Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan 13

Data Link Layer: Error Detection and Error Correction


Data Link Layer adalah lapisan kedua dalam model OSI (Open Systems Interconnection) dan
bertanggung jawab atas transmisi data yang dapat diandalkan melalui tautan fisik. Teknik
deteksi dan koreksi kesalahan memainkan peran penting dalam memastikan integritas dan
kehandalan data. Mari kita bahas berbagai aspek deteksi kesalahan dan koreksi kesalahan
dalam Data Link Layer.
Jenis Kesalahan:
Kesalahan dapat terjadi selama transmisi data karena berbagai faktor, seperti noise,
interferensi, atau kerusakan perangkat keras. Berikut adalah jenis kesalahan umum yang
dapat terjadi:
1. Kesalahan Satu Bit: Satu bit dalam frame data menjadi terbalik, menghasilkan nilai yang
salah.
2. Kesalahan Burst: Beberapa bit dalam frame data menjadi rusak, biasanya terjadi pada
posisi berturut-turut akibat noise atau interferensi.

Redundansi:
Redundansi adalah konsep penambahan informasi tambahan ke data yang ditransmisikan
untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan. Dengan memperkenalkan redundansi,
penerima dapat membandingkan data yang diterima dengan informasi redundan untuk
mengidentifikasi kesalahan.

Teknik Deteksi Kesalahan:


Teknik deteksi kesalahan bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan kesalahan dalam
data yang diterima. Berikut adalah tiga teknik deteksi kesalahan yang umum digunakan
dalam Data Link Layer:
1. Vertical Redundancy Check (VRC):
VRC, juga dikenal sebagai Parity Check, melibatkan penambahan satu bit tambahan ke
frame data untuk membuat jumlah total angka 1 menjadi genap atau ganjil. Penerima
melakukan pemeriksaan paritas pada data yang diterima dan membandingkannya dengan
bit paritas yang diterima. Jika paritas tidak cocok, kesalahan terdeteksi. VRC (Vertical
Redundancy Check) adalah metode deteksi kesalahan yang menggunakan bit paritas untuk
menentukan apakah jumlah bit bernilai "1" dalam suatu frame data adalah genap atau
ganjil. Meskipun tidak ada varian VRC yang khas, varian VRC dapat dibedakan berdasarkan
posisi bit paritas yang ditambahkan. Contoh varian-varian VRC yang umum digunakan
adalah:
 Even Parity VRC: Pada Even Parity VRC, satu bit paritas ditambahkan pada akhir setiap
byte atau blok data. Bit paritas ini diatur sedemikian rupa sehingga jumlah bit bernilai
"1" dalam byte atau blok data termasuk bit paritas adalah jumlah genap. Jika jumlah bit
bernilai "1" tidak genap, maka kesalahan terdeteksi.

 Odd Parity VRC: Pada Odd Parity VRC, satu bit paritas ditambahkan pada akhir setiap
byte atau blok data. Bit paritas ini diatur sedemikian rupa sehingga jumlah bit bernilai
"1" dalam byte atau blok data termasuk bit paritas adalah jumlah ganjil. Jika jumlah bit
bernilai "1" tidak ganjil, maka kesalahan terdeteksi.
Dalam kedua varian VRC tersebut, penerima akan melakukan pemeriksaan paritas pada data
yang diterima dan membandingkannya dengan bit paritas yang diterima. Jika paritas tidak
cocok, hal ini menunjukkan adanya kesalahan dalam transmisi data.
Meskipun VRC dapat mendeteksi kesalahan, metode ini memiliki kelemahan karena hanya
efektif dalam mendeteksi kesalahan satu bit. Kesalahan burst atau kesalahan yang
melibatkan beberapa bit secara berurutan biasanya tidak dapat dideteksi dengan baik oleh
VRC.
Dalam praktiknya, metode deteksi kesalahan yang lebih kuat seperti CRC lebih umum
digunakan daripada VRC untuk memastikan kehandalan transmisi data pada lapisan Data
Link.

2. Longitudinal Redundancy Check (LRC):


LRC melibatkan penambahan blok bit redundan di akhir frame data. Bit redundan dihitung
dengan melakukan operasi XOR (exclusive OR) pada semua bit data. Penerima menghitung
LRC dari data yang diterima dan membandingkannya dengan LRC yang diterima. Jika tidak
cocok, kesalahan terdeteksi. LRC (Longitudinal Redundancy Check) adalah metode deteksi
kesalahan yang menggunakan blok bit redundan yang ditambahkan pada akhir frame data.
Meskipun tidak ada varian LRC yang khas, varian LRC dapat dibedakan berdasarkan panjang
blok bit redundan yang ditambahkan. Contoh varian-varian LRC yang umum digunakan
adalah:

 LRC-1: Pada LRC-1, satu bit redundan ditambahkan pada akhir frame data. Bit redundan
ini dihitung dengan melakukan operasi XOR (exclusive OR) pada semua bit data dalam
frame.

 LRC-2: Pada LRC-2, dua bit redundan ditambahkan pada akhir frame data. Bit-bit
redundan ini dihitung dengan menggunakan pola yang lebih kompleks, misalnya dengan
melakukan operasi XOR pada bit-bit tertentu dalam frame.
Pada kedua varian LRC tersebut, penerima akan menghitung LRC dari data yang diterima
dan membandingkannya dengan nilai LRC yang diterima. Jika nilai LRC tidak cocok, hal ini
menunjukkan adanya kesalahan dalam transmisi data.
Meskipun LRC dapat mendeteksi kesalahan, metode ini cenderung kurang efektif
dibandingkan dengan metode deteksi kesalahan lainnya seperti CRC. Hal ini karena LRC
hanya efektif dalam mendeteksi kesalahan yang terkait dengan kesalahan pada bit-bit
individu dalam frame, sedangkan kesalahan burst yang melibatkan beberapa bit secara
berurutan cenderung sulit dideteksi oleh LRC.
Dalam praktiknya, CRC lebih umum digunakan sebagai metode deteksi kesalahan daripada
LRC karena kemampuannya yang lebih kuat dan dapat mendeteksi berbagai jenis kesalahan
dengan lebih efektif.

3. Cyclic Redundancy Check (CRC):


CRC adalah teknik deteksi kesalahan yang lebih tangguh dan banyak digunakan. Ini
melibatkan penambahan polinomial CRC (sekuens bit) ke frame data. Penerima melakukan
perhitungan CRC yang sama pada data yang diterima, termasuk polinomial CRC. Jika CRC
yang dihitung di penerima tidak cocok dengan CRC yang diterima, kesalahan terdeteksi. CRC
(Cyclic Redundancy Check) adalah metode deteksi kesalahan yang menggunakan polinomial
CRC untuk menghasilkan nilai checksum. Terdapat beberapa varian CRC yang umum
digunakan, di antaranya:

 CRC-8: CRC-8 menggunakan polinomial 8-bit untuk menghasilkan checksum 8-bit.


Polinomial yang umum digunakan adalah x^8 + x^2 + x + 1 (disebut juga polinomial CRC-
8-CCITT).

 CRC-16: CRC-16 menggunakan polinomial 16-bit untuk menghasilkan checksum 16-bit.


Terdapat beberapa polinomial yang umum digunakan dalam CRC-16, seperti polinomial
x^16 + x^15 + x^2 + 1 (disebut juga polinomial CRC-16-CCITT).

 CRC-32: CRC-32 menggunakan polinomial 32-bit untuk menghasilkan checksum 32-bit.


Polinomial yang umum digunakan adalah x^32 + x^26 + x^23 + x^22 + x^16 + x^12 +
x^11 + x^10 + x^8 + x^7 + x^5 + x^4 + x^2 + x + 1 (disebut juga polinomial CRC-32-IEEE
802.3).
Setiap varian CRC memiliki polinomial yang berbeda, yang dipilih berdasarkan kebutuhan
dan kecocokan dengan aplikasi tertentu. Polinomial CRC digunakan untuk menghitung nilai
checksum pada pengirim dan juga digunakan pada penerima untuk membandingkan
checksum yang diterima dengan checksum yang dihitung ulang. Jika terdapat perbedaan,
hal ini menunjukkan adanya kesalahan dalam transmisi data.
Dengan menggunakan metode CRC, kesalahan pada data dapat dideteksi dengan tingkat
kehandalan yang tinggi, sehingga memastikan integritas data pada lapisan Data Link.
Teknik Koreksi Kesalahan:
Teknik koreksi kesalahan tidak hanya mendeteksi kesalahan tetapi juga memiliki
kemampuan untuk memperbaikinya. Berikut adalah dua teknik koreksi kesalahan yang
umum digunakan dalam Data Link Layer:

1. Hamming Code (HC):


Hamming Code adalah teknik koreksi kesalahan yang menambahkan bit redundan ke frame
data dalam pola tertentu. Bit-bit redundan ini digunakan untuk mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan satu bit. Penerima menggunakan algoritma Hamming Code untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan bit, jika ada.Hamming Code merupakan
sebuah metode koreksi kesalahan yang menggunakan bit redundan untuk mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan pada data. Terdapat beberapa varian dari Hamming Code yang
umum digunakan, antara lain:

 Hamming (7,4) Code: Versi Hamming Code yang paling umum digunakan adalah
Hamming (7,4) Code. Pada metode ini, setiap blok data berukuran 4 bit akan diubah
menjadi blok 7 bit dengan menambahkan 3 bit redundan. Bit-bit redundan ini dipilih
sedemikian rupa sehingga kesalahan satu bit dapat dideteksi dan diperbaiki.

 Hamming (12,8) Code: Varian ini digunakan untuk mengoreksi kesalahan pada blok data
berukuran 8 bit. Dalam Hamming (12,8) Code, 4 bit redundan ditambahkan ke blok data
8 bit untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan satu bit.

 Hamming (15,11) Code: Hamming (15,11) Code digunakan untuk mengoreksi kesalahan
pada blok data berukuran 11 bit. Dalam metode ini, 4 bit redundan ditambahkan ke
blok data 11 bit untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan satu bit.
Dalam setiap varian Hamming Code, bit-bit redundan yang ditambahkan diatur dengan
menggunakan aturan tertentu untuk membentuk pola yang dapat mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan. Dengan menggunakan Hamming Code, kesalahan pada data dapat
dideteksi dan diperbaiki secara efektif, meningkatkan kehandalan transmisi data pada
lapisan Data Link.

2. Automatic Repeat Request (ARQ):


ARQ, juga dikenal sebagai Automatic Repeat Query, adalah teknik koreksi kesalahan
berbasis umpan balik. Teknik ini bergantung pada penerima memberikan pengakuan atas
penerimaan yang berhasil dari frame data. Jika kesalahan terdeteksi, penerima mengirimkan
sinyal negatif (NAK) ke pengirim, meminta pengiriman ulang frame yang salah. Pengirim
mengirimkan kembali frame tersebut sampai penerima mengakui dengan sinyal positif
(ACK).

Terdapat beberapa varian dari ARQ yang umum digunakan:

 Stop-and-Wait ARQ: Pada metode ini, setiap frame dikirimkan dan kemudian pengirim
menunggu pengakuan (ACK/NAK) dari penerima sebelum mengirimkan frame
berikutnya. Jika ACK diterima, pengirim mengirimkan frame berikutnya. Jika NAK
diterima atau ACK tidak diterima dalam batas waktu tertentu, pengirim mengirimkan
ulang frame yang sama.

 Go-Back-N ARQ: Pada metode ini, pengirim dapat mengirim beberapa frame secara
berurutan tanpa menunggu ACK untuk setiap frame. Penerima mengirimkan ACK untuk
setiap frame yang diterima dengan benar. Jika terjadi kesalahan pada suatu frame,
penerima mengirimkan NAK yang mengindikasikan frame mana yang harus dikirimkan
ulang. Pengirim mengirimkan ulang frame yang bermasalah dan semua frame
setelahnya.

 Selective Repeat ARQ: Metode ini mirip dengan Go-Back-N ARQ, tetapi penerima hanya
meminta pengiriman ulang frame yang bermasalah tanpa meminta ulang frame-frame
setelahnya. Penerima menyimpan frame yang diterima dengan benar dalam buffer
untuk digunakan kemudian saat frame yang diperlukan dikirimkan ulang.
Dengan menggunakan teknik ARQ, kesalahan pada transmisi data dapat dideteksi dan
diperbaiki secara efektif, meningkatkan kehandalan dan integritas data pada lapisan Data
Link.
Berikut adalah perbedaan antara VRC, LRC, dan CRC:
1. VRC (Vertical Redundancy Check):
Metode deteksi kesalahan yang menggunakan bit paritas untuk menentukan apakah
jumlah bit bernilai "1" dalam suatu frame data adalah genap atau ganjil.
- Bit paritas ditambahkan pada akhir setiap byte atau blok data.
- Hanya efektif dalam mendeteksi kesalahan satu bit.
2. LRC (Longitudinal Redundancy Check):
Metode deteksi kesalahan yang menggunakan blok bit redundan yang ditambahkan
pada akhir frame data.
3. CRC (Cyclic Redundancy Check):
Metode deteksi kesalahan yang menggunakan polinomial CRC untuk menghasilkan
nilai checksum.
Secara umum, perbedaan antara VRC, LRC, dan CRC terletak pada mekanisme perhitungan
redundansi dan tingkat kehandalan dalam mendeteksi kesalahan. VRC dan LRC cenderung
sederhana dan lebih cocok untuk aplikasi yang lebih sederhana, sementara CRC lebih
kompleks dan kuat dalam mendeteksi berbagai jenis kesalahan.

Pertemuan 14

Wired LANs: Ethernet


1. IEEE Standar:
IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) mengembangkan serangkaian
standar Ethernet yang mengatur protokol dan teknologi yang digunakan dalam jaringan
kabel.
Contoh: IEEE 802.3.

2. Standard Ethernet:
Standard Ethernet adalah varian asli dari teknologi Ethernet yang ditetapkan dalam
standar IEEE 802.3.
Contoh: 10BASE-T Ethernet.
Kelebihan:

 Mudah diimplementasikan dan kompatibel dengan banyak perangkat.


 Biaya relatif rendah.
 Ketersediaan yang luas.
Kekurangan:

 Kecepatan transfer data terbatas (10 Mbps).


 Rentan terhadap gangguan elektromagnetik dan interferensi pada kabel koaksial.

3. Fast Ethernet:
Fast Ethernet adalah pengembangan dari Standard Ethernet yang mencapai
kecepatan transfer data 100 Mbps.
Contoh: 100BASE-TX Ethernet.
Kelebihan:

 Kecepatan transfer data lebih tinggi dibandingkan dengan Standard Ethernet.


 Kompatibilitas dengan perangkat Ethernet yang lebih lambat.
 Biaya relatif terjangkau.
Kekurangan:

 Kecepatan transfer data masih terbatas jika dibandingkan dengan varian Ethernet
yang lebih cepat.

4. Gigabit Ethernet:
Gigabit Ethernet adalah evolusi selanjutnya dari Ethernet yang memiliki kecepatan
transfer data 1 Gbps (gigabit per detik).
Contoh: 1000BASE-T Ethernet.
Kelebihan:

 Kecepatan transfer data yang sangat tinggi.


 Kompabilitas dengan infrastruktur jaringan Ethernet yang ada.
 Ketersediaan yang luas.
Kekurangan:

 Memerlukan infrastruktur jaringan yang mendukung kecepatan Gigabit.


 Lebih mahal dibandingkan dengan varian Ethernet yang lebih lambat.

Wireless LANs
1. IEEE 802.11:
IEEE 802.11 adalah serangkaian standar yang mengatur teknologi jaringan nirkabel
(Wi-Fi).
Contoh: 802.11b, 802.11g, 802.11n, 802.11ac, 802.11ax (Wi-Fi 6).
Kelebihan:

 Mobilitas dan konektivitas tanpa kabel.


 Kemudahan penggunaan dan instalasi.
 Dapat mencakup area yang luas dengan menggunakan multiple access points (APs).
Kekurangan:

 Interferensi dari perangkat lain atau objek fisik.


 Kecepatan transfer data yang lebih rendah dibandingkan dengan teknologi kabel
tertentu.
 Jangkauan sinyal terbatas tergantung pada lingkungan dan hambatan.
2.Bluetooth:
Bluetoth adalah teknologi komunikasi nirkabel yang menggunakan gelombang radio
frekuensi untuk menghubungkan perangkat elektronik yang berdekatan secara sederhana
dan cepat.
Contoh: Bluetooth digunakan dalam berbagai perangkat seperti smartphone, headphone
nirkabel, speaker nirkabel, keyboard, mouse, dan perangkat elektronik lainnya yang
mendukung konektivitas Bluetooth.
Jenis:

 Bluetooth Classic: Versi Bluetooth yang lebih lama dan umum digunakan dalam
perangkat seperti headset, hands-free di mobil, speaker, dan perangkat lainnya.
 Bluetooth Low Energy (LE): Varian Bluetooth yang dikembangkan untuk aplikasi yang
membutuhkan konsumsi daya rendah, seperti perangkat kecil yang menggunakan
baterai, sensor, dan wearable devices.
Kelebihan:

 Kemudahan Penggunaan: Koneksi Bluetooth dapat dibuat dengan cepat dan mudah
antara perangkat yang kompatibel tanpa memerlukan konfigurasi yang rumit.
 Konsumsi Daya Rendah: Teknologi Bluetooth Low Energy (LE) memungkinkan
perangkat untuk beroperasi dengan daya rendah, sehingga memperpanjang masa
pakai baterai.
 Konektivitas Tanpa Kabel: Bluetooth memungkinkan perangkat untuk terhubung
secara nirkabel, memberikan kebebasan gerak kepada pengguna.
Kekurangan:

 Jarak Terbatas: Jangkauan Bluetooth biasanya terbatas hingga beberapa meter,


tergantung pada varian dan lingkungan sekitarnya.
 Kecepatan Transfer Data Terbatas: Meskipun terus berkembang, Bluetooth
umumnya memiliki kecepatan transfer data yang lebih lambat dibandingkan dengan
teknologi nirkabel lainnya seperti Wi-Fi.
 Potensi Interferensi: Interferensi dari perangkat lain atau objek fisik dalam jarak
dekat dapat mempengaruhi kualitas sinyal Bluetooth.

Meskipun Bluetooth memiliki batasan dalam jarak dan kecepatan transfer data, teknologi ini
sangat berguna untuk menghubungkan perangkat-perangkat portabel dalam jangkauan
yang dekat, dan digunakan secara luas dalam lingkungan sehari-hari untuk mentransfer data
dan audio secara nirkabel.

Perbedaan Wired LANs (Ethernet) dan Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth):
1. Media Komunikasi:
 Wired LANs (Ethernet): Menggunakan media kabel seperti kabel UTP atau serat optik
untuk mentransmisikan data melalui jaringan.
 Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth): Menggunakan gelombang radio
frekuensi untuk mentransmisikan data secara nirkabel antara perangkat-perangkat
yang kompatibel.

2. Keterhubungan Fisik:
 Wired LANs (Ethernet): Memerlukan kabel yang menghubungkan perangkat secara
fisik ke jaringan.
 Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth): Tidak memerlukan kabel fisik karena
menggunakan sinyal nirkabel untuk koneksi.

3. Mobilitas:
 Wired LANs (Ethernet): Tidak mendukung mobilitas tinggi karena koneksi terbatas
oleh panjang kabel yang digunakan.
 Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth): Mendukung mobilitas tinggi karena tidak
terikat oleh kabel fisik, memungkinkan perangkat untuk bergerak bebas dalam
jangkauan sinyal.

4. Kecepatan Transfer Data:


 Wired LANs (Ethernet): Dapat mencapai kecepatan transfer data yang lebih tinggi,
seperti Fast Ethernet (100 Mbps) atau Gigabit Ethernet (1 Gbps).
 Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth): Kecepatan transfer data biasanya lebih
rendah daripada Ethernet kabel, tergantung pada varian dan kondisi lingkungan.

Persamaan antara Wired LANs (Ethernet) dan Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth):

1. Protokol dan Standar:


 Keduanya menggunakan protokol dan standar yang ditentukan oleh IEEE. Misalnya,
Ethernet mengacu pada standar IEEE 802.3, sedangkan Wireless LANs menggunakan
standar IEEE 802.11 untuk Wi-Fi dan Bluetooth menggunakan standar Bluetooth SIG.

2. Konektivitas Jaringan:
 Baik Wired LANs maupun Wireless LANs menyediakan konektivitas jaringan yang
memungkinkan perangkat untuk berkomunikasi dan bertukar data.

3. Kompatibilitas:
 Keduanya dapat bekerja dengan perangkat yang mendukung standar yang sama.
Misalnya, perangkat Ethernet dapat berkomunikasi dengan perangkat Wi-Fi yang
kompatibel dengan standar IEEE 802.11.

4. Penggunaan Umum:
 Baik Wired LANs maupun Wireless LANs digunakan secara luas dalam berbagai
lingkungan, seperti rumah, kantor, pusat perbelanjaan, dan area publik lainnya.

Berikut ini beberapa contoh untuk memperjelas perbedaan antara Wired LANs (Ethernet)
dan Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth):
1. Contoh Wired LANs (Ethernet):
 Menghubungkan beberapa komputer di sebuah kantor menggunakan kabel Ethernet
untuk berbagi data dan sumber daya seperti printer dan server file.
 Menggunakan koneksi Ethernet di rumah untuk menghubungkan komputer desktop,
laptop, dan perangkat jaringan lainnya ke internet melalui router dan modem.

2. Contoh Wireless LANs (IEEE 802.11):


 Menggunakan Wi-Fi di kafe atau restoran untuk memberikan akses internet nirkabel
kepada pengunjung.
 Menggunakan perangkat smartphone atau tablet yang terhubung ke jaringan Wi-Fi
di rumah untuk mengakses internet dan berbagi file dengan perangkat lain di
jaringan yang sama.

3. Contoh Bluetooth:
 Menghubungkan headphone nirkabel Bluetooth ke smartphone atau perangkat
audio lainnya untuk mendengarkan musik tanpa kabel.
 Menggunakan perangkat Bluetooth seperti keyboard dan mouse untuk
menghubungkannya dengan laptop atau tablet tanpa menggunakan kabel.

Perhatikan bahwa ini hanya beberapa contoh umum dari banyak kasus penggunaan yang
mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Implementasi dan penggunaan teknologi ini
dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan preferensi pengguna.

Anda mungkin juga menyukai