Redundansi:
Redundansi adalah konsep penambahan informasi tambahan ke data yang ditransmisikan
untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan. Dengan memperkenalkan redundansi,
penerima dapat membandingkan data yang diterima dengan informasi redundan untuk
mengidentifikasi kesalahan.
Odd Parity VRC: Pada Odd Parity VRC, satu bit paritas ditambahkan pada akhir setiap
byte atau blok data. Bit paritas ini diatur sedemikian rupa sehingga jumlah bit bernilai
"1" dalam byte atau blok data termasuk bit paritas adalah jumlah ganjil. Jika jumlah bit
bernilai "1" tidak ganjil, maka kesalahan terdeteksi.
Dalam kedua varian VRC tersebut, penerima akan melakukan pemeriksaan paritas pada data
yang diterima dan membandingkannya dengan bit paritas yang diterima. Jika paritas tidak
cocok, hal ini menunjukkan adanya kesalahan dalam transmisi data.
Meskipun VRC dapat mendeteksi kesalahan, metode ini memiliki kelemahan karena hanya
efektif dalam mendeteksi kesalahan satu bit. Kesalahan burst atau kesalahan yang
melibatkan beberapa bit secara berurutan biasanya tidak dapat dideteksi dengan baik oleh
VRC.
Dalam praktiknya, metode deteksi kesalahan yang lebih kuat seperti CRC lebih umum
digunakan daripada VRC untuk memastikan kehandalan transmisi data pada lapisan Data
Link.
LRC-1: Pada LRC-1, satu bit redundan ditambahkan pada akhir frame data. Bit redundan
ini dihitung dengan melakukan operasi XOR (exclusive OR) pada semua bit data dalam
frame.
LRC-2: Pada LRC-2, dua bit redundan ditambahkan pada akhir frame data. Bit-bit
redundan ini dihitung dengan menggunakan pola yang lebih kompleks, misalnya dengan
melakukan operasi XOR pada bit-bit tertentu dalam frame.
Pada kedua varian LRC tersebut, penerima akan menghitung LRC dari data yang diterima
dan membandingkannya dengan nilai LRC yang diterima. Jika nilai LRC tidak cocok, hal ini
menunjukkan adanya kesalahan dalam transmisi data.
Meskipun LRC dapat mendeteksi kesalahan, metode ini cenderung kurang efektif
dibandingkan dengan metode deteksi kesalahan lainnya seperti CRC. Hal ini karena LRC
hanya efektif dalam mendeteksi kesalahan yang terkait dengan kesalahan pada bit-bit
individu dalam frame, sedangkan kesalahan burst yang melibatkan beberapa bit secara
berurutan cenderung sulit dideteksi oleh LRC.
Dalam praktiknya, CRC lebih umum digunakan sebagai metode deteksi kesalahan daripada
LRC karena kemampuannya yang lebih kuat dan dapat mendeteksi berbagai jenis kesalahan
dengan lebih efektif.
Hamming (7,4) Code: Versi Hamming Code yang paling umum digunakan adalah
Hamming (7,4) Code. Pada metode ini, setiap blok data berukuran 4 bit akan diubah
menjadi blok 7 bit dengan menambahkan 3 bit redundan. Bit-bit redundan ini dipilih
sedemikian rupa sehingga kesalahan satu bit dapat dideteksi dan diperbaiki.
Hamming (12,8) Code: Varian ini digunakan untuk mengoreksi kesalahan pada blok data
berukuran 8 bit. Dalam Hamming (12,8) Code, 4 bit redundan ditambahkan ke blok data
8 bit untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan satu bit.
Hamming (15,11) Code: Hamming (15,11) Code digunakan untuk mengoreksi kesalahan
pada blok data berukuran 11 bit. Dalam metode ini, 4 bit redundan ditambahkan ke
blok data 11 bit untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan satu bit.
Dalam setiap varian Hamming Code, bit-bit redundan yang ditambahkan diatur dengan
menggunakan aturan tertentu untuk membentuk pola yang dapat mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan. Dengan menggunakan Hamming Code, kesalahan pada data dapat
dideteksi dan diperbaiki secara efektif, meningkatkan kehandalan transmisi data pada
lapisan Data Link.
Stop-and-Wait ARQ: Pada metode ini, setiap frame dikirimkan dan kemudian pengirim
menunggu pengakuan (ACK/NAK) dari penerima sebelum mengirimkan frame
berikutnya. Jika ACK diterima, pengirim mengirimkan frame berikutnya. Jika NAK
diterima atau ACK tidak diterima dalam batas waktu tertentu, pengirim mengirimkan
ulang frame yang sama.
Go-Back-N ARQ: Pada metode ini, pengirim dapat mengirim beberapa frame secara
berurutan tanpa menunggu ACK untuk setiap frame. Penerima mengirimkan ACK untuk
setiap frame yang diterima dengan benar. Jika terjadi kesalahan pada suatu frame,
penerima mengirimkan NAK yang mengindikasikan frame mana yang harus dikirimkan
ulang. Pengirim mengirimkan ulang frame yang bermasalah dan semua frame
setelahnya.
Selective Repeat ARQ: Metode ini mirip dengan Go-Back-N ARQ, tetapi penerima hanya
meminta pengiriman ulang frame yang bermasalah tanpa meminta ulang frame-frame
setelahnya. Penerima menyimpan frame yang diterima dengan benar dalam buffer
untuk digunakan kemudian saat frame yang diperlukan dikirimkan ulang.
Dengan menggunakan teknik ARQ, kesalahan pada transmisi data dapat dideteksi dan
diperbaiki secara efektif, meningkatkan kehandalan dan integritas data pada lapisan Data
Link.
Berikut adalah perbedaan antara VRC, LRC, dan CRC:
1. VRC (Vertical Redundancy Check):
Metode deteksi kesalahan yang menggunakan bit paritas untuk menentukan apakah
jumlah bit bernilai "1" dalam suatu frame data adalah genap atau ganjil.
- Bit paritas ditambahkan pada akhir setiap byte atau blok data.
- Hanya efektif dalam mendeteksi kesalahan satu bit.
2. LRC (Longitudinal Redundancy Check):
Metode deteksi kesalahan yang menggunakan blok bit redundan yang ditambahkan
pada akhir frame data.
3. CRC (Cyclic Redundancy Check):
Metode deteksi kesalahan yang menggunakan polinomial CRC untuk menghasilkan
nilai checksum.
Secara umum, perbedaan antara VRC, LRC, dan CRC terletak pada mekanisme perhitungan
redundansi dan tingkat kehandalan dalam mendeteksi kesalahan. VRC dan LRC cenderung
sederhana dan lebih cocok untuk aplikasi yang lebih sederhana, sementara CRC lebih
kompleks dan kuat dalam mendeteksi berbagai jenis kesalahan.
Pertemuan 14
2. Standard Ethernet:
Standard Ethernet adalah varian asli dari teknologi Ethernet yang ditetapkan dalam
standar IEEE 802.3.
Contoh: 10BASE-T Ethernet.
Kelebihan:
3. Fast Ethernet:
Fast Ethernet adalah pengembangan dari Standard Ethernet yang mencapai
kecepatan transfer data 100 Mbps.
Contoh: 100BASE-TX Ethernet.
Kelebihan:
Kecepatan transfer data masih terbatas jika dibandingkan dengan varian Ethernet
yang lebih cepat.
4. Gigabit Ethernet:
Gigabit Ethernet adalah evolusi selanjutnya dari Ethernet yang memiliki kecepatan
transfer data 1 Gbps (gigabit per detik).
Contoh: 1000BASE-T Ethernet.
Kelebihan:
Wireless LANs
1. IEEE 802.11:
IEEE 802.11 adalah serangkaian standar yang mengatur teknologi jaringan nirkabel
(Wi-Fi).
Contoh: 802.11b, 802.11g, 802.11n, 802.11ac, 802.11ax (Wi-Fi 6).
Kelebihan:
Bluetooth Classic: Versi Bluetooth yang lebih lama dan umum digunakan dalam
perangkat seperti headset, hands-free di mobil, speaker, dan perangkat lainnya.
Bluetooth Low Energy (LE): Varian Bluetooth yang dikembangkan untuk aplikasi yang
membutuhkan konsumsi daya rendah, seperti perangkat kecil yang menggunakan
baterai, sensor, dan wearable devices.
Kelebihan:
Kemudahan Penggunaan: Koneksi Bluetooth dapat dibuat dengan cepat dan mudah
antara perangkat yang kompatibel tanpa memerlukan konfigurasi yang rumit.
Konsumsi Daya Rendah: Teknologi Bluetooth Low Energy (LE) memungkinkan
perangkat untuk beroperasi dengan daya rendah, sehingga memperpanjang masa
pakai baterai.
Konektivitas Tanpa Kabel: Bluetooth memungkinkan perangkat untuk terhubung
secara nirkabel, memberikan kebebasan gerak kepada pengguna.
Kekurangan:
Meskipun Bluetooth memiliki batasan dalam jarak dan kecepatan transfer data, teknologi ini
sangat berguna untuk menghubungkan perangkat-perangkat portabel dalam jangkauan
yang dekat, dan digunakan secara luas dalam lingkungan sehari-hari untuk mentransfer data
dan audio secara nirkabel.
Perbedaan Wired LANs (Ethernet) dan Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth):
1. Media Komunikasi:
Wired LANs (Ethernet): Menggunakan media kabel seperti kabel UTP atau serat optik
untuk mentransmisikan data melalui jaringan.
Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth): Menggunakan gelombang radio
frekuensi untuk mentransmisikan data secara nirkabel antara perangkat-perangkat
yang kompatibel.
2. Keterhubungan Fisik:
Wired LANs (Ethernet): Memerlukan kabel yang menghubungkan perangkat secara
fisik ke jaringan.
Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth): Tidak memerlukan kabel fisik karena
menggunakan sinyal nirkabel untuk koneksi.
3. Mobilitas:
Wired LANs (Ethernet): Tidak mendukung mobilitas tinggi karena koneksi terbatas
oleh panjang kabel yang digunakan.
Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth): Mendukung mobilitas tinggi karena tidak
terikat oleh kabel fisik, memungkinkan perangkat untuk bergerak bebas dalam
jangkauan sinyal.
Persamaan antara Wired LANs (Ethernet) dan Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth):
2. Konektivitas Jaringan:
Baik Wired LANs maupun Wireless LANs menyediakan konektivitas jaringan yang
memungkinkan perangkat untuk berkomunikasi dan bertukar data.
3. Kompatibilitas:
Keduanya dapat bekerja dengan perangkat yang mendukung standar yang sama.
Misalnya, perangkat Ethernet dapat berkomunikasi dengan perangkat Wi-Fi yang
kompatibel dengan standar IEEE 802.11.
4. Penggunaan Umum:
Baik Wired LANs maupun Wireless LANs digunakan secara luas dalam berbagai
lingkungan, seperti rumah, kantor, pusat perbelanjaan, dan area publik lainnya.
Berikut ini beberapa contoh untuk memperjelas perbedaan antara Wired LANs (Ethernet)
dan Wireless LANs (IEEE 802.11 dan Bluetooth):
1. Contoh Wired LANs (Ethernet):
Menghubungkan beberapa komputer di sebuah kantor menggunakan kabel Ethernet
untuk berbagi data dan sumber daya seperti printer dan server file.
Menggunakan koneksi Ethernet di rumah untuk menghubungkan komputer desktop,
laptop, dan perangkat jaringan lainnya ke internet melalui router dan modem.
3. Contoh Bluetooth:
Menghubungkan headphone nirkabel Bluetooth ke smartphone atau perangkat
audio lainnya untuk mendengarkan musik tanpa kabel.
Menggunakan perangkat Bluetooth seperti keyboard dan mouse untuk
menghubungkannya dengan laptop atau tablet tanpa menggunakan kabel.
Perhatikan bahwa ini hanya beberapa contoh umum dari banyak kasus penggunaan yang
mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Implementasi dan penggunaan teknologi ini
dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan preferensi pengguna.