Anda di halaman 1dari 124

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM

PERKULIAHAN DARING PADA MASA PANDEMI COVID-19


(Studi Deskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu
Komunikasi dan Bahasa, Universitas Bina Sarana Informatika)

TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
Gelar Master dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh:
Gema Irhamdhika
NIM 219121025

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN
UNIVERSITAS PARAMADINA
JAKARTA
2021
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan bahwa Tesis yang saya susun, sebagai syarat memperoleh gelar magister
merupakan hasil karya tulis saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Tesis
ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai
dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima sanksi pencabutan
gelar akademik yang saya peroleh dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan yang
berlaku, apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiat dalam Tesis ini.

Jakarta, Agustus 2021

Gema Irhamdhika
219121025

iii
ABSTRAK

Universitas Paramadina
Komunikasi Korporat
2021

Gema Irhamdhika / 219121025


EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PERKULIAHAN DARING
PADA MASA PANDEMI COVID-19
(Studi Deskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu
Komunikasi dan Bahasa, Universitas Bina Sarana Informatika).
(110 halaman + xiv halaman), (34 tabel), (10 gambar), (5 lampiran).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas komunikasi interpersonal dalam kegiatan
perkuliahan daring. Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan
telah dicapai. Teori- teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi,
komunikasi digital, dan media baru. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dan eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas
Komunikasi dan Bahasa, yang berjumlah 1.874 mahasiswa, berasal dari angkatan 2019 dan
2020. Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Taro Yamane. Sampel diperoleh
sebanyak 95 orang, kemudian metode untuk penarikan sampel nya adalah menggunakan teknik
sampling kuota. Selanjutnya pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
yang disebarkan dalam formulir google (gform). Data yang terkumpul kemudian dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi dan
pengelompokan skor dengan menggunakan Statistical Product and System Solution (SPSS).

Terdapat dua variabel pada penelitian ini, yaitu variabel kualitas pembentuk komunikasi
interpersonal yang efektif dan variabel hasil komunikasi interpersonal yang efektif.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai sigfinikasi sebesar 0,000 dan nilai pearson correlation
sebesar 0,697. Hal ini menunjukan bahwa hubungan antara kedua variabel sangat signifikan
dengan kekuatan hubungan yang kuat. Hasil analisis juga menunjukan nilai R square sebesar
0,485 yang menunjukan pengaruh variabel kualiatas komunikasi interpersonal terhadap hasil
komunikasi interpersonal adalah sebesar 48,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel x
sebesar 48,5% mempengaruhi variabel y. Hasil analisis juga menunjukan mayoritas responden
termasuk ke dalam kategori “tinggi” terhadap variabel kualitas pembentuk komunikasi
interpersonal yang efektif sebesar 75% dan variabel hasil komunikasi interpersonal yang efektif
memiliki persentase sebesar 59%. Setelah mendapatkan pengelompokan skor berdasarkan hasil
analisis kedua variabel yang diteliti, maka dapat disimpulkan bahwa responden menilai
komunikasi interpersonal terjadi dan terlaksana dengan efektif selama perkuliahan daring
dilaksanakan pada masa pandemi Covid-19.

Kata Kunci: Efektivitas, Komunikasi Interpersonal, Kuliah Daring.


Daftar Pustaka: (58 Jumlah Pustaka).
iv
ABSTRACT

Paramadina University
Corporate Communications
2021

Gema Irhamdhika / 219121025


THE EFFECTIVENESS OF INTERPERSONAL COMMUNICATION IN ONLINE
LEARNING DURING THE COVID-19 PANDEMIC
(Quantitative Descriptive Study on Students of Communication Studies Program, Faculty of
Communication and Language Sciences, Bina Sarana Informatics University).
(110 pages + xiv pages), (34 tables), (10 pictures), (5 appendices).

The purposes of this research were to determine the effectiveness of interpersonal


communication in online lecture activities. Effectiveness is a measure that states the extent to
which the goals/goals have been achieved. The theories used in this research are interpersonal
communication, digital communication, new media, and e learning system. The research
method used in this research is descriptive and explanative method with a quantitative approach.

The populations in this research were 1.874 students of the Communication Science study
program, Faculty of Communication and Languages, from class year of 2019 and 2020. The
number of samples was determined using the Taro Yamane formula. Amount of the sample as
many as 95 people, then the method for sampling is using the quota sampling technique.
Furthermore, data collection in this research used a questionnaire distributed in the Google
Form. The collected data then were analyzed using descriptive statistical analysis techniques in
the form of frequency distribution and grouping the scores using Statistical Product and System
Solution (SPSS).

There are two variables in this study, namely the quality variable forming effective
interpersonal communication and the variable resulting from effective interpersonal
communication. Based on the results of the analysis, the significance value is 0.000 and the
Pearson correlation value is 0.697. This shows that the relationship between the two variables
is very significant with a strong relationship strength. The results of the analysis also show the
R square value of 0.485 which shows the influence of the interpersonal communication quality
variable on the results of interpersonal communication is 48.5%. So it can be concluded that
the variable x by 48.5% affects the variable y. The results of the analysis also show that the
majority of respondents are included in the "high" category of the quality variable forming
effective interpersonal communication by 75% and the variable of effective interpersonal
communication results having a percentage of 59%. After getting the grouping of scores based
on the results of the analysis of the two variables studied, it can be concluded that the
respondents assessed that interpersonal communication occurred and was carried out
effectively during online lectures during the Covid-19 pandemic.

Keywords: Effectiveness, Interpersonal Communication, Online Lecture.


Bibliography: (58 Total Bibliography).

v
KATA PENGANTAR

Assallamu’alaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh


Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya.
Sholawat serta salam kepada Baginda junjungan alam, Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi
akhir zaman yang membawa misi kedamaian yang menyebar syari’at islam kepada seluruh
ummat manusia di dunia. Begitu pula salam sejahtera semoga selalu tercurah untuk
keluarganya, para sahabat dan ummatnya yang senantiasa mengikuti ajaran dan petunjuknya
sampai datangnya hari kiamat.
Alhamdulilah atas hidayah dan inayah-Nya, Sehingga saya dapat menyelesaikan tesis
ini dengan judul “EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM
PERKULIAHAN DARING PADA MASA PANDEMI COVID-19” yang merupakan salah
satu sarat guna untuk menempuh gelar Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Paramadina.
Dalam penulisan tesis ini banyak rintangan dan tantangan yang di hadapi, namun berkat
pertolongan dan rahmat Allah SWT segala sesuatu yang sulit dapat menjadi mudah, sehingga
tesis ini dapat di rampungkan meskipun dalam bentuk yang sederhana. Dengan terealisasinya
tesis ini, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu
disempurnakan. Oleh karena itu penyusun memohon dengan sangat kritik dan saran guna
perbaikan tesis ini.
Sudah pasti tulisan ini bukan usaha penulis semata, melainkan banyak pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang secara langsung maupun tak langsung berjasa dalam
penyelesaian tesis ini. Saya hanya dapat berdo’a semoga amal kebajikan mereka semua
mendapat ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Aamiin yaa Rabbal’allamiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari kata sempurna, Hal ini disadari
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, besar harapan semoga tesis
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya. Dalam penyusunan
tesis ini saya mendapatkan banyak pembelajaran, dukungan motivasi, bantuan berupa
bimbingan dan masukan yang sangat berharga dari berbagai pihak mulai dari pelaksanaan
hingga penyusunan laporan tesis ini. Disamping itu, saya juga menyadari bahwa tanpa bantuan
secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak penulisan ini tidak dapat
terselesaikan.
Pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Wahyutama, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah menyempatkan
waktunya untuk terus membimbing dan mengarahkan saya dalam mengerjakan tesis
ini dengan sebaik mungkin.
2. Bapak Totok Amin Soefijanto, Ed.D selaku ketua penguji dan Bapak Dr. A.G. Eka
Wenats Wuryanta selaku penguji yang telah memberikan masukan mengenai tesis
ini.

vi
3. Ibu Dr. Rini Sudarmanti selaku dosen saya dan ketua program studi Magister Ilmu
Komunikasi yang sangat baik dalam memberikan pengajaran tentang ilmu
komunikasi.
4. Para dosen Universitas Paramadina yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
namun tidak mengurangi rasa hormat dan tadzim saya atas ilmu yang telah
diberikan.
5. Pimpinan Universitas Bina Sarana Informatika, Bapak Dr. Mochammad Wahyudi,
M.M, M.Kom, M.Pd, selaku rektor universitas. Ibu Diah Puspitasari M.Kom, Ibu
Irmawati Carolina S.Si, M.Kom, Ibu Anisti M.Si, dan dosen-dosen lainnya yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan membantu dalam
proses penelitian ini.
6. Teman-teman kelas seangkatan Corcom yang sama-sama berjuang dalam menuntut
ilmu dan menggapai cita-cita.
7. Ustadz Indra Hidayat guru sekaligus orangtua yang selalu memberikan do’a, nasihat
dan motivasi dalam pengerjaan tesis ini.
8. Sahabat-sahabat sholeh Majelis Ta’lim Mahabbatussholihin yang selalu
memberikan semangat, do’a dan dukungan.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya
tercinta Ayahanda Dede Ruhendi dan Ibu Suryanti yang telah mendo’akan, mendukung,
menyemangati tiada henti dalam setiap waktu. Kepada Abang dan Adik saya yang juga
mendukung saya dalam mengerjakan tesis ini. Terlebih kepada istri saya tercinta Dewi
Purnamasari yang terus support saya dalam keadaan dan situasi yang genting, selalu
mendo’akan, memberikan semangat yang tiada henti agar terselesaikannya tesis ini. Terakhir
kepada anak saya tercinta Muhammad Bilal Al Musyaffa semoga engkau tumbuh menjadi anak
yang sholeh yang berbakti kepada kedua orangtua, menjadi orang sukses berkah dunia dan
akhirat. Aamiin yaa Rabball’allamiin.
Akhir kata, saya berharap tesis ini bisa bermanfaat bagi segala pihak, untuk manfaat
akademik maupun manfaat praktis.
Wassallamu’allaikum Warrahmatullahi Wabbarrakatuh.

Jakarta, Agustus 2021


Penulis,

Gema Irhamdhika

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………...i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………………………..iii
ABSTRAK…………………………………………………………………………………….iv
ABSTRACT……………………………………………………………………………………v
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………..xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………...xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………………xiv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang Penelitian………………………………………………………….1
1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………………………..9
1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………………….9
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………..9
1.5 Kegunaan Penelitian……………………………………………………………….9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………….…..11


2.1 Komunikasi…………………………………………………………………….…11
2.1.1 Definisi Komunikasi……………………………………………………….…...11
2.1.2 Tatanan Komunikasi……………………………………………………………12
2.1.3 Fungsi dan Tujuan Komunikasi………………………………………………...13
2.1.4 Hambatan Komunikasi………………………………………………………….14
2.2 Komunikasi Antarpribadi………………………………………………………....15
2.2.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi……………………………………………...15
2.2.2 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi………………………………………...17
2.2.3 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi……………………………….….20
2.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi………………………….………………..23
2.2.5 Hambatan Komunikasi Antarpribadi……………………………………………30
2.3 Komunikasi Digital………………………………………………………………..31

viii
2.4 New Media………………………………………………………………………..35
2.5 Perumusan Hipotesis……...………………………………………………………37
2.6 Kerangka Pemikiran………………………………………………………………37

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ….……………………………………………………..39


3.1 Pendekatan Penelitian……………………………………………………………..39
3.2 Metode Penelitian…………………………………………………………………39
3.3 Sifat Penelitian…………………………………………………………………….39
3.4 Operasional Variabel………………………………………………………….......40
3.4.1 Variabel Penelitian……………………………………………………………...40
3.4.2 Definisi Operasional…………………………………………………………….41
3.5 Populasi dan Sampel………………………………………………………………42
3.5.1 Populasi…………………………………………………………………………42
3.5.2 Sampel…………………………………………………………………………..43
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel……………………………………………………….43
3.6 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………...44
3.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas……………………………………………….....46
3.8 Teknik Analisis Data……………………………………………………………...48
3.9 Keterbatasan Penelitian…………………………………………………………...49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………………..50


4.1 Subyek Penelitian…………………………………………………………………50
4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan………………………………………………………..50
4.2 Hasil Penelitian……………………………………………………………………51
4.2.1 Data Umum Responden…………………………………………………………51
4.2.2 Variabel x (Kualitas Komunikasi Interpersonal)…...…………………………..54
4.2.3 Variabel y (Hasil Komunikasi Interpersonal)….....…………………………….62
4.2.4 Kategori Variabel Kualitas Komunikasi Interpersonal (x) dan Variabel Hasil
Komunikasi Interpersonal (y)…………………………………………………………67
4.2.5 Uji Korelasi Variabel Kualitas Komunikasi Interpersonal (x) dengan Variabel
Hasil Komunikasi Interpersonal (y) …………………………………………………..69
4.2.6 Uji Regresi Linier Sederhana……………………………………………………70
4.3 Pembahasan……………………………………………………………………….71

ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………81
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..81
5.2 Saran………………………………………………………………………………83
5.2.1 Saran Akademis…………………………………………………………………83
5.2.2 Saran Praktis…………………………………………………………………….83

DAFTAR PUSTAKA.………………………………………………………………………..85
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………..90

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel…………………………………………………………..40


Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian…………………………………………………………42
Tabel 3.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Angkatan…………………………………………….44
Tabel 3.4 Nila r Product Moment (r Table)…..………………………………………………..47
Tabel 3.5 Validitas dan Reliabilitas Item Pernyataan Kualitas………………………………..47
Tabel 3.6 Validitas dan Reliabilitas Item Pernyataan Hasil….……………………………….48
Tabel 4.1 Merasa Percaya diri disaat mengikuti perkuliahan daring………………………….55
Tabel 4.2 Mengirim pesan kepada dosen ketika tidak bisa mengikuti perkuliahan…………...55
Tabel 4.3 Lebih aktif bertanya ketika mengikuti perkuliahan daring…………………………56
Tabel 4.4 Mengaktifkan kamera disaat kuliah daring karena menghargai dosen……………..56
Tabel 4.5 Mengerti alasan dosen meminta mengaktifkan kamera saat daring………………..57
Tabel 4.6 Mengerti alasan dosen ketika tidak bisa mengajar kuliah daring…………………..57
Tabel 4.7 Memberi tanggapan materi yang disampaikan dosen saat diskusi…………………58
Tabel 4.8 Senang berdebat dengan teman untuk mencairkan suasana perkuliahan…………...58
Tabel 4.9 Membaca seluruh pesan dosen yang disampaikan dalam kelas daring……………..59
Tabel 4.10 Mengerti alasan dosen untuk kuliah daring karena pandemi……………………....59
Tabel 4.11 Mengikuti perkuliahan daring dari awal sampai akhir…………………………….60
Tabel 4.12 Lebih percaya diri dalam menyampaikan isi pikiran perkuliahan daring………….60
Tabel 4.13 Merasa lebih rileks dalam mengikuti kuliah daring……………………………….61
Tabel 4.14 Tetap menggunakan bahasa baik dan sopan saat kuliah daring……………………61
Tabel 4.15 Bermusyawarah dengan dosen dalam menentukan media daring………………....62
Tabel 4.16 Memahami materi perkuliahan yang disampaikan dosen…………………………62
Tabel 4.17 Dapat menyampaikan inti materi kuliah kepada teman……………………………63
Tabel 4.18 Memahami instruksi yang diberikan oleh dosen………………………………….63
Tabel 4.19 Tidak menunda mengerjakan instruksi yang disampaikan oleh dosen……………64
Tabel 4.20 Berdiskusi dengan teman lainnya setelah dosen memberikan instruksi…………...64
Tabel 4.21 Membaca kembali materi kuliah yang diberikan oleh dosen……………………....65
Tabel 4.22 Sepakat dengan argumentasi yang disampaikan dalam diskusi……………………65
Tabel 4.23 Berinteraksi dengan teman-teman kuliah yang tidak terlalu dekat………………..66
Tabel 4.24 Merasa nyaman dalam menyampaikan tanggapan tentang materi kuliah…………66

xi
Tabel 4.25 Uji Korelasi Variabel Kualitas Komunikasi Interpersonal (x) dengan Variabel Hasil
Komunikasi Interpersonal (y) ……………………….………………………………………..69
Tabel 4.26 Uji Regresi Anova…………………………………………………………………70
Tabel 4.27 Uji Regresi Model Summary……………………………………………………...70
Tabel 4.27 Uji Regresi Model Coefficients…………………………………………………...70

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Infografik Penyebaran Kasus Covid-19 di Indonesia……………………………...2


Gambar 1.2 Surat Edaran tentang Pencegahan Virus Corona Universitas Bina Sarana
Informatika……………………………………………………………………………………..4
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………………………………..38
Gambar 4.1 Angkatan Tahun Masuk………………………………………………………….51
Gambar 4.2 Jenis Kelamin…………………………………………………………………….52
Gambar 4.3 Tempat Tinggal Responden Selama Perkuliahan Daring………………………..52
Gambar 4.4 Biaya Kuota Internet Perbulan Selama Perkuliahan Daring……………………..53
Gambar 4.5 Media Belajar yang digunakan selama Perkuliahan Daring……………………..54
Gambar 4.6 Kategori kualitas komunikasi interpersonal (x)…………………….……………68
Gambar 4.7 Kategori hasil komunikasi interpersonal (y)………..……………………………68

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar NIM Sampel……………………………………………………………90


Lampiran 2. Kuesioner Penelitian…………………………………………………………...91
Lampiran 3. Format Kuesioner Dalam Bentuk Google Form……………………………….95
Lampiran 4. Output SPSS……………………………………………………………………98
Lampiran 5. Riwayat Hidup………………………………………………………………...110

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Novel Corona Virus atau sekarang yang biasa disebut Covid-19 menyebar dengan
sangat cepat di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada tahun 2019 untuk pertama kalinya
dan sangat menggemparkan dunia. Virus Covid-19 saat ini telah menjangkit hampir
masyarakat di seluruh dunia. Seluruh negara pasti terpapar virus Covid-19, termasuk
Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai ditimpa musibah pandemi Covid-
19 ini pada bulan Maret tahun 2020 dan sampai saat masih terus terjadi. Ilmiyah (2020)
menuturkan bahwa Covid-19 merupakan penyakit yang bisa menular oleh sindrom
pernapasan akut (SarsCov-2). Virus Covid-19 biasa menular kepada hewan. Ketika virus
ini menularkan manusia, maka coronavirus ini akan membuat penyakit pada infeksi saluran
pernapasan, seperti radang, flu, Severe Acute Resipiratory Syndrome (SARS) dan Middle
East Respiratory Syndrome (MERS).
Kasus pertama virus ini ditemukan di Indonesia terjadi pada bulan Maret tahun
2020, disaat ada dua warga yang berdomisili di Depok, Jawa Barat, dikonfirmasi telah
tertular oleh seorang warga yang berasal dari negara Jepang. Hingga sampai saat ini, pada
tanggal 17 Maret 2021, total keseluruhan kasus positif virus Covid-19 tercatat ada 6.825
kasus baru dan saat ini total keseluruhan kasus di Indonesia sebanyak 1.437.283 sejak
pertama kali kasus yang terkonfirmasi pada 2 Maret 2020 lalu. Dengan rincian 131.695
kasus yang masih aktif atau pasien dalam perawatan, lalu sembuh 1.266.673, dan
meninggal 38.915 orang. Jawa Barat dan DKI Jakarta menjadi penyumbang kasus baru
terbanyak, yaitu 1.347 untuk Jabar dan 1.330 di DKI. Sementara Banten menyusul di
bawahnya dengan kasus berjumlah 861 orang (@BNPB_Indonesia).
Cepatnya penyebaran Covid-19 mengakibatkan hampir semua orang sangat rentan
terhadap virus ini. Bahkan pada infografik pada Gambar 1.1 terlihat kemungkinan besar
kasus positif Covid-19 ditemukan diseluruh wilayah yang ada di Indonesia. Dengan
pesatnya penyebaran tersebut, masyarakat telah merumuskan berbagai kebijakan untuk
mengurangi penyebaran tersebut, di antaranya adalah dengan kebijakan agar masyarakat
bekerja dari rumah, atau biasa yang di sebut Work from Home (WFH).

1
Gambar 1.1 Infografik Penyebaran Kasus Covid-19 di Indonesia.
Sumber:https://twitter.com/BNPB_Indonesia

Program work from home terdapat pada Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN & RB) dengan No.50/2020 atas Perubahan
Kedua atas Surat Edaran Menteri PAN & RB dengan No.19/2020 atas Penyesuaian Sistem
Kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Virus Covid-19
di Lingkungan Instansi Pemerintah (Mustakim, 2020). Dalam kebijakan ini, akan
mempengaruhi semua lini masyarakat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Tidak bisa
dipungkiri kebijakan ini berdampak terhadap bidang pendidikan di Indonesia. Kebijakan
yang diberlakukan adalah dengan diadakannya kegiatan belajar mengajar melalui dalam
jaringan (daring) mulai dari kalangan pelajar hingga pengajar dikarenakan terjadinya
pembatasan sosial.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud)
menerbitkan Surat Edaran No.4 Tahun 2020 pada poin kedua mengenai Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dimasa Pandemi Covid-19, yaitu dengan melakukan kegiatan belajar
mengajar dari rumah dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani
tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun
kelulusan;

2
2. Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain
mengenai pandemi Covid-19;
3. Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antarsiswa,
sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan
kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah;
4. Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat
kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif
Perpaduan antara sumber belajar daring dan luring merupakan suatu pilihan yang
demokratis yang dapat menjembatani arus cepat sumber daya elektronik dan
menghilangkan kesulitan dalam menggunakan berbagai sumber belajar yang digunakan di
kelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran tatap muka tidak dapat
tergantikan sepenuhnya dengan kompleksnya teknologi yang digunakan dalam e-learning,
karena metode interaksi dengan tatap muka jauh lebih efektif daripada pembelajaran e-
learning atau daring. Tidak hanya itu, teknologi pendukung yang terbatas juga menjadi
penyebabnya, seperti perangkat keras, perangkat lunak, aksesibilitas internet dan
pembiayaan sering menimbulkan hambatan dalam mengoptimalkan perangkat pendukung
pembelajaran online (Yaumi,2018).
Akan tetapi jika dilihat dari berbagai kebijakan yang diterbitkan, tentunya belum
dapat dipastikan semua aspek dapat berjalan dengan baik, terutama sekolah-sekolah yang
terletak di pedesaan terpencil yang memiliki keterbatasan fasilitas penunjang seperti
teknologi dan jaringan komunikasi yang terintegrasi untuk mendukung proses
pembelajaran secara daring. Minimnya dana dan segala fasilitas yang kurang memadai
antara guru dan siswa, serta sulitnya menjangkau segala bidang dalam jaringan
telekomunikasi, hal tersebut membuat proses belajar mengajar daring tidak efektif seperti
apa yang diinginkan.
Dengan diterbitkannya surat edaran dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), Universitas Bina Sarana Informatika menanggapi hal tersebut dalam
menerapkan sistem pembelajaran daring. Dilansir melalui situs resmi Universitas Bina
Sarana Informatika disebutkan dalam surat edaran pimpinan Rektor Universitas Bina
Sarana Informatika dengan Nomor: 037/3.02/UBSI/III/2020 mengenai Pencegahan
Penyebaran Corona Virus Di lingkungan Universitas Bina Sarana Informatika.

3
Gambar 1. 2 Surat Edaran tentang Pencegahan Virus Corona Universitas Bina Sarana
Informatika.
Sumber:https://staff.bsi.ac.id
4
Disebutkan pada poin ke-2 pada gambar 1.2 di atas bahwa “Seluruh perkuliahan
Semester Genap 2019/2020 akan dimulai kembali pada Senin, 23 Maret 2020 dan
dilakukan secara e-Learning atau daring pada laman : http://elearning.bsi.ac.id.”. Hal ini
pun berlaku hingga semester berikutnya, sampai pengumuman resmi dari rektorat
mengenai pembelajaran daring. Perkuliahan secara daring sudah berjalan hampir tiga
semester, sampai saat ini sudah memasuki semester Genap 2020/2021.
Tentunya dengan adanya regulasi baru ini dan dengan minimnya interaksi langsung
antara para civitas akademik di kalangan mahasiswa, dosen, dan tenaga pendidik lainnya
maka akan meminimalisir merembaknya virus corona di dalam lingkungan kampus
Universitas Bina Sarana Informatika. Bahkan dengan pembelajaran daring seperti ini,
mahasiswa sangat dituntut untuk lebih pro aktif dalam kegiatan belajar. Tidak terlepas dari
itu, dosen pengajarpun juga dituntut memiliki literasi teknis yang lebih tinggi agar mampu
memberikan materi pengajaran yang lebih efektif dan inovatif.
Tidak bisa dipungkiri, pelaksanaan perkuliahan daring ini pasti terdapat beberapa
kendala. Mininmnya fasilitas pengajaran yang tidak memadai oleh sebagian mahasiswa dan
dosen, serta terbatasnya sumber jaringan komunikasi di beberapa wilayah yang dapat
menghambat pelaksanaan pembelajaran daring. Bahkan kendala jaringan internet pun bisa
menjadi hambatan dalam sistem pembelajaran daring. Minimnya tenaga pengajar yang
mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang ada bisa menjadi salah
satu kendala lain di dalam penyampaian materi pembelajaran selama proses perkuliahan.
Elektronik Learning atau biasa yang disingkat E-learning adalah sebuah sistem
aplikasi internet yang bisa menjembatani antara peserta didik dan pendidik dalam satu
ruang belajar daring. E-learning diciptakan untuk menangani keterbatasan antara peserta
didik dan pendidik, terutama dari segi ruang, waktu, keadaan dan berbagai macam kondisi.
Darmawan (2014:10).
Penerapan teknologi E-learning saat ini bukan suatu hal yang baru. Bahwasannya
E- Learning juga mempunyai berbagai macam jenis sistem, di antaranya adalah LMS atau
Learning Management System seperti chamilo, moodle dan efront, lalu ada juga berbagai
macam aplikasi layanan pendukung E- Learning seperti google classroom, quipper school,
Edmodo dan kelase, serta pengembangan sebuah website dengan coding dan framework.
Umumnya lembaga pendidikan yang ada di Indonesia menggunakan E-Learning dengan
jenis LMS sebagai media pembelajarannya. Meskipun diadakan secara daring selama

5
berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar, segala aktivitas komunikasi antarpribadi
tak luput dari system tersebut (Syarifudin,2017: 2).
Metode pembelajaran daring ini menyertakan segala bentuk aktivitas komunikasi
antarpribadi di dalam proses aktualisasinya. Seperti apa yang diungkapkan oleh Effendi
(dalam Liliweri, 1991: 12) Komunikasi yang dilakukan antara seorang komunikator dan
seorang komunikan disebut komunikasi antarpribadi. Pada proses dialogis, komunikasi
tersebut dinilai efektif untuk merubah pendapat, sikap dan perilaku manusia. Komunikasi
antarpribadi berlangsung efektif bila antara dua orang tersebut saling memberikan feedback
antara satu dengan yang lainnya. Melalui dialog, berarti komunikasi yang terjadi menjadi
hidup, baik dari komunikator maupun komunikan. Keduanya saling memberikan informasi
dan pesan, saling menerima dan memberi pesan. Kemungkinan dengan munculnya
pengertian bersama yang lebih besar dikarenakan keduanya saling berhubungan, maka bisa
terpancar dari bahasa tubuhnya seperti dari tatapan mata atau dengan melihat mimik muka.
Karena dalam kedekatan ini, terjadilah rasa saling menghormati dan empati, bukan
dikarenakan perbedaan apapun seperti perbedaan strata ekonomi, melainkan masing-
masing merupakan manusia yang terlihat di hadapan mata (Liliweri,1991: 12). Joseph A.
Devito juga menjelaskan (dalam Suranto, 2011:4) Komunikasi interpersonal merupakan
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan memberikan umpan balik segera. Dilihat dari
perspektif ini, komunikasi antarpribadi menjadi sangat penting untuk bisa dikuasai dan
dipahami oleh seseorang yang bekerja melalui interaksi dengan orang lain, seperti pengajar.
Integrasi teknologi yang efektif dalam pendidikan harus melibatkan penggabungan
keterampilan pedagogis, konten mata pelajaran, dan teknologi dalam ekosistem pendidikan
tertentu di mana proses pendidikan berlangsung (Martin,et.al : 2021). Efektivitas juga harus
ditunjang dengan ketrampilan pengajar dalam memanfaatkan media pembelajaran atau
teknologi untuk membuat materi pembelajaran yang menarik agar perkuliahan berjalan
dengan efektif. Coba kita bayangkan apa yang terjadi apabila seorang yang berprofesi
sebagai tenaga pendidik tidak memiliki keterampilan dalam pengajaran yang baik.
Tentunya jaringan komunikasi pendidik tersebut dengan mahasiswa menjadi kurang baik,
dan akhirnya berdampak terhadap terhambatnya penyampaian pesan informasi kepada
mahasiswa.
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) dapat dilakukan tidak
harus secara langsung atau bertatap muka, tetapi juga bisa dalam bentuk teknologi

6
informasi dan komunikasi melalui beberapa media perantara, seperti melalui internet, sosial
media atau e-learning. Teknologi informasi dan komunikasi bisa dimanfaatkan oleh
berbagai kalangan, termasuk pelajar sebagai media komunikasi interpersonal, terutama
pada saat pandemi seperti ini. Dengan teknologi informasi dan komunikasi tersebut,
himbauan menjaga jarak bisa diterapkan secara efektif kepada masyarakat Indonesia,
Meskipun terkadang karena kurangnya kontak langsung dalam proses komunikasi dapat
mengurangi efektivitas komunikasi.
Universitas merupakan institusi pendidikan yang sangat berpengaruh dalam rangka
mencerdaskan anak bangsa. Di Universitas mulailah dibentuk kepribadian dan pemikiran
penerus bangsa ini. Untuk membentuk para calon generasi penerus bangsa sangat
diperlukan ketrampilan, kreatifitas, perjuangan, pengorbanan dan kemampuan seorang
tenaga pendidik yang baik. Demi tercapainya efektivitas pembelajaran diperlukan
kemampuan dalam memberikan ilmu yang bermanfaat kepada mahasiswa atau peserta
didik. Hal tersebut berkaitan dengan seorang dosen yang diharuskan mempunyai skills atau
kemampuan dalam berkomunikasi yang baik. Menurut Jallaluddin Rakhmat (2008:2) yang
mengutip pendapat Davis, beliau berkata para ahli sosial telah berulang kali menjelaskan
bahwa minimnya komunikasi bisa memperlambat perkembangan kepribadian seseorang.
Lalu, bagaimana apabila tenaga pendidik tidak memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dengan mahasiswa. Hal tersebut pasti bisa berpengaruh terhadap
kepribadian mahasiswa. Apakah mahasiswa yang diajarkan akan memiliki kepribadian
yang baik atau tidak itu semua tergantung dengan kemampuan komunikasi antara dosen
kepada mahasiswanya.
Dosen dan mahasiswa adalah dua komponen yang bisa disamakan dengan teori
symbiosis mutualisme, yakni peran yang bisa saling meberikan manfaat antara satu sama
lain. Jadi, tidak akan berdampak besar apabila hanya salah satu komponen saja yang aktif
karena dalam hal ini keduanya harus saling menguntungkan. Komunikasi yang baik dengan
dosen juga harus dimiliki oleh mahasiswa sebagai imbalan atas kemampuan komunikasi
dosen yang baik. Komunikasi dan interaksi semacam ini akan membawa kenyamanan bagi
mahasiswa dan dosen pengajar dalam proses belajar mengajar, sehingga berdampak positif
bagi keduanya dan dapat meningkatkan kemauan mahasiswa untuk berperan aktif dalam
kegiatan belajar mengajar di kampus. Menurut Robert E. Slavin (2008:4) Seorang guru
yang efektif tidak hanya harus tahu apa masalah siswa, tetapi juga mampu menyampaikan
semua pengetahuan yang mereka miliki kepada siswa.

7
Penggunaan media daring merupakan salah satu solusi disaat pandemi seperti ini
agar mahasiswa tetap bisa mengikuti pembelajaran dimanapun berada dengan baik.
Pembelajaran menggunakan media daring telah diterapkan di Universitas Bina Sarana
Informatika sejak mulai diberlakukannya work from home pada bulan Maret tahun 2020
selama masa pandemi covid-19. Dengan sistem berbasis daring ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa untuk memperoleh dan mempelajari ilmu pengetahuan tanpa harus
tatap muka (Mulawarman, 2020). Media online yang digunakan dalam proses belajar-
mengajar seperti website e-learning, zoom meeting, google classroom, whatsapp, dan
youtube, dapat dinilai efektif dalam proses belajar-mengajar. Namun, penerapan
pembelajaran jarak jauh di tengah maraknya pandemi Covid-19 menimbulkan berbagai
persoalan (Ahmad, 2020). Banyak mahasiswa yang kurang puas dengan sistem
pembelajaran daring, kebutuhan biaya untuk kuota merupakan salah satu beban buat
mahasiswa, ditambah lagi mahasiswa tetap membayar kuliah dengan normal, tidak
mendapatkan keringanan dari pihak kampus (Dewantara, 2021). Sistem pembelajaran
daring yang sangat dilakukan pada masa pandemi covid-19 ini merupakan perubahan yang
berdampak besar dalam dunia pendidikan (Simatupang et al., 2020). Dengan sistem
pembelajaran daring ini akan menjawab apakah penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi dapat menggantikan peran dosen atau kebalikannya dosen tidak bisa digantikan
oleh teknologi informasi komunikasi secanggih apapun. Selain itu, kesulitan dalam
mempelajari dan memahami materi yang disebabkan oleh gangguan pengiriman informasi
antara dosen kepada mahasiswa dapat terjadi dari berbagai faktor salah satunya disaat
menggunakan media pembelajaran (Ferdiana, 2020). Materi pembelajaran yang menarik
dan menyenangkan dapat menghilangkan kejenuhan disaat proses kegiatan belajar
mengajar. Oleh karena itu, implementasi pembelajaran daring perlu di evaluasi untuk
melihat apakah komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen berjalan dengan
efektif. Dalam proses pembelajaran daring terdapat aspek komunikasi interpersonal, seperti
kualitas komunikasi interpersonal yang bisa mempengaruhi hasil komunikasi interpersonal
dalam pembinaan hubungan antarpribadi antara mahasiswa dan dosen. Dimana, kualitas
komunikasi interpersonal ini mempengaruhi efektivitas komunikasi secara keseluruhan.
Uraian di atas dapat dijadikan dasar bagi peneliti untuk mengkaji lebih lanjut
efektivitas komunikasi interpersonal pada perkuliahan daring mahasiswa program studi
Ilmu Komunikasi, Universitas Bina Sarana Informatika. Alasan dipilihnya responden ini
adalah karena mahasiswa tersebut mempelajari mata kuliah komunikasi interpersonal,

8
kemudian dapat diasumsikan mereka mampu untuk mengevaluasi keefektifan komunikasi
interpersonal pada perkuliahan daring.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang
ingin dijawab peneliti:
1. Seberapa besar tingkat kualitas komunikasi interpersonal yang terbentuk antara
mahasiswa dan dosen melalui media pembelajaran daring dikalangan mahasiswa
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika.
2. Seberapa besar hasil komunikasi interpersonal yang terbentuk antara mahasiswa dan
dosen melalui media pembelajaran daring dikalangan mahasiswa Program Studi Ilmu
Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika.
3. Seberapa besar pengaruh kualitas komunikasi interpersonal terhadap hasil komunikasi
interpersonal dalam pembelajaran daring dikalangan mahasiswa Program Studi Ilmu
Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan
masalah di dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas komunikasi
interpersonal yang terjadi antara dosen dan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan
daring di kalangan mahasiswa/i Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bina
Sarana Informatika?”

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah “Untuk
mengetahui efektivitas komunikasi interpersonal dalam kegiatan perkuliahan daring di
kalangan mahasiswa/i Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana
Informatika.”

1.5 Kegunaan Penelitian


Suatu penelitian diharapkan bisa menghasilkan sesuatu yang berguna dan bisa
bermanfaat bagi segala pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

9
1. Manfaat akademis dari penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat bagi
penuntut ilmu komunikasi dan memberikan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan ilmu
pengetahuan dan wawasan yang luas dalam segala aspek ilmu komunikasi
khususnya dalam sistem komunikasi interpersonal dan pembelajaran daring.
3. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai penerapan ilmu yang telah
diperoleh peneliti selama menjadi mahasiswa di bidang ilmu komunikasi dan
bisa memberikan pendapat atau masukan-masukan kepada pihak atau akademisi
yang tertarik terhadap penelitian ini.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Manusia merupakan makhluk hidup dengan jiwa sosial yang tinggi sehingga
memiliki kecenderungan untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Berdasarkan
kondisi ini, diperlukan adanya jalinan komunikasi yang memungkinkan mereka dapat
terkoneksi antara satu orang dan yang lainnya. Para ahli meyakini bahwa komunikasi
merupakan suatu kebutuhan dasar bagi seseorang dalam menjalani kehidupan sosial.
Terdapat persatuan antara dua orang atau lebih yang dibangun melalui istilah
"komunikasi". Effendy (2003: 3) menjelaskan bahwa komunikasi (communication)
merupakan serapan kata dari berbahasa Latin “communication” yang terdiri dari frasa,
“communis” yang artinya “sama” yang merujuk pada hasil kesamaan makna. Menurut
Harold Lasswell (Mulyana 2007:69) berpendapat bahwa metode terbaik untuk
mengilustrasikan proses komunikasi yaitu dengan menjawab pertanyaan seperti: who
say what in which channel to whom with what effect (siapa mengatakan apa, melalui
media apa, ditujukan untuk siapa, dengan pengaruh yang seperti apa)?. Berdasarkan
pendapat tersebut, diperoleh lima unsur komunikasi yang saling berkaitan, yaitu:
1. Sumber, yaitu pihak (individu, kelompok, organisasi atau perusahaan, negara)
yang memiliki kebutuhan yang beragam serta berinisiatif untuk melakukan
komunikasi.
2. Pesan, yaitu komponen yang terdiri atas simbol verbal mapun nonverbal yang
dikirimkan oleh komunikator ke komunikan melalui proses komunikasi. Pesan
merupakan gambaran isi hati (indera perasa), nilai, gagasan, dari sumber.
3. Saluran atau dapat disebut dengan media perantara yang digunakan oleh sumber
atau komunikator dalam mengirimkan sebuah pesan.
4. Penerima, yaitu pihak lain yang menjadi sasaran untuk menerima pesan dari
sumber.
5. Efek, yaitu dampak yang ditimbulkan ketika pesan telah sampai dan diterima
oleh penerima.
Cangara (2007: 20), menjelaskan makna komunikasi sebagai suatu metode
pengalihan sebuah pemikiran atau gagasan yang dikirim sumber untuk seorang

11
penerima atau lebih dan menjadikan munculnya perubahan perilaku penerima sebagai
sasarannya. Terdapat dua tahapan saat terjadi proses komunikasi, yaitu:
1. Proses Komunikasi Primer, yaitu penggunaan simbol/lambang tertentu untuk
menyampaikan gagasan atau perasaan dari satu individu ke individu lainnya.
2. Proses Komunikasi Sekunder, yaitu penggunaan berbagai perangkat sebagai
media kedua setelah penggunaan simbol untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain.

2.1.2 Tatanan Komunikasi


Suatu proses komunikasi yang dikaji berdasarkan banyaknya komunikan yang
terlibat, baik satu individu, sekelompok individu, maupun sejumlah individu, yang
bertempat tinggal di lokasi yang terpisah disebut sebagai tatanan komunikasi. Menurut
Effendy (2003: 53) jumlah komunikan dijadikan sebagai dasar penentuan bentuk atau
tatanan komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi pribadi (personal communication)
a) Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal melibatkan diri sendiri di dalam prosesnya.
Tujuannya adalah lebih mengenal diri sendiri melali aktivitas mengajak diri
kita berbicara dan melibatkan diri dalam kegiatan yang memiliki nilai
penting (Secara emosional maupun intelektual) di lingkungan sekitar.
b) Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal melibatkan dua individu atau lebih yang berada di
satu kelompok besar. Tujuannya adalah menyampaikan pesan dengan
harapan akan diperoleh umpan balik (feedback) atau dampak yang dapat
dirasakan secara langsung.
2. Komunikasi kelompok (group communication)
Komunikasi kelompok terjalin di antara satu komunikator dengan suatu
kelompok yang terdiri atas lebih dari dua orang. Terdapat dua jenis kelompok
komunikasi berdasarkan jumlah individu yang terlibat, yaitu kelompok kecil dan
besar.
3. Komunikasi massa (mass communication)
Komunikasi massa melibatkan sejumlah media massa modern yang memiliki
jangkauan luas seperti televisi, surat kabar, maupun radio sebagai media untuk

12
menyampaikan pesan.
4. Komunikasi media (media communication)
Komunikasi media berlangsung dengan memanfaatkan jenis media yang tidak
tercakup ke dalam golongan media cetak (spanduk, pamflet, bendera, poster,
telepon, billboard, surat dan lain sebagainya) untuk menyampaikan pesan.

2.1.3 Fungsi dan Tujuan Komunikasi


Pendapat lain dari Effendy (2003: 54) menyatakan bahwa teknik komunikasi
sangat berkaitan dengan format dan kegunaan komunikasi, yaitu ditunjukkan bahwa
komunikasi yang baik sangat terkait dengan fungsi yang mendorong terbentuknya
komunikasi yang efektif. Beberapa fungsi komunikasi tersebut di antaranya:
1. Menyampaikan informasi (to inform)
Fungsi utama komunikasi adalah menyampaikan sebuah informasi. Masyarakat
dapat mengetahui setiap keadaan yang terjadi di berbagai tempat karena proses
komunikasi bukan hanya membagikan informasi, melainkan pesan, isi
hati/perasaan, gagasan, opini maupun reaksi terkait kejadian tersebut.
2. Mendidik (to educate)
Fungsi lain komunikasi adalah menambah wawasan dan peluang untuk
mengakses pendidikan pada cakupan yang lebih luas. Sejumlah informasi dan
kreativitas yang disebar luaskan melalui proses komunikasi dapat menaikkan
kualitas masyarakat sehingga memiliki pikiran yang lebih terbuka, terbarukan,
dan tentunya semakin berkembang.
3. Menghibur (to entertain)
Rangkaian informasi berupa gambar, bahsa, suara, maupun tulisan merupakan
bentuk komunikasi yang berfungsi untuk menghibur yang dapat dinikmati oleh
semua kalangan. Komunikasi sejenis ini tentunya dapat memberikan berbagai
warna dalam kehidupan manusia.
4. Mempengaruhi (to influence)
Salah satu fungsi penting komunikasi yaitu untuk memperkenalkan nilai-nilai
baru yang bertujuan untuk menjadikan seseorang memiliki perubahan pendirian
dan tingkah laku ke arah modern yang tentunya semakin baik. Dapat dikatakan
juga bahwa komunikasi dapat difungsikan sebagai media yang efektif untuk
mempengaruhi khalayak. Harapannya, melalui berbagai informasi tentang yang

13
dilihat, dibaca, atau didengar tentang orang lain, seseorang dapat memperoleh
motivasi dan dorongan bergerak lebih maju.
Selain untuk menghasilkan kesamaan pemahaman dan rasa saling pengertian
satu dan lainnya, proses komunikasi juga mencakup empat tujuan lain sebagaimana
yang disebutkan oleh Effendy (2003: 55), yaitu:
1. Perubahan Sikap
Melalui macam informasi yang diberikan, diharapkan dapat terjadi perubahan
sikap pada diri seseorang/masyarakat.
2. Perubahan Pendapat
Melalui pendapat yang diberikan, diharapkan pada diri seseorang dapat terjadi
perubahan persepsi atau pendapat atas informasi yang disampaikan.
3. Perubahan Perilaku
Setelah mengubah persepsi dan pendapatnya, melalui informasi yang diberikan
diharapkan dapat mengubah perilaku seseorang/masyarakat.
4. Perubahan Sosial
Pada akhirnya, informasi yang disampaikan melalui proses komunikasi
memiliki tujuan untuk memberikan kesadaran pada masyarakat untuk
memberikan dukungan dan turut berpartisipasi di dalamnya.

2.1.4 Hambatan Komunikasi


Adakalanya penyampaian pesan dalam komunikasi tidak berjalan lancar. Hal ini
disebabkan oleh adanya berbagai hambatan sehingga terjadi kesalahpahaman
(misscommunication) karena komunikan salah memahami pesan yang disampaikan oleh
komunikator. Beberapa hambatan bersumber dari dalam diri seseorang yang
berkomunikasi sehingga kemunculannya tidak dapat dicegah. Meski demikian,
hambatan-hambatan ini dapat diminimalisir jika sesama pelaku komunikasi saling
memahami satu sama lain.
Empat hal utama yang disebutkan Effendy (2003: 45) dapat menjadi hambatan
dalam proses, yaitu:
1. Gangguan
Berdasarkan sifatnya, terdapat dua kategori gangguan yang terdapat dalam
proses komunikasi, yaitu:
a) Gangguan mekanik, berupa hambatan fisik pada media komunikasi atau

14
gangguan gaduh, misalnya gambar atau suara yang tidak jelas.
b) Gangguan semantik, adalah gangguan berupa rusaknya pengertian atas
pesan yang ingin disampaikan melalui komunikasi, salah satunya akibat
pemilihan bahasa yang digunakan dalam komunikasi
2. Kepentingan (interest)
Adanya kepentingan tertentu membuat tidak semua pesan ditanggapi oleh
seseorang. Hanya pesan yang memiliki rangsangan dan terkait dengan
kepentingannya yang akan memproleh perhatian dari individu yang menjadi
sasaran dalam komunikasi. Selain berpengaruh pada perhatian, keberadaan
kepentingan juga mampu memenaruhi perasaan/emosi, pikiran, sikap, dan daya
tanggap penerima pesan. Hal ini sangat relatif apakah pesan tersebut
bertentangan dengan kepentingan yang dimiliki atau tidak.
3. Motivasi Terpendam
Motivasi dapat berupa dukungan moril bagi individu untuk bertindak sesuai
kebutuhan/keinginannya serta kekurangan yang dimilikinya. Ketika komunikasi
yang terjadi semakin sesuai dengan motivasi yang mendorongnya, maka
semakin besar peluang pesan tersebut untuk berhasil diterima oleh penerima
tanpa kendala apa pun.
4. Prasangka
Hambatan utama lainnya dalam komunikasi adalah timbulnya prasangka
karenaterdapat emosi yang memengaruhi pemikiran kita sehingga dapat
menyimpulkan suatu permasalahan tanpa berpikir rasional (hanya didasarkan
atas syak wasangka). Akibatnya, lebih mudah bagi kita untuk menilai sesuatu
yang objektif secara negative.

2.2 Komunikasi Antar Pribadi


2.2.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi interpersonal/antarpribadi (interpersonal communication) pada
intinya memiliki definisi yang sama seperti proses komunikasi pada umumnya. Di
dalamnya terdapat sejumlah unsur yang terlibat seperti pesan, komunikator, dan
komunikan. Meski demikian, proses komunikasi secara langsung antara dua pihak atau
lebih menjadi poin utama selama terjadinya komunikasi interpersonal ini.
Dalam buku Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (2008: 8), Widjaja

15
mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses yang melibatkan
pertukaran informasi dan transfer pemahaman antara dua pihak atau lebih di dalam satu
komunitas kecil. Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa komunikasi
antarpribadi berlangsung ketika (sedikitnya) dua orang saling bertukar informasi agar
dapat mengetahui timbal baliknya secara langsung (Muhammad, 2011:159). Sama halnya
dengan definisi komunikasi interpersonal yang diartikan sebagai metode transfer serta
menerima pesan antara dua orang individu di dalam komunitas kecil disertai beberapa
dampak dan umpan balik yang dirasakan secara langsung (the process of sending and
receiving messages between two person or among a small group of person with some
effects and some immidiate feedback), yang dikemukakan Joseph. A. Devito dalam buku
The Interpersonal Communication Book (Soyomukti, 2016: 142). Pendapat lainnya dari
Kathleen S. Verderber et al. (2007) yang dikutip oleh Budyatna dan Ganiem (2011)
menyebutkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan proses yang digunakan untuk
menghasilkan serta mengelola suatu hubungan antarpribadi, serta menjalankan tanggung
jawab secara timbal balik untuk memperoleh pemahaman.
Berdasarkan berbagai definisi yang dijelaskan sebelumnya, dapat dikatakan
bahwa salah satu karakteristik komunikasi interpersonal yaitu melibatkan pertukaran
informasi antara satu orang atau lebih secara langsung. Meski menghasilkan pemberian
tanggapan dari penerima pesan atas informasi yang disampaikan oleh pengirimnya, tidak
menutup kemungkinan, terlebih di masa sekarang ini, bahwa komunikasi interpersonal
juga dapat terjadi secara tidak langsung. Perkembangan yang pesat pada tekonologi
informasi membuat komunikasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
perantara sebagai medianya.
Era digitalisasi yang menunjukkan pesatnya perkembangan teknologi informasi
turut andil dalam mengubah pola komunikasi interpersonal. Selain itu, hal ini juga
didukung dengan semakin banyaknya fasilitas yang memudahkan proses komunikasi
interpersonal secara tidak langsung. Hal ini didukung dengan pendapat Suranto dalam
Komunikasi Sosaial Budaya (2010: 80) yang menjelaskan bahwa komunikasi
antarpribadi dapat terjadi melalui pertemuan langsung maupun menggunakan bantuan
dari berbagai perangkat sebagai perantara. Pendapat yang disampaikan Dasrun Hidayat
(2012: 38-44) pun turut mendukung penjelasan Suranto. Ia menyebutkan bahwa selain
melalui pertemuan langsung, komunikasi interpersonal juga dapat terjadi melalui
pemanfaatan perkembangan teknologi yang semakin berkembang. Telepon, internet

16
(Facebook, browser, chatting) merupakan contoh media yang dapat digunakan sebagai
saluran komunikasi interpersonal. Bahkan, teknologi ini sudah bisa dimanfaatkan di
hampir semua daerah. Dengan demikian, dapat ditetapkan bahwa komunikasi
interpersonal juga memiliki karakteristik lain yaitu menggunakan media atau tanpa media
(nirmedia).
Dari penjelasan yang diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
untuk menjalin komunikasi antarpribadi memerlukan keterlibatan dua pihak atau lebih.
Antara pesan dan umpan balik (feedback) yang dihasilkan terjadi secara langsung, baik
melalui tatap muka maupun perangkat komunikasi yang mewakilinya sehingga kualitas
umpan balik dari penerima dapat diterima langsung oleh pengirim pesan.

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi


Sejumlah pakar tentang konsep ilmu komunikasi memiliki penjelasan yang
berbeda-beda terkait komunikasi antarpribadi. Salah satunya Pearson dalam Kurniawati
(2014: 16) yang menyebutkan beberapa ciri khas komunikasi antarpribadi, yaitu:
1. Diawali dengan diri sendiri, artinya pribadi seseorang menjadi pusat
pemaknaan atas persepsi-persepsi komunikasi. Hal ini dihasilkan dari
sejumlah pengalaman dan pengamatan yang dilalui seseorang selama
hidupnya.
2. Bersifat transaksional, artinya diperlukan kesejajaran antarpihak yang
berkomunikasi, baik pemberi informasi/pesan maupun penerimanya
3. Hubungan antara pihak-pihak yang melakukan komunikasi akan
memengaruhi isi pesan yang dikomunikasikan.
4. Adanya kedekatan secara fisik antara pihak yang melakukan komunikasi
menjadi syarat terjadinya komunikasi antarpribadi.
5. Terdapat keterlibatan sejumlah pihak yang terkait satu sama lain dalam proses
komunikasi.
6. Pesan yang telah disampaikan tidak dapat diulang atau ditarik kembali. Oleh
karenanya, seringkali seseorang bisa memaafkan kesalahan yang diperbuat
orang lain kepadanya, tetapi ingatan akan kesalahan tersebut bertahan dalam
waktu yang lama dalam pikirannya.
Sementara itu, dikutip Budyatna & Ganiem (2011: 5), terdapat lebih banyak
karakteristik komunikasi antarpribadi yang disebutkan Richard L. Weaver II, yaitu:

17
1. Sedikitnya terdapat dua orang yang terlibat
Disebutkan oleh Weaver bahwa hanya dua individu (a dyad) yang terlibat saat
berlangsungnya proses komunikasi antarpribadi, dan keduanya bukanlah jumlah
yang sembarangan. Ketika sudah terdapat tiga orang (the triad), maka sudah
terbentuk pola komunikasi dengan bentuk kelompok paling kecil. Jika
pendefinisian komunikasi antarpribadi didasarkan atas jumlah individu yang
terlibat, maka perlu diingat bahwa kedua orang yang terlibat di dalamnya
tergabung dalam kelompok yang lebih besar.
2. Melibatkan umpan balik (feedback)
Dalam komunikasi antarpribadi terdapat tanggapan atau feedback berupa
pengiriman kembali informasi oleh komunikan kepada pihak yang
menyampaikannya. Umpan balik langsung yang terdapat dalam komunikasi
antarpribadi sering kali bersifat nyata, dapat segera dirasakan secara langsung,
dan berkelanjutan.
3. Bisa dilakukan tanpa selalu tatap muka
Komunikasi antarpribadi dapat dilakukan tanpa selalu bertatap muka.
Kemampuan untuk memahami satu sama lain merupakan unsur yang lebih
penting dibandingkan kehadiran fisik pihak-pihak yang berkomunikasi. Meski
demikian, komunikasi antarpribadi menjadi kurang ideal karena faktor
utamanya, yaitu interaksi secara fisik, tidak terjadi. Hilangnya interaksi fisik
secara langsung seperti gerakan kepala, senyum, atau pandangan mata,
menjadikan penyampaian emosi melalui umpan balik juga tidak terjadi.
4. Tidak selalu disertai tujuan tertentu
Individu-individu dapat melakukan komunikasi antarpribadi meski tanpa
adanya kesengajaan atau tujuan tertentu. Melalui gerak fisik yang tanpa sadar
ditunjukkan kepada orang lain, dapat terlihat suasana hati yang tengah dialami
orang tersebut. Contohnya, ketika ia terus-terusan menggerakkan kaki dan
ragu-ragu saat berbicara, dapat diketahui bahwa ia tengah gelisah atau gugup.
Gerak fisik yang tidak ia sadari tersebut berhasil mengirimkan pesan kepada
orang lain dalam bentuk isyarat yang akan memengaruhi persepsi orang lain.
5. Ada pengaruh (effect) yang dihasilkan
Suatu interaksi harus mampu menghasilkan pesan atau pengaruh agar dapat
dikatakan sebagai komunikasi antarpribadi yang efektif. Tidak selalu berupa

18
umpan balik yang dapat segera dirasakan secara langsung, tetapi perngaruh
tersebut pasti terjadi.
6. Sesekali dapat berlangsung tanpa menggunakan kata
Seperti yang sebelumnya dijelaskan pada poin empat, gerakan fisik mampu
mengirimkan pesan dalam bentuk isyarat, atau dapat dikatakan sebagai
komunikasi nonverbal (tanpa kata-kata). Kadangkala, ada reaksi fisik seperti
tatapan mata atau sentuhan dapat memiliki makna yang lebih mendalam
dibandingkan kata-kata.
7. Terdapat konteks yang memengaruhinya
Konteks oleh Verderber dalam Budyatna & Ganiem (2011:18) dijelaskan
sebagai suatu wadah terjadinya komunikasi yang tengah berlangsung, mencakup
setiap hal yang mendahului dan mengikuti pesan yang dikatakan. Konteks
meliputi:
a) Jasmani, di antaranya keadaan lingkungan, tingkat kebisingan,
lokasi, pengaturan cahaya, pengaturan tempat, jarak antara
komunikator, dan waktu (hari).
b) Social, mencakup format hubungan yang mungkin sebelumnya telah
terjalin di antara para partisipan.
c) Historis, merupakan suatu dasar yang berasal dari komunikasi yang
sebelumnya pernah terjalin di antara partisipan.
d) Psikologis, merupakan kondisi terkait pengalaman emosi yang
melibatkan kondisi perasaan masing-masing individu yang terlibat
pada pernjumpaan masing-masing individu.
e) Kondisi kultural yang terjadi di sekitar peristiwa komunikasi,
meliputi berbagai pemahaman tentang waktu dan fungsi keberadaan
masing-masing partisipan, ideologi/keyakinan, makna, sikap dan
perilaku, agama, hingga tatanan sosial (Samovar & Porter dalam
Budyatna & Ganiem, 2011:19).
8. Terdapat kebisingan (noise) yang memengaruhinya
Noise merupakan rangsangan (stimulus) yang menjadi hambatan dalam
proses pembuatan pesan. Bentuk-bentuk kegaduhan ini antara lain:
a) Kebisingan eksternal, yaitu jenis kegaduhan yang mudah menarik
perhatian orang lain (meski letaknya cukup jauh) dan terdapat di

19
lingkungan yang sama dengan individu yang tengah berkomunikasi.
Akibatnya, orang akan memerhatikan sumber kegaduhan tersebut
dibandingkan pesan yang disampaikan oleh komunikator. Jenis
gangguan dapat berwujud tampilan, bunyi/suara, dan rangsangan
sejenis lainnya.
b) Kegaduhan internal, berasal dari dalam diri individu yang
berkomunikasi. Bisa berupa pikiran maupun perasaaan yang
berupaya mengambilalih fokus dan perhatian individu dari apa yang
sedang dikomunikasikan.
c) Kegaduhan semantik, berasal dari penggunaan bahasa atau penanda
tertentu yang justru dapat menjauhkan fokus dari inti pesan utama.

2.2.3 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi


Dapat dipastikan bahwa komunikasi adalah unsur yang sangat penting bagi
manusia dalam menjalani kesehariannya, khususnya untuk berinteraksi dengan
lingkungan di sekelilingnya. Beberapa fungsi penting komunikasi dijelaskan oleh
Liliweri (2011:136-138) sebagai berikut:
1. Media edukasi, karena komunikasi mampu menghasilkan suplai ilmu
pengetahuan, keahlian, keterampilan serta kesempatan bagi seseorang
untuk terlibat aktif dalam kegiatan sosial masyarakat.
2. Media informasi, yaitu menjadikan komunikasi sebagai sarana untuk
berbagi informasi terkait kondisi terkini dan perkembangan lingkungan
sekitar.
3. Media yang menghasilkan hiburan tanpa henti melalui tayangan gambar,
suara yang didengarkan, tulisan, dan lainnya.
4. Sarana bertukar pendapat (diskusi), yaitu dengan menjadikan komunikasi
sebagai media untuk menyalurkan bakat berdiskusi (debat) tentang suatu
pola pemikiran baru dalam proses menjalani kehidupan bersama.
5. Persuasif; yaitu komunikasi memungkinkan komunikator berperan
sebagai seorang persuader terhadap komunikan dengan harapan sikap dan
tindakannya dapat berubah.
6. Komunikasi mampu difungsikan sarana untuk mempromosikan suatu
kebudayaan. Selain itu, seseorang juga dapat menyampaikan gagasan dan

20
kreativitasnya dalam melestarikan budaya melalui komunikasi.
7. Membangun integrasi antarpribadi, yaitu menjadikan komunikasi sebagai
media agar seseorang dapat menambah relasi, saling terhubung dan
mengetahui kabar satu sama lain.
Proses komunikasi interpersonal akan selalu ada dalam berbagai aktivitas
harian seseorang, termasuk dalam proses pembelajaran secara daring. Meskipun
berlangsung tanpa tatap muka, proses perpindahan ilmu dari pendidik ke peserta
murid dapat terjalin melalui pemanfaatan teknologi informasi. Sejumlah gawai
(gadget) seperti komputer, laptop, maupun ponsel sudah umum digunakan sebagai
media pembelajaran. Menyadari adanya kaitan yang kuat antara komunikasi dan
kehidupan seseorang, Cangara (2007: 60-61) menyebutkan fungsi-fungsi
komunikasi sebagai berikut:
1. Meningkatkan hubungan antara sesama manusia (human relation);
2. Mencegah dan memberikan solusi atas konflik personal;
3. Meminimalisir tingkat ketidakpastian atas sesuatu;
4. Menyajikan wawasan dan keahlian (skill) baru dengan orang lain;
5. Membentuk relasi antarmanusia yang tinggi di antara pihak-pihak yang
menjalin komunikasi;
6. Memberikan kemudahan untuk bersosialisasi di tengah masyarakat;
7. Membangun relasi yang baik untuk menghindari perselisihan.
Berdasarkan berbagai fungsi tersebut diketahui bahwa komunikasi telah
menjadi salah satu media untuk memenuhi kebutuhan manusia, mulai dari
pengembangan diri melalui kreativitas dan akses pendidikan, hingga kehidupan
sosial dengan lingkungan sekitar. Oleh karenanya, komunikasi sangat terkait dengan
aktivitas harian seseorang. Manfaat komunikasi interpersonal antara lain terciptanya
hubungan sosial yang baik, serta memungkinkan terjalinnya kerja sama dan
keharmonisan (khususnya dalam lingkungan kerja).
Tentu saja ada tujuan khusus yang diharapkan dapat tercapai melalui proses
komunikasi. Tujuan tersebut akan berbeda-beda berdasarkan kepentingan masing-
masing individu. Mulai daru tujuan yang terencana seperti berbagi informasi dan
melakukan edukasi, menjalin kerja sama, maupun hanya sekadar bergurau.
Terkait hal tersebut, ada enam jenis tujuan komunikasi interpersonal yang
disebutkan oleh Muhammad dalam buku Komunikasi Organisasi (2011:165-168),

21
yaitu:
1. Mengenal Diri Sendiri Lebih Dalam
Melakukan proses komuikasi interpersonal artinya ada hal-hal atau
informasi yang dapat dipelajari terkait pengendalan diri maupun orang lain.
Terdapat peluang bagi kita untuk menunjukkan jati diri yang sebenarnya,
misalnya terkait hal-hal yang kita sukai maupun tidak. Berdiskusi dengan
perasaan, isi hati dan pikiran, serta tingkah laku diri sendiri merupakan
proses yang menyenankan karena dampaknya kita dapat lebih mengenal
dan memahami diri sendiri.
2. Menemukan Dunia Luar
Selain lebih mengenal dan memahami diri sendiri, proses komunikasi
interpersonal juga memungkinkan kita untuk lebih mengenal kebribadian
orang lain yang berinteraksi dengan kita. Melalui komunikasi
interpersonal, banyak informasi dan wawasan dari dunia luar yang dapat
kita ketahui. Meskipun banyak juga media massa yang menyampaikan
informasi serupa, ketika kembali mendiskusikannya dengan orang lain
tentunya akan menambah persepsi baru bagi diri kita.
3. Membangun dan Menjaga Relasi yang Penuh Makna
Dalam menjalani hubungan sosial, tidak ada pihak-pihak yang ingin
berselisih satu sama lain. Hal ini mendorong adanya keinginan kuat dalam
diri seseorang untuk menjalin dan menjaga keharmonisan hubungan
dengan pihak lain melalui proses komunikasi interpersonal.
4. Perubahan Kepribadian dan Tindakan
Ketika terlibat dalam komunikasi interpersonal, sangat banyak kesempatan
yang kita berikan untuk menghasilkan perubahan perilaku dan kepribadian
seseorang. Melalui pesan yang disampaikan, kita bisa berharap agar
seseorang memiliki banyak pilihan terkait aktivitasnya. Misalnya, memilih
jenis barang atau masakan kesukaan, membeli barang, metode olahraga
atau diet yang baru, dan lainnya dengan meyakini bahwa hal itu yang
terbaik.
5. Untuk Bermain dan Kesenangan
Tujuan utama seseorang dalam melakukan aktivitas bermain adalam
memperoleh kesenangan. Bermain tidak hanya mencakup aktivitas fisik,

22
tetapi juga berbagi cerita atau informasi terkait hal-hal yang menyenangkan
seperti aktivitas di akhir pekan atau cerita-cerita yang lucu. Komunikasi
interpersonal yang ditujukan uuntuk memperoleh kesenangan dapat
menghasilkan pikiran yang rileks dan keseimbangan antara informasi yang
serius dan informasi yang lebih santai bagi diri kita.
6. Memberikan Bantuan
Para ahli di bidang kejiwaan seperti dokter jiwa atau psikolog klinis
seringkali menerapkan komunikasi interpersonal dalam menjalankan
tugasnya. Begitu juga dengan kita, dengan saling berbagi cerita maupun
keluh kesah kepada orang lain agar beban yang sedang kita rasakan lebih
ringan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, setiap individu dapat menyesuaikan tujuan
mereka melakukan komunikasi interpersonal sesuai dengan kepentingannya
masing-masing. Tentu saja, tujuan satu individu dan yang lainnya akan berbeda-
beda.

2.2.4 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi


Efektivitas sering kali dijadikan sebagai indikator dalam mengukur
keberhasilan suatu kegiatan atau pengelolaan organisasi. Masing-masing individu
memiliki cara pandang dan tujuan yang beragam dalam memahami makna
efektivitas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah efektivitas berasal dari
kata “efektif” yang dapat diartikan: “1. terdapat efeknya (pengaruhnya, akibatnya,
kesannya); 2. mujarab atau manjur (bagi obat); 3. berhasil guna, dapat membawa
(Tindakan, usaha); 4. mulai berlaku (peraturan, undang- undang)”. Sementara itu
efektivitas juga diartikan oleh Putri dan Irwansyah dalam penelitiannya (2021)
Manusia yang memiliki keahlian untuk dapat menyampaikan pesan dengan baik,
lalu dapat menjadi pendengar yang baik serta bisa menggunakan beberapa media
dengan baik, itu merupakan satu komponen yang sangat penting agar komunikasi
berjalan dengan efektif. Kesimpulannya, efektivitas merupakan suatu indikator yang
menjelaskan tingkat keberhasilan suatu tindakan yang telah berlangsung dengan
membuat perbandingan antara hasil dan ketentuan yang diharapkan/ditetapkan
sebelumnya.
Dalam sistem pembelajara daring, komunikasi antarpribadi memiliki peran

23
untuk menjalin rantai koneksi pada setiap pribadi yang berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut. Pentingnya keberadaan komunikasi antarpribadi yang efektif bertujuan
agar informasi yang ingin dibagikan dapat disampaikan dan diterima dengan baik.
Selain itu, distorsi yang terjadi selama proses penyampaian pesan juga dapat
berkurang. Beberapa ahli telah memberikan penjelasan mengenai efektivitas
efektivitas komunikasi interpersonal, salah satunya Suranto (2010:80) yang
berpendapat bahwa terdapat lima hukum komunikasi efektif untuk menghasilkan
keefektifan komunikasi interpersonal, yaitu: Respect, Empathy, Audible, Clarity and
Humble (REACH). Zulkarnain (2013:68) manambahkan bahwa REACH
merupakan inti atas proses komunikasi tersebut. Jika diartikan secara harfiah,
REACH memiliki makna menggapai, menarik, atau meraih, yang sejalan dengan
konsep utama komunikasi sebagai upaya untuk memperoleh minat, kepedulian, dan
tanggapan positif dari lingkungan sekitar. Berikut ini makna dari masing-unsur
REACH yang disebutkan sebelumya:
1. Respect (hormat)
Pada dasarnya, maunisa memiliki keinginan agar keberadaanya dianggap
penting dan dihargai oleh orang lain. Hal ini menjadikan respect (rasa
hormat) sebagai unsur pertama dalam lima hukum komunikasi efektif.
Diharapkan seseorang dapat menghargai dan menghormati siapa pun yang
menjadi partner komunikasinya. Jika unsur ini dapat diterapkan, kualitas
hubungan antarmanusia akan semakin membaik.
2. Empathy (empati)
Empati diartikan sebagai suatu kemampuan dalam diri seseroang yang dapat
merasakan hal yang tengah dirasakan pihak lain dengan menempatkan
dirinya pada peristiwa yang tengah dialami oleh pihak tersebut. Kemampuan
untuk menempatkan diri sebdiri sebagai pendengar yang baik di atas ego
untuk selalu ingin dimengerti dan didengarkan menjadi syarat utama agar
kita mampu memiliki rasa empati.
3. Audible (dapat didengar atau dipahami)
Konsep audible yang berarti mampu terdenga atau dipahami tanpa suatu
kendala menunjukkan bahwa penting bagi komukator untuk mampu
mengirimkan pesan, (langsung maupun melalui perantara), Serta memiliki
sikap yang memungkinkan komunikan dapat menerima dan memahaminya

24
dengan baik.
4. Clarity (kejelasan)
Diperlukan kejelasan atas pesan yang ingin disampaikan agar tidak terjadi
kesalahpahaman atau kesalahan pemaknaan atas isi pesan. Kejelasan juga
dapat diartikan sebagai adanya sifat saling terbuka dan mengutamakan
transparansi agar timbul kepercayaan diri pada penerima pesan.
5. Humble (rendah hati)
Berkaitan dengan unsur pertama, respect, sikap rendah hati penting dimiliki
karena menjadi dasar agar seseorang mampu untuk menghormati dan
menghargai orang lain. Sikap ini tercermin pada kepribadian seseorang yang
menjaga perilaku dengan bersikap lemah lembut, ramah, berani mengakui
kesalahan, lapang dada, tidak arogan atau memandang orang lain sebelah
mata.
Meski demikian, dalam membentuk keefektifan komunikasi umumnya tidak
hanya berfokus pada isi, tetapi juga perlu melibatkan rasa empati dan keaktifan demi
tercapainya tujuan komunikasi. Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan
sehingga seseorang memiliki kemampuan untuk menjadi pendengar yang efektif
(Hardjana, 2003:99-101).
a) Termotivasi (being motivated), artinya dalam diri individu terseut
terdapat dorongan untuk menjadi pendengar yang baik.
b) Melakukan kontak mata (making eye contact), menjadikan lawan bicara
sebagai satu-satunya fokus perhatian, sehingga miminalisir munculnya
gangguan dari lingkungan sekitar. Hal ini juga memotivasi lawan bicara
agar mau berkomunikasi dengan kita.
c) Menunjukkan minat (showing interest), dapat dilakukan dengan
ekspresi, baik secara verbal (penggunaan kata-kata yang diucapkan,
bahasa) maupun nonverbal (sentuhan fisik, gerak tubuh, lirikan mata,
atau raut wajah) yang menunjukkan ketertarikan kita atas hal-hal yang
disampaikan olehpartner komunikasi.
d) Menghindari aktivitas yang dapat mengalihkan perhatian (distracting
action) karena hal ini dapat membuat lawan bicara sedang diabaikan.
Beberapa kali melihat jam, melihat ponsel, memainkan benda-benda di
sekitar, pandangan mata kearah lain merupakan beberapa contoh sikap

25
yang membuat lawan bicara merasa bahwa kita tidak tertarik pada
informasi yang telah diutarakan.
e) Tidak menyela pembicaraan satu sama lain (interrupting).
f) Bersikap wajar (being natural) atau tidak berlebihan ketika
menunjukkan minat dan ketertarikan atas pesan yang disampaikan.
Adanya rasa empati yang dilibatkan dalam komunikasi dapat memudahkan
komunikator saat menyampaikan pesan menggunakan sikap atau metode yang
mudah dimengerti oleh komunikan untuk meningkatkan kualitas komunikasi
antarpribadi. Mengutip pendapat Joseph A. Devito, Thoha (2007: 191) juga
menyebutkan lima unsur yang dapat membentuk keefektifan komunikasi
antarpribadi, yaitu:
1. Keterbukaan (Openess)
Sikap saling terbuka merupakan unsur penting dalam menghasilkan
keefektifan dalam komunikasi antarpribadi. Keterbukaan dapat diartikan
sebagai situasi ketika seseorang bersedia “membuka diri” untuk
menyampaikan informasi yang diketahuinya serta memiliki ketenangan
dalam menyampaikan informasinya kepada orang lain. Kejujuran dan
menyampaikan informasi secara detail tanpa ada yang ditutupi menjadi
kunci utama untuk bersikap terbuka.
2. Empati (Empathy)
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, empati adalah suatu
sikap menunjukkan kemampuan diri untuk turut merasakan apa tengah
yang dirasakan orang lain. Komunikasi yang didasari empati dapat
menghasilkan hubungan yang penuh rasa saling menerima dan
pengertian, sehingga pikiran lebih jernih dan mengalihkan kesalahan pada
orang lain karena seorang indivisu mampu memahami situasi yang terjadi
dari berbagai sudut pandang. Selain itu, rasa empati juga memudahkan
seseorang untuk dapat memenuhi kesenangan hati orang lain.
3. Dukungan (Supportiveness)
Pemberian dukungan dalam suatu proses komunikasi dapat ditunjukkan
melalui kerja sama, atau diskusi untuk memecahkan suatu basalah dan
penentuan tujuan bersama. Sikap suportif ini menjadi salah satu
keberhasilan dalam membentuk komunikasi efektif.

26
4. Sikap Positif (Positiveness)
Sikap positif dapat diekspresikan melalui sikap maupun perilaku.
Tujuannya sikap positif ini ialah menhasilkan dukungan agar orang lain
semakin aktif untuk ikut berpartisipasi dan menghasilkan pola interaksi
yang efektif. Contoh sikap positif bisa diekspresikan melalui berbagai
tindakan seperti kerelaan dan kemauan untuk menghormati orang lain,
menhindari pikiran-pikiran buruk tentang orang lain, menyadari arti
penting kehadiran orang lain dalam hidupnya, serta mampu memberikan
dukungan berupa pujian maupun rewards (Suranto, 2011:83-84).
5. Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan diartikan sebagai kemampuan untuk berperilaku positif
dengan cara tidak membeda-bedakan perlakuan ke satu orang dan yang
lainnya. Setiap orang diperlakukan secara demokratis, horizontal, tanpa
menunjukkan dominasi diri sendiri dan merasa lebih “tinggi” karena
memiliki status sosial (misal kekuasaan, pengetahuan, kekayaan, atau
tampilan fisik) yang lebih baik dibandingkan orang lain (Hidayat,
2012:49).
Dalam konteks penelitian ini, peneliti hendak mengukur bagaimana kualitas
komunikasi interpersonal ini yang terjadi antara mahasiswa dan dosen melalui
media pembelajaran daring, jika dikaitkan dengan hal tersebut maka kualitas
komunikasi interpersonal dapat dilihat dalam hal sebagai berikut:
1. Keterbukaan, dalam hal ini kualitas hubungan dosen dengan mahasiswa
dapat dilihat dengan keterbukaan diantara mereka, seperti disaat mereka
sedang melakukan perkuliahan daring melalui media pembelajaran video
conference, apakah mahasiswa terbuka dan merasa percaya diri untuk
mengaktifkan kameranya disaat perkuliahan daring sedang berlangsung,
lalu apakah mahasiswa secara terbuka untuk mengirimkan pesan kepada
dosen diaat mahasiswa tersebut tidak bisa mengikuti perkuliahan seperti
biasanya dan apakah mahasiswa tersebut menjadi lebih aktif bertanya
ketika mengikuti perkuliahan daring. Dengan secara tidak langsung
keterbukaan di dalam media pembelajaran telah membentuk kualitas
hubungan antara dosen dengan mahasiswa.
2. Empati, dalam hal ini kualitas hubungan antara dosen dengan mahasiswa

27
bisa dilihat melalui sikap empati, saling pengertian dan memahami
diantara dosen dan mahasiswa. Melalui media pembelajaran video
conference, sikap empati ini dapat dilihat ketika mahasiswa mengaktifkan
kameranya karena mereka menghargai dosen yang sedang mengajar, lalu
mahasiswa pun memahami alasan dosen yang meminta mahasiswa untuk
mengaktifkan kamera disaat perkuliahan sedang berjalan dan mahasiswa
pun mengerti jika dosen tidak bisa mengajar seperti biasa dikarenakan hal
tertentu. Dalam hal ini mereka telah membentuk suatu kualiatas hubungan
dengan dosen melalui sikap empati.
3. Sikap mendukung, dalam konteks ini dilihat dari kerjasama saling support
antara dosen dan mahasiswa, ketika dosen memberikan materi,
mahasiswa pun meresponnya dengan memberikan tanggapan terhadap
materi tersebut pada saat dibuka kesempatan untuk berdiskusi, lalu hal
lain dalam sikap mendukung ini bisa dilihat dengan cara mahasiswa saling
berdebat disaat perkuliahan daring dilaksanakan untuk dapat mencairkan
suasana kelas dan sikap mendukung lainnya adalah mahasiswa membaca
seluruh pesan yang telah disampaikan dosen dalam perkuliahan daring
walaupun pesan tersebut panjang. Kesimpulan dari konteks ini adalah
mahasiswa harus mempunyai sikap mendukung disaat perkuliahan daring
dilaksanakan melalui media pembelajaran untuk terbentuknya kualitas
komunikasi interpersonal yang efektif.
4. Sikap positif, dalam konteks ini dilihat dari saling berpikiran positif antara
dosen dengan mahasiswa. Dosen yang melakukan perkuliahan secara
daring pun ikut menyesuaikan regulasi peraturan pemerintah karena
pandemi Covid-19 yang terjadi, sehingga mahasiswa pun harus mengerti
alasannya kenapa perkuliahan ini dilakukan secara daring. Dibalik alasan
itu semua mahasiswa juga dituntut untuk selalu mengikuti perkuliahan
melalui media daring sejak perkuliahan dimulai hingga akhir, meskipun
perkuliahan tidak selalu dengan menggunakan media video conference.
Hal positif lainnya adalah mahasiswa akan lebih merasa percaya diri
ketika kuliah daring dikarenakan pesan dapat disampaikan secara tertulis.
Mahasiswa harus mempunyai sikap positif dalam melaksanakan
perkuliahan daring untuk membentuk hubungan kualitas komunikasi

28
yang efektif antara dosen dan mahasiswa.
5. Kesetaraan, dalam konteks ini dinilai bahwa seorang dosen dan
mahasiswa tidak membeda-bedakan perlakuan ke satu orang dan yang
lainnya. Setiap orang diperlakukan secara demokratis, horizontal, tanpa
menunjukkan dominasi diri sendiri dan merasa lebih “tinggi” karena
memiliki status sosial. Hal tersebut bisa dilihat dari sikap mahasiswa yang
merasa bahwa perkuliahan daring ini lebih rileks karena tidak harus
bertatap muka secara langsung dengan dosen, lalu mahasiswa juga
dituntut untuk menggunakan bahasa yang baik dan sopan dalam
berinteraksi dengan dosen, begitupun sebaliknya dosen dengan
mahasiswa, lalu saling demokrasi dan bermusyawarah antara dosen dan
mahasiswa dalam menentukan media apa yang akan digunakan untuk
perkuliahan daring. Dalam hal ini dosen dituntut untuk merangkul
mahasiswa agar terciptanya kualitas hubungan komunikasi interpersonal
yang baik, begitu juga dengan mahasiswa, mereka harus bisa
berkomunikasi dengan baik kepada dosen.
Selain kualitas komunikasi interpersonal yang efektif, terdapat juga hasil dari
komunikasi yang efektif. Menurut Hardjana dalam Suranto (2011:77) komunikasi
interpersonal dikatakan efektif jika penerima pesan memahami isi pesan yang terkirim
sebagaimana maksud pengirim pesan sehingga dapat ditindaklanjuti dengan kerelaan
penerima pesan untuk melakukan tindakan dan menghasilkan relasi antarpersonal yang
semakin baik. Berdasarkan definisi tersebut Suranto (2011:78) memberikan kesimpulan
bahwa terdapat tiga syarat utama agar komunikasi efektif dapat terjadi:
1. Pesan dapat diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana yang
dimaksud oleh komunikator.
2. Pesan di tindak-lanjuti dengan perbuatan secara sukarela.
3. Meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi.
Dalam konteks penelitian ini, peneliti hendak mengukur bagaimana hasil
dari komunikasi interpersonal yang terjadi antara mahasiswa dan dosen melalui
media pembelajaran daring, jika dikaitkan dengan hal diatas maka hasil dari
komunikasi interpersonal dapat dilihat dalam hal sebagai berikut:
1. Pesan diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana apa yang
dimaksud oleh komunikator. Dalam perspektif ini jika mahasiswa bisa

29
memahami pesan atau materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen
selama perkuliahan daring maka komunikasi yang dilakukan oleh dosen
efektif, lalu mahasiswa juga dapat menyampaikan kembali inti dari
materi perkuliahan kepada teman secara tertulis dan mahasiswa pun bisa
memahami instruksi-instruksi yang diberikan oleh dosen dalam
mengerjakan tugas-tugas selama perkuliahan daring berlangsung.
2. Pesan ditindaklanjuti dengan sukarela. Dari hasil ini dapat dilihat ketika
mahasiswa mengerti apa pesan atau tugas yang diberikan oleh dosen,
dalam hal ini mahasiswa langsung mengerjakan instruksi atau tugas yang
diberikan oleh dosen dalam perkuliahan daring, lalu setelah diberikan
instruksi, mahasiswa langsung berdiskusi dengan teman-teman lainnya
dalam mengerjakan tugas perkuliahan. Mahasiswa juga senang untuk
membaca kembali materi perkuliahan yang diberikan oleh dosen
meskipun pertemuan perkuliahan sudah selesai.
3. Kualitas hubungan antarpribadi meningkat. Hasil akhir dari komunikasi
interpersonal yang efektif adalah membuat hubungan antara dosen dan
mahasiswa meningkat atau hubungan antara mahasiswa juga terjalin
dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari mahasiswa yang saling sepakat jika
ada temannya yang berargumentasi disaat ada kesempatan untuk diskusi,
lalu mahasiswa bisa berinteraksi dengan teman-teman lainnya yang
sebelumnya mungkin tidak terlalu dekat dan mahasiswa merasa nyaman
dalam menyampaikan pendapat mengenai materi perkuliahan yang
dibahas dalam sesi diskusi.

2.2.5 Hambatan Komunikasi Antarpribadi


Masing-masing tipe komunikasi selalu disertai dengan berbagai penghalang
yang dapat menghambat prosesnya, termasuk yang terjadi pada komunikasi
antarpribadi. Terdapat empat jenis hambatan dalam proses komunikasi antarpribadi,
yaitu (Devito, 2007: 17):
1. Hambatan Fisik
Hambatan fisik bersumber dari luar di pembicara maupun pendengar, yaitu
dapat berupa gangguan pengiriman isyarat fisik atau pesan yang lain. Jenis
hambatan ini dapat berdampak pada hilangnya pesan yang disampaikan.

30
Misalnya, suara bising saat pembicara menyampaikan pesan membuat
pendengar tidak dapat menerima isi pesan dengan baik.
2. Hambatan Fisiologis
Hambatan fisiologis tergolong ganggguan internal akibat keterbatasan fisik
(kondisi biologis individu), baik pada komunikator maupun komunikan
yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Contoh hambatan ini pada
pelaku komunikasi di antaranya artikulasi saat menyampaikan pesan,
gangguan ingatan, atau gangguan pada fungsi pendengaran.
3. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis berasal dari ganggian psikis/mental atau pikiran
individu. Hambatan ini berkaitan dengan munculnya prasangka di antara
pihak-pihak yang berkomunikasi. Bias prasangka cenderung terjadi pada
komunikator. Sementara pada diri kmunikan, gangguan psikologis dapat
berupa salah tafsir, pikiran yang tertutup, atau ketidakmampuan untuk
mengingat isi pesan yang disampaikan.
4. Hambatan Semantik
Hambatan semantik berasal dari perbedaan bahasa dan kemampuan
memahami makna dalam penyampaian pesan dari komunikator ke
komunikan sehingga pesan tidak dapat diterima dengan baik. Salah satu
bentuk umum hambatan semantik yaitu penggunaan bahasa atau istilah
yang sulit dimengerti oleh lawan bicara.

2.3 Komunikasi Digital


Di masa sekarang ini, terdapat bentuk perkembangan lain di bidang komunikasi.
Salah satunya yaitu komunikasi digital. Sebagaimana disampaikan Warner dan
Tankard dalam penelitiannya (2011: 45), komunikasi digital mencakup sejumlah
konsep penting yang mencakup internet maupun sejumlah elemen lain di luar seperti
perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware), multimedia, CD-ROM,
hingga yang terbaru berupa virtual reality (VR) yang memungkinkan gambar tiga
dimensi ditampilkan seperti gambar yang nyata.
Dengan memanfaatkan jaringan internet, semua orang di berbagai wilayah yang
berbeda-beda hampir semuanya dapat terhubung satu sama lain. Kehadiran internet
telah menembus batas ruang dan waktu sehingga setiap individu dapat lebih mudah

31
untuk berkomunikasi. Beberapa waktu terakhir, baik jumlah pengguna internet maupun
komputer induk (host computer) penyedia layanan internet telah berkembang semakin
pesat.
Konsep-konsep penting yang berkaitan dengan komunikasi digital yang
disebutkan oleh Werner dan Tankard (2011:445-450), antara lain:
1. Dunia Maya
Pada novelnya yang berjudul Neoromancer, William Gibson (1984/1994)
pertama kali memperkenalkan konsep dunia maya yang ditujukan pada
keberadaan rangkaian informasi yang cakupannya cukup luas di masa
depan (console cowboys). Istilah ini menggambarkan terjalinnya koneksi
langsung dengan berbagai sistem syaraf manusia. Selain itu, Gibson juga
mengilustrasikan dunia maya sebagai realita yang terkoneksi di seluruh
dunia dengan dukungan komputer, kecerdasan buatan (artificial
intelligence), virtual, serta multidimensi. Dalam penjelasannya, komputer
digambarkan sebagai suatu jendela yang menujukkan atau
memperdengarkan berbagai objek fisik, namun cenderung berupa tampilan
gaya, sikap, karakter dan proses data.
2. Realitas Maya
Realitas maya (virtual reality) didefinisikan sebagai penggunaan komputer
untuk memunculkan stimulus tentang suatu pengalaman menggunakan
cara yang menyerupai realita yang ada. Seseorang akan menggunakan
berbagai perlengkapan seperti sarung tangan khusus, earphone, atau google
yang terhubung dengan komputer untuk dapat mengakses VR. Rangsangan
yang dirasakan akan berubah-ubah seiring dengan gerakan yang dilakukan
penggunanya, misalnya gerakan tangan, kepala, atau gerak-gerik tubuh
lainnya. Salah contoh penerapan teknologi VR yang paling murni yaitu
terdapat pada simulator penerbangan sebagai media pelatihan kepada
(calon) pilot. Meski saat ini komputer belum dilengkapi dengan daya
dukung dan kelengkapan yang memadai untuk menghasilkan pengalaman
penggunaan VR secara penuh, namun kita dapat mengobati rasa penasaran
terkait teknologi ini melalui berbagai jenis games komputer yang
menyediakan fitur-fitur grafik realities atau berbagai program sejenis
lainnya yang memberi penggunanya pengalaman baru untuk menjelajahi

32
ruang tiga dimensi melalui gerakan virtual.
3. Komunitas Maya
Howard Rheingold (1993) melalui buku The Virtual Community
menyebutkan beberapa manfaat dari komunitas daring. Dalam komunitas
tersebut terdapat sejumlah informasi tentang posisi yang dapat diterapkan
oleh komunitas maya di lingkungan masyarakat. Komunitas ini mewakili
berbagai jenis kelompok yang lebih sering menunjukkan eksistensinya dan
berinteraksi melalui media elektronik daripada dunia nyata. Berkat
keberadaan jaringan internet, sejumlah individu dengan latar belakang
kesenangan yang sama akan suatu hal dapat “berkumpul” dan saling
berinteraksi mengenai hal tersebut meski terpisah jarak fisik. Salah satu
bentuk komunitas maya yang saat ini digemari adalah media sosial seperti
Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya.
4. Chat Rooms, MUD, dan Bot
Selain media sosial atau komunitas maya, media interaksi baru yang
banyak digemari adalah chatroom atau ruang obrolan yang membuat
penggunanya berkomunikasi langsung dengan orang lain meski belum
saling mengenal. Sementara itu, multi user domain (MUD) berwujud
permainan interaktif (multiplayer) menggunakan teknologi terkini yang
membuat individu mampu melakukan berbagai peran fantasi dan
menjelajahinya bersama orang lain. Oleh perancangnya, sebagian MUD
disertai dengan bot, yaitu program yang dilengkapi dengan daya chatting
canggih. Keberadaan bit sering kali membuat para penggunanya
kebingungan dan sulit membedakan dengan siapa mereka berinteraksi,
apakah program komputer atau manusia sebenarnya.
5. Keinteraktifan
Keinteraktifan memiliki tempatnya tersendiri di internet karena telah
menjadi salah satu fitur media masa kini yang cukup sering dibicarakan dan
digemari. Menurut Ha dan James (1998), terdapat dimennsi penting yang
dimiliki oleh interaktivitas seseorang pada world wide web, antara lain:
kemampuan menghasilkan hiburan melalui kuis atau permainan yang
melibatkan keterlibatan partisipan dan memberikan alternatif pilihan
kepada penggunanya, kemampuan untuk menghubungkan ke suatu situs

33
yang lengkap dan mengharuskan keterlibatan pengguna, kumpulan
informasi penting seperti data data penduduk, psikografis pengguna, dan
komunikasi dua arah sejenis surat elektronik. Hal ini serupa dengan yang
disampaikan oleh Dillon dan Leonard (1998) bahwa terdapat dampak pada
setiap pesan yang dihasilkan akibat kemampuan pengguna dalam
melakukan komunikasi secara langsung menggunakan media komputer. Di
sisi lain, William, Rice, dan Rogers (1998) menyebutkan bahwa
keinteraktifan merupakan suatu kondisi ketika dalam suatu proses
komunikasi para individu yang terlibat di dalamnya memiliki kendali atas
penanannya dalam komunikasi, saling bertukar peran, serta terlibat dalam
diskusi bersama mutual mereka. Masing-masing konsep terkait
keinteraktifan ini sama pentingnya karena ketika membahas tentang
internet, dua penjelasan itu besar kemungkinannya untuk dapat terjadi.
Pengguna dapat melakukan interaksi dengan suatu perangkat seperti
komputer dengan mengakses sejumlah program yang terdapat di dalamnya.
Pada saat yang bersamaan, mereka juga dapat memanfaatkan penggunaan
komputer untuk melakukan interaksi dengan individu lainnya
menggunakan ruang diskusi daring (chat room), atau saling berkirim kabar
melalui surat elektronik.
6. Hiperteks
Penggunaan hypelink merupakan fitur istimewa dalam world wide web
berupa beberapa spot dalam halaman web. Pengguna dapat mengaktifkan
hyperlink untuk berpindah dari satu spot ke spot yang lainnya, baik yang
terdapat dalam dokumen yang sama maupun di beberapa situs lainnya yang
ada di internet. Perlu diketahui bahwa hyperlink merupakan suatu format
khusus dari hypertext. Konsep hypertext mulai tahun tahun 1965 sejak Ted
Nelson (1987) mengenalkan hypertext sebagai rangkaian tulisan yang
berurutan. Mengutip penjelasan yang ditulis oleh Nelson, tanpa
menggunakan batasan urutan, melalui hypertext dapat tercipta suatu
bentuk tulisan baru yang dapat mencerminkan struktur atas suatu konsep
yang sedang ditulis dengan lebih baik. Setelahnya, pembaca yang telah
menentukan arah dapat mengikuti ketertarikan yang muncul dalam pikiran
mereka dengan cara tak terduga, bahkan dinilai mustahil. Adanya jumlah

34
kendali (control) yang diberikan pada setiap penggunanya menjadi suatu
variable yang menarik dalam penggunaan hypertext. Perancang halaman
web dapat membuat suatu desain halaman web yang hanya memberi akses
penggunanya untuk menggunakan jalur yang ditentukan, atau suatu
halaman web yang memungkinkan penggunanya untuk bebas
mengeksplorasinya sesuai yang diinginkan (Gay, 1991:169). Berdasarkan
tingkat kerumitannya, salah satu hambatan yang terdapat hypertext yaitu
permasalahan navigasi (navigation problem) yang dapat membuat
penggunanya kebingungan dan “tersesat” sehingga tidak mengetahui ke
arah mana yang harus ia tuju selanjutnya. Konsep yang berkaitan dengan
permasalahan ini yaitu fear of disorientation, atau perasaan takut jika akan
tersesat dalam hyperspace.
7. Multimedia
Multimedia merupakan salah satu konsep yang menarik dalam sistem
komunikasi karena di dalamnya terdapat gabungan antar sejumlah unsur
seperti teks, grafis, suara, tayangan video, serta animasi. Perkembangan
teknologi terkini pada world wide web telah menghasilkan inovasi berupa
layanan audio dan video di dalam website yang dapat diakses langsung
(streaming multimedia). Perpaduan hyperlink atau hypertext dengan
multimedia yang beroperasi dengan baik akan menghasilkan sampel suara
maupun video yang ditunjukkan kepada pengguna yang mengaksesnya
melalui satu kali klik pada tautan yang tersedia.

2.4 New Media


Era informasi yaitu suatu momen ketika sebagian besar aktivitas yang kita
lakukan terpusat pada media komunikasi. Artinya, setiap aktivitas yang kita lakukan
sangat bergantung pada proses pengiriman transmisi dan penerimaan informasi. Tidak
dapat dipungkiri bahwa pengaruh teknologi komunikasi pada kehidupan manusia
sangat luas, mulai dari kehidupan pribadi maupun profesional, kelompok/rganisasi,
hingga aktivitas sosial masyarakat di berbagai tempat. Saat ini, semakin banyak
media baru yang bermunculan pada hampir semua aspek kehidupan. Contohnya,
perkembangan sejumlah perangkat seperti televise kabel, jaringan internet, video
game, atau rekaman dan pemutar ulang merupakan bentuk kemajuan teknologi di

35
bidang industri hiburan (Ruben & Lea, 2014: 214).
Definisi new media yang disebutkan Mondry (2008: 13) yaitu produk dari
komunikasi yang terhubung dengan teknologi komputer digital dan menunjukkan
bukti nyata yang dapat secara langsung dirasakan terkait dari perkembangan teknologi
di bidang komunikasi. Media baru (new media) yang didiskusikan dalam penelitian
ini terdiri atas sejumlah perangkat teknologi komunikasi dengan berbagai
karakteristik yang sama, yaitu menggunakan penerapan teknologi terbaru, serta telah
terdigitalisasi dan terdapat kemungkinan cukup banyak tersedia dijadikan perangkat
komunikasi pribadi.
Secara umum, media baru memiliki daya tarik yang kuat sehingga antusias
penggunanya cukup tinggi. Hal ini diungkapkan Rossler dalam McQuail (2011: 148).
Adanya minat positif menimbulkan ekspektasi/pengharapan yang sifatnya euphoria,
bahkan cenderung berlebihan terkait signifikansinya.
Melalui pembahasan dalam bukunya, teori Komunikasi Massa, McQuail
(2011: 156) menetapkan kategori-kategori penting yang setiap unsurnya memiliki
kemiripan saluran khusus, serta dapat dibedakan sesuai tujuan penggunaan, konteks
dan konten seperti berikut ini:
1. Media komunikasi antarpribadi, dapat berupa sambungan telepon maupun
e-mail, terutama ketika komunikasi terkait hubungan kerja yang akhir-akhir
menjadi semakin personal). Umumnya, hubungan yang telah terbentuk dan
dikelola dengan baik menjadi lebih penting daripada pesan yang
disampaikan karena konten-konten yang sifatnya pribadi cenderung
bersifat sementara atau mudah hilang/dihapus.
2. Inovasi yang melibatkan interaksi pengguna, seperti yang terdapat pada
media interaktif di dalam komputer, video game, permainan secara daring
di internet. Selain interaktivitas, inovasi ini juga mengedepankan dominasi
atas kepuasan “proses” atau “penggunaan”.
3. Media pencarian informasi menjadi kategori cakupannya luas, meski
demikian keberadaan internet dan hadirnya world wide web menjadi contoh
yang sangat penting. Internet telah bertransformasi menjadi salah satu
rujukan pencarian informasi, bahkan telah dianggap sebagai sumber
pustaka. Data-data yang tersedia di internet memiliki sumber dengan
ukuran, aksesibilitas, dan aktualitas yang belum pernah dijumpai

36
sebelumnya. Kini, keberadaan mesin pencari menempati posisi yang sangat
penting bagi pengguna. Selain itu, tidak jarang keberadaan mesin pencari
menjadi sumber pendapatan bagi internet.
4. Media partisipasi kolektif seperti yang diwujudkan dalam situs jejaring
sosial memungkinkan para pengguna internet dapat berbagi dan bertukar
informasi. Selain itu, melalui hubungan pribadi melalui perantara komputer,
antarindividu menjadi cukup mudah untuk mengembangkan gagasan dan
saling bertukar pengalaman.
5. Substitusi media penyiaran (substitution of broadcasting media). Kategori
ini didasarkan pada tujuan media untuk menggantikan proses penerimaan
atau pertukaran informasi yang di masa lalu disebarluaskan dengan metode
lain yang sejenis.
Media baru tentunya menghasilkan pengalaman baru bagi para penggunanya.
Kategorinya pun beragam dan disesuaikan berdasarkan tujuan penggunaan serta
konteksnya, yaitu menjadi media komunikasi yang bersifat personal (pribadi),
memberikan hiburan dengan menghasilkan kepuasaan atas penggunaannya, menjadi
rujukan untuk mencari sumber informasi yang sebelumnya belum pernah dijumpai,
serta menjadi media untuk saling bertukar informasi serta dapat mengunggah ataupun
mengunduh konten.

2.5 Perumusan Hipotesis


Kualitas dalam proses komunikasi interpersonal antara mahasiswa dengan
dosen melalui media daring akan berkorelasi atau mempengaruhi hasil komunikasi
interpersonal yang akan dicapai sehingga menghasilkan efektifitas komunikasi
interpersonal dalam perkuliahan daring pada masa pandemi covid-19.

2.6 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran dihasilkan dari sejumlah teori yang dijadikan dasar atau
landasan berpikir dalam suatu proses penelitian. Selain itu, kerangka pemikiran juga
dimaknai sebagai hasil yang timbul dari gagasan dan kritis untuk menentukan
perkiraan peluang keberhasilan yang diharapkan dapat tercapai, serta menjadi acuan
untuk merumuskan hipotesis penelitian. Melalui pemaparan teori yang mendasari
dilakukannya penelitian ini, berikut ini kerangka pemikiran telah dibuat oleh peneliti

37
untuk menjelaskan proses penelitian yang dilakukan.

1.Keterbukaan (Openess)

2.Empati (Empathy)
Kualitas proses komunikasi
3.Dukungan (Supportiveness)
Interpersonal melalui media
4.Sikap Positif (Positiveness)
pembelajaran daring (x)
5.Kesetaraan (Equality)
Efektivitas
(Joseph A. Devito) Komunikasi
Interpersonal
dalam Perkuliahan
1. Pesan diterima dan Daring
dipahami komunikan
Hasil komunikasi
2. Pesan ditindaklanjuti
dengan sukarela interpersonal melalui media
3. Kualitas hubungan pembelajaran daring (y)
antarpribadi meningkat

(Suranto, A.W)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

38
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian dan tipe informasi yang ingin diperoleh, yakni untuk
mengetahui tentang efektivitas komunikasi interpersonal di dalam pelaksanaan perkuliahan
yang dilaksanakan secara daring di lingkungan mahasiswa/i Program Studi Ilmu
Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika, maka pendekatan penelitian yang
digunakan tergolong ke dalam pendekatan kuantitatif.
Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang didasari oleh filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, menggunakan instrumen penelitian
untuk mengumpulkan data dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik (Sugiyono,
2019:16).

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian merupakan prosedur sistematis untuk memeriksa suatu
masalah tertentu dengan tujuan agar memperoleh suatu informasi yang bisa digunakan
sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Maksudnya adalah untuk menerapkan
metode-metode ilmiah yang terdiri dari beberapa tahap dan langkah-langkah. Maka dari
itu, metode penelitian adalah seluruh proses tahapan dan langkah-kangkah ilmiah yang
akan diaplikasikan untuk mendapatkan solusi di dalam suatu permasalahan (Silalahi,
2009: 12-13).
Penelitian ini menggunakan metode survei, metode ini didasarkan pada
penggunaan kuesioner terstruktur yang diberikan kepada sampel yang mewakili
populasi, di mana kuesioner tersebut terdiri dari pertanyaan maupun pernyataan
mengenai perilaku, niatan, sikap, kesadaran, motivasi, demografik dan gaya hidup
(Malhotra dan Birks, 2007, 265).

3.3 Sifat Penelitian


Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan eksplanatif dengan
menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini akan menggambarkan sebuah peristiwa
atau suatu kondisi, memiliki suatu hubungan dengan yang lain atau tidak, terdapat

39
hipotesis atau tidak, atau mengklasifikasikan perilaku, mengamati gejala atau
mencatatnya dalam buku observasi (Rakhmat,2008:4). Mely G.Tan mengatakan:
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menjabarkan secara akurat
sifat individu, lingkungan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk
membuktikan frekuensi atau distribusi suatu gejala, atau frekuensi suatu
gejala yang memiliki hubungan tertentu dengan gejala lain dalam
masyarakat. Mungkin dalam hal ini sudah ada hipotesisnya, atau
mungkin juga tidak, itu semua tergantung seberapa banyak Anda tahu
tentang masalah yang sedang dibahas (Silalahi, 2009: 28).
Penelitian ini juga akan melihat hubungan dan pengaruh dari kedua variabel
yang akan diteliti. Silalahi juga menyebutkan bahwa penelitian eksplanatori atau
eksplanatif atau eksplanasi bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih
gejala atau variabel (2009:30).

3.4 Operasionalisasi Variabel


3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel di dalam sebuah penelitian pada umumnya merupakan segala
bentuk yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipahami, kemudian diperoleh
sebuah informasi mengenai hal tersebut, lalu ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2019:67). Terdapat dua variabel di dalam penelitian ini, yaitu variabel pertama
adalah variabel kualitas komunikasi interpersonal dan variabel hasil komunikasi
interpersonal dalam kegiatan perkuliahan daring. Adapun variabel dan indikator dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Variabel
1. Kualitas proses komunikasi 1. Keterbukaan (Openess)
interpersonal (x) 2. Empati (Empathy)
3. Sikap Mendukung (Supportiveness)
4. Sikap Positif (Positiveness)
5. Kesetaraan (Equality)

2. Hasil komunikasi 1. Pesan diterima dan dipahami komunikan


interpersonal (y) 2. Pesan ditindaklanjuti dengan sukarela
3. Kualitas hubungan antarpribadi meningkat

40
Berikut karakteristik responden yang menjadi bagian dalam penelitian ini:
1. Angkatan (Tahun Masuk).
2. NIM (Nomer Induk Mahasiswa).
3. Jenis Kelamin, Laki-laki dan Perempuan.
4. Domisili ketika melakukan kegiatan kuliah daring, apakah berada di
kota Jakarta atau di luar kota Jakarta.
5. Pengeluaran biaya untuk kuota per bulan.
6. Media pembelajaran yang digunakan selama mengikuti perkuliahan
daring.

3.4.2 Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan suatu ketentuan pelaksanaan mengenai
prosedur dalam mengukur setiap variabel. Definisi operasional adalah suatu
informasi alamiah yang sama (Singarimbun, 2011:46). Definisi operasional
variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menurut Devito, kualitas komunikasi interpersonal memiliki faktor
pembentuk informasi atau pesan mengenai efektivitas komunikasi
interpersonal dalam perkuliahan daring yang terdiri atas lima indikator,
diantaranya sebagai berikut:
a) Keterbukaan merupakan keinginan seseorang untuk membuka
dirinya kepada orang lain.
b) Empati merupakan kemampuan untuk memahami dan merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain.
c) Sikap mendukung merupakan suatu sikap memberikan semangat dan
dorongan untuk orang lain.
d) Sikap positif yaitu perilaku dan sikap seseorang berdasarkan perasaan
yang positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain yang dapat
membuat orang lain menjadi ikut serta dalam menciptakan interaksi
yang efektif.
e) Kesetaraan yaitu perilaku seseorang dalam memperlakukan orang
lain tanpa adanya perbedaan satu dengan yang lainnya.
2. Menurut Suranto, hasil komunikasi interpersonal yang efektif memiliki
faktor pembentuk pesan atau informasi mengenai efektivitas komunikasi
interpersonal dalam perkuliahan daring yang terdiri atas tiga indikator,

41
diantaranya sebagai berikut:
a) Informasi dapat dimengerti dan diterima komunikan yaitu informasi
yang diberikan komunikator kepada komunikan dapat tersampaikan
dan dimengerti oleh komunikan sesuai dengan yang diharapkan oleh
komunikator.
b) Informasi ditindaklanjuti secara sukarela merupakan kesediaan
komunikator maupun komunikan untuk merespon informasi setelah
tersampaikannya informasi tersebut tanpa perlu menunggu perintah
dari orang lain.
c) Meningkatnya kualitas hubungan antarpribadi merupakan suatu
peningkatan dalam interaksi pribadi setelah tersampainya suatu
informasi atau pesan diantara komunikator dan komunikan.

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh objek penelitian yang terdiri atas hewan,
manusia, tumbuh-tumbuhan, benda, kejadian-kejadian atau gejala sebagai
sumber data pada penelitian yang mempunyai karakteristik tertentu
(Nawawi,2001:141). Populasi pada penelitian ini yaitu mahasiswa/i Program
Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika angkatan 2019 dan
2020. Berikut daftar jumlah mahasiswa/i aktif Program Studi Ilmu Komunikasi:

Tabel 3.2
Jumlah Populasi Penelitian

Angkatan Jumlah Mahasiswa/i

2019 819

2020 1055

Total 1874
(sumber: Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan UBSI, 2021)

42
3.5.2 Sampel
Sampel merupakan suatu bagian dari populasi besar yang telah
terseleksi dan mewakili suatu populasi (Bulaeng, 2004: 131). Sampel adalah
suatu bagian dari populasi yang ingin diteliti agar hasil penelitian tersebut bisa
digeneralisasikan, generalisasi penelitian oleh sampel tersebut akan berlaku
untuk populasi pada penelitian (Hamdi, 2014: 38).
Menurut data populasi yang didapatkan, peneliti memakai rumus Taro
Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Rumus ini dipakai
agar memperoleh sampel dari populasi yang cukup besar dalam penelitian ini
yang cukup representatif. Berikut rumus Taro Yamare (Kriyantono, 2012:162),
sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
𝑁 (𝑑)2 + 1
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Nilai Presisi (digunakan 10% = 0,1)
1 : Angka Konstan
Berdasarkan rumus diatas, maka perhitungan untuk menentukan besar
sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
𝑁 (𝑑)2 + 1
1874
𝑛=
19,74

= 94,93 dibulatkan menjadi 95.


Jadi, jumlah sampel yang dipakai pada penelitian ini yaitu 95 orang.

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel


Apabila peneliti telah mengetahui jumlah sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan yaitu
menerapkan teknik sampling, dengan menggunakan Nonprobability Sampling
dengan teknik Sampling Kuota. Menurut Sugiyono (131:2019)
Nonprobability Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak

43
memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Sampling Kuota merupakan teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang di
inginkan. (Sugiyono, 132:2019). Cara melakukan kuota sapling adalah dengan
menetapkan proporsi sampel berdasarkan angkatan, yaitu tahun 2019 dan
2020. Untuk memperoleh jumlah sampel yang proporsional mewakili kedua
angkatan tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
𝑛1 𝑥 𝑛
𝑛=
𝑁
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung sampel yang dipilih
dari setiap kelas, yaitu:
Tabel 3.3
Jumlah Sampel berdasarkan Angkatan
No. Angkatan Sub Populasi Penarikan Sampel Besar Sampel
819 x 95
1. 2019 819 42
1874
1055 x 95
2. 2020 1055 53
1874
Jumlah Sampel
95
(Sumber: olah data peneliti, 2021)

Untuk memperoleh sampel diatas, kuesioner akan disebarkan ke empat


kelas pada program studi ilmu komunikasi dengan perincian; dua kelas dari
angkatan tahun 2019 dan dua kelas dari angkatan tahun 2020. Peneliti meminta
bantuan dari dosen yang mengajar pada kelas tersebut untuk membantu
menyebarkan kuesioner ke mahasiswa pada kelasnya masing-masing melalui link
ke google form. Peneliti akan berhenti menerima respons ketika kuota masing-
masing angkatan tersebut telah terpenuhi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau teknik-teknik yang
bisa digunakan untuk mengumpukan suatu data (Kriyantono, 2012:95). Peneliti
menggunakan metode data primer untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini.
Data primer merupakan data yang bisa diambil langsung dari sumber data pertama
di lokasi atau objek penelitian (Bungin, 2017: 132).

44
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner merupakan beberapa pertanyaan atau pernyataan tertulis yang
dipakai untuk mendapatkan suatu pesan atau informasi yang didapatkan dari
responden mengenai laporan data dirinya atau apapun sepengetahuan dari responden
(Arikunto, 2006:151).
Kuesioner pada penelitian ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari
angka 1-5 yang merupakan skala respon di mana 1 = Sangat tidak setuju dan 5 =
Sangat setuju. Skala likert dapat digunakan untuk mengukur pendapat, sikap, dan
persepsi seseorang maupun sekelompok orang mengenai fenomena sosial
(Sugiono, 2009:93). Namun, skala Likert yang digunakan peneliti pada penelitian
ini adalah skala Likert yang terdiri hanya 1-4 skala, yaitu 1 = Sangat tidak setuju
(STS), 2 = Tidak Setuju (TS), 3 = Setuju (S), 4 = Sangat Setuju (SS).
Tujuan modifikasi dalam skala Likert yaitu untuk menghilangkan
kelemahan yang ada pada skala lima tingkat. Untuk menghilangkan kategori
jawaban yang ada di tengah dalam modifikasi skala Likert didasarkan tiga alasan,
diantaranya; yang pertama adalah kategori itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan
tidak bisa memberikan sebuah jawaban, bisa juga berarti netral, setuju atau tidak,
bahkan ragu-ragu. Lalu yang kedua yaitu dapat menyebabkan responden cenderung
menjawab ke jawaban yang di tengah tersebut. Dan yang ketiga adalah tujuan dari
kategori hanya empat pilihan yaitu untuk mengetahui kecenderungan pendapat
responden, tertuju hanya ke arah setuju atau ke arah tidak setuju.
Peneliti memilih metode kuesioner karena lebih efisien dalam hal waktu dan
bisa menyebarkan langsung ke beberapa responden sekaligus. Dikarenakan situasi
pandemi yang saat ini sedang terjadi, maka prosedur dalam menyebarkan kuesioner
pada penelitian ini adalah memindahkan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada
kuesioner lalu dirancang ke dalam google form yang akan disebar melalui aplikasi
Whatsapp kepada empat dosen pengampu pada kelas tersebut. Masing-masing
terdiri dari dua dosen dari angkatan tahun 2019 dan dua dosen dari angkatan tahun
2020. Dua dosen dari angkatan tahun 2019 bernama Bapak Yudha Febri Al Paksi,
S.I.Kom, M.M, yang mengajar mata kuliah Editing Film pada kelas 44.4B.29 dan
Ibu Nina Kusumawati, S.Pt, M.Si, yang mengajar mata kuliah Script Writing pada
kelas 44.4G.01. Selanjutnya dua dosen pengajar dari angkatan tahun 2020 adalah
Bapak Lymbarski Caesariano, M.I.Kom, yang mengajar mata kuliah Komunikasi

45
Massa pada kelas 44.2B.06 dan Bapak Ichsan Widi Utomo, S.I.Kom, M.M, yang
mengajar mata kuliah Komunikasi Digital dan Media Sosial pada kelas 44.2D.01.
Peneliti meminta bantuan kepada dosen-dosen tersebut untuk menyebarkan
link kuesioner kepada mahasiswa pada grup kelas masing-masing. Penyebaran
kuesioner dan pengumpulan data melalui google form ini dilaksanakan mulai
tanggal 15 sampai 16 Juni 2021, jika dalam dua hari kuota sampel nya sudah
terpenuhi, maka peneliti akan berhenti untuk menerima respons tersebut.

3.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


Sebelum melakukan penyebaran kuesioner ke sampel, peneliti melakukan
pre test yang disebarkan ke 30 orang responden untuk melakukan uji validitas dan
reliabilitas seluruh item pernyataan yang sudah dibuat. Jumlah responden sebanyak
30 orang tersebut terdiri dari 15 orang mahasiswa angkatan tahun 2019 dan 15 orang
angkatan tahun 2020. Menurut Azwar (2016:10) Validitas merupakan kecermatan
dan ketepatan instrumen dalam menjalankan fungsi alat ukurnya. Maksudnya adalah
validitas menunjukkan bahwa instrumen tersebut bisa mengungkap data mengenai
atribut yang dirancang untuk mengukurnya dengan akurat dan teliti.
Penelitian ini menggunakan validitas konstruk, yaitu validitas yang menguji
seberapa baik hasil yang diperoleh dengan menggunakan pengukuran dari teori yang
ada (Ghozali, 2013:52). Cara memperoleh validitas konstruk dapat dilakukan
dengan mengkorelasikan antara skor dari setiap butir pertanyaan dengan skor total
dari keseluruhan butir pertanyaan. Kolerasi yang positif dan tinggi menggambarkan
koherensi antara fungsi item dengan skala keseluruhan.
Uji validitas pada penelitian ini dengan menggunakan program SPSS.
Validitas butir pertanyaan dapat dilihat dari hasil output SPSS pada tabel dengan
judul Item-Total Statistic. Menilai validitas setiap butir pertanyaan dapat dilihat dari
nilai Corrected item- Total Correlation pada setiap butir pertanyaan atau
pernyataan. Setiap butir pertanyaan atau pernyataan bisa dinilai valid apabila nilai r
– hitung, yakni nilai dari Corrected item – Total Correlation > 0,30 (Sugiyono,
2019:189).
Azwar (2016:12) menjelaskan, reliabilitas merupakan sejauh mana hasil
suatu pengukuran bisa dipercaya jika dalam beberapa kali melakukan pengukuran
terhadap kelompok subjek yang sama. Uji reliabilitas dilaksanakan untuk dapat

46
mengukur kestabilan dan konsistensi dari jawaban responden terhadap suatu alat
ukur psikologis yang disusun dalam bentuk kuesioner. Suatu penelitian yang reliabel
hasilnya akan tetap sama apabila diukur pada waktu yang berbeda.
Langkah yang harus dilakukan setelah melakukan uji validitas yaitu
melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha cronbach dengan
aplikasi SPSS. Semakin besar koefisien reliabilitas maka semakin kecil kesalahan
pengukuran, sehingga semakin reliabel alat ukur yang digunakan. Sebaliknya, jika
semakin kecil koefisien reliabilitas yang dihasilkan, maka semakin besar kesalahan
pengukuran yang berdampak pada semakin tidak reliabelnya alat ukur yang
digunakan (Azwar, 2016:12). Adapun hasil dari uji valid dan reliabel pre test
sebagai berikut.

Tabel 3.4 Nilai r Product Moment (r Table)


Taraf Signifikan
N 5% 1%
30 0,361 0,463
Sugiyono (2019:442)

Tabel 3.5 Validitas dan Reliabilitas Item Pernyataan Kualitas


Item-Total Statistics
item r Cronbach's Alpha Indikator
pernyataan X Hitung r Tabel if Item Deleted reliabel Status
X01 0,582 0,361 0,867 0,60 Valid dan Reliabel
X02 0,380 0,361 0,875 0,60 Valid dan Reliabel
X03 0,487 0,361 0,871 0,60 Valid dan Reliabel
X04 0,605 0,361 0,867 0,60 Valid dan Reliabel
X05 0,437 0,361 0,873 0,60 Valid dan Reliabel
X06 0,511 0,361 0,870 0,60 Valid dan Reliabel
X07 0,705 0,361 0,864 0,60 Valid dan Reliabel
X08 0,621 0,361 0,865 0,60 Valid dan Reliabel
X09 0,505 0,361 0,870 0,60 Valid dan Reliabel
X10 0,543 0,361 0,869 0,60 Valid dan Reliabel
X11 0,450 0,361 0,873 0,60 Valid dan Reliabel
X12 0,582 0,361 0,867 0,60 Valid dan Reliabel
X13 0,497 0,361 0,874 0,60 Valid dan Reliabel
X14 0,564 0,361 0,868 0,60 Valid dan Reliabel
X15 0,631 0,361 0,865 0,60 Valid dan Reliabel

47
Tabel 3.6 Validitas dan Reliabilitas Item Pernyataan Hasil
Item-Total Statistics
item r Cronbach's Alpha Indikator
pernyataan Y Hitung r Tabel if Item Deleted reliabel Status
Y01 0,641 0,361 0,896 0,60 Valid dan Reliabel
Y02 0,640 0,361 0,893 0,60 Valid dan Reliabel
Y03 0,590 0,361 0,896 0,60 Valid dan Reliabel
Y04 0,809 0,361 0,881 0,60 Valid dan Reliabel
Y05 0,636 0,361 0,893 0,60 Valid dan Reliabel
Y06 0,689 0,361 0,889 0,60 Valid dan Reliabel
Y07 0,666 0,361 0,890 0,60 Valid dan Reliabel
Y08 0,693 0,361 0,888 0,60 Valid dan Reliabel
Y09 0,738 0,361 0,885 0,60 Valid dan Reliabel
Keterangan:
Jika nilai r Hitung > r tabel maka data item valid.
Jika nilai r Hitung < r tabel maka data item tidak valid.
Jika nilai Cronbach > 0,60 maka data reliabel.
Jika nilai Cronbach < 0,60 maka data tidak reliabel.
Berdasarkan hasil pre test kuesioner di atas, maka dapat disimpulkan seluruh
item pernyataan dari variabel kualitas komunikasi interpersonal yang efektif dan
hasil komunikasi interpersonal yang efektif dinyatakan valid dan reliabel. Langkah
selanjutnya adalah menyebarkan kuesioner tersebut tersebut ke para responden.

3.8 Teknik Analisis Data


Sebuah penelitian memerlukan teknik analisis data agar data tersebut bisa
lebih mudah untuk dipahami dan di presentasikan. Menurut Singarimbun (2011:23)
Analisis data merupakan proses pemaparan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
untuk dibaca dan dimengerti. Data yang dihasilkan dari kuesioner yang sudah
disebarkan akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk distribusi
frekuensi. Distribusi frekuensi merupakan grafik atau tabel yang menunjukkan
jumlah individu pada setiap kategori dalam suatu data (Gravetter & Wallnau,
2000:35).
Hal yang dilakukan peneliti selanjutnya yaitu membuat norma atau kategori
yang bisa menjadi acuan untuk mengelompokkan skor yang dimiliki dari setiap
responden yang bisa menunjukkan bagaimana pandangan responden terhadap
komunikasi interpersonal yang terjadi pada perkuliahan daring selama masa
pandemi ini, sehingga dapat diketahui seberapa besar tingkatan skor masing-masing

48
variabel. Pengelompokan nilai ini mengacu pada pengkategorian yang didasarkan
pada 27% batas bawah dan 73% batas atas yang juga dianalisis menggunakan
statistik deskriptif (Nisfiannoor, 2009:351).
Selanjutnya peneliti ingin menguji hipotesis dengan analisis korelasi untuk
melihat apakah variabel kualitas komunikasi interpersonal terdapat hubungan
dengan variabel hasil komunikasi interpersonal yang akan menghasilkan efektivitas
komunikasi interpersonal dalam perkuliahan daring pada masa pandemi covid 19.
Analisis korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang bersifat asosiatif,
yaitu untuk mengetahui kekuatan dan signifikansi hubungan antara dua variabel
(Hariwijaya dan Trinton, 2011:86). Kekuatan hubungan yang menunjukkan derajat
hubungan ini disebut koefisien korelasi. Peneliti menggunakan koefisien korelasi
Pearson (Product Moment Pearson) menggunakan aplikasi SPSS. Adapun nilai
koefisien korelasi menurut Sugiyono (2019:248) yaitu:
0,00 - 0,199 : Sangat rendah
0,20 - 0,399 : Rendah
0,40 - 0.599 : Sedang
0,60 - 0,799 : Kuat
0,80 - 1,000 : Sangat Kuat

3.9 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan pada penelitian ini yaitu dari segi situasi dan waktu, dimana
saat ini masih dilanda pandemi Covid-19, hal tersebut membuat penelitian ini
menjadi terbatas, terutama saat survey, maka penelitian kali ini hanya akan melalui
penyebaran kuesioner melalui google form.

49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Subjek Penelitian


Subjek pada penelitian ini yaitu sebuah kampus yang terletak di wilayah Jakarta.
Akademik Bina Sarana Informatika yang biasa disingkat BSI kini bertransformasi
menjadi Universitas Bina Sarana Informatika. Bertransformasinya Akademik Bina
Sarana Informatika menjadi Universitas Bina Informatika tersebut membutuhkan
pembukaan program studi baru. Universitas Bina Sarana Informatika telah membuka
program studi baru di kampus utama dan di luar kampus utama yang menyesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Program Studi yang baru dibuka diantaranya
adalah Program Studi Ilmu Komunikasi (S1), Program Studi Teknologi Informasi (S1),
Program Studi Rekayasa Perangkat Lunak (S1), Program Studi Manajemen (S1), dan
Program Studi Akuntansi (S1).
Dalam rangka untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat serta perubahan
kebijakan pemerintah, Universitas Bina Sarana Informatika kini semakin berkembang
sehingga memerlukan strategi atau planning dengan sasaran pengembangan yang
terukur dan terencana. Selain itu juga perlu disusun kembali rencana strategis yang bisa
memberikan tujuan dan bisa menjadi rujukan kampus Universitas Bina Sarana
Informatika melalui analisis kondisi internal dan eksternal yang sangat matang serta
merujuk pada capaian visi yang sudah ditetapkan. Kini Universitas Bina Sarana
Informatika mempunyai dua jenjang Pendidikan, diantaranya adalah Program Studi
jenjang Diploma Tiga (DIII) dan Program Studi jenjang Strata Satu (S1) yang saat ini
tersebar di epat Fakultas dengan jumlah dua puluh dua Program Studi.

4.1.1 Visi dan Misi Universitas Bina Sarana Informatika


Dikutip dari situs resmi (bsi.ac.id) Universitas Bina Sarana Informarika
mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut:
VISI
Menjadi universitas unggul di bidang ekonomi kreatif pada tahun 2033.
MISI
1. Menyelenggarakan program pendidikan akademik dan vokasi yang mendukung
ekonomi kreatif.
2. Menyelenggarakan penelitian berkualitas.
50
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Data Umum Responden
Pada tahap ini, peneliti akan menyajikan data mengenai karakteristik responden.
Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Angkatan (Tahun Masuk)

44%
56%

2019 2020

Gambar 4.1 Angkatan (Tahun Masuk)


Data di atas menyajikan tentang angkatan (tahun masuk) para responden.
Disebutkan pada Gambar 4.1 menunjukkan dari total 95 responden yang terdiri dari 42
orang (44%) dari angkatan 2019 dan 53 orang (56%) dari angkatan 2020. Jumlah
responden yang disebutkan sesuai dengan pembahasan sebelumnya pada bagian ke tiga.
Semua responden yang telah mengisi kuesioner ini dihubungi dengan
menggunakan aplikasi WhatsApp. Peneliti meminta bantuan para dosen pengampu mata
kuliah di kelas prodi ilmu komunikasi untuk menyebarkan link google form ke grup-
grup kelas masing-masing. Masing-masing terdiri dari dua dosen dari angkatan tahun
2019 dan dua dosen dari angkatan tahun 2020.
Penyebaran kuesioner dan pengumpulan data melalui google form ini
dilaksanakan mulai tanggal 15 sampai 16 Juni 2021, jika dalam dua hari kuota sampel
nya sudah terpenuhi, maka peneliti akan berhenti untuk menerima respons tersebut.

51
JENIS KELAMIN
Laki-laki Perempuan

40%

60%

Gambar 4.2 Jenis Kelamin


Gambar 4.2 di atas menunjukkan jenis kelamin para responden yang sudah
mengisi kuesioner. Data tersebut menunjukkan dari 95 responden terdiri atas 57 orang
(60%) perempuan dan 38 orang (40%) laki-laki. Tidak begitu ada perbedaan antara
responden perempuan dan responden laki-laki dalam jawabannya, meskipun responden
perempuan lebih mendominasi dibandingkan responden laki-laki.

TEMPAT TINGGAL RESPONDEN


Di Kota Jakarta Di Luar Kota Jakarta

35%

65%

Gambar 4.3 Tempat Tinggal Responden Selama Perkuliahan Daring


Selanjutnya pada gambar 4.3 menyajikan data tempat tinggal responden selama
mengikuti perkuliahan daring. Dari 95 responden yang mengisi, terdapat 62 orang
(65%) yang bertempat tinggal di Kota Jakarta dan 33 orang (35%) lainnya tinggal di
luar Kota Jakarta.
52
Hal tersebut membuktikan bahwa perkuliahan daring ini bisa dilaksanakan
dimana saja meskipun diluar kota Jakarta sekalipun, karena perkuliahan daring ini
hanya membutuhkan peralatan dan jaringan yang mendukung agar bisa mengakses
fasilitas atau media pembelajaran.

Persentase Biaya Kuota Internet


40,0 37,9 36,8
35,0

30,0

25,0

20,0 16,8
15,0

10,0 8,4

5,0

0,0
Gratis Karena Flat Karena < Rp. 100.000,-/bulan > Rp. 100.000,-/bulan
Mendapatkan Bantuan Menggunakan Wifi
Kuota

Gambar 4.4 Biaya Kuota Internet Perbulan Selama Perkuliahan Daring


Berdasarkan gambar 4.4 di atas yang menerangkan tentang Biaya Kuota Internet
yang digunakan Responden, terlihat bahwa pengguna Kuota gratis dari pemerintah
hanya 8,4%, pengguna WiFi sebesar 37,9% untuk responden yang menggunakan dana
pribadi membeli kuota seharga di bawah Rp.100.000,00/bulan sebesar 16,8% dan
responden yang mengeluarkan biaya membeli kuota internet lebih dari
Rp.100.000/bulan sebesar 36,8%.

53
Media Pembelajaran

E-LEARNING UBSI 95%

WHATSAPP 85%

ZOOM MEETING 83%

GOOGLE MEETING 58%

GOOGLE CLASROOM 44%

YOUTUBE 37%

LAINNYA 2%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Gambar 4.5 Media Belajar yang digunakan selama Perkuliahan Daring


Selanjutnya pada gambar 4.5 menyajikan data tentang media apa saja yang
digunakan oleh responden dalam proses belajar mengajar selama mengikuti
perkuliahan daring. Responden dibolehkan memilih media tersebut lebih dari satu
media pembelajaran. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat 95% responden
menggunakan fasilitas e-learning Universitas Bina Sarana Informatika (My Best).
Selain itu, terdapat juga media lain yang digunakan untuk pembelajaran daring,
mahasiswa dan dosen bisa mengkombinasikan media apa saja yang digunakan untuk
pembelajaran daring, hal tersebut bisa dilihat beberapa media pembelajaran yang
dipilih responden dengan nilai presentasi di atas 50%, yaitu aplikasi WhatsApp
dengan 85%, aplikasi Zoom Meeting 83% dan Google Meeting 58%. Sedangkan
media yang digunakan dengan presentase dibawah 50% ada Google Classroom 44%,
Youtube 37% dan ada juga yang memilih media lain namun hanya 2%.

4.2.2 Variabel x (Kualitas Komunikasi Interpersonal)


Pada sub bab ini menjabarkan mengenai variabel dalam peneilitan ini, yaitu
variabel kualitas komunikasi interpersonal. Variabel tersebut memiliki lima indikator,
diantaranya Keterbukaan, Empati, Sikap mendukung, Sikap positif, dan Kesetaraan.

54
Setiap indikator memiliki tiga pertanyaan. Berikut merupakan hasil tabulasi data
dalam bentuk tabel.

Tabel 4.1
Merasa Percaya diri disaat mengikuti perkuliahan daring

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 25 26,3
Setuju 63 66,3
Sangat Setuju 7 7,4
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Merasa percaya Diri


mengaktifkan Kamera disaat mengikuti perkuliahan daring”, terdapat 70 (73,7%)
responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 25 (26,3) responden tidak
setuju.
Tabel 4.2
Mengirim pesan kepada dosen ketika tidak bisa mengikuti perkuliahan

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 7 7,4
Setuju 45 47,4
Sangat Setuju 43 45,3
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Mengirimkan pesan


kepada dosen ketika saya tidak bisa mengikuti perkuliahan daring”, terdapat 88
(72,7%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 7 (7,4%)
responden tidak setuju.

55
Tabel 4.3
Lebih aktif bertanya ketika mengikuti perkuliahan daring

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,2
Tidak Setuju 26 27,4
Setuju 59 62,1
Sangat Setuju 7 7,4
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Menjadi lebih aktif


bertanya selama mengikuti kuliah daring karena pertanyaan dapat disampaikan
secara tertulis”, terdapat 66 (69,5%) responden yang sepakat dengan pernyataan
tersebut dan 29 (30,6%) responden tidak setuju.

Tabel 4.4
Mengaktifkan kamera disaat kuliah daring karena menghargai dosen

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 6 6,3
Setuju 66 69,5
Sangat Setuju 23 24,2
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Mengaktifkan kamera


disaat perkuliahan daring karena saya menghargai dosen yang sedang menjelaskan
materi”, terdapat 89 (93,7%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut
dan 6 (6,3%) responden tidak setuju.

56
Tabel 4.5
Mengerti alasan dosen meminta mengaktifkan kamera saat daring

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 3 3,2
Setuju 53 55,8
Sangat Setuju 39 41,1
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Mengerti alasan dosen


meminta mahasiswa mengaktifkan kamera saat kelas daring berlangsung”, terdapat
92 (96,9%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 3 (3,2%)
responden tidak setuju.

Tabel 4.6
Mengerti alasan dosen ketika tidak bisa mengajar kuliah daring

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 2 2,1
Setuju 49 51,6
Sangat Setuju 44 46,3
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Mengerti alasan dosen


ketika tidak bisa mengajar kuliah daring dikarenakan alasan tertentu”, terdapat 93
(97,9%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 2 (2,1%)
responden yang tidak setuju.

57
Tabel 4.7
Memberi tanggapan materi yang disampaikan dosen saat diskusi

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 5 5,3
Setuju 74 77,9
Sangat Setuju 16 16,8
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Memberi tanggapan


untuk materi yang disampaikan dosen pada saat dibuka kesempatan diskusi”,
terdapat 90 (95,7%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 5
(5,3%) responden tidak setuju.

Tabel 4.8
Senang berdebat dengan teman untuk mencairkan suasana perkuliahan

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 24 25,3
Setuju 54 56,8
Sangat Setuju 17 17,9
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Senang berdebat tentang


materi kuliah yang dibahas dengan teman karena dapat mencairkan suasana kelas
disaat perkuliahan daring”, terdapat 71 (74,7%) responden yang sepakat dengan
pernyataan tersebut dan 24 (25,3%) responden tidak setuju.

58
Tabel 4.9
Membaca seluruh pesan dosen yang disampaikan dalam kelas daring

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 9 9,5
Setuju 65 68,4
Sangat Setuju 21 22,1
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Membaca keseluruhan


pesan/pernyataan dosen yang disampaikan dalam kelas daring meskipun terlalu
panjang”, terdapat 86 (91,5%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut
dan 9 (9,5%) responden tidak setuju.

Tabel 4.10
Mengerti alasan dosen untuk kuliah daring karena pandemi

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 1 1,1
Setuju 37 38,9
Sangat Setuju 57 60,0
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Mengerti alasan dosen


untuk melakukan perkuliahan secara daring dikarenakan kondisi pandemi”, terdapat
94 (98,9%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 1 (1,1%)
responden tidak setuju.

59
Tabel 4.11
Mengikuti perkuliahan daring dari awal sampai akhir

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 4 4,2
Setuju 44 46,3
Sangat Setuju 47 49,5
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Mengikuti perkuliahan


daring dari awal sampai akhir pada setiap pertemuan, meskipun tidak selalu
menggunakan video conference”, terdapat 91 (93,8%) responden yang sepakat
dengan pernyataan tersebut dan 4 (4,2%) responden tidak setuju.

Tabel 4.12
Lebih percaya diri dalam menyampaikan isi pikiran perkuliahan daring

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 4 4,2
Tidak Setuju 19 20,0
Setuju 52 54,7
Sangat Setuju 20 21,1
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Lebih percaya diri dalam


menyampaikan isi pikiran selama kuliah daring ini karena dapat disampaikan secara
tertulis”, terdapat 72 (75,8%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut
dan 23 (24,2%) responden tidak setuju.

60
Tabel 4.13
Merasa lebih rileks dalam mengikuti kuliah daring

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 2 2,1
Tidak Setuju 36 37,9
Setuju 36 37,9
Sangat Setuju 21 22,1
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Merasa lebih rileks


mengikuti kuliah daring ini karena tidak harus bertatap muka langsung dengan
dosen”, terdapat 57 (60%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan
38 (40%) responden tidak setuju.

Tabel 4.14
Tetap menggunakan bahasa baik dan sopan saat kuliah daring

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 2 2,1
Setuju 42 44,2
Sangat Setuju 51 53,7
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Tetap memakai bahasa


yang baik dan sopan dalam kuliah daring saat menyampaikan pesan secara tulisan”,
terdapat 93 (97,9%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 2
(2,1%) responden tidak setuju.

61
Tabel 4.15
Bermusyawarah dengan dosen dalam menentukan media daring

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 4 4,2
Setuju 58 61,1
Sangat Setuju 33 34,7
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Bermusyawarah dengan


dosen dalam memilih media apa saja yang akan digunakan untuk perkuliahan
daring”, terdapat 91 (95,8%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut
dan 4 (4,2%) responden tidak setuju.

4.2.3 Variabel y (Hasil Komunikasi Interpersonal)


Pada sub bab ini menjabarkan mengenai variabel kedua dalam penelitian ini,
yakni variabel hasil komunikasi interpersonal. Variabel ini terdiri dari tiga indikator,
yaitu pesan diterima dan dipahami komunikan, pesan ditindaklanjuti dengan
sukarela, kualitas hubungan antarpribadi meningkat. Masing-masing indikator
mempunyai tiga pernyataan. Berikut adalah hasil tabulasi data yang disajikan dalam
bentuk tabel.
Tabel 4.16
Memahami materi perkuliahan yang disampaikan dosen

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 19 20,0
Setuju 66 69,5
Sangat Setuju 10 10,5
Total 95 100

62
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Memahami materi
perkuliahan yang disampaikan oleh dosen selama perkuliahan daring”, terdapat 76
(80%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 19 (20%) responden
tidak setuju.

Tabel 4.17
Dapat menyampaikan inti materi kuliah kepada teman

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 14 14,7
Setuju 72 75,8
Sangat Setuju 9 9,5
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Dapat menyampaikan


kembali inti materi kuliah kepada teman karena dapat disampaikan secara tertulis”,
terdapat 81 (85,3%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 14
(14,7%) responden tidak setuju.
Tabel 4.18
Memahami instruksi yang diberikan oleh dosen

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 12 12,6
Setuju 68 71,6
Sangat Setuju 15 15,8
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Memahami instruksi


yang diberikan oleh dosen dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan daring”,
terdapat 83 (87,4%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 12
(12,6%) responden tidak setuju.

63
Tabel 4.19
Tidak menunda mengerjakan instruksi yang disampaikan oleh dosen

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 9 9,5
Setuju 65 68,4
Sangat Setuju 21 22,1
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Tidak menunda


mengerjakan instruksi yang disampaikan oleh dosen dalam kelas daring”, terdapat
86 (90,5%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 9 (9,5%)
responden tidak setuju.

Tabel 4.20
Berdiskusi dengan teman lainnya setelah dosen memberikan instruksi

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 2 2,1
Setuju 66 69,5
Sangat Setuju 27 28,4
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Berdiskusi dengan teman


lainnya setelah dosen memberikan instruksi untuk mengerjakan tugas perkuliahan”,
Ada 93 (97,9%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 2 (2,1%)
responden tidak setuju.

64
Tabel 4.21
Membaca kembali materi kuliah yang diberikan oleh dosen

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 17 17,9
Setuju 62 65,3
Sangat Setuju 16 16,8
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Membaca kembali materi


kuliah yang diberikan oleh dosen dalam kelas daring meskipun pertemuan sudah
selesai”, terdapat 78 (82,1%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut
dan 17 (17,9%) responden tidak setuju.

Tabel 4.22
Sepakat dengan argumentasi yang disampaikan dalam diskusi

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 23 24,2
Setuju 63 66,3
Sangat Setuju 9 9,5
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Sepakat dengan


argumentasi yang disampaikan dalam diskusi”, terdapat 72 (75,8%) responden yang
sepakat dengan pernyataan tersebut dan 23 (24,2%) responden tidak setuju.

65
Tabel 4.23
Berinteraksi dengan teman-teman kuliah yang tidak terlalu dekat

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1,1
Tidak Setuju 17 17,9
Setuju 59 62,1
Sangat Setuju 18 18,9
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Dapat berinteraksi


dengan teman-teman kuliah yang tidak terlalu dekat selama perkuliahan secara
daring ini”, terdapat Ada 77 (81%) responden yang sepakat dengan pernyataan
tersebut dan 18 (19%) responden tidak setuju.

Tabel 4.24
Merasa nyaman dalam menyampaikan tanggapan tentang materi kuliah

Frequency Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 15 15,8
Setuju 69 72,6
Sangat Setuju 11 11,6
Total 95 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pernyataan “Merasa nyaman dalam


menyampaikan tanggapan tentang materi kuliah yang dibahas dalam sesi diskusi”,
Ada 80 (94,2%) responden yang sepakat dengan pernyataan tersebut dan 15 (15,8%)
responden tidak setuju.

66
4.2.4 Kategori Variabel Kualitas Komunikasi Interpersonal (x) dan Variabel Hasil
Komunikasi Interpersonal (y)

Langkah selanjutnya yang akan peneliti lakukan adalah membuat norma


acuan untuk pengelompokan skor yang dimiliki setiap responden. Pengukuran dan
tes yang sudah diberikan kepada responden atau sekelompok responden akan
menghasilkan skor dan nilai atau sebuah angka (Nisfiannoor, 2009:351). Contohnya
pada penelitian ini terdapat skor dari salah seorang responden 60 tentang kualitas
pembentuk komunikasi interpersonal. Maka dari itu, skor 60 tidak akan berarti apa-
apa jika tidak dibentuk pengelompokan yang bertujuan untuk mendeskripsikan arti
dari skor itu.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, skor dari setiap responden
dapat dikelompokkan dengan predikat rendah, sedang, dan tinggi atau bisa juga
dengan predikat lain yang dibuat oleh peneliti. Langkah selanjutnya yaitu
mengelompokan skor agar dapat memperoleh sebuah norma berdasarkan
penggolongan yang disebutkan dalam buku Nisfiannoor (2009:351), yakni
berdasarkan pada 27% batas bawah dan 73% batas atas. Berdasarkan pendapat
tersebut maka dibuatlah kategori pengelompokan sebagai berikut, yaitu, persentase
dengan skor dibawah < 27% adalah masuk ke dalam kategori rendah, lalu persentase
diantara 27% sampai 73% termasuk ke dalam kategori sedang dan persentase lebih
dari > 73% masuk ke dalam kategori Tinggi. Tujuan dari pembuatan norma
kelompok ini adalah untuk memberikan sebuah pengetahuan dan gambaran
responden mengenai efektivitas komunikasi interpersonal dalam perkuliahan daring
di masa pandemi covid-19. Adapun hasil dari pengelompokan skor tersebut sebagai
berikut.

67
Kategori Kualitas (x)
80 75

70

60

50

40

30 25

20

10
0
0
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4.6
Kategori kualitas komunikasi interpersonal (x)
Gambar di atas menunjukkan data persentase responden yang berasal dari
hasil analisis pengelompokan total skor jawaban pada variabel kualitas pembentuk
komunikasi interpersonal yang efektif. Persentase yang paling besar berada pada
kategori tinggi sebanyak 71 responden (75%), diikuti oleh kategori sedang 24
responden (25%), dan kategori rendah (0%).

Kategori Hasil (y)


70
59
60

50
41
40

30

20

10
0
0
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4.7
Kategori hasil komunikasi interpersonal (y)
68
Selanjutnya pada kategori kedua yang dianalisis pada gambar di atas
berdasarkan analisis skor total jawaban responden pada variabel hasil komunikasi
interpersonal yang efektif. Hasil analisis distribusi frekuensi diperoleh sebanyak 56
responden (59%) termasuk dalam kategori tinggi tentang hasil komunikasi
interpersonal yang efektif, sementara 39 responden (41%) pada kategori sedang, dan
0% mempunyai pengetahuan yang rendah. Artinya adalah bahwa mayoritas
responden pada penelitian ini menganggap komunikasi interpersonal yang terjadi
disaat kegiatan perkuliahan daring berjalan dengan efektif. Hasil ini didukung
dengan banyaknya responden yang memberikan respon positif pada sebagian besar
butir pertanyaan pada kuesioner. Hal ini pun bisa dilihat juga dari hasil analisis data
pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.24.

4.2.5 Uji Korelasi Variabel Kualitas Komunikasi Interpersonal (x) dengan Variabel
Hasil Komunikasi Interpersonal (y)
Tabel 4.25
Korelasi Antar Variabel
Correlationsb
Kualitas Hasil
Komunikasi Komunikasi
Interpersonal Interpersonal
melalui media melalui media
daring daring
Kualitas Komunikasi Pearson Correlation 1 .697**
Interpersonal melalui media Sig. (2-tailed) .000
daring
Hasil Komunikasi Pearson Correlation .697** 1
Interpersonal melalui media Sig. (2-tailed) .000
daring
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
b. Listwise N=95

Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh nilai sigfinikasi sebesar 0,000 dan nilai
pearson correlation sebesar 0,697. Hal ini menunjukan bahwa hubungan antara kedua
variabel sangat signifikan (dengan tingkat kesalahan dibawah 0,01) dengan kekuatan
hubungan yang kuat.

69
4.2.6 Uji Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.26 Uji Regresi Anova
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 886.954 1 886.954 87.733 .000b
Residual 940.204 93 10.110
Total 1827.158 94
a. Dependent Variable: Hasil Komunikasi Interpersonal melalui media daring
b. Predictors: (Constant), Kualitas Komunikasi Interpersonal melalui media daring

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai signifikasi 0,000. Hal ini menunjukan
bahwa persamaan regresi yang terbentuk bernilai sangat signifikan. Untuk mengukur
pengaruh x terhadap y, hasil ini menunjukan bahwa kualitas komunikasi sangat
signifikan mempengaruhi terhadap hasil komunikasi interpersonal.

Tabel 4.27 Uji Regresi Model Summary


Model Summary
Std. Error of Change Statistics
Mode R Adjusted R the R Square F Sig. F
l R Square Square Estimate Change Change df1 df2 Change
1 .697a .485 .480 3.17958 .485 87.733 1 93 .000
a. Predictors: (Constant), Kualitas Komunikasi Interpersonal melalui media daring

Berdasarkan table diatas diperoleh nilai R square sebesar 0,485 yang menunjukan
pengaruh variabel x terhadap y adalah sebesar 48,5% terhadap variabel y. sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel x sebesar 48,5% mempengaruhi variabel y.

Tabel 4.28 Uji Regresi Model Coefficients


Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -2.162 3.069 -.705 .483
Kualitas Komunikasi .597 .064 .697 9.367 .000
Interpersonal melalui media
daring
a. Dependent Variable: Hasil Komunikasi Interpersonal melalui media daring

70
Berdasarkan table diatas, diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut:
y = a + bx
y = -2,162 + 0,597 x

Keterangan: Y: Hasil Komunikasi Interpersonal


X: Kualtias Komunikasi Interpersonal
a: parameter konstanta
b: parameter penduga
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa angka konstan sebesar -2,162,
angka koefisien regresi adalah sebesar 0,597, dimana angka ini mengandung arti bahwa
setiap penambahan 1% tingkat kualitas komunikasi interpersonal, maka hasil
komunikasi interpersonal akan meningkat sebesar 0,597.

4.3 Pembahasan
Pada saat ini pandemi Covid-19 masih merabah di wilayah Indonesia membuat
semua elemen masyarakat mengubah kebiasaan baru (new normal) untuk dapat
beradaptasi di lingkungan dimana pun mereka berada. Gerakan 5M seperti mencuci
tangan, memakai masker, menjauhi kerumunan, menjaga jarak, dan mengurangi
mobilitas yang saat ini masih digencarkan oleh pemerintah membuat semua masyarakat
harus patuh demi memutus rantai penyebaran Covid-19 ini. Dunia Pendidikan mulai
dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan di
dalam dunia perkuliahan tak terlepas dari dampak pandemi Covid-19 ini. Dalam rangka
memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 ini, pemerintah Republik Indonesia
bersama Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ikut mengeluarkan
beberapa kebijakan baru yang mengharuskan proses belajar mengajar harus secara
daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), sehingga para pelajar bisa belajar dari
rumah dengan melalui plaform online seperti WhatsApp, Zoom Meeting, Google
Classroom, fasilitas E-Learning institusi, maupun media lainnya. Tujuan dari
kebijakan baru ini diharapkan para tenaga pendidik, seperti guru dan dosen bisa
senantiasa memberikan materi pembelajaran ssecara inovatif dan efektif agar materi
yang disampaikan mudah dipahami dan diterima.

71
Mondry (2008:13) berpendapat bahwa New Media merupakan bukti yang nyata
atas perkembangan teknologi komunikasi yang bisa kita rasakan saat ini, dan E-
Learning merupakan solusi perkembangan New Media di bidang pendidikan di masa
pandemi ini. E-Learning merupakan suatu sistem yang menggunakan teknologi
komputer, khususnya internet yang menjadi media pembelajaranya (Munir, 2009:176).
Sebagai salah satu inovasi yang efektif dalam bidang pendidikan, e-learning tentunya
akan mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk komunikasi, terutama
komunikasi interpersonal antar individu.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui seberapa efektif komunikasi
interpersonal dalam pembelajaran daring mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bahasa, Universitas Bina Sarana Informatika. Peneliti
memilih jurusan ilmu komunikasi dalam penelitian ini dikarenakan mahasiswa tersebut
mempelajari mengenai ilmu komunikasi interpersonal. Mereka saat ini juga sedang
melakukan perkuliahan daring sejak pandemi ini muncul dan mereka juga dapat
mengevaluasi efektifitas perkuliahan daring. Metode pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan kuesioner yang dibuat dengan aplikasi google form yang disebarkan
melalu media whatsapp. Peneliti melakukan pembuatan kuesioner melalui google form
dan menyebarkannya melalui media whatsapp dikarenakan pada saat penelitian ini
dilakukan, pandemi virus Covid-19 ini masih melanda Negara Indonsia, khususnya
masih terjadi banyak kasus di daerah tempat tinggal peneliti di Jakarta dan sekitarnya.
Dengan alasan tersebut, peneliti mengikuti anjuran dari pemerintah yang menegaskan
bahwa setiap aktivitas bisa dilakukan di rumah dengan sistem berbasis online.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 95 responden mahasiswa Ilmu
Komunikasi yang terdiri dari 42 mahasiswa angkatan 2019 dan 53 mahasiswa angkatan
2020. Responden yang telah diperoleh terdiri atas 60% perempuan dan 40% laki-laki.
Dari hasil penelitian ini juga terdapat 65% responden yang bertempat tinggal di Kota
Jakarta dan 35% lainnya tinggal di luar Kota Jakarta. Dengan perkuliahan yang
dilakukan secara daring mahasiswa hanya dituntut untuk mempunyai fasilitas
pendukung atau jaringan yang memadai agar bisa mengakses media pembelajaran,
sehingga meskipun terdapat mahasiswa yang berada di luar kota Jakarta masih bisa
untuk tetap mengikuti perkuliahan daring.
Jaringan internet yang mumpuni menjadi salah satu syarat untuk bisa
mengakses media pembelajaran pada perkuliahan daring dengan baik. Tentu dalam hal

72
inipun tidak terlepas dari biaya yang diperlukan mahasiswa untuk bisa menikmati
fasilitas jaringan internet terbaik. Program kuota pendidikan gratis yang dicanangkan
pemerintah ternyata dari 95 responden, hanya sekitar 8,4% responden yang
menggunakannya. Hal ini mungkin disebabkan karena keterbatasan akses yang
diberikan oleh kuota bantuan pemerintah tersebut dan kurangnya informasi mengenai
cara registrasi nomor mahasiswa tersebut, sehingga mahasiswa jarang yang
memanfaatkan fasilitas kuota gratis dari pemerintah. Lalu terdapat sekitar 37,9%
mahasiswa yang biaya kuota perbulannya flat karena menggunakan jaringan wifi, hal
tersebut membuktikan bahwa jaringan wifi lebih stabil dan bisa diandalkan dalam
sistem pembelajaran daring seperti ini, dikarenakan jaringan wifi bisa mengakses apa
saja dan kecepatan jaringannya bisa lebih cepat. Selanjutnya terdapat 16,8% responden
yang biaya kuota perbulan nya dibawah dari Rp.100.000,- dan sisanya 36,8%
responden mengeluarkan biaya kuota perbulan lebih dari Rp.100.000,-. Kebutuhan ini
didasari akan pentingnya kuota jaringan internet untuk bisa terus mengikuti
perkuliahan daring secara efektif.
Media yang digunakan dosen untuk melakukan pembelajaran daring cukup
bervariasi. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa mayoritas responden sekitar 95%
memilih media pembelajaran dengan menggunakan fasilitas e-learning Universitas
Bina Sarana Informatika (My Best). Media e-learning kampus tersebut dinyatakan
efektif karena setiap dosen dan mahasiswa harus mengakses laman tersebut setiap kali
perkuliahan dilakukan, seperti hal nya untuk dosen dalam absen mengajar, memberikan
tugas-tugas, memberikan nilai, maupun berdiskusi. Begitupun sama hal nya dengan
mahasiswa dalam proses absen, mengakses materi, upload tugas, melihat nilai dan
berdiskusi. Selain itu, terdapat juga media lain yang digunakan untuk pembelajaran
daring, mahasiswa dan dosen bisa mengkombinasikan media apa saja yang digunakan
untuk pembelajaran daring, hal tersebut bisa dilihat dari beberapa media pembelajaran
yang dipilih responden yaitu aplikasi WhatsApp dengan 85%, aplikasi whatsapp
digunakan dosen dan mahasiswa dalam berkoordinasi seputar tentang perkuliahan, lalu
aplikasi Zoom Meeting 83% yang digunakan sebagai media conference dalam
pembelajaran jarak jauh, karena aplikasi tersebut dinilai sangat efektif dalam hal video
conference, namun banyak dikeluhkan karena menggunakan kuota yang cukup besar
dan Google Meeting 58% termasuk media video conference sama seperti zoom meeting,
namun google meet lebih mudah dan kualitasnya dibawah zoom meeting. Sedangkan

73
media yang digunakan dengan persentase dibawah 50% ada Google Classroom 44%,
biasanya aplikasi ini digunakan untuk menyimpan materi, upload tugas mahasiswa dan
sebagainya, lalu ada Youtube 37% sebagai media video pembelajaran yang bisa
disertakan link nya didalam menu e-learning My Best dan ada juga yang memilih
media lain namun hanya 2%, terlihat terdapat hanya dua orang yang memilih media
lainnnya, dari data yang didapatkan kedua orang tersebut menulis aplikasi Instagram
dan aplikasi discord sebagai media pembelajaran.
Terdapat dua variabel pada penelitian ini, variabel pertama mengenai kualitas
pembentuk komunikasi interpersonal yang efektif terdiri dari lima indikator, yaitu
keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Keterbukaan
dapat di nilai dengan terbukanya segala aktifitas belajar dan mengajar antara dosen dan
mahasiswa, tidak ada yang ditutup-tutupi, mereka harus saling terbuka antara satu
dengan lainnya. Hasil penelitian pada indikator keterbukaan terdapat hasil 73,7%
responden yang merasa percaya diri untuk mengaktifkan kamera disaat perkuliahan
daring, dan 26,3% responden yang tidak sepakat dengan pernyataan tersebut. Hasil
selanjutnya dalam indikator keterbukaan, terdapat 72,7% responden yang mengirimkan
pesan kepada dosen ketika tidak bisa mengikuti perkuliahan daring, dan sebanyak 7,4%
responden yang tidak sepakat. Lalu pernyataan terakhir menunjukkan hasil sebanyak
69,5% responden setuju bahwa mereka lebih aktif dalam bertanya selama mengikuti
perkuliahan daring dikarenakan pertanyaannya bisa disampaikan secara tertulis, namun
sebanyak 30,6% yang merasa tidak sepakat.
Indikator selanjutnya pada variabel ini yaitu empati. Jika perasaan empati
tumbuh dalam sebuah proses komunikasi interpersonal maka sikap saling mengerti dan
menerima akan timbul dalam diri seseorang. Hasil penelitian pada indikator empati
terdapat hasil 93,7% responden yang mengaktifkan kamera disaat perkuliahan daring
karena menghargai dosen yang sedang menjelaskan materi dan hanya 6,3% responden
yang tidak sepakat dengan pernyataan tersebut. Hasil selanjutnya terdapat 96,9%
responden yang mengerti alasan dosen meminta mahasiswa mengaktifkan kamera saat
kelas daring berlangsung dan hanya 3,2% yang tidak sepakat. Hasil olah data
selanjutnya menunjukkan sebanyak 97,9% responden mengerti alasan dosen ketika
tidak bisa mengajar kuliah daring dikarenakan alasan tertentu dan hanya 2,1%
responden yang tidak menyepakatinya. Empati merupakan sikap seseorang dalam
memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dari ketiga pernyataan

74
dalam indikator ini menunjukkan bahwa tingginya rasa empati responden terhadap
dosen yang mengajar dalam perkuliahan daring.
Indikator ketiga dalam variabel ini adalah sikap mendukung. Sikap mendukung
merupakan pemberian dorongan semangat atau motivasi antara satu dengan lainnya
dalam sebuah proses komunikasi yang akan memunculkan prilaku yang suportif.
Peneliti ingin mengatahui bagaimana sikap mendukung para responden dalam
perkuliahan daring ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 95,7%
responden memberi tanggapan untuk materi yang disampaikan dosen pada saat dibuka
kesempatan diskusi dan hanya 5,3% yang tidak menyetujuinya. Selanjutnya terdapat
hasil sebanyak 74,7% responden yang senang berdebat tentang materi kuliah yang
dibahas dengan teman karena menurut mereka itu dapat mencairkan suasana kelas
disaat perkuliahan daring dan sebanyak 25,5% yang tidak setuju akan pernyataan
tersebut. Hasil terakhir dalam indikator ketiga ini menunjukkan sebanyak 91,5%
responden membaca keseluruhan pesan atau pernyataan dosen yang disampaikan
dalam kelas daring meskipun pesan tersebut terlalu panjang dan hanya 9,5% yang tidak
menyetujuinya. Dari ketiga pernyataan dalam indikator ketiga dalam variabel ini
menunjukkan bahwa para responden mempunyai sikap saling mendukung antara satu
dengan lainnya, hal ini terbukti dengan tingginya persentase yang didapatkan dari
ketiga pernyataan tersebut.
Indikator selanjutnya dalam variabel ini adalah sikap positif. Sikap positif harus
dimiliki seseorang terhadap dirinya maupun terhadap orang lain, sehingga sikap
tersebut akan mendorong dirinya ataupun orang lain dalam berpartisipasi dan
menciptakan suatu interaksi dalam sebuah komunikasi yang efektif. Sikap positif bisa
ditunjukkan melalui berbagai jenis perilaku atau sikap, diantaranya adalah menghargai
orang lain, memberikan pujian, berpikir positif terhadap orang lain, meyakini
pentingnya orang lain dan memberi penghargaan. Dalam penelitian ini hampir seluruh
responden mengerti alasan dosen untuk melakukan perkuliahan secara daring
dikarenakan kondisi pandemi, sebanyak 98,9% responden yang sepakat akan hal itu
dan hanya 1,1% yang tidak sepakat. Hasil berikutnya terdapat 93,8% responden yang
mengikuti perkuliahan dari awal sampai akhir pada setiap pertemuan, meskipun
perkuliahan tidak selalu menggunakan video conference dan hanya 4,3% yang tidak
setuju akan hal tersebut. Data selanjutnya menunjukkan sebesar 75,8% responden lebih
percaya diri dalam menyampaikan isi pikiran selama kuliah daring ini karena dapat

75
disampaikan secara tertulis dan sebanyak 24,2% yang tidak sepakat. Indikator keempat
dalam variabel ini menunjukkan bahwa para responden tetap berpikiran positif untuk
mengikuti perkuliahan daring dikarenakan kondisi pandemi. Sikap positif lainnya pada
indikator ini menunjukkan bahwa para responden tetap mengikuti perkuliahan dari
awal sampai akhir, meskipun tidak selalu menggunakan video conference, artinya para
mahasiswa tetap berpikiran positif untuk mengikuti perkuliahan dengan metode
apapun, mereka saling mendukung dan menghargai satu dengan lainnya. Para
responden juga merasa lebih percaya diri dikarenakan dalam perkuliahan ini semua
pesan bisa disampaikan secara tertulis.
Indikator terakhir dalam variabel ini adalah kesetaraan. Kesetaraan adalah apa
yang dirinya rasakan sama dengan orang lain. Kesetaraan menganggap dirinya sama
dengan orang lain, lebih demokratis, tidak merasa lebih tinggi ataupun lebih buruk
antara satu dengan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 60% responden
merasa lebih rileks mengikuti kuliah daring ini karena tidak harus bertatap muka
langsung dengan dosen dan sebanyak 40% responden yang tidak menyetujui
pernyataan tersebut. Hasil selanjutnya menunjukkan sebanyak 97,9% responden tetap
memakai bahasa yang baik dan sopan dalam kuliah daring saat menyampaikan pesan
secara tulisan dan hanya 2,1% responden yang tidak setuju. Lalu terdapat 95,8%
responden yang bermusyawarah dengan dosen dalam memilih media apa yang akan
digunakan untuk perkuliahan daring, dalam hal ini dosen menempatkan dirinya sebagai
mahasiswa untuk mengambil sebuah keputusan dengan bermusyawarah dalam
menentukan media yang ingin digunakan sebagai media pembelajaran daring dan
hanya sekitar 4,2% yang beranggapan tidak seperti itu. Kesetaraan membuat hubungan
yang baik antara dosen dengan mahasiswa. Dengan hasil yang tinggi pada indikator ini
membuktikan bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan berjalan dengan efektif,
mereka demokratis, saling mengerti antara satu dengan lainnya dan menempatkan
posisi yang sama.
Variabel kedua pada penelitian ini adalah mengenai hasil komunikasi
interpersonal yang efektif, variabel ini terdiri dari tiga indikator variabel, yaitu pesan
dapat diterima dan dipahami komunikan, pesan dapat ditindaklanjuti dengan sukarela
dan kualitas hubungan antarpribadi meningkat. Indikator pertama pada variabel ini
adalah pesan dapat diterima dan dipahami komunikan. Hasil penelitian menunjukkan
sebanyak 80% responden memahami materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen

76
selama perkuliahan daring dan 20% responden merasa tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Lalu terdapat 85,3% responden dapat menyampaikan kembali inti materi
perkuliahan kepada teman karena pesan bisa disampaikan secara tertulis, namun
sebanyak 14,7% tidak menyetujui akan hal itu. Hasil terakhir yang didapatkan dalam
indikator ini terdapat 87,4% responden memahami instruksi yang diberikan oleh dosen
dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan daring dan hanya sekitar 12,6% yang tidak
sepakat akan hal tersebut. Dapat disimpulkan bahwa responden dapat menerima dan
memahami pesan yang disampaikan oleh dosen selama perkuliahan daring ini berjalan
dengan efektif.
Indikator selanjutnya pada variabel kedua adalah pesan dapat ditindaklanjuti
dengan sukarela. Dari hasil penelitian menunjukkan sebanyak 90,5% responden tidak
menunda mengerjakan instruksi yang telah disampaikan oleh dosen di dalam mengikuti
perkuliahan daring dan hanya 9,5% responden yang tidak setuju akan hal tersebut. Hasil
selanjutnya terdapat 97,9% responden yang berdiskusi dengan teman lainnya setelah
dosen memberikan instruksi untuk mengerjakan tugas perkuliahan dan terdapat 2,1%
responden yang tidak sepakat. Hasil selanjutnya dalam indikator ini menunjukkan
sebanyak 82,1% responden yang membaca kembali materi kuliah yang telah diberikan
oleh dosen selama perkuliahan dan 17,9% tidak menyetujui. Dengan tingginya hasil
yang terdapat pada indikator ini bisa disimpulkan bahwa mahasiswa dapat
menindaklajuti pesan yang telah diberikan oleh dosen dengan sukarela membuat
perkuliahan daring ini berjalan dengan efektif.
Kualitas hubungan antarpribadi meningkat menjadi indikator terakhir dalam
variabel kedua pada penelitian ini. Dari hasil penelitian ini diperoleh sebesar 75,8%
responden sepakat dengan argumentasi yang mereka sampaikan dapat diterima dalam
diskusi dan 24,2% lainnya tidak sepakat akan hal tersebut. Hasil berikutnya
menunjukkan bahwa selama perkuliahan daring ini sebanyak 81% responden merasa
bahwa mereka bisa berinteraksi dengan teman-teman kuliah yang tidak terlalu dekat
sebelumnya dan terdapat 19% responden yang tidak sepakat. Para responden pun
merasa nyaman dalam menyampaikan tanggapan tentang materi perkuliahan yang
dibahas selama sesi diskusi, terdapat sebanyak 93,2% responden merasakan hal itu dan
hanya 15,8% responden tidak setuju. Perkuliahan daring ini membentuk hubungan
antarpribadi para mahasiswa meningkat, mereka merasa nyaman mengikuti
perkuliahan dan dapat saling berargumentasi. Mereka juga bisa menjadi dekat dengan

77
teman-teman lainnya dalam perkuliahan daring ini, padahal sebelumnya mereka tidak
terlalu dekat antara satu dengan yang lainnya.
Terdapat hubungan yang kuat antara variabel kualitas komunikasi interpersonal
terhadap hasil komunikasi interpersonal dengan nilai sigfinikasi sebesar 0,000 dan nilai
pearson correlation sebesar 0,697. Hal ini menunjukan bahwa hubungan antara kedua
variabel sangat signifikan (dengan tingkat kesalahan dibawah 0,01) dengan kekuatan
hubungan yang kuat. Hubungan yang kuat antara kualitas komunikasi interpersonal
dengan hasil komunikasi interpersonal akan membentuk efektifitas komunikasi
interpersonal yang efektif selama perkuliahan daring pada masa pandemi covid-19. Hal
ini didasarkan dari pernyataan-pernyataan yang dijawab oleh responden.
Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh nilai signifikasi 0,000. Hal ini
menunjukan bahwa persamaan regresi yang terbentuk bernilai sangat signifikan. Untuk
mengukur pengaruh x terhadap y, hasil ini menunjukan bahwa kualitas komunikasi
sangat signifikan mempengaruhi terhadap hasil komunikasi interpersonal. Dari hasil
analisis juga diperoleh nilai R square sebesar 0,485 yang menunjukan pengaruh
variabel x terhadap y adalah sebesar 48,5% terhadap variabel y. sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel x sebesar 48,5% mempengaruhi variabel y dan dapat
dilihat bahwa angka konstan sebesar -2,162, angka koefisien regresi adalah sebesar
0,597, dimana angka ini mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat
kualitas komunikasi interpersonal, maka hasil komunikasi interpersonal akan
meningkat sebesar 0,597. Indikator yang membentuk kualitas dalam proses komunikasi
interpersonal seperti keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan
kesetaraan mempengaruhi hasil dari komunikasi interpersonal, sehingga dari kualitas
komunikasi tersebut memberikan hasil berupa komunikasi menjadi diterima dan
dipahami oleh mahasiswa, pesan ditindaklanjuti dengan sukarela oleh mahasiswa serta
kualitas hubungan antarpribadi meningkat. Sehingga dapat dikatakan variabel kualitas
komunikasi interpersonal mempengaruhi variabel hasil komunikasi interpersonal yang
akan membentuk efektivitas komunikasi interpersonal pada perkuliahan dari pada masa
pandemi covid-19.
Setelah semua data dianalisis, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan
pengelompokan skor. Pengelompokan skor dilakukan untuk menghasilkan norma yang
telah di deskripsikan sebelumnya untuk memberikan gambaran terhadap pengetahuan
responden tentang komunikasi interpersonal yang efektif dalam perkuliahan daring

78
dimasa pandemi covid-19 ini. Pada variabel pertama mengenai pengetahuan responden
tentang kualitas pembentuk komunikasi interpersonal yang efektif berdasarkan hasil
pengelompokan skor pada setiap responden, data menunjukkan persentase terbesar
berada pada kategori tinggi, yaitu 75% responden. Selanjutnya pada variabel kedua
mengenai pengetahuan responden tentang hasil komunikasi interpersonal yang efektif
menunjukkan persentase tertinggi pada kategori tinggi juga yaitu sebesar 59%.
Setelah peneliti melakukan pengelompokan skor untuk kedua variabel tersebut,
maka peneliti akan mengetahui efektivitas komunikasi interpersonal dalam perkuliahan
daring pada masa pandemi dikalangan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Komunikasi dan Budaya, Universitas Bina Sarana Informatika.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal pada perkuliahan daring dimasa pandemi covid-19 ini berjalan efektif.
Pada masa pandemi ini tentu akan memaksa mahasiswa untuk bisa
menyesuaikan dengan metode pembelajaran daring. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi pada zaman ini semakin maju dan berkembang dengan cepat,
sehingga komunikasi interpersonal yang dilakukan secara bertatap muka secara
langsung bisa diganti dengan bermacam-macam media. Menurut Hidayat (2012: 38-
44), komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan secara tatap
muka atau bisa juga dengan media lain, seperti internet, telepon atau media lainnya
yang dilakukan antara dua orang. Fasilitas dan berbagai macam perangkat teknologi
hanpir sudah mencakupi sebagian besar wilayah yang ada di Indonesia, seperti telepon,
internet (chatting, whatsapp, browsing, facebook, twitter dan lainnya). Hal tersebut
merupakan media sebagai saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal
bisa dilakukan secara langsung atau melalui media. Mahasiswa yang sudah mengerti
dengan berbagai macam teknologi untuk kebutuhannya sehari-hari dapat
menyesuaikan dengan baik dalam sistem pembelajaran daring, khususnya dalam hal
komunikasi interpersonal. Dengan tingginya persentase pada kategori tinggi pada
kedua variabel tersebut dan tidak ada responden dalam kategori rendah, hal ini
menunjukan bahwa responden merasa komunikasi interpersonal berjalan secara efektif
selama perkuliahan daring. Meskipun perkuliahan daring ini berjalan efektif, kita
semua berharap perkuliahan bisa kembali seperti semula secara tatap muka, karena
bagaimanapun juga komunikasi yang dilakukan secara tatap muka akan lebih efektif

79
dibandingkan dengan melalui media, karena media memiliki berbagai kekurangan,
keterbatasan jarak ruang dan waktu.

80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terdapat hubungan yang kuat antara variabel kualitas
komunikasi interpersonal terhadap hasil komunikasi interpersonal dengan nilai
sigfinikasi sebesar 0,000 dan nilai pearson correlation sebesar 0,697. Hal ini
menunjukan bahwa hubungan antara kedua variabel sangat signifikan (dengan tingkat
kesalahan dibawah 0,01) dengan kekuatan hubungan yang kuat. Hubungan yang kuat
antara kualitas proses komunikasi interpersonal dengan hasil komunikasi interpersonal
akan membentuk efektifitas komunikasi interpersonal yang efektif selama perkuliahan
daring pada masa pandemi covid-19. Hal ini didasarkan dari pernyataan-pernyataan yang
dijawab oleh responden.
Efektivitas komunikasi interpersonal dalam perkuliahan daring akan dicapai jika
kualitas komunikasi interpersonal antara mahasiswa dengan dosen itu baik dan dapat
mempengaruhi hasil komunikasi interpersonal. Berdasarkan hasil penelitian tentang
efektifvitas komunikasi interpersonal secara daring pada masa pandemi Covid-19, bisa
disimpulkan bahwa kualitas proses komunikasi interpersonal di media daring
mempengaruhi hasil komunikasi yg dicapai. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis nilai
R square sebesar 0,485 yang menunjukan pengaruh variabel kualiatas komunikasi
interpersonal terhadap hasil komunikasi interpersonal adalah sebesar 48,5%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel x sebesar 48,5% mempengaruhi variabel y. Indikator
yang membentuk kualitas dalam proses komunikasi interpersonal seperti keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan mempengaruhi hasil dari
komunikasi interpersonal, sehingga dari kualitas komunikasi tersebut memberikan hasil
berupa komunikasi menjadi diterima dan dipahami oleh mahasiswa, pesan
ditindaklanjuti dengan sukarela oleh mahasiswa serta kualitas hubungan antarpribadi
meningkat.
Mayoritas responden termasuk pada kategori “tinggi” mengenai kedua variabel
terhadap penelitian ini. Sebesar 75% responden memiliki interpretasi yang tinggi tentang
variabel kualitas komunikasi interpersonal yang terbentuk antara mahasiswa dan dosen
melalui media pembelajaran daring dan sebesar 59% responden mempunyai interpretasi
yang tinggi juga pada variabel hasil komunikasi interpersonal yang terbentuk antara

81
mahasiswa dan dosen melalui media pembelajaran daring. Dari hasil analisis
pengelompokan skor dari kedua variabel yang diteliti, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal tetap terlaksana dengan efektif selama perkuliahan daring
dimasa pandemi Covid-19.
Berdasarkan hasil analisis di atas, efektivitas komunikasi interpersonal yang
terjadi antara dosen dan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan daring di kalangan
mahasiswa/i Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika
berjalan dengan efektif, hal ini tercermin dari data yang menunjukan bahwa setiap
responden memiliki akses internet yang memadai untuk melakukan perkuliahan daring
di dalam kota Jakarta ataupun di luar kota Jakarta, mudahnya dalam mengakses internet
ini merupakan salah satu faktor pembentuk efektivitas komunikasi interpersonal selama
perkuliahan daring. Hal selanjutnya yang menjadi faktor pendukung dalam efektivitas
komunikasi interpersonal dalam perkuliahan daring pada masa pandemi covid-19 ini
adalah media pembelajaran, karena media pembelajaran adalah media atau tempat yang
digunakan dosen ataupun mahasiswa dalam proses belajar-mengajar. Media
pembelajaran yang digunakan responden cukup beragam, hal ini adalah upaya dosen atau
pengajar dalam memberikan materi kepada mahasiswa agar perkuliahan tetap berjalan
dengan efektif. Fasilitas website e-learning yang dimiliki kampus saat ini dinilai efektif
bagi para dosen ataupun mahasiswa, hal ini didasarkan dari hasil data yang diperoleh
bahwa sebesar 95% responden memilih media pembelajaran e-learning kampus,
selanjutnya disusul oleh media Whatsapp dengan persentase sebesar 85%, lalu aplikasi
video conference seperti Zoom Meeting sebesar 83% dan Google Meeting sebesar 58%.
Sedangkan media yang digunakan dengan persentase dibawah 50% ada Google
Classroom sebesar 44%, lalu ada Youtube sebesar 37% dan ada juga yang memilih
media lain namun hanya sebesar 2%.
Efektivitas komunikasi interpersonal yang terjadi dalam perkuliahan daring pada
masa pandemi covid-19 ini tentunya terdapat peran dosen, mahasiswa, pihak kampus
dan media pembelajaran. Semuanya saling bekerja sama untuk bisa menjalankan
perkuliahan daring secara efektif. Meskipun sudah berjalan efektif, harapan untuk
perkuliahan tatap muka sangat diinginkan bagi segala pihak pelajar ataupun pengajar,
karena perkuliahan secara tatap muka dinilai lebih efektif dibandingkan dengan
perkuliahan daring. Kita semua berharap agar pandemi ini segera berakhir dan semuanya
bisa menjalani kehidupan secara normal.

82
5.2 Saran
5.2.1 Saran Akademis
Sebaiknya penelitian berikutnya dalam pengambilan data primer tidak hanya
dengan alat ukur kuesioner namun juga dengan melakukan wawancara langsung
kepada responden serta observasi lapangan sehingga hasil analisis yang diperoleh
menjadi komprehensif serta memperdalam pernyataan-pernyataan dari variabel
yang ada agar hasil penelitian berikutnya dapat menghasilkan informasi yang lebih
kuat dan mendalam.

5.2.2 Saran Praktis


Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka ada beberapa rekomendasi
yang dapat diterapkan oleh lembaga dalam meningkatkan efektivitas komunikasi
interpersonal dalam perkuliahan daring pada masa pandemi covid-19, diantaranya:
a. Diharapkan Universitas Bina Sarana Informatika dapat terus
meningkatkan fasilitas e-learning untuk ke depannya guna menunjang
proses komunikasi interpersonal yang baik dalam kegiatan belajar dan
mengajar. Seperti halnya menambahkan fitur ulasan antara dosen dan
mahasiswa setelah perkuliahan berakhir untuk mengevaluasi dosen
apakah pengajarannya sudah baik atau belum, yang ditinjau dari
kuesioner atau presentase dengan beberapa pernyataan yang terkait
dengan hubungan komunikasi interpersonal.
b. Diharapkan para pengajar atau dosen untuk meningkatkan inovasi-
inovasi baru dalam proses pendekatan komunikasi interpersonal yang
baik dalam kegiatan belajar-mengajar agar mahasiswa dan dosen bisa
saling nyaman untuk mengikuti perkuliahan daring. Seperti mengadakan
kuis diawal perkuliahan untuk mencairkan suasana kelas, atau bisa
memberikan referensi film atau sebuah cuplikan video sebelum
perkuliahan dimulai agar dosen dan mahasiswa mempunyai hubungan
yang baik yang akan membentuk komunikasi interpersonal yang efektif.
c. Diharapkan para mahasiswa untuk lebih aktif dalam mengikuti
perkuliahan daring agar mendapatkan nilai yang baik. Seperti inisiatif
untuk mengusulkan metode pembelajaran yang mahasiswa sukai kepada
dosen sehingga mahasiswa dan dosen dapat bekerja-sama dengan baik

83
dalam proses belajar mengajar yang akan membentuk komunikasi
interpersonal yang efektif.
d. Diharapkan pemerintah untuk membuka seluruh akses internet jika
memberikan bantuan kuota gratis untuk pelajar, agar pelajar bisa
memanfaatkan fasilitas tersebut dengan sebaik mungkin. Hal tersebut
dianjurkan agar mahasiswa tidak mengeluarkan biaya pada saat
perkuliahan daring dilaksanakan, hal ini bisa membuat perasaan
mahasiswa senang dalam mengikuti perkuliahan daring karena tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk kouta lagi.

84
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I. F. (2020). Alternative Assessment in Distance Learning in Emergencies


Spread of Coronavirus Disease ( Covid-19 ) in Indonesia. Jurnal Pedagogik,
07(01), 195–222.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Metode Penelitian Suatu pendekatan Proposal.


Jakarta: Rineka Cipta.

A.W, Suranto. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Budyatna,
- - - - - - - - - - - (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Azwar, Saifuddin. (2016). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


-----------. (2006). Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

BNPB_Indonesia. (2021). Update Infografis percepatan penanganan COVID-19 di


Indonesia per tanggal 17 Maret 2021 Pukul 12.00 WIB. Dalam
https://twitter.com/BNPB_Indonesia/status/1372129112051970054/photo/2 , 19
Maret 2021.

Budyatna, M., & Ganiem, Leila Mona. (2011). Teori Komunikasi Antar Pribadi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bulaeng, Andi. (2004). Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta:


Andi

Bungin, Burhan. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Media


Group.

Cangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Darmawan, Deny. (2014). Pengembangan E-learning Teori dan Desain. Bandung:


Rosda.

Devito, Joseph A. (2007). The Interpersonal Communation Book (11th ed). Boston,
MA: Pearson Education Inc.

Dewantara, J.A dan Nurgiansah, T.H (2021). Efektivitas Pembelajaran Daring di


Masa Pandemi COVID 19 Bagi Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta. Jurnal
Basicedu Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021 Halaman 367-375.

85
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.

Ferdiana, S. (2020). Persepsi Mahasiswa Tentang Penggunaan Media Daring Pada


Program S1 Ilmu Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya Selama Masa
Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19). Indonesian Journal of Science
Learning, 1(1), 5–12.

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gravetter, F.J., Wallnau, L.B. (2000). Statistics for the behavioral sciences, 10th ed.
USA: Boston – Cengage Learning.

Hamdi, Asep Saepul dan Bahruddin. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi
Dalam Pendidikan. Yogyakarta:Deepublish

Hardjana, Agus M. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.


Yogyakarta: KANISIUS

Hariwijaya dan Trinton, (2011). Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis. Jakarta,
Oryza.

Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Ilmiyah, S. (2020, Februari 11). Surotul Ilmiyah — PBNU Menjawab Tantangan


Virus Corona. Dalam https://www.youtube.com/alobatnic:
https://youtu.be/SPdc4WT8BCg , 15 Maret 2021.

Kriyantono, Rachmat. ( 2012). Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana


Penada Media Group.

Kurniawati, Nia Kania. ( 2014). Komunikasi Antarpribadi: Konsep dan TeoriDasar.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Liliweri, Alo. (1991). Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti


---------------. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana.

Malhotra, N.K. and Birks, D.F., (2007). Marketing Research an Applied Approach
Third Edition. Milan, Prentice Hall.

86
Manikandan S. (2011). Frequency distribution. Journal of pharmacology &
pharmacotherapeutics. 2(1). 54–56.

McLean, Scott. (2005). The Basics of Interpersonal Communication. United States


of America: Pearson Education

McQuail, Denis. ( 2011). Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6. (Putri IvaaIzzati
Penerjemah). Jakarta: Salemba Humanika.

Mondry. (2008). Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: GhaliaIndonesia.

Muhammad, Arni. (2011). Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara.

Mulawarman, W. G. (2020). Persoalan Dosen dan Mahasiswa Masa Pandemik


Covid 19 : Dari Gagap Teknologi Hingga Mengeluh Boros Paket Data.
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas Universitas Mulawarman, 37–46.

Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Munir. ( 2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan


Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Mustakim. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring Menggunakan Media Online


Selama Pandemi Covid-19 pada Mata Pelajaran Matematika. Al asma:Journal of
Islamic Education. Vol.2, No.1, Mei 2020.

Nawawi, Hadari. (2001). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Nisfiannoor, Muhammad. (2009). Pendekatan Statistika Modern: untuk Ilmu Sosial.


Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Putri dan Irwansyah (2021). Efektivitas Komunikasi Dalam Pembelajaraan Online.


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis. Vol. 3 No.1 31 Januari 2021.

Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruben, Brent D. & Lea P. Stewart. (2014). Komunikasi dan Perilaku Manusia. (Ibnu
Hamad. Penerjemah) Jakarta: Rajawali Pers.

Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

87
Simatupang, N. I., Rejeki, S., Sitohang, I., Patricia, A., Simatupang, I. M.,
Pendidikan, P., Universitas, K., & Indonesia, K. (2020). Efektivitas Pelaksanaan
Pengajaran Online Pada Masa Pandemi Covid-19 Dengan Metode Survey
Sederhana. Jurnal Dinamika Pendidikan, 13(2), 1–7.

Singarimbun, Masri. ( 2011). Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT. Pustaka


LP3ES.

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media

Soyomukti, Nurani. (2016). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Syarifudin. (2017). Pengembangan Sistem Pembelajaran Online di SMK NU


Ungaran. Skripsi. (Online), Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. (http://lib.unnes.ac.id)
diakses 20 Maret 2021.

Thoha, Miftah. (2007). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya.


Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
3. Jakarta: Balai Pustaka.

Torres Martín, C. Acal, C. El Honrani & M. Mingorance Estrada. (2021) Á.C. Impact on
the Virtual Learning Environment Due to COVID-19. Sustainability, 13, 582.

Universitas Bina Sarana Informatika. (2021). Surat Edaran tentang Pencegahan


Virus Corona Universitas Bina Sarana Informatika. Dalam
http://staff.bsi.ac.id/pengumuman_no_urut_ke_5397.html , 19 Maret 2021.

Universitas Bina Sarana Informatika. VISI dan MISI Universitas Bina Sarana
Informatika, Dalam http://www.bsi.ac.id/ubsi/visimisi , 20 April 2021.

Werner, Severin J. and Tandkard, James W. ( 2011). Teori Komunikasi Edisi 5.


Prenada Media Group.

Widjaja, H. A. W. ( 2008). Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat


Edisi 1. Jakarta: Bumi Aksara
88
Wildan Zulkarnain. (2013). Dinamika Kelompok: Latihan Kepemimpinan
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Yaumi, Muhammad. (2018). Media Dan Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Prenada


Media Group.

89
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar NIM Sampel
44207040 44200873 44190679
44201137 44200866 44190679
44201133 44200855 44190664
44201122 44200844 44190661
44201119 44200830 44190653
44201104 44200825 44190653
44201101 44200823 44190645
44201095 44200819 44190617
44201086 44200814 44190602
44201079 44200812 44190596
44201076 44200801 44190568
44201066 44200793 44190528
44201065 44200792 44190456
44201063 44191091 44190440
44201062 44190982 44190389
44201057 44190718
44201052 44190638
44201045 44190004
44201041 44190956
44201040 44190903
44201028 44190899
44201022 44190895
44201019 44190869
44201015 44190861
44201011 44190838
44201000 44190782
44200998 44190772
44200988 44190745
44200981 44190738
44200978 44190729
44200973 44190721
44200969 44190719
44200968 44190718
44200965 44190715
44200961 44190713
44200911 44190706
44200907 44190697
44200883 44190694
44200882 44190690
44200879 44190689

90
Lampiran. 2 Kuesioner Penelitian
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM
PERKULIAHAN DARING PADA MASA PANDEMI COVID-19
(Studi Deskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Program Studi Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bahasa, Universitas Bina Sarana
Informatika)

Salam hormat.
Izinkan saya melakukan penelitian deskriptif tentang pelaksanaan kelas daring yang
masih baru dilakukan di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu
Komunikasi dan Bahasa, Universitas Bina Sarana Informatika. Keadaan ini terpaksa
dilakukan karena terjadinya pandemi virus Covid-19 sejak awal bulan Maret 2020.
Saya berharap dengan kesediaan anda mengisi kuesioner ini dapat membantu saya
dalam mendapatkan data, khususnya tentang komunikasi interpersonal yang terjadi
dalam kegiatan perkuliahan secara daring ini. Demikian Saya sampaikan tujuan dari
kuesioner ini. Atas kesediaan anda diucapkan terima kasih.
(Gema Irhamdhika)

Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Berikan checklist pada kolom yang tersedia untuk setiap pernyataan yang
paling mendekati keadaan anda selama mengikuti perkuliahan secara
daring.
2. Tidak ada jawaban yang benar, sebab setiap pernyataan dapat dialami atau
tidak dialami oleh anda sebagai responden dalam penelitian ini.
3. Berikut adalah keterangan untuk kode yang tertera pada kolom
jawaban:dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

Kode Jawaban Keterangan


(SS) Sangat Setuju
(S) Setuju
(TS) Tidak Setuju
(STS) Sangat Tidak Setuju

4. Jawaban pada pertanyaan karakteristik responden, dapat diisi dengan


memberikan tanda silang (x) sesuai dengan jawaban pilihan anda.
5. Pastikan semua pertanyaan dan pernyataan telah dijawab sesuai dengan
keadaan diri sendiri.

SELAMAT MENJAWAB

91
I. Karakteristik Responden

1. Tahun Masuk (Angkatan)

2. NIM (Nomor Induk Mahasiswa)

3. Jenis Kelamin
1) Laki-laki
2) Perempuan

4. Tempat tinggal saat mengikuti kuliah secara daring


1) di kota Jakarta
2) di luar kota Jakarta

5. Biaya kuota internet per bulan selama mengikuti kuliah secara daring
1) Tidak lebih dari Rp 100.000
2) Lebih dari Rp. 100.000
3) Flat karena menggunakan fasilitas Wi-Fi
4) Free karena mendapatkan bantuan Kuota Internet dari Pemerintah

6. Media pembelajaran yang digunakan untuk kegiatan perkuliahan secara


daring (Dapat ditandai lebih dari satu)

Media Pembelajaran Ya Tidak


E-learning UBSI (My Best)
Google Classroom
Google Meet
WhatsApp
YouTube
Zoom Meeting
(Lainnya jika ada)

II. Kualitas Pembentuk Komunikasi Interpersonal yang Efektif


No. Pernyataan SS S TS STS
A. Keterbukaan
7. Saya merasa percaya diri untuk mengaktifkan
kamera disaat mengikuti perkuliahan daring.

8. Saya mengirimkan pesan kepada dosen ketika saya


tidak bisa mengikuti perkuliahan daring.

9. Saya menjadi lebih aktif bertanya selama


mengikuti kuliah daring karena pertanyaan dapat
disampaikan secara tertulis.

92
B. Empati
10. . Saya mengaktifkan kamera disaat perkuliahan
daring karena saya menghargai dosen yang sedang
menjelaskan materi.
11. . Saya mengerti alasan dosen meminta mahasiswa
mengaktifkan kamera saat kelas daring
berlangsung.
12. . Saya mengerti alasan dosen ketika tidak bisa
mengajar kuliah daring dikarenakan alasan
tertentu.
C. Sikap Mendukung
13. . Saya memberi tanggapan untuk materi yang
disampaikan dosen pada saat dibuka kesempatan
diskusi.
14. . Saya senang berdebat tentang materi kuliah yang
dibahas dengan teman karena dapat mencairkan
suasana kelas disaat perkuliahan daring.
15. . Saya membaca keseluruhan pesan/pernyataan
dosen yang disampaikan dalam kelas daring
meskipun terlalu panjang.
D. Sikap Positif
16. . Saya mengerti alasan dosen untuk melakukan
perkuliahan secara daring dikarenakan kondisi
pandemi.
17. . Saya mengikuti perkuliahan daring dari awal
sampai akhir pada setiap pertemuan, meskipun
tidak selalu menggunakan video conference.
18. . Saya lebih percaya diri dalam menyampaikan isi
pikiran selama kuliah daring ini karena dapat
disampaikan secara tertulis.
E. Kesetaraan
19. . Saya merasa lebih rileks mengikuti kuliah daring
ini karena tidak harus bertatap muka langsung
dengan dosen.
20. . Saya tetap memakai bahasa yang baik dan sopan
dalam kuliah daring saat menyampaikan pesan
secara tulisan.

21. . Saya dan teman-teman lainnya bermusyawarah


dengan dosen dalam memilih media apa yang akan
digunakan untuk perkuliahan daring.

93
I. Hasil Komunikasi Interpersonal Efektif
No Pernyataan SS TS TS STS
A. Pesan diterima dan dipahami komunikan

22. . Saya memahami materi perkuliahan yang


disampaikan oleh dosen selama perkuliahan
daring.
23. . Saya dapat menyampaikan kembali inti materi
kuliah kepada teman karena dapat disampaikan
secara tertulis.
24. . Saya memahami instruksi yang diberikan oleh
dosen dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan
daring.
B. Pesan ditindaklanjuti dengan sukarela
25. . Saya tidak menunda mengerjakan instruksi yang
disampaikan oleh dosen dalam kelas daring.

26. . Saya berdiskusi dengan teman lainnya setelah


dosen memberikan instruksi untuk mengerjakan
tugas perkuliahan.
27. . Saya membaca kembali materi kuliah yang
diberikan oleh dosen dalam kelas daring meskipun
pertemuan sudah selesai.
C. Kualitas hubungan antarpribadi meningkat

28. . Teman-teman banyak yang sepakat dengan


argumentasi yang saya sampaikan dalam diskusi.

29. . Saya dapat berinteraksi dengan teman-teman


kuliah yang tidak terlalu dekat selama perkuliahan
secara daring ini.
30. . Saya merasa nyaman dalam menyampaikan
tanggapan tentang materi kuliah yang dibahas
dalam sesi diskusi.

Terima kasih atas kesediaannya menjadi responden.

94
Lampiran 3. Format Kuesioner Dalam Bentuk Google Form

95
96
97
Lampiran 4. Output SPSS

98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
Lampiran 5. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Nama : Gema Irhamdhika


Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Oktober 1994
Alamat : Kp. Utan Jaya No.53, RT.006/RW.008 Kel. Grogol,
Kec.Limo, Kota Depok
Email : gemairham@gmail.com
Nomor Telepon : 083879110903
Nama Orang Tua : Dede Ruhendi
Riwayat Pendidikan : - SDN Setia Mekar 03 Tambun Selatan
- SMPN 253 Jakarta Selatan
- SMK Bakti 17 Jakarta Selatan
- Universitas Bina Sarana Informatika (D3)
- STIKOM Prosia (S1)
- Universitas Paramadina (S2)
Pengalaman Kerja : Staff Pengajar di Universitas Swasta

110

Anda mungkin juga menyukai