Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN

KONSEP JARINGAN KOMPUTER - TIFNJK130705

MINGGU 4 – SEMESTER III

Nama Anggota:

1. Marshella Zalia P.S (E41220075)

2. Dellanda Firdauzi Ulwi (E41220014)

3. Wahyu Bagas Prastyo (E41220410)

4. Winna Aprilia Nabela S (E41220734)

5. Nina Virgiana (E41220820)

6. Dewi NovaSari (E41220943)

Dosen Pembimbing :

Raditya Arief Pratama, S.Kom., M.Eng.

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA KAMPUS 3 NGANJUK

JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

TAHUN 2023
Jelaskan teknik deteksi dan koreksi error dibawah ini dan berilah contoh kasus
penggunaannya!

1. Parity Check

Teknik Parity Check adalah salah satu bentuk teknik terdahulu dalam sistem jaringan
komputer. Teknik ini dikenal karena kesederhanannya dalam melakukan deteksi kesalahan
dengan menambahkan sebuah parity bit pada setiap frame yang dikirim. Parity bit digunakan
khususnya dalam transmisi asynchronous yang sederhana. Kesalahan dapat terdeteksi dengan
menambahkan bit tambahan yang disebut parity bit pada kedua ujung frame. Bit tambahan ini
memastikan bahwa jumlah bit dengan nilai 1, baik yang ganjil maupun genap, terkirim dalam
setiap transmisi. Terdapat dua jenis parity bit berdasarkan jumlah bit "1" dalam urutan bit
yang menyertainya, yaitu Odd Parity (Paritas Ganjil) yang berarti jumlah bit "1" dan bit
paritasnya adalah ganjil, dan Even Parity (Paritas Genap) yang berarti jumlah bit "1" dan bit
paritasnya adalah genap.

Contoh kasus penggunaan Parity Check adalah sebuah jaringan komputer yang
mentransmisikan byte data. Sebelum mengirim setiap byte, sistem menambahkan satu bit
paritas sesuai dengan aturan Parity Check. Misalnya, jika menggunakan even parity, bit
paritas akan ditetapkan agar total jumlah bit "1" (termasuk bit paritas) dalam byte tersebut
menjadi genap. Ketika penerima menerima data, ia akan memeriksa apakah jumlah bit "1"
dalam byte (termasuk bit paritas) adalah genap sesuai dengan aturan yang dipilih. Jika
jumlahnya tidak genap, itu menunjukkan adanya kesalahan dalam transmisi dan sistem akan
memberi tahu penerima untuk meminta pengiriman ulang data tersebut.

2. Longitudinal Redundancy Checking

Longitudinal Redundancy Checking (LRC) adalah teknik atau metode yang


digunakan didalam pengecekan kesalahaan sebuah data yang dapat dilihat dari output proses
deteksi perangkat lunak dengan memberikan deskripsi error selama proses pengiriman.
Deskripsi tersebut dapat mengindikasikan bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan saat
pesan diubah menjadi format biner dengan penerapan operasi XOR horizontal, dan penerima
membacanya sebelum pesan tersebut mencapai tangan ke pemerimanya. LRC beroperasi
dengan metode menambahkan satu byte ekstra yang disebut checksum pada setiap blok data
yang akan dikirim. Byte checksum tersebut merupakan hasil dari operasi XOR(Exclusive
OR) dari semua byte data dalam blok tersebut.

Contoh kasus penggunaan LRC yaitu pada saat melakukan perancangan perangkat
lunak pendeteksian bit error melibatkan 2 tahapan, yaitu di sisi pengirim dan sisi penerima.
Di sisi penerima, langkah-langkahnya termasuk pengambilan data dalam bentuk pesan teks,
pengolahan pesan teks tersebut dengan mengonversikan ke dalam format biner, dimana setiap
karakter dikorversi secara berurutan secara vertikal. Kemudian, hasil korversi teks ke biner,
yaitu setiap bit dari setiap karakter, di XOR kan secara horizontal untuk menghasilkan paritas
baru. Selanjutnya, di XOR kan vertikal untuk menghasilkan paritas kolom. Akhirnya, pesan
siap untuk dikirim.
3. Hamming Code

Haming Code adalah teknik deteksi dan koreksi kesalahan yang digunakan saat
mengirim data digital. Haming Code digunakan untuk mendeteksi dan memperbaiki
kesalahan pada data yang dikirim melalui saluran yang rentan terhadap gangguan atau
interferensi. Haming Code bekerja dengan menambahkan bit tambahan (bit paritas) pada data
yang dikirim.Bit tambahan ini digunakan untuk memeriksa kesalahan dalam data.Ada dua
jenis Haming Code yang umum digunakan yaitu Haming Code untuk deteksi kesalahan
(koreksi kesalahan tunggal, deteksi kesalahan ganda atau SEC-DED) dan Haming Code
untuk koreksi kesalahan (koreksi kesalahan ganda, deteksi kesalahan tunggal atau DED-
SEC).

Contoh penggunaan Hamming code yaitu misalkan kita ingin mengirim pesan biner
4-bit "1011" menggunakan Haming Code. Tambahkan bit pengaman (parity bit) ke dalam
pesan. Parity bit adalah bit tambahan yang digunakan untuk memeriksa kesalahan. Dalam
kasus ini, kita akan menambahkan tiga parity bit sehingga total menjadi 7 bit. Berikut adalah
pesan dengan parity bit ,Pesan awal: 1 0 1 1. Pesan dengan parity bit: _ 1 _ 0 1 _ 1. Hitung
nilai dari setiap bit parity. Bit parity ditempatkan pada posisi yang merupakan kekuatan dua
(1, 2, 4, 8, dst.), dan bit pengaman tersebut akan menjadi 1 jika ada jumlah ganjil dari bit
yang diawasi. Bit parity pertama (P1) memeriksa bit 1, 3, dan 5 (1, 1, dan 1). Hasilnya adalah
1. Bit parity kedua (P2) memeriksa bit 2, 3, dan 6 (0, 1, dan 1). Hasilnya adalah 0. Bit parity
ketiga (P4) memeriksa bit 4, 5, dan 6 (1, 1, dan 1). Hasilnya adalah 1. Masukkan nilai bit
pengaman (parity bit) ke dalam pesan. Pesan dengan bit pengaman yang dihitung adalah:
Pesan dengan parity bit: 1 1 0 1 0 1 1. Sekarang, pesan tersebut siap untuk dikirimkan. Ketika
pesan ini diterima oleh penerima, penerima juga akan menghitung bit pengaman (parity bit)
untuk memeriksa apakah ada kesalahan dalam pengiriman.

4. Polynomial Checking

Teknik deteksi dan koreksi polynomial cheking merupakan salah satu cara yang digunakan
dalam komputer jaringan untuk memastikna keintegritasan data yang dikirim melalui
jaringan. Cara ini didasarkan pada penggunaan polinomial pembangkit (Polinomial
Generator) untuk menghasilkan nilai cheksum (nilai pengecekan) yang akan disertakan dalam
data yang dikirim. Penerima data di sisi lain akan menggunakan nilai cheksum ini
memverifikasi apakah data yang diterima telah terganggu atau rusak selama proses pengirim.
Jika ada kerusakan data yang terdeksi, teknik ini juga dapat digunakan untuk memulihkan
data yang hilang atau rusak.

Contoh penggunaan teknik deteksi dan koreksi polinomial cheking dapat ditemukan
dalam protokol komunikasi seperti TCP(Tranmission Control Protocol) yang digunakan
dalam internet. Dalam TCP, ada sistem pengecekan yang menggunakan polinomial
CRC(Cyclic Redundancy Check) untuk menemukan kesalahan dalam segmen data yang
dikirimkan. Jika penerima menemukan kesalahan dalam segmen data, maka penerima data
bisa meminta pengirim untuk mengirim ulang segmen tersebut, sehingga memastikan bahwa
data yang dikirimkan melalui jaringan tetap utuh.

5. Checksum

Teknik deteksi dan koneksi error checksum merupakan teknik yang mendeteksi
kesalahan pada pesan yang dikirimkan dengan menambah bit redundan berlebih dalam pesan.
Dengan teknik ini dapat bekerja pada panjang pesan apapun. Pada pihak pengirim, teknik
checksum menggunakan generator checksum untuk menghasilkan checksum. Pada pihak
penerima, teknik checksum berguna untuk memvalidasi kebenaran dalam penerimaan data.

Contoh kasus penggunaan teknik deteksi dan koreksi error checksum adalah dalam
pengiriman file teknik ini digunakan untuk memastikan agar file yang terunduh tidak rusak
atau tidak berubah selama proses transfer. Contohnya penggunaan MD5 atau SHA-256
checksum. Sebelum melakukan pengunduhan file dapat menghitung checksum file yang
diharapkan. Setelah selesai mengunduh dapat melakukan verifikasi checksum file yang
terunduh. Jika checksum cocok, maka file tersebut tidak mengalami perubahan selama
transfer.

6. Cyclic Redundancy Check

Teknik ini adalah salah satu yang digunakan untuk mendeteksi kesalahan dalam data
CRC metode ini dirancang untuk mengidentfikasi kesalahan dalam data deteksi teknik ini
juga melibatkan operasi matematika yang mengabungkan data dengan sebuah polinom
pembagi (polynomial divisor) polinum ini digunakan untuk menghasilkan nilai cheksum
yang kemundian diaplikasikan pada data yang dikirim.data dapat dipertukarkan dengan lebih
baik dengan tingkat keandalan yang lebih keandalan yang lebih tinggi karena dapat
mendeteksi dan memperingatkan tentang kesalahan. fungsi hash yang dikembangkan untuk
mendeteksi kerusakan data dikirimkan atau disimpan. CRC menghasilkan checksum, yang
merupakan nilai pembuatannya fungsi hash CRC32 32 juga mewakili panjang checksum
dalam bit. Formulir CRC disediakan Algoritme ini konsisten dengan gagasan pembagian
“polinomial”. Dan ini digunakan untuk menghitung checksum sama untuk semua algoritma
CRC. Algoritme CRC adalah cara yang efisien dan teruji untuk memeriksa kedalaman byte
sejumlah besar file diubah atau tidak. Algoritma ini mencari seluruh jumlah bytedan
menghasilkan nomor 32-bit untuk menjelaskan konten file. Dan sangat kecil
kemungkinannya untuk mendapatkan aliran dua byte yang berbeda memiliki CRC yang
sama

Nilai crc32 merupakan nilai yang diperoleh dari ukuran dan nama fileFile tersebut
dibandingkan dengan tabel crc32 yang sudah direferensikan. Contoh kasus pengunaan CRC
adalah pada jaringan komputer untuk mistaken intergritas data yang dikirim contohnya
komputer A akan menghitung CRC dari data yang akan dikirimkan dan mengirimkan nilai
CRC bersamaan dengan data.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar,M.A., & Kurniawan, Y. (2019). DOKUMENTASI SOFTWARE TESTING


BERSTANDAR IEEE 829-2008. KURAWAL.

Dioputra, Sepryhatin dan Novi Rukhviyanti. (2020). Analisis Sistem Informasi Dalam
Diteksi Eror Visual Perkuliahan Daring Dengan Metode Longitudinal Redundancy Checking
(LRC). INFORMASI(Jurnal Informatika Dan Sistem Informasi),12(2),120-132.

Heri, Dani. 2015. Hamming Code. daniheri.blogspot.com . 13 September 2023.

Schmidt, Richard V. and Mark J. DeBonis. “BENCHMARKING SOFTWARE FOR


SOLVING MULTI-POLYNOMIAL SYSTEMS.” Department of Mathematics Manhattan
College (2020):2-7.Journal.

Gupta, T. (2023, Mei). Computer network checksum. Retrieved from Scaler.com:


https://www.scaler.com/topics/computer-network/checksum/

Pratiwi, Swelandiah Endah dan Anna Kurniawati. (2010). Algoritma Perhitungan Langsung
pada Cyclic Redundancy Code 32. Gunadarma University, 1-6.

Anda mungkin juga menyukai