Psikologi Pendidikan Iskandar Ok
Psikologi Pendidikan Iskandar Ok
Ditebitkan oleh:
LITERATA LINTAS MEDIA
Anggota IKAPI
Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang
All-Rights Reserved
ISBN 978-623-91039-1-0
Hal. x + 214 , Uk. 15,5 x 23 cm
Cetakan Pertama, Juli 2021
Pemasaran:
Gedung Graha Literata Jl. Parpostel No. 40 RT 02/RW
07 Jatiluhur, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat 17425
email: literata03@cbn.net.id
PERSEMBAHAN...............................................................................................vi
PENGANTAR PENULIS...................................................................................ix
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................205
BIODATA PENULIS.......................................................................................213
Psikologi Pendidikan “Menghadapi Pembelajaran Abad 21” | v
PERSEMBAHAN
Buat Isteriku yang tercinta; Denny Defrianti, S.Sos, M.Pd dan Ananda
Shanum Azzahra Faizah atas kesabaran dan ketulusan yang senantiasa setia
mendampingi dan menyertai langkah-langkah berbagai bukti penghormatan,
penghargaan, dan kesetian yang selalu menajadi support penyemangat dalam
saat suka dan duka…
Buat Isteriku yang tercinta; Denny Defrianti, S.Sos, dan Ananda tercinta
Shanum Azzahra Faizah atas kesabaran dan ketulusan yang senantiasa
setia mendampingi
dan menyertai langkah-langkah bebagai bukti penghormatan, penghargaan, dan
kesetian yang selalu menjadi support penyemangat dan penghibur dalam saat
suka dan duka…
Buat Bapak Mertua Drs. H. Sukarman dan Ibu Mertua Dra. Hj. Armalisda,
terima kasih atas dukungan yang telah diberikan
baik materil maupun moril untuk meraih sukses.
Buat Kakanda Dr. Askar Jaya, S.Sos., MM, Kakanda Syafri Juana, S.Pd, M.Pd,
Kakanda Maswahid, S.Pd, dan Adinda Maswati, S.Ag, Adinda Dr. Ronal
Regen, SE,MM, Adinda Indra Yulia, ST, Adinda Andre Permana,S.Pt, terima
kasih atas support yang telah diberikan.
Iskandar S.Ag.,M.Pd.,M.S.I.,Ph.D
A. Pendahuluan
Abad 21 dikenal dengan era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 dimana
terjadi distrupsi teknologi yang menjadi titik acuan dari semua aspek kehidupan
yang kita jalani menjadi serba digital. Tuntutan kebutuhan untuk abad 21 tidak
bisa terlapas dari penggunaan teknologi yang memadai, oleh sebab itu
pendidikan harus menjadi penggerak utama dalam mempersiapkan sumberdaya
manusia yang siap menggunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Penerapan penggunaan teknologi dilembaga pendidikan merupakan cara yang
dipandang efektif dalam membetuk sumber daya manusia yang siap
menggunakan teknologi dalam menghadapi tantangan abad 21 (Iskandar, Dedi
Sastradika, and Defrianti, 2019).
Salah seorang guru besar psikologi University of New York City, Arthur
S. Rober (1988) dalam Muhibbin (1995: 12) psikologi pendidikan merupakan
subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah-masalah
kependidikan yang berguna dalam hal-hal, sebagai berikut:
Profesi seorang pendidik (guru & dosen) dituntut untuk memiliki banyak
aspek kompetensi untuk memahami banyak terkait dengan perilaku peserta
didik dengan berperan sebagai, mentor, pendidik, pelatih. Harus memahami dan
menguasai fungsinya, terutama perilaku siswa segala aspek, membantu mereka
untuk menjalankan proses pembelajaran secara efektif dan efisien yang dapat
memberikan kontribusi nyata untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan kata lain, dari sudut pandang psikologi, pendidik (guru & dosen)
memposisikan diri sebagai ahli psikologi pendidikan, sedangkan guru & dosen
(pendidik) menjalankan tugasnya sebagai pendidik dalam pendidikan, teori dan
praktik. Pendidik harus secara khusus mampu menciptakan suasana hubungan
dengan peserta didik sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikannya.
Di sisi lain, Doyle, yang dikutip oleh Akhmad Sudrajat (2009), mengemukakan
dua peran utama guru & dosen dalam pembelajaran harus dapat menciptakan
membangun jaringan dan jalinan humanis dalam mempromosikan pembelajaran
(promoting learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal
yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan proses
pembelajaran, seperti pengaturan tempat duduk, kedisiplinan peserta didik di
dalam kelas, interaksi siswa dengan siswa serta dengan guru, waktu mulai dan
akhir setiap sesi pembelajaran. Proses pembelajaran yang terkait dengan
pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan ajar, prosedur dan sistem
informasi dan teknologi yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan
belajar yang adaptif dan responsif. Konsep ini terkait erat dengan bidang
psikologi pendidikan yang perlu dipelajari dan diterapkan dalam dunia
pendidikan.
Dengan memahami konsep psikologi pendidikan, guru & dosen
(pendidik) dapat mengimplementasikan melalui pertimbangan psikologis dalam
upaya:
1) Mengembangkan tujuan pembelajaran secara tepat. Pemahaman penuh
tentang psikologi pendidikan harus memungkinkan guru & dosen
(pendidik) untuk lebih akurat menentukan bentuk perubahan perilaku yang
diinginkan sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya dengan menerapkan
pemikiran Bloom tentang klasifikasi perilaku individu dan mencoba
menghubungkannya dengan teori perkembangan individu.
10 | Psikologi Pendidikan “Menghadapi Pembelajaran Abad 21”
2) Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai yang relevan
dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Pemahaman yang baik
tentang psikologi pendidikan harus memungkinkan guru & dosebn untuk
mengidentifikasi strategi dan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai
serta menghubungkannya dengan karakteristik individu, keunikan, gaya
belajar dan metode pembelajaran. Tingkat perkembangan peserta didik.
Jika pendidik (guru dan dosen) tidak memahami mekanisme dan pola
penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional.
Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik,
orang tua maupun (stakeholders) masyarakat pendidikan. Untuk menghadapi
tantangan profesionalitas tersebut, guru dan dosen (pendidik) perlu berpikir
secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru dan dosen (pendidik) harus
melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus
menerus. Disamping itu, guru dan dosen (pendidik) masa depan harus paham
penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang
dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru dan dosen
(pendidik) tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka
sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta
didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir
memungkinkan guru dan dosen (pendidik) untuk melakukan pengajaran yang
bervariasi dari waktu ke waktu, disesuaikan dengan konteks perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sedang berlangsung.
1) Bagi mereka yang tidak bisa benar-benar belajar, ia harus memiliki satu
tujuan.
2) Tujuan itu harus berasal dari atau berkaitan dengan kebutuhan hidup dan
tidak boleh dipaksakan oleh orang lain.
3) Orang tersebut perlu mengatasi berbagai kesulitan dan bekerja dengan
tekun untuk mencapai tujuan yang sesuai untuknya.
4) Belajar harus dibuktikan dengan perubahan perilaku.
5) Selain tujuan utama yang ingin dicapai, hasil sekunder perlu dicapai.
6) Belajar lebih baik dengan berlari atau berlari.
Perkembanganteknologidaninformasipadaabad21iniyangmengakibatkan
era distrupsi, kegelisahan dan kecemasan yang berimplikasi kepada perubahan
perilaku manusia yang dipengaruhi banyak faktor-faktor untuk perkembangan
dan pertumbuhan kehidupan manusia, untuk itu sudah saatnya pendekatan al
qur’an sebagai tata nilai yang sempurna yang mengandung nilai kehidupan
untuk dianuti sebagai pedoman hidup, obat penawar penyejuk jiwa dan
penenang hati merupakan kebenaran tanpa batas, untuk itu kedepan perlu
dikonstruksi konsep psikologi pendidikan berbasis nilai-nilai Al-Qur’an. Dalam
surat Al-Isra” ayat 82 dijelaskan bahwa: ” dan Kami turunkan dari Al Quran
suatu yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
A. Pendahuluan
Kontinuitas berarti perubahan pada bagian atau fungsi tubuh yang sering
atau terus menerus terjadi. Contoh: untuk dapat berdiri, seorang anak harus
terlebih dahulu memperoleh fase pra-perkembangan, yaitu kemampuan duduk
dan merangkak (Akhmad Sudrajat, 2009).
Ketika seorang anak tidak dibantu oleh orang dewasa, itu adalah takdir.
Sekalipun seorang anak memiliki insting atau insting khusus dan potensi yang
diperlukan untuk kelangsungan hidupnya, ia tidak dapat hidup sebagai manusia
kecuali ia diajar atau dididik oleh manusia lain. Namun, kemampuan bawaan
tidak dapat dikembangkan dengan baik tanpa pengaruh dari luar. Usia bukan
hanya makhluk biologis seperti binatang, tetapi juga makhluk sosial dan
budaya.
Masa Usia Pra Sekolah terbagi dua yaitu: (1) Masa Vital dan (2) Masa Estetik.
Adapun tugas pemebelajaran pada fase ini, yaitu: (1) anak belajar
membedakan yang baik dan yang buruk; (2) anak membedakan jenis
kelamin, belajar sopan santun; (3) anak belajar mengeja, membaca;
(4) anak belajar mengenal individu secara emosional dan sosial.
Dimulai dari mengenal orang tua, saudara, keluarga dan sosial
masyarakat.
Masa Usia Pendidikan Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa
keserasian bersekolah pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang
untuk memasuki sekolah. Ciri-ciri utama anak dewasa adalah: (1) merasa
ingin meninggalkan rumah dan bergabung dengan kelompok teman. (2)
keadaan fisik yang memungkinkan anak-anak memasuki dunia bermain
dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani; (3) memasuki
dunia mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan komunikasi
yang luas (Tohirin, 2005:34).
(a) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi
(b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
(c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
(d) Membandingkan dirinya dengan anak yang lain
Fase ini sangat menentukan posisi strategis orang tua perlu lebih
memperhatikan pendidikan anaknya karena dia baru saja mulai bersosialisasi
dalam kerangka yang lebih luas ketika dia masuk sekolah. Sekolah sendiri
memiliki potensi besar untuk membangun kepribadian anak dengan banyak
anak yang masing-masing memiliki tingkat kecerdasan dan kelincahan masing-
masing. Anak-anak dipaksa untuk bersaing dengan mereka, yang memiliki
pengaruh besar pada kepribadian mereka.
(e) Perlu banyak belajar untuk bisa mengasah bakat sebagai bekal
perjalanan hidup yang panjang.
Tahap ini adalah masa yang sulit dalam hidup dan orang tua harus
mengangkat tangan dan berdoa kepada Allah SWT untuk kemuliaan
misi besar dalam mengembang tugas mulia. Pendidikan pada tahap ini
lebih penting daripada yang lain, karena anak-anak pada tahap ini masih
relatif bersih dan tidak tercemar. Karena itu, mereka siap mendengarkan
dan menerima saran dan bimbingan apa pun. Oleh karena itu, orang
tua harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mendidik dengan baik.
Membesarkan anak dengan baik dan benar serta mengajari mereka
akhlak mulia adalah tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu. Di sisi
lain, mendapatkan pendidikan yang baik adalah hak anak. Pada masa
ini, anak membutuhkan banyak perhatian orang tua dan pengawasan
yang ketat. Oleh karena itu, orang tua perlu meluangkan lebih banyak
waktu dan tenaga.
Begitu juga beban yang dipikul oleh orang tua dalam mendidik anak
akan makin berat seandainya masyarakat tempat mereka tinggal makin
jauh dari Islam, hal ini bisa jadi secara realitas masyarakatnya beragama
Islam, tetapi bentuk kehidupan yang Islami tidak termanifestasikan di
dalamnya. Penyebabnya bermacam-macam, seperti pengaruh tradisi dan
sikap konservatif, atau pengaruh kerancuan sistem pendidikan anak-
anak, yang terutama, biasa kita dapatkan dari media sosial, massa
seperti penggunaan gadget yang berlebihan, menonton televisi, film,
dan lain- lain.
Pada titik ini, pengawasan orang tua anak juga diperlukan untuk
keberhasilan pendidikan anak. Anak harus berorientasi pada apa yang
benar dan baik. Kita juga perlu memantau mereka dalam cara berpikir,
serta perkembangan imajinasi dan humanisme. Tentunya segala bentuk
pemantauan harus dilakukan dengan benar agar tidak membebani bayi.
Pada titik tertentu, orang tua harus bertindak seolah-olah mereka adalah
teman yang berusaha membantu anak mereka mengatasi kesulitan yang
mereka alami.
Perilaku tidak etis adalah salah satu yang paling berbahaya yang
dapat menyebabkan berbagai krisis sosial. Oleh karena itu, Islam sangat
tertarik dengan masalah ini, terutama ajaran tentang metode pencegahan
dan penyembuhan ketika perilaku tersebut terbentuk. Di sinilah
tanggung jawab dan peran orang tua harus diperhitungkan, karena
pendidikan untuk membentuk hati dan dedikasi anak adalah tugas
terpenting mereka.
Psikologmenegaskanbahwasetiapmanusiamembutuhkanberhala.
Kebutuhan ini sangat penting. Menurut para psikolog, kepribadian
ideal untuk menjadi idola setiap orang sangat berbeda dan bergantung
pada banyak faktor fisik, psikologis, dan sosial. Idola kemungkinan
besar merupakan perwujudan dari pola dan cita-cita hidupnya. Dengan
(a) Masa remaja awal. Hal ini sering ditandai dengan karakteristikfisik dan
mental negatif, hasil, dan sikap sosial.
(b) Masa remaja; Pada titik ini, motivasi untuk hidup mulai tumbuh dan
kebutuhan akan teman yang dapat memahami dan membantunya mulai
tumbuh. Sekaranglah waktunya untuk mencari sesuatu yang berharga yang
patut disyukuri dan disembah.
(c) Masa Remaja Akhir; Ketika masa remaja menentukan kedudukan hidupnya,
pada hakekatnya ia mencapai akhir masa remaja dan menyelesaikan tugas-
tugas perkembangan remaja, dengan demikian masa berikutnya, atau masa
dewasa, dijadikan landasan untuk memasukinya.
Periode ini dapat dibagi dari remaja akhir sampai dewasa awal
atau usia pertengahan dan merupakan lembaga kehidupan di sekolah.
Tantangan perkembangan yang harus dicapai pada masa dewasa awal
(setelah 21 tahun) adalah:
A. Pendahuluan
Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 memberikan dampak perubahan
yang signifikan terhadap penggunaan teknologi informasi terutama dunia
pendidikan pada masa dan pasca pandemi covid 19 yang telah memaksa
perubahan perilaku pembelajaran dari tatap muka secara langsung berubah
menjadi menggunakan teknologi inforamsi secara daring/online. Penggunaan
teknologi dan informasi secara masif memiliki dampak positif dalam
meningkatkan efektivitas dan efesiensi startegi komunikasi pembelajaran
dengan mudah dan akses ke sumber belajar juga menjadi terbuka, namun
disamping itu dampak negative juga menimbulkan krisis multidimensional yang
bermuara dari krisis spritual manusia modern, nilai-nilai spritual yang menjadi
landasan utama dari pembentukan akhlak menjadi terabaikan.
Menurut Danah Zohar, bentuk kecerdasan manusia itu banyak dan tak
terbatas, namun dapat dihubungkan kepada tiga kecerdasan IQ, EQ dan SQ.
Manusia memiliki tiga kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosi dan kecerdasan spritual. Ketiga-tiga kemampuan sangat membantu
seseorang dalam meningkatkan kualitas diri, mengabaikan salah satu
kemampuan tersebut menyebabkan banyak individu dililit masalah secara
pribadi maupun sosial masyarakat. Selama ini masyarakat mempercayai dan
mengagung-agungkan
1) Kecerdasan Matematis
Kecerdasan matematis logis memecahkan masalah sendiri dengan
menggunakan kemampuan seseorang untuk berpikir dan bernalar,
berpikir dalam kerangka aturan aturan logika, untuk memahami dan
menganalisis dan menggunakan penyebut. Keterampilan berpikir. Anak-
anak dengan kecerdasan logika dan matematika yang tinggi cenderung
suka
2) Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk mengungkapkan
ide-ide dengan menggunakan bahasa dan kata-kata tertulis dan lisan
dalam berbagai bentuk. Anak yang cerdas linguistik sering ditandai
dengan menyenangi aktivitas yang melibatkan penggunaan bahasa, seperti
membaca, menulis esai, menulis puisi, dan mengedit kata mutiara. Anak-
anak seperti itu cenderung memiliki ingatan yang kuat, seperti nama
seseorang, istilah baru, dan detail item. Mereka cenderung belajar lebih
mudah dengan mendengarkan dan berbicara. Anak-anak ini umumnya
lebih mampu daripada anak-anak lain dalam hal belajar bahasa baru.
Kecerdasan linguistik tergantung pada kemampuan berbicara dan
menulis. Menurut Armstrong, orang-orang berbakat di bidang ini akan
bergairah dan peka terhadap bunyi dan fonologi bahasa. Mereka sering
menggunakan permainan kata-kata, sajak, hinaan, sugesti, onomatopoeias
dan cara-cara lain. Ia juga pandai memanipulasi sintaks (struktur kalimat
atau posisi) dan memanipulasi kepekaan bahasa melalui semantik
(memahami makna). Keterampilan kecerdasan linguistik dapat digunakan
oleh siswa (siswa) dan guru (pendidik) dalam bentuk lisan (komunikasi,
diskusi, percakapan) dan tertulis.
4) K ecerdasan Visual
Kecerdasan Visual Spasial mencakup kemampuan untuk lebih
memahami hubungan antara objek dan ruang. Misalnya, anak-anak ini
memiliki kemampuan untuk membuat bentuk imajiner di kepala mereka
dan membuat bentuk tiga dimensi seperti orang dewasa yang menjadi
pematung dan arsitek bangunan. Kemampuan untuk membayangkan
bentuk sebenarnya dan memecahkan berbagai masalah yang terkait
dengan kemampuan itu berasal dari jenis kecerdasan spasial intuitif ini.
Misalnya, anak-anak ini pandai melacak permainan selama operasi
pengintaian atau penyamaran.
5) Kecerdasan Motorik
Kecerdasan motorik mencakup kemampuan seseorang untuk secara
aktif menggunakan sebagian atau seluruh tubuh untuk berkomunikasi
dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini terlihat pada anak-anak yang
pandai olahraga seperti bulu tangkis, sepak bola, tenis dan renang. Atau
mungkin tampak pada anak yang pandai menari, anak yang pandai
akrobat, atau anak yang sangat pandai sulap.
6) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal mudah berinteraksi dengan
lingkungannya karena menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap emosi orang lain dan cenderung memahami dan berinteraksi
dengan orang
7) Kecerdasan Intrapersonal
8) Kecerdasan Natural
Konsepkecerdasanemositelahlamadikenaldandipopulerkanoleh Goleman
tahun 1990-an. Kecerdasan emosi merupakan kecerdasan prasyarat dasar untuk
menggunakan kecerdasan intelektual secara efektif, jika bagian-bagian perasa
manusia tidak bisa berfungsi, maka manusia tidak dapat berpikir secara efektif.
Kecerdasan emosi dengan menunjukkan data imperis bahwa individu yang
cerdas emosinya lebih sukses ditempat ia kerja, adapun alasan kenapa mereka
suskses, karena mereka yang cerdas emosinya mempunyai kemampuan yang
baik dalam mewujudkan hubungan interpeseonal,mudah bergaul, lebih
bersemngat dalam aktivitas yang memerlukan berhubungan dengan orang
banyak. Sebaliknya orang yang lemah kecerdasan emosi akan menghadapi
masalah dalam berhubungan dengan orang banyak, sulit menyesuaikan diri dan
kurang bersemangat dalam pencapaian tujuan pekerjaan. Kecerdasan emosi
dapat diajar dan diperlajari bagi meningkat kemampuan manusia.
4) Tak usah takut ditolak Ada kalanya orang ragu-ragu bertindak karena
takut ditolak orang lain. Sebelum berinisiatif, sebenarnya Anda cuma
punya 2 pilihan: diterima atau ditolak. Jadi, siapkan saja diri Anda. Yang
penting, usaha.
6) Pandai memilih prioritas Ini perlu supaya Anda bisa memilih pekerjaan
apa yang mendesak, dan apa yang bisaditunda.
10) Fokus Konsentrasikan diri Anda pada suatu masalah yang perlu mendapat
perhatian. Jangan memaksa diri melakukannya dalam 4-5 masalah secara
bersamaan. Dua atau 3 mungkin masih bisa ditangani, tapi lebih dari itu,
Anda bisa kehabisan energi.(hannie)
Sekolah saat ini, dari SD hingga perguruan tinggi, disadari atau tidak,
pada umumnya mengembangkan kemampuan kognitif peserta didik, Masa depan
anak- anak kita tampaknya ditentukan terutama oleh kecerdasan kognitif atau
intelektual (IQ), tetapi anggapan ini benar karena kita sebenarnya terdaftar di
lembaga pendidikan yang berkualitas ditentukan sekitar 3 jam pada waktu ujian
masuk. Dalam dunia psikologi dan pendidikan di negara maju dan berkembang
lainnya,
Jika sistem pendidikan nasional dibangun atas dasar indikator iman dan
takwa, maka semestinya perhatian terhadap spritualitas seharusnya menjadi
fokus utama dalam sistem pendidikan nasional untuk menghasilkan manusia-
manusia yang baik, beradab, dan berakhlak mulia yang menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusian dalam pemanfaatan teknologi di era revolusi industri 4.0
Karena ruh adalah awal dari kecerdasan yang dimiliki oleh manusia,
maka untuk mencapai kecerdasan ruhiologi diperlukan kesadaran hubungan
vertikal antara ruh dengan pencipta ruh itu sendiri yaitu Allah swt. Melalui
hubungan vertikal ini manusia dituntut untuk mengenal dirinya dan asal
kejadiannya dengan menggunakan berbagai sarana kecerdasan (IQ,EQ,SQ).
Sarana relasi vertikal antara ruh dengan Allah SWT adalah Shalat. Ruh
Pada era revolusi industri 4.0 dan Society 5.0 penerapan pendidikan yang
kaffah/holistiik berbasis Kecerdasan Ruhiologi (RQ) yang memposisikan fitrah
sebagai pusat diri mutlak dibutuhkan dalam rangka menghadapi tantangan
dan peluang era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 karena secara normatif
perkembangan teknologi tidak bisa dibendung tetapi dapat dikendalikan oleh
manusia.
A. Pendahuluan
Berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan di abad 21 yang
harus dikuasai oleh peserta didik dan pendidik, keharus mengembangkan berpikir
kreatif saat ini menjadi jembatan terselenggaranya pendidikan jarak dan waktu
yang tidak terbatas. Bahan ajar, sumber belajar dan teknik penilaian dapat
dikembangkan secara online dan memulai menyeimbangkan sistem
pembelajaran tradisional dan konvensional ke pembelajaran berbasis digital
yang terkoneksi dengan internet. Namun perkembangan teknologi ini belum
sepenuhnya didukung oleh kompetensi pendidik dan peserta didik yang mampu
mengadopsi teknologi komunikasi dalam pembelajaran. Dibutuhkan pendidik
dan peserta didik yang memiliki kreativitas dan inovasi untuk memanfaatkan
perkembangan teknologi
Manusia diciptakan oleh tuhan sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi
yang mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibanding dengan
makhluk- makhluk lain. Kelebihan dan keistimewaan manusia dikaruniai akal.
Akal fikiran yang membedakan secara kualitatif, di antara manusia dengan
hewan. Manusia dan hewan sama-sama menikmati fungsi panca indra, namun
manusia berbeda dengan hewan, karena manusia dianugerahi oleh Allah SWT
berupa akal.
Berpikir merupakan suatu aktivitas akal dan rohani yang berlaku pada seseorang
akibat dari adanya kecendrungan mengetahui dan mengalami dengan teratur
atau sistematis supaya lahirnya makna, fakta dan pemahaman. Akal manusia
berfungsi untuk mengingat. Manusia diberi daya kognitif yang
membolehkannya berpikir. Manusia juga diberi daya efektif yang membolehkan
emosi, perasaan dan kerja hati berhubungan dengan daya kognitif. Oleh sebab itu
lahir pemikiran. Pemikiran yang berkembang dapat memberi dasar kepada
lahirnya ilmu. Akal atau pikiran adalahsumber pengetahuanintelektual
(intellectual knowledge) yang menghasilkan transfer knowledge dan transfer
velue melalui proses pemikiran melalui akal. Akal adalah tempat bersemedinya
kearifan dan kebijaksanaan (hikmah). Akal adalah merupakan kurnia Allah
SWT yang sangat berharga kepada hambaNya. Melaluinya manusia dapat
membuat pemikiran (rationalize), membentuk konsep (conceptualize), dapat
memahami (comprehend) dan sebagainya. Untuk memiliki sifat ‘kearifan’
(wisdom), seseorang perlu menjalani latihan penajaman berpikir. Di samping
itu, apabila dihubungkan dengan otak, kearifan juga dikaitkan
72 | Psikologi Pendidikan “Menghadapi Pembelajaran Abad 21”
dengan ‘qalbu’ atau hati manusia. Hati adalah sumber ilmu yang menghasilkan
pengetahuan melalui ilham, taufiq dan hidayah (bisikan hati dan suara qalbu).
Pemberian Allah SWT kepada seseorang karna bersihnya hati yang dimiliki
dengan kemampuan akal, dapat mengetahui dan menemui kebenaran.
Pengetahuan yang diperoleh melalui mata hati dapat membedakan yang benar
maupun sala, kebaikan dari keburukan. Untuk memperoleh pengetahuan yang
bersumber dari hati, seseorang perlu mempunyai hati yang bersih dan ini dapat
dicapai melalui latihan penyucian hati (purification of the heart). Jika manusia
dapat menggunakan akal dan hatinya dalam mengeluarkan buah fikiran, maka
dapat dikatan telah menggunakan akalnya dengan benar dan bijaksana.
Kemampuan mengggunakan buah pikiran yang baik dan berguna inilah yang
bakal mengangkat darjat “keinsanan manusia dibanding hewan”. Sejarah
membuktikan bahwa manusia bertindak tanpa menggunakan akal dan fikirannya
dapat terjerumus ke dalam derajat kebinatangan, bahkan lebih hina daripada
binatang. tindakan yang dilakukan oleh manusia ada hubungannya dengan
kemampuan berpikir. Sekiranya keputusan dan tindakan yang bermanfaat atau
positif kepada dirinya dan orang lain, maka dapat dikatakan keputusan yang arif
dan bijaksana. Sebaliknya, jika keputusan tidak bermanfaat kepada diri, orang
lain, keputusan itu dikatakan tidak arif dan bijaksana.
Ide Socrates untuk berpikir kritis dan kreatif dibuktikan oleh Plato
(seorang murid Socrates yang banyak menulis tentang pemikiran Socrates) dan
Aristoteles (filsuf Yunani lainnya). Mereka dan filsuf Yunani lainnya telah
menyarankan bahwa realitas sesuatu dapat berbeda dari apa yang tampak,
sehingga orang perlu berpikir sebelum menerima sesuatu: pikiran, dilatih
untuk membedakan
Peran hati “betis” dalam kaitannya dengan “emosi” atau “EQ” dan
perannya dalam kesuksesan hidup ditekankan oleh hadits nabi Muhammad
Sararaf Araihi Wasalam lebih dari 1 00 tahun yang lalu ... Ada potongan-
potongan daging di dalam tubuh. Jika tubuh baik, maka tubuh baik, tetapi jika
tubuh tidak baik atau busuk, tubuh tidak baik atau busuk. Tubuh adalah pikiran.
Peran ruh suci dalam tabiat, tabiat, keberhasilan dan kegagalan hidup
(di dunia dan di masa depan) banyak dibicarakan dalam Al-Qur’an dan tulisan-
tulisan hadits nabi dan lain-lain. Ulama Islam seperti Imam al-Ghazali, Hanafi,
Syafii, Hanbal, Maliki dan tokoh Islam terkenal lainnya. Penulis terlalu pendek
dan lemah untuk membahas masalah kardiovaskular ini secara luas dan
mendalam. Tuhan maafhan kelemahan ini. Di antara banyak buku lainnya, yang
ingin mempelajari lebih lanjut harus membaca buku-buku yang ditulis oleh
Imam Al Ghazali, seperti “Ihya Ulumuddin” dan “Minhajul Abidin”: Wasiat
Imam Ghazali yang banyak digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini. Ini telah
diterjemahkan.
Perananan hati yang terkait dengan “afektif ” atau “EQ” dan perannya dalam
kesuksesan hidup telah sangat ditekankan oleh hadits Nabi Muhammad SAW
lebih dari 1400 tahun yang lalu. Dalam Tubuh manusia ada segumpal daging.
Sekiranya segumpal daging itu tidak baik atau busuk, maka tidak baik atau
busuklah badan itu, daging itu adalah hati. Peranan keberhasilan kepribadian
dan kegagalan orang dalam kehidupan mereka (dunia dan akhirat) banyak
dibahas dalam kitab suci Al-Qur’an dan dalam hadis dan tulisan-tulisan Islam
para nabi. Ulama kaya seperti Imam Al-Ghazali, Hanafi, Syafii, Hambari,
Maliki dan Muslim terkenal lainnya. Penulis terlalu kecil dan terlalu lemah
untuk memiliki pembahasan yang lebih luas dan mendalam tentang masalah
jantung ini. Tuhan maafhan aku. Karena kelemahan ini. Bagi yang ingin
mempelajari lebih lanjut, bacalah buku- buku karya Imam Al-Ghazari, seperti
“Icha Ulmudin” dan “Minhajul Abidin”. Wasiat Imam Ghazali kini banyak
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Jenis
No Dimensi Ciri yang ditunjukkan
Gaya
berpikir
1. Legislatif Memiliki kemampuan mencipta,
merancang yang kurang terstruktur
(1) Siswa belajar lebih banyak jika mata pelajaran yang dipelajari menarik
dan bermanfaat.
(3) Siswa harus diberitahu tentang prestasi akademik mereka setiap saat.
(4) Pujian dan penghargaan lebih baik daripada hukuman, tetapi terkadang
hukuman diperlukan.
(6) Perhatikan perbedaan berikut untuk setiap siswa. Perbedaan sikap, latar
belakang, dan sikap terhadap sekolah atau mata pelajaran tertentu.
J. Rangkuman
Selain guru dan instruktur, orang tua juga berperan aktif dalam
memfasilitasi pembelajaran peserta didik di rumah. Teknik motivasi yang dapat
Anda gunakan untuk belajar adalah:
a) Hadiahi dengan menggunakan kata-kata seperti hebat, luar biasa dan luar
biasa. Penilaian verbal (lisan) ini berimplikasi positif karena mengarah
pada interaksi dan pengalaman pribadi peserta didik.
b) Skor tes untuk memotivasi peserta didik untuk belajar lebih banyak.
Peserta didik termotivasi untuk belajar lebih banyak ketika mereka
menyadari hasil belajar mereka.
c) Mendorong dan membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik. Rasa ingin
tahu bisa disebabkan oleh suasana yang tiba-tiba.
Hasil belajar dapat diukur dengan perubahan perilaku peserta didik, yaitu
peningkatan pengetahuan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik.
Pembelajaran yang efektif tidak membuat Anda pusing, ini tentang mengetahui
bagaimana mencapai tujuan pembelajaran Anda dengan cara yang mudah dan
menyenangkan.
Dari tela’ah teori-teori yang diajukan oleh pakar motivasi, maka motivasi
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai daya dorong yang mengakibatkan
seseorang peserta didik dan guru (pendidik) mau dan rela untuk mengerahkan
kemampuan dalam bentuk keahlian dan keterampilan, tenaga dan waktunya
untuk mengyelenggarakan kegiatan pemebalajaran yang menjadi tanggung
jawab dan menunaikan kewjibannya, dalam rangka mencapai tujuan yang
diinginkan.
Bagi peserta didik yang selalu memperhatikan materi yang diajarkan, hal
ini tidak menjadi masalah bagi guru. Peserta didik termotivasi, jadi ini adalah
motivasi penting. Peserta didik ini sering mengindahkan penjelasan guru dengan
hati nurani mereka sendiri. Keingintahuannya adalah tentang subjek tertentu.
Berbagai gangguan di sekelilingnya tidak dapat mempengaruhinya untuk
mengalihkan perhatiannya. Berbeda dengan peserta didik yang tidak memiliki
motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik mutlak diperlukan. Tugas guru disini
adalah memotivasi peserta didik agar mau belajar.
(1) Adanya rasa ingin tahu dan keinginan untuk menjelajahi dunia yang lebih
besar.
(2) Adanya sifat kreatif manusia dan keinginan untuk maju.
(a) Tawarkan hadiah dengan kata-kata seperti “hebat”, “hebat”, dan “hebat”.
Penilaian ini diberikan dalam bahasa (verbal) positif karena mengarah
pada interaksi dan pengalaman pribadi peserta didik.
(b) Memberikan nilai ujian untuk memotivasi peserta didik belajar dengan
giat. Mengetahui hasil belajar memotivasi peserta didik untuk lebih giat
belajar.
(c) Merangsang dan membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik. Rasa ingin
tahu dapat dibangkitkan oleh situasi yang tidak terduga atau tiba-tiba.
(d) Mainkan dan gunakan simulasi. Merangkum pembelajaran dengan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat proses
pembelajaran menjadi menyenangkan dan relevan secara emosional dan
psikologis bagi peserta didik. Proses pembelajaran yang menyenangkan
memudahkan peserta didik untuk memahami dan mengingat apa yang
sedang dikomunikasikan.
(e) Mempromosikan kompetisi di antara peserta didik. Adalah penting bahwa
setiap aktivitas yang dilakukan guru dan peserta didik yang
mengerjakannya tidak bekerja sama dengan peserta didik lain. Hasilnya,
peserta didik dapat membandingkan hasil pekerjaannya dengan peserta
didik lain.
Inti dari motivasi dalam belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pembelajar, atau keinginan untuk belajar, untuk mengubah perilaku dan
antusiasmenya secara keseluruhan. Indikator atau pedoman berikut dapat
digunakan sebagai kriteria untuk memotivasi belajar peserta didik:
Dari indikator di atas, hasil belajar peserta didik dapat diukur dalam
bentuk perubahan perilaku peserta didik yaitu semakin bertambahnya
pengetahuan peserta didik terhadap sesuatu, sikap dan ketrampilannya.
A. Pendahuluan
1) Jika sesuatu pekerjaan atau tugas tidak disertai tujuan yang jelas dan
benar, maka akan sulitlah untuk memilih atau merencanakan bahan dan
strategi yang hendak ditempuh atau dicapai.
Contoh:
• Perilaku Over: (i) Setelah belajar tentang materi Praktis Shalat
lima waktu, diharapkan peserta didik dapat mempraktek dan
mendemonstrasi cara mengerjakan shalat shalat lima waktu yang
benar; (ii) Dalam kegiatan bembelajar bidang studi bahasa inggeris
di kelas, peserta didik diharap dapat memahami, mendengar, dan
menerima materi yang disampaikan oleh Pendidik di depan kelas.
Perilaku Covert: Contoh perilaku “Covert” untuk melihat hasil dari
pembelajaran tujuan instruksional berbentuk samar, maknanya tujuan
jelas tetapi prosesnya sangat rumit, karena di sini banyak subsistem
yang masing-masing mempunyai tujuan sendiri dan menunjang
tujan secara menyeluruh (Hamalik, 2002:4). Untuk mengetahui suatu
sistem kita tidak perlu tahu mengtahui secara rinci proses yang
terjadi, proses ini kita kenal dengan konsep “black box”. Di sini
Black Box merupakan suatu system di mana mekanisme internal
tidak begitu diketahui. Dalam konsep Black Box yang terpenting
harus diketahui adalah Masukan (input) dan Keluaran (Output) suatu
proses. Dengan demikian kita dapat mengetahui hasil melalui output
control melalui sistem umpan balik (feedback). Misalnya: Kegiatan
yang dilakukan
Hasil yang
ingingkan
(Tujuan)
Masukan Keluaran
(Input) Black Box (Output) Bandingkan Y
a
c) Ranah Psikolomotor
(Psychomotoric Domain)
(1) Persepsi (Percepstion)
(2) Kesiapan (Set)
(3) Gerakan Terbimbing (Guided
respons)
(4) Gerakan Terbiasa (Mechenical
respons)
(5) Gerakan kompleks (Complex
Respons)
(6) Adaptasi (Adaptation)
(7) Kreativitas (Creativity)
a) Pengetahuan (knowledge).
Pengetahuan di sini menuntut peserta didik untuk mampu
mengingat (recall) informasi yang telah pernah dipelajari, diterima
sebelumnya dan dingat kembali. Misalnya: metode, kaidah, fakta,
terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah, dan sebagainya.
Contoh, tujuan insrtruksional khusus:
Peserta didik mampu menyebutkan kembali rukun islam dan rukun
iman.
Peserta didik mampu dapat menggambarkan peta Indonesia.
Peserta didik dapat mengPendidiktkan nama-nama 25 nabi-nabi
dari nabi pertama Adam AS sampai nabi terakhir Muhammad
SAW.
Psikologi Pendidikan “Menghadapi Pembelajaran Abad 21” | 121
b) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman di sini dihubungkan dengan kemampuan untuk
menjelaskan pengetahuan, informasi mata pelajaran yang telah
dipelajari, diketahui. Kemampuan ini dinyatakan dengan menguraikan
pokok yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini
peserta didik diharapkan dapat menerjemahkan, atau menyebutkan
kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
Contoh:
Peserta didik dapat menjelaskan tentang tata cara melakukan shalat.
Peserta didik mampu menguraikan ayat-ayat menyatakan
kewajiban mengerjakan shalat itu wajib.
Peserta didik dapat menjelaskan bahwa NARKOBA itu bagi
kesatan jasmanis dan rohani.
c) Penerapan (aplication)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau
menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru,
serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari. Ini meliputi penerapan dalam hal-hal, seperti aturan,
metode, konsep, teori, prinsip dan lain sebagainya. Misalnya penerapan
suatu konsep yang dalam situasi yang baru, penerapan aturan baru yang
telah ditetapkan, mendemonstransi penggunaan metode, prosedur yang
benar.
Contoh:
Peserta didik dapat mendemonstrasikan cara melakukan shalat
mayit yang benar.
Peserta didik dapat mematuhi tatan tertib sekolah.
Peserta didik dapat mengoperasikan komputer untuk keperluan
mengetik.
a) Sintesis (synthesis)
Sintesis di sini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
meletakkan, mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan dalam bentuk keseluruhan sehingga tercipta bentuk pola
baru yang lebih menyeluruh. Hasil belajar pada klasifikasi sentesis ini
merupakan penekanan pada kreativitas dengan penekanan kepada
rumusan pola-pola baru atau struktur sehingga terbentuk suatu yang
utuh atau menyeluruh. Misalnya, perencanaan suatu kegiatan belajar
mengajar atau kegiatan sosial.
Contoh:
Peserta didik dapat menyiapkan bahan pelajaran yang akan
didiskusikan.
Peserta didik dapat merancangkan kegiatan-kegiatan bakti sosial
mereka di tengah-tengah masyarakat.
c) Penilaian (Veluing)
Penilaian merupakan kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap kemauan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah
seseorang itu sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai atau
kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku
positif atau negatif. Misalnya, menghargai peranan teori dalam
penelitian, memberi perhatian terhadap orang yang membutuhkan
bantuan, menunjukkan komitmen atau kedungguhan terhadap
pentingnya belajar.
Contoh:
• Para peserta didik percaya bahwa NARKOBA dapat merusak psikis
dan psikologis manusia. Pernyataan ini, dinyatakan oleh peserta
didik dalam bentuk kampanye anti narkoba, menyebarkan leflet
yang berbertuliskan NARKOBA NO! BELAJAR YES!
d) Organisasi (organization)
Organisasi merupakan kemampuan peserta didik
mengkonseptualisasi perbedaan nilai-nilai dan menyelesaikan konflik
a) Persepsi (perception)
Persepsi merupakan kemampuan peserta didik untuk membuat
pilihan diantara dua stimulus/ peransang berdasarkan perbedaan fisik
yang khusus pada masing-masing stimulus.
Contoh:
• Peserta didik dapat membedakan kegagalan penggunaan komputer
dengan komputer rusak.
b) Kesiapan (set)
Kesiapan di sini, berarti bahwa peserta didik dituntut untuk
mampu menempatkan atau menyiapkan diri apabila memulai
serangkain gerakan. Ini menyangkut dibutuhkan konsentrasi penuh
peserta didik dalam memulai proses pembelajaran dengan
menyesuaikan gerakannya. Contoh:
• Peserta didik menyiapkan alat belajar ketika pelajaran dimulai
E. Jenis-JenisTujuanInstruksionaldalamPembelajaran
1. Tujuan Instruksional umum (TIU) atau yang dikenal dengan istilah saat
ini adalah Kompotensi dasar (KD). Dalam bahasa asing sering disebut
sebagai goal, terminal objective, dan target objective. Tujuan akhir,
Tujuan akhir menggambarkan hasil pembelajaran utama dalam istilah
perilaku yang disebutkan pertama kali dalam tujuan keseluruhan. Untuk
mencapai satu tujuan umum, kita harus memiliki beberapa tujuan akhir.
2. Tujuan atau indikator pendidikan khusus yang dikenal dalam bahasa
asing adalah sebagai berikut: tujuan aktivasi, tujuan dependen dan tujuan
dukungan (tujuan validasi, tujuan dependen, tujuan penyangga). Tujuan
penyangga menggambarkan tindakan spesifik (aktivitas tunggal atau
A. Pendahuluan
Model pembelajaran abad 21 yang diperankan oleh pendidik untuk
memfasilitasi belajar peserta didik sesuai dengan kondisi anak, lingkungan
belajar anak, dan daya dukung yang dimiliki. Karakteristik abad 21 ini menjadi
penting untuk diketahui oleh para pendidik dan orang tua serta stakeholder
supaya dapat mengetahui bagaimana cara memfasilitasi pembelajarannya.
Adapun model pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran
abad 21 ini meliputi: 1) pembelajaran yang berpusat pada peserta didik learning
student center,
2) multi interaksi/komunikasi dalam proses pendidikan, 3) lingkungan belajar
yang lebih luas, 4) peserta didik aktif menyelidiki dalam proses belajar, 5) apa
yang dipelajari kontekstual dengan peserta didik, 6) pembelajaran berbasis tim,
(a) Guru harus menggunakan lebih banyak metode saat mengajar dan
mengubah cara penyajian materi menarik perhatian siswa dan lebih
dapat diterima siswa, membuat kelas lebih aktif dan pembelajaran
Metode pembelajaran usia yang selalu sama (monoton), yang membuat
siswa tidak nyaman.
(b) Meningkatkan motivasi. Ini adalah alat yang sangat penting bagi
kemajuan dan perkembangan siswa. Juga melalui proses belajar. Jika
motivasi guru benar dan tujuan yang benar benar, ia akan meningkatkan
kegiatan belajar, memiliki tujuan yang jelas, dan siswa akan belajar
lebih giat, lebih agresif dan lebih giat (Slamet, 1987: 92)
Oleh karena itu, hakikat belajar menurut Slameto (1991: ) adalah proses
mengubah perilaku individu dengan cara sebagai berikut: (a) Perubahan
perilaku individu terjadi secara sengaja dan sadar. (b) Perubahan perilaku
individu bersifat terus menerus dan fungsional. (c) Perubahan perilaku individu
bersifat positif dan positif. (d) Perubahan permanen. (e) Proses pembelajaran
yang langsung dan terfokus. (f) Perubahan yang mencakup aspek perilaku
individu.
Dalam teori belajar, hal ini sering disebut sebagai SR psikologis. Ini
berarti bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh penghargaan dan peningkatan
lingkungan. Oleh karena itu, dalam belajar perilaku, terdapat hubungan yang
erat antara respons perilaku dan rangsangan.
a) Thorndike
b) Skinner
(1) Jika kesalahan dikoreksi saat akurasi meningkat, hasil belajar harus
segera dikomunikasikan kepada siswa.
(2) Proses pembelajaran harus sesuai dengan kecepatan siswa. Kursus ini
digunakan sebagai sistem modul.
Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang disebabkan
oleh kondisi-kondisi yang menimbulkan suatu reaksi. Hal terpenting
dalam belajar dengan teori ini adalah latihan dan pengulangan.
Kelemahan teori ini adalah bahwa belajar itu otomatis dan aktivitas serta
tekad individu diabaikan.
“the process by which a person takes material into their mind from the
environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it
fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the
process
152 | Psikologi Pendidikan “Menghadapi Pembelajaran Abad 21”
of assimilation”. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual
atau teori perkembangan kognitif.
(1) Bahasa dan cara berpikir anak-anak berbeda dengan orang dewasa.
Dengan demikian, guru mengajar dengan bahasa yang sesuai dengan
pemikiran anak.
(2) Anak-anak dapat belajar lebih baik jika mereka dapat beradaptasi dengan
baik dengan lingkungan. Guru perlu membantu anak berinteraksi lebih
baik dengan lingkungan.
(3) Materi yang dipelajari anak Anda harus baru, tetapi tidak asing.
F. Rangkuman
A. Pendahuluan
Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan
generasi melenial yang mana teknologi dan informasi memiliki peran yang
besar mempengaruhi semua aspek kehidupan terutama aspek proses
pembelajaran, salah satu contoh konkrik yang dirasakan pembelajaran pada saat
pandemic Covid 19 menjadikan platform pendidikan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi melalui computer, netbook, gadget yang terkoneksi
dengan jaringan internet sebagai wadah belajar daring, sehingga proses
pembelajaran yang selama ini dilakukan dikelas yang tersekat dan terbatas
menjadi kelas online/maya yang tidak terbatas, ruang dan waktu, oleh karena
itu ketrampilan/kecakapan penggunaan alat teknologi informasi dan
komunikasi menjadi keharusan untuk dikuasai dan diterapkan oleh para
pendidikan dan peserta didik dalam pembelajaran. Namun ditinjau dari
pendekatan psikologi pendidikan, proses pembelajaran yang komprehensif dan
kolaboratif dengan menggunakan tatap muka dikelas secara langsung masih
tetap diperlukan dan untuk mengimbangi pertemuan secara kelas daring dengan
porsi yang seimbang dengan pendekatan pembelajaran blanded learning.
(a) Profesional menyediakan bahan ajar untuk peserta didik, dan kepribadian
yang matang.
(b) Penyedian bahan ajar dengan strategi yang harus dimiliki guru (pendidik)
untuk mendukung pembelajaran di kelas dengan memperoleh
kemampuan secara efektif. Ini adalah keterampilan.
b) Prinsip-prinsip motivasi
(1) Pastikan bahwa tujuan pendidikan dari pelajaran itu jelas dan
menarik. Semakin banyak peserta belajar, semakin termotivasi
mereka untuk belajar.
(2) Guru harus bersemangat untuk belajar dan bertindak seperti guru
(3) Menciptakan suasana yang mendukung, segar dan menyenangkan
(4) Daripada menghukum hukuman atau kritik, Hadiah dan pujian
(5) Tugaskan pekerjaan rumah (pekerjaan rumah) Sesuai dengan
tingkat keterampilan siswa
(6) Menentukan evaluasi tugas setiap siswa
(7) Mengevaluasi hasil belajar siswa
(8) Guru harus dapat memilih, mengidentifikasi, menerapkan, dan
mengembangkan rencana pengajaran dalam kegiatan pembelajaran
kelas berstandar kompetensi .
3) Dimensi kuratif
(a) Jadwal
(b) Jadwal pertemuan
(c) Menyelesaikan masalah / kontrak individu
(d) Melakukan kegiatan tindak lanjut
(c) Materi: merupakan bahan ajar yang harus dipesiapkan oleh pendidik
untuk dimasukkan kedalam platform digital yang dapat diakases
mudah secara digital oleh peserta didik. Disini perlu skill pendidik
bagaimana merancang materi untuk didigitalisasi. Intinya kreativitas
dan inovasi pendidik dalam pengelolaan kelas daring/maya mutlak
adanya.
A. Pendahuluan
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematik yang meliputi
banyak komponen. Komponen tersebut antara lain adalah tujuan, bahan
pelajaran, metode, alat dan sumber belajar serta evaluasi. Sumber belajar
merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam menentukan
proses belajar agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan. Sebuah kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam
usaha pencapaian tujuan instruksional jika melibatkan komponen proses belajar
secara terencana, sebab sumber belajar sebagai komponen penting dan sangat
besar manfaatnya.
Sumber
Pengertian Contoh
Belajar
Simulasi, permainan,
studi lapangan,
Prosedur atau langkah-langkah metode bertanya,
tertentu dalam menggunakan pem- belajaran
Teknik
bahan, alat, tata tempat dan orang individual,
untuk menyampaikan pesan pembelajaran
kelompok ceramah,
diskusi
Lingkungan
fisik;gedung sekolah,
perpustakaan, pusat
sarana belajar,
Lingkungan dimana pesan diterima
Latar studio, museum,
oleh peserta didik.
taman, peninggal-an
sejarah, lingkungan
non fisik,
penerangan, sirkulasi
udara.
*) Diadaftasi dari AECT (1977).
Berbeda halnya dengan ruang kelas sebagai salah satu sumber belajar
dapat dilakukan berbagai aktivitas pendidikan dan pengajaran dengan berbagai
pendekatan mengajar, misalnya lewat kegiatan berkelompok mahapeserta didik
memperoleh berbagai hal yang sulit didapatkan pada saat belajar sendiri, seperti
sikap mau menghagai orang lain, sikap mau menerima orang lain, bekerja sama,
dan sikap menikmati hidup bersama orang lain melalui interaksi dalam diskusi
di dalam kelas.
Dilihat dari sisi atau aspek teknologi pendidikan, sumber belajar dapat
meliputi 1) orang (seperti dosen, teman, tokoh, artis/selebritis, dan sebagainya);
2) Bahan (seperti buku teks, modul, CD-ROM pembelajaran, VCD
Pembelajaran, OHP, dan sebagainya); 3) alat (seperti komputer, LCD projector,
peralatan laboratorium, dan sebagainya); 4) lingkungan (baik lingkungan fisik
seperti tata ruang kelas atau non fisik seperti nuansa, iklim belajar, hubungan
antara dosen dengan mahapeserta didik, dan sebagainya); 5) pesan; dan 6)
tehnik.
Untuk itu, ruang kelas perlu memiliki atau memberikan pelayanan yang
prima dan terbaik dalam penyediaan dan pelayanan pendidikan dan pengajaran
dalam menunjang tugas pokok dan fungsi lembaga induknya (Tridarma
perguruan tinggi). Artinya memberikan pelayanan prima, yaitu suatu sikap atau
cara dosen dan maahapeserta didik dan stakeholder lainnya dengan prinsip
academic based service (layanan berbasis akademik) dan competitive and
service excellences (layanan unggul dan kompetitif). Semua ini dilakukan untuk
menciptakan pembelajaran yang masimal, unggul dan kompetitif lintas
pendidikan secara lokal, nasional dan global.
(3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:
(a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
A. Pendahuluan
Evaluasi merupakan kegiatan pengukuran dan penilian. Pengukurannya
lebih bersifat kuantitatif, tetapi penilaiannya lebih bersifat kualitatif. Namun,
secara umum, hanya peringkat yang diidentifikasi sama dengan peringkat
karena mengandung pengukuran. Juga, tidak ada penilaian yang dapat dilakukan
tanpa aktivitas pengukuran sebelumnya (Arikunto, 1989).
Elemen kunci dari kegiatan pengukuran utama ini adalah: (1) Tujuan
utama pengukuran; (2) Memiliki tujuan yang terukur; (3) Alat ukur; ( 4) Proses
evaluasi; (5) Hasil pengukuran kuantitatif dan kualitatif.
Arikunto (1989) berpendapat bahwa harus ada hubungan yang erat antara
1) tujuan program dan materi pembelajaran, 2) materi pembelajaran yang
dievaluasi, dan 3) tujuan program yang dievaluasi. Oleh karena itu, penilaian
harus mengacu pada kurikulum dan materi. Hubungan antara evaluasi
kurikulum dan bahan ajar
Materi/Bahan/Sumber
Tujuan Pembelajaran Evaluasi
Pelajaran
1. Sebutkan
1. Mahapeserta didik pengertian
dapat menjelaskan motivasi
pembelajaran 1. Buku-buku Psikologi
secara lisan
Pendidikan
pentingnya 2. menyebutkan
motivasi dalam apakah fungsi
pembelajaran motivasi dalam
pembelajaran
Dari contoh di atas, kita dapat melihat bahwa ada hubungan yang
erat antara ketiga unsur tujuan, evaluasi dan materi. Yang menarik adalah
pemilihan bahannya. Skor 2 dan 3 sepertinya berasal dari kreativitas
pendidik. Pendidik sangat perlu meminta peserta didik untuk memperkaya
referensi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Konsep diagnosis fungsional
adalah sebagai berikut:
a) Fungsi seleksi.
b) Fungsi Penempatan.
c) Fungsi Diagnostik.
D. Penilaian Kelas
Penilaian kelas adalah kegiatan pendidik yang melibatkan perolehan
keterampilan dan keputusan tentang hasil belajar bagi peserta didik yang telah
menjalani proses pembelajaran tertentu. Untuk itu diperlukan data untuk
membuat informasi yang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan.
Keputusannya adalah apakah peserta didik berhasil dalam keterampilan atau
tidak.
2). Apakah peserta didik memiliki hak untuk melangkah lebih jauh?
4). Apakah peserta didik perlu memiliki cara lain sebagai pemberi wawasan
(korektor)?
Adapun jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut:
b. Ulangan Harian/Blok. Bentuknya berupa soal uraian yang lengkap dari apa
yang telah mereka pahami sehingga dapat diketahui kemampuan seorang
peserta didik. Dapat pula menggunakan metode soal menjodohkan namun
sulit menjadi alat ukur kemampuan peserta didik.
f. Ujian Praktik. Bentuk ini dipakai untuk materi yang ada kegiatan
praktikumnya. Ujian praktik bisa dilakukan di awal praktik atau setelah
melakukan praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan
untuk mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di
laboratorium atau
202 | Psikologi Pendidikan “Menghadapi Pembelajaran Abad 21”
tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktik, tujuannya
untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dicapai peserta
didik.
g. Proyek Akhir. Tagihan ini dapat dilakukan apabila kita ingin agar
peserta didik menerapkan kompetensi yang telah dicapai dalam sebuah
karya akhir. Karya ini dapat mencakup hampir semua kompetensi yang
ada dalam mata pelajaran yang ujiakan.
Bentuk penilaian dapat berupa tes maupun nontes. Bentuk penilaian tes
meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non-objektif, jawaban singkat,
menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan portofolio, sedangkan
bentuk penilaian nontes dapat meliputi: wawancara, inventori, dan pengamatan.
Pendidik diharapkan menggunakan instrumen yang bervariasi agar diperoleh
data tentang pencapaian belajar peserta didik yang akurat.
G. Rangkuman
Abbas Mahmud Al-Aqqad. 1996. Filsafat Qur’an: Filsafat, Spritual, dan Sosial dalam
Isyarat Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Diponegoro.
Alsa, Asmadi. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif; Serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. 2006. Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Dosen dan Guru,
Bandung, Penerbit Citra Umara.
Ary Ginanjar Agustian. 2001. ESQ Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam;
Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Sipritual. Jakarta : Arga.
Beyer, B.K. (1992). Practical Strategies for the Teaching of Thinking. London: Allyn and
Bacon, Inc.
Bloom, B.S. et al. (Ed). 1966. Taxonomy of Educational Objective, Cognitive Domain. New
York: Hand Book I.
D İşlek and Ç Hürsen 2014 Procedia - Soc. Behav. Sci. 131 290
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Daniel Goleman.1999. Working With Emotional Intelligence. (Terj. Alex Tri Kancono
Widodo), Jakarta : PT Gramedia.
Dinata, P. A. C., & Suparwoto. (2018). Problem-based learning with jukung and balogo
to improve students’ mental model in south borneo. Journal of Physics:
Conference Series, 1097(1), 0–9. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1097/1/012026
D İşlek and Ç Hürsen 2014 Procedia - Soc. Behav. Sci. 131 290
Dick, W. & Covey, Low 1996. The Systematic Design of Instructional. USA: Harper Collins
College Publesher.
Eni Winaryati. 2018. Penilian Komptensi Siswa Abad 21. Seminar Nasional Edusaintek:
FMIPA UNIMUS
Eti Rochaety, dkk. 2005 . Sistem Informamsi Manajemen Pendidikan. Jakarta : Bumi
versi 3,61.
Felder, R.M. 1993. Learning and teaching styles in college science education. Reading
the second tier: learning and teaching styles in college science education. Journal
of College Science Teaching, 23 (5): 289-290.
Felder, R.M. & Henriques, E. R. 1995. Learning and teaching styles in foreign and
second language educational. Foreign Language Annals. 28 (1): 21-31.
Gane, R.M & Brigss, L.J. 1979 Prinsiples of instructional design. New York: Holt,
Rnehart and Winston.
Gendler, Margaret E. 1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New York:
McMillan Publishing.
Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence: Why it can matter more than IQ. New
York: Bantam Books.
Gronlund. 1993. How to Make Achievement Test and Assessment. 5 th. Ed. New York:
Macmillan Co.
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner. 2000. Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis),
Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta :Kanisius .
Hopkins, K.D. 1998. Educational and Psychological Measurement: and Evaluation. 8 th. Ed.
Boston: Allyn and Bacon.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.
Iskandar, Rohaty Mohd. Majzub, and Zuria Mahmud 2009. Kecerdasan Emosi dan
Komitmen Pekerjaan dalam Kalangan Pensyarah Universiti di Indonesia. Journal
Pendidik Malaysia 34 173.
J Y F Lau. 2011. An introduction to critical tinking and creativity. (canada: Jhon Willey &
Sons, Inc).
Luthra, P., & Mackenzie, S. 2020, March 30. 4 ways COVID-19 could change how we
educate future generations. Retrieved from World Economic Forum:
https://www. weforum.org/agenda/2020/03/4-ways-covid-19-education-future-
generations/
M Daskolia, A Dimos, and P G Kampylis 2012 Int. Journal Environ. Sci. Educ 7 269
Mahfuzh, M. Jamaluddin. 2005. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al-
Kausar.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T.
Remaja Rosdakarya.
Nasution, (2005). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Penerbit
Bumi Aksara.
Pacific Policy Research Center. 2010. 21st Century Skills for Students and Teachers.
Honolulu: Kamehameha Schools, Research & Evaluation Division.
Sudarwan Danim. 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara
Suyadi Prawirosentono. 2007 . Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu terpadu abad 21.
Jakarta : Bumi Aksara
Satiadarma, Monty P. dan Waruwu, Fidelis E. 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Pustaka
Populaer Obor.
Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Slameto 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta
Sternberg, R. J. & Wagner, R. K. 1992. MSG Thinking Styles Inventory. Unpulished manual.
Syamsu Yusuf LN. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Rosda
Karya Remaja.
Trilling, B., & Fadel, C. (2010). 21St Century Skills: Learning for Life in Our Times.
In Choice Reviews Online (Vol. 47, Issue 10). lossey Bass.
https://doi.org/10.5860/ choice.47-5788
Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wingkel, WS. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Garamedia.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Yasien Mohamed, F. (1996). Fitrah: Islamic concept of human nature. Ta-Ha Publishers
Zain, A. R., & Jumadi. (2018). Effectiveness of guided inquiry based on blended
learning in physics instruction to improve critical thinking skills of the senior
high school student. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1097, Issue
1). https://doi. org/10.1088/1742-6596/1097/1/012015
Rujukan Internet
Marsell Ruben Payong. 2005. Good Bye Teacher. (www.kompas.com). diambil 24 Februari
2006.
http://www. perkembangan Individu secara Didaktis « Akhmad Sudrajat Let’s Talk About
Education.htm, Maret 2008.
hhtp://www. akta4.bogsplot.com/2007/06/pengelolaan-kelas.html.
http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-sudrajat-m.html
Rumahbelajar psikologi.com
http://Alkohol7.wordpress.com
http://Ahmadsudrajat.wordpress.com
Blogs.unpad.ac.id/aderusliana
https://shapesea.com/op-ed/covid-19/making-the-social-movement-personal-during-
the-covid-19-pandemic/
https://www.suaramerdeka.com/news/baca/181194/pendidikan-holistik-
mengombinasikan-kecerdasan-dan-multiple-intelligence