oleh perusahaan

tersebut untuk melunasi kewajibannya berupa utang. Perusahaan yang memiliki

tingkat leverage yang tinggi akan cenderung menggunakan income smoothing

karena perusahaan memiliki kewajiban yang tinggi dan perusahaan deafault atau

gagal melunasi hutang tepat waktu.

Dalam penelitian ini leverage diproksikan dengan Debt to Equity Ratio

(DER), yaitu rasio yang menggambarkan perbandingan hutang dengan ekuitas.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio rumus sebagai berikut:

Total Hutang
Debt to Equity Ratio =
Total Ekuitas

2.1.4 Net Profit Margin

a. Pengertian Net Profit Margi0n


13

Net profit margin merupakan salah satu indikator penting untuk menilai

suatu perusahaan. Net profit margin digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dan untuk mengetahui efektivitas

perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.

Menurut Kasmir (2017) net profit margin atau margin laba bersih

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengahsilkan laba bersih/penjualan.

Sedangkan menurut Qahfi et al., (2021) net profit margin adalah kemampuan

suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibanding dengan penjualan

yang dicapai.

Namun rasio ini belum bisa dijadikan untuk penentu kesuksesan suatu

perusahaan karena laba penjualan belum menjadi keberhasilan tanpa

membandingkan dengan hasil penjualan. Jadi, laba disini diukur dalam presentase.

Keberhasilan suatu usaha juga harus melihat seberapa besar jumlah dana yang

telah ditanam dalam perusahaan untuk memperoleh hasil tersebut.

b. Tujuan net profit margin

Tujuan penggunaan rasio net profit margin (NPM) bagi suatu perusahaan

maupun bagi pihak luar perusahaan jika dilihat menurut Kasmir (2019) sebagai

berikut:

1. Untuk mengukur laba perusahaan yang diperoleh perusahaan dalam

periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

c. Manfaat Net Profit Margin (NPM)


14

Menurut Kamir (2019) menjelaskan manfaat yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui tingkat besarnya laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode.

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dan tahun

sekarang.

3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Mengetahui cara menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan

modal sendiri.

5. Mengetahui produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

b. Faktor yang mempengaruhi Net Profit Margin (NPM)

Menurut Jumingan (2017) ada banyak faktor yang mempengaruhi perubahan

laba bersih (net income). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual per unit.

2. Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok penjualan

ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi atau dijual

dengan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit.

3. Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang

dijual, variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan

efesiensi operasi tingkat usaha.

4. Naik turunnya pos pengahasilan atau biaya non-operasional yang

dipengaruhi variasi uni yangn dijual, variasi dalam tingkat harga dan

perubahan kebijaksanaan dalam pemberian atau penerimaan discount.


15

5. Naik turunnya perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang

diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.

6. Adanya perubahan dalam metode akuntansi.

c. Pengukuran Net Proft Margin

Menurut Untung (2016) menjelaskan bahwa kalkulasi net profit margin

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Laba Bersih
Net Profit Margin =
Penjualan Bersih

2.1.5 Income Smoothing

a. Pengertian Incomes Smoothing

Income smoothing atau praktik perataan laba merupakan salah satu strategi

bagian dari praktik manajemen laba. Menurut Iskandar dan Suardana (2016)

income smoothing merupakan tindakan yang menggunakan teknik-teknik tertentu

untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan

jumlah periode sebelumnya. Tindakan income smoothing adalah fenomena yang

umum terjadi sebagai bentuk usaha manajemen dalam mengurangi fluktuasi laba

yang dilaporkan, tindakan ini pada umumnya dilakukan oleh pihak manajer dan

didasarkan atas beberapa alasan seperti mencapai keuntungan pajak, untuk

memberikan kesan baik pada pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen,

dan untuk menjaga posisi mereka di dalam perusahaan (Cahyaningrat, Widarno,

and Harimurti 2018).

b. Motivasi Incomes Smoothing

Menurut Zulfatun (2022) tindakan income smoothing dilakukan karena

beberapa alasan yaitu:


16

1. Mengurangi beban pajak.

2. Meningkatkan kepercayaan investor karena umumnya investor berasumsi

kestabilan laba akan berdampak pada kestabilan kebijakan dividen.

3. Menjaga hubungan baik antara manajemen dan pekerja karena jika

perusahaan melaporkan laba yang kenaikannya cukup besar, kemungkinan

besar akan menyebabkan pekerja menuntut kenaikan upah/gaji.

c. Pengukuran Income Smoothing

Dalam penelitian ini, income smoothing diukur dengan menggunakan Indeks

Eckel. Indeks Eckel adalah indeks yang ditemukan oleh Eckel (1981), dimana

melalui Indeks Eckel ini dapat memperlihatkan status pserusahaan, apakah

perusahaan tersebut melakukan income smoothing atau tidak (Widyastuti, 2017).

Pengujian Indeks Eckel dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

CV ∆I
Indeks Eckel =
CV ∆S

2.1.6 Pengaruh Firm Size Terhadap Income Smoothing

Firm Size menggambarkan sejumlah aset yang dimiliki perusahaan.

Banyak aset perusahaan dapat meningkatkan dan memaksimalkan produksi secara

lebih efisien sehingga akan berdampak pada peningkatan penjualan dan laba yang

diperoleh perusahaan juga akan meningkat.

Hal ini sependapat dengan Setyaningsih et l., (2021) yang menyatakan

bahwa semakin besar firm size semakin besar pula indikasi adanya praktik income

smoothing, karena perusahaan besar umumnya akan mendapat lebih banyak

perhatian dari berbagai pihak. Akibatnya perusahaan akan memilih income

smoothing untuk menghindari fluktuasi laba yang drastis, karena perusahaan besar
17

akan berusaha menciptakan suatu keadaan yang dapat memberikan kesan kepada

pihak eksternal bahwa kinerja perusahaan tersebut baik dengan cara menghindari

fluktuasi yang drastis.

2.1.7 Pengaruh Leverage Terhadap Income Smoothing

Leverage merupakan rasio atau perbandingan yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana ekuitas tersedia untuk menutupi hutang perusahaan.

Adanya indikasi perusahaan melakukan income smoothing untuk menghindari

pelanggaran perjanjian utang dapat dilihat melalui kemampuan perusahaan

tersebut untuk melunasi utangnya dengan menggunakan aktiva yang dimiliki.

2.1.8 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Income Smoothing

Investor sering menggunakan net profit margin sebagai dsaar dalam

membuat keputusan ekonomi yang berkaitan dengan perusahaan dan

menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Secara logis margin ini berkaitan

langsung dengan obyek perataan laba dan merefleksi motivasi manajer untuk

meratakan sehingga net profit margin diduga dapat mempengaruhi perataan laba

(Marhamah, 2016).

Hal ini didukung oleh Framita (2018) yang menyatakan bahwa perusahaan

dengan net profit margin menurun, cenderung melakukan praktik income

smoothing karena fluktuasi net profit margin yang drastis menurun akan

menggambarkan bahwa kinerja yang dimiliki perusahaan belum baik sehingga

berdampak pada citra perusahaan yang kurang baik dikalangan investor yang

dapat mengurangi daya tarik investor terhadap perusahaan. Hal inilah yang

menyebabkan net profit margin mempengaruhi terjadinya praktik income

smoothing.
18

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian Metode
No Judul Hasil
dan tahun penelitian
1 Devi Asa Pengaruh Analisis Secara parsial ukuran
Putri Ukuran regresi perusahaan, financial
(2019) Perusahaan, logistik leverage, dan net profit
Financial margin tidak
Leverage, mempengaruhi praktik
dan Net perataan laba.
Profit
Margin
Terhadap
Perataan
Laba Pada
Perusahaan
Sektor
Industri dan
Kimia di
Bursa Efek
Indonesia
2 Kesye Analisis Analisis Secara parsial asset
Karlina Pengaruh regresi linier growth dan net profit
Tilaar, Assets berganda margin tidak
Marjam Growth, berpengaruh signifikan
Mangantar Firm Size, terhadap perataan laba,
, dan Joy Net Profit sedangkan firm size
E. Tulung Margin berpengaruh signifikan
(2019) Terhadap terhadap perataan laba.
Perataan Secara simultan asset
Laba Pada growth, firm size, dan net
Perusahaan profit margin tidak
Tekstil Yang berpengaruh terhadap
Terdaftar Di perataan laba.
Bursa Efek
Indonesia
4 Afifa Pengaruh Analisis Ukuran perusahaan,
Pricillia Ukuran regresi income tax dan net profit
Putri Perusahaan, logistik margin tidak
(2021) Income Tax, berpengaruh secara
dan Net parsial terhadap income
Profit smoothing.
Margin
Terhadap
Praktik
Income
19

Smoothing
5 Hendra Firm Size, Analisis Firm size berpengaruh
Sanjaya Stock Price, regresi linear terhadap income
Kusni, Financial berganda smoothing, stock price
Novia Leverage dan tidak berpengaruh
Arthameli Income terhadap income
a Putri Smoothing di smoothing, financial
Ramadhan Era New leverage berpengaruh
i, dan Ida Normal negatif terhadap income
Suriana smoothing.
(2022)
6 Ni Wayan Pengaruh Analisis Secara Parsial ukuran
Sinta Ukuran Regresi perusahaan dan financial
Sunetri, Perusahaan, Logistik leverage tidak
Putu Cita Financial berpengaruh terhadap
Ayu, Putu Leverage dan Income Smoothing
Nuniek Kualitas sedangkan kualitas audit
Hutnaleon Audit berpengaruh positif
tina Terhadap terhadap Income
(2022) Perataan Smoothing. Dan secara
Laba simultan menyatakan
(Income bahwa ukuran
Smoothing) perusahaan, financial
pada leverage, dan kualitas
Perusahaan audit berpengaruh
Manufaktur terhadap Income
Tahun 2017- Smoothing pada
2020 perusahaam manufaktur
sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar
di BEI tahun 2017-2020.
7 Zulfatun Analisis Analisis Profitabilitas dan
Salmaniya Faktor-Faktor regresi financial leverage
h (2022) Yang logistik berpengaruh terhadap
Mempengaru income smoothing.
hi Tindakan Sedangkan cash holding
Income dan ukuran perusahaan
Smoothing tidak berpengaruh
Pada terhadap income
Perusahaan smoothing. Secara
BUMN Go simultan cash holding,
Public Yang profitabilitas, ukuran
Terdaftar Di perusahaan, dan financial
Bursa Efek leverage berpengaruh
Indonesia terhadap income
Tahun 2016- smoothing.
2020
20

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1
Kerangka Penelitian

INDEPENDEN DEPENDEN

Firm Size (X1)

Leverage (X2) Income Smoothing (Y)

Net Profit Margin (X3)

(X4)

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Diduga Firm Size berpengaruh terhadap Income Smoothing.

H2 : Diduga Leverage berpengaruh terhadap Income Smoothing.

H3 : Diduga Net Profit Margin berpengaruh terhadap Income Smoothing.

H4 : Diduga Firm Size, Leverage, dan Net Profit Margin secara simultan

berpengaruh terhadap Income Smoothing.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kausal. Penelitian kausal adalah

penelitian yang meneliti hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih,

sehingga dapat menerangkan dampak perubahan dari variasi nilai dalam suatu

variabel terhadap perubahan variasi nilai dalam satu atau lebih variabel lain.

Menurut sifatnya data dalam penelitian ini termasuk dalam data kuantitatif. (Putra

and Sugiyono, 2017) mengungkapkan informasi studi dalam metode kuantitatif

adalah analisis statistik dan angka.

Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara

langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dalam bentuk

angka. Pada pendekatan kuantitatif peniliti akan menguji secara spesifik suatu

hipotesis, lalu melakukan pengumpulan data guna mengetahui hipotesis tersebut

dapat diterima atau ditolak. Pada penelitian ini data kuantitatif yang diperlukan

adalah laporan keuangan tahunan.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2019 sampai tahun 2021. Terdapat 16

perusahaan asuransi yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.3 Definisi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu, variabel independen dan

variabel dependen. Variabel independen biasa disebut juga dengan variabel bebas

yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik secara positif atau

26
27

negatif, serta bersifat dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada variabel lain.

Variabel dependen atau variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi atau

akibat dari adanya variabel independen.

3.3.1 Variabel Independen (independent variabel)

Variabel independen adalah variabel yang menyebabkan atau

mempengaruhi dalam menentukan hubungan antara fenomena yang diobseervasi

atau yang diamati terhadap variabel terikat (dependent variabel) yaitu firm size

(X1), leverage (X2), dan net profit margin (X3).

3.3.1.1 Firm Size (X1)

Firm size adalah skala yang yang digunakan untuk mengklasifikasikan

besar atau kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai cara salah satunya total

aset.

Firm Size = Ln (Total Asset)

3.3.1.2 Leverage (X2)

Leverage menunjukkan seberapa besar tingkat aset perusahaan yang

dibiayai dengan utang. Leverage merupakan rasio yang menggambarkan seberapa

jauh penggunaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Leverage diukur

dengan menggunakan rasio hutang terhadap total aktiva dengan rumus sebagai

berikut:

Debt Ratio = Total Utang × 100%


Total Aset

3.3.1.3 Net Profit Margin (X3)


28

Net profit margin adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara

laba bersih setelah pajak terhadap total penjualan.

Laba Bersih Setelah Pajak


Net Profit Margin = X 100%
Penjualan

3.3.2 Variabel Dependen (dependent variabel)

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalaha income

smoothing yang dilambangkan dengan symbol Y. Operasionalisasi dari variabel

sebagai berikut:

3.3.2.1 Income Smoothing (Y)

Tindakan income smoothing diuji dengan indeks Eckel (1981). Eckel

menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel penghasilan dan variabel

penghasilan bersih. Indeks income smoothing dihitung sebagai berikut:

CV ∆I
Indeks Eckel =
CV ∆S
Dimana :

∆I : Perubahan Laba dalam satu periode

∆S : Perubahan Penjualan dalam satu periode

CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan

nilai yang diharapkan

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan asuransi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-2021. Total perusahaan

asuransi yang terdaftar di BEI sejumlah 16 perusahaan. Adapun daftar nama

perusahaan tersebur sebagai berikut:


29

Tabel 3.1
Populasi
No KODE NAMA EMITEN TANGGAL IPO
1 ABDA Asuransi Bina Dana Arta Tbk 06 Juli 1989
2 AHAP Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 14 September 1990
3 AMAG Asuransi Multi Artha Guna Tbk 23 Desember 2005
4 ASBI Asuransi Bintang Tbk 29 November 1989
5 ASDM Asuransi Dayin Mitra Tbk 15 Desember 1989
6 ASJT Asuransi Jasa Tania Tbk 23 Desember 2003
Asuransi Kresna Mitra Tbk d.h
7 ASMI 16 Januari 2014
Asuransi Mitra Maparya
8 ASRM Asuransi Ramayana Tbk 19 Maret 1990
Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra
9 JMAS 18 Desember 2017
Abadi Tbk
10 LIFE Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk 09 Juli 2019
11 LPGI Lippo General Insurance Tbk 06 September 2005
Maskapai Reasuransi Indonesia
12 MREI 04 September 1989
Tbk
Malacca Trust Wuwungan
13 MTWI 11 Oktober 2017
Insurance Tbk
Paninvest Tbk d.h
14 PNIN 20 September 1983
Panin Insurance Tbk
Asuransi Tugu Pratama Indonesia
15 TUGU 28 Mei 2018
Tbk
16 VINS Victoria Insurance Tbk 28 September 2015
Sumber: www.idx.co.id

3.4.2 Sampel

Menurut Ghozali (2018) menyatakan bahwa sampel merupakan bagian

dari populasi, dengan mempelajari sampel maka peneliti dapat menarik

kesimpulan untuk populasinya. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan purposive sampling method, yaitu teknik penentuan sampel

atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu (Sugiyono, 2016). Jadi,

peneliti menentukan sendiri sampel yang akan diambil. Dengan menggunakan

purposive sampling method, sampel yang diperoleh diharapkan sesuai dengan

penelitian yang akan dilakukan dan tidak memberikan bias bagi tujuan penelitian.

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI pada tahun 2019-2021.


30

b. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan per 31 Desember

periode 2019-2021.

c. Perusahaan tidak dikeluarkan dari bursa (delisted) pada tahun 2019-2021.

d. Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang pelaporan.

e. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode 2019-2021.

f. Perusahaan memiliki data yang berhubungan dengan variabel penelitian.

Tabel 3.2
Kriteria Pemilihan Sampel

Jumlah
No Kriteria
Perusahaan
Perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI pada
1 16
tahun 2019-2021.
Perusahaan yang tidak mempublikasikan
2 laporan keuangan tahunan per 31 Desember (1)
periode 2019-2021.
Perusahaan yang dikeluarkan dari bursa
3 (0)
(delisted) pada tahun 2019-2021.
Perusahaan yang tidak menggunakan mata
4 (0)
uang Rupiah sebagai mata uang pelaporan.
Perusahaan yang mengalami kerugian selama
5 (3)
periode 2019-2021.
Perusahaan yang tidak memiliki data yang
6 (0)
berhubungan dengan variabel penelitian.
Perusahaan yang masuk kriteria pemilihan sampel (12)
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 12

perusahaan. Karena penelitian ini dilakukan dam kurun watu 3 tahun (2019-2021),

maka jumlah pengamatannya sebanyak 36 pengamatan (12 perusahaan x 3 tahun).

Berikut ini daftar nama perusahaan yang memenuhi kriteria sampel:

Tabel 3.3
Sampel Penelitian
No KODE NAMA EMITEN TANGGAL IPO
1 ABDA Asuransi Bina Dana Arta Tbk 06 Juli 1989
2 AMAG Asuransi Multi Artha Guna Tbk 23 Desember 2005
3 ASBI Asuransi Bintang Tbk 29 November 1989
4 ASDM Asuransi Dayin Mitra Tbk 15 Desember 1989
31

5 ASRM Asuransi Ramayana Tbk 19 Maret 1990


Asuransi Jiwa Syariah Jasa
6 JMAS 18 Desember 2017
Mitra Abadi Tbk
Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG
7 LIFE 09 Juli 2019
Tbk
8 LPGI Lippo General Insurance Tbk 06 September 2005
Malacca Trust Wuwungan
9 MTWI 11 Oktober 2017
Insurance Tbk
Paninvest Tbk d.h
10 PNIN 20 September 1983
Panin Insurance Tbk
Asuransi Tugu Pratama
11 TUGU 28 Mei 2018
Indonesia Tbk
12 VINS Victoria Insurance Tbk 28 September 2015
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

3.5 Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang dapat

diukur secara langsung berisi informasi dan penjelasan yang dinyatakan dalam

bentuk angka-angka. Data kuantitatif yang digunakan pada penilitian ini adalah

laporan keuagan tahunan.

Sementara sumber data pada penelitian ini berasal dari data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau dari pihak kedua.

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan yang telah diarsipkan

(data dokumenter) baik yang dipublikasikan mapun tidak dipublikasikan.

Penelitian ini mengambil data dari laporan keuangan tahunan perusahaan asuransi

periode 2019-2021 yang telah dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI)

yang dapat diakses melalui website resmi BEI yaitu www.idx.co.id.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa

dokumentasi dan studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari dokumen-

dokumen terkait terhadap data yang akan dipakai, seperti buku teks, jurnal,

penelitian sebelumnya, artikel dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, peneliti
32

mengambil data dan menelusuri laporan keuangan tahunan yang tersedia,

kemudian diolah menggunakan rumus. Pengumpulan data ini bertujuan untuk

memperoleh data mengenai laporan keuangan perusahaan yang berhubungan

dengan kebutuhan penelitian ini.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran deskriptif dari

variabel-variabel yang akan diteliti, ditunjukkan dalam tabel deskriptif statistik

yang di dalamnya menunjukkan angka minimum, maksimum, mean dan standar

deviasi. Dengan analisis deskriptif, seluruh data yang diperoleh akan tersaji secara

ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi dari kumpulan data yang ada.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

3.7.2.1 Uji Normalitas

Tujuan dilakukan uji normalitas adalah untuk menguji variabel dependen

dan variabel independen dalam model regresi tersebut, apakah terdistribusi

dengan normal. Data yang terdistribusi dengan normal atau mendekati normal

akan menunjukkan model regresi yang baik. Cara mendeteksi normal atau

tidaknya data yang terdistribusi dengan menggunakan analisis statistik dalam

penelitian. Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Apabila, asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak

valid untuk jumlah sampel kecil.

Dua cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual

berdistribsi normal atau tidak yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Grafik
33

Salah satu cara yang mudah untuk melihatnormalitas residual adalah

dengan melihat grafik histogram yang menunjukkan perbandingan antara data-

data observasi dengan data-data distribusi yang mendekati distribusi normal.

Namun, masih ditemukan adanya bias yang muncul ketika melihat histogram

terkhusus untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih efektif dapat

dilakukan dengan melihat normal probably plot yang menunjukkan perbandingan

antara distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan

membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan berbanding

dengan garis lurus. Garis yang menunjukkan data sesungguhnya akan mengikuti

garis diagonalnya, hal tersebut menunjukkan bahwa distribusi data residul normal

(Ghozali, 2018).

2. Analisis Statistik

Uji normalitas dengan grafik akan memberi keraguan apabila tidak

berhati-hati secara visual terlihat normal, namun secara statistik bisa sebaliknya.

Uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah salah satu uji

statistic lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual. Suatu data

dapat dikatakan normal ketika probabilitas signifikan variabel 5 persen. Apabila

didapati residual dalam uji tersebut yang memiliki nilai asymp. Sig (2 tailed)

dengan probabilitas signifikansi < 0,05 diartikan bahwa residual tersebut tidak

terdistribusi secara normal.

3.7.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah uji yang digunakan untuk menentukan apakah

ada korelasi linier yang sempurna antara variabel independen dalam model

regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak timbul korelasi sempurna
34

diantara variabelnya. Apabila variabel independen saling berkorelasi, maka

variabel-variabel tersebut dikatakan tidak orthogonal. Varaibel orthogonal

merupakan variabel independen yang mempunyai nilai korelasi antar variabel

independen sama dengan nol (Ghozali, 2018).

Berikut cara mendeteksi ada atau tidaknya multikoloneritas dalam model

regresi, yaitu:

1. Nilai R2 yang didapatkan dari suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, namun secara individual menunjukkan banyaknya

ketidaksignifikanan dari variabel-variabel independen yang mempengaruhi

varaibel dependen.

2. Variabel-variabel independen di analisis secara matrik korelasi. Apabila

adanya korelasi yang cukup tinggi antar variabel independen (umumnya

diatas 0,90), maka dapat diindikasi adanya multikolinearitas. Apabila antar

variabel independen tidak berkorelasi tinggi, bukan berarti bebas dari

multikolonearitas. Multikolonieritas dapat terjadi karena adanya efek

komninasi dua atau lebih variabel independen.

Multikolonearitas dapat dideteksi dari (1) nilai tolerance dan lawannya,

(2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran tersebut memperlihatkan setiap

variabel independen lainnya. Setiap variabel independen menjadi variabel

dependen dan di regresi terhadap variabel independen lainnya. Tolerance

berfungsi untuk mengukur viriabilitas variabel independen yang telah terpilih dan

tidak diterangkan oleh independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Umumnya nilai cutoff

digunakan untuk memperlihatkan adanya multikolonearitas adalah nilai tolerance


35

≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Setiap peneliti harus dapat menentukan

tingkat kolonearitas yang masih dapat ditolerir.

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama dalam

seluruh pengamatan pada model regresi, tidak adanya heteroskedastisitas yang

muncul maka akan menunjukkan model regresi yang baik. Apabila dari satu

pengamatan ke pengematan lain, varians residualnya tetap maka dapat disebut

homoskedastisitas serta apabila berbeda disebut (Tala and Karamoy, 2017)

Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat

Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen. Jika ada pola tertentu, seperti

titik-titik yang membentuk pola tertentu secara teratur (bergelombang, melebar

lalu menyempit) maka diidentifikasi telah terjadi heteroskedastisitas. Jika terdapat

pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, maka heteroskedastisitas tidak terjadi.

Analisis dengan grafik plots mempunyai kelemahan yang signifikan sebab

hasil ploting dipengaruhi jumlah pengamatan. Semakin minimnya total

pengamatan maka semakin sulit hasil grafik plot diinterpretasikan. Oleh karena itu

dibutuhkan uji statistik yang lebih menjamin hasil yang didapat secara akurat

(Ghozali, 2018).

3.7.2.4 Uji Autokorelasi

Menurut Mahawyahrti dan Budiasih (2017) mengungkapkan bahwa uji

autokeralasi dilakukan untuk memastikan adakah hubungan korelasi variabel yang

ada pada model regresi dengan perubahan rangkaian waktu. Adanya problem

autokorelasi dapat terjadi karena adanya korelasi. Autokorelasi muncul sebab


36

observasi yang sepanjang waktu saling berurutan satu sama lainnya. Regresi yang

bebas dari autokorelasi merupakan bentuk model regresi yang baik. Uji Durbin

Watson Statistic dilakukan untuk mengetahui pengujian autokorelasi.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan cara,

sebagai berikut:

1. Jika DW < dL , maka diidentifikasi adanya autokorelasi positif

2. Jika dL < DW < Du, maka ada atau tidaknya autokorelasi tidak dapat

disimpulkan.

3. Jika dU < DW < (4-dL), maka ada atau tidaknya autokorelasi tidak dapat

disimpulkan.

4. Jika DW > (4-Dl), maka ditemukan adanya autokorelasi positif.

Keterangan :

dL = batas bawah DW

Du = batas atas DW

3.7.3 Analisis Persamaan Regresi Linier Berganda

Metode yang dimanfaatkan untuk mengukur variabilitas luas

pengungkapan resiko dalam penelitian ini adalah regresi berganda (multiple

regression analysis). Analisis regresi berganda dipakai guna menguji pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun persamaan regresi yang

digunakan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Keterangan :

Y = Income Smoothing

α = Konstanta
37

β1 β2 β3 = Koefisien Regresi

X1 = Firm Size

X2 = Leverage

X3 = Net Profit Margin

e = Eror

3.7.4 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) memiliki fungsi untuk mengukur seberapa

besar kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai dari

koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1 (0 < X < 1). Nilai R yang kecil

menunjukkan adanya keterbatasan dari kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel-variabel dependen. Variabel-variabel independen

memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel dependen jika nilai yang diperoleh mendekati satu.

Terdapat kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi

adalah bias terhadap total variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.

R2 akan meningkat setiap ada perubahan satu variabel independen, meskipun

variabel tersebut berpengaruh secara signifikansi terhadap variabel dependen.

Oleh sebab itu banyak peneliti menyarankan untuk memakai nilai adjust R2 pada

saat mengevaluasi mana model regresi terbaik.

3.7.5 Pengujian Hipotesis

Dasar dalam pengambilan keputusan analisis berganda adalah dengan

menggunakan uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t) dan uji

signifikansi simultan (Uji statistik F).

3.7.5.1 Pengujian Secara Parsial (Uji t)


38

Pada dasarnya uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa besar

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel

dependen. Pada uji t dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Bila variabel independen lebih kecil dari tingkat signifikansi (Sig < 0,05)

maka Ha diterima dan Ho ditolak, variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen.

2. Bila variabel independen lebih besar dari tingkat signifikansi (Sig > 0,05)

maka Ha ditolak dan Ho diterima, variabel independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

3.7.5.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Pada dasarnya uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua

variabel independen dalam penelitian memiliki pengaruh secara simultan terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2018). Uji F dipakai dengan cara nilai signifikansi F

pada output hasil regresi menggunakan SPSS dnegan nilai signifikansi 0,05

dengan cara sebagai berikut:

1. Bila variabel independen < nilai signifikansi (Sig ≤ 0,05) maka hipotesis

diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen dengan signifikan.

2. Bila variabel independen > nilai signifikansi (Sig ≥ 0,05) maka hipotesis

ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa efek ini hadir sejak jaman kolonial Belanda tepatnya pada

tahun 1912 di Batavia. Pada saat itu pasar modal di dirikan oleh pemerintah

Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau Verenigde Oost-

Indische Compagnie (VOC).

Pada tahun 1977 pemerintah Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal

dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring

dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat

dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1
Perkembangan Pasar Modal di Indonesia

Tahun Peristiwa

Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia


oleh Pemerintah Hindia Belanda.
1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan


Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di


Semarang dan Surabaya ditutup.

1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang


Dunia II.

1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek


semakin tidak aktif

40
41

1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek Vakum.

Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.


BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana
10 Agustus 1977 Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga
ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai
emiten pertama 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara

Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten


1977 – 1987 hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih
memilih instrument perbankan dibandingkan instrument
Pasar Modal

Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987


1987 (PAKDES 97) yang memberikan kemudahan bagi
perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan
investor asing menanamkan modal di Indonesia

Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal


1988 – 1990 diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas
bursa terlihat meningkat

Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan


2 Juni 1988 dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek
(PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan
dealer.

Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES


Desember 1988 88) yang memberikan kemudahaan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi
pertumbuhan pasar modal.

Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan


16 Juni 1989 dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT
Bursa Efek Surabaya.

Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan


13 Juli 1992 Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai
HUT BEJ.

Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan


22 Mei 1995 dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated
Trading Systems).

10 November Pemerintahan mengeluarkan Undang – Undang No. 8


1995 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang – Undang ini
mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
42

1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek


Surabaya.

2000 Sistem Perdagangan Tapa Warkat (scrioless trading)


mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdaganagn jarak


jauh (remote trading).

Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa


2007 Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (BEI).

2 Maret 2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa


Efek Indonesia: JATS-NextG
(Source: www.idx.co.id )

4.1.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia yang menjadi penyelenggara pasar modal di

Indonesia memiliki visi dan misi sebagai berikut:

1. Visi Bursa Efek Indonesia

Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

2. Misi Bursa Efek Indonesia

Menciptakan infrastruktur pasar keuangan yang terpercaya dan

kredibel untuk mewujudkan pasar yang teratur, wajar, dan efisien,

serta dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan melalui produk

dan layanan yang inovatif.

4.1.3 Gambaran Umum Perusahaan

1. Asuransi Bina Dana Arta Tbk (ABDA)

Asuransi Bina Dana Arta Tbk yang biasa dikenal dengan ABDA Insurance

atau Asuransi ABDA adalah perusahaan asuransi yang bergerak dalam bidang

asuransi kerugian baik konvensional maupun dengan prinsip syariah. Perusahaan

ini didirikan pada tanggal 12 Oktober 1982 dengan nama PT Asuransi Bina
43

Dharma dan telah mulai beroperasi sejak didirikannya. Pada tahun 1994 nama

perusahaan diubah menjadi PT Dharmala Insurance. Kemudian pada tahun 1999

nama perusahaan kembali diubah menjadi Asuransi Bina Dana Arta Tbk.

2. Asuransi Multi Artha Guna Tbk (AMAG)

Asuransi Multi Artha Guna Tbk yang biasa dikenal dengan AMAG atau

Asuransi MAG adalah perusahaan asuransi yang bergerak dalam bidang asuransi

kerugian termasuk usaha reasuransi kerugian. Perusahaan ini didirikan di

Surabaya pada tanggal 14 November 1980. Setelah beroperasi selama 25 tahun,

pada tanggal 23 Desember 2005 perseroan resmi tercatat sebagai perusahaan

public di Bursa Efek Indonesia.

3. Asuransi Bintang Tbk (ASBI)

Asuransi Bintang Tbk yang biasa dikenal dengan ASBI adalah perusahaan

asuransi yang bergerak dalam bidang asuransi kerugian baik konvensional

maupun dengan prinsip syariah. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 17 Maret

1995 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Maret 1955. Asuransi

Bintang berkantor pusat di Jl. R.S. Fatmawati No. 32, Jakarta 12430-Indonesia

dan memiliki 9 kantor cabang, 1 cabang bisnis syariah dan 14 kantor pemasaran

yang terletak di beberapa kota di Indonesia.

4. Asuransi Dayin Mitra Tbk (ASDM)

Asuransi Dayin Mitra Tbk yang biasa dikenal dengan ASDM adalah

perusahaan asuransi yang bergerak dalam bidang asuransi kerugian baik

konvensional maupun dengan prinsip syariah. Perusahaan ini didirikan pada

tanggal 1 April 1982 dan mulai beroperasi pada bulan Juli 1982. ASDM berkantor
44

pusat di Wisma Hayam Wuruk lantai 7, Jl. Hayam Wuruk No. 8, Jakarta 10120-

Indonesia. Telp: (62-21) 8086-8888 (Hunting), Fax: (62-21) 345-3457.

5. Asuransi Ramayana Tbk (ASRM)

Asuransi Ramayana Tbk atau biasa dikenal dengan ASRM didirikan pada

tanggal 6 Agustus 1956 dengan nama PT Maskapai Asuransi Ramayana dan

mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1956.

6. Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS)

Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk atau biasa dikenal JMAS

adalah perusahaan yang didirikan pada tanggal 15 Agustus 2014. Perusahaan ini

berkantor pusat di Graha Kospin JASA, Jl. Jend. Gatot Soebroto Kav. 1, Jakarta

Selatan 12870 – Indonesia. Telp: (62-21) 8247-0083 (Hunting), Fax: (62-21)

8247-0086. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

JMAS adalah bergerak dalam bidang Asuransi Jiwa Syariah.

7. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE)

Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk atau biasa dikenal LIFE adalah

perusahaan yang didirikan pada tanggal 17 Juli 1984 bernama PT Asuransi Jiwa

Purnamala Internasional Indonesia dan mulai beroperasi secara komersial pada

tahun 1985.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan LIFE

adalah bergerak di bidang usaha asuransi jiwa, termasuk asuransi jiwa dengan

prinsip syariah serta bertindak sebagai pendiri dan pengelola dana pension,

termasuk yang berprinsip syariah. Saat ini, kegiatan utama LIFE adalah

menyediakan beragam solusi finansial multi produk, yang terdiri atas produk unit
45

link, produk tradisional, dan produk syariah untuk memenuhi kebutuhan seluruh

segmen nasabah. Produk-produk asuransi yang ditawarkan oleh Asuransi Jiwa.

8. Lippo General Insurance Tbk (LPGI)

Perusahaan Lippo General Insurance Tbk atau biasa dikenal LPGI adalah

sebuah perusahaan asuransi di Indonesia yang didirikan pada tanggal 6 September

tahun 1963 dengan nama PT Asuransi Brawijaya. Kemudian pada tanggal 24

Januari 1964 nama perusahaan diganti menjadi PT Maskapai Asuransi Marga

Suaka. Setelah berjalan selama 18 tahun, pada tanggal 1 Oktober 1982 nama

perusahaan disempurnkan menjadi PT Asuransi Marga Pusaka.

9. Malacca Trust Wuwungan Insurance Tbk (MTWI)

Malacca Trust Wuwungan Insurance Tbk atau biasa dikenal MTWI adalah

perusahaan yang didirikan pada tanggal 15 Desember 1952 dengan nama N.V

Maskapai Asuransi Umum Wuwungan. MTWI berkantor pusat di Gedung Chase

Lantai 8 , Jl. Jend. Sudirman Kav. 21, Jakarta 12920 – Indonesia.Berdasarkan

Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MTWI adalah bergerak

dalam bidang Asuransi Umum. Saat ini, MTWI menyediakan pilihan produk

asuransi umum yang diperuntukkan bagi masyarakat di Indonesia seperti asuransi

kendaraan bermotor, asuransi harta benda, asuransi kecelakaan diri, asuransi

pengiriman barang, asuransi perjalanan dan produk asuransi lainnya.

10. Paninvest Tbk d.h Panin Insurance Tbk (PNIN)

Paninvest Tbk dahulu bernama Panin Insurance Tbk atau biasa dikenal

PNIN adalah perusahaan yang didirikan tanggal 24 Oktober 1973 dengan nama

PT Pan-Union Insurance Ltd dan memulai kegiatan usahanya pada tahun 1974

secara komersial.
46

11. Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU)

Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk atau biasa dikenal TUGU adalah

perusahaan yang berdiri pada tanggal 28 November 1981 dengan nama PT Tugu

Pratama Indonesia. TUGU berkantor pusat di Wisma Tugu I, Jl. H. R. Rasuna

Said Kav. C 8-9 Kuningan, Jakarta Selatan 12920 – Indonesia. Telp: (62-21)5296-

1777 (Hunting), Fax: (62-21) 5296-1555, 5296-2555. Berdasarkan Anggaran

Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TUHU adalah dalam bidang industri

asuransi umum, reasuransi dan bisnis syariah.

12. Victoria Insurance Tbk (VINS)

Victoria Insurance Tbk atau biasa dikenal VINS didirikan pada tanggal 11

Mei 1978 dengan nama PT Asuransi Agung Asia, kemudian pada tahun 1989

perusahaan mengubah nama menjadi PT Asuransi SUMMA, lalu pada tahun 1993

terjadi perubahan nama lagi menjadi PT Asuransi Umum Centris dan pada tahun

2010 perusahaan melakukan perubahan nama menjadi PT Victoria Insurance.

Pada tahun 2010 perusahaan mulai beroperasi secara komersial. VINS berkantor

pusat di Graha BIP lantai 3A, Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 23, Jakarta Selatan,

DKI Jakarta 12930 – Indonesia. Telp: (+62-21) 5099-2940 (Hunting), Fax: (+62-

21) 5099-2941.

VINS adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi, yaitu

menyediakan jasa asuransi umum, baik program standard maupun khusus,

termasuk asuransi: kebakaran, asuransi kendaraan bermotor, asuransi alat berat,

asuransi angkutan laut, asuransi rekayasa, asuransi tanggung gugat, asuransi uang,

asuransi kebongkaran, asuransi kecelakaan, surety bond.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan


47

4.2.1 Analisis Deskriptif

Untuk lebih mempermudah dalam melihat gambaran atau deskripsi

mengenai variabel yang diteliti, variabel tersebut dapat dijelaskan secara statistik

seperti yang tergambar pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2
Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FIRM SIZE 36 26.0117 31.1942 28.437303 1.5981471


LEVERAGE 36 .0169 .7575 .501992 .2211330
NET PROFIT MARGIN 36 .0012 4.1855 .274469 .6888657
INCOME SMOOTHING 36 -2.2013 331.2124 27.763767 92.8030199
Valid N (listwise) 36
Sumber: Data Output SPSS

Dapat dilihat pada tabel di atas merupakan gambaran data yang meliputi

nilai minimum, maximum, mean dan standar deviasi. Nilai minimum adalah nilai

terkecil yang diperoleh dari hasil pengolahan. Nilai maximum adalah nilai

tertinggi yang diperoleh. Sedangkan nilai mean adalah nilai rata-rata yang penulis

peroleh dari hasil pengolahan dan analisis yang telah dilakukan.

Variabel firm size (X1) memiliki nilai minimum 26,0117, nilai maksimum

31,1942, nilai mean (rata-rata) 28,4373 dan nilai standar deviasi sebesar 1,5981.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut mengindikasikan hasil yang

baik karena standar deviasi mencerminkan besarnya penyimpangan lebih kecil

dari nilai mean. Perusahaan yang memiliki nilai firm size terendah adalah PT

Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk pada tahun 2019 sebesar 26,0117.

Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai firm size tertinggi adalah PT Paninvest

Tbk pada tahun 2021 sebesar 31,1942.


48

Variabel leverage (X2) memiliki nilai minimum 0,0169, nilai maksimum

0,7575, nilai mean (rata-rata) sebesar 0,5019, dan nilai standar deviasi sebesar

0,2211. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut mengindikasikan hasil

yang baik karena standar deviasi mencerminkan besarnya penyimpangan lebih

kecil dari nilai mean. Perusahaan yang memiliki nilai leverage terendah adalah PT

Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk pada tahun 2021 sebesar 0,0169. Sedangkan

perusahaan yang memiliki nilai leverage tertinggi adalah PT Malacca Trust

Wuwungan Insurance Tbk pada tahun 2020 sebesar 0,7575.

Variabel net profit margin (X3) memiliki nilai minimum 0,0012, nilai

maksimum 4,1855, nilai mean (rata-rata) 0,2744, dan nilai standar deviasi sebesar

0,6888. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut mengindikasikan

hasil yang kurang baik karena standar deviasi mencerminkan besarnya

penyimpangan lebih besar dari nilai mean. Perusahaan yang memiliki nilai net

profit margin terendah adalah PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk

pada tahun 2020 sebesar 0,0012. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai net

profit margin tertinggi adalah PT Victoria Insurance Tbk pada tahun 2021 sebesar

4,1855.

Variabel income smoothing (Y) memiliki nilai minimum -2,2013 , nilai

maksimum 331,2124, nilai mean (rata-rata) 27,7637, dan nilai standar deviasi

sebesar 92,8030. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut

mengindikasikan hasil yang kurang baik karena standar deviasi mencerminkan

besarnya penyimpangan lebih besar dari nilai mean. Perusahaan yang memiliki

nilai income smoothing terendah adalah PT Abda Insurance Tbk pada tahun 2019

sampai 2021 sebesar -2,2013. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai income
49

smoothing tertinggi adalah PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk pada

tahun 2019 sampai 2021 sebesar 331,2124.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan guna menguji apakah variabel pengganggu atau

variabel residual dalam model regresi terdistribusi normal. Penelitian ini

menggunakan analisis grafik P-P Plot of Regression yang dapat dilihat pada

gambar grafik berikut ini:

Gambar 4.1
Grafik P-P Plot

Sumber: Data Output SPSS

Berdasarkan hasil uji normalitas P-P Plot of Regression tersebut

menjelaskan bahwa sebaran data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
50

arah diagonal maka disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini memenuhi

asumsi normalitas.

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas memiliki tujuan untuk menguji model regresi guna

mengetahui hubungan antar variabel independen. Uji multikolinieritas dilihat dari

nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF), apabila nilai tolerance >

0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak ada tanda-tanda multikolinieritas pada model

regresi. Hasil uji multikolinieritas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

dibawah berikut:

Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 1206.955 323.912 3.726 .001

FIRM SIZE -38.363 10.483 -.661 -3.660 .001 .667 1.499

LEVERAGE -155.174 77.311 -.370 -2.007 .053 .641 1.561

NET PROFIT -37.725 21.351 -.280 -1.767 .087 .866 1.155


MARGIN
Sumber: Data Output SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat hasil nilai tolerance masing-masing

variabel > 0,10 serta nilai VIF masing-masing variabel <10. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam model regresi.

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke


51

pengamatan yang lain. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari gambar

dibawah ini:

Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data Output SPSS

Berdasarkan gambar diatas, scatterplots menunjukkan bahwa data dan

sampel terdistribusi secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Titik-titik

menyebar secara acak dan tersebar baik diatas atau dibawah angka 0 pada sumbu

Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas,

sehingga model regresi yang baik dan ideal dapat terpenuhi.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi memiliki tujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada data observasi satu pengamatan ke pengamatan

lainnya dalam model regresi linier. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan

menguji nilai Durbin-Watson, Jika nilai du < d < (4-du), maka nilai Durbin-

Watson model regresi berganda terpenuhi. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
52

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .552 a
.304 .239 80.9531177 .915
Sumber: Data Output SPSS

Menurut hasil pada tabel diatas, Durbin-Watson (DW) sebesar 0,915. Nilai

ini akan dibandingkan dengan tabel DW pada signifikansi 5% dengan rumus

(k;N). Adapun jumlah variabel independen (k) = 3, sementara jumlah sampel (N)

= 36, maka (k;N) = (3;36). Angka ini kemudian kita lihat pada distribusi nilai

tabel DW. Maka ditemukanlah nilai batas bawah (dL) = 1,2953 lebih kecil dari

batas atas (dU) = 1,6539, dan kurang dari (4 – 1,6539) = 2,3461. Maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi.

4.2.3 Analisis Persamaan Regresi Linier Berganda

Analisis persamaan regresi linear berganda memiliki fungsi untuk menguji

pengaruh variabel bebas terhadap manajemen laba yang merupakan variabel

terikat. Hasil analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5
Hasil Regresi Linear Berganda
Coefficients a

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1206.955 323.912 3.726 .001

FIRM SIZE -38.363 10.483 -.661 -3.660 .001

LEVERAGE -155.174 77.311 -.370 -2.007 .053

NET PROFIT MARGIN -37.725 21.351 -.280 -1.767 .087

Sumber: Data Output spss


53

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diatas, maka model persamaan

regresi yang dibentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = 1206,955 – 38,363X1 – 155,174X2 – 37,725X3 + e

Keterangan :

Y = Income Smoothing

X1 = Firm Size

X2 = Leverage

X3 = Net Profit Margin

Dari hasil persamaan regresi diatas maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Konstanta (α)

Nilai konstanta (α) yang diperoleh sebesar 1206,955. Hal ini dapat

diartikan bahwa apabila besarnya nilai seluruh variabel independen adalah 0,

maka besarnya nilai income smoothing yang terjadi adalah 1206,955.

2. Koefisien Regresi (β) X1

Nilai koefisien variabel X1 (firm size) sebesar -38,363 dan bertanda

negative, ini memperlihatkan bahwa firm size memiliki hubungan yang

terbalik dengan income smoothing. Artinya bahwa setiap kenaikan firm size

1% maka variabel income smoothing akan naik sebesar -38,363 dengan

asumsi bahwa variabel independen lain konstan.

3. Koefisien Regresi (β) X2

Nilai koefisien variabel X2 (leverage) sebesar -155,174 dan bertanda

negative, ini memperlihatkan bahwa leverage memiliki hubungan yang

terbalik dengan income smoothing. Artinya bahwa setiap kenaikan leverage


54

1% maka variabel income smoothing akan turun sebesar -155,174 dengan

asumsi bahwa variabel independen lain konstan.

4. Koefisien Regresi (β) X3

Nilai koefisien variabel X3 (net profit margin) sebesar -37,725 dan

bertanda negatif, ini memperlihatkan bahwa net profit margin memiliki

hubungan yang terbalik dengan income smoothing. Artinya bahwa setiap

kenaikan net profit margin 1% maka variabel income smoothing akan turun

sebesar -37,725 dengan asumsi bahwa variabel independen lain konstan.

4.2. 4 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (Adjusted R2) memiliki tujuan untuk mengenali

presentase pengaruh variabel independen terhadap transformasi variabel

dependen. Nilai yang mendekati 1 memiliki arti bahwa jika variabel-variabel

independen menyediakan hampir seluruh data yang diperlukan untuk

memprediksi ragam variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .552 a
.304 .239 80.9531177 .915
Sumber: Data Output SPSS

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai koefisiensi determinasi atau R

square sebesar 0,304 atau sama dengan 30,4%. Maka 30,4% income smoothing

dapat diperoleh dan dijelaskan oleh firm size, leverage, dan net profit margin.

Sedangkan sisanya 69,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak

dimasukkan dalam model transformasi regresi.


55

4.2.5 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji parsial (t) dan

uji simultan (F).

4.2.5.1 Uji Parsial (Uji t)

Tabel 4.7
Hasil Uji t
Coefficients a

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1206.955 323.912 3.726 .001

FIRM SIZE -38.363 10.483 -.661 -3.660 .001

LEVERAGE -155.174 77.311 -.370 -2.007 .053

NET PROFIT MARGIN -37.725 21.351 -.280 -1.767 .087

Sumber: Data Output spss

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil pengujian hipotesis sebagai berikut:

a. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

Pengujian pada hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi

koefisien regresi dari variabel firm size. Hipotesis pertama pada penelitian ini

mengungkapkan bahwa firm size memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari

tingkat signifikansi (0,001 < 0,05). Berdasarkan tabel diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh antara firm size dan income smoothing.

Sehingga hipotesis pertama yaitu firm size berpengaruh signifikan terhadap

income smoothing diterima.

b. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Pengujian pada hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi

koefisien regresi dari variabel leverage. Hipotesis kedua pada penelitian ini
56

mengungkapkan bahwa leverage memiliki nilai signifikansi lebih besar dari

tingkat signifikansi (0,53 > 0,05). Berdasarkan tabel diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara leverage dan income smoothing.

Sehingga hipotesis kedua yaitu leverage berpengaruh signifikan terhadap income

smoothing, ditolak.

c. Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)

Pengujian pada hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi

koefisien regresi dari variabel net profit margin. Hipotesis ketiga pada penelitian

ini mengungkapkan bahwa net profit margin memiliki nilai signifikansi lebih

besar dari tingkat signifikansi (0,87 > 0,05). Berdasarkan tabel diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara net profit margin dan income

smoothing. Sehingga hipotesis ketiga yaitu net profit margin berpengaruh

signifikan terhadap income smoothing, ditolak.

4.2.5.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji simultan digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara simultan dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil

uji simultan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8
Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 91724.985 3 30574.995 4.666 .008b

Residual 209709.033 32 6553.407

Total 301434.018 35
Sumber: Data Output SPSS
57

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat

signifikansi (0,008 < 0,05), maka sesuai dasar pengambilan keputusan dalam uji F

dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima atau dengan kata lain firm size,

leverage, dan net profit margin secara simultan berpengaruh terhadap income

smoothing.

4.2.6 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka berikut ini

merupakan hasil pembahasan pada penelitian ini:

4.2.6.1 Pengaruh Firm Size Terhadap Income Smoothing

Hasil penelitian variabel firm size menunjukkan bahwa dalam penelitian

ini menerima hipotesis yang menyatakan firm size berpengaruh terhadap income

smoothing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa firm size berpengaruh

positif dan signifikan terhadap income smoothing pada perusahaan asuransi yang

terdaftar di BEI periode 2019-2021. Firm size yang berpengaruh terhadap income

smoothing, hal ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya firm size berdampak

pada keinginan perusahaan untuk melakukan income smoothing. Perusahaan yang

lebih besar dianggak memiliki kemampuan yang lebih besar sehingga dibebani

biaya yang lebih tinggi. Semakin besar nilai firm size maka peruashaan akan

cenderung melakukan income smoothing.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya oleh Kesye et al., (2019) dan Hendra et al., (2022) yang menyatakan

firm size berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. Namun penelitian

ini bertolak belakang dengan penelitian Afifa (2021) dan penelitian Ni Wayan et
58

al., (2022) yang menyatakan bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap income

smoothing.

4.2.6.2 Pengaruh Leverage Terhadap Income Smoothing

Hasil penelitian variabel leverage menunjukkan bahwa dalam penelitian

ini menolak hipotesis yang menyatakan leverage berpengaruh terhadap income

smoothing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa leverage tidak berpengaruh

signifikan terhadap income smoothing pada perusahaan asuransi yang terdaftar di

BEI periode 2019-2021. Tidak berpengaruhnya leverage terhadap income

smoothing yaitu karena perusahaan tidak hanya bergantung pada utang dalam

membiayai modal perusahaannya, kemudahan yang diberikan pasar modal dalam

memfasilitasi pembayaran utang perusahaan dimana perusahaan publik di BEI

saat ini mendapatkan kemudahan pinjaman efek dari PT Kliring dan Pinjaman

Efek di Indonesia (KPEI) dibawah pengawasan Bapepam, kemudahan penerbitan

Surat Utang Negara (SUN) serta obligasi, sehingga risiko yang disebabkan oleh

utang perusahaan semakin berkurang. Dalam penelitian ini menggambarkan

proporsi penggunaan utang dalam membiayai investasi, sehingga tidak begitu

mempengaruhi keputusan kreditor untuk memberi pinjaman kepada perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya oleh Rika (2018) dan penelitian Ni Wayan et al., (2022) yang

menyatakan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing.

Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Dominicus (2017)

menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap income smoothing.

4.2.6.3 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Income Smoothing


59

Hasil penelitian variabel net profit margin menunjukkan bahwa dalam

penelitian ini menolak hipotesis yang menyatakan net profit margin berpengaruh

terhadap income smoothing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa net profit

margin tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing pada perusahaan

asuransi yang terdaftar di BEI periode 2019-2021.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya oleh Devi (2019) yang menyatakan net profit margin tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap income smoothing. Hal ini disebabkan

karena perusahaan belum mampu menstabilkan penjualannya sehingga tidak

melakukan tindakan yang berbahaya bagi perusahaan. Selain itu hal ini juga

disebabkan karena perusahaan sampel dalam penelitian ini memiliki laba yang

bervariasi sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap income

smoothing, fluktuasi net profir margin tidak mempengaruh manajemen dalam

melakukan praktik income smoothing kemungkinan karena variabel ini lebih

menekankan atau lebih fokus kepada volume penjualan dan efisisensi biaya.

Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Dominicus et

al., (2017) dan Kesye et al., (2019) menyatakan bahwa net profit margin

berpengaruh terhadap income smoothing. Sehingga dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tinggi rendahnya net profit margin tidak mempengaruhi

income smoothing pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI periode 2019-

2021.

4.2.6.4 Pengaruh Firm Size, Leverage, dan Net Profit Margin Secara

Simultan Terhadap Income Smoothing


60

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa firm size, leverage, dan net profit

margin berpengaruh secara simultan pada perusahaan asuransi yang terdaftar di

BEI periode 2019-2021.

Hasil penelitian ini sesuai dengan implikasi Teori Agensi dengan variabel

pada penelitian ini yaitu menjelaskan keterkaitan Firm size, Leverage dan Net

Profit Margin terhadap praktik Income Smoothing. Hal tersebut menjelaskan

hubungan antara principal dan agent yang dapat dilihat melalui laporan keuangan.

Manajemen akan melakukan Income Smoothing yang bertujuan untuk

mendapatkan investor yang lebih banyak, hal ini dapat terjadi dikarenakan Firm

size, Leverage dan Net Profit Margin dapat membantu investor dalam melakukan

investasi. Sedangkan keinginan principal ialah keuntungan yang diperoleh dari

investasi terhadap perusahaan.

Hasil penelitian ini searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisa

Pertiwi (2019) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan, debt to equity ratio,

dan net profit margin secara simultan berpengaruh terhadap income smoothing.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Tri Setyaningsih et al., (2021) yang

menyatakan bahwa firm size, leverage dan net profit margin berpengaruh secara

simultan terhadap income smoothing. Sehingga dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tinggi rendahnya firm size, leverage, dan net profit margin

secara simultan mempengaruhi income smoothing pada perusahaan asuransi yang

terdaftar di BEI periode 2019-202.


61
62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan pengaruh firm size,

leverage, dan net profit margin terhadap income smoothing studi pada perusahaan asuransi yang

terdaftar di BEI periode 2019-2020, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan koefisien determinasi (R2) dapat diperoleh kesimpulan bahwa 30,4% income

smoothing dapat diperoleh dan dijelaskan oleh firm size, leverage, dan net profit margin.

Sedangkan sisanya 69,6% income smoothing dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang

tidak dimasukkan dalam model transormasi regresi.

2. Berdasarkan hasil uji parsial dapat diperoleh kesimpulan bahwa firm size berpengaruh

terhadap income smoothing pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI.

3. Berdasarkan hasil uji parsial dapat diperoleh kesimpulan bahwa leverage tidak berpengaruh

terhadap income smoothing pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI.

4. Berdasarkan hasil uji parsial dapat diperoleh kesimpulan bahwa net profit margin tidak

berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI.

5. Berdasarkan hasil uji simultan dapat diperoleh kesimpulan bahwa firm size, leverage, dan net

profit margin berpengaruh secara simultan terhadap income smoothing pada perusahaan

asuransi yang terdaftar di BEI.

5.2 Saran

1. Bagi investor, disarankan untuk lebih teliti dalam membaca informasi keuangan perusahaan

khususnya informasi yang berkaitan dengan laba perusahaan, investor juga harus cermat
63

untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan secara historis serta memperhitungkan rasio

keuangan perusahaan agar keputusan yang diambil oleh investor tepat.

2. Bagi penulis selanjutnya yang melakukan penelitian dengan topik serupa disarankan untuk

menggunakan variabel-variabel lain yang belum dapat digunakan pada penelitian ini. Selain

itu sampel penelitian dapat diperbanyak dan periode pengamatan dapat diperpanjang

sehingga akan diperoleh hasil yang lebih maksimal.

3. Penelitian selanjutnya disarankan dapat menggunakan model atau pengukuran indeks lain

seperti Indeks Meichelson untuk mengklasifikasikan perusahaan yang melakukan income

smoothing dengan yang tidak melakukan income smoothing.

Anda mungkin juga menyukai