Anda di halaman 1dari 2

Hallo apakabar, kembali lagi dengan saya ….. di podcast encounter, apakabar ?

semoga
selalu sehat. Kata orang, masa remaja masa yang paling menyenangkan. Kataku, ini adalah masa
yang paling membuat tertekan. Dibebani dengan tuntutan kerja, ekspetasi orangtua, pertanyaan
kapan lulu sekolah, gaji berapa, nama hamster tetangga, dimana letak bola naga, siapa presiden
Konoha, blablabla. Ya ndak tahu kok tanya saya!

Mental health mulai terganggu. Kewarasan semakin sulit untuk dijaga. Merasa butuh
konsultasi, mencari teman yang kuliah psikologi karena tidak mampu membayar jasa ahli. Tak
disangka tak diduga, keduanya sama-sama hampir gila, dan berujung menangis bersama. Tidak
ada solusi untuk masalah yang dibawa. Dipendam sendiri lama-lama sampai akhirnya lupa.
Hingga suatu waktu, overthinking menyerangmu. Membuat sulit memejam, jiwa yang rapuh
dibunuh malam yang kejam. Sulit tidur, sementara pagi tak bisa diundur. Tugas menggunung, air
mata menggenang. Maaf, terlalu dramatis.

Jadi sebenarnya, aku heran pada pemuda yang bisa santai saja menjalani hidupnya.
Seperti orangtuanya bisa memberi makan sepanjang masa, seperti gak masalah lulus kuliah nanti
saja, seperti masa bodoh dengan karir dan cita-cita. Dengar-dengar sih ya, dalam diri orang
semacam itu juga memikirkan nasib ke depannya akan bagaimana. Tapi, buat apa kalau cuma
dibatin saja tanpa ada tindakan nyata? Memangnya imajinasi bisa menjelma realita tanpa usaha?.

“Semua sudah ada jalannya”. Kalau semua sudah diatur, apa gunanya doa yang kau
langitkan saat tanganmu tengadah? Kan, semua sudah diatur, semua sudah pasti. Kau tinggal
terima beres, apapun itu. Kalau manut katamu, manusia jadi gak punya kuasa untuk meminta.
Jadi, kau juga gak perlu repot request begitu begini. Keinginanmu tidak ada gunanya lagi dan
tidak akan terpenuhi. Kan sudah pasti porsi yang akan kau dapati. Ditambah kau juga tidak
pernah menaruh usaha pada apa yang kau mohonkan. Tuhan tak sudi mendatangkannya secara
cuma-cuma.

Kemudian mereka berkata, “nikmati masa muda selagi bisa, masa muda hanya datang
sekali selama hidup kita”. Well, semua adalah fase atau ‘tahap dalam jangka waktu tertentu’.
Masa kecil, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, memangnya ada yang bisa diambil dua
kali seperti tes sertifikasi? Kalau bisa, enak saja tinggal mengulang untuk memperbaiki jika
gagal pada percobaan pertama kali. Hey bruh? Hidup memang suka bercanda, tapi tidak se-
lawak itu. Seharusnya kita tahu apa bedanya ‘menikmati masa muda’ dan ‘menghancurkan masa
depan’. Cara menjalani masa muda yang paling tepat menurutku adalah dengan melakukan hal-
hal yang membuatmu hidup enak di masa depan. Contohnya mengukir prestasi, memulai
investasi, menjalin relasi, membangun reputasi, mencari sugar daddy *eh, bukan!

Dulu aku berpikir sudah akan menjadi ‘sesuatu’ di usia 18an. Ternyata hanya Syahrini
yang bisa begitu. Orang-orang sebayaku banyak juga yang sudah sukses, tapi tidak ada satupun
yang tanpa privilege. Tentu saja mereka tetap usaha, tapi sudah ditunjang dengan hak
istimewanya. Jadi usaha mereka seakan-akan sudah pasti tercapainya. Kalau gagal sementara
tidak perlu mikir besok makan apa, tinggal dimana. Lah kita? sekalinya gagal, besok pasti
terpuruk
Dalam kehidupan menjadi dewasa, memiliki seorang public figure sebagai teladan sah-
sah saja. Tapi menyetarakan standarmu dengan kemampuan mereka? tidak direkomendasikan.
Apalagi kalau idolamu itu artis, tokoh terkenal, kaum bangsawan, cendikiawan, ya mbok sadar
diri to yaa hmm… Jadilah versi terbaik dari dirimu sendiri, gali potensi. Tidak perlu terburu-buru
dengan pencapaianmu. Lakukan meski perlahan, tapi pasti. Yang memulai lebih awal belum
tentu berhasil duluan. Apalagi yang mulainya belakangan HAHAHA. Mau jadi apa kalian hah?!

Tenang.. tenang..
Sekarang coba tarik nafas dalam-dalam, hitung empat detik,

Yuk, mulai sekarang kita atur rencana. Ambil kertasmu, siapkan alat tulismu! Sudah?
Selanjutnya, buat peta perjalanan hidupmu! Siapkan hal-hal apa saja yang perlu dalam meraih
itu. Semoga kita menjadi sukses dalam bentuk apapun yang kita mau, aamiin.

Anda mungkin juga menyukai