Anda di halaman 1dari 138

STRATEGI KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) LINTASARTA DALAM PROGRAM “DIGISCHOOL


SCHOLARSHIP”

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana dalam Bidang Ilmu Komunikasi.

Oleh
Berlinda Sidik
119106023

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN
UNIVERSITAS PARAMADINA
JAKARTA
2021
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa tugas akhir skripsi yang saya
susun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana merupakan hasil karya tulis saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil
karya oranglain, dituliskan sumbernya secara jelas dengan norma,kaidah dan etika penulisan
ilmiah.

Saya bersedia menerima pencabutan gelar akademik dan berbagai sanksi lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, apabila kemudian hari terdapat plagiat
dalam penulisan skripsi ini.

Jakarta, 13 Juli 2021

Berlinda Sidik
119106023

i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul:

STRATEGI KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)


LINTASARTA DALAM PROGRAM “DIGISCHOOL SCHOLARSHIP”

Telah dipertahankan dihadapan sidang dewan penguji skripsi pada:


Hari : Selasa
Tanggal : 13 Juli 2021
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB

Oleh

Nama : Berlinda Sidik


NIM : 119106023

Dewan Penguji Skripsi

Ketua Penguji : Bpk Wahyutama Ph.D ( )

Penguji : Bpk Faris Budiman Annas M.Si ( )

Pembimbing : Ibu Atika Budhi Utami M.I.K ( )

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbal’alamin, peneliti mengucapkan syukur yang sebesar-besarnya


kepada Allah SWT, walau dalam keadaan pendemi Covid -19 yang masih melanda dunia
hingga saat ini namun karena dengan segala rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “ Strategi Komunikasi Corporate Social Responsibility
(CSR) Lintasarta dalam Program Digischool Scholarship” yang merupakan sebagai salah
satu syarat kelulusan guna memperoleh gelar Sarjana Komunikasi (S1) pada Fakultas Ilmu
Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina angkatan 2019.

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis dan
menggambarkan bagaimana strategi komunikasi corporate social responsibility yang ada pada
Lintasarta.Peneliti juga menyadari bahwa dalam penulisan karya akhir ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik dalam hal penyusunan maupun materi yang dikumpulkan. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan waktu dan juga keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki
oleh peneliti. Namun, peneliti berharap dalam penyusunan skripsi ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dalam praktisi Public Relations dan Corporate
Communication khususnya dalam kegiatan Corporate Social Responsibility.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya banyak sekali pihak yang membantu dan
memberikan bimbingan serta dorongan semangat kepada peneliti. Untuk itu melalui tulisan ini
peneliti ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak. Prof. Didik J. Rachbini, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Paramadina,
Ibu. Dr. Fatchiah E. Kertamuda, M.Scs selaku Wakil Rektor Universitas Paramadina
dan Bapak. Dr. Handi Risza, SE, M.Ec selaku Wakil Rektor Bidang Pengelolaan &
Sumber Daya.
2. Kedua orang tua tersayang yang tidak henti-hentinya selalu memberikan dukungan
dan doa untuk peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Papa : Istifar Sidik dan Mama
: Ida Helmy. Kakak dan ade tersayangku : Bella Nanda Desilia dan Anagea Aqila
Prameswari serta keluarga besar peneliti yang ada di Bukit Cimanggu City, Bogor.
3. Ibu Tri Wahyuti, M.Si selaku pembimbing Akademik jurusan Ilmu Komunikasi.
4. Ibu Atika Budhi Utami, M.I.K selaku pembimbing skripsi. Terima kasih banyak atas
dukungan, kesabaran dan bantuan Ibu selama ini kepada peneliti hingga akhirnya
skripsi ini bisa selesai.

iii
5. Dosen-dosen jurusan Ilmu komunikasi Universitas Paramadina yaitu Ibu Dr.Rosita
Anggraini,M.Si, Ibu Kurniawaty Yusuf, M.Si, Ibu Leonita K.Syarief, M.Si, Bapak
Hendri Budi Satrio, M.Si, Bapak Ir.Totok Amin Soefijanto, MA, Ed.D, Ibu Kencana
Ariestyani, M.Si, Bapak Thomas Bambang Pamungkas, M.Ikom.
6. Bapak Ade Kurniawan selaku GM Corporate Secretary Lintasarta, Ibu Suci Andrini
selaku Senior Manager Corporate Communication Lintasarta dan Bapak Ahmad
Sunaryo selaku Senior Officer Corporate Communication Lintasarta. Terima kasih
Bapak/Ibu telah bersedia menjadi narasumber dalam memberikan informasi guna
mendukung data dari skripsi yang peneliti buat.
7. Sahabatku tersayang dari perkuliahan D3 di Interstudi Akademi Sekretaris hingga
saat ini di Universitas Paramadina yaitu Widya Hamdayani. Terima kasih banyak
atas persahabatan dan sharing knowledge nya selama ini. Alhamdullillah, sudah 2x
bisa lulus dan wisuda bersama – sama.
8. Rekan-rekan seangkatan 2019 Universitas Paramadina jurusan Ilmu Komunikasi
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa hasil dari penelitian ini belum sepenuhnya sempurna dan
masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Karena itu peneliti juga menginginkan kritik
dan saran yang membangun agar bisa menjadikan feedback yang lebih baik bagi peneliti demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata peneliti berharap agar skripsi ini bisa bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 13 Juli 2021

Peneliti

iv
ABSTRAK

Universitas Paramadina
Program Studi Ilmu Komunikasi 2021

Nama: Berlinda Sidik / 119106023


Judul: Strategi Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) Lintasarta Dalam
Program” Digischool Scholarship”
Tujuan Penelitian: Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
strategi komunikasi yang dilakukan oleh divisi Corporate Communication PT Aplikanusa
Lintasarta dalam pelaksanaan program CSR Lintasarta Digischool Scholarship. Program CSR
ini terfokus pada bidang pendidikan dan ditujukan khusus ke pelajar lulusan SMA. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teori utama yaitu Morsing & Schulz untuk penerapan
strategi komunikasi CSR. Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis
penelitian nya bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data penelitian ini didapatkan melalui
in depth interview atau wawancara mendalam serta studi literatur. Hasil Penelitian:
Pelaksanaan kegiatan CSR yang dilakukan oleh Lintasarta adalah salah satu kegiatan eksternal
dari divisi Corporate Communication. Keberhasilan kegiatan CSR ini akan dijadikan program
CSR berkelanjutan khususnya pada bidang pendidikan. Proses pelaksanaan CSR ini melalui 4
tahapan yaitu tahapan perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan serta Strategi
Komunikasi CSR : Stakeholder Information Strategy, Stakeholder Information Strategy dan
Stakeholder Involvement Strategy. Kesimpulan : Lintasarta telah menjalankan kegiatan
eksternal PR dengan melakukan kegiatan CSR Lintasarta Digischool secara berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan perusahaan menggunakan berbagai strategi komunikasi dan media yang
sesuai pada setiap stakeholder.

Kata kunci:Corporate Communication, Corporate Social Responsibility, Public Relations,


Strategi Komunikasi.

v
ABSTRACT

Universitas Paramadina
Program Studi Ilmu Komunikasi 2021

Name: Berlinda Sidik / 119106023


Title: Communication Strategy on Corporate Social Responsibility by Lintasarta in
Digischool Scholarship Programme

The purpose of this study is to find out how the communication strategy carried out by the
Corporate Communication division of PT Aplikanusa Lintasarta in the implementation of the
Lintasarta Digischool Scholarship CSR program. This CSR program focuses on education and
is specifically targeted at high school graduates. In this study, researchers used the Morsing &
Schulz theory to implement a CSR communication strategy. This research uses qualitative
methods and the type of research is descriptive. This research data collection technique is
obtained through in-depth interviews or in-depth interviews and literature study. Lintasarta's
CSR activities are one of the external activities of the Corporate Communication division. The
success of this CSR activity will be used as a sustainable CSR program, especially in the
education sector. This CSR implementation process goes through 4 stages, namely the stages
of planning, implementation, evaluation and reporting as well as the CSR Communication
Strategy: Stakeholder Information Strategy, Stakeholder Information Strategy and Stakeholder
Involvement Strategy. Lintasarta has carried out external PR activities by carrying out CSR
Lintasarta Digischool activities in a sustainable manner. To achieve the company's goals using
various communication and media strategies that are appropriate for each stakeholder.

Keyword:Corporate Communication, Corporate Social Responsibility, Public Relations,


Strategi Komunikasi.

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................................iii
ABSTRAK ................................................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN .................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................ 11
1.3 Rumusan Masalah................................................................................................... 11
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 11
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 12
1.5.1 Manfaat Akademis ......................................................................................... 12
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................................. 12
BAB II KERANGKA TEORI ............................................................................................... 13
2.1 Komunikasi ........................................................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Komunikasi ............................................................................... 13
2.2 Corporate Communication .................................................................................. 15
2.2.1 Pengertian Corporate Communication ...................................................... 15
2.2.2 Proses Komunikasi Corporate Communication ......................................... 16
2.2.3 Model Four Step Public Relations Process ............................................... 17
2.3 Public Relations ................................................................................................... 20
2.3.1 Pengertian Public Relations ........................................................................ 20
2.3.2 Peran Public Relations ................................................................................ 20
2.3.3 Tujuan Kegiatan Public Relations............................................................... 21
2.3.4 Strategi Public Relations ............................................................................. 22
2.4 Corporate Social Responsilibity (CSR) ................................................................ 23
2.4.1 Pengertian Corporate Social Responsibility ............................................... 23
2.4.2 Manfaat Kegiatan Corporate Social Responsibility .................................... 26
2.4.3 Jenis – Jenis Program CSR.......................................................................... 27
2.4.4 Corporate Philanthropy .............................................................................. 28

vii
2.5 Komunikasi Corporate Social Responsibility...................................................... 30
2.5.1 Strategi Komunikasi CSR ........................................................................... 30
2.5.2 Stakeholder .................................................................................................. 37
2.6 Kerangka Pemikiran.............................................................................................. 41
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ................................................................................... 42
3.1 Metodologi Penelitian .......................................................................................... 42
3.2 Metode Penelitian ................................................................................................. 43
3.3 Fokus Penelitian .................................................................................................... 44
3.4 Sifat Penelitian ...................................................................................................... 44
3.5 Unit Analisis ......................................................................................................... 45
3.6 Definisi Konseptual .............................................................................................. 45
3.7 Subjek dan Objek Penelitian ................................................................................. 46
3.7.1 Subjek Penelitian .......................................................................................... 46
3.7.2 Objek Penelitian ........................................................................................... 47
3.8 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 47
3.8.1 Data Primer .................................................................................................. 48
3.8.2 Data Sekunder .............................................................................................. 48
3.9 Teknik Analisis Data ............................................................................................. 49
3.10 Kriteria Keabsahan Data Penelitian ..................................................................... 50
3.11 Keterbatasan Penelitian........................................................................................ 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................................... 53
4.1 Sejarah Perusahaan PT Aplikanusa Lintasarta (“Lintasarta”) ............................. 53
4.1.1 Tentang Perusahaan Lintasarta.................................................................... 53
4.1.2 Nilai Perusahaan Lintasarta ......................................................................... 54
4.1.3 Visi dan Misi Lintasarta .............................................................................. 54
4.1.4 Perjalanan Perusahaan Lintasarta ................................................................ 55
4.1.5 Produk & Layanan Lintasarta ..................................................................... 55
4.1.6 Identitas Perusahaan Lintasarta ................................................................... 58
4.1.7 Struktur Organisasi Lintasarta ..................................................................... 59
4.2 Program CSR Lintasarta ...................................................................................... 59
4.2.1 Pilar Lintasarta Care ................................................................................... 59
4.2.2 Fokus CSR Lintasarta ................................................................................. 60
4.2.3 Program CSR Lintasarta Digischool Scholarship ....................................... 65
4.3 Hasil dan Pembahasan ......................................................................................... 69
4.3.1 Komunikasi ................................................................................................. 69
4.3.2 Corporate Communication .......................................................................... 71
4.3.3 Public Relations........................................................................................... 74
4.3.4 Corporate Social Responsibility (CSR) ...................................................... 79
4.3.5 Komunikasi Corporate Social Responsibility ............................................. 83

viii
4.5 Kesimpulan Hasil Penelitian ............................................................................... 98
BAB V PENUTUP ................................................................................................................ 100
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 100
5.2 Saran .................................................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 103
LAMPIRAN I TRANSKIP HASIL WAWANCARA ....................................................... 106
LAMPIRAN II DOKUMENTASI WAWANCARA INFORMAN .................................. 119
LAMPIRAN III DOKUMENTASI CSR LINTASARTA DIGISCHOOL ..................... 120
LAMPIRAN IV DOKUMENTASI MEDIA LINTASARTA DIGISCHOOL ................ 121
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 124

ix
DAFTAR BAGAN

Kerangka Pemikiran .............................................................................................................. 41


Kerangka Penelitian ................................................................... Error! Bookmark not defined.

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Strategi Komunikasi CSR ..................................................................................... 33
Tabel 4.1 Alur Pembelajaran Kelas Pemula ........................................................................ 67
Tabel 4.2 Alur Kelas Lanjutan .............................................................................................. 68
Tabel 4.3 Perencanaan Kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship ....................... 68
Table 4.4 Jadwal Pelaksanaan Lintasarta Developer Talk ................................................ 69

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: 4 Model komunikasi dalam kegiatan Public Relations. ................................ 15
Gambar 2.2 Kerangka Komunikasi Korporat .................................................................... 17
Gambar 2.3 Model Piramida Riset PR ................................................................................. 19
Gambar 2.4 3P atau Triple Bottom Line ............................................................................. 25
Gambar 2.5 Stakeholder Salience Model ............................................................................. 38
Gambar 4.1 PRIDE Lintasarta ............................................................................................. 54
Gambar 4.2 Perkembangan Bisnis Lintasarta .................................................................... 55
Sumber : Corporate Communication Lintasarta .................................................................. 55
Gambar 4.3 Logo Lintasarta ................................................................................................. 58
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Lintasarta ....................................................................... 59
Sumber : Human Capital Management Lintasarta (2021) .................................................. 59
Gambar 4.5 Fokus CSR Lintasarta ...................................................................................... 61
Gambar 4.6 Lintasarta Cinta Bumi ...................................................................................... 62
Gambar 4.7 Donasi Penanganan Covid................................................................................ 63
Gambar 4.8 Pelaksanaan Lintasarta Digischool ................................................................. 64
Gambar 4.9 Pelaksanaan Awarding Appcelerate ............................................................... 65

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam beberapa tahun terakhir telah
memberikan perkembangan yang signifikan dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam
aspek ekonomi. Aspek atau bidang ekonomi tentu saja selalu berkaitan dengan dua hal yakni
bisnis dan usaha. Kegiatan bisnis dan usaha yang salah satunya diwujudkan dalam bentuk
perusahaan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan.

Tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan adalah dengan menghasilkan keuntungan


bagi perusahaan itu sendiri. Bisnis utama dari sebuah perusahaan adalah kegiatan produksi
menghasilkan produk berupa komoditas dan menyediakan berupa produk jasa. Molengraaff
(dalam Mardikanto 2014:6) menyatakan:

Perusahaan merupakan keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus,


bertindak keluar untuk mendapatkan penghasilan, memperdagangkan barang,
menyerahkan dan pengadakan perjanjian perdagangan. Selain itu, perusahaan
mempunyai dua ciri yakni adanya perhitungan laba-rugi dan pembukuan laporan.
Aktifitas ekonomi yang dilakukan perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa
dapat memberikan dampak, baik secara positif maupun negatif terhadap lingkungan disekitar
perusahaan atau lokasi proyek perusahaan. Dalam kondisi itu lah yang kemudian menyebabkan
timbulnya kesadaran untuk timbal balik kepada lingkungan berupa kegiatan sosial sebagai
bentuk tanggung jawab perusahaan yang berkaitan dengan dampak yang ada pada masyarakat
atau lingkungan sekitar (Retnaningsih, 2015). Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
terjadinya konflik atau permasalahan dengan masyarakat yang dapat mengganggu kegiatan
perusahaan. Selain itu tanggung jawab sosial yang dilakukan juga merupakan bagian dari
pembangunan berkelanjutan yang sedang menjadi bahasan utama di negara-negara dunia
(Rasyid dkk, 2019).

Namun dibalik semua pengaruh positif yang ada karena berdirinya sebuah perusahaan,
tentu memiliki pengaruh negatif terhadap lingkungan disekitar termasuk kehidupan masyarakat
sekitar perusahaan maupun lokasi proyek perusahaan. Akibat adanya kedua pengaruh tersebut,
beberapa perusahaan merasa perlu melakukan kegiatan sosial sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan. Arief, Nurlaela.N (2020: 143) mengatakan bahwa:
1
Tanggung jawab perusahaan berupa pengadaan kegiatan sosial tersebut dikenal dengan
nama Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.
CSR merupakan suatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan reputasi yang lebih baik
dimata pemangku kepentingan.

Terdapat banyak definisi CSR juga merupakan cara perusahaan yang bertujuan
mewujudkan tanggung jawab sosial sebagai dampak dari produksi atau kegiatan ekonomi yang
telah mereka lakukan. Sehingga dengan adanya CSR para perusahaan dapat menghadirkan
keseimbangan dan pemerataan kesejahteraan di masyarakat bukan hanya sekedar formalitas
namun juga tanggung jawab (Naufalia dkk, 2016). Definisi yang lebih spesifik tentang CSR
diungkapkan oleh Uni Eropa (dalam Arief, Nurlaela.N, 2020:138) yaitu:

“Is a concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their
business operation and in their interaction with their stakeholders on voluntary basic”.
Yang artinya: konsep dimana suatu perusahaan mengintegrasikan masalah sosial dan
lingkungan dalam operasi bisnis mereka serta dalam interaksi mereka dengan para
pemangku kepentingan mereka atas sukaela.

Definisi lain CSR menurut Magnan & Ferrel (2004), (dalam Susanto, 2018:21)
menyatakan:
“A business acts in socially responsible manner when its decision and account for and
balance diverse stakeholder interest”.
Pada definisi ini lebih menekankan bahwa perlunya perusahaan memberikan perhatian
yang seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders dalam setiap keputusan
melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.

Sementara itu pada sisi etimologis CSR kerap didefinisikan sebagai tanggung jawab
persusahaan atau tanggung jawab sosial korporasi maupun tanggung jawab sosial dunia usaha
(Wibisono, 2007:8). Definisi CSR tidak mempunyai konsep tunggal, namun definisi CSR itu
sendiri menawarkan sebuah konsep kesamaan yakni merupakan tanggung jawab perusahaan
kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif dan didalamnya mencakup aspek sosial dan ekonomi yang
memiliki tujuan pembangunan keberlanjutan.

Konsep CSR merupakan terobosan besar dalam skala global yang berawal pada tahun
1970-an, dikembangkan oleh John Elkington melalui konsep 3P (profit, people dan planet)
dalam buku Cannibal with forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business (1997)
adalah Jika suatu perusahaan ingin mencapai pembangunan yang berkelanjutan, maka
perusahaan perlu memperhatikan 3P, yaitu tidak hanya keuntungan (profit) yang dikejar, tetapi
juga harus memberikan kontribusi yang positif kepada masyarakat (people) dan berperan aktif
dalam pelestarian lingkungan (planet), (Wibisono, 2007 : 6-7).
2
Jika dilihat lebih dalam, hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan ruang
lingkung tata kelola yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) menjadi relevan.
Terdapat lima prinsip dalam GCG yang dikenal dengan istilah TARIF yaitu:
Transperancy (keterbukaan informasi), Accountability (akuntabilitas), Responsibility
(tanggung jawab), Indepandency (kemandirian) dan Fairness (kesetaraan).

Dalam uraian diatas prinsip tanggung jawab merupakan prinsip yang paling dekat
dengan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Prinsip tanggung jawab membutuhkan
manajemen perusahaan yang profesional dan tidak ada konflik atau kepentingan dengan pihak
manapun sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Wibisono
(2007:11-13) mengatakan:
Tanggung jawab perusahaan terhadap peraturan yang berlaku meliputi hubungan tenaga
kerja dalam manajemen, perlindungan lingkungan dan menjaga lingkungan usaha yang
kondusif disekitar masyarakat. Oleh karena itu, implementasi CSR merupakan salah
satu bentuk implementasi dari konsep GCG yaitu sebagai entitas perusahaan yang
bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.

Sebagai salah satu bentuk penerapan GCG, CSR memiliki keuntungan bagi perusahaan
antara lain: Pertama, mengurangi resiko dan menyalahkan atas perlakuan tidak tepat yang
diterima perusahaan. Kedua, tanggung jawab sosial perusahaan adalah pelindung dan dapat
membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk dari krisis. Ketiga, partisipasi dan
kebanggan karyawan. Keempat, melalui kegiatan CSR yang berkesinambungan akan mampu
meningkatkan dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para pemangku
kepentingan. Kelima, meningkatkan penjualan perusahaan. Keenam, insentif lainnya, seperti
insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya (Susanto A.B, 2018)

Di Indonesia terdapat landasan hukum yang mengatur undang-undang terkait dengan


kegiatan CSR pada perusahaan, diantaranya adalah UU. N0.40 tahun 2007. Dalam pasal 15
huruf b UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang disebutkan bahwa “setiap
penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Dan
pada pasal 1 angka 3 UU Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas menyebutkan bahwa
“ tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komiten perseroan untuk berperan serta pada
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan bermanfaat, baik baik perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat
pada umumnya” (Parinduri dkk, 2019).

3
Sesuai dengan undang-undang yang disebutkan diatas maka, setiap perusahaan
memiliki kewajiban untuk melaksanakan bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat dan
lingkungan. Terutama bagi perusahaan yang kegiatan bisnisnya dan lokasi proyek yang berada
di lingkungan masyarakat.

Namun permasalahan sosial yang terjadi, berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan CSR oleh
perusahaan-perusahaan tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya hubungan komunikasi yang
kurang harmonis antara pihak perusahaan dengan masyarakat sekitar sehingga menimbulkan
konflik yang tentu akan memberikan kerugian kepada perusahaan jika perusahaan tidak dapat
mengkomunikasikan tanggung jawab sosial perusahaannya dengan baik. Dalam pelaksanaan
program CSR salah satu tahapan yang penting adalah mengkomunikasikan kegiatan CSR kepada
stakeholder baik yang internal maupun eksternal. Upaya pentingnya komunikasi dan manajemen
inilah merupakan aktifitas yang dilakukan oleh public relations perusahaan yang secara khusus
banyak disebut sebanyak corporate communication (Corcomm). Cutlip, Center dan Bloom (2016)
mendefinisikan public relations merupakan salah satu fungsi manajemen yang membentuk dan
memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan masyarakat yang menjadi
sandaran keberhasilan maupun kegagalannya. Public relations juga didefinisikan sebagai
“mengharmonisasikan” jangka panjang antara individu dan organisasi dalam masyarakat (Melvin
Sharpe dalam Firsan Nova, 2014:34). Menurut Janice Sherline, profesi public relations merupakan
manajemen komunikasi antara organisasi maupun perusahaan dan seluruh entitas yang
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan organisasi atau perusahaan dengan publiknya
Firsan Nova 2014:34).

Sementara definisi lain public relations diartikan sebagai keseluruhan bentuk komunikasi
yang terstruktur dan terencana dengan baik secara internal dan eksternal melalui organisasi dengan
bagian dari organisasi tersebut termasuk dengan masyarakat yang bertujuan agar dapat mencapai
target-target tertentu dengan menciptakan adanya pengertian antar lini (McKie & Sriramesh, 2017).
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Cabot (2012,1) konsep public relations yaitu berdasarkan
dengan kegiatan yang dapat menciptakan pemahaman atau memberikan dampak yang positif pada
setiap kelompok. Selain itu konsep dasarnya adalah sebuah bentuk untuk memelihara hubungan
baik antara perusahaan dengan masyarakat sehingga akan memberikan dampak positif secara
timbal balik melalui komunikasi yang terencana. Dengan demikian dalam konteks public relations
berupaya untuk mengkomunikasikan program CSR kepada stakeholder merupakan unsur yang
penting dilakukan karena sangat bermanfaat bagi perusahaan.

4
Peranan penting seorang Corcomm dalam pelaksanaan kegiatan CSR adalah berupaya
membuat strategi yang mampu mensukseskan pelaksanaannya serta berperan dalam merumuskan
strategi komunikasi perusahaan baik untuk internal maupun eksternal. Strategi menurut Bennet
(1996) dalam Oliver, Sandra (2010:2) adalah “ Strategy as the direction that the organization
choose to follow in order to fulfil its mission”, pernyataan tersebut terkait dengan suatu strategi
adalah arah yang dipilih organisasi untuk diikuti untuk memenuhi kebutuhan misi itu sendiri.
Sementara definisi strategi komunikasi menurut Effendy (2004:32) yaitu:
Strategi komunikasi adalah perencanaan yang berisi pedoman untuk manajemen
komunikasi dan menunjukan bagaimana sebenarnya prosesnya. Metode strategi ini
fleksibel dan bergantung pada keadaan dan kondisi yang mungkin berubah. Tanpa strategi
komunikasi yang baik, efektivitas kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan akan
berkurang. Selain itu, opini dan permasalahan negatif dari media akan memberikan dampak
yang negatif bagi perusahaan.
Selain strategi komunikasi penggunaan media dalam penyampaian pesan juga
merupakan salah satu elemen yang diperlukan guna mencapai tujuan ke penerima sasaran.

Middleton (dalam Canggara, 2013:61) mengemukakan:


Strategi komunikasi merupakan kombinasi terbaik dari semua elemen komunikasi mulai
dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang
bertujuan untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.

Pada uraian definisi diatas, dapat disimpulkan berarti peranan Corcomm pada
perusahaan harus memiliki strategi dalam pelaksanaan program CSR yang ditetapkan guna
mencapai keberhasilan. Peranan utama Corcomm dalam implementasi kegiatan CSR yakni
mengkomunikasikan program CSR kepada stakeholder baik secara internal maupun eksternal.

Upaya komunikasi yang dilakukan oleh Corcomm menggunakan komunikasi dialogis


secara dua arah antara perusahaan dengan stakeholder guna untuk mengurangi kesalahpahaman
dan terjadinya konflik kepentingan dalam program CSR. Stakeholder atau pemangku
kepentingan merupakan kelompok yang berada didalam maupun luar perusahaan dan
mempunyai peran penting dalam keberhasilan perusahaan. Definisi stakeholder menurut
Freeman (dalam Ishak dan Nurjanah ,2015) sebagai:

Any group or individual who can affect or is affected by the achievement of the firm’s
objectives, organization’s success depend on creating real dialogue with its diverse
stakeholders, rather than trying to manipulate them.
Stakeholder dikategorikan menjadi dua yakni stakeholder internal adalah sekumpulan
yang berada dalam lingkungan perusahaan atau organisasi seperti karyawan, manajemen,
pemegang saham atau investor dan juga keluarga karyawan. Stakeholder eksternal adalah

5
mereka yang berada diluar lingkungan perusahaan yang terdiri dari pemerintah, masyarakat,
pelanggan dan media (Khasali dalam Wibisono, 2007:99-108). Melakukan identifikasi atau
pemetaan stakeholder sangat lah penting, hal ini bertujuan agar program CSR tidak hanya
didasarkan pada apa yang diinginkan oleh perusahaan namun juga harus mendengarkan apa
yang dibutuhkan dan harapan bagi stakeholdernya.

Selain itu penggunaan media penyampaian yang tepat juga merupakan cara
pengkomunikasian pesan bagi masyarakat. Suatu keberhasilan pelaksanaan program CSR
adalah perpaduan yang baik antara strategi dan pelaksanaan itu sendiri. Strategi yang baik dan
pelaksanaan yang buruk akan menimbulkan masalah dan strategi yang buruk dengan
pelaksanaan yang baik juga akan menimbulkan masalah.

Argenti, Paul (2010:152) menyatakan:


Aspek dalam strategi komunikasi kegiatan CSR yang tidak dapat dilupakan adalah
perusahaan perlu menjadikan karyawannya sebagai pemangku kepentingan internal,
kemudian mengkomunikasikan informasi yang diperoleh kepada pemangku
kepentingan eksternal.

Teori stakeholder menurut Morsing dan Schultz (2006) dalam Corporate Social
Responsibility Communication, Stakeholder, Information, Response and Involvement
Strategies menyatakan bahwa:

Efektivitas strategi komunikasi CSR dapat dilihat dari persepektif konsep manajemen
pemangku kepentingan atau partisipasi dan partipasi pemangku kepentingan dalam
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.
Keterlibatan para stakeholder dalam pelaksananaan program CSR sangat diperlukan,
hal itu dimulai dari identifikasi masalah, merancang konsep, mengelola komunikasi hingga
meninjau hasil program CSR yang dijalankan. Para pemimpin perusahaan maupun karyawan
yang terlibat harus berpatisipasi aktif dalam dialog dengan stakeholder eksternal. Beberapa
contoh media penyampaian pesan yang dapat digunakan terkait program CSR dapat dilakukan
dengan pertemuan publik, media massa, lokakarya tematik maupun panel komunitas.

Salah satu bentuk program CSR masih banyak ditemukan antara lain pembangunan
saluran irigasi air bersih, pemberian bantuan peralatan, beasiswa, dan sebagainya. Bentuk-
bentuk CSR tersebut harus mampu menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga
kegiatan CSR tidak hanya sekedar formalitas namun pelaksanaannya juga dapat dirasakan oleh
perusahaan dan masyarakat.

6
CSR merupakan tanggung jawab sosial yang diwujudkan dengan kegiatan sosial di
masyarakat dimana dalam beberapa tahun terakhir lebih mengarah kepada community
development (pemberdayaan masyarakat) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (A.B Susanto, 2018)
Muhtar et al. (2013) mengungkapkan:
Masyarakat merupakan salah satu sasaran target dari kegiatan CSR perusahaan, pada
dasarnya setuju dengan adanya kegiatan yang diadakan termasuk kegiatan penyehatan
lingkungan. Namun pada beberapa kasus timbul ketidakpuasan masyarakat akibat program
atau bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.

Contoh lain pemberian CSR untuk masyarakat adalah dana CSR PT. Semen Tonasa yang
dianggap masyarakat sekitar tidak diberikan secara tepat hanya kepada golongan tertentu, sehingga
banyak masyarakat yang mengeluh karena tidak menikmati dana tersebut, padahal dampak negatif
yang ditimbulkan dari kegiatan PT. Semen Tonasa menyebabkan kebisingan, hujan debu, dan asap
tebal yang memberikan kerugian kepada masyarakat sekitar Beberapa permasalahan lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan CSR di Indonesia adalah kasus PT. Freeport Indonesia (FI) di
Jayapura, yakni:
Tahun 1996 dampak lingkungan akibat penambangan FI mengakibatkan kerusakan
lingkungan yang menjadi sumber pangan masyarakat suku Amungme. FI memutuskan
mengucurkan kompensasi sebesar 1% dari pendapatan kotor nya namun pemberian dana
tersebut tidak diterima secara merata dan menimbulkan konflik hingga dampak lingkungan
yang diterima oleh masyarakat sekitar (Wibisono, 2007). Kasus-kasus tersebut hanya
sebagian dari kasus-kasus lain berkaitan dengan permasalahan sosial dengan masyarakat
berkaitan dengan CSR perusahaan.
Kegiatan CSR pemberian beasiswa merupakan termasuk dalam jenis model CSR,
Corporate Philantrophy. Corporate Philantrophy menurut Kotler, P& Lee, N dalam Corporate
Social Responsibility (CSR), Doing the Most Good for Your Company and Your Cause (2005)
menyatakan:

“Corporate philanthropy dan merupakan bentuk CSR yang paling tua. Dalam kegiatan
tanggung jawab sosial perusahaan ini, perusahaan memberikan donasi langsung kepada
komunitas tertentu dalam bentuk sedekah. Sumbangan ini biasanya dalam bentuk
hadiah uang tunai, bingkisan atau paket bantuan, layanan atau beasiswa. Manfaat yang
diperoleh perusahaan dengan melakukan kegiatan amal perusahaan adalah selain dapat
meningkatkan reputasi perusahaan, juga dapat meningkatkan bisnis perusahaan di masa
depan dan berdampak pada penyelesaian masalah sosial di masyarakat setempat.
Kegiatan CSR yang masuk kedalam kategori corporate philantrophy merupakan
aktifitas CSR yang didalamnya perusahaan memberikan bantuan salah satunya adalah
beasiswa. Perusahaan memberikan beasiswa kepada penerima manfaat CSR guna membantu
permasalahan yang ada di masyarakat.

7
Kotler (2005,175) mengemukakan:

Dalam pelaksanaan CSR keterlibatan para karyawan internal dan juga stakeholder agar
menyisihkan waktu secara sukarela untuk membantu organisasi masyarakat lokal
maupun yang menjadi sasaran program.
Dengan adanya keterlibatan semua stakeholder dalam perencanaan kegiatan CSR
tentunya strategi komunikasi CSR yang akan digunakan oleh perusahaan juga akan berbeda
dengan bentuk kegiatan CSR lainnya. Strategi komunikasi ini nantinya tidak hanya dilakukan
kearah luar atau ke stakeholder eksternal namun juga berlaku pada stakeholder internal yaitu
karyawan perusahaan. Pada aspek ini komunikasi internal juga memainkan peran nya dalam
menginformasikan dan juga mengikutsertakan karyawan untuk menjadi bagian dari kegiatan
CSR ini kepada masyarakat luas (stakeholder internal ke stakeholder eksternal)

Salah satu perusahan yang terus berkomitmen untuk melaksanakan dan


mengkomunikasikan program CSR ke seluruh stakeholder internal maupun eksternal adalah
PT Aplikanusa Lintasarta (“Lintasarta”). Lintasarta mengelola seluruh kegiatan CSR secara rutin
dalam berbagai bentuk kegiatan maupun bantuan. Hal tersebut merupakan komitmen perusahaan
dalam mewujudkan nilai-nilai perusahaan yaitu PRIDE (Professionalism, Reliability, Integrity,
Determination, Excellence), komitmen tanggung jawab sosial yang dijalankan Lintasarta yakni
mengacu pada:

Triple Bottom Line yaitu, Planet (lingkungan), Profit (ekonomi) dan People (sosial),
dan mendukung program SDGs (Sustainable Development Goals) yang juga mencakup
ketiga unsur di atas dalam upaya menciptakan pembangunan berkelanjutan (Lintasarta
Care, 2019)
Kegiatan CSR yang dilakukan Lintasarta pada tahun 2020 terdiri dari empat pilar yaitu
Lintasarta Cinta Bumi, Lintasarta Sehat, Lintasarta Pintar, dan Lintasarta Inovatif

Salah satu kegiatan CSR yang menarik untuk diteliti adalah “Digischool Scholarship”
(Beasiswa Lintasarta Digischool) yang merupakan program beasiswa yang ditujukan bagi pelajar
dan lulusan SMK. Selain sebagai salah satu sasaran dari kegiatan CSR diharapkan para pelajar
dapat siap untuk terjun di dunia kerja maupun berwirausaha. Mahalnya biaya pendidikan tinggi
di Indonesia mengakibatkan banyak pelajar bangsa yang berprestasi namun tidak dapat
melanjutkan studi dan menjadi penggangguran terutama pada lulusan SMK. Selain itu,
rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan membuat sektor pendidikan di
Indonesia menjadi suatu masalah yang cukup serius dan kompleks. Dalam hal ini, bukan saja
dibutuhkannya peran dari pemerintah namun juga dibutuhkan peran dari berbagai pihak salah

8
satunya adalah perusahaan. Hal tersebut dikuatkan oleh penyataan dari Ketua Badan Pusat
Statistik (BPS) sebagai berikut:
Menurut tingkat pendidikan, kontribusi lulusan SMK terhadap tingkat pengangguran
(TPT) anak dibawah umur mencapai 8,49%. Penanggung jawab BPS Suhariyanto
mengatakan: “Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT SMK masih yang tertinggi diantara
tingkat pendidikan lainnya, yaitu mencapai 8,49% (www.katadata.co.id, diakses tanggal
30 November 2020).

Keberadaan beasiswa ini dapat menjadi salah satu solusi dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berguna untuk bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain dan
meningkatkan kemajuan Indonesia di berbagai bidang lainnya.Juga dapat memberikan keuntungan
tersendiri bagi masyarakat sekitar perusahaan khususnya pada sektor pendidikan. Dalam kegiatan
CSR ini, Lintasarta Digischool Scholarship akan membuka 3.200 kelas pemula untuk
mempelajari program dasar aplikasi android dan dasar pemograman web.

Strategi komunikasi dalam perusahaan yang dilaksanakan oleh Corcomm Lintasarta, dalam
melakukan perannya yakni pengelolaan komunikasi baik internal maupun eksternal melalui
website, news letter, media massa, siaran pers maupun bulletin. Corcomm melakukan perancangan
program CSR, menyampaikan info mengenai kegiatan CSR tersebut kepada karyawan internal,
mengawasi berjalannya kegiatan CSR, melakukan pemetaan stakeholder eksternal yang akan
terlibat dalam kegiatan CSR dan melakukan evaluasi kegiatan CSR. Kegiatan CSR Lintasarta
Digischool Scholarship yang masuk dalam program kerja tahunan termasuk dalam alokasi dana
dan sumber daya manusia juga merupakan salah satu tanggung jawab Corcomm di Lintasarta.
Antusiasme tinggi yang melampaui target awal dari perusahaan mengenai program beasiswa
tersebut menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang dirancang dan dilaksanakan Corcomm
berjalan dengan baik. Penggunaan media dalam penyampaian komunikasi kegiatan CSR dilakukan
melalui beberapa cara yakni melalui:

Website dan Blogspot Dicoding, Newsletter, Whatsapp, Social Media (Facebook, Twitter,
Instagram, LinkedIn). Selain itu sosialisasi dilakukan dengan cara menggunakan digital
signage yang berada di kantor – kantor Lintasarta, Campaign Email Blast untuk karyawan
internal serta Iklan pada majalah Tempo pada edisi 20 Febuari 2020. Selain secara digital,
kami juga melakukan press release launching ke 10 media dan juga event offline sekaligus
roadshow Lintasarta Developer Talk di Bandung, Medan dan Makassar. Dikarenakan
merebaknya pendemi covid – 19 maka kegiatan sosialisasi selain 3 kota yang disebutkan
tadi akan dilakukan secara online melalui Youtube Live Dicoding (Ahmad Sunaryo, Senior
Officer Corporate Communication Lintasarta, Wawancara 8 Desember 2020)
Dalam penelitian ini, peneliti juga membandingkan dengan penelitian sebelumnya dengan
topik yang sama yaitu strategi komunikasi dalam pelaksanaan program CSR yang dilakukan

9
komunikasi baik secara internal dan eksternal dalam suatu perusahaan, lembaga maupun instansi.
Peneliti mengambil tiga jurnal penelitian sejenis terdahulu yang terdiri dari 3 jurnal yang utama
dalam bahasa Indonesia.

Referensi pertama adalah penelitian yang diteliti oleh Helen Olivia dan Ayu Nuraeni
Kusumawati (2018) dengan pada jurnal “Program Corporate Social Responsibility (CSR) Go-
Scholar Tech di PT Gojek Indonesia” Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif yang menggambarkan bagaimana strategi pelaksanaan CSR dan komunikasi perusahaan
dengan stakeholder dan terfokus pada pemberian beasiswa bagi lulusan SMK. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini adalah PT Gojek Indonesia dalam melakukan implementasi CSR melalui
beberapa tahapan antara lain: Mensosialisasikan dan merencanakan kegiatan CSR, Menentukan
lokasi dan penanggungjawab kegiatan dari perusahaan dan melakukan evaluasi terhadap CSR yang
dilakukan. Komunikasi dilakukan secara persuasif dan terencana yang didesain guna
mempengaruhi publik.

Untuk referensi jurnal penelitian kedua berjudul “Pelaksanaan Program Corporate Social
Responsibility (CSR) dan Komunikasi CSR (Studi Kasus: CSR Delegation Europian to Malaysia
dan CSR PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant)” yang diteliti oleh Adhianty Nurjanah dan Frizki
Yulanti (2019). Pada jurnal ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang
mengeksplorasi penggambar pelaksanaan CSR dan komunikasi CSR di dua negara yaitu Indonesia
dan Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan CSR dilakukan dengan cara
pemberian workshop dan juga subsidi modal bagi masyarakat sebagai penerima manfaat.
Komunikasi CSR yang digunakan adalah komunikasi dua arah antara perusahaan dan masyarakat
melalui forum, media sosial, bulletin serta telekonferensi.

Pada referensi jurnal yang ketiga adalah penelitian berjudul “Komunikasi CSR Program
CSR Rumah Srikandi PT Sari Husada Yogyakarta kepada Stakeholder” yang diteliti oleh Aswad
Ishak dan Adhianty Nurjanah (2015). Pada jurnal ini menggunakan metode penelitian kualtiatif
deskriptif yang memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang dan bagaimana aktifitas
yang dilakukan oleh public relatios dalam mengkomunikasikan program CSR kepada stakeholder
internal dan eksternal.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah PT Sari Husada melaksanakan
program CSR dengan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam pengelolaannya. Strategi
komunikasi yang dilakukan menggunakan media massa, pers dan buletin.

Penjelasan latar belakang di atas menunjukkan bahwa Lintasarta merupakan perusahaan


yang tidak hanya mengejar keuntungan namun juga mampu mendukung pembangunan
10
berkelanjutan termasuk pembangunan sumber daya yang berkualitas pada bidang IT yang sesuai
dengan bidang sasaran perusahaan. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan kajian
mengenai strategi komunikasi Lintasarta dalam melaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) Digischool Scholarship secara kualitatif agar mendapatkan hasil analisis
secara lebih mendalam mengenai strategi komunikasi yang dijalankan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan beberapa uraian pada latar berlakang, Peneliti mengidentifikasikan


permasalahan yang merupakan subfokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana stakeholder information strategy dalam pelaksanaan program CSR
Digischool Scholarship?
2. Bagaimana stakeholder response strategy dalam pelaksanaan program CSR Digischool
Scholarship?
3. Bagaimana stakeholder involvement strategy dalam pelaksanaan program CSR
Digischool Scholarship?

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: Bagaimana Strategi Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) Lintasarta Dalam
Program Digischool Scholarship?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian diatas, adapun tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui stakeholder information strategy dalam pelaksanaan CSR Digischool
Scholarship.
2. Untuk mengetahui stakeholder response strategy dalam pelaksanaan program CSR
Digischool Scholarship”
3. Untuk mengetahui stakeholder involvement strategy dalam pelaksanaan program CSR
Digischool Scholarship

11
1.5 Manfaat Penelitian

Dengan mengacu pada tujuan penelitian, maka penelitian ini akan memiliki manfaat
sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi


nyata terhadap perkembangan teknologi khususnya yang berhubungan dengan aplikasi
android dan pemograman web serta dapat menambah literatur pelayanan pada
masyarakat. Kemudian pada hasil penelitian ini juga diharapkan dapat mengembangkan
kajian studi ilmu komunikasi, terutama pada bidang Public Relations atau Corporate
Communication dan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya dengan tema
komunikasi CSR.

1.5.2 Manfaat Praktis

Dalam hal manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
Lintasarta dan perusahaan yang lain yaitu sebagai bahan kajian evaluasi dan acuan
mengenai komunikasi kegiatan CSR yang dilakukan terutama oleh divisi Corporate
Communication. Sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi Lintasarta untuk lebih
meningkatkan kualitas pelayanan serta citra positif di masyarakat.

12
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Alo liliweri (2006, 35) mengemukakan:


Dalam komunikasi memiliki makna yang jauh lebih luas dan apa yang baru saja kita
katakan. Komunikasi merupakan cara kita berbicara dan sebagai pertukaran gagasan.
Komunikasi adalah suatu transformasi informasi yang dihasilkan dengan mengirimkan
stimulus dari sumber tanggapan penerima.

Definisi lain komunikasi menurut Webster New Collogiate (dalam Rayudaswati,


2010:8) menyatakan:
Komunikasi merupakam suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui
sistem lambang-lambang, tanda-tanda dan tingkah laku.

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu


proses penyampaikan terhadap orang lain sehingga menimbulkan response yang luas. Apabila
suatu perusahaan dapat melakukan komunikasi dengan baik kepada publik, maka dengan
komunikasi yang baik tersebut perusahaan dapat membentuk perilaku publik sesuai yang
diinginkan.

Sedangkan makna komunikasi lain, menurut James E. Grunig (Ruslan, 2006:103)


terdapat 4 model komunikasi dalam suatu kegiatan public relations, yaitu :

1. Publicity or Press Agentry


Dalam model komunikasi ini, PR melakukan kampanye dan pemberitaan
melalui proses komunikasi satu arah yang bertujuan untuk menutupi faktor-
faktor negatif dari lembaga maupun organisasi dengan mengabaikan kebenaran
dari informasi itu sendiri. Sehingga memudahkan pemberitaan khusus nya
media massa.

Sources Persuasive Receiver

(Organization) (Public)
Propagandistic

One way communication


13
2. Public Information
Dalam model komunikasi ini, PR berperan sebagai journalist bagi masyarakat.
Dan berupaya untuk membangun kepercayaan dalam organisasi melalui proses
komunikasi satu dan tidak menekankan ada tindakan persuasif.

Sources Receiver
Persuasive
(Organization) (Public)
Thruthfull

One way communication

3. Two Way Asymetrical

Pada tahapan model komunikasi ini, PR melakukan dua publisitas atau


kampanye dengan dua arah. Melakukan penyampaikan informasi berdasarkan
hasil penelitian dan strategi komunikasi persuasive. Kekuatan untuk
membangun hubungan dan mengambil inisiatid selalu dikendalikan oleh
pengirim pesan atau sumber pesan.

Receiver
Sources Communication with persuasive aim
(Public)
(Organization) Two-way communication

Feeback from or feedforward about receiver (public)

4. Two Way Symmetrical


Untuk model komunikasi ini menggambarkan publisitas atau kampanye melalui
komunikasi dua arah yang seimbang dan saling menguntungkan. Dengan model
ini dapat menyelesaikan dan menghindari konflik. Komunikasi ini dapat
meningkatkan pemahaman dan penerimaan masyarakat secara strategis dan
penyampaikan pesan dinilai lebih etis sehingga kedua belah pihak dapat saling
memahami dan menguntungkan kedua belah pihak.

14
Balanced
Sources Receiver
(Organization) (Public)
Two way communication
Flow

Gambar 2.1: 4 Model komunikasi dalam kegiatan Public Relations.

Berdasarkan uraian diatas, model publicity or press agentry diterapkan untuk keperluan
periklanan ataupun kegiatan promosi, Sedangkan pada model public information, PR memiliki
peran sebagai penyalur informasi penting tentang perusahaan kepada publiknya. Pada model
two way asymmetrical, proses komunikasi dijalankan lebih mengarah kepada kepentingan
perusahaan.

Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa model
komunikasi yang digunakan adalah model two-way symmetrical. Komunikasi ini dilakukan
perusahaan dan publik bersifat hubungan timbal balik, dua arah dan saling menguntungkan.
Peran PR dalam perusahaan memberikan suatu infomasi tentang perusahaan kepada publiknya
baik internal maupun eksternal. Dengan model two-way symmetrical penyampaian pesan
tentang proses pelaksanaan program CSR Lintasarta Digischool Scholarship, maka dapat
tercipta hubungan berkesinambungan antara perusahaan dengan pihak lain sehingga terjalin
kerjasama yang baik diantar kedua belah pihak.

2.2 Corporate Communication

2.2.1 Pengertian Corporate Communication

Kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam lingkup perusahaan dan sebagai faktor
kunci keberhasilan dalam mengelola reputasi terhadap kepercayaan pelanggan maka munculah
istilah Corporate Communication. Istilah Corporate Communication mengadopsi kata dari
sudut pandang corporate. Berasal dari kata latin “corpus” yang bearti “tubuh” atau
“keseluruhan”.

Menurut N. Nuraela Arief (dalam Van Riel, 2007) mengatakan:

Corporate Communication sebagai instrumen manajemen yang semua bentuk


komunikasi, internal dan eksternal, digunakan secara sadar, diselaraskan seefektif dan
seefisien mungkin. Dengan tujuan menciptakan manfaat, berhubungan dengan
kelompok-kelompok yang menjadi tumpuan perusahaan.

15
Sebagaimana Cornelissen, J (2017:5), mendefinisikan istilah Corporate
Communication sebagai:
Fungsi manajemen yang menyediakan kerangka kerja untuk koordinasi yang efektif dari
semua komunikasi secara internal dan eksternal untuk membangun dan memelihara
reputasi yang baik dengan kelompok pemangku kepentingan tempat organisasi
bergantung.

Hal tersebut diperkuat juga oleh pernyataan dari Argenti, A. Paul (2016:61) yang
menyatakan:
Corporate Communication berperan dalam proses penyampaian pesan pengirim untuk
mengindentifikasi brand perusahaan, guna mendapatkan respon dari tanggapan dari
perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena perlunya menjalin komunikasi perusahaan
baik dengan publik internal maupun eksternal yang merupakan salah satu fungsi public
relations. Corporate Communication diharapkan dapat memberikan dampak positif
bagi perusahaan dalam hal perkembangan bisnis.
Public Relations atau hubungan masyarakat adalah pendahulu dari fungsi komunikasi
perusahaan (Komkorp) dan pengembangannya sangat penting. Sekalipun perusahaan tidak
memiliki strategi khusus untuk system komunikasi, mereka biasa nya akan terus memberikan
umpan balik eksternal apakah mereka mau ataupun tidak. Karena undang-undang baru
memaksa perusahaan untuk berkomunikasi dalam banyak situasi yang tidak bisa mereka
lakukan, tanggapan berkerlanjutan bearti bahawa sumber daya khusus diperlakukan untuk
mengatur aliran sistem komunikasi. (Argenti, A.Paul, 2010:51)

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Corporate Communication


mengkomunikasikan sebuah pesan dengan membawa visi misi suatu perusahaan, yang
ditujukan untuk khalayak tertentu terkait dengan brand perusahaan. Oleh karena itu, respon atau
tanggapan dari khalayak akan mampu menciptakan suatu hubungan positif serta reputasi
perusahaan yang baik di mata khalayak.

2.2.2 Proses Komunikasi Corporate Communication

Pola transmisi pesan yang dilakukan oleh Corporate Communication menurut Paul A.
Argenti (2010, 31 - 47) sebagai berikut:

16
Kerangka Komunikasi Korporat

Pesan

Perusahaan Konstituen

Respons Konstituen

Gambar 2.2 Kerangka Komunikasi Korporat


Sumber: Argenti, 2010: 47
Dalam kerangka komunikasi dari Corporate Communication ini, fungsi dari Corporate
Communication tentunya dapat memastikan apakah perusahaan sudah menciptakan sebuah
pesan dengan baik, apakah saluran komunikasi telah berjalan dengan baik, kemudian ketika
disampaikan kepada khalayak bagaimana tanggapan yang didapatkan dari khalayak tersebut
dan langkah – langkah apa saja yang kemudian harus diambil untuk selanjutnya.

Dari uraian tersebut menunjukan kinerja Corporate Communication merupakan suatu


proses komunikasi dua arah, yang merupakan sumber maupun penerimanya berperan aktif
dalam proses komunikasi. Menurut Grunig dan Hunt (2006), bahwa:

Karakteristik dari komunikasi dua arah (Two – way symmetic model) adalah adanya
proses antara komunikator dengan komunikan sehingga terjadi pertukaran pesan serta
komunikasi digunakan untuk mengelola konflik yang dalam cakupan ini adalah
perusahaan dan stakeholder nya.
Keberadaan komunikasi dua arah ini akan membuat suatu perusahaan tidak hanya
memberikan informasi saja namun bisa juga untuk mendengarkan dan merubah tindakan
sebagai hasil dari interaksi dengan stakeholder guna untuk meminimalisir terjadinya
kesalahpahaman dan membuat komunikasi tersebut menjadi tepat sasaran.

Oleh karena itu berkaitan dengan penelitian maka, model proses komunikasi korporat
diatas maka merupakan hal yang terpenting bagi Corporate Communication Lintasarta untuk
memiliki sebuah strategi perencanaan pada setiap kegiatan yang dibuat untuk perusahaan,
sehingga dalam pelaksanaan nya berjalan dengan baik.

2.2.3 Model Four Step Public Relations Process

17
Scoot M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom (2016, 319-437) menyatakan:
Dalam melaksanakan kegiatan PR yang pada penelitian ini dilakukan oleh divisi
Corporate Communication, proses manajemen perencanaan nya terdiri dari empat
tahapan antara lain:

1. Mendefinisikan masalah (Defining problem)


2. Perencanaan dan penyusunan program (Planning & Programming)
3. Mengambil tindakan dan berkomunikasi (Taking action &
Communicating)
4. Mengevaluasi program (Evaluating the program).
Berikut adalah penjelasan dari empat tahapan tersebut:

1. Mendefinisikan Masalah (Defining Problem)


Langkah pertama yaitu melibatkan tahapan analisis, menyelidik dan memantau
pengetahuan, pendapat, sikap serta perilaku semua yang terkait dan dipengaruhi
oleh tindakan dan kebijakan organisasi. Pada dasarnya, ini merupakan fungsi
intelegen dari Corcomm yang memberikan dasar untuk semua langkah dalam proses
pemecahan masalah. Identifikasi masalah dalam kegiatan PR dapat ditampilakn
dalam bentuk pernyataan masalah. Seharusnya mungkin untuk menjawab
pertanyaan yang mencakup 5W+1H dari pernyataan masalah. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, kami perlu menganalisis situasi melalui proses penelitian atas
opini atau keluhan khalayak.
2. Perencanaan dan Penyusunan Program (Planning & Programming)
Langkah selanjutnya adalah perencanaan. Informasi yang dikumpulkan pada
langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang rencana publik,
sasaran strategis, tindakan dan komunikasi, strategi dan sasaran. Langkah kedua
menjawab apa yang harus diubah, diselesaikan atau dikomunikasikan berdasarkan
situasi saat ini. Dalam tahapan perencanaan dan penyusunan program meliputi
penentuan pernyataan tujuan, publik sasaran, sasaran program, dan perumusan
strategi dan taktik.

Penetapan tujuan dari rencana hubungan masyarakat harus dilakukan di bawah latar
belakang minimum dan tujuan organisasi. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dan
tujuan yang ditetapkan untuk setiap publik. Pada saat yang sama, tujuan mewakili
pengetahuan, pandangan, dan hasil perilaku yang ditargetkan dan ditentukan oleh
setiap publik. Tujuan harus singkat, jelas, terukur serta realistis.
18
3. Mengambil Tindakan dan Berkomunikasi (Taking Action & Communicating)
Langkah ketiga adalah melaksanakan rencana aksi dan rencana komunikasi sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan. Pertanyaan yang muncul dalam langkah ini
adalah siapa yang akan mengambil tindakan kemudian menyampaikan, kapan,
dimana dan bagaimana. Dalam tahap ini fokus terletak pada kinerja PR yang
berperan sebagai pengontrol dan komunikator agar berjalan sesuai dengan rencana
dan mencapai tujuannya. Proses implementasinya, media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan tidak selalu diselesaikan melalui perantara media seperti
jurnal, brosur maupun email tetapi dapat langsung disampaikan ke internal maupun
eksternal perusahaan.
4. Mengevaluasi Program (Evaluating the Program)

Langkah terakhir dalam proses ini adalah mengevaluasi hasil program. Tujuan
evaluasi adalah untuk mengukur keberhasilan rencana yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dilakukan selama pelaksanaan prosedur dan didasarkan pada evaluasi
umpan balik yang diterima.

Gambar 2.3 Model Piramida Riset PR


Sumber: Cutlip dan Center (2016: 434)

Dalam piramid evaluasi diatas, dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: persiapan (input),
implementasi (output) atau penerapan dan (impact). Selain pencapaian program, kita juga perlu
melihat bagaimana hasil evaluasi ini yang nantinya dapat dijadikan landasan dalam pembuatan

19
program selanjutnya. Serta hasil dari evaluasi akan dilaporkan kepada manajer program dan
dapat digunakan sebagai acuan dalam perubahan program yang harus dievaluasi.

Fokus utama pada penelitian ini adalah pengelolaan strategi komunikasi yang
dilaksanakan oleh bagian Corporate Communication Lintasarta. Strategi komunikasi menjadi
pedoman perencanaan yang mencakup pengelolaan komunikasi untuk mecapai tujuan tertentu.
Strategi komunikasi pada dasarnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu
tujuan. Namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak dapat dijadikan sebagai peta jalan
yang menunjukan arah, akan tetapi harus menunjukkan bagaimana sifat strategi tersebut bekerja
(Effendy, 2007:32).

2.3 Public Relations

2.3.1 Pengertian Public Relations

Menurut Frank Jefkins (2004), Public Relations (PR) adalah:


Berbagai bentuk komunikasi internal dan eksternal yang direncanakan, komunikasi
internal dan eksternal antara organisasi dan semua audiens untuk mencapai tujuan
tertentu berdasarkan pemahaman bersama. Menurut definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa public relations adalah suatu rangkaian kegiatan. Kegiatan tersebut
diselenggarakan sebagai kampanye atau rencana yang komprehensif dan bersifat teratur
serta berkelanjutan. Tujuan nya tidak terbatas pada saling pengertian tapi melibatkan
tujuan tertentu.

Cutlip, Center & Broom (2016) mengemukakan:


Public Relations merupakan suatu fungsi dari manajemen yang membangun dan
memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan masyarakat,
yang menjadi tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau kegagalannya.
Sedangkan menurut The Insititute of Public Relations (Firsan Nova, 2019:35)
menyatakan:

Public Relations adalah hubungan masyarakat yang mengacu pada semua pekerjaan
yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dengan tujuan membangun dan
memelihara reputasi yang baik dan saling pengertian antara organisasi dan khayalaknya.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa kehumasan merupakan fungsi
manajemen yang dapat menjadi jembatan antara perusahaan atau organisasi dengan publiknya.
Oleh karena itu, PR Lintasarta memiliki tugas dalam penanganan masalah yang menyangkut
kepentingan publik sehingga masyarakat dapat memahami, memahami, dan bekerja sama
dengan cara tersebut.

2.3.2 Peran Public Relations


20
Peranan Public Relations menurut Firsan Nova (2009, 45-46) dalam suatu organisasi
dapat dibagi menjadi dalam empat kategori antara lain:

1. Penasihat Ahli (expert prexciber)


Praktisi PR berpengalaman dan terampil dapat membantu menemukan solusi untuk
masalah terkait publik. Hubungan PR dengan manajemen organisasi sangatlah erat.
Pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau meyakini rekomendasi atau
saran yang dikemukakan oleh PR.
2. Fasilitator Komunikasi (Communication Faclitator)
Praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu manajemen
memahami ekspektasi dari publik.
3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Facilitator)
Praktisi PR dalam hal ini harus membantu pimpinan organisasi untuk mengambil
tindakan atau keputusan sebagai konsultan untuk menghadapi masalah atau krisis yang
mereka hadapi secara professional.
4. Teknisi Komunikasi (Communication Techinician)
Dalam hal ini PR berperan sebagai teknisi komunikasi dan berkaitan erat dengan fungsi
dan peran manajemen organisasi. PR bertindak sebagai jurnalis yang hanya memberikan
layanan teknis komunikasi atau metode komunikasi.

Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini PR Lintasarta bertugas sebagai fasilitator
komunikasi yang memiliki fungsi membantu manajemen dalam pelaksanaan program CSR
serta untuk mengetahui dan mendengarkan apa ekpektasi dari publik terhadap perusahaan.

2.3.3 Tujuan Kegiatan Public Relations

Dalam menjalankan kegiatannya, tujuan utama PR adalah membangun kredibilitas dan


memacu motivasi bagi pemangku kepentingan perusahaan. Adapun tujuan kegiatan PR
menurut Firsan Nova (2009, 40-41) dapat dibagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
1. Performance Objective (Sasaran kinerja)
Humas merupakan kegiatan komunikasi yang menunjukkan citra perusahaan kepada
publik. Melaksanakan kegiatan untuk membentuk identitas dan citra perusahaan.
2. Support of Consumer Market Objective (Mendukung tujuan pasar konsumen)
Aktivitas kehumasan dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang
diakibatkan oleh aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil
21
identifikasi tersebut kemudian dijadikan pertimbangan bagi perusahaan untuk
menerapkan strategi dan metode yang tepat.

Dari uraian diatas dapat disimplam bahwa tugas-tugas yang dilakukan oleh PR
mempunyai tujuan yang ingin dicapai yakni komunikasi internal, seperti memberikan informasi
sebanyak mungkin dan jelas tentang organisasi serta memberikan informasi yang benar dan adil
bagi masyarakat untuk membentuk citra yang baik untuk perusahaan.

2.3.4 Strategi Public Relations

Dalam strategi Public Relations atau yang lebih dikenal dalam bauran Public Relations
menurut Ruslan (Firsan Nova, 2009 :41) yaitu:
1. Publications
Menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi tentang kegiatan
perusahaan atau organisasi yang sesuai untuk pemahaman publik melalui berbagai
media.
2. Event
Kegiatan ini bertujuan untuk merancang event yang bertujuan untuk
memperkenalkan produk dan layanan perusahaan kepada masyarakat. Dalam event
terdapat 3 jenis yaitu: Calendar event, special event dan moment events.
3. News (Menciptakan berita)
Berupaya menciptakan berita melalui press release, newsletter, bulletin dan lain-
lain. Untuk itu seorang PR harus mempunyai kemampuan dalam menulis agar
mampu menciptakan publisitas.
4. Community Involvement (Kepedulian pada Komunitas)
Keterlibatan tugas sehari-hari seorang PR aaldah mengadakan kontak dengan
masyarakat tertentu guna menjaga hubungan baik dengan pihak organisasi atau
lembaga yang diwakilinya
5. Inform or Image (Memberitahukan atau meraih citra)
Terdapat dua fungsi utama dalam PR yaitu memberikan informasi kepada publik
sehingga dapat dan diharapkan memperoleh citra yang positif.
6. Lobbying and Negotiation
Keterampilan untuk melobi melalui pendekatan pribadi dan kemampuan
bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang PR. Tujuan nya adalah untuk mencapai

22
kesepakatan atau memperoleh dukungan dari individu demi keberlangsungan bisnis
perusahaan.
7. Social responsibility (Tanggung jawab sosial)
Pengambilan tanggung jawab sosial pada aktifitas PR menunjukan bahwa
perusahaan memiliki kepedulian kepada masyarakat. Hal tersebut dapat
membangun citra perusahaan yang lebih baik di mata masyarakat. Dalam hal ini
bentuk kegiatan social yang beragam yakni memberikan beasiswa, santunan anak
yatim, pengobatan gratis dan lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulakn bahwa tugas PR meliputi kegiatan -


kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan yang berada disekitar perusahaan. Kegiatan
eksternal PR adalah suatu kegiatan yang melibatkan publik didalamnya. Berkaitan dengan
penelitian, kegiatan yang berhubungan dengan eksternal perusahaan seperti salah satunya
dalam penelitian ini yaitu kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship yang merupakan
program CSR yang memberikan program beasiswa (Corporate Philantrophy).

2.4 Corporate Social Responsilibity (CSR)

2.4.1 Pengertian Corporate Social Responsibility

Definisi CSR oleh World Bank dalam Wibisono (2007,7) menyatakan bahwa:

“the commitment of business to contribute to sustainable economic development


working with the employees and their respresentatives the local community and society
at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for
development “
Artinya:
Perusahaan berkomitmen untuk bekerjasama dengan karyawan, komunitas local serta
masyarakat secara menyeluruh untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara yang
bermanfaat bagi perusahaan dan pembangunan, serta berkontribusi pada pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan.

Sedangkan menurut sejumlah negara lain, mempunyai definisi tersendiri terkait CSR.
Uni Eropa (EU Green Paper on CSR) dalam Wibisono (2007,8) mengungkapkan:

“CSR is a concept whereby companies integrate social and environmental concerns in


their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary
basic “
Artinya:
CSR adalah sebuah konsep dimana suatu perusahaan dapat memasukan masalah sosial
dan lingkungan ke dalam operasi bisnis mereka dan melakukan interaksi dengan
pemangku kepentingan secara sukarela.
23
International Organization for Standardization (ISO) merupakan induk organisasi
standarisasi internasional, pertama kali menerapkan ketentuan awal CSR tahun 2004.
Kemudian, kode dan standar tersebut menjadi tanggung jawab sosial dan diberi nama ISO
26000 yang merupakan kode tanggung jawab social (Wibisono (2007,37). Pengaturan kegiatan
tanggung jawab sosial ISO adalah bahwa masyarakat pada umumnya percaya bahwa tanggung
jawab sosial sangat penting untuk keberlanjutan pembangunan organisasi.

Pada penelitian ini, CSR diartikan sebagai tanggung jawab suatu organisasi atau
perushaan atas pengaruh lingkungan dari keputusan dan kegiatannya. Sistem akuntabilitas ini
diwujudkan dalam perilaku yang transparan dan etis serta sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan standar internasional kemudian
memperhatikan kepentingan pemangku sesuai dengan hukum yang berlaku dengan norma
internasional dalam seluruh kegiatan maupun layanan organisasi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum CSR dapat diartikan sebagai
suatu mekanisme perusahaan yang secara sadar mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan sosial ke dalam operasional dan berinteraksi dengan pemangku kepentingan yang
melampaui tanggung jawab sosial hukum.

Konsep dan terobosan besar CSR semakin berkembang setelah John Elkington dalam
Wibisono (2007, 32-37) melalui konsep “3P” yaitu Profit, People dan Planet yang dituangkan
dalam buku nya yang dirilis tahun 1997 dalam judul “Cannibals with Forks, the Triple Bottom
Line of TwentiethCentury Busines.Elkington berpendapat jika perusahaan ingin sustain, maka
ia perlu memperhatikan 3P, yakni bukan hanya profit yang diburu, namun juga harus
memberikan kontribusi positif dan aktif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam
menjaga kelestarian lingkungan (planet). Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam bentuk
segitia sebagai berikut

3P atau Triple Bottom Line

24
Gambar 2.4 3P atau Triple Bottom Line
Sumber: Wibisono (2007, 33)

1. Profit (Keuntungan)
Merupakan unsur terpenting dalam menjadi tujuan utama dari segala kegiatan usaha.
Fokus utama dari seluruh kegiatan perusahaan adalah mengejar profit atau keuntungan.
Profit merupakan tambahan pendapatan yang digunakan untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Kegiatan yang dapat dicapai untuk mengejar keuntungan adalah dengan
meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya. Peningkatan produktivitas
dapat diperoleh dengan memperbaiki manajemen, mengurangi aktivitas yang tidak
efisien termasuk mengurangi biaya anggaran semaksimal mungkin.
2. People (Masyarakat)
Menyadari bahwa masyarakat merupakan pemangku kepentingan bagi perusahaan, hal
itu disebabkan karena dukungan mereka terutama masyarakat sekitar sangat diperlukan
keberadaanya untuk kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Untuk
memperkokoh komiten tanggung sosial perusahaan perlu memiliki pandangan bahwa
CSR adalah investasi. CSR tidak hanya dilihat dari biaya melainkan aspek laba dimasa
datang. Karena timbal balik nya akan mendapatkan citra yang baik serta masyarakat
juga akan menjadi eksistensi perusahaan.
3. Planet (Lingkungan)
Unsur ketiga yang harus diperhatikan perusahaan adalah planet atau lingkungan. Jika
suatu perusahaan ingin diterima maka perusahaan harus disertakan pula tanggung jawab
sosialnya kepada lingkungan. Hubungan dengan lingkungan adalah hubungan sebab
akibat, dimana bila kita merawat lingkungan maka lingkungan pun akan memberikan
manfaat bagi kita. Keuntungan merupakan hal yang utama dari dunia bisnis, namun jika
pelaku bisnis juga menjalankan kewajiban untuk melestarikan lingkungan maka akan
memperoleh keuntungan yang lebih terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, dan
SDA (sumber daya alam) yang terjamin kelangsungannya.

Menurut Elkington, konsep 3P dapat menjamin keberlangsungan untuk bisnis suatu


perusahaan. Jika suatu perusahaan hanya mengejar profit atau keuntungan tanpa
memperhatikan lingkungan setempat dan masyarakat sekitar maka kedua elemen tersebut
menjadi rusak dan terabaikan sehingga dapat menjadi hambatan bagi keberlangsungan
bisnisnya. Beberapa perusahaan bahkan bisa saja menjadi terganggu aktivitas nya jika

25
perusahaan tersebut tidak mampun menjaga keseimbangan 3P. Jika muncul gangguan dari
masyarakat sekitar masa perusahaan tersebut akan merugi bisnisnya.

Dalam menjalankan sebuah praktik CSR, terdapat 3 prinsip dasar yang menggambarkan
kegiatan CSR agar menjadi ideal menurut Crowther & Aras (2008, 14-16) yaitu: sustainability,
accountability dan transparency. Dalam prinsip Sustainability, merupakan CSR yang
menekankan pada efek atau dampak masa depan akibat tindakan perusahaan atau korporasi
pada saat ini. Contoh nya pada penggunaan sumber daya alam oleh suatu perusahaan pada masa
kini harus diimbangi oleh adanya perhatian serius melalui pemikiran yang sungguh-sungguh
apa dampaknya terhadap generasi mendatang dan lingkungan masa depan. Hal tersebut
mencakup jumlah atau kuantitas dari sumber daya alam yang di konsumsi oleh perusahaan dan
hubungan nya dengan jumlah atau kuantitas yang mampu dipulihkan kembali untuk kehidupan
masa depan. Pada prinsip Accountability. Prinsip ini menggarisbawahi bahwa pada dasar nya
setiap perusahaan bagian dari masyarakat luas, sehingga tanggung jawab suatu organisasi atau
korporasi tidak hanya sebatas pada pemilik semata, melainkan juga pada seluruh stakeholders
baik internal maupun eksternal. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan
manfaat dan dampaknya terhadap eksternal dan internal stakeholder. Dan untuk Transparency,
merupakan prinsip CSR yang berarti bahwa apapun tindakan perusahaan yang berdampak dan
berpengaruh terhadap lingkungan eksternal harus dikomunikasikan secara detail latar belakang
tindakan perusahaan tersebut guna tujuannya diperuntukkan bagi masyarakat sekitar. Informasi
ini penting sebagai bentuk pertanggungjawaban pada eksternal stakeholder secara apa adanya
(transparan).

2.4.2 Manfaat Kegiatan Corporate Social Responsibility

Dalam mengimpelentasikan Corporate Social Responsibility (CSR) pada sebuah


perusahaan dapat membawa manfaat yang baik bagi perusahaan itu sendiri. Manfaat kegiatan
CSR menurut A.B Susanto (2007,27-32) antara lain:

1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak benar terhadap


perusahaan.
2. Bertindak sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak
buruk yang dari krisis.
3. Partisipasi dan kebanggan dari karyawan.

26
4. Penerapan kegiatan CSR yang dilaksanakan secara konsisten mampu
memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para
stakeholder nya.
5. Meningkatnya penjualan sehingga konsumen lebih menyukai produk-produk
yang dihasilkan oleh perusahaan.
6. Insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat CSR dapat dirasakan oleh
perusahaan jika pelaksanaan program CSR dilakukan secara terarah. Dengan melakukan
program CSR perusahaan juga akan mendapatkan citra positif dan lebih dikenal oleh
masyarakat luas. Berkaitan dengan penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan
program CSR merupakan langkah awal perusahaan untuk membina hubungan yang baik
dengan masyarakat sekitar yang dilakukan oleh Lintasarta

2.4.3 Jenis – Jenis Program CSR

Menurut Kotler dan Lee (2005, 23 – 24), jenis kegiatan CSR terbagi menjadi enam
kategori yaitu:

1. Cause promotions
Pada aktivitas CSR ini perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang
dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan
sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau
perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu. Fokus utama dari kategori
aktivitas CSR ini adalah komunikasi persuasif, dengan tujuan menciptakan kesadaran
masyarakat terhadap suatu masalah sosial.
2. Caused Realted Marketing
Pada aktivitas CSR ini perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan
persentase tertentu dari penghasilannnya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan
besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan produk
tertentu, untuk jangka waktu tertentu serta untuk aktivitas derma tertentu. Untuk konteks
Indonesia, pelaksanaan cause related marketing terutama ditujukan untuk kegiatan
beasiswa, penyediaan air bersih, pemberian layanan kesehatan, pengembangan usaha
kecil dan menengah. Dalam cause related marketing, perusahaan akan mengajak
masyarakat untuk membeli atau menggunakan produknya, baik itu barang atau jasa,

27
dimana sebagian dari keuntungan yang didapat perusahaan akan didonasikan untuk
membantu mengatasi atau mencegah masalah tertentu.
3. Corporate Social Marketing
Pada aktivitas CSR ini perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk
mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan
keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Corporate social marketing ini dilakukan perusahaan dengan
tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat (behavioral changes) dalam suatu isu
tertentu.
4. Corporate Philantrophy
Pada aktivitas CSR ini perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk
derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk
pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket bantuan atau pelayanan secara gratis.
Kegiatan filantropi biasanya berkaitan dengan berbagai kegiatan sosial yang menjadi
prioritas perhatian perusahaan.
5. Community Volunteering
Pada aktivitas CSR ini perusahaan mendukung dan mendorong para karyawan, rekan
bisnis atau para pemegang saham agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna
membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi
sasaran program sosial tertentu.
6. Socially Responsible Business Practices
Pada aktivitas CSR ini perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas
bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung
kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara
lingkungan hidup.

Berkaitan dengan penelitian, program CSR Lintasarta Digischool Scholarship


merupakan jenis kegiatan CSR Corporate Philanthropy. Dalam CSR Corporate Philanthropy
dapat diberikan bantuan dapat berupa sumbangan dalam bentuk beasiswa. Pada CSR Lintasarta
Digischool Scholarship bantuan yang diberikan berupa beasiswa coding secara online bagi
pelajar lulusan SMK dengan maksimal usia 29 tahun.

2.4.4 Corporate Philanthropy

28
Menurut Kotler & Lee (2005, 144) mengemukakan:

Corporate Philanthropy merupakan suatu pemberian kontribusi langsung dari


perusahaan kepada sebuah ke kegiatan amal dan biasa nya berbentuk berupa bantuan
dana, donasi, beasiswa dan sumbangan lainnya.
Bentuk CSR ini merupakan bentuk yang paling tradisional dan menjadi salah satu
sumber dukungan bagi pada LSM, lembaga kesehatan masyarakat, pendidikan dan seni budaya.
Corporate philanthropy dari tahun ke tahun banyak mengalami perubahan terutama untuk
merespon tuntutan dari stakeholder baik internal maupun eksternal kepada perusahaan agar
tidak hanya mengejar laba semata. Akan tetapi program CSR jenis ini diperlukan untuk
menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat yang turut berkontribusi
dalam keberlangsungan hidup perusahaan.

Kecenderungan baru dalam corporate philantrophy adalah banyak perusahaan mulai


melakukan pendekatan strategis yaitu dengan mendukung isu-isu sosial tertentu kemudian
menghubungkan kegiatan tersebut dengan tujuan serta strategi bisnis perusahaan. Selain itu,
perusahaan mulai menjalin hubungan jangka panjang dengan LSM dan lembaga non profit
lainnya. Hal tersebut dilakukan karena perusahaan tidak lagi hanya memberikan bantuan dalam
bentuk dana, namun juga berkontribusi dalam bentuk produk atau bantuan teknis lainnya.
Maka, semakin banyak perusahaan yang melibatkan karyawannya dalam kegiatan filantropis
maka perusahaan tersebut juga akan semakin fokus untuk mengukur hasil atau dampak dari
kontribusi yang diberikan (Kotler & Lee, 2005 :145).

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk kegiatan corporate philanthropy antara lain:


 Memberikan sumbangan dana, misalnya memberikan sumbangan tersebut ke LSM atau
organisasi amal dan sosial lainnya.
 Memberikan beasiswa, khususnya bagi pelajar agar bisa melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi.
 Menyumbangkan sebagian produk dan jasa layananya sehingga bisa dimanfaatkan bagi
penerima sumbangan.
 Memberikan dukungan keahlian teknis yang sesuai dengan bisnis atau bidang usaha
perusahaan.
 Pemberian akses terhadap fasilitas atau jalur distribusi serta perlengkapan milik
perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan CSR.

29
2.5 Komunikasi Corporate Social Responsibility

Program CSR wajib dibuat dan dilaksanakan oleh semua perusahaan terkait dengan
undang-undang yang sudah ditentukan. Untuk mendapatkan kepercayaan dari publik melalui
program CSRnya, suatu perusahaan tentu saja harus mengomunikasikannya dengan para
stakeholder secara efektif. Hal ini dikarenakan, kunci keberhasilan aktivitas CSR dan
memainkan peranan penting dalam membangun kekuatan reputasi. Komunikasi CSR
merupakan suatu proses pengomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
ekonomi perusahaan terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat
secara keseluruhan. Seperti dijelaskan Mette Morsing (2006) dalam Rusdianto (2013, 21),
komunikasi CSR merupakan komunikasi yang disusun dan didistribusikan oleh perusahaan
tentang aktivitas CSR.

Menurut Rusdianto (2013, 21) terkait definisi tersebut, maka dapat dipahami bahwa
inisiatif CSR yang direncanakan oleh perusahaan ini perlu dikomunikasikan untuk
mendapatkan pengertian bersama. Bagaimana cara perusahaan mengkomunikasikan CSR ini
tergantung dari visi, misi, budaya lingkungan dan resiko serta kondisi operasional tiap
perusahaan.

2.5.1 Strategi Komunikasi CSR

Harapan dan persepsi stakeholder terkait kegiatan CSR selalu berubah. Oleh
sebab itu, strategi komunikasi kegiatan CSR suatu perusahaan juga harus dapat
dipertimbangkan secara detail. Setiap model strategi komunikasi cocok untuk
digunakan dalam kegiatan CSR.

Model komunikasi PR yang dikemukakan oleh Grunig dan Hunt, Morsing dan
Schultz (2006) terdapat 3 jenis strategi komunikasi CSR yang dilihat melalui
keterlibatan antara stakeholder dengan perusahaan dalam proses komunikasi CSR.
Strategi yang dimaksud pada uraian tersebut adalah stakeholder information strategy,
stakeholder response strategy dan stakeholder involvement strategy. Berikut ini adalah
penjelasan dan perbedaan ketiga strategi tersebut:

30
Communication The stakeholder The stakeholder The stakeholder
ideal: (Grunig & information response strategy involvement
Hunt 1984 strategy Public Two-way strategy Two-way
information, one- asymmetric symmetric
way communication communication
communication
Communication Sensegiving Sensemaking Sensemaking
ideal: sensemaking
and sensegiving Sensegiving Sensegiving – in
iterative
progressive
processes
Stakeholders Request more Must be reassured Co-construct
information on that the company corporate CSR
corporate CSR is etchical and Effort
efforts socially response
Stakeholder role Stakeholder Stakeholders Stakeholders are
influence: support respond to involved,
or oppose corporate actions parcticipate and
suggest corporate
actions
Identification of Decided by top Decided by top Negotiated
CSR focus management management. concurrently in
Investigated in interaction with
feedback via stakeholders
opinion polis,
dialogue, networks
and partnerships
Strategic Inform Invite and
communication stakeholders about establish frequent,
Demonstrate to
task favourable systematic and
stakeholders how
corporate CSR the company pro-active
integrates their
dialogue with
concerns
31
decisions and stakeholders, i.e
actions opinion makers,
corporate critics,
the media, etc
Corporate Design appreating Identify relevant Build relationships
communication concept message stakeholders
departement’s task
Third-party Unnecessary Integrated element Stakeholders are
endorsement of id surveys, themselves
CSR initiatives rankings and involved in
opinion polis corporate CSR
message
Sumber : Morsing – Schultz (2006)

Pada table matriks diatas terkait dengan teori tiga strategi komunikasi CSR menurut
Morsing dan Schultz dapat dilihat adanya keterlibatan peran corporate communication dan
juga bagaimana peran dari stakeholders itu sendiri. Peneliti juga menterjermahkan matriks
strategi tersebut kedalam bahasa Indonesia sebagai berikut :

Strategi Komunikasi CSR


stakeholder stakeholder stakeholder
information response strategy involvement
strategy strategy
Arah Informasi pada Komunikasi dua Komunikasi dua
Komunikasi publik dan arah arah
komunikasi satu
arah
Sensemaking Sensemaking Sensemaking lebih Sensemaking dan
vs besar dari sensegiving
Sensegiving sensegiving

Stakeholder Mencari Meyakinkan bahwa Ikut


informasi lebih perusahaan akan mengintrepetasikan
banyak terkait bertanggung jawab

32
kegiatan CSR secara etis dan kegiatan CSR
perusahaan sosial perusahaan
Peran dari Mempengaruhi Memberikan Terlibat dan turut
Stakeholder Mendukung dan tanggapan terhadap serta dalam
menentang kegiatan CSR memberikan saran
perusahaan kepada perusahaan
Identifikasi Keputusan Keputusan Negosiasi
CSR dilakukan oleh dilakukan oleh dilakukan bersama
pimpinan pimpinan stakeholder melalui
manajemen manajemen, umpan interaksi
balik investigasi
melalui dialog dan
pendapat
Tugas Memberikan Menunjukan Mengundang dan
Komunikasi informasi kepada stakeholder melibatkan
Strategis kepada cara perusahaan stakeholder seperti
stakeholder mengintegrasikan narasumber, expert
terkait aktivitas kepeduliannya pada perusahaan
dan keputusan dan media massa
CSR yang dapat dalam dialog
menguntungan
perusahaan
Tugas Divisi Mendesain Mengidentifikasi Membangun relasi
Corporate konsep pesan stakeholder yang dan hubungan
Communication yang menarik relevan
Pihak ketiga Tidak Diintegrasikan Stakeholder terlibat
sebagai dibutuhkan dengan survey dalam pesan CSR
endorser CSR perusahaan
Tabel 2.1 Strategi Komunikasi CSR
Sumber: Morsing dan Schultz (2006), diterjemahkan oleh peneliti

Menurut Weick dalam Morsing dan Schultz (2006) sensemaking secara inheren
bersifat sosial karena berusaha untuk memahami berbagai hal dalam perusahaan saat
melakukan dialog dengan stakeholder bersamaan dengan membaca bagaimana komunikasi
33
dari stakeholder itu sendiri. Dalam hal ini, perusahaan juga melakukan pertukaran ide
dengan stakeholder dan menyiratkan bahwa perusahaan juga merasa perlu mendengarkan
ide-ide lain. Namun, sejauh mana seoran Corcomm atau perusahaan mampu
mengintegrasikan pemahaman para stakeholdernya akan mempengaruhi hubungan yang
produktif secara strategis.Sementara menurut Gioia et al dalam Morsing dan Schultz (2006)
pemaknaan sensegiving adalah mencoba mencari tahu apa yang diinginkan orang lain
dalam hal ini adalah stakeholder dan menggambarkan maknanya.Ini menyiratkan bahwa
perusahaan perlu mengembangkan rasa dalam lingkungan internal dan eksternal organisasi
dan setelah itu bersedia untuk mendefinisikan konsepsi organisasi yang dirubahnya. Proses
inilah yang disebut sebagai 'karya interpretatif' di bawah label 'sensemaking', yaitu mencoba
mencari tahu apa yang diinginkan orang lain dan mengartikannya. Namun, perluas gagasan
pembuatan akal dengan memperkenalkan konsep dengan memberikan fokus khusus pada
proses dari manajemen yang memfasilitasi pembuatan akal sehat dalam organisasi.

Makna dari sensemaking diikuti dengan tindakan dalam hal mengartikulasikan visi
abstrak yang kemudian disebarluaskan dan diperjuangkan oleh manajemen perusahaan
kepada para pemangku kepentingan dalam proses berlabel 'sensegiving', yaitu upaya untuk
mempengaruhi cara pihak lain memahami atau masuk akal. Berbeda dengan yang memiliki
fokus internal pada proses sensegiving dan sensemaking di antara manajemen dan karyawan,
kami menambahkan fokus eksternal karena kami menyarankan bahwa dengan melibatkan
pemangku kepentingan eksternal dalam upaya CSR perusahaan, manajer dan karyawan juga
akan terlibat dalam proses sensegiving dan sensemaking. Berdasarkan hal tersebut, kami
menyarankan bahwa tidak hanya manajer tetapi juga pemangku kepentingan eksternal dapat
lebih kuat mendukung dan berkontribusi pada upaya CSR perusahaan jika mereka terlibat
dalam literasi progresif dari proses sensemaking dan sensegiving, karena hal ini
meningkatkan kesadaran akan harapan bersama. Peneliti menyimpulkan bahwa implikasi
untuk praktik proses tersebut dibahas karena perusahaan ingin mengomunikasikan bahwa
mereka adalah organisasi yang etis dan bertanggung jawab secara sosial. Pemaknaan diatas
dapat disimpulkan juga dengan menyarankan bahwa mengomunikasikan kegiatan CSR
memperkenalkan baru dan sering diabaikan kompleksitas hubungan antara pengirim dan
penerima pesan CSR perusahaan, yang memerlukan komitmen pada tingkat manajemen
untuk melibatkan pemangku kepentingan dalam proses sensegiving dan sensemaking yang
sedang berlangsung.

34
Sementara pemaparan secara mendalam terkait dengan tiga strategi tersebut antara
lain: Stakeholder Information Strategy adalah strategi informasi pemangku kepentingan.
Strategi ini mirip dengan model informasi publik Grunig & Hunt, komunikasi selalu
satu arah, dari perusahaan kepada pemangku kepentingannya. Komunikasi pada
dasarnya dipandang sebagai telling, not listening (Morsing dan Schultz, 2006) dan
karena itu komunikasi satu arah dari strategi informasi pemangku kepentingan memiliki
tujuan untuk menyebarluaskan informasi. Tidak selalu bersifat persuasif, melainkan untuk
memberi informasi kepada publik seobjektif mungkin tentang perusahaan maupun kegiatan
CSR yang akan dilakukan. Perusahaan mengadopsi model informasi pemangku kepentingan
kepada setiap aktifisan kehumasan secara bersamaan akan menghasilkan informasi dan
berita melalui media, brosur, pamflet, majalah untuk memberitahukan kepada masyarakat
umum.Salah satu tugas strategis dari strategi informasi pemangku kepentingan adalah
memastikan bahwa keputusan dan tindakan CSR perusahaan dapat menguntungkan serta
dikomunikasikan secara efektif kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan. Peran
Corcomm dalam tahapan ini adalah memastikan bahwa pesan koheren yang disampaikan
dengan cara yang menarik dan fokusnya terletak pada desain pesan konsep.

Stakeholder Response Strategy adalah Strategi respons pemangku kepentingan


didasarkan pada model komunikasi asimetris dua arah, dibandingkan dengan model
simetris dua arah dari strategi keterlibatan pemangku kepentingan. Di kedua model,
komunikasi mengalir ke dan dari publik. Tetapi ada perbedaan mencolok antara kedua
model karena asimetris dua arah mengasumsikan ketidakseimbangan dari efek
hubungan masyarakat yang mendukung perusahaan, karena perusahaan tidak berubah
sebagai akibat dari hubungan masyarakat. Sebaliknya, perusahaan berusaha mengubah
sikap dan perilaku publik. Dengan demikian, perusahaan perlu melibatkan pemangku
kepentingan dengan membuat keputusan dan tindakan perusahaan yang relevan bagi
mereka karena perusahaan membutuhkan dukungan dari pemangku kepentingan
eksternal. Peran Corcom dalam pada strategi ini biasanya akan melakukan jajak
pendapat atau survei pasar untuk memahami di mana keberadaan perusahaan
ditingkatkan dan dapat meningkatkan upaya CSR itu sendiri. Komunikasi dianggap
sebagai umpan balik dalam hal mencari tahu apa yang akan diterima dan ditoleransi
publik. Meskipun proses komunikasi ini dianggap sebagai metode dua arah dalam model
hubungan masyarakat Grunig & Hunt, dalam teori ini menguraikan model komunikasi
35
ini menekankan bahwa menanggapi pemangku kepentingan masih agak berorientasi pada
pengirim pesan yakni perusahaan. Strategi respons pemangku kepentingan adalah
pendekatan yang didominasi satu sisi, karena perusahaan memiliki niat tunggal untuk
meyakinkan pemangku kepentingannya akan daya tariknya. Sementara untuk Stakeholder
Involvement strategy adalah Strategi keterlibatan pemangku kepentingan, sebaliknya,
mengasumsikan dialog dengan para pemangku kepentingannya. Persuasi dapat terjadi,
tetapi berasal dari pemangku kepentingan serta dari perusahaan itu sendiri, kemudian
masing-masing mencoba membujuk yang lain untuk berubah. Karena strategi
keterlibatan pemangku kepentingan mengambil gagasan hubungan pemangku
kepentingan secara luas perusahaan tidak hanya harus mempengaruhi tetapi juga berusaha
dipengaruhi oleh pemangku kepentingan, dan karenanya berubah bila perlu. Strategi
keterlibatan pemangku kepentingan mengundang negosiasi bersamaan dengan para
pemangku kepentingannya untuk mengeksplorasi apa yang menjadi kekhawatiran
perusahaan, sambil juga menerima perubahan ketika mereka diperlukan. Dengan terlibat
dalam dialog dengan para pemangku kepentingan, perusahaan idealnya memastikan
bahwa itu tetap mengikuti tidak hanya harapan bersamaan pemangku kepentingannya
tetapi juga pengaruh potensialnya pada harapan tersebut, serta membiarkan harapan
tersebut mempengaruhi dan mengubah perusahaan itu . Secara lebih lanjut pada strategi
ini mengasumsikan bahwa menginformasikan pesan dan survei diperlukan namun
tidaklah cukup. Pemangku kepentingan perlu menjadi terlibat didalamnya untuk
mengembangkan dan mempromosikan dukungan positif serta bagi perusahaan untuk
memahami dan bersamaan beradaptasi dengan kekhawatiran mereka, yaitu untuk
mengembangkan inisiatif CSR-nya. Oleh karena itu, strategi keterlibatan pemegang
pasak menunjukkan bahwa perusahaan terlibat secara menyeluruh dan sistematis
dalam berdialog dengan pemangku kepentingan mereka untuk mengeksplorasi tindakan
yang saling menguntungkan dengan asumsi bahwa kedua belah pihak yang terlibat dalam
dialog bersedia untuk berubah.

Pada intinya dari dialog pemangku kepentingan adalah penciptaan bersama


pemahaman bersama oleh perusahaan dan pemangku kepentingan. Saat ini, partisipasi dan
dialog telah menjadi elemen alami presentasi diri perusahaan.Berkaitan dengan penelitian
CSR Digischool Scholarship, penggunaan Stakeholder Involvement Strategy tidaklah luput dari
peran Corcomm serta Lintasarta dalam pemilihan jenis CSR Corporate Philantropy yang

36
memang menekankan pemberian beasiswa coding online secara langsung dari perusahaan ke
penerima manfaat. Selain itu, adanya keterlibatan dari pihak manajemen dalam hal ini
diwakilkan oleh Datacomm Director dan GM Corporate Secretary untuk terlibat langsung
dalam kegiatan CSR ini untuk memberikan insight secara mendalam pada Digischool
Scholarship. Selain itu, karyawan internal Lintasarta sebagai stakeholder intenal juga turut
membantu mensosialisasikan dan mensukseskan kegiatan ini dengan cara melakukan repost
poster melalui kanal sosial media personal secara mandiri.Lintasarta juga menunjuk pihak
ketiga yakni Dicoding yang merupakan satu-satu nya google partner authorized di Indonesia
sebagai pemateri. Ciri dari Stakeholder Involvement Strategy dapat dilihat dari bagaimana
hubungan perusahaan dengan para stakeholdenya. Corcomm Lintasarta banyak melakukan
dialog secara tatap muka maupun online dengan stakeholdernya. Selain itu, persuasi dalam
kegiatan CSR ini memang terjadi, hal ini dapat dilihat bagaimana Lintasarta berusaha secara
penuh menyakinkan para lulusan SMK untuk turut serta di pemberian beasiswa online ini.

Penerapan Stakeholder Information Strategy digunakan sebagai bentuk pendekatan


awal yang digunakan Lintasarta melalui Corcomm.Perumusan dan desain pesan yang menarik
dan matang merupakan key untuk menciptakan kesadaran dan response berupa dukungan atau
justru pertentangan. Oleh karena itu, tugas dan peranan Corcomm Lintasarta juga perlu
memahami ekpektasi stakeholder dengan cara melakukan survey secara online seperti yang
dilakukan dalam tahap riset awal oleh Corcomm dan melakukan pemetaan terhadap
stakeholder. Penggunaan Stakeholder Involvement Strategy harus selaras dan senada dengan
Stakeholder Information Strategy bahwa setiap pemangku kepentingan juga memiliki pengaruh
dalam hal dukungan mereka atau pertentangan terhadap perusahaan. Ini yang kemudian harus
menjadi sejalan dengan Stakeholder Response Strategy dengan harapan para pemangku
kepentingan juga harus dicari tahu keinginannya secara mendalam menggunakan jajak
pendapat. Namun pada tahap ini masih dianggap belum cukup, untuk itu perusahaan perlu
membangun relasi dengan para stakeholder dalam kegiatan CSR Digischool Scholarship.

2.5.2 Stakeholder

Definisi stakeholder secara luas dapat diartikan sebagai pemangku kepentingan


yang merupakan pihak atau kelompok baik secara langsung atau tidak langsung
terhadap aktifitas perusahaan karena kelompok tersebut dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh perusahaan (Wibisono, 2007:96). Menurut Khasali (dalam Wibisono

37
2007:96) stakeholder adalah para pihak atau kelompok yang berada didalam perusahaan
maupun luar perusahaan yang mempunyai peran terhadap keberhasilan perusahaan.

Stakeholder dalam definisi lain menurut ISO 26000 (dalam Radyati, 2020:214)
merupakan sebagai pedoman dalam melaksanakan tanggung jawab sosial bagi seluruh
organisasi. Pemangku kepentingan adalah organisasi atau individual yang mempunyai
kepentingan dalam setiap keputusan dan kegiatan organisasi. Dalam konteks ini yang
dimaksud kepentingan adalah tuntutan organisasi berupa uang, kepatuhan pada hukum,
atau tuntutan untuk didengar pendapatnya.

Menurut stakeholder salience model, pemangku kepentingan diidentifikasi dan


diklasifikasikan berdasarkan pertimbangan seberapa penting perannya bagi perusahaan.
Yang dimaksud dengan salience adalah seberapa terlihat para pemangku kepentingan
dalam perusahaan berdasarkan kekuasaan (power), legitimasi (legitimacy) dan urgensi
(urgency) (Cornelissen, 2017:69).

Stakeholders Salience Model

Gambar 2.5 Stakeholder Salience Model


Sumber: Cornelissen (2017, 69)
Dari hasil pemodelan ini, dapat di identifikasikan dan diklasifikasikan menjadi tujuh
kelompok yaitu:

1. Dormant stakeholder
Merupakan pemangku kepentingan yang tidak aktif. Hal ini dimaksudkan
pemangku kepentingan ini yang memiliki kekuasaan untuk memaksakan kehendak
mereka kepada perusahaan, namun dikarenakan tidak memiliki hubungan yang
resmi maka kekuatan mereka tidak aktif. Contoh: Calon pelanggan, kelompok ini
38
menggunakan kekuasaan dengan uang untuk melakukan pendekatan melalui isu di
media. Walaupun tidak ada interaksi dengan perusahaan tetapi dengan potensi
mereka untuk memperoleh urgensi dan legitimasi para pemangku kepentingan
tersebut berdampak potensial terhadap perusahaan.
2. Discretionary stakeholder
Merupakan pemangku kepentingan yang sah dan memiliki legitimasi berdasarkan
dari interaksi dengan perusahaan. Namun tidak memiliki kekuatan dan daya
pengaruh bagi perusahaan. Contoh: Penerima Dana CSR atau bantuan filantropi dari
perusahaan.
3. Demanding stakeholder
Merupakan pemangku kepentingan yang memiliki urgensi cukup besar, namun
tidak memiliki kekuasaan atau legitimasi untuk mepengaruhi perusahaan.
Kelompok ini dapat dikatakan sebagai kelompok yang dapat mengganggu
perusahaan jika keinginan atau tuntutan nya tidak dipenuhi. Contoh: Pendemo
disekitar pabrik atau perusahaan yang menuntut keinginan nya dipenuhi oleh
perusahaan.

Empat kelompok selanjutnya dipertimbangkan dan diklasifikasikan sebagai pemangku


kepentingan yang sifatnya menunggu dan yang memiliki dua dari tiga atribut yang ada, yaitu:
4. Dominant stakeholder
Merupakan pemangku kepentingan yang memiliki legitimasi dan kekuasaan yang
kuat serta berpengaruh besar dalam perusahaan. Contoh: karyawan, pelanggan,
pemilik, investor atau pemegang saham. Pemangku kepentingan ini memiliki
hubungan yang erat terhadap perusahaan, karena dapat memutuskan untuk menahan
investasi atau berhenti memberi layanan maupun produk dari perusahaan.
5. Dangerous stakeholder
Merupakan pemangku kepentingan yang memiliki kekuasaan, urgensi yang besar
dan tidak memiliki legitimasi. Pihak ini dianggap berbahaya karena mereka dapat
melakukan pemaksaan bahkan kekerasan. Contoh: Upaya melanggar hukum dengan
cara paksaan, demo secara anarkis, sabotase karyawan dan aksi terorisme.
6. Dependent stakeholder
Merupakan pemangku kepentingan yang tidak memiliki kekuasaan, tetapi memiliki
urgensi dan legitimasi. Pemangku kepentingan ini mengandalkan pihak lainyang

39
memiliki kekuatan untuk memenuhi kehendaknya. Meskipun kadang-kadang bisa
melalui advokasi pemangku kepentingan lainnya. Contoh: Masyarakat sekitar
pabrik atau kantor yang baru beroperasi sering digunakan sebagai alat oleh pihak
lain dan mengandalkan kelompok LSM atau partai politik agar mendapat
pertimbangan dari perusahaan.
7. Definitive stakeholder
Merupakan pemangku kepentingan yang memiliki ketiga atribut yaitu legitimasi,
kekuasaan dan urgensi. Pemangku kepentingan ini merupakan kelompok yang
paling kuat dan memiliki pengaruh yang besar. Oleh sebab itu, tugas corporate
communication adalah menerapkan strategi dalam mengelola mereka. Contoh:
Dewan Pemegang Saham (Shareholder). Dewan pemegang saham memiliki peran
yang aktif ketika merasa bahwa kepentingan mereka tidak dilayani oleh pemimpin
perusahaan, maka akan berdampak pada usulan pergantian pemimpin yang
dianggapnya tidak loyal dan kompeten.

Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengelola pemangku kepentingan dari tujuh
kategori diatas memiliki tujuan yaitu untuk dapat menentukan siapa pemangku kepentingan
yang berhubungan dengan perusahaan. Selain itu Corporate Communication dapat memiliki
presepsi dan ekspektasi yang diharapkan oleh pemangku kepentingan. Terdapat banyak model
lain untuk mengklasifikasikan terkait stakeholder dengan dua atribut contoh nya seperti power
dan influence. Stakeholder Saliance Model dapat memberikan analisis dan prioritas bagi
pemangku kepentingan perusahaan. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah pendekatan
komunikasi yang kurang penting.

40
2.6 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan permasalahan yang peneliti paparkan dalam pemikiran ini, maka peneliti
membuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Corporate Kegiatan Stakeholder


Komunikasi Communication Eksternal Internal -
Lintasarta Public Eksternal
Relations

CSR Lintasarta
Digischool
Scholarship

Strategi Komunikasi CSR menurut model Morsing & Schulz (2006:326)


1. The Stakeholder Information Strategy
2. The Stakeholder Response Strategy
3. The Stakeholder Involvement Strategy

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran ini, peneliti mengemukakan landasan dari penelitian


ini, yaitu pentingnya divisi Corporate Communication dalam menyampaikan suatu komunikasi
dalam suatu organisasi atau perusahaan kepada para stakeholder. Teori yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah tiga konsep strategi komunikasi CSR menurut Morsing dan Schultz,
sedangkan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang
berfokus pada suatu objek pada saat tertentu.

41
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Metode dan metodologi sering disamakan, pada pengertian kedua nya memiliki arti
yang berbeda. Kata metodologi berasal dari kata Yunani yakni “methodologia” yang bearti
teknik atau prosedur. Namun sebenarnya metodologi merujuk pada alur pemikiran (general
logic) secara menyeluruh yang didalamnya terdapat gagasan teoritis (theoretic perspectives)
(Raco, J.R, 2010:1).
Metolodogi penelitian terbagi menjadi tiga, yaitu penelitian kuantitatif, kualitatif dan
campuran (mixed method). Perbedaan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif adalah
bentuk yang disajikan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata sedangkan kuantitatif
menggunakan angka-angka. Sementara itu pada penelitian campuran melibatkan pada unsur-
unsur kuantitatif dan kualitatif (Creswell, 2020:4).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metodologi pendekatan kualitatif. Definisi
penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller dalam (Moelong, 2017:4) menyatakan penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
daripada pengamatan manusia baik secara kawasannya maupun peristilahannya. Penelitian
kualitatif juga didefinisikan oleh Denzin & Lincoln dalam (Anggito & Setiawan, 2018:7)
merupakan penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah dalam menafsirkan fenomena
yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan metode yang ada.
Sementara Erickson dalam Susan Stainback (2003) menyatakan bahwa ciri dari
penelitian kualitatif antara lain: Intensive, long term participation in field setting, Careful
recording of what happen in the setting by writing field notes and interview notes by collecting
other kinds of documentary evidence. Analytic reflection on the documentary record obtained
in the field, Reporting the result by means of detailed descriptions, direct quotes from interview
and intrepretative commentary.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif yang
akan diteliti pada strategi komunikasi CSR Lintasarta dalam program Digischool Scholarship
dilakukan secara intensif, melakukan pencatatan secara seksama, melakukan analisa secara
efektif terhadap dokumen yang ditemukan dan membuat laporan secara detail.

42
3.2 Metode Penelitian

Definisi metode penelitian ilmiah adalah suatu cara yang logis, sistematis serta objektif
untuk menemukan kebenaran secara ilmuan (Mukhtar, 2013:9). Penelitian ilmiah berasal dari
kata penelitian dan ilmah, yang mana diadopsi dari bahasa Inggris “research” yang memiliki
makna menemukan kembali. Sedangkan kata ilmiah diadopsi dari asal kata “science” yang
bearti ilmu.

Metode penelitian menurut Dukeshire & Thurlow (2010) menyatakan:

“Research is the systematic collection and presentation of information”. Artinya


penelitian merupakan suatu cara yang sistematis untuk mengumpulkan data dan menyajikan
hasilnya. Sementara menurut Cresswell (2014) adalah “research methods invlove the form of
data collection, analysis, an intrepretation that research purposes for the studies”, yang berarti
merupakan suatu proses kegiatan yang didalamnya terdapat pengumpulan data, analisa dan
intrerpretasi yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian.

Pada kegiatan penelitian tahapan pertama yang harus dilakukan adalah menentukan
metode penelitian yang akan digunakan. Karena metode penelitian merupakan tahapan awal
yang dapat digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian. Menurut Sugiyono
(2016,2) menyatakan:

Metode penelitian pada dasarnya adalah metode ilmiah untuk memperoleh data dengan
maksud dan tujuan tertentu. Pemahaman metode penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan data yang valid dan relevan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan memperoleh kegunaan tertentu.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif
deskriptif menurut Mukhtar (2013:29):

Merupakan metode penelitian yang memiliki tujuan mengungkapkan sebuah fakta


empiris secara obyektif dan ilmiah yang berlandasakan pada keilmuan serta prosedur
yang didukung oleh metodologi dan juga sebuah teroritis yang kuat sesuai disiplin
ilmunya.
Penelitian kualitatif deskriptif tidak hanya menggambarkan tindakan yang tampak pada
kasat mata saja, namun pada penelitian ini juga mendiskusikan berbagai kasus yang sifatnya
umum yang didalamnya ada keterkaitan tentang berbagai fenomena sosial yang ditemukan
kemudian dideskripsikan dengan hal yang bersifat spesifik dengan pertanyaan mengapa dan
bagaimana terhadap suatu realitas yang terjadi (Mukhtar,2019:11).

43
Dalam penelitian kualitatif deskriptif informasi mengenai subjek penelitian dan juga
perilaku subjek penelitian dalam suatu periode tertentu. Penelitian kualitatif deskriptif
mendeskripsikan seluruh gejala dan keadaan yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Oleh karena itu, metode penelitian ini dipilih berdasarkan definisi ahli diatas agar dapat
menggambarkan dan menganalisa secara mendalam mengenai bagaimana strategi komunikasi
yang dilakukan oleh Corporate Communication dalam pelaksanaan program CSR Lintasarta
yaitu Digischool Scholarship.

3.3 Fokus Penelitian


Menurut Lilcoln dan Guba ( dalam Moleong, 2005 :93) mengungkapkan:

Pertanyaan masalah dalam penelitian kualitatif berfokus pada situasi yang bersumber
dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang mengarah pada tanya tanya dengan
memerlukan upaya dalam menemukan jawaban.
Berdasarkan uraian diatas, apabila dikaitkan dengan fokus penelitian ini adalah strategi
komunikasi Lintasarta dalam pelaksanaan kegiatan CSR Digischool Scholarship pada yang
terfokus pada bidang pendidikan khususnya untuk lulusan SMK.

3.4 Sifat Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yang diteliti, maka sifat dari penelitian ini bersifat
deskriptif. Dalam hal ini peneliti harus mampu mendeskripsikan suatu obyek, fenomena atau
setting social yang digambarkan dalam tulisan yang bersifat naratif. Laporan yang disajikan
dalam penulisan berupa data dan fakta yang dihimpun dalam bentuk kata dan gambar bukan
angka. Penelitian deskriptif menjelaskan sesuatu yang menjadi sasaran mendalam, artinya
dilakukan untuk mengungkap segala sesuatu dan berbagai aspek dari sasaran penelitiannya
(Kartiwa, 2015:21).
Penulisan laporan yang bersifat deskriptif berisi kutipan data yang diambil dari lapangan
untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan pada laporan. Penelitian ini bekerja
dengan fokus pada proses dan hasil merupakan keniscyaannya (Anggito & Setiawan, 2018:11)
Peneliti akan menggambarkan mengenai bagaimana strategi komunikasi dalam
pelaksanaan kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship. Dalam penelitian ini memiliki
upaya untuk melakukan pencarian terhadap fakta dan interpretasi yang tepat terhadap data
dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran serta fakta-fakta yang ada mengenai

44
persoalan yang akan diteliti. Langkah ini dianggap penting karena merupakan sebagai dasar
bagi metode pembahasan pada bab selanjutnya. Beberapa faktor yang dianggap penting seperti
tentang tempat, waktu penelitian dan kondisi dilapangan memiliki tujuan untuk
menggambarkan keterkaitan pada latar belakang penelitian. Khusus nya pada strategi
komunikasi pelaksanaan kegiatan CSR.

3.5 Unit Analisis


Pada tahapan unit analisis dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu invidu yang
meliputi orang-orang dan non individu yang meliputi organisasi maupun lembaga (Yin,
2014:30). Unit analisis dalam penelitian adalah suatu satuan tertentu yang di perhitungkan pada
subyek atau sasaran dan merupakan sebagai pedoman yang dikaitkan dengan cara penentuan
pertanyaan pada awal penelitian. Sedangkan menurut Hamidi (2005:75-76) mengungkap kan:

Unit analisis dalam suatu penelitian dapat berupa individu, kelompok, atau suatu latar
peristiwa sosial seperti aktivitas individu, kelompok yang bertindak sebagai subjek
penelitian.
Mengenai bagian unit analisis atau satuan kajian, maka peneliti akan menjelaskan
tentang unit analisis objek penelitian mengenai strategi komunikasi pelaksanaan kegiatan CSR
yang merupakan bentuk kegiatan eksternal dari peran dan fungsi PR pada Lintasarta melalui
program CSR Digischool Scholarship. Berdasarkan keterangan tersebut, maka peneliti dapat
menyimpulan bahwa unit analisis atau satuan kajian penelitian ini adalah termasuk pada unit
analisis kelompok dan yang menjadi unit analisis kelompok adalah Divisi Corporate
Communication Lintasarta.

3.6 Definisi Konseptual


A. Komunikasi

Komunikasi merupakan cara bagaimana kita mengatakan dan atau


menyampaikannya. Komunikasi dapat juga didefinisikan sebagai pertukaran ide-ide,
komunikasi merupakan transisi informasi yang dihasilkan oleh pengiriman stimulus dari
suatu sumber yang direspons penerima.

B. Corporate Communication
Instrumen manajemen yang semua bentuk komunikasi, internal dan eksternal,
digunakan secara sadar, diselaraskan seefektif dan seefisien mungkin. Dengan tujuan

45
menciptakan manfaat, berhubungan dengan kelompok-kelompok yang menjadi
tumpuan perusahaan
C. Public Relations

Public Relations merupakan salah satu fungsi suatu perusahaan, dimana fungsi dan
peran PR tersebut merupakan sebagai mediator dan penghubung yang memiliki tujuan
untuk memperoleh dan membangun kredibilitas perusahaan.

D. Model Four Step Public Relations

Dalam pelaksanaan CSR terdapat empat tahapan penting dalam menjalankan proses
manajemen PR yaitu, mendefinisikan masalah, perencanaan dan pemograman, mengambil
tindakan dan berkomunikasi serta mengevaluasi program.

E. Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility merupakan kegiatan komunikasi dan juga kegiatan


eksternal yang merupakan bagian dari peran dan fungsi PR. Kegiatan CSR yang dilakukan
oleh suatu perusahaan dalam rangka menjalin dan mempertahankan hubungan
keberlanjutan yang harmonis dan juga wujud kontribusi perusahaan terhadap publiknya.

F. Komunikasi Corporate Social Responsibility


Program CSR wajib dibuat dan dilaksanakan oleh semua perusahaan terkait
dengan undang-undang yang sudah ditentukan. Untuk mendapatkan kepercayaan dari
publik melalui program CSRnya, suatu perusahaan tentu saja harus
mengomunikasikannya dengan para stakeholder secara efektif. Hal ini dikarenakan,
kunci keberhasilan aktivitas CSR dan memainkan peranan penting dalam membangun
reputasi.

3.7 Subjek dan Objek Penelitian

3.7.1 Subjek Penelitian

Informan menurut Moleong (2016:132) dalam buku Metode Penelitian Kualitatif adalah
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
belakang penelitian. Selain itu Andi (2010:147) dalam buku Menguasai Teknik-Teknik Koleksi
Data Penelitian Kualitatif menjelaskan bahwa, “Informan adalah orang yang diperkirakan
menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.”

46
Dalam menentukan informan peneliti memiliki kriteria yang harus dipenuhi yakni orang
tersebut tidak hanya terlibat langsung tetapi harus menguasai dalam pelaksanaan kegiatan CSR
dan bertanggung jawab besar dan memahami tahapan proses dilapangan sampai dengan
evaluasi. Sehingga informan haruslah memiliki kapabilitas dan kemampuan dalam berbagi
informasi kepada peneliti untuk memberikan informasi yang terkait. Data yang diperoleh dari
informan merupakan data utama yang akan ditelaah oleh peneliti dalam pembahasan.

Berdasarkan uraian diatas, maka informan dalam penelitian ini adalah:

1. Ahmad Sunaryo selaku Senior Officer – Corporate Communication Lintasarta


2. Ade Kurniawan selaku General Manager Corporate Secretary – Corporate Secretary
Lintasarta

Informan yang pertama bernama Ahmad Sunaryo, merupakan Senior Officer Corporate
Communication yang sudah bekerja di Lintasarta selama 3 tahun. Memiliki tugas untuk
mengatur aktifitas korporat salah satunya adalah kegiatan CSR, membuat proposal, melakukan
rapat dengan pihak ketiga, terjun langsung dalam kegiatan CSR, melakukan proses pembuatan
proposal, budget dan laporannya. Informan kedua bernama Ade kurniawan, merupakan
General Manager Corporate Secretary yang sudah bekerja 10 tahun di Lintasarta. Bertugas
membuat strategi komunikasi dan terlibat langsung pada kegiatan CSR, melakukan pengajuan
dana dan persetujuan ke Direksi dan melakukan aktifitas – aktifitas kehumasan lainnya di
Lintasarta.

3.7.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian menurut Bungin
(2015,78) tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret dapat
tergambarkan pada rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian adalah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Corporate Communication
Lintasarta dalam pelaksanaan program CSR Digischool Scholarship.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal sangat diperlukan dalam suatu penelitian.
Karena dengan data tersebut peneliti akan mendapatkan data yang akan di olah kemudian dapat
ditarik kesimpulan nya. Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk
memperoleh data yang diperlukan sehingga data yang diperoleh menjadi sempurna dan dapat

47
dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai
berikut:

3.8.1 Data Primer

Menurut Hasan (2002,82) data primer ialah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau
yang bersangkutan yang memerlukannya. Data Primer untuk penelitian ini akan
didapatkan melalui wawancara yang merupakan bagian dari metode penelitian
kualitatif. Dalam metode penelitian kualitatif dikenal dengan teknik wawancara
mendalam (in-depth interview).

Wawancara mendalam adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk


tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (interview guide) wawancara dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo, 2006: 72).

Pada penelitian ini jawaban atas data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam
(in-depth interview) untuk menggali data tentang perencanaan, penyusunan program, strategi
komunikasi serta evaluasi dari pihak Corporate Communication dan GM Corporate Secretary
Lintasarta yang bertanggung jawab dalam program CSR Digischool Scholarship.

3.8.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58).
Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer atau utama yang telah
diperoleh. Data sekunder didapatkan melalui dari berbagai cara yaitu:

a. Literatur (Studi Pustaka)


Studi pustaka, menurut Nazir (2013:93) teknik pengumpulan data
dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-
literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh dasar-dasar dan pendapat secara tertulis yang dilakukan
dengan cara mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan
48
masalah yang diteliti. Hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan data
sekunder yang akan digunakan sebagai landasan perbandingan antara
teori dengan prakteknya di lapangan. Data sekunder melalui metode ini
diperoleh dengan browsing di internet, membaca berbagai literatur, hasil
kajian dari peneliti terdahulu, serta sumber-sumber lain yang relevan.
b. Dokumentasi (Media Online, Laporan Tahunan, Artikel, Majalah)
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Menurut
Sugiono (2008: 240) dokumen bisa dalam bentuk tulisan, gambar atau
karya-karya monumental dari seseorang maupun organisasi. Dari
pendapat ini peneliti menyimpulkan dokumen merupakan cara
memperoleh data dengan mempelajari atau mencatat dari dokumen-
dokumen dan arsip yang berhubungan dengan objek penelitian.

Berdasarkan uraian diatas dan menyesuaikan dengan tema yang akan diteliti, maka
peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan literatur yang
mendukung untuk penyusunan penelitian. Selain itu, peneliti juga akan menggunakan dokumen
pendukung lainnya dari internal perusahaan seperti laporan tahunan, dokumentasi dan artikel
tentang program CSR pada Lintasarta.

3.9 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan hal yang sangat penting untuk menguraikan dan
memecahkan permasalahkan yang diteliti. Sesuai dengan metode penelitian diatas, maka teknik
analisis data yang akan digunakan peneliti adalah analisis data studi kasus Robert K. Yin.
Menurut Yin (2014: 140-158) dalam teknik analisis data terdapat tiga strategi analisis data yang
dapat digunakan yaitu:

 Perjodohan Pola
Penjodohan pola adalah membandingkan pola yang didasarkan atas empiri
dengan pola yang diprediksikan. Jika kedua pola terdapat persamaan, maka
hasilnya dapat menguatkan validitas internal studi kasus yang bersangkutan.
Maka peneliti membandingkan pola yang diprediksikan dengan pola empiri atau
hasil dari data wawancara dan dokumentasi. Kemudian penjelasan secara teori
mengenai pelaksanaan program CSR Digischool Scholarship dibandingkan
dengan pola yang berlandaskankan empiris.
 Pembuatan Ekspalanasi
49
Strategi analisis yang kedua pembuatan penjelasan atau pembuatan eksplanasi
dapat menganalisis data studi kasus yang bersangkutan, yang kemudian data
diuji, proposi-proposi teoritisnya diperbaiki, dan bukti tersebut di teliti sekali
lagi dari perspektif baru, dalam bentuk perulangan ini.
 Analisis Deret Waktu
Strategi analisis yang ketiga yakni deret waktu yang dimungkinkan hanya ada
satu variable tunggal dependen atau independen. Dalam hal ini, bila dalam
jumlah besar butir data relevan dan tersedia, uji-uji statistik bahkan bisa
digunakan untuk menganalisis data yang bersangkutan.

Dari ketiga strategi tersebut, pada penelitian ini peneliti akan menggunakan analisis data
perjodohan pola. Pola atau gagasan adalah membandingkan pola yang didasarkan atas empiris
dengan pola yang diprediksikan atau dengan beberapa prediksi alternatif. Sehingga jika kedua
pola ini terdapat persamaan, maka hasilnya dapat menguatkan validitas dari penelitian yang
akan diteliti.

Pada penelitian ini, peneliti akan mencocokan pola atau gagasan yang ditemukan oleh
peneliti dalam penelitian dengan gagasan yang ditemukan dalam literatur. Literatur yang
dimaksud adalah yang berkaitan dengan teori dan konsep strategi komunikasi CSR
sebagaimana yang dituliskan dalam landasan dan kerangka teori. Gagasan penelitian didapat
dari hasil wawancara, studi pustaka serta dokumen pendukung dari internal perusahaan.

3.10 Kriteria Keabsahan Data Penelitian


Menurut Moleong (2016, 324):

Untuk menetapkan suatu keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik


pemeriksaan. Terdapat empat kriteria yang digunakan untuk melaksanakan teknik
pemeriksaan penelitian. Antara lain: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferbility), kebergantungan (depenability) dan kepastian (confirmability).
Dari penjelasan ke empat hal tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Derajat Kepercayaan
Dalam hal ini berfungsi untuk melaksanakan kebutuhan sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuan nya dapat dicapai. Kemudian
mempertunjukan derajat kepercayaan hasil- hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
2. Keteralihan

50
Persoalan empiris bergantung pada suatu kesamaan antara konteks pengirim dan
penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti harus mencari
dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan
demikian peneliti dapat bertanggung jawab menyediakan data deskriptif
secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang hal tersebut.
3. Kebergantungan
Dalam kriteria ini merupakan suatu subtitusi dalam penelitian yang non
kualitatif. Realibilitas ditunjukkan dengan cara mengadakan replikasi atau
pengumpulan studi. Hal ini sebagai pertimbahan kemudian dapat mencapai
suatu kesimpulan. Dan dari segi peninjauanya pun pada konsep ini
memperhitungkan segala-galanya.
4. Kepastian
Kriterium ini merupakan pemastian bahwa sesuatu objektif atau tidak
bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan pendapat
maupun penemuan seseorang.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan kriterium derajat kepercayaan


pada penelitian ini didasarkan kepada sumber – sumber informasi yang akurat dan dapat
dibuktikan kebenarannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian ini dengan menyertakan
keterangan atau bukti dari mana data tersebut didapatkan dan digunakan dalam penelitian.

Kaitan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap Lintasarta, peneliti memiliki
kesimpulan bahwa sumber informasi yang akurat dan dapat dibuktikan kebenarannya. Hal ini
dibuktinya dengan adanya wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti terhadap informan
yang dapat dipercaya kebenarannya dalam menyampaikan informasi tentang strategi
komunikasi pelaksanaan kegiatan CSR perusahaan sehingga dapat dijadikan sebagai titik fokus
dalam peneliti tersebut.

3.11 Keterbatasan Penelitian


Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga menemui beberapa keterbatasan dalam
memperoleh data. Dalam hal ini proses pengumpulan data arsip, peneliti tidak bisa
mendapatkan arsip -arsip sebagai berikut:

1. Proposal Pelaksanaan CSR


Arsip ini bersifat rahasia dan hanya untuk kalangan internal saja. Proposal kegiatan
merupakan data yang didalamnya terdapat ide-ide dan pemikiran dari PR perusahaan

51
yang tidak dapat diketahui secara luas oleh pihak luar. Jadi, peneliti hanya mendapat
rincian mengenai proses dan juga strategi komunikasi dari pelaksanaan kegiatan CSR
Digischool Scholarship.

2. Rincian Laporan Anggaran


Laporan anggaran merupakan arsip yang bersifat rahasia, karena didalamnya terdapat
nominal yang tidak sedikit dikeluarkan oleh perusahaan sehingga laporan ini tidak dapat
diketahui oleh pihak luar.

52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Perusahaan PT Aplikanusa Lintasarta (“Lintasarta”)

4.1.1. Tentang Perusahaan Lintasarta

Lintasarta merupakan perusahaan penyedian komunikasi data, internet dan IT


services untuk berbagai sektor industri. Berdiri sejak April 1988 yang bernaung
dibawah Indosat Ooredoo Group dan telah menjadi bagian dari dinamika bisnis di
Indonesia dengan menghadirkan layanan komunikasi data, informasi bisnis serta
internet yang handal hingga ke wilayah terpelosok dan terpencil di Nusantara.

Pada saat ini Lintasarta telah melayani lebih dari 2.400 pelanggan korporasi
dengan lebih dari 35.000 jaringan yang meliputi layanan komunikasi data fiber optik,
jaringan satelit, managed security & collaboration, data center dan DRC, Cloud
computing, Managed servives, E-health, TPA (Third party administator) dan solusi total
komunikasi data.

Lintasarta memberikan layanan professional mulai dari layanan pra-jual melalui


business consultant, network engineer untuk assessment dan desain solusi pelanggan
hingga layanan purna jual yang memadai seperti Customer assistant representative
(CAR). Layanan professional ini didukung oleh lebih dari 1000 staf berpengalaman
diantaranya memiliki sertifikasi internasional yang tersebar dilebih dari 54 kota di
Indonesia.

Memberikan jaminan ketersediaan koneksi jaringan (SLA) sebesar 99%, 99,9%


dan 99,99% sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan dukungan multimedia akses
yaitu Fiber optik, Broadband wireless access dan satelit serta multi backbone yang fully
back up dan terkontrol melalui network monitoring system.

Infrastuktur pada Lintasarta berbasis platform jaringan Next generation network


(NGN). Untuk jaminan mutu layanan Lintasarta telah memperoleh sertifikasi ISO 9001,
ISO 27001, ISO 20000-1, ISO 14001. OHSAS 18001, PCI DSS, CMPS (Cisco
Managed Service Partner) dan SMK3 PP 50/2012.

53
4.1.2. Nilai Perusahaan Lintasarta

Etika dan prinsip perusahaan terkandung dalam Professionalism, Realibility,


Integrity, Determination dan Excellent (PRIDE) yang memiliki arti nilai-nilai korporasi
yang menjadi pedoman perusahaan dalam menghadapi pekerjaan serta melayani
pelanggan setiap hari. Nilai -nilai perusahaan yang ada pada PRIDE mencerminkan
perilaku dan praktik bisnis terbaik atau best practices yang diyakini oleh perusahaan
dapat membawa kepada pertumbuhan yang berkelanjutan dimasa yang akan datang.

PRIDE Lintasarta

Gambar 4.1 PRIDE Lintasarta

Sumber: Corporate Communication Lintasarta

4.1.3. Visi dan Misi Lintasarta

4.1.3.1 Visi Lintasarta


Menjadi pemimpin dalam solusi informasi dan komunikasi bisnis di
Indonesia
.

54
4.1.3.2 Misi Lintasarta
Membuat bisnis pelanggan lebih mudah dan bernilai tambah melalui
solusi teknologi informasi dan komunikasi yang inovatif.

4.1.4. Perjalanan Perusahaan Lintasarta

Lintasarta telah menjadi bagian dari perkembangan industri manapun di


Indonesia, terutama pada industri keuangan dan perbankan. Kiprah Lintasarta selama
tiga dekade lebih telah berhasil membangun reputasi yang unggul diantara pelanggan
dan pelaku bisnis korporasi di lndonesia serta menjadikan sebagai mitra ICT yang
terpercaya. Berikut perjalanan perkembangan bisnis Lintasarta.

`
Perkembangan Bisnis Lintasarta

Gambar 4.2 Perkembangan Bisnis Lintasarta


Sumber : Corporate Communication Lintasarta

4.1.5. Produk & Layanan Lintasarta

4.1.5.1 Lintasarta Connectivity


1. Lintasarta Internet Dedicated
Merupakan layanan yang memungkinkan untuk mengakses informasi
secara online demi kelangsungan bisnis melalui saluran yang

55
disesuaikan dengan kebutuhan dari pelanggan. Kondisi pemasangan
jaringan baik layanan internet domestik maupun internasional selama 24
jam. Lintasarta internet dedicated mempunyai empat macam layanan
antara lain : Internet Nap, Internet IIX, Internet Premium dan Internet
VSAT Express.
2. Data Communication
Solusi konektivitas untuk berbagai kebutuhan komunikasi antara kantor
pusat dan cabang dyang terletak di lokasi terpencil sekalipun. Lintasarta
data communication terdiri dari lima jenis layanan yaitu : Lintasarta IP
VPN, Lintasarta Metro Ethernet, Lintasarta IP VSAT, Lintasarta SCPC
VSAT dan Lintasarta Radio Trunking.

4.1.5.2 Lintasarta IT Services


1. Lintasarta Data Center
Lintasarta data center memungkinkan pelanggan untuk membangun
pusat data bersamaan dengan infrastuktur pendukung tanpa harus
melakukan pengeluaran investasi yang besar. Lintasarta data center
memiliki 3 lokasi yang saling terintegrasu yaitu : Data center TB
Simatupang, Data Center Technopark dan Disaster Recovery Center
(DRC) Jatiluhur. Dan memiliki layanan dua fasilititas yakni Colocation
dan DC operating managed.

4.1.5.3.Lintasarta Cloud
Lintasarta cloud services menawarkan beragam solusi enterprise untuk
skala kebutuhan yang bervariasi dengan konsep “everything is running
on cloud”. Varian layanan cloud cukup beragam antara lain :Public
cloud, Private cloud, Container as a services, Storage as a demand, Back
up as a services, Media analytics dan Intelegent video analytics.

4.1.5.4.Lintasarta IT Security
Merupakan solusi yang membantu pelanggan dalam menghindari,
mendeteksi dan merespon potensi serangan siber. Layanan ini
menyediakan End-to-End IT yang terdiri dari : Data center and cloud
security, Managed security devices, Managed antivirus dan Managed
security operation center.

56
4.1.5.5.Lintasarta Colaboration
Merupakan layanan yang memungkinkan kolaborasi antar karyawan
perusahaan dengan menjadi lebih efektif dengan teknologi yang tepat
dan andal. Layanan ini terdiri dari Hosted collaboration solution,
Managed mail dan Remote expert mobile.

4.1.5.6.Lintasarta Branch Management


Solusi cerdas dan praktis untuk kebutuhan IT di kantor cabang
pelanggan. Layanan ini antara lain : Wan optimizer, Managed SD Wan,
Managed network dan Managed PC/Laptop.

4.1.5.7.Lintasarta Professional Services


Lintasarta Enterprise Advanced Proofessional Services atau LEAPS
adalah solusi penyediaan layanan IT yang professional. LEAPS
mencakup segmentasi industri keuangan, manufaktur, telekomunikasi,
logistik dan resources yang membutuhkan penyediaan IT yang
professional dari level customer services hingga level tenaga ahli secara
end-to-end berbasis layanan IT.

4.1.5.8.Lintasarta Digital Solutions


Lintasarta digital solutions merupakan solusi digital yang andal bagi
bisnis pelanggan dalam meningkatkan kinerja bisnis dengan efisien
melalui aplikasi digital yang berbasis cloud. Layanan ini terdiri dari
Lintasarta digital queuing system, Lintasarta wifi marketing, Lintasarta
digital out of home (Videotron) dan Lintasarta digital signage.

4.1.5.9 Solusi Industri Lintasarta


1. Solusi kota atau SKOTA
Solusi kota atau SKOTA membantu para industri pemerintahan dalam
layanan smart city. SKOTA menawarkan solusi menyeluruh yang
terbagi dalam beberapa tahapan yang dimulai dari perencanaan,
implementasi, hingga sosialisasi pada masyarakat.
2. Owlexa
Merupakan solusi industri kesehatan yang memberikan kemudahan
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, akurat, responsif

57
dan efisien yang mana didukung oleh ragam layanan komunikasi
berbasic ICT yang berkualitas.

4.1.6. Identitas Perusahaan Lintasarta

Bagi Lintasarta sebuah logo merupakan simbol yang mewakili solusi, kemitraan,
integrasi dan komunikasi. Bentuk dan gerakan yang melingkar pada logo menunjukkan
dinamisme.

Warna dari logo Lintasarta melambangkan kreativitas dan kemampuan untuk


memberikan solusi untuk berbagai klien dan kebutuhan komunikasi informasi yang
kompleks dan mewakili luasnya aplikasi dan area fokus yang berbeda. Warna inti biru
mengacu pada informasi, warna jingga untuk inovasi, warba merah untuk fungsi waktu
– kritis, warna hijau untuk lingkungan, warna pirus untuk desain dan teknologi, warna
ungu tua untuk keuangan dan warna ungu muda untuk sumber daya manusia. Di pusat
gerakan dinamis dari elemen simbol logo, terbentuk segitia biru yang mewakili struktur
dan pondasi bisnis yang kuat.

Logo Lintasarta

Gambar 4.3 Logo Lintasarta

Sumber: Corporate Communication Lintasarta


58
4.1.7. Struktur Organisasi Lintasarta

Struktur Organisasi Lintasarta

Gambar 4.4 Struktur Organisasi Lintasarta


Sumber : Human Capital Management Lintasarta (2021)

Adapun susunan Direksi Lintasarta adalah sebagai berikut :


President Director : Arya Damar
Marketing & Solution Director : Ginandjar Alibasjah
Commerce Director : Alfi Asman
Delivery & Operations Director : Zulfi Hadi
Corporate Services Director : Bramudija Hadinoto

4.2 Program CSR Lintasarta

4.2.1 Pilar Lintasarta Care

59
Dalam pilar Lintasarta care sejalan dengan tagline yang ada pada perusahaan yaitu
Empowering your future. Tagline tersebut juga selaras dengan konsep Triple Bottom Line yang
dikemukakan oleh John Elkington (dalam Susanto 2018:22) yakni planet, people dan profit.

Lintasarta bergerak di bidang B2B dan sering tidak diketahui oleh masyarakat luas
namun sebenarnya Lintasarta merupakan perusahaan dibalik berbagai perusahaan ritel atau
sering disebut dengan B2C yang dikenal dengan masyarakat luas. Lintasarta merupakan motor
penggerak yang mendorong kemajuan bangsa sehingga digunakan kata “empowering”.
Keterkaitan empowering dengan konsep triple bottom line pada dimensi planet. Lintasarta
merupakan penggerak utama bagi kemajuan bangsa melalui kegiatan CSR pada bidang
lingkungan untuk mendukung pemerintah dan dunia menuju pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).

Dikenal karena pelayanan yang baik dan didasarkan atas rasa persahabatan yang kuat,
hal ini merupakan menjadi salah satu keunggulan utama Lintasarta yang harus dikomunikasikan
kepada pelanggan. Untuk itu, makna kata “your” yang menonjolkan sisi humanis dan personal.
Dalam rangka menonjolkan sisi humanis dan personal, kegiatan CSR Lintasarta berfokus pada
kegiatan yang menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang andal dan membantu
masyarakat untuk berkembang (people).

Lintasarta terus melakukan inovasi yang futuristic dan membuat masyarakat untuk
mampu menghadapi masa depan lebih baik. Dalam perjalanannya, Lintasarta telah membantu
berbagai perusahaan untuk membuat kemajuan dalam melayani negeri agar lebih baik sehingga
meenggunakan kata “future” dalam taglinenya. Kegiatan CSR Lintasarta yang didukung oleh
inovasi produk diharapkan dapat memberikan sumbangsih positif bagi keuntungan perusahaan,
masyarakat dan lingkungan sekitar demi masa dpean dan generasi yg lebih baik. Hal ini juga
berkaitan dengan konsep triple bottom line pada dimensi profit.

4.2.2 Fokus CSR Lintasarta

Adapun fokus program CSR yang dilakukan Lintasarta berdasarkan kegiatan


sebelumnya pada tahun 2020 terdiri dari empat pilar yakni Lintasarta Cinta Bumi, Lintasarta
Sehat dan Sejahtera, Lintasarta Pintar dan Lintasarta Inovatif. Berkaitan dengan pelaksanaan
program CSR, pada bagian people yaitu Lintasarta Sehat dan Sejahtera serta Lintasarta Pintar
meraih penghargaan international yakni Award for Corporate Social Responsibility pada Asia
Responsible Award (AREA) ditahun 2020 (https://www.lintasarta.net/en/news/lintasarta-raih-
penghargaan-internasional-asia-responsible-enterprise-awards-2020/, diakses pada tanggal 11
60
Maret 2021 pukul 20.36 WIB). Hal tersebut menunjukkan bahwa Lintasarta mampu
memberikan benchmark maupun inspirasi bagi perusahaan lain untuk menghadirkan program-
program CSR yang berkualitas.

Fokus CSR Lintasarta di kegiatan CSR sebelumnya & CSR Lintasarta 2020

Gambar 4.5 Fokus CSR Lintasarta

Sumber: Corporate Communication Lintasarta

4.2.2.1 Lintasarta Cinta Bumi


Lintasarta Cinta Bumi merupakan program CSR yang berfokus pada Go Green dan
merupakan bentuk usaha untuk memerangi efek global warming. Salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh Lintasarta pada stakeholder internalnya adalah kampanye penggunaan tumblr
saat rapat dan event serta mengganti botol minum plastik diruangan meeting menggunakan
gelas kertas. Lintasarta Cinta Bumi telah menjadi upaya dan tekad Lintasarta dan seluruh
karyawan untuk menjadi pionir lingkungan dalam industri Telekomunikasi di Indonesia .
61
Gambar 4.6 Lintasarta Cinta Bumi

Sumber : Corporate Communication Lintasarta

4.2.2.2 Lintasarta Sehat & Sejahtera


Lintasarta sehat dan sejahtera merupakan program CSR yang memberikan
bantuan kepada masyarakat pada kesehatan dan kesejahteraan, salah satunya adalah
Lintasarta melakukan donasi penanganan banjir di Jabodetabek yang bekerjasama
dengan BAZNAS dan memberikan donasi penanganan Covid-19 pada area
Jabodetabek, Surabaya dan Makassar yang juga bekerja sama dengan BAZNAS, Rumah
Zakat dan IZI.

Donasi Penanganan Banjir Jabodetabek

62
Donasi Penanganan Covid – 19 Area Jabodetabek, Surabaya &
Makassar

Gambar 4.7 Donasi Penanganan Covid

Sumber : www.Lintasarta.net
4.2.2.3 Lintasarta Pintar
Lintasarta Pintar merupakan program CSR yang bergerak dibidang pendidikan.
Bantuan yang diberikan berupa beasiswa, bantuan fasilitas digital berupa wifi dan juga
hibah perangkat telekomunikasi. Program CSR yang tergabung pada fokus ini antara
lain Lintasarta Digischool Scholarship, bantuan fasilitas bagi guru Yayasan Hufadz,
Jakwifi Pemprov DKI dalam mendukung terlaksananya PJJ hingga pemberian
perangkat telekomunikasi kepada Politeknik Negeri Medan dan Sriwijaya.

Pelaksanaan Lintasarta Digischool Scholarship & Pemberian VSAT untuk


Korban Gempa Lombok

63
Gambar 4.8 Pelaksanaan Lintasarta Digischool

Sumber: www.lintasarta.net
4.2.2.4 Lintasarta Inovatif
Lintasarta Inovatif merupakan realisasi program CSR yang berfokus pada suatu
inovasi produk yang berbasis aplikasi digital seperti mobile application yang dapat diterapkan
oleh perusahaan untuk mendukung sektor industri antara lain: perbankan, keuangan, migas,
transportasi, pariwisata dan lainnya. Salah satu program Lintasarta Inovatif adalah
Appscelerate, yang merupakan bentuk kompetisi rencana invensi dan inovasi dalam bidang
ICT. Bekerjasama dengan ITB, program CSR Appcelerate memiliki tujuan untuk
mengembangkan bakat, minat dan Lintasarta menyediakan sarana bagi mahasiswa yang ingin
menjadi entepreneur digital.

Pelaksanaan Awarding Lintasarta Appcelerate

64
Gambar 4.9 Pelaksanaan Awarding Appcelerate

Sumber : www.lintasarta.net

4.2.3 Program CSR Lintasarta Digischool Scholarship

Saat ini Indonesia mengalami kelangkaan talenta digital, hal ini diperkuat dengan
pernyataan pernyataan dari Menteri Perekonomian, Airlangga Hartanto sebagaimana yang
dikutip dalam siaran pers yang ditayangkan melalui kemenperin.go.id yakni :

“ Di tahun 2030, Indonesia akan siap menjadi E-economy yang mana dalam hal ini
dibutuhkan 17juta human talent yang melek teknologi”.
(https://kemenperin.go.id/artikel/19791/ghs , diakses tanggal 13 Maret 2020 pukul
13.00 WIB)

Namun disisi lain, dengan menggunakan teknologi dan kebutuhan industri digital yang
bergerak terus maju. Kualitas lulusan pendidikan tinggi maupun menengah, mahalnya biaya
pendidikan di Indonesia sering dianggap tidak kompatibel. Padahal saat ini dibutuhkan talenta
baru yang cakap dan mahir untuk bisa bersaing di Asia Tenggara untuk mencapai visi rumah
ekonomi digital dengan valuasi nilai dalam hal ini ditaksir setara Rp 1.448.000.000, untuk itu
dengan potensi yang cukup besar diperlukan keseriusan dan sebuah terobosan yang inovatif
guna mencetak talenta maupun entepreuneur digital Indonesia yang handal.

Dalam rangka perjalanan Lintasarta yang ke-32 tahun, perusahaan berinisiatif


menyelenggarakan program CSR Digischool Scholarship. Program CSR ini diselenggarakan
sebagai tanggung jawab sosial perusahaan dan guna mendukung program pemerintah terkait
digitalisasi di Indonesia. Digischool Scholarship merupakan program CSR di pilar pintar yang
memberikan bantuan berupa beasiswa pelatihan coding secara online yang bertujuan untuk
mencetak programmer muda yang siap bersaing di dunia digital. Pelatihan Coding secara online

65
adalah sebuah kegiatan belajar yang dilakukan dengan mengakses secara daring melalui
beberapa modul coding yang akan disiapkan oleh mitra didunia maya.

Dalam pelaksanaan program CSR ini, Lintasarta bekerjasama dan menunjuk PT


Dicoding Akademi Indonesia (Dicoding) sebagai mitra pelaksana Digischool Scholarship. Pada
tahun 2020, Lintasarta mulai membuka kesempatan beasiswa pemograman android dan web
dengan kuota sebanyak 3.200 developer muda Indonesia yang pada nantinya developer tersebut
akan mendapatkan akses untuk belajar di kelas pemula dan dibimbing oleh fasilitator dari mitra
melalui tautan berikut :

1. Belajar membuat aplikasi android untuk pemulai melalui


https://www.dicoding.com/academies51
2. Belajar dasar pemograman web melalui https://www.dicoding.com/academies123

Dan pada tahap selanjutnya 200 peserta developer terpilih akan mendapatkan hak akses secara
penuh dikelas lanjutan dengan mengikuti pembelajaran melalui tautan :

1. Belajar fundamental aplikasi android melalui https://www.dicoding.com/academies14


2. Membangun progessive webs apps melalui https://www.dicoding.com/academies74

Adapun keuntungan para developer yang akan mendaftar pada program CSR ini yakni
memiliki kesempatana untuk menjadi intership di perusahaan Lintasarta, anak perusahaan
hingga digital ecosystem yang dimiliki oleh Lintasarta. Syarat untuk mengikuti Digischool
Scholarship antara lain:

1. Siswa aktif SMK atau lulusan SMK (Dapat dibuktikan dengan ijazah dan kartu pelajar)
2. Berusia maksimal 29 tahun pada akhir tahun 2020
3. Melakukan pendaftaran secara lengkap melalui link dicoding.id/lintasartadigischool

Dalam pelaksanaan Digischool Scholarship memiliki alur pembelajaran bagi kelas


pemula sebagai berikut :

66
Alur Pembelajaran Kelas Pemula

Peserta Dicoding

Pendaftaran dan memilih program Validasi data dan jika berhasil


yang diminati maka kode kelas beginner akan
dikirim maksimal 2x 24jam

Enroll code dan menyelesaikan kelas Filtering top 200 program android
pemula sebelum 30 Maret 2020 dan web untuk diberikan kelas
expert

Tabel 4.1 Alur Pembelajaran Kelas Pemula

Sumber : Corporate Communication, Lintasarta


Kemudian para developer yang akan melanjutkan pada kelas lanjutan harus melalui syarat
berikut:
1. Lulus pada kelas pemula android atau web sebelum 30 April
2. Peserta kelas lanjutan akan dipilih berdasarkan score terbaik saat mengerjakan kelas
pemula
Alur dari kelas lanjutan adalah sebagai berikut :

Alur Kelas Lanjutan

Peserta Dicoding

Peserta melakukan enroll dan Dicoding mengumumkan peserta


menyelesaikan kelas expert sebelum 4 terpilih dan mengirimkan code kelas
September 2020 expert pada tanggal 8 Mei 2020

67
Lulusan terbaik akan diundang untuk Dicoding akan memberikan fasilitator
menghadiri wisuda secara online dengan peserta yang terpilih

Tabel 4.2 Alur Kelas Lanjutan

Sumber: Corporate Communication, Lintasarta


Dicoding akan menyediakan delapan orang sebagai fasilitator guna untuk membimbing
para developer dalam proses belajar di kelas pelatihan dicoding. Secara lebih luas tugas para
fasilitator yakni : Membimbing proses belajar mengajar para peserta, Berkomunikasi melalui
group chat untuk memfasilitasi segala pertanyaan, Melakukan pertemuan online dengan peserta
untuk mengetahui kesulitan yang ditemui dalam kelas lanjutan maupun expert serta melakukan
survey ke peserta terkait dengan adanya program beasiswa yang sedang diberikan.

Pelaksanaan program CSR Digischool Scholarship memiliki perencanaan dalam


kegiatan nya sebagai berikut:

Tabel 4.3 Perencanaan Kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship

Tanggal Kegiatan

24 Februari – 26 April 2020 Pembukaan pendaftaran Digischool


Scholarship

24 Februari – 26 April 2020 Proses belajar pada kelas pemula

08 Mei 2020 Pengumuman penerima beasiswa kelas


lanjutan

08 Mei – 31 Agustus 2020 Proses belajar kelas lanjutan

30 September 2020 Wisuda kelulusan secara online

Selain pemberian beasiswa, pada program Digischool Scholarship akan diadakan


Lintasarta Developer Talk ke 9 kota di Indonesia. Lintasarta Developer Talk adalah kegiatan
yang mempertemukan para developer dan membagikan pengetahuan yang berkaitan dengan
pemograman komputer yang dilakukan oleh Dicoding. Kegiatan ini juga bertujuan sebagai
wadah untuk memperkenalkan Digischool Scholarship secara lebih mendalam. Adapun jadwal
roadshow Lintasarta Developer Talk akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal berikut:
68
Table 4.4 Jadwal Pelaksanaan Lintasarta Developer Talk

Lintasarta Developer Talk Kota Tanggal

Lintasarta Developer Talk #1 Bandung 24 Februari 2020

Lintasarta Developer Talk #2 Medan 05 Maret 2020

Lintasarta Developer Talk #3 Makassar 12 Maret 2020

Lintasarta Developer Talk #4 Malang 19 Maret 2020

Lintasarta Developer Talk #5 Yogyakarta 30 Maret 2020

Lintasarta Developer Talk #6 Surabaya 02 April 2020

Lintasarta Developer Talk #7 Palembang 13 April 2020

Lintasarta Developer Talk #8 Pekanbaru 16 April 2020

Lintasarta Developer Talk #9 Samarinda 22 April 2020

Pada rangkaian kegiatan Lintasarta Developer Talk, semua peserta akan mengikuti
makan malam bersama, melakukan sharing teknis terkait dengan materi android maupun web,
mendengarkan paparan program Digischool Scholarship secara mendalam dan melakukan
tanya jawab ke Lintasarta maupun Dicoding.

4.3 Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Komunikasi

 Informan
Menurut Lintasarta komunikasi merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam perusahaan. Dengan melakukaan komunikasi, Lintasarta dapat
menyampaikan pesan perusahaan kepada para stakeholder internal maupun
eksternal. Komunikasi yang dilakukan secara dua arah dapat tercipta dengan
baik dan berkesinambungan antara perusahaan dengan pihak lain sehingga dapat
terjalin kerjasama yang baik antara kedua belah pihak. Berikut ini adalah
penjelasan lebih detail terkait komunikasi menurut Lintasarta dari wawancara
dengan informan yaitu Bpk Ade Kurniawan, GM Corporate Secretary Lintasarta
sebagai berikut :
69
“ Pengelolaan komunikasi tentu saja sangat penting, apalagi dalam
pelaksanaan kegiatan CSR. Dengan komunikasi yang baik, maka pesan dari
sebuah program CSR yang dijalankan oleh perusahaan bisa tersampaikan
dengan baik, diterima dan dipahami oleh masyarakat sehingga objective
perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR dapat tercapai dan akan
memberikan kesan dan persepsi yang baik dari masyarakat terhadap
keberadaan perusahaan sehingga bisa juga meningkatkan corporate image
perusahaan.” (Hasil Wawancara, Ade Kurniawan, GM Corporate Secretary
Lintasarta, 5 April 2021)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa komunikasi merupakan


aspek yang penting dalam suatu perusahaan. Lintasarta merupakan perusahaan
penyedia jasa telekomunikasi dan internet yang sering menjalankan kegiatan
CSR setiap tahun nya. Informan menganggap komunikasi merupakan hal yang
penting untuk menyampaikan pesan perusahaan kepada stakeholder internal
maupun eksternal. Stakeholder eksternal disini adalah merupakan masyarakat
sekitar perusahaan. Dengan adanya komunikasi dua arah yang baik dan terarah,
maka keberadaaan perusahaan dapat dilihat baik oleh masyarakat sekitar serta
pesan yang disampaikan dapat tercapai dan kesepahaman antara perusahaan dan
masyarakat dapat diterima dengan baik.
 Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara diatas bentuk komunikasi yang dilakukan
oleh Lintasarta merupakan komunikasi dua arah atau two way symmetrical
communication. Komunikasi ini menyampaikan pesan perusahaan kepada
masyarakat melalui saluran media yang ada seperti sosial media dan juga media
massa. Informasi mengenai kegiatan program kerja seperti CSR direncanakan
dan disusun oleh lintasarta sesuai dengan prosedur yang ditetapkan perusahaan.
Komunikasi yang dipaparkan oleh informan mengacu pada teori komunikasi
yang dikemukakan oleh James E.Grunig (dalam Ruslan, 2006:103) pada Bab II
halaman 13-14, model komunikasi terbagi menjadi empat dalam suatu kegiatan
public relations yaitu Publicity or press agency, Public Information, Two way
asymetrical dan Two way symmetrical. Model komunikasi apabila dikaitkan
pada penelitian ini termasuk dalam model two way symmetrical yang mana
Lintasarta memiliki peran untuk menyampaikan pesan baik berupa verbal dan
non verbal (dokumen, press release, memo internal, corporate news serta
menggunakan media channel yang telah ditetapkan) kepada seluruh

70
stakeholdernya, dalam hal ini khususnya adalah masyarakat agar dapat
menerima dan mengikuti semua informasi yang disampaikan oleh Lintasarta.
Menurut pengamatan peneliti, komunikasi yang dijalankan oleh
Lintasarta mengutamakan dalam segala hal baik kepada stakeholder internal
maupun eksternal. Hal ini sejalan dengan Lintasarta yang merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang jasa, dimana perusahaan mengutamakan
pelayanan yang baik untuk dapat memberikan kepuasaan bagi pelanggan dan
juga masyarakat sehingga penyampaian pesan harus dilakukan secara terarah
dan benar supaya penerima pesan dapat mengerti informasi yang disampaikan
dan tidak menimbulkan kesalahpahaman antara kedua belah pihak yang dapat
mengakibatkan dampak buruk bagi corporate image perusahaan. Peneliti juga
melihat bahwa komunikasi yang terjadi antara pimpinan, karyawan hingga
masyarakat sangat terbuka. Hal ini dilakukan apabila terjadi suatu kendala
maupun keluhan maka Lintasarta akan merespon dengan cepat dan tidak
berlarut-larut. Dan jika komunikasi yang terjadi sangat krusial maka akan
dieskalasikan hingga level Board of Director guna untuk menemukan solusi
yang terbaik bagi kedua belah pihak yang terkait.

4.3.2 Corporate Communication

 Informan
Divisi Corporate Communication (Corcomm) merupakan divisi yang
menjalankan segala kegiatan public relation atau kehumasan baik secara internal
maupun yang ada di Lintasarta. Selain itu dalam penerapannya pada Lintasarta,
divisi Corcomm juga bekerja sama dengan divisi-divisi lainnya untuk mencapai
kegiatan kehumasan sehingga dapat membawa visi dan misi perusahaan kepada
stakeholder. Hasil wawancara peneliti menurut informan, Bpk Ahmad Sunaryo
selaku senior officer Corporate Communication Lintasarta mengemukakan :

“ Corcomm merupakan fungsi dari komunikasi perusahaan secara menyeluruh.


Peran seorang corcomm adalah melakukan komunikasi baik secara internal dan
eksternal kepada seluruh stakeholder perusahaan guna mencapai reputasi yang
baik untuk perusahaan. Segala aktifitas kehumasan yang dilakukan oleh
seorang Corcomm di Lintasarta harus dilaporkan kepada GM Corporate
Secretary hingga Board of Directors agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan kegiatan kehumasaan perusahaan.” (Hasil Wawancara Ahmad
Sunaryo, Senior Officer Corporate Communication Lintasarta, 24 Maret 2021)

71
Jadi peneliti dapat menyimpulkan, bahwa segala aktifitas kehumasan
yang dilakukan oleh Lintasarta dalam hal ini Corcomm sebagai pelaksana
dibantu juga oleh divisi lain untuk mencapai kegiatannya. Corcomm bertugas
untuk melakukan perancangan kegiatan kemudian melaporkan kepada GM
Corporate Secretary dan dirapatkan ke level Board of Director untuk mendapat
persetujuan. Pada kesimpulan ini dapat dilihat juga, bahwa segala aktifitas
kehumasan yang ada pada Lintasarta dirancang secara matang dan professional.
Hal ini dilakukan untuk meberikan dampak positif bagi Lintasarta dan aktifitas
kehumasan dapat berjalan secara sistematis dan terarah sehingga dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat sekitar.

 Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dijelaskan oleh informan yaitu
Ahmad Sunaryo mengenai definisi Corcomm tentunya sesuai dengan teori
menurut Paul Argenti (2016,61) pada Bab II halaman 17, bahwa Corcomm
melakukan tugas nya dengan cara melakukan perancangan kegiatan untuk
mendapatkan respon dari perusahaan kemudian diteruskan kepada masyarakat
dan diharapkan memberikan manfaat serta dampak positif bagi kedua belah
pihak. Selain itu peneliti juga menyimpulkan bahwa divisi Corcomm memiliki
fungsi manajemen yang penting bagi perusahaan. Hal tersebut mengacu pada
teori yang disampaikan oleh Cornelissen (2017,5) pada Bab II halaman 15 yakni
Corporate Communication merupakan fungsi manajemen yang mempersiapkan
dan menyediakan kerangka kerja untuk melakukan koordinasi secara efektif dari
komunikasi yang menyeluruh baik internal maupun eksternal guna membangun
reputasi yang baik bagi perusahaan dan juga kelompok stakeholder. Peran divisi
Corcomm Lintasarta dalam pelaksanaan kegiatan CSR Lintasarta Digischool
Scholarship secara awal selain melakukan proses komunikasi adalah melakukan
riset, kemudian perancangan konsep yang akan dilakukan, membuat anggaran
serta menentukan sasaran penerima manfaat CSR.
4.3.2.1. Proses Komunikasi Corporate Communication
 Informan

Dalam proses penyampaian komunikasi yang dilakukan oleh


Corcomm adalah melakukan model komunikasi dua arah atau two way
symmetrical. Pada praktik nya proses komunikasi yang dilakukan oleh
72
Corcomm Lintasarta adalah proses penyampaian pesan kepada
stakholder kemudian mendapatkan respon dari stakeholder selanjutnya
pesan ditanggapi oleh Corcomm dan dilanjutkan ke manajemen. Hasil
komunikasi yang diberikan oleh manajemen kemudian disampaikan
kembali ke stakeholder melalui channel perusahaan yang telah
ditentukan. Adapun menurut informan yaitu Bpk Ade Kurniawan selaku
GM Corporate Secretary Lintasarta pada wawancara terkait proses
komunikasi Corcomm mengemukakan:

“ Pada penerapannya, Lintasarta menggunakan omni channel


dalam melakukan komunikasi ke para stakeholder, baik eksternal
maupun internal.Ke internal, informasi CSR disampaikan
melalui media internal yang ada seperti email, digital signage
maupun melalui website internal yang memuat berita -berita
korporat termasuk CSR. Ke eksternal, penyampaian/komunikasi
kegiatan CSR dilakukan melalui release berita ke media maupun
mengundang media pada kegiatan atau event yang dilaksanakan
oleh Lintasarta. Disamping itu beberapa kegiatan CSR juga
dikomunikasikan melalui sosial media milik Lintasarta seperti
Instagram, facebook maupun youtube atau disampaikan melalui
kegiatan atau event yang diadakan dengan mengundang pihak –
pihak terkait.” (Hasil Wawancara Ade Kurniawan, GM
Corporate Secretary Lintasarta, 05 April 2021)
Kesimpulan dari hasil wawancara yang dapat disampaikan oleh peneliti
adalah Lintasarta dalam melakukan proses kegiatan kehumasan yang dilakukan
oleh Corcomm menggunakan beberapa saluran media yang telah ditetapkan.
Saluran media internal berupa email, website dan juga digital signage yang ada
di kantor -kantor Lintasarta. Sedangkan untuk saluran media lainnya adalah
sosial media seperti facebook, instagram maupun youtube.

 Pembahasan

Kerangka proses komunikasi yang dijalankan oleh Corcomm


Lintasarta tentunya memiliki tujuan untuk menciptakan sebuah pesan
agar dapat tersampaikan dengan baik, apakah saluran media yang
digunakan sudah cukup tepat sehingga nantinya dapat mengambil
langkah yang tepat dalam melaksanakan aktifitas kehumasan. Lintasarta
menetapkan komunikasi dua arah dalam proses komunikasi ke
stakeholder baik internal maupun eksternal, dalam hal ini perusahaan
juga dapat mendengar saran dan kritik terkait perusahaan melalui kanal
73
sosial media yang dimiliki. Corcomm Lintasarta juga memiliki tugas
untuk memantau apa yang diinginkan oleh stakeholder eksternal terkait
dengan aktifitas kehumasan yang direncanakan oleh perusahaan.
Keberadaan komunikasi dua ini mengacu pada teori menurut Gruning
dan Hunt (2006) pada Bab II hal 17 bahwa adanya proses komunikator
dengan komunikan sehingga akan terjadi pertukaran pesan serta
komunikasi digunakan untuk mengelola konflik yang dalam hal ini
adalah perusahaan dan stakeholdernya. Menurut pengamatan peneliti,
komunikasi dua arah ini cukup efektif sebagaimana yang dijalankan oleh
Corcomm Lintasarta sehingga dalam membuat perancangan konsep
kegiatan CSR yang dibuat, pelaksanaan nya menjadi tepat sesuai apa
yang diinginkan oleh masyarakat.

4.3.3 Public Relations

 Informan
Aktifitas dan tugas public relations (PR) atau kehumasan yang harus
dilakukan oleh seorang Corcomm disebut juga kegiatan PR. Kegiatan PR
mencakup aktifitas internal dan juga eksternal. Dalam setiap kegiatan PR yang
dibuat oleh Corcomm pastinya membutuhkan proses dari awal sampai akhir
sehingga kegiatan tersebut nantinya akan ditetapkan menjadi bagian program-
program PR. Kegiatan PR salah satu nya adalah CSR. Pada Lintasarta kegiatan
CSR sudah ada sejak perusahan ini berdiri. Pelaksanaan kegiatan CSR
merupakan kegiatan PR eksternal yang dilakukan oleh Corcomm melalui
beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut yang harus dilakukan oleh
Corcomm seperti yang disampaikan oleh informan yaitu Bpk Ahmad Sunaryo
selaku Senior Officer – Corporate Communication Lintasarta melalui
wawancara adalah sebagai berikut :

“ Tahap pelaksanaan program CSR ini adalah : 1.Planning yang


meliputi riset, penentuan objective, tujuan, goal setting, strategi komunikasi,
publikasi, penentuan alur, mekanisme pelaksanaan, koordinasi dengan pihak
terkait (internal dan eksternal, budgeting, approval to management berupa
proposal, 2. Execution meliputi pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan sesuai
dengan timeline dan mekanisme yang telah direncanakan kemudian 3.
Evaluation adalah mengukur keberhasilan berdasarkan checklist dari goal
setting yang telah dibuat sebelumnya mendengarkan masukan atau feedback

74
dari stakeholder maupun peserta dan membuat laporan pelaksanaan kegiatan.”
(Hasil wawancara Ahmad Sunaryo, 24 Maret 2021)
Sebelum melakukan perencanaan tentu saja peran Corcomm Lintasarta
juga melakukan analisa serta identifikasi masalah awal yang timbul ditengah
masyarakat :
“ Ya, tentu saja Lintasarta melakukan riset terlebih dahulu sebelum
melaksanakan program CSR ini. Dimulai dengan mengidentifikasi hal
apa yang saat ini sedang dibutuhkan oleh Lintasarta dan Indonesia
secara lebih luas yang tentunya masih berkorelasi dengan core bisnis
Lintasarta sebagai perusahaan ICT. Kemudian hal apa yang sedang tren
saat ini dan punya potensi cerah dimasa yang akan datang dan terakhir
siapa/ audiens mana yang sangat butuh diberikan pertolongan melalui
kegiatan CSR ini.Perancangan program ini berlangsung kurang lebih 6
– 12 bulan” (Hasil wawancara Ahmad Sunaryo, 24 Maret 2021)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa


Corcomm Lintasarta melakukan beberapa tahapan dalam pelaksanaan aktifitas
PR terutama pada kegiatan CSR.Tahap pertama adalah planning atau
perencanaan, pada tahapan ini adalah kegiatan CSR yang akan dilakukan oleh
Corcomm akan dilakukan riset terlebih dahulu, merancang objektif kegiatan dan
menentukan konsep, menghitung anggaran yang akan dikeluarkan dan semua
perencanaan tersebut tertuang dalam bentuk proposal. Proposal yang dibuat oleh
Corcomm diajukan ke General Manager Corporate Secretary kemudian
dilanjutkan pengajuan proposal persetujuan kegiatan CSR ke level Board of
Director. Dalam konsep yang dibuat oleh Corcomm kegiatan CSR yang akan
dilaksanakan pada dasarnya bertujuan untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan sehingga dalam melakukan riset nya peranan Corcomm dalam
hal ini harus mampu melihat dan mendengar isu sosial yang ada pada
masyarakat. Tahapan kedua adalah Execution atau pelaksanaan, dalam hal ini
merupakan menjalankan rangkai kegiatan CSR sesuai dengan timeline dan
mekanisme yang direncanakan. Pada tahapan ini Corcomm juga
mengkomunikasikan terkait dengan rencana kegiatan CSR yang dibuat kepada
stakeholder internal dan eksternal melalui saluran media yang telah di tetapkan.
Dan tahapan yang terakhir adalah Evaluation atau evaluasi. Pada tahapan ini
Corcomm melakukan pengukuran keberhasilan kegiatan CSR yang dijalankan
berdasarkan dengan goal setting yang telah dibuat. Evaluasi dibuat bertujuan
untuk mendengarkan dan mencatat apa yang menjadi feedback dari pada

75
stakeholder maupun penerima manfaat CSR dan pada nantinya akan dituliskan
pada laporan kegiatan pelaksanaan CSR.

 Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ahmad Sunaryo
selaku informan mengenai proses PR Lintasarta dalam melaksanakan kegiatan
CSR yang apabila dikaitkan dengan teori maka mengacu pada Bab II hal 17-19
yakni teori PR menurut Cutlip, Center dan Broom (2016, 319-437). Cutlip et all
mengemukakan bahwa terdiri atas 4 tahapan :

1. Mendefinisikan Masalah (Defining Problem)


Pada penelitian ini, peranan Corcomm Lintasarta telah menyadari
bahwa kegiatan CSR merupakan kegiatan yang penting bagi
perusahaan sehingga kegiatan ini sudah ada sejak perusahaan ini
berdiri. Adapun beberapa riset dan analisa isu sosial yang dilakukan
Lintasarta melalui Corcomm dalam kegiatan CSR antara lain:
a. Lintasarta merupakan perusahaan penyedia jasa pada bidang
telekomunikasi dan internet yang mana proyek -proyek
perusahaan menawarkan produk -produk yang berbasis teknologi
namun dewasa ini telah banyak pesaing dari perusahaan lain yang
juga menawarkan jasa yang sama sehingga kegiatan CSR
diperlukan untuk mempertahankan bisnis perusahanan secara
jangka panjang.Corcomm melakukan perancangan dan konsep
program CSR Digischool Scholarship selama 6 -12 bulan.
Kemudian melihat dan mendengar tren yang ada saat ini ditengah
masyarakat juga apakah hal tersebut bisa menjadi potensi bagi
Lintasarta untuk kedepannya. Sehingga tercetuslah pemberian
beasiswa coding online, hal ini dipilih dan disetujui oleh
manajemen Lintasarta karena sangat berkorelasi dengan core
bisnis Lintasarta sebagai perusahaan ICT.
b. Kebutuhan masyarakat terkait pendidikan teknologi semakin
tinggi namun pendapatan yang dimiliki tidak semua merata dan
terpenuhi terutama dalam bidang pendidikan. Tingginya tingkat
penggangguran membuat Lintasarta semakin yakin, jika

76
memiliki program CSR yang mumpuni dan diminati masyarakat
dapat menuntaskan kemiskinan dan mencerdaskan bangsa.
c. Menjadi benchmark bagi perusahaan ICT yang lain dengan
kegiatan CSR yang serupa.

Dalam penelitian ini, Corcomm Lintasarta melakukan analisis situasi


sehingga kegiatan CSR yang akan dilakukan mendapatkan tanggapan dari
masyarakat yang tinggi.

2. Perencanaan dan Penyusunan program (Planning & Programming)


Dalam tahapan ini peranan Corcomm melakukan penyusunan dan
perancangan kegiatan CSR setiap tahun nya sesuai dengan fokus
CSR Lintasarta. Dalam perencanaan dan pemograman Digischool
Scholarship, peran Corcomm merumuskan bagaimana strategi yang
dilakukan. Menetapkan konsep perubahan yang akan dilakukan
semula offline kemudian menjadi online. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi Corcomm Lintasarta. Namun bagi Corcomm, hal
tersebut bukanlah hal yang berat. Bahkan dapat dikatakan berjalan
dengan lancar karena memang core dari program CSR Digischool
Scholarship ini adalah pemberian beasiswa online sehingga semua
penerima manfaat CSR akan melakukan aktifitas pembelajaran
secara online dan target audiens atau penerima manfaat juga
dianggap oleh Lintasarta sudah terbiasa dengan cara berkomunikasi
secara online sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang
signifikan. Hasil dari perancangan konsep secara online yang
dilakukan oleh Corcomm Lintasarta yakni diyakini mampu
menjangkau lebih banyak audiens dimana kegiatan tersebut tidak
terpaku sebatas developer yang ada di kota tersebut tapi dapat
dihadiri oleh developer yang ada di seluruh Indonesia. Antusiasme
pendaftar mencapai 6.613 semula ditargetkan hanya 3.200.
3. Mengambil tindakan dan berkomunikasi (Taking action &
Communicating)
Pada tahapan ini, setelah semua kegiatan CSR disusun maka
Corcomm Lintasarta akan mengajukan proposal ke General Manager
Corporate Secretary kemudian dilanjutkan ke level Board Of
77
Director. Proposal dan anggaran yang telah disetujui oleh Board of
Director kemudian disosialisasikan oleh Corcomm kepada seluruh
stakeholder yang terkait baik internal maupun eksternal. Proses
sosialisasi haruslah dilakukan secara baik, jelas dan transparan agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan kegiatan CSR.
Tindakan komunikasi yang dilakukan oleh Corcomm Lintasarta
adalah dengan cara mensosialisasi pesan yang sudah didesain
kemudian didistribusikan melalui channel media yang ditetapkan
seperti corporate news via email, poster, digital signage, advertising
pada sosial media perusahaan seperti twitter, instagram, facebook
dan juga youtube.
4. Mengevaluasi program (Evaluating the program)
Evaluasi kegiatan merupakan tahapan terakhir dalam tahapan
kegiatan CSR. Pada tahapan ini peranan Corcomm adalah melakukan
penilaian, mencatat segala feedback yang masuk baik dari internal
maupun secara eksternal. Nantinya setelah semua telah didapatkan
akan dibuat dalam bentuk laporan kegiatan CSR. Corcomm
Lintasarta melakukan survey kepada stakeholder internal dengan
mengirimkan link survey melalui email yang nanti nya para
stakeholder internal dapat memberikan feedback bagi Corcomm.
Sedangkan untuk stakeholder eksternal feedback dapat dilihat pada
kanal sosial media maupun wawancara dari para penerima manfaat
dari CSR itu sendiri.Sehingga, jika semua feedback telah berhasil
dilakukan akan dilaporkan kepada Board of Director melalui rapat,
ketika sudah selesai dibahas barulah kemudian Corcomm dapat
mengetahui dan mengambil langkah apakah kegiatan CSR tersebut
perlu dilanjutkan atau dihentikan.Kemudian peran mitra terkait
mekanisme pelaporan hasil evaluasi nya sendiri adalah berdasarkan
report dari realisasi pelaksanaan dari mitra itu sendiri. Setelah report
didapatkan dari Mitra kemudian dirangkum oleh Corcomm
Lintasarta secara garis besar untuk dilaporkan ke manajemen dan
juga seluruh stakeholder internal Lintasarta melalui corporate news
guna dapat memberikan tanggapan dan masukan terkait dengan apa

78
saja yang perlu dilakukan melakui program Digischool Scholarship.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa


pada pelaksanaan kegiatan CSR dan tahapan-tahapan nya Lintasarta telah
melakukan dengan baik terutama pada kegiatan CSR Lintasarta Digischool
Scholarship. Berkaitan dengan teori PR pada Bab II hal 20-21 menurut Firsan
Nova (2009, 45-46) bahwa peranan PR yang dilaksanakan oleh Corcomm
adalah expert preciber dan sebagai fasilitator komunikasi yang pada saat itu
Corcomm menjalankan fungsinya sebagai komunikator yang dapat membantu
manajemen dalam memahami harapan atau ekspektasi dari publik. Corcomm
Lintasarta menentukan konsep awal CSR kemudian melakukan perancangan
kegiatan, merumuskan masalah, menentukan sasaran dan tujuan serta
melakukan kontrol dan pelaksanaan kegiatan CSR. Corcomm bertindak juga
sebagai expert preciber, yakni berperan dalam menemukan solusi untuk masalah
yang berkaitkan dengan publik. Dan dapat menyakini manajemen untuk
membangun hubungan baik melalui kegiatan CSR yang akan dirancang.

Namun menurut peneliti secara keseluruhan, Lintasarta telah berhasil


menjalankan kegiatan CSR dengan baik dan sistematis.

4.3.4 Corporate Social Responsibility (CSR)

 Informan
Berkaitan dengan penelitian ini, salah satu bentuk dari implementasi
Corporate Philantrophy adalah dengan melaksanakan kegiatan CSR. Menurut
informan Bapak Ade Kurniawan selaku GM Corporate Secretary Lintasarta
melalui wawancara definisi CSR adalah:

“ CSR merupakan bentuk tanggung jawab sosial dari perusahaan


kepada lingkungan dan masyarakat ditempat perusahaan menjalankan
bisnisnya. Mereka merupakan bagian dari ekosistem bisnis perusahaan.
Dan tidak dapat dipungkiri bahwa mereka juga memiliki peran bagi
kelangsungan bisnis perusahaan.” (Hasil wawancara Ade Kurniawan,
GM Corporate Secretary Lintasarta, 05 April 2021)
Selanjutnya Bapak Ade Kurniawan menambahkan bahwa:
“ Lintasarta menjalankan program CSR sejak tahun 1990an. Pada saat
itu CSR lebih banyak diarahkan pada program-program sosial seperti

79
bantuan bencana alam dan sejenisnya” (Hasil wawancara Ade
Kurniawan, GM Corporate Secretary Lintasarta, 05 April 2021).
Selain itu, Bapak Ahmad Sunaryo mengungkapkan tujuan dari Lintasarta
merancang kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship yakni berupa
pemberian beasiswa pelatihan coding secara online bagi para lulusan SMA :

“ Indonesia saat ini mengalami krisis tenaga terampil dibidang


teknologi, berdasarkan hal tersebut pemerintah menjalankan beberapa
program percepatan dalam rangka mencetak tenaga terampil dibidang
teknologi demi tercapainya Indonesia sebagai tuan rumah ekonomi
digital terbesar di Asia Tenggara. Lintasarta merupakan salah satu
perusahaan teknologi ikut berkontribusi sebagai salah satu bentuk
wujud tanggungjawab sosial perusahaan untuk membangun negeri.
Selain itu, program ini juga sejalan dengan visi Lintasarta menuju
perusahaan Industry Solution. Harapannya lulusan dari program CSR
ini dapat terserap didunia kerja maupun digital Ecosystem Lintasarta,
anak perusahaan dan mitra. Bahkan harapan nya dapat mendukung
peningkatan technopreneurship yang dapat membuka lapangan
pekerjaan baru.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa bagi
Lintasarta CSR merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada
lingkungan dan juga masyarakat. Lintasarta menyadari bahwa peran penting
keduanya merupakan bagian dari ekosistem bisnis perusahaan. Pemilihan kegiatan
CSR Lintasarta Digischool Scholarship memiliki tujuan antara lain:

a. Merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahan kepada masyarakat


untuk membangun negeri.
b. Lintasarta menuju perusahaan Industri Solusi
c. Membantu pemerintah melahirkan talenta baru dalam bidang teknologi
sehingga nantinya dapat membukan lapangan pekerjaan bagi orang lain
 Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara diatas, mengacu pada teori CSR menurut
Kotler & Lee (2005,144) pada bab II hal adalah CSR merupakan suatu bentuk
tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat berupa bantuan dana, donasi,
beasiswa dan juga sumbangan lainnya. Bentuk CSR yang dilakukan oleh Lintasarta
pada Digischool Scholarship termasuk dalam corporate philanthropy. Walaupun
bentuk corporate philanthropy merupakan bentuk CSR yang tradisional dan paling
tua. Namun menurut peneliti, kegiatan CSR yang dilakukan oleh Lintasarta
mengalami banyak perubahan dari tahun ke tahun guna untuk memenuhi ekspetasi

80
dari para stakeholder.Kegiatan CSR bukan akan untuk publikasi atau tanggung
jawab sosial saja, namun juga Lintasarta turut berkontribusi dalam sektor
pendidikan pada kegiatan CSR Digischool Scholarship. Lintasarta melalui divisi
Corcomm melakukan pendekatan dan mendengar isu sosial kemudian
menghubungkan pada kegiatan CSR. Lintasarta menyakini bahwa kegiatan CSR
dianggap sebagai salah satu kunci penting dala menentukan reputasi dan dipercaya
dapat meningkatkan reputasi yang baik bagi perusahaan. Lebih jauh lagi CSR
merupakan elemen penting bagi reputasi perusahaan pada saat terjadi krisis, seperti
pandemi Covid-19 ini, Lintasarta terus melakukan komitmen yang dapat
menciptakan reputasi dimana perusahaan memiliki empati dan ikut berupaya
membantu masyarakat luas dalam keadaan pendemi melalui pemberian beasiswa
berupa pelatihan coding online secara gratis. Kegiatan CSR yang dilakukan selama
pandemi Covid-19 akan membangun relasi yang lebih kuat antara perusahaan,
pelanggan, dan masyarakat umum sehubungan dengan upaya bersama-sama
memerangi virus dan memajukan pendidikan yang ada di Indonesia. Pelanggan
Lintasarta akan merasa bangga dengan perusahaan yang membantu karyawan,
menyumbangkan dana dan adannya keterlibatan stakeholder internal selama krisis
terjadi. Ikatan yang terjalin antara perusahaan dan pelanggan dalam keadaan krisis
bisa lebih bermakna dan bertahan lama daripada CSR yang dilakukan di luar masa
krisis global. Oleh karena itu peneliti melihat bahwa langkah yang diambil oleh
Lintasarta dalam masa pandemi Covid-19 dapat menjadi peluang bagi perusahaan
untuk secara aktif terlibat dengan strategi dan agenda CSR.Peneliti melihat bahwa
inilah saat yang tepat untuk para pelaku bisnis tidak terkecuali Lintasarta, untuk
terus berusaha berbagi dan memberikan manfaat bagi masyarakat dan juga
lingkungan melalui produk-produk dan sosialisasi program secara efektif yang
dilakukan agar misi perusahaan untuk memasyarakatkan kehidupan yang
berkelanjutan (ramah lingkungan dan memberikan manfaat sosial) dapat tercapai.
Selama masa pandemi Covid-19, peneliti juga melihat berbagai perusahaan turut
berperan membantu Pemerintah dalam meringankan beban masyarakat antara lain
dengan memberikan bantuan berupa sembako, hand sanitizer, alat pelindung diri
(APD) memberi edukasi tentang kebersihan kepada masyarakat, mengembangkan
laboratorium PCR pada institusi pendidikan tinggi, dan masih banyak lagi. Macam-
macam bantuan yang diberikan kepada masyarakat diharapkan dapat meringankan

81
beban yang dirasakan sebagai akibat pandemi Covid-19 sekaligus membangun
reputasi melalui tanggung jawab sosial perusahaan.Dan Lintasarta turut serta
membantu memberikan beasiswa coding online secara gratis bagi semua lulusan
SMK yang ada di Indonesia. Selain itu Lintasarta berharap dengan adanya
Digischool Scholarship dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi penerima
manfaat CSR itu sendiri.

4.3.5.1 Manfaat Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)


 Informan
Dalam melaksanakan kegiatan CSR banyak sekali manfaat yang
didapatkan oleh perusahaan. Menurut Bpk Ahmad Sunaryo selaku Senior
Officer – Corporate Communication Lintasarta mengungkapkan manfaat yang
didapatkan jika Lintasarta menjalankan kegiatan CSR terutama pada program
Lintasarta Digischool Scholarship yaitu :

” Lintasarta akan mendapatkan manfaat berupa peningkatan awareness


yang lebih lebih luas dimasyarakat, mendapatkan lulusan-lulusan
program Lintasarta yang dapat diserap dibeberapa divisi di internal
Lintasarta, anak perusahahaan dan mitra Lintasarta.” (Hasil
wawancara Ahmad Sunaryo, Senior Officer Corporate Communication,
24 April 2021)
Peneliti dapat menyimpulkan, bahwa menurut informan dengan
menjalankan kegiatan CSR dengan baik dan sistematis maka perusahaan akan
banyak mendapat manfaat yang dirasakan. Lintasarta akan lebih banyak dikenal
oleh masyarakat luas, citra positif juga didapatkan dan juga menjadi benchmark
bagi perusahaan lain yang ingin melakukan kegiatan CSR pendidikan dibidang
teknologi.

 Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka kegiatan CSR pada


Lintasarta memiliki keterkaitan dengan teori pada Bab II hal 26 mengenai manfaat
CSR menurut Susanto (2007, 27-32) bahwa menjalankan kegiatan CSR Lintasarta
akan memperoleh banyak manfaat perusahaan akan mendapatkan citra positif dan
lebih dikenal oleh masyarakat. Pelaksanaan kegiatan CSR ini merupakan langkah
awal perusahaan untuk dapat membina hubungan yang baik dengan masyarakat
sekitar.Digischool Scholarship merupakan cara awal lintasarta untuk meningkatkan
82
reputasi dan keberadaan perusahaan yang dilebih luas ditengah masyarakat. Selain
mendapatkan reputasi dan membangun citra yang baik, Lintasarta berharap dengan
diselenggarakannya kegiatan CSR ini dapat menghasilkan talenta – talenta baru
dalam bidang digital kemudian dalam jangka panjang keahliannya dapat diserap
oleh Lintasarta dan ditempatkan di perusahaan Lintasarta, anak perusahaan serta
mitra yang bekerjasama dengan Lintasarta.Melihat dalam keadaan 2020 dimana
seluruh dunia dalam masa pendemi covid, namun Lintasarta mampu melakukan
kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat. Para penerima manfaat CSR nanti
nya jika sudah menerima beasiswa coding online akan mendapatkan sertifikat resmi
dari Dicoding yang merupakan satu-satunya google authorized di Indonesia yang
berguna sebagai modal utama untuk menjadi techopreuneur maupun dokumen
pendukung ketika memasuki dunia bekerja.Pernyataan diatas merupakan beberapa
manfaat yang akan diterima penerima CSR, namun bagi Lintasarta sendiri manfaat
secara nyata secara garis besar dalam aktifitas kehumasan adalah kegiatan ini bisa
menjangkau lebih banyak masyarakat sehingga dapat Lintasarta dalam membantu
program pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi
masyarakat untuk bersaing dalam dunia digital sehingga kedepannya program
serupa dalam bidang pendidikan dapat terus dilakukan.Sedangkan pencitraan yang
dibangun untuk mendapatkan citra kolektif berupa reputasi merupakan fungsi
Public relations dalam mengkomunikasikan suatu program perusahaan kepada
stakeholdernya baik internal maupun eksternal.

Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa reputasi merupakan sebuah asset


yang sangat penting dan akan terasa sekali manfaatnya. Kelihatannya sederhana,
namun pada praktiknya tidaklah sesederhana itu, Lintasarta melakukan perencanaan
secara matang dalam program Digishool Scholarship. Dan reputasi merupakan suatu
kolektif image yang dibangun dalam kurun waktu yang cukup lama secara
berkesinambungan dan juga konsisten.

4.3.5 Komunikasi Corporate Social Responsibility

 Informan
Komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan CSR merupakan peranan penting
dalam membangun sebuah reputasi perusahaan. Komunikasi merupakan suatu
proses yang memiliki dampak terhadap kelompok stakeholder. Menurut informan
83
yaitu Bpk Ahmad Sunaryo selaku Senior Officer Corporate Communication
Lintasart melalui wawancara sebagai berikut :

“ Menurut saya sangat penting mengelola aspek komunikasi dalam rangka


pelaksanaan program CSR ini karena tanpa perencanaan dan pengelolaan
komunikasi yang baik, pesan dari inti CSR ini tidak akan tersampaikan
dengan tepat kepada audiens yang kita harapkan sehingga tidak akan
banyak masyarakat yang aware terhadap program ini dan hasilnya peserta
yang mendaftar juga tidak sesuai harapan dan target” (Hasil wawancara
Ahmad Sunaryo, 24 Maret 2021)
Jadi peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan
CSR merupakan hal yang sangat penting. Divisi Corcomm harus memiliki
komunikasi yang baik kepada para stakeholder terkait guna pesan inti dari kegiatan
CSR dapat tersampaikan. Karena jika informasi yang disampaikan tidak diterima
oleh stakeholder maka peserta dan antusiasme dari penerima manfaat CSR tidak
akan sesuai harapan.

 Pembahasan

Berdasarkan dari hasil wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi


dalam kegiatan CSR sangat berkaitan dengan teori Mette Morsing (dalam Rusdianto,
2013:21) pada Bab II hal 29-31 komunikasi CSR merupakan komunikasi yang telah
disusun dan didistribusikan oleh Corcomm terkait dengan aktifitas CSR. Inisiatif
kegiatan CSR yang telah direncakan berguna untuk mendapatkan pengertian bersama
dan cara bagaimana perusahaan mengkomunikasikan CSR bergantung pada budaya dan
kondisi perusahaan itu sendiri.

4.3.5.1 Strategi Komunikasi CSR


 Informan
Keinginan dan harapan para stakeholder untuk pelaksanaan kegiatan CSR
Lintasarta yakni Lintasarta Digischool Scholarship. Divisi Corcomm harus
mempertimbangkan dan membuat strategi komunikasi kegiatan CSR secara detail dan
cocok untuk kegiatan CSR tersebut. Pada penelitian ini, peneliti melihat divisi
Corcomm melakukan strategi komunikasi CSR dengan melibatkan para stakeholder
dalam proses komunikasi CSR.Menurut informan, Bpk Ahmad Sunaryo selaku Senior
Officer Lintasarta mengemukakan :

84
“ Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Lintasarta menyesuaikan dengan target
sasaran peserta yaitu generasi muda (siswa/ lulusan SMK berumur maksimal 29
tahun). Untuk komunikasi ke eksternal, Lintasarta menggunakan kanal online dan
offline diantaranya sosialisasi berkala melalui sosial media Lintasarta, Sosial
Media Dicoding, dan jaringan digital grup para developer (WA Group), dan email
blast ke seluruh member Dicoding. Selain online, Lintasarta juga
menyelenggarakan sosialisasi dalam bentuk offline yaitu melalui kegiatan
roadshow Lintasarta Developer Talk yang waktu itu direncanakan akan
dilaksanakan di 9 kota besar dimana Lintasarta memiliki kantor perwakilan di kota
tersebut. Lintasarta Developer Talk adalah kegiatan temu developer yang bertujuan
untuk sosialisasi terkait program Lintasarta Digischool sekaligus mengundang
pembicara expert di bidang programming. Sehubungan dengan pandemic COVID-
19, Lintasarta Developer Talk saat itu hanya berhasil dilakukan di kota ke-3 yaitu
Bandung, Medan dan Makassar. Selebihnya Lintasarta Developer Talk dikonversi
menjadi kegiatan online yaitu Lintasarta Developer Talk Online series 1 – 6 yang
dihelat melalui platform Youtube Live. Selain itu, pada pelaksanaan launching
program dan Lintasarta Developer Talk offline di 3 kota, Lintasarta menerbitkan
press release dan melibatkan serta mengundang media massa untuk meliput
kegiatan. Pada beberapa bagian seperti pengumuman penerimaan beasiswa
lanjutan dan virtual graduation, Lintasarta juga menerbitkan press release.Untuk
komunikasi ke internal, Lintasarta menggunakan platform internal seperti Email
Blast, WA Blast, Internal Portal, dan Digital Signage yang tersebar di kantor
Lintasarta seluruh Indonesia. Seluruh gaya bahasa, visual dan hal-hal lain terkait
publikasi menyesuaikan dengan target audiens.” (Hasil wawancara, Ahmad
Sunaryo Senior Corporate Communication, 24 Maret 2021)
Jadi, terkait dengan strategi komunikasi CSR dilakukan melalui kanal online dan offline
diantaranya divisi Corcomm melakukan sosialisasi secara berkala melalui media sosial
Lintasarta. Dan juga dibantu oleh Dicoding yang merupakan pihak ke tiga yang membantu jalan
nya pemberian beasiswa coding secara online. Semula Lintasarta Digischool akan dilaksanakan
pada 9 kota besar namun dikarenakan adanya pendemi covid melanda, roadshow ke 9 kota
harus ditunda dan semua roadshow dilakukan secara online. Hal tersebut dikuatkan oleh
pernyataan dari informan sebagai berikut :

“ Tahun 2020 adalah tahun yang menantang untuk Indonesia bahkan dunia, dimana
kita dihadapkan pada situasi pandemic COVID-19 yang memaksa kita untuk mau tidak
mau harus merubah cara hidup kita, termasuk kaitannya dengan cara berkomunikasi
dalam pelaksanaan program CSR ini yang awalnya telah kita susun sedemikia rupa
seperti yang telah saya jelaskan pada poin 2 diatas, Lintasarta merencanakan strategi
komunikasi secara online dan offline, tetapi karena adanya pandemic kegiatan
komunikasi yang offline kita konversi menjadi online juga. Tantangan/ Tingkat
kesulitan komunikasi pada masa transisi tersebut dirasa tidak terlalu berat dan dapat
dikatakan berjalan dengan smooth karena memang core dari program ini adalah
beasiswa online dimana semua aktivitas pembelajaran dilakukan secara online dan
target audiens kita juga sudah terbiasa dengan cara berkomunikasi secara online
sehingga tidak menjadi sebuah permasalahan yang terlalu signifikan. Hasilnya dengan
melaksanakan kegiatan sosialisasi/ komunikasi secara online, mampu menjangkau
lebih banyak audiens dimana kegiatan tersebut tidak terpaku sebatas jumlah developer
85
yang ada di kota tersebut tapi dapat dihadiri juga oleh developer yang ada di seluruh
Indonesia.” (Hasil wawancara, Ahmad Sunaryo, Senior Corporate Communication
Lintasarta, 24 Maret 2021)
Menurut informan, dengan adanya kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship
pada saat pendemi tingkat kesulitan nya tidak terlalu berat. Karena memang untuk kegiatan
CSR ini dilakukan secara online dan target audiens yang rata-rata adalah generasi milenials
sudah terbiasa dengan cara berkomunikasi secara online.
“Target sasaran program CSR ini adalah siswa/ lulusan SMK dengan usia maksimal
29 Tahun.” (Hasil wawancara, Ahmad Sunaryo, Senior Officer Corporate
Communication Lintasarta, 24 Mei 2021)
Pemberian beasiswa coding secara online ini meliputi seluruh kota-kota yang ada di
Indonesia :

“Seluruh Indonesia, karena program beasiswa ini bersifat online jadi dapat menjaring
peserta yang lebih luas.” (Hasil wawancara, Ahmad Sunaryo, Senior Officer Corporate
Communication Lintasarta, 24 Maret 2021)
Pelaksanaan kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship, divisi Corcomm
bekerjasama dengan pihak ketiga atau mitra, mitra ini merupakan mitra yang ditunjuk secara
resmi dan berkompeten pada bidang coding :

“Lintasarta dalam penyelenggaraan program CSR ini bekerjasama penuh dengan


mitra penyedia modul beasiswa programming dan pelaksana program yang ditunjuk
yaitu Dicoding (satu-satunya Google authorized training partner di Indonesia).
Dicoding mengerahkan semua channel komunikasi yang mereka miliki seperti sosial
media, website, blogspot, wa group developer seluruh Indonesia, email blast kepada
seluruh member Dicoding, youtube channel Dicoding serta membantu pelaksanaan
publikasi offline program CSR ini.” (Hasil wawancara , Ahmad Sunaryo, Senior Officer
Corporate Communication Lintasarta, 24 Maret 2021)
Dicoding merupakan salah satu stakeholder eksternal yang membantu divisi Corcomm
untuk pelaksanaan kegiatan Lintasarta Digischool Scholarship, peran Dicoding pada kegiatan
ini tidak hanya sebagai mitra penyedia modul, namun juga melakukan komunikasi melalui
channel media yang mereka miliki. Seperti website, blogspot dan whatsapp group ke semua
developer atau penerima manfaat CSR yang terpilih. Adapun yang ingin ditekankan oleh
informan dalam strategi komunikasi CSR kali ini adalah :

“Yang ingin ditekankan dalam strategi komunikasi CSR kali ini adalah bagaimana
Lintasarta sebagai perusahaan ICT dapat berkontribusi pada kemajuan bangsa melalui
pemberian beasiswa programming online kepada generasi muda di Indonesia yang saat
ini sangat dibutuhkan dan memiliki prospek yang cerah dimasa depan.” (Hasil
wawancara Ahmad Sunaryo, Senior Corporate Communication Lintasarta, 24 Maret
2021)

86
Pelaksanaan kegiatan CSR juga memerlukan penyusunan strategi komunikasi secara
detail, menurut informan melalui wawancara dengan Bpk Ade Kurniawan, General Manager
Corporate Secretary Lintasarta mengemukakan:
“Penyusunan strategi komunikasi CSR dilakukan dengan tahapan sbb:
a. Penentuan visi atau tujuan yang ingin dicapai dari komunikasi CSR yang akan
dilakukan
b. Identifikasi objek/audience komunikasi, hal ini tentunya disesuaikan dengan
program CSR yang dilakukan
c. Menyusun konten komunikasi, disesuaikan dengan tujuan komunikasi dan
target audience
d. Menentukan produk komunikasi yang akan digunakan, apakah dalam bentuk
berita, gambar ataupun video, dan lainnya
e. Menentukan media yang akan digunakan
f. Eksekusi program komunikasi
g. Evaluasi komunikasi yang dijalankan” (Hasil Wawancara, Bpk Ade
Kurniawan GM Corporate Secretary, 05 April 2021)
Informan juga menambahkan dalam strategi komunikasi kegiatan CSR pasti ada saja
menemukan kendala dalam melakukan komunikasi kepada stakeholder :

“Salah satu hal yang penting dalam komunikasi CSR adalah melakukan komunikasi
secara kontinu sehingga awareness yang diharapkan terbentuk dari komunikasi CSR
yang dilakukan bisa tercapai. Perusahaan perlu menyiapkan strategi komunikasi yang
berkelanjutan agar efektif. Menurut saya salah satu kesalahan dalam komunikasi
program CSR yang dilakukan oleh perusahaan adalah tidak kontinunya komunikasi
yang dilakukan, dan hal ini bisa jadi dikarenakan perusahaan tidak memiliki strategi
dalam komunikasi CSR.” (Hasil wawancara Ade Kurniawan, GM Corporate Secretary
05 April 2021)
Dalam melakukan proses komunikasi, pada kegiatan CSR divisi Corcomm akan
melakukan evaluasi setelah kegiatan selesai guna untuk melihat bagaimana efektifitas dan
keselerasan dalam menentukan keberhasilan, hal ini diungkapkan oleh informan Bpk Ade
Kurniawan selaku GM Corporate Secretary Lintasarta melalui wawancara yaitu :

“Untuk CSR yang bersifat event dan mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam
program CSR yang akan dijalankan perusahaan, seperti misalnya di Lintasarta ada
program Appcerelate dan Lintasarta Digischool, maka salah satu parameter bahwa
strategi komunikasi berhasil adalah banyaknya peserta yang mengikuti program CSR
tersebut. Untuk komunikasi yang disampaikan melalui media digital (berita, youtube
atau web site perusahaan), maka parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi
program komunikasi adalah jumlah pembaca berita atau informasi tersebut.Tools
lainnya untuk mengevaluasi keberhasilan strategi komunikasi yang dilakukan adalah
melalui index corporate image perusahaan (diperoleh melalui survey) yang berkaitan
dengan CSR yang menunjukkan seberapa kuat image perusahaan dalam hal dukungan
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.” (Hasil wawancara Bpk Ade
Kurniawan, GM Corporate Secretary Lintasarta, 05 April 2021).

87
Pernyataan diatas diperkuat juga oleh informan lainnya yaitu Bpk Ahmad Sunaryo
selaku Senior Corporate Communication Lintasarta, menurutnya ukuran keberhasilan sebuat
kegiatan CSR terutama pada Lintasarta Digischool scholarship adalah banyak nya pendaftar
dari target yang ditentukan sejak awal :

“Dalam mengukur keberhasilan strategi komunikasi pada program CSR ini Lintasarta
menggunakan tolok ukur jumlah peserta yang mendaftar pada program ini dimana
peserta yang mendaftar mencapai 6.613 developer dari target 3.200 developer.” (Hasil
wawancara Ahmad Sunaryo, Senior Corporate Communication Lintasarta, 24 Maret
2021)
Selain itu dalam melakukan publikasi kegiatan CSR ini, divisi Corcomm menggunakan
media massa. Tujuan penggunaan media massa selain untuk publikasi agar perusahaan
memiliki citra positif dihadapan masyarakat:

“Media yang perlu digunakan dalam sebuah perusahaan untuk melakukan komunikasi
ke internal dan eksternal dimasa yang serba digital seperti saat ini adalah media sosial,
internal portal, messenger, dan platform digital lainnya. Selain itu, perusahaan juga
diharapkan dapat membangun hubungan baik dengan media massa baik cetak/
elektronik/ online untuk menjadi corong komunikasi perusahaan keluar demi
terciptanya citra perusahaan yang positif di masyarakat”. (Hasil wawancara Ahmad
Sunaryo,Senior Corporate Communication, 24 Maret 2021)
Jadi, Lintasarta selain melakukan komunikasi secara internal dan eksternal
menggunakan media sosial juga melakukan publikasi kegiatan CSR nya melalui media massa
baik cetak maupun elektronik. Hal ini dilakukan karena Lintasarta mengganggap bahwa media
merupakan corong komunikasi bagi perusahaan agar lebih dikenal juga dapat membangun
corporate image perusahaan.

 Pembahasan
Berdasarkan beberapa hasil wawancara diatas, maka strategi komunikasi
yang dilakukan oleh divisi Corcomm mengacu pada teori strategi komunikasi CSR
menurut Morsing & Schultz, Bab II hal 29-31, bahwa strategi komunikasi CSR
terbagi menjadi 3 model yaitu Stakeholder Information Strategy, Stakeholder
Response Strategy dan Stakeholder Involvement Strategy. Peneliti melihat secara
tahapan dan juga implementasi kegiatan CSR yang dilakukan oleh divisi Corcomm
dalam Lintasarta Digischool Scholarship adalah menggunakan penggabungan
ketiganya.

Pada model pertama Stakeholder Information Strategy merupakan tahap


pertama yang merupakan pedekatan awal yang digunakan untuk melakukan
perancangan dan pemograman konsep pesan yang menarik dari perusahaan gunakan
88
agar mendapat response serta awareness dari stakeholder, nantinya dapat dilihat
response yang didapat berupa dukungan atau ketidaksetujuan. Oleh karena itu dalam
tahap ini peranan divisi Corcomm sangat penting untuk memahami ekpektasi
dengan cara mendengarkan, melihat isu sosial dan melakukan survey atau riset.
Divisi Corcomm juga harus melakukan pemetaan stakeholder internal dan eksternal
pada tahap ini agar dalam melakukan riset tidak ada kesalahan.

Kemudian model yang kedua adalah Stakeholder Involvement Strategy, ditahap


ini pemilihan jenis kegiatan CSR Corporate Philanthropy yang merupakan jenis
CSR paling tua. Pada kegiatan CSR ini adalah memberikan bantuan khusus kepada
penerima manfaat. Dalam menentukan pemilihan jenis CSR ini Lintasarta juga
melibatkan stakeholder internal hingga level Board of Director. Selain itu pada
tahap inim penerima manfaat sudah mulai aktif berkomunikasi dengan perusahaan
terkait dengan kegiatan CSR ini. Lintasarta dalam tahap ini melakukan banyak
dialog dengan menggunakan media yang ditetapkan seperti mteams dan juga zoom
meeting untuk berinteraksi dan menjawab segala pertanyaan. Selain itu juga,
persuasi dalam program Lintasarta Digischool Scholarship dapat terlihat dari
bagaimana divisi Corcomm dan perusahaan berusaha meyakinkan untuk semua
lulusan SMA dapat berpatisipasi dalam kegiatan CSR ini.

Permasalahan dan juga jenis pemberian beasiswa coding secara online ini datang
dari isu sosial yang ada di masyarakat, Lintasarta melihat isu sosial ini menjadi
sebuah peluang untuk membantu para lulusan SMA untuk mendapatkan pelatihan
coding ini. Inisiatif kegiatan CSR ini secara ideal dapat memenuhi ekpektasi dari
stakeholder dan memastikan apa yang diberikan berguna dalam jangka panjang.

Penggunaan Stakeholder Information Strategy harus selaras dengan Stakeholder


Involvement Strategy dalam hal ini asumsi pemangku kepentingan juga memiliki
pengaruh yang kuat terhadap perusahaan dan nantinya harus selaras juga dengan
Stakeholder Response Strategy. Divisi Corcomm melakukan jajak pendapat dengan
dengan stakeholder menggunakan forum dialog. Namun, peneliti berpendapat hal
tersebut tidaklah cukup. Hubungan relasi dengan stakeholder dalam kegiatan CSR
perlu dibangun menggunakan penggabungan ketiga nya. Sesuai dengan pernyataan
diatas, peneliti menyimpulkan bahwa berdasarkan konsep dan teori yang digunakan
strategi komunikasi CSR yang dilakukan oleh divisi Corcomm Lintasarta sudah
sangat baik.
89
4.3.5.2 Stakeholder
 Informan
Stakeholder atau pemangku kepentingan memiliki peran yang cukup penting
dalam keberhasilan perusahaan. Menurut informan, Bapak Ahmad Sunaryo selaku
Senior Officer Corporate Communication melalui wawancara mengemukakan:

“Lintasarta melakukan riset terkait segmen masyarakat mana yang sangat


perlu dibantu dan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi Lintasarta
maupun untuk kemajuan Indonesia. Selain itu, Lintasarta juga
mempertimbangkan harus adanya kaitan/ benang merah antara kegiatan
CSR yang akan dilakukan oleh Lintasarta dengan core bisnisnya sendiri.”
(Hasil wawancara Ahmad Sunaryo, Senior Corporate Communication, 24
Maret 2021).
Hal tersebut diperkuat juga oleh Bapak Ade Kurniawan selaku General
Manager Corporate Secretary melalui wawancara, terkait dengan tujuan dan sasaran
bagi penerima manfaat CSR:

“Tujuan Lintasarta dalam menjalankan CSR utamanya tentu saja untuk


membantu meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar.
Lintasarta memiliki program CSR yang berkaitan dengan lingkungan hidup
dan Kesehatan masyarakat. Di samping itu dalam menjalankan program
CSR, Lintasarta juga menyesuaikan dengan strategi dan visi misi
perusahaan. Sebagai contoh Lintasarta yang sedang bertransformasi
menjadi perusahaan ICT solution menjalankan “Appcelerate”, yang
merupakan program CSR untuk mendukung terciptanya start up-start up
yang dibentuk oleh para mahasiawa, yang bisa menghasilkan solusi yang
dibutuhkan oleh perusahaan2 yang menjadi pelanggan Lintasarta sehingga
tercipta sinergi dan kolaborasi antara Lintasarta dan para start up tersebut.
Hal ini juga mendukung program pemerintah untuk menciptakan 1000
startup digital di Indonesia.”
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan Lintasarta untuk menjalankan
kegiatan CSR ini untuk meningkatkan ekonomi dan sosial pada masyarakat sekitar.

Dalam pemetaan stakeholder internal, dalam hal ini divisi Corcomm, pimpinan
Corcomm dan juga manajemen yakni Board of Director. Menurut informan, Bapak
Ahmad Sunayo selaku Senior Corporate Communication mengemukakan:

“Yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program ini adalah Corporate


Secretary Lintasarta dan Senior Manager Corporate Communication
Lintasarta serta Manjemen Lintasarta secara lebih luas” (Hasil wawancara
Ahmad Sunaryo, Senior Corporate Communication, 24 Maret 2021)
Selain melakukan perancangan konsep dan juga desain pesan, divisi Corcomm
juga menyiapkan anggaran pada kegiatan CSR ini:

90
“Anggaran pelaksanaan program CSR ini berasal dari mata anggaran CSR
Lintasarta tahun 2020 (Hasil wawancara Ahmad Sunaryo, Senior Corporate
Communication, 24 Maret 2021).
Anggaran pelaksanaan kegiatan CSR disiapkan oleh divisi finance dan divisi
Corcomm melakukan pembuatan rincian pengeluaran terkait dengan kegiatan CSR ini.
Setelah budget dibuat, divisi Corcomm mengajukan ke Senior Manager hingga General
Manager Corporate Secretary. Kemudian dirapatkan sampai ke Board of Director untuk
mendapatkan persetujuan.

Adapun cara divisi Corcomm melakukan penyampaian pesan kenapa penerima


manfaat menurut informan dengan cara melakukan Lintasarta Developer Talk pada 3
kota dan dilanjutkan untuk kota lainnya secara online:

“Lintasarta menyampaikan pesan ke penerima manfaat CSR ini melalui


berbagai kegiatan seperti Lintasarta Developer Talk di 3 kota dan Lintasarta
Developer Talk Online 1 – 6 series.
1. Calon peserta diwajibkan untuk mendaftar di laman yang telah ditetapkan dan
melengkapi seluruh informasi serta dokumen yang dibutuhkan pada saat
registrasi.
2. Peserta yang eligible, akan langsung mendapatkan token untuk dapat
mengakses kelas/ modul pilihan mereka dimulai dengan level modul pemula
secara online
3. Peserta diminta untuk menyelesaikan seluruh modul level pemula tidak
melewati deadline yang telah ditentukan.
4. Peserta terpilih/ terbaik (berdasarkan rating penilaian disistem Dicoding) akan
mendapatkan tambahan beasiswa ke level menengah
5. Peserta terpilih / terbaik dari level menengah akan berkesempatan untuk
mendapatkan kelas lanjutan ke level expert/ akhir dari masing-masing modul
yang mereka pilih (Hasil Wawancara Ahmad Sunaryo, Senior Corporate
Communication Lintasarta, 24 Maret 2021)
Jadi, tahapan para pendaftar dan penerima CSR dalam hal ini adalah stakeholder
eksternal akan mendapatkan pengarahkan terkait kegiatan CSR terlebih dahulu melalui
Lintasarta Developer Talk yang diselenggarakan pada setiap kota kemudian peserta yang
dianggap sesuai dengan requirement akan mendapatkan notifikasi untuk berlanjut pada tahapan
berikutnya. Divisi Corcomm menambahkan peserta yang terbaik yang dipilih berdasarkan
penilaian melalui sistem coding akan mendapatkan kelanjutan pada level beasiswa selanjutnya.
Pada tahap ini, divisi corcomm benar-benar menekankan bahwa hanya peserta yang memiliki
requirement yang akan diproses pada pembelian beasiswa ini.

Peneliti juga menanyakan, siapa saja stakeholder internal dan eksternal yang involve
menjadi narasumber ataupun tenaga expert dalam melakukan pengajaran pada pemberian

91
beasiswa online ini. Menurut informan, adapaun para pengajar dan narasumber yang menjadi
tenaga expert pada pemberian beasiswa coding online ini adalah:
1. Launching Lintasarta Digischool/ Lintasarta Developer Talk Bandung - Ian
Rachman Dana (Freelance Programmer lulusan SMK); Widyarso Joko Purnomo –
Academy Content Writer, Dicoding dengan materi Build Applications with Firebase
2. Lintasarta Developer Talk Medan – Emrycho, Dicoding Graduate
3. Lintasarta Developer Talk Makassar – Alfian Yusuf Abdullah, Internal Code
Reviewer - Dicoding
4. Lintasarta Developer Talk Online #1: JavaScript Module Bundler dengan Webpack
- Dimas Maulana - Academy Content Writer - Dicoding
5. Lintasarta Developer Talk Online #2: Simple Animation on Android - Khrisna
Indrawan Eka Putra - Head of Reviewer Dicoding
6. Lintasarta Developer Talk Online #3: Boost Android App using Android Jetpack -
Gilang Ramadhan - Academy Content Writer - Dicoding
7. Lintasarta Developer Talk Online #4: Best Practices and Lessons Learned as a
Developer - Sidiq Permana - GDE Android, CIO Nusantara Beta Studio dan Nur
Rohman - CPO Dicoding
8. Lintasarta Developer Talk Online #5: SQlite vs Room - Ahmad Imaduddin - Head
Of Academy Dicoding
9. Lintasarta Developer Talk Online #6: Journey to parsing JSON in Android - Arif
Faizin - Academy Content Writer - Dicoding
10. Virtual Graduation Lintasarta Digischool - Syahrul Fahmi (Android Developer
Rencanamu.id) (Hasil wawancara Ahmad Sunaryo, Senior Corporate Communication,
24 Maret 2021)
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa stakeholder eksternal yang menjadi narasumber dan
tenaga expert pada kegiatan CSR ini merupakan orang-orang yang expert pada bidang nya.
Lintasarta sebagai penyedia dan pemberi CSR menyadari bahwa harus melakukan kerjasama
dengan mitra lain agar pemberian beasiswa ini menjadi efektif.

Dalam pelaksanaan kegiatan CSR jika dilihat dari tahapan perencanaan, pemograman,
bertindak kemudian melakukan komunikasi dan pada strategi komunikasi akhir adalah divisi
Corcomm harus melakukan pelaporan kegiatan. Peneliti melihat ada keterlibatan stakeholder
eksternal sebagai mitra dan divisi Corcomm bertidak sebagai controller jalan nya kegiatan CSR
ini. Menurut informan, pada tahapan evaluasi pada mitra juga harus menyerahkan laporan
kegiatan CSR yang nantinya menjadi laporan secara khusus divisi Corcomm dihadapan
manajemen, informan mengemukakan :

“Ya, pelaporan program CSR ini melibatkan stakeholder internal lainnya di Lintasarta
dan mitra Lintasarta yaitu Dicoding. Mekanisme pelaporan program CSR ini
berdasarkan report realisasi pelaksanaan kegiatan dari mitra, kemudian dirangkum
oleh Lintasarta secara garis besar untuk dilaporkan ke Manajemen Lintasarta dan
seluruh stakeholder internal Lintasarta untuk diberikan tanggapan dan masukan serta
apabila memungkinkan untuk tindaklanjut yang perlu dilakukan melalui program ini.”
(Hasil wawancara Ahmad Sunaryo, Senior Corporate Communication, 24 Maret 2021)
92
Jadi peneliti menyimpulkan, bahwa sistem evaluasi dan pelaporan yang dilakukan oleh
divisi Corcomm sudah dalam tahap sangat baik dan transparan. Adanya koordinasi dan
kerjasama antara Lintasarta dan stakeholder eksternal yaitu mitra secara tidak langsung
menunjukan bahwa Lintasarta ingin menunjukkan pemberian beasiswa online ini tidak hanya
berjalan baik secara teknis saja namun Lintasarta juga mengharapkan tanggung jawab yang
telah dijalankan mitra melalui laporan tertulis guna dapat melihat dan menjadi bahan evaluasi
kegiatan CSR ini serta penentuan apakah program Lintasarta dapat dilanjutkan pada tahun
berikutnya.

Informan juga mengemukakan bahwa antusiasme stakeholder eksternal yakni para


penerima manfaat memberikan tanggapan yang luar biasa kepada Lintasarta :

“Sejauh ini tanggapan atau antusiasme masyarakat dalam program CSR ini sangat
tinggi, hal ini terbukti dari jumlah partisipan yang melebihi target serta sebagian besar
alumni program CSR ini menanyakan terkait kelanjutan program CSR ini ditahun
berikutnya. Feedback positif yang didapatkan oleh Lintasarta saat ini adalah Lintasarta
semakin dikenal terutama dikalangan developer di Indonesia. Banyak lulusan dari
program ini yang memberikan testimoni yang positif dimana melalui program ini
mereka merasa terbantu dalam menjalankan pekerjaan mereka saat ini. (Hasil
wawancara Ahmad Sunaryo, Senior Corporate Communication, 24 Maret 2021)
Peneliti menyimpulkan bahwa keberhasilan divisi Corcomm dalam melakukan
kegiatan CSR sudah terlihat pada jumlah pasrtisipan yang melebihi target, pesan dan
komunikasi yang dilakukan melalui channel media efektif dilakukan. Hal ini tidak terlepas dari
perancangan konsep kegiatan dan desain pesan yang cukup matang sehingga melahirkan suatu
response dan tanggapan yang positif dari stakeholder eksternal.

Adapun harapan dari Lintasarta yang disampaikan diwakili oleh informan yaitu Bapak
Ahmad Sunaryo menyampaikan :

“Harapan dari Lintasarta melalui program ini adalah semoga Lintasarta dapat
membantu program pemerintah dalam mencetak digital talent yang sangat dibutuhkan
di era saat ini. Selain itu, Lintasarta berharap dapat membuka lapangan pekerjaan
baru serta memberikan manfaat yang positif bagi penerima beasiswa dalam
menjalankan pekerjaan/ aktivitasnya sehari-hari. Program CSR ini akan dilanjutkan di
tahun 2021 dengan memberikan beasiswa tambahan level expert untuk lulusan level
menangah tahun 2020 serta pembukaan modul/ kelas pembelajaran yang baru
berdasarkan emerging jobs di Indonesia saat ini.” (Hasil wawancara Ahmad Sunaryo,
Senior Corporate Communication, 24 Maret 2021)
Harapan senada juga disampaikan oleh informan yaitu Bapak Ade Kurniawan selaku
GM Corporate Secretary :

93
“Harapan saya untuk CSR Lintasarta digischool adalah program ini bisa menjangkau
lebih banyak masyakarat sehingga program ini benar-benar bisa membantu pemerintah
Indonesia dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi masyakarat Indonesia untuk
bisa bersaing khususnya di era saat ini yang semuanya serba digital. Dan tentunya
harapan kami bahwa para lulusan program Lintasarta Digischool ini bisa diserap oleh
industry atau mereka bisa membentuk usaha sendiri seperti software house dan
sejenisnya.Ke depan tentunya CSR dalam Pendidikan akan terus dilakukan oleh
Lintasarta dan kami sedang mencari bentuk lain dukungan yang bisa diberikan kepada
masyarakat dalam dunia pendidikan, baik Pendidikan yang bersifat umum, maupun
khusus yang berhubungan dengan dunia telekomunikasi, seperti pelatihan mengenai
instalasi dan operasional dari perangkat IT dan telekomunikasi, sehingga lulusannya
juga bisa diserap oleh Lintasarta di dalam menjalankan kegiatan instalasi &
operasional perusahaan.” (Hasil wawancara Ade Kurniawan, GM Corporate
Communication, 05 April 2021)
Jadi peneliti menyimpulkan bahwa, harapan Lintasarta kepada para penerima manfaat
adalah selain mendapatkan ilmu baru yaitu ingin meningkatkan kualitas dan kompetensi
masyarakat dalam bidang teknologi.Persaingan teknologi mengharuskan seluruh masyarakat
untuk ‘melek’ terhdapan teknologi. Keberadaan Lintasarta Digischool Scholarship membantu
para masyarakat dalam membentuk usaha sendiri setelah mendapatkan beasiswa coding online
ini. Peneliti juga berpendapat bahwa jika kegiatan CSR dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat
maka antusiasme dan response positif masyarakat akan didapatkan, kegiatan CSR tidak hanya
tentang publikasi dan pengenalan perusahaan kepada masyarakat sekitar maupun media.
Namun juga harus efektif dan selaras terhadap keinginan masyarakat, sehingga pada nantinya
kegiatan CSR serupa terutama dalam bidang pendidikan dapat dilanjutkan pada tahun berikut
dengan inovasi yang lebih baru.

 Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan bahwa mengacu


teori stakeholder Cornelissen (2017:69) pada Bab II Hal 31-34, Divisi Corcomm
melakukan pemetaan dan identifikasi terhadap stakeholder yang akan terlibat pada
kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship. Hal ini dilakukan guna untuk
mengetahui bagaimana peran divisi Corcomm kepada para stakeholder yang
involve. Pemetaan ini menurut peneliti sangat efektif apabila dilakukan dengan
benar dan dapat menentukan siapa saja stakeholder yang akan berhubungan dengan
perusahaan. Model pemetaan ini dapat memberikan analisa dan prioritas yang
penting dilakukan guna mencegah komunikasi yang kurang penting ke
perusahaan.Adanya kesepakatan antara Lintasarta dan Mitra dalam memberikan
materi pemberian beasiswa coding online juga menurut peneliti merupakan langkah

94
yang tepat. Karena Lintasarta menunjuk tenaga expert pada bidang nya sehingga
pemberian beasiswa coding online ini menjadi sangat baik dan manfaatnya dapat
dirasakan oleh para penerima manfaat CSR.

95
4.4 Kerangka Hasil Penelitian

Karyawan Lintasarta
Komunikasi Corporate
Communication Kegiatan Eksternal PR
Stakeholder Internal
Merupakan aspek yang Board of Director
Fungsi komunikasi Divisi Corcomm melaksanakan
penting dalam kegiatan
perusahaan secara salahsatu kegiatan Eksternal yang
CSR guna memberikan
menyeluruh bagi seluruh melibatkan publik didalamnya Dicoding, Penerima CSR : Lulusan SMA
pesan dan persepsi yang
baik kepada stakeholder kelompok stakeholder Stakeholder Eksternal
Media Massa, Masyarakat umum
Expert Presciber
Membantu menemukan Fasilitator Komunikasi
isu sosial dan menemukan
Peranan PR solusiuntuk masalah Bertindak sebagai komunikator dan juga
terkait publik mediator guna membantu perusahaan untuk
memahami apa yang menjadi ekpektasi dari
publik

Corporate Philanthropy
Mendefinisikan Problem
Merupakan bentuk tanggung jawab
 Melihat isu sosial yang berkembang
sosial yang pemberiannya berupa
 Ikut dalam program pemerintah dalam mencerdaskan
Proses Pelaksanaan Dalam bantuan dana, kegiatan amal
bangsa dan menuntaskan kemiskinan
Menetapkan Kegiatan CSR  Keinginan untuk menjadi perusahaan terdepan
maupun beasiswa
dibidang ICT dan dikenal luas
 Salah satu kegiatan CSR dalam menyambut HUT 32 th
perusahaan

Mengambil tindakan dan Berkomunikasi


Perencanaan dan Penyusunan Program  Melaksanakan kegiatan CSR yang telah disusun
 Melakukan komunikasi dan sosialisai terkait
 Melakukan penyusunan kegiatan CSR yang akan kegiatan CSR
dilakukan
 Menetapkan anggaran dan membuat proposal
 Menetapkan saluran media yang akan digunakan
untuk kegiatan CSR
Mengevaluasi Program
 Menentukan penerima manfaat CSR
 Melihat dan mendengar tanggapan dari
stakeholder
96  Melihat apakah ada konflik dan pertentangan
 Melakukan rapat koordinasi untuk memberikan
penilaian atas keberhasilan dan keberlanjutan
kegiatan CSR
Corporate Social Responsibility

Lintasarta Digischool Scholarship

Pemberian beasiswa coding online kepada lulusan SMA

Strategi Komunikasi Corporate Social


Responsibility

Stakeholder Information Strategy Stakeholder Response Strategy


Strategy Involvement Strategy
 Divisi Corcomm memberikan informasi  Divisi corcomm melakukan identifikasi
kepada stakeholder : terkait dengan penerima manfaat CSR  Mengundang media massa untuk
Internal : Corporate News via email, yang lolos dalam seleksi melihat pelaksanaan kegiatan CSR
poster, digital signage di kantor pusat  Melihat tanggapan dan response guna untuk publikasi ke masyarakat
dan cabang, media sosial perusahaan stakeholder melalui media sosial dan luas
yakni facebook, twitter, instagram. media massa apakah ada pertentangan  Melakukan dialog dan jajak pendapat
Eksternal : Sosialisasi melalui media atau response positif kepadamanajemen,penerima manfaat
sosial yakni facebook, twitter,  Bekerjasama dengan Dicoding sebagai CSR dan Dicoding
instagram, website. Lintasarta mitra sebagai narasumber dan tenaga  Melakukan survey online setelah
developer talk via youtube. expert dalam pemberian materi coding kegiatan CSR berakhir dan mengukur
 Melakukan dialog tatap muka dan online keberhasilan nya guna menentukan
sharing session pada 3 kota dan setelah  Mendengarkan saran dari manajemen apakah program pemberian beasiswa
nya sharing session dilakukan secara untuk diintegerasikan dan disampaikan online ini bisa dilanjutkan atau tidak
online karena adanya pendemi ke penerima manfaat CSR
4.5 Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian pada Bab IV ini, maka peneliti menyimpulkan
bahwa Lintasarta sebagai perusahaan yang bergerak dibidang ICT dan penyedia jasa
telekomunikasi dan internet. Lintasarta membuktikan mampu melakukan kegiatan CSR yang
dilakukan dan menjadikan kegiatan CSR sebagai tanggung jawab sosial serta komitmen
perusahaan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dilakukan yang memiliki tujuan agar
masyarakat sekitar perusahaan dapat menerima keberadaan Lintasarta dilingkungan tempat
tinggal. Menurut peneliti, kegiatan CSR yang dilakukan selama ini cukup berhasil melalui
Digischool Scholarship. Walaupun dalam pelaksanaan nya masih ada kekurangan dan juga ada
beberapa kekurangan yang masih perlu diperbaiki agar kedepannya dapat menjadi lebih baik
dan sistematis dalam melaksanakan kegiatan CSR.

Dengan keberhasilan yang diperoleh Lintasarta, tentunya ada peran dari divisi
Corcomm dan juga fungsi dari PR yang menjalankan fungsi manajemen serta menjembatani
komunikasi ke perusahaan dalam menjalankan kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship
kepada para stakeholder agar dapat terjalin dengan baik. Sehingga Lintasarta akan mendapatkan
citra perusahaan yang baik dan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Pada praktik PR,
menetapkan CSR pada Lintasarta divisi Corcomm berperan sebagai expert presciber dan
sebagai fasilitator komunikasi. Namun pada pelaksanaan kegiatan CSR Lintasarta Digischool
Scholarship peran divisi Corcomm selain sebagai fasilitator komunikasi juag berperan sebagai
conceptor dan perancangan kegiatan hingga anggaran.

Peran dan fungsi divisi Corcomm tidak dapat dipisahkan dari kegiatan eksternal PR dan
juga keberhasilan yang diperoleh Lintasarta. Divisi Corcomm berperan sebagai komunikator
dalam menjalankan segala kegiatan eksternal PR. Jadi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
dalam proses penyusunan strategi komunikasi kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship
ini telah sesuai dengan ruang lingkup PR. Adapun harapan dan tujuan Lintasarta yang
berhubungan dengan stakeholder eksternal adalah dapat mengurangi kemiskinan dan
memberikan bekal ilmu pengetahuan terutama dalam bidang teknologi. Sehingga nantinya
dapat lahir talenta baru pada bidang teknologi dan menjadi technopreneur.

Key Indicator keberhasilan strategi komunikasi yang dilakukan oleh divisi Corcomm
adalah perusahaan mendapatkan sambutan dan response yang positif dari berbagai kalangan
masyarakat. Hal ini terbukti dengan tidak adanya konflik pada sosial media maupun komen
negatif pada perusahaan. Selain itu juga, keberhasilan ini diperkuat karena tujuan dan sasaran
penerima CSR telah sesuai dengan apa yang diharapkan. Lintasarta juga menjalankan seluruh
kegiatan CSR sebagai Good Corporate Governance dan membantu meningkatkan kualitas
pendidikan khusus nya pada lulusan SMA.

Pada proses pelaksanaan kegiatan CSR memiliki kesamaan dengan proses PR yaitu
Tahap pertama adalah planning atau perencanaan, pada tahapan ini adalah kegiatan CSR yang
akan dilakukan oleh Corcomm akan dilakukan riset terlebih dahulu, merancang objektif
kegiatan dan menentukan konsep, menghitung anggaran yang akan dikeluarkan dan semua
perencanaan tersebut tertuang dalam bentuk proposal. Tahapan kedua adalah Execution atau
pelaksanaan, dalam hal ini merupakan menjalankan rangkai kegiatan CSR sesuai dengan
timeline dan mekanisme yang direncanakan. Pada tahapan ini Corcomm juga
mengkomunikasikan terkait dengan rencana kegiatan CSR yang dibuat kepada stakeholder
internal dan eksternal melalui saluran media yang telah di tetapkan.

Dan tahapan yang terakhir adalah evaluasi. Pada tahapan ini Corcomm melakukan
pengukuran keberhasilan kegiatan CSR yang dijalankan berdasarkan dengan rencana yang telah
dibuat. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mendengarkan dan mencatat apa yang menjadi
feedback dari pada stakeholder maupun penerima manfaat CSR dan pada nantinya akan
dituliskan pada laporan kegiatan pelaksanaan CSR. Dan juga menentukan apakah nantinya
kegiatan CSR ini dapat dilanjutkan atau tidak.

Selain itu, strategi komunikasi yang dilakukan oleh divisi Corcomm menggunakan
strategi komunikasi CSR 3 model yakni stakeholder information strategy, stakeholder
involvement strategy dan stakeholder response strategy. Penggabungan ketiganya menjadi
efektif, karena dapat menentukan siapa saja stakeholder yang akan berhubungan dengan
perusahaan. Model pemetaan ini dapat memberikan analisa yang harus dilakukan guna
mencegah komunikasi yang kurang penting keperusahaan. Kesepakatan yang dibuat antara
Lintasarta dan mitra sebagai stakeholder eksternal sekaligus tenaga expert dalam memberikan
materi pemberian beasiswa coding online menurut peneliti merupakan langkah yang tepat,
Lintasarta menyadari bahwa menunjuk tenaga expert pada bidang teknologi akan membuat
kegiatan CSR ini menjadi efektif dan terasa manfaatnya bagi penerima CSR. Peneliti juga
melihat bahwa secara keseluruhan kegiatan CSR Lintasarta Digischool Scholarship telah
berjalan secara baik, sistematis dan transparan sehingga dapat dilanjutkan kegiatan CSR serupa
dibidang pendidikan pada tahun berikutnya.

99
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Bab I sampai dengan Bab IV, maka peneliti mendapatkan
kesimpulan bahwa Lintasarta merupakan perusahaan yang bergerak dibidang ICT secara
khusus menyediakan jasa telekomunikasi dan internet. Lintasarta juga perusahaan yang
memiliki rasa tanggung jawab sosial terhadap komunitas dan juga masyarakat sekitar
perusahaan. Hubungan baik serta komunikasi yang terarah keseluruh stakeholder dapat dilihat
dari pelaksanaan kegiatan CSR dalam program “Digischool Scholarship”. Antusiasme peserta
yang mendaftar pada program ini mencapai 6.613 developer yang semula ditargetkan 3.200
developer sesuai dengan usia perusahaan yakni 32 tahun.

Hal ini dapat dikatakan bahwa Lintasarta telah menjalankan kegiatan eksternal PR
dengan baik dan divisi Corcomm telah menjalankan fungsinya sebagai instrumen manajemen
bagi internal maupun eksternal yang memiliki tujuan untuk menciptakan manfaat dan
berhubungan dengan para stakeholder yang menjadi tumpuan perusahaan. Pada penelitian ini ,
kegiatan CSR tertuju pada stakeholder eksternal sesuai dengan salah satu aktifitas PR yaitu
menjembatani pihak-pihak tertentu yang membutuhkan CSR ini. Divisi Corcomm juga
bekerjsama dengan divisi lain yaitu divisi finance untuk memberikan support anggaran dan juga
pemenuhan hak terkait pembayaran. Serta divisi Strategy and Business Development kaitannya
melakukan arahan mengenai outpout dari kegiatan CSR ini.

Kegiatan CSR Lintasarta yang menjadi fokus penelitian ini adalah Lintasarta Digischool
Scholarship merupakan pemberian beasiswa coding secara online bagi lulusan SMA.
Pelaksanaan kegiatan CSR ini melakukan 4 tahapan menurut Cutlip, Center dan Broom yaitu :
Mendefinisikan masalah, melakukan perencanaan dan pemograman kegiatan, melakukan
komunikasi dan tindakan serta yang terakhir adalah tahapan evaluasi pada program. Selain itu
strategi komunikasi yang digunakan mengacu pada strategi komunikasi CSR Morsing dan
Schultz yaitu melakukan pemetaan terhadap stakeholder internal dan eksternal, dalam hal ini
tugas divisi Corcomm melakukan identifikasi stakeholder yang relevan serta melakukan
komunikasi menggunakan channel media yang telah ditetapkan.

100
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan sifat
penelitian deskriptif. Perolehan data yang diolah peneliti berdasarkan dari hasil wawancara para
informan. Pada penelitian ini peneliti menggambarkan dan menganalisa secara mendalam
mengenai bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh divisi Corcomm dalam
pelaksanaan program CSR Lintasarta Digischool. Hasil penelitian ini menunjuk pada aktifitas
PR atau kehumasan, proses komunikasi dan kegiatan eksternal PR yang dilakukan pelaksanaan
nya oleh Divisi Corcomm.

Menurut peneliti, proses pelaksanaan CSR Lintasarta Digischool lebih mengarah


kepada kegiatan corporate philantrophy. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi kegiatan dan
juga terhadap manfaat yang diterima oleh penerima CSR khusus nya pada sektor pendidikan
dibidang teknologi. Manfaat Lintasarta Digischool dapat meningkatkan kualitas masyarakat
dan juga dapat melahirkan talenta baru dan dalam jangka panjang Indonesia akan memiliki
technopreneur yang dapat membuka lapangan kerja dari yang membutuhkan.

Peneliti berharap, penelitian ini diharapkan berguna dan akan menjadi manfaat bagi
pihak – pihak yang memilki minat dalam dunia korporat dan menangani aktifas PR baik secara
akademis maupun pihak – pihak yang berkaitan dengan proses pelaksanaan kegiatan Corporate
Social Responsibility.

5.2 Saran
Adapun saran dan feedback yang dapat peneliti berikan ke Lintasarta khususnya bagi
divisi Corporate Communication mengenai strategi komunikasi pelaksanaan kegiatan CSR
yang merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan kontribusi perusahaan adalah sebagai
berikut :

Saran Praktis

1. Lintasarta telah memiliki divisi tersendiri dalam melakukan pelaksanaan kegiatan


CSR yang dalam hal ini tanggung jawab perencanaan dan pelaksanaan dilakukan
oleh divisi Corporate Communication. Divisi ini dianggap sangat penting dan
berada dibawah pimpinan Presiden Direktur. Sehingga, kegiatan maupun aktivitas
PR baik secara internal dan eksternal diketahui secara langsung oleh manajemen.
2. Pemilihan jenis CSR yang dilakukan oleh Lintasarta merupakan kontribusi
perusahaan terhadap pendidikan yang ada di Indonesia sehingga dapat menjadi
benchmark bagi perusahaan lain apabila ingin melakukan kegiatan CSR yang
101
serupa.Namun, kegiatan CSR pendidikan yang dilakukan oleh Lintasarta harus
dikembangkan lagi tidak hanya dibidang internet saja sehingga dapat lebih kreatif
dan memiliki inovasi baru.Proses pelaksanaan kegiatan CSR baik internal dan
eksternal harus memiliki laporan tahunan dan dokumentasi yang disusun secara
sistematis agar dapat terlihat jelas, transparansi dan sehingga dapat
mempertahankan Good Corporate Governance (GCG) dimata pemerintah serta
masyarakat dan sebagai evaluasi untuk kegiatan CSR berikutnya.
3. Selain itu perlunya bagi para Corporate Communication Lintasarta harus lebih
banyak mempelajari kembali terkait dengan strategi komunikasi dan juga teori
terkait public relation.Pengukuran keberhasilan kegiatan CSR masih belum
dilakukan secara mendetail, diharapkan pada kegiatan CSR lainnya harus ada tools
khusus agar divisi Corcomm dapat mengetahui evaluasi kegiatan secara efektif pada
kegiatan CSR selanjutnya.

Saran Akademis

Untuk memperkaya hasil penelitian, peneliti merekomendasikan untuk penelitian


serupa dengan menggunakan metode kuantiatif. Hal ini bertujuan agar dapat terukur
keberhasilan CSR dengan lebih baik melalui jumlah responden.

102
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Argenti, P. (2010). Komunikasi Korporat. Jakarta: Salemba Humanika

Arief, N. (2020). Corporate Communication Praktik Terbaik Komunikasi Perusahaan.


Bandung: Simbiosa Rekatama
Budi, R.. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Makassar : RETAKUPA Print
Bungin, B. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Cabot, M. (2012). Introduction to Public Relations. San Jose State University: AJEEP

Cangara. H. (2013). “Perencanaan dan Strategi Komunikasi.”. Dalam: John Middelton.


(1980). Jakarta: Raja Grafindo
Cornelissen, J.P. (2017). Corporate Communication: Theory and Practice. Los Angeles: SAGE

Cresswell. J.W. (2016). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, kuantitatif dan
Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Crowther, D. & Aras, G. (2008). Corporate Social Responsibility. Ventus Publishing APS.

Cutlip, Scoot. M, Center, Allen. H & Broom, Gleen. M. (2016). Effective Public Relations.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Effendy, O. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hamidi. (2005). Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal Dan
Laporan Penelitian. Malang: UMM PRESS.
Hasan, M. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hasibuan, M.S. (2011). Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara

Jefkin, F. (2004). Public Relations. Jakarta: PT Gelors Aksara Pertama Erlangga

Kotler, P & Lee, N. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing the most good for your
company and your cause. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Liliweri, A. (2004). Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Bandar Maju

Moleong, Lexy J. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Morsing, M. & Schultz, M. (2006). Corporate Social Responsibility (CSR): Stakeholder


Information, response and Involvement Strategies
Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: REFERENSI
Mulyana, D. (2003). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Nova, F. (2014). Crisis Public Relations. Jakarta: PT Gramedia Widisarana Indonesia

Oliver, Sandra. (2010). Public Relations Strategy. London and Philadelphia: Kogan Page
Prastowo, A. (2010). Menguasai Teknik- teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
DIVA Press
Radyati Nindita. Maria, (2020). Sustainable Business dan Corporate Social Responsibility
(CSR). Jakarta : CECT Trisakti University
Rusdianto, U. (2013). CSR Communication A Framework for PR Practicioners. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Ruslan, R. (2006). “Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi”. Gruning, James E
dan Todd, Hunt. (1984). Dalam : Managing Public Relations. United States of America:
Harcourt Brace Javanovich College Publisher
Susanto, AB. (2007). Corporate Social Responsibility: A Strategic Management Approach.
Jakarta: Jakarta Consulting Group
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet

Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS

Wibisono, Yusuf. (2007). Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Jakarta: Fascho Publishing

Walidin,W. dkk. (2015). Metode Penelitian Kualitatif dan Grounded theory. Guba, E.G.
(1990). Dalam: The Paradigm Dialog. Sage Publication, Inc.
Yin, Robert. K. (2014). Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Dokumen Perusahaan

Outline tentang Corporate Social Responsibility (CSR) Lintasarta Care, Dokumen internal
Lintasarta (2019)

Struktur Organisasi Lintasarta, Dokumen internal Lintasarta (2021)

Jurnal Online

McKie, D. & Sriramesh, K. (2017). Public Relations. In The International Encyclopedia of


OrganizationalCommunication.(https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/978111
8955567.wbieoc171, diakses pada tanggal 5 November 2020, Pukul 13.00 WIB)
Muhtar, S.M, Cangara, H. & Unde, A.A. (2013). Strategi Komunikasi Dalam Pelaksananaan
Program Corporate Social Responsibility (CSR) oleh Humas PT. Semen Tonasa Terhadap
Komunitas Lokas di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Jurnal Komunikasi
KAREBA.Vol.2.(https://journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/article/view/352, diakses

104
pada tanggal 1 November 2020, Pukul 19.00 WIB)
Naufalia, V., Hang, S. M. K., & Ii, T. (2016). Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Citra Perusahaan di PT Telekomunikasi Indonesia , Tbk . Jurnal Utiltas, 2(2),
109–116. (https://journal.uhamka.ac.id/index.php/utilitas/article/view/4700, diakses pada
tanggal 6 Maret 2021, Pukul 19.50 WIB)
Nurjanah, A. & Frizki, Y. (2019). Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility
(CSR) dan Komunikasi CSR (Studi Kasus: CSR Delegation Europian to Malaysia dan CSR
PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant). Profetik Jurnal Komunikasi.
(https://doi.org/10.14421/pjk.v12i1.1542, diakses pada tanggal 5 Maret 2021, Pukul 21.16
WIB)
Ishak, A. Saleh, & Nurjanah, A. (2015). Komunikasi CSR Program CSR Rumah Srikandi PT
Sari Husada Yogyakarta Kepada Stakeholder.Vol.3,No.1,April 2015. Jurnal Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta. (https://core.ac.uk/download/pdf/295349052.pdf diakses
pada tanggal 6 Maret 2021, Pukul 21.46 WIB)
Rasyid, A. Saleh, Cangara, H. & Priatna, W.B. (2019). Komunikasi dalam CSR Perusahaan:
Pemberdayaan Masyarakat dan Membangun Citra Positif. MMBAR, 31(2),Vol.37,
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/1564, diakses pada tanggal 6
Maret 2021, Pukul 20.15 WIB)
Parinduri, Lutfi. Manlafar, M. & Halim, Abdul. (2019). Penerapan Corporate Social
Responsibilty.Jurnal UISU, Vol.14., https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/but/article/view/1275
diakses pada tanggal 7 Maret 2021, Pukul 20.15 WIB)
Retnaningsih, H. (2015). Permasalahan Corporate Social Responsibillity (CSR) dalam Rangka
Pemberdayaan Masyarakat. Aspirasi, 6(2), 177–188.
(https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/512, diakses pada tanggal 6 Maret
2021, Pukul 20.19 WIB)

Website

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/05/06/lulusan-smk-tingkat-pengangguran-
tertinggi (diakses pada tanggal 30 November 2020, Pukul 09.00 WIB)

https://kominfo.go.id/content/detail/7689/kemkominfo-bersama-kibar-luncurkan-gerakan-
nasional-1000-startup-digital/0/berita_satker (diakses pada tanggal 30 November 2020, Pukul
12.00 WIB)

https://www.lintasarta.net/en/news/lintasarta-beri-3-200-beasiswa-coding-kepada-pelajar-dan-
lulusan-smk/ (diakses pada tanggal 30 November 2020, Pukul 13.00 WIB)

https://www.lintasarta.net/en/news/#CSR (diakses pada tgl 30 Maret 2021, pukul 11.00 WIB)

105
LAMPIRAN I
TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Transkip Wawancara 1

Wawancara dilakukan secara mendalam (in-depth interview) dengan Senior Officer


Corporate Communication Lintasarta.

Waktu : 24 Maret 2021


Durasi : 1 Jam 30 Menit
Tempat : Kantor Lintasarta, Gd. Arcadia Lantai 1
Saluran : Langsung (Tatap muka & menggunakan protokol kesehatan)
Informan : Ahmad Sunaryo – Senior Officer Corporate Communication

1. Bagaimana sejarah awal dan latar belakang Lintasarta dalam memulai program
CSR?

Indonesia saat ini mengalami krisis tenaga terampil dibidang teknologi, berdasarkan hal
tersebut Pemerintah menjalankan beberapa program percepatan dalam rangka mencetak
tenaga terampil dibidang teknologi demi tercapainya Indonesia sebagai tuan rumah ekonomi
digital terbesar di Asia Tenggara. Lintasarta sebagai salah satu perusahaan teknologi ikut
berkontribusi sebagai salah satu bentuk wujud tanggungjawab sosial perusahaan untuk
membangun negeri. Selain itu, program ini juga sejalan dengan visi Lintasarta menuju
perusahaan Industry Solution. Harapannya lulusan dari program CSR ini dapat terserap
didunia kerja maupun Digital Ecosytem Lintasarta (Lintasarta, anak perusahaan dan mitra)
bahkan harapannya dapat mendukung peningkatan technopreneurship yang dapat membuka
lapangan pekerjaan baru.

2.Bagaimana strategi komunikasi Lintasarta dalam mengkomunikasikan ke stakeholder


baik internal maupun eksternal pada program CSR Digischool Scholarship ?

Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Lintasarta menyesuaikan dengan target sasaran
peserta yaitu generasi muda (siswa/ lulusan SMK berumur maksimal 29 tahun). Untuk
komunikasi ke eksternal, Lintasarta menggunakan kanal online dan offline diantaranya
sosialisasi berkala melalui sosial media Lintasarta, Sosial Media Dicoding, dan jaringan

106
digital grup para developer (WA Group), dan email blast ke seluruh member Dicoding. Selain
online, Lintasarta juga menyelenggarakan sosialisasi dalam bentuk offline yaitu melalui
kegiatan roadshow Lintasarta Developer Talk yang waktu itu direncanakan akan dilaksanakan
di 9 kota besar dimana Lintasarta memiliki kantor perwakilan di kota tersebut. Lintasarta
Developer Talk adalah kegiatan temu developer yang bertujuan untuk sosialisasi terkait
program Lintasarta Digischool sekaligus mengundang pembicara expert di bidang
programming. Sehubungan dengan pandemic COVID-19, Lintasarta Developer Talk saat itu
hanya berhasil dilakukan di kota ke-3 yaitu Bandung, Medan dan Makassar. Selebihnya
Lintasarta Developer Talk dikonversi menjadi kegiatan online yaitu Lintasarta Developer Talk
Online series 1 – 6 yang dihelat melalui platform Youtube Live.

Selain itu, pada pelaksanaan launching program dan Lintasarta Developer Talk offline di 3
kota, Lintasarta menerbitkan press release dan melibatkan serta mengundang media massa
untuk meliput kegiatan. Pada beberapa bagian seperti pengumuman penerimaan beasiswa
lanjutan dan virtual graduation, Lintasarta juga menerbitkan press release.

Untuk komunikasi ke internal, Lintasarta menggunakan platform internal seperti Email Blast,
WA Blast, Internal Portal, dan Digital Signage yang tersebar di kantor Lintasarta seluruh
Indonesia.

Seluruh gaya bahasa, visual dan hal-hal lain terkait publikasi menyesuaikan dengan target
audiens.

3. Menurut Bapak seberapa penting pengelolaan aspek komunikasi dalam pelaksanaan


program CSR?

Menurut saya sangat penting mengelola aspek komunikasi dalam rangka pelaksanaan program
CSR ini karena tanpa perencanaan dan pengelolaan komunikasi yang baik, pesan dari inti
program CSR ini tidak akan tersampaikan dengan tepat kepada audiens yang kita harapkan
sehingga tidak akan banyak masyarakat yang aware terhadap program ini dan hasilnya
peserta yang mendaftar juga tidak sesuai harapan/ target.

4. Kemudian bagaimana tingkat kesulitan komunikasi dalam pelaksanaan program


CSR ini apalagi tiba-tiba dengan adanya merebaknya virus covid-19?

Tahun 2020 adalah tahun yang menantang untuk Indonesia bahkan dunia, dimana kita
dihadapkan pada situasi pandemic COVID-19 yang memaksa kita untuk mau tidak mau harus
merubah cara hidup kita, termasuk kaitannya dengan cara berkomunikasi dalam pelaksanaan

107
program CSR ini yang awalnya telah kita susun sedemikia rupa seperti yang telah saya jelaskan
pada poin 2 diatas, Lintasarta merencanakan strategi komunikasi secara online dan offline,
tetapi karena adanya pandemic kegiatan komunikasi yang offline kita konversi menjadi online
juga. Tantangan/ Tingkat kesulitan komunikasi pada masa transisi tersebut dirasa tidak terlalu
berat dan dapat dikatakan berjalan dengan smooth karena memang core dari program ini
adalah beasiswa online dimana semua aktivitas pembelajaran dilakukan secara online dan
target audiens kita juga sudah terbiasa dengan cara berkomunikasi secara online sehingga
tidak menjadi sebuah permasalahan yang terlalu signifikan. Hasilnya dengan melaksanakan
kegiatan sosialisasi/ komunikasi secara online, mampu menjangkau lebih banyak audiens
dimana kegiatan tersebut tidak terpaku sebatas jumlah developer yang ada di kota tersebut tapi
dapat dihadiri juga oleh developer yang ada di seluruh Indonesia.

5.Apakah Lintasarta melakukan riset sebelum membentuk program CSR ini ? Berapa
lama untuk merancang program ini?

Ya, tentu saja Lintasarta melakukan riset terlebih dahulu sebelum melaksanakan program CSR
ini. Dimulai dengan mengidentifikasi hal apa yang saat ini sedang dibutuhkan oleh Lintasarta
dan Indonesia secara lebih luas yang tentunya masih berkorelasi dengan core bisnis Lintasarta
sebagai perusahaan ICT. Kemudian hal apa yang sedang tren saat ini dan punya potensi cerah
dimasa yang akan datang dan terakhir siapa/ audiens mana yang sangat butuh diberikan
pertolongan melalui kegiatan CSR ini.

Perancangan program ini berlangsung kurang lebih 6 – 12 bulan.

6. Menurut Bapak/Ibu, apa saja tahap- tahap perencanaan program CSR? Dan
bagaimana hal tersebut dapat dijalankan?

Tahap pelaksanaan program CSR ini:

1. Planning

Meliputi riset, penentuan objective/ tujuan/ goal setting, strategi komunikasi/ publikasi,
penentuan alur/ mekanisme pelaksanaan, koordinasi dengan pihak terkait (internal dan
eksternal), budgeting, approval to management (proposal).

2. Execution

Meliputi pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan sesuai dengan timeline dan mekanisme yang
telah direncanakan.

3. Evaluation
108
Mengukur keberhasilan berdasarkan checklist dari goal setting yang telah dibuat sebelumnya,
mendengarkan masukan/ feedback dari stakeholder maupun peserta, dan Membuat laporan
pelaksanaan kegiatan.

7. Setiap kegiatan CSR pasti memiliki keunggulan masing-masing. Tentunya juga dengan
pendekatan strategi komunikasi yang berbeda. Dalam pelaksanaan program CSR
Lintasarta Digischool apakah yang perlu ditekan kan dalam strategi komunikasi CSR
ini?

Yang ingin ditekankan dalam strategi komunikasi CSR kali ini adalah bagaimana Lintasarta
sebagai perusahaan ICT dapat berkontribusi pada kemajuan bangsa melalui pemberian
beasiswa programming online kepada generasi muda di Indonesia yang saat ini sangat
dibutuhkan dan memiliki prospek yang cerah dimasa depan.

8.Siapa saja yang menjadi narasumber atau expert dalam pemberian Digischool
Scholarship ?

1. Launching Lintasarta Digischool/ Lintasarta Developer Talk Bandung - Ian Rachman Dana
(Freelance Programmer lulusan SMK); Widyarso Joko Purnomo – Academy Content Writer,
Dicoding dengan materi Build Applications with Firebase

2. Lintasarta Developer Talk Medan – Emrycho, Dicoding Graduate

3. Lintasarta Developer Talk Makassar – Alfian Yusuf Abdullah, Internal Code Reviewer -
Dicoding

4. Lintasarta Developer Talk Online #1: JavaScript Module Bundler dengan Webpack - Dimas
Maulana - Academy Content Writer - Dicoding

5. Lintasarta Developer Talk Online #2: Simple Animation on Android - Khrisna Indrawan
Eka Putra - Head of Reviewer Dicoding

6. Lintasarta Developer Talk Online #3: Boost Android App using Android Jetpack - Gilang
Ramadhan - Academy Content Writer - Dicoding

7. Lintasarta Developer Talk Online #4: Best Practices and Lessons Learned as a Developer -
Sidiq Permana - GDE Android, CIO Nusantara Beta Studio dan Nur Rohman - CPO Dicoding

8. Lintasarta Developer Talk Online #5: SQlite vs Room - Ahmad Imaduddin - Head Of
Academy Dicoding

109
9. Lintasarta Developer Talk Online #6: Journey to parsing JSON in Android - Arif Faizin -
Academy Content Writer - Dicoding

10. Virtual Graduation Lintasarta Digischool - Syahrul Fahmi (Android Developer


Rencanamu.id)

9. Dalam evaluasi strategi komunikasi CSR, apa saja tools yang harus digunakan sebagai
indikator keberhasilan nya? Dan seberapa efektif hal tersebut?

Dalam mengukur keberhasilan strategi komunikasi pada program CSR ini Lintasarta
menggunakan tolok ukur jumlah peserta yang mendaftar pada program ini dimana peserta
yang mendaftar mencapai 6.613 developer dari target 3.200 developer.
10. Darimana anggaran untuk pelaksanaan program CSR Digischool Scholarship ini ?

Anggaran pelaksanaan program CSR ini berasal dari mata anggaran CSR Lintasarta tahun
2020

11. Siapa yang menjadi target sasaran program CSR Digischool Scholarship?

Target sasaran program CSR ini adalah siswa/ lulusan SMK dengan usia maksimal 29 Tahun.

12.Siapa saja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan CSR Digishool Scholarship ?

Yang bertanggungjawab atas pelaksanaan program ini adalah Corporate Secretary Lintasarta
dan Senior Manager Corporate Communication Lintasarta serta Manajemen Lintasarta secara
lebih luas.

13.Bagaimana cara Lintasarta dalam menyampaikan pesan ke penerima manfaat CSR ?

Lintasarta menyampaikan pesan ke penerima manfaat CSR ini melalui berbagai kegiatan
seperti Lintasarta Developer Talk di 3 kota dan Lintasarta Developer Talk Online 1 – 6 series.

14.Apakah ada Pihak lain yang membantu Lintasarta dalam melaksanakan program
CSR Digischool Scholarship?

Lintasarta dalam penyelenggaraan program CSR ini bekerjasama penuh dengan mitra
penyedia modul beasiswa programming dan pelaksana program yang ditunjuk yaitu Dicoding
(satu-satunya Google authorized training partner di Indonesia)

15.Bagaimana cara pihak tersebut mengkomunikasikan program CSR Digischool


Scholarship?

110
Dicoding mengerahkan semua channel komunikasi yang mereka miliki seperti sosial media,
website, blogspot, wa group developer seluruh Indonesia, email blast kepada seluruh member
Dicoding, youtube channel Dicoding serta membantu pelaksanaan publikasi offline program
CSR ini.

16.Bagaimana tahapan cara penyaluran beasiswa ini ke stakeholder ?

6. Calon peserta diwajibkan untuk mendaftar di laman yang telah ditetapkan dan
melengkapi seluruh informasi serta dokumen yang dibutuhkan pada saat
registrasi.
7. Peserta yang eligible, akan langsung mendapatkan token untuk dapat
mengakses kelas/ modul pilihan mereka dimulai dengan level modul pemula
secara online
8. Peserta diminta untuk menyelesaikan seluruh modul level pemula tidak
melewati deadline yang telah ditentukan
9. Peserta terpilih/ terbaik (berdasarkan rating penilaian disistem Dicoding) akan
mendapatkan tambahan beasiswa ke level menengah
10. Peserta terpilih / terbaik dari level menengah akan berkesempatan untuk
mendapatkan kelas lanjutan ke level expert/ akhir dari masing-masing modul
yang mereka pilih.

17.Sejauh ini apa anggapan atau antusiasme masyarakat dalam program CSR ini ?

Sejauh ini tanggapan atau antusiasme masyarakat dalam program CSR ini sangat tinggi, hal
ini terbukti dari jumlah partisipan yang melebihi target serta sebagian besar alumni program
CSR ini menanyakan terkait kelanjutan program CSR ini ditahun berikutnya.

18.Bagaimana mekanisme pelaporan program CSR ini?

Mekanisme pelaporan program CSR ini berdasarkan report realisasi pelaksanaan kegiatan dari
mitra, kemudian dirangkum oleh Lintasarta secara garis besar untuk dilaporkan ke Manajemen
Lintasarta dan seluruh stakeholder internal Lintasarta untuk diberikan tanggapan dan masukan
serta apabila memungkinkan untuk tindaklanjut yang perlu dilakukan melalui program ini.
19.Apakah pelaporan tersebut melibatkan stakeholder lainnya ?

Ya, pelaporan program CSR ini melibatkan stakeholder internal lainnya di Lintasarta dan
mitra Lintasarta yaitu Dicoding.

20.Divisi apa saja yang akan bertanggung jawab dalam pelaksanaan program CSR ini ?
111
Divisi yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program CSR ini adalah Divisi Corporate
Secretary, Divisi Finance kaitannya dalam pemenuhan hak dari Dicoding terkait pembayaran,
Divisi Strategy and Business Development kaitannya dalam arahan selanjutnya mengenai
output dari program CSR ini.

21. Media apa saja yang perlu digunakan dalam sebuah perusahaan untuk melakukan
komunikasi kepada publik baik secara internal maupun eksternal?

Media yang perlu digunakan dalam sebuah perusahaan untuk melakukan komunikasi ke
internal dan eksternal dimasa yang serba digital seperti saat ini adalah media sosial, internal
portal, messenger, dan platform digital lainnya. Selain itu, perusahaan juga diharapkan dapat
membangun hubungan baik dengan media massa baik cetak/ elektronik/ online untuk menjadi
corong komunikasi perusahaan keluar demi terciptanya citra perusahaan yang positif di
masyarakat.
22.Bagaimana Lintasarta dalam menentukan sasaran untuk program CSR yang
dilakukannya?

Lintasarta melakukan riset terkait segmen masyarakat mana yang sangat perlu dibantu dan
dapat memberikan kontribusi yang positif bagi Lintasarta maupun untuk kemajuan Indonesia.
Selain itu, Lintasarta juga mempertimbangkan harus adanya kaitan/ benang merah antara
kegiatan CSR yang akan dilakukan oleh Lintasarta dengan core bisnisnya sendiri

23. Kota -kota mana kah yang mengikuti pelaksanaan program CSR Lintasarta
Digischool?

Seluruh Indonesia, karena program beasiswa ini bersifat online jadi dapat menjaring peserta
yang lebih luas.

24. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program CSR ini ? dan
bagaimana cara mengatasinya ?

Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan ini sebatas kepada perubahan/
improvisasi dalam pelaksanaan sosialisasi ke masyarakat yang rencana awal dilakukan secara
roadshow/ offline seketika harus dikonversi menjadi online karena pandemic. Namun, semua
perubahan/ improvisasi tersebut tidak menjadi permasalahan yang signifikan karena target
audiens dari program ini adalah generasi muda digital yang sudah familiar dengan teknologi,
bahkan perubahan/ improvisasi tersebut memberikan hikmah tersendiri dimana program ini
dapat tersampaikan lebih luas lagi karena dilakukan secara online.

112
25. Manfaat yang didapatkan lintasarta dalam pelaksanaan program CSR ini ?

Lintasarta mendapatkan manfaat berupa peningkatan awareness yang lebih luas di


masyarakat, mendapatkan lulusan-lulusan program Lintasarta yang dapat diserap di beberapa
Divisi di Internal Lintasarta, anak perusahaan dan mitra Lintasarta.

26. Apa harapan perusahaan atas pelaksanaan program CSR Digischool Scholarship ini?
Dan apakah program ini akan dilanjutkan pada tahun berikutnya?

Harapan dari Lintasarta melalui program ini adalah semoga Lintasarta dapat membantu
program pemerintah dalam mencetak digital talent yang sangat dibutuhkan di era saat ini.
Selain itu, Lintasarta berharap dapat membuka lapangan pekerjaan baru serta memberikan
manfaat yang positif bagi penerima beasiswa dalam menjalankan pekerjaan/ aktivitasnya
sehari-hari.

Program CSR ini akan dilanjutkan di tahun 2021 dengan memberikan beasiswa tambahan level
expert untuk lulusan level menangah tahun 2020 serta pembukaan modul/ kelas pembelajaran
yang baru berdasarkan emerging jobs di Indonesia saat ini.
27. Lalu apa feedback positif dari masyarakat terkait program CSR ini ?

Feedback positif yang didapatkan oleh Lintasarta saat ini adalah Lintasarta semakin dikenal
terutama dikalangan developer di Indonesia. Banyak lulusan dari program ini yang
memberikan testimoni yang positif dimana melalui program ini mereka merasa terbantu dalam
menjalankan pekerjaan mereka saat ini.

113
Transkip Wawancara 2

Wawancara dilakukan secara mendalam (in-depth interview) dengan General Manager


Corporate Secretary Lintasarta

Waktu : 5 April 2021


Durasi : 1 Jam
Tempat : Kantor Lintasarta, Menara Thamrin Lantai 12
Saluran : Langsung (Tatap muka & menggunakan protokol kesehatan)
Informan : Ade Kurniawan

1.Bagaimana sejarah dan latar belakang perusahaan memulai untuk melakukan


program CSR?

Jawaban:

Sebagai perusahaan yang berbisnis di wilayah Indonesia, Lintasarta merasa perlu untuk
berkontribusi positif dalam memajukan masyarakat Indonesia sebagai bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan, baik kontribusi terhadap lingkungan maupun langsung terhadap
masyarakat. Hal ini dilandasi pandangan bahwa lingkungan dan masyarakat merupakan
bagian dari ekosistem dimana Lintasarta menjalankan bisnisnya.

2. Sejak kapan program CSR mulai diselenggarakan oleh Lintasarta ?

Jawaban :

Lintasarta menjalankan program CSR sejak tahum 1990an. Pada saat itu CSR lebih banyak
diarahkan pada program2 sosial seperti bantuan bencana alam dan sejenisnya.

3. Apa sebenarnya definisi CSR menurut Lintasarta?

Jawaban :

CSR merupakan bentuk tanggung jawab sosial dari perusahaan kepada lingkungan dan
masyarakat di tempat perusahaan menjalankan bisnisnya. Mereka merupakan bagian dari
ekosistem bisnis perusahaan. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa mereka juga memiliki peran
bagi kelangsungan bisnis perusahaan.

114
4.Menurut Bapak, seberapa penting pengelolaan aspek komunikasi dalam pelaksanaan
program CSR?

Jawaban:

Pengelolaan komunikasi tentu saja berperan penting dalam pelaksanaan CSR. Dengan
komunikasi yang baik, maka pesan dari sebuah program CSR yang dijalankan oleh perusahaan
bisa tersampaikan dengan baik, diterima dan dipahami oleh masyarakat, sehingga objective
perusahaan dalam melakukan CSR bisa tercapai, dan akan memberikan kesan dan persepsi
yang baik dari masyarakat terhadap keberadaan sebuah perusahaan sehingga akan
meningkatkan corporate image perusahaan.

5.Apa yang menjadi tujuan dan sasaran utama pelaksanaan CSR oleh Lintasarta ?

Jawaban:

Tujuan Lintasarta dalam menjalankan CSR utamanya tentu saja untuk membantu
meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar. Lintasarta memiliki program
CSR yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan Kesehatan masyarakat. Di samping itu
dalam menjalankan program CSR, Lintasarta juga menyesuaikan dengan strategi dan visi misi
perusahaan. Sebagai contoh Lintasarta yang sedang bertransformasi menjadi perusahaan ICT
solution menjalankan “Appcelerate”, yang merupakan program CSR untuk mendukung
terciptanya start up-start up yang dibentuk oleh para mahasiawa, yang bisa menghasilkan
solusi yang dibutuhkan oleh perusahaan2 yang menjadi pelanggan Lintasarta sehingga
tercipta sinergi dan kolaborasi antara Lintasarta dan para start up tersebut. Hal ini juga
mendukung program pemerintah untuk menciptakan 1000 startup digital di Indonesia.

6.Bagaimana cara Lintasarta dalam melakukan komunikasi ke stakeholder internal dan


ekstenal dalam pelaksanaan program CSR ?

Jawaban:

Lintasarta menggunakan omni channel dalam melakukan komunikasi ke para stakeholder, baik
eksternal maupun internal.

Ke internal, informasi CSR disampaikan melalui media internal yang ada seperti email, digital
signage maupun melalui web site internal yang memuat berita2 korporat, termasuk CSR.

Ke eksternal, penyampaian/komunikasi kegiatan CSR dilakukan melalui release berita ke


media ataupun mengundang media pada kegiatan/event CSR yang dilaksanakan oleh
Lintasarta. Di samping itu beberapa kegiatan CSR juga dikomunikasikan melalui sosial media
115
milik Lintasarta seperti Instagram, facebook maupun youtube atau disampaikan melalui
kegiatan/event yang diadakan dengan mengundang pihak2 terkait.

7. Bagaimana tahapan penyusunan strategi komunikasi CSR yang baik menurut


Lintasarta ?

Jawaban:

Penyusunan strategi komunikasi CSR dilakukan dengan tahapan sbb:

h. Penentuan visi atau tujuan yang ingin dicapai dari komunikasi CSR yang akan
dilakukan
i. Identifikasi objek/audience komunikasi, hal ini tentunya disesuaikan dengan
program CSR yang dilakukan
j. Menyusun konten komunikasi, disesuaikan dengan tujuan komunikasi dan
target audience
k. Menentukan produk komunikasi yang akan digunakan, apakah dalam bentuk
berita, gambar ataupun video, dan lainnya
l. Menentukan media yang akan digunakan
m. Eksekusi program komunikasi
n. Evaluasi komunikasi yang dijalankan

8.Saat ini banyak sekali perusahaan yang mengkomunikasikan program CSR nya secara
besar-besaran dengan melibatkan media massa. Menurut Bapak, apakah jika semakin
banyak media yang digunakan ,memang akan menjadi efektif dalam strategi komunikasi
CSR atau justru dapat menimbulkan resiko seperti keraguan masyarakat terhadap CSR
perusahaan ?

Jawaban:

Secara umum, kampanye secara besar-besaran yang dilakukan memang bisa memberikan
awareness yang baik bagi sebuah program CSR, tetapi menurut saya hal ini perlu
mempertimbangkan factor seperti value yang bisa dicapai dari program komunikasi tersebut,
Artinya seberapa penting program komunikasi tsb dilakukan secara besar-besaran
dibandingkan manfaat yang didapat dan biaya yang dikeluarkan. Sebagai contoh perusahaan
yang sedang menghadapi pandangan negative dari masyarakat terkait kegiatan bisnis yang
dilakukannya yang merusak alam, perlu menetralisir pandangan tersebut dengan melakukan
program CSR yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan perlu melakukan awareness

116
yang luas bagi masyarakat. Tentunya Bahasa komunikasi yang dilakukan perlu disusun
sedemikan rupa sehingga tidak malah menjadi boomerang bagi perusahaan dan malah
menambah pandangan negative dari masyarakat

9.Menurut Bapak, kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk mengkomunikasikan


program CSR kepada masyarakat? Apakah diawal pelaksanaan atau menunggu hasil
dari program CSR tersebut?

Jawaban:

Menurut saya, hal ini perlu disesuikan dengan jenis program CSR yang dilakukan. Secara
umum komunikasi program CSR sebaiknya dilakukan setelah program tersebut dilakukan
untuk menyampaikan pesan bahwa program tersebut sudah berjalan dan sudah ada hasilnya,
bukan hanya sekedar janji atau marketing gimmick. Tetapi pada program CSR tertentu yang
melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaannya dan bersifat mengajak masyarakat untuk ikut
serta, tentu perlu juga disampaikan sebelum program dijalankan sehingga awareness akan
adanya program CSR tersebut dapat diperoleh diawal dan potensi lebih banyak orang yang
bisa terlibat dalam program CSR tersebut.

10.Dalam evaluasi strategi komunikasi CSR, tools atau media apa yang digunakan
untuk menentukan keberhasilannya ?

Jawaban:

Untuk CSR yang bersifat event dan mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam program CSR
yang akan dijalankan perusahaan, seperti misalnya di Lintasarta ada program Appcerelate
dan Lintasarta Digischool, maka salah satu parameter bahwa strategi komunikasi berhasil
adalah banyaknya peserta yang mengikuti program CSR tersebut.

Untuk komunikasi yang disampaikan melalui media digital (berita, youtube atau web site
perusahaan), maka parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi program komunikasi
adalah jumlah pembaca berita atau informasi tersebut.

Tool lainnya untuk mengevaluasi keberhasilan strategi komunikasi yang dilakukan adalah
melalui index corporate image perusahaan (diperoleh melalui survey) yang berkaitan dengan
CSR yang menunjukkan seberapa kuat image perusahaan dalam hal dukungan terhadap
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

11.Menurut Bapak, apa sebenarnya kesalahan yang sering ditemui dalam melakukan
komunikasi pada program CSR ?
117
Jawaban :

Salah satu hal yang penting dalam komunikasi CSR adalah melakukan komunikasi secara
kontinu sehingga awareness yang diharapkan terbentuk dari komunikasi CSR yang dilakukan
bisa tercapai. Perusahaan perlu menyiapkan strategi komunikasi yang berkelanjutan agar
efektif. Menurut saya salah satu kesalahan dalam komunikasi program CSR yang dilakukan
oleh perusahaan adalah tidak kontinunya komunikasi yang dilakukan, dan hal ini bisa jadi
dikarenakan perusahaan tidak memiliki strategi dalam komunikasi CSR.

12. Terakhir ya Pak, untuk perusahaan sendiri apakah harapan untuk kegiatan CSR
Lintasarta Digischool dan kedepannya apakah CSR dalam bidang pendidikan akan
dilakukan kembali ?

Jawaban:

Harapan saya untuk CSR Lintasarta digischool adalah program ini bisa menjangkau lebih
banyak masyakarat sehingga program ini benar2 bisa membantu pemerintah Indonesia dalam
meningkatkan kualitas dan kompetensi masyakarat Indonesia untuk bisa bersaing khususnya
di era saat ini yang semuanya serba digital. Dan tentunya harapan kami bahwa para lulusan
program Lintasarta Digischool ini bisa diserap oleh industry atau mereka bisa membentuk
usaha sendiri seperti software house dan sejenisnya.

Ke depan tentunya CSR dalam Pendidikan akan terus dilakukan oleh Lintasarta dan kami
sedang mencari bentuk lain dukungan yang bisa diberikan kepada masyarakat dalam dunia
pendidikan, baik Pendidikan yang bersifat umum, maupun khusus yang berhubungan dengan
dunia telekomunikasi, seperti pelatihan mengenai instalasi dan operasional dari perangkat IT
dan telekomunikasi, sehingga lulusannya juga bisa diserap oleh Lintasarta di dalam
menjalankan kegiatan instalasi & operasional perusahaan.

118
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI WAWANCARA INFORMAN

Ade Kurniawan – General Manager Corporate Secretary Lintasarta

Ahmad Sunaryo – Senior Corporate Communication Lintasarta

119
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI CSR LINTASARTA DIGISCHOOL

120
LAMPIRAN IV
DOKUMENTASI MEDIA LINTASARTA DIGISCHOOL

1. Media Sosial – Twitter , Youtube, Instagram da Facebook

121
2. Website Perusahaan – Lintasarta.net

3. Poster

122
4. Press Release Media Massa

123
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

124
125

Anda mungkin juga menyukai