1. Ketika melihat Adam dan Hawa apakah Allah telah menciptakan manusia sedemikian jahat dan
menyimpang, sehingga bisa jatuh dalam dosa atukah itu adalah ketetapan Allah. Itu sekali-kali tidak,
melainkan Allah menciptakan manusia itu sungguh amat baik adanya, dan menurut gambar-Nya
sendiri; yaitu di dalam kebenaran dan kekudusan sejati, agar ia dengan benar mengenal Allah
Penciptaan-Nya, dengan sepenuh hati mengasihi Dia dan hidup bersam-Nya untuk memuliakann-Nya.
Karena bukan Allah yang menetapkan manusia untuk jatuh dalam dosa, tetapi manusia sendirilah
yang membangkang untuk ingin jatuh dalam dosa karena Allah memberikan kepada manusia
kebebasan karena itulah manusia diciptakan sungguh amat baik bukan manusia diciptakan untuk
menjadi robot. Karena ketidakaatan orang tua pertama kita yang naturnya menjadi rusak sehingga kita
semua dikandung dan dilahirkan di dalam dosa. Jadi Allah tahu bahwa nantinya adam dan hawa ini
berdosa, Allah mengijinkan hal itu terjadi disitu ada suatu rencana yang besar yang akan
menghancurkan kuasa dosa. Manusia diberi kebebasan itu ada peluang untuk jatuh, seperti kita
mengendarai sepeda motor pasti tentu ada peluang untuk jatuh, tetapi Allah mengijinkan hal itu terjadi
karena Allah akan mendatangkan kebaikan yang lebih besar dan kebaikan-Nya itu yang lebih besar
daripada suatu keburukan yang terjadi. Oleh karena itu Allah bukan hanya sediakan dunia yang
sempurna, tetapi Allah bahkan menyerahkan Anak tunggal-Nya untuk menebus umat-Nya (Yoh 3:16)
2. Pandangan Reformed sendiri memegang peranan Kitab Suci semata (sola scriptura) harus
lebih dominan untuk membatasi laju peran dominasai kehendak manusia secara pribadi atau
kolektif (gereja). Oleh karena itu, kaum Reformed menggali Kitab Suci mulai digali dengan
penafsiran yang benar. Karena kalau kita melihat bahwa Kitab Suci semata menjadi dasar
dari doktrin prostestan yang penting untuk mengetahui kehendak Allah. Tetapi dalam
pandangan Arminian bahwa dominasi kehendak manusia itu sudah ada sepanjang sejarah
manusia. Mereka memiliki makna yang berbeda bahwa kebenaran itu berdasarkan melakukan
perbuatan baik dan ritual keagamaan sejak masa perjanjian lama dan kebenaran berdasarkan
melakukan hukum taurat masa Perjanjian Baru. Pandangan Reformed mengenai imputasi:
"Sebab sebagaimana kebenarannya menjadi milik kita, demikian pula kebaikannya
bergantung padanya: tetapi kebenarannya menjadi milik kita melalui imputasi... Oleh karena
itu timbullah poin lain, yaitu, bahwa sebagai kebenaran Kristus benar-benar menjadi milik
kita [ secundum veritatem ] dengan imputasi untuk menjadikan kita benar: demikian pula kita
berdasarkan kebajikan kebenarannya diperhitungkan pantas dan berhak mendapatkan hidup
yang kekal, sedangangkan kaum Arminans sendiri mengatakan tindakan iman manusia
karena kasih karunia dianggap sebagai kebenaran injili, seolah-olah itu merupakan
penggenapan seluruh hukum. Perbuatan manusia yang sejati ini lahir dari kemampuan
memilih ( liberum arbitrium ). Allah mempunyai “hukum baru” dalam perjanjian injili,
dimana iman menjawab tuntutan perjanjian. Dalam hal ini doktrin kami (yaitu
Reformed). Pembenaran hanya karena iman: dimana karunia iman merupakan instrumen
yang menerima, melalui imputasi, kebaikan Kristus.
3. Soalnya tidak begitu Paham Ibu: Jelaskan pemahaman Saudara mengenai ayat tsb.?
4. Kejadian 3:8-9 (TB) "Maka kedengaranlah suara TUHAN Allah, yang sedang berjalan-jalan di
taman itu pada waktu sejuk hari. Dan manusia itu dan isterinya menyembunyikan diri dari hadapan
TUHAN Allah di antara pohon-pohon di taman itu. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu
serta berfirman kepadanya: 'Di manakah engkau?'"
Penjelasan: Setelah Adam dan Hawa melanggar perintah Allah dengan memakan buah terlarang,
mereka menyadari dosa mereka dan mencoba menyembunyikan diri dari kehadiran Allah di taman.
Allah mencari mereka, bukan karena tidak tahu, tetapi untuk memberikan kesempatan kepada mereka
untuk mengakui dosa mereka.