Anda di halaman 1dari 118

PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG
PENYELENGGARAAN OPERASIONAL
INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA


ESA
KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk pelaksanaan tugas Intelijen Kepolisian Negara


Republik Indonesia dalam membina dan menyelenggarakan
fungsi Intelijen sebagai upaya pekerjaan, kegiatan dan tindakan
untuk deteksi dini dan peringatan dini dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan potensi gangguan keamanan
dan ketertiban masyarakat guna mendukung pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan dalam rangka mewujudkan
keamanan dalam negeri;
b. bahwa untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan tugas
penyelidikan, pengamanan, penggalangan dan kontra intelijen
secara optimal, perlu didukung dengan petunjuk yang
menyangkut sistem, metode dan teknik penyelenggaraan
kegiatan penyelidikan, pengamanan, penggalangan dan kontra
intelijen;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Kepala Badan Intelijen Keamanan Kepolisian Negara
Republik Indonesia tentang Penyelenggaraan Operasional
Intelijen Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Mengingat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4168);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN
-2-
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PENYELENGGARAAN OPERASIONAL INTELIJEN KEAMANAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Badan Intelijen Keamanan Kepolisian
Negara Republik Indonesia ini, yang dimaksud dengan:
1. Operasional Intelijen Keamanan Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
penyelenggara Intelijen Kepolisian Negara Republik Indonesia
untuk pendeteksian dan peringatan dini dalam rangka
pencegahan, penangkalan dan penanggulangan setiap potensi
dan/ atau ancaman serta gangguan Kamtibmas.
2. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.
3. Kepala Polri yang selanjutnya disebut Kapolri adalah pimpinan
Polri dan penanggung jawab penyelenggara fungsi kepolisian.
4. Intelijen Polri adalah salah satu penyelenggara Intelijen negara
dalam rangka pelaksanaan tugas Polri memelihara Kamtibmas.
5. Intelijen Keamanan Polri yang selanjutnya disebut Intelkam
Polri adalah Intelijen yang diimplementasikan dalam
penyelenggaraan fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi
pemerintahan negara, dalam rangka mewujudkan keamanan
dalam negeri.
6. Penyelidikan adalah serangkaian upaya, pekerjaan, kegiatan dan
tindakan yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk
mencari, menemukan, mengumpulkan, dan mengolah informasi
menjadi Intelijen, serta menyajikannya sebagai bahan masukan
untuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan.
7. Pengamanan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terencana dan terarah untuk mencegah dan/ atau
melawan upaya, pekerjaan, kegiatan Intelijen, dan/ atau pihak
lawan yang merugikan kepentingan tugas kepolisian.
8. Penggalangan adalah serangkaian upaya, pekerjaan, kegiatan,
dan tindakan yang dilakukan secara terencana

dan terarah untuk mempengaruhi sasaran agar menguntungkan


kepentingan tugas kepolisian.
-3-
9. Kontra Intelijen adalah serangkaian usaha, pekerjaan, kegiatan,
tindakan dalam bentuk operasi Intelijen dan bersifat represif
ofensif yang dilakukan secara terencana dan terarah dengan
menggunakan sumber daya Intelijen untuk menghentikan,
membubarkan, menghancurkan serta memusnahkan seluruh
rangkaian permasalahan yang timbul secara terorganisir dan
berjaringan yang dapat menghambat pelaksanaan tugas Polri
serta dalam rangka menciptakan stabilitas keamanan
masyarakat, bangsa dan negara secara luas.
10. Kegiatan Intelijen (Service Type of Operation) yang selanjutnya
disingkat STO adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
yang bersifat rutin sehari-hari, direncanakan dan diorganisir
yang diselenggarakan sepanjang tahun sesuai dengan lingkup
tugas, wewenang, tanggung jawab serta struktur organisasi
yang telah ditetapkan.
11. Operasi Intelijen (Mission Type of Operation) yang selanjutnya
disingkat MTO adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
yang diselenggarakan sesuai perkembangan situasi dan kondisi
lingkungan strategis dengan sasaran, target, waktu dan
anggaran tertentu serta dalam bentuk struktur organisasi
operasi.
12. Deteksi adalah upaya yang dilakukan untuk menemukan
petunjuk-petunjuk terhadap kegiatan Intelijen lawan atau
sasaran sebagai dasar untuk melakukan investigasi atau
pengusutan.
13. Investigasi adalah upaya yang dilakukan dengan penelitian,
pertanyaan, pemeriksaan dan pengujian terhadap suatu
petunjuk-petunjuk/fakta sehingga diperoleh bukti-bukti.
14. Eksploitasi adalah upaya yang dilakukan untuk memanfaatkan
situasi dan kondisi sepenuhnya dari kegiatan atau operasi
Intelijen lawan atau sasaran sehingga situasi dan konsidi dapat
dikendalikan sepenuhnya.
15. Negasi adalah upaya peniadaan atau penghentian atau
penetralisasian kegiatan dan/atau operasi Intelijen lawan atau
sasaran sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan/atau
dukungan positif masyarakat.
16. Lawan adalah para pihak, baik sponsor maupun oposisi yang
secara terencana dan terarah melakukan segala kegiatan berupa
spionase, sabotase, aktivitas radikal, teror, propaganda dan
penggalangan yang dapat mengancam keamanan dalam negeri.
17. Propaganda adalah usaha dan kegiatan berupa komunikasi
berdampak psikologis yang dilakukan secara sistematis dan
terorganisir melalui penyebaran ide-ide, doktrin-doktrin dan
prinsip-prinsip informasi dengan menggunakan teknikteknik
-4-
tertentu, bertujuan membentuk opini yang diharapkan serta
membangun pengaruh, dukungan, sehingga terjadi/timbulnya
keberpihakan terhadap propagandis, menciptakan perlawanan
serta timbulnya penilain negatif terhadap lawan.
18. Administrasi adalah segala usaha, kegiatan dan pekerjaan yang
berkaitan dengan naskah dinas khusus untuk mendukung
penyelenggaraan operasional Intelijen yang dilakukan secara
teratur, terarah serta aman dalam rangka mencapai tujuan.
19. Produk Intelijen adalah naskah dinas yang dibuat sebagai
bentuk pelaporan dari pengolahan bahan keterangan dan/atau
hasil dari operasional Intelijen, setelah melalui proses
pengolahan untuk disajikan kepada pimpinan sebagai bahan
pertimbangan dalam proses pembuatan kebij akan.
20. Unsur-Unsur Utama Keterangan yang selanjutnya disingkat
UUK adalah perwujudan pertanyaan Yang merupakan persoalan
atau masalah yang harus dijawab Oleh pelaksana.
21. Bahan Keterangan adalah tanda-tanda, gejala, fakta, masalah,
peristiwa sebagai hasil usaha mempelajari, mengetahui,
menghayati, dengan menggunakan panca indera tentang suatu
situasi dan kondisi.
22. Data adalah keterangan atau bahan nyata dan benar yang dapat
dijadikan dasar kajian, analisis atau kesimpulan.
23. Fakta adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang merupakan
kenyataan yang benar-benar ada atau terjadi.
24. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan dan tanda-
tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data,
fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar dan
dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format
sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.
25. Klasifikasi Desimal Universal adalah sistem pengamanan dalam
pengarsipan produk Intelijen yang memiliki sifat konfidensial
khusus, menggunakan digit angka desimal khusus serta metode
pendistribusian di lingkungan badan Intelijen keamanan.
26. Target adalah pencapaian kondisi yang diharapkan dari
permasalahan yang merupakan implikasi penyelenggaraan
operasional Intelijen di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan keamanan yang diputuskan Oleh pimpinan.

Pasal 2
Prinsip penyelenggaraan operasional Intelijen keamanan Polri
meliputi:
-5-
a. profesionalitas, yaitu dalam menjalankan tugas, setiap personel
Intelijen mempunyai keahlian, kemampuan, dan komitmen
sesuai dengan profesinya;
b. kerahasiaan, yaitu dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
aktivitas Intelijen bersifat pengamanan yang berlaku dalam
internal organisasi, baik staf maupun operasional Intelijen;
c. integritas, yaitu sikap penyelenggara Intelijen yang didasari
pada ketulusan hati, kejujuran, setia, dan komitmen yang tinggi
untuk mencapai keterpaduan, kesatuan, dan keutuhan;
d. akuntabilitas yaitu setiap aktivitas Intelijen terukur dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan asas demokrasi dan
ketentuan peraturan perundang-undangan; objektivitas yaitu
sikap dan tindakan yang didasarkan pada fakta dan tidak
dipengaruhi pendapat, pertimbangan, dan kepentingan pribadi
atau golongan; dan
f. tepat dan akurat yaitu penyelenggaraan kegiatan dan operasi
Intelijen sesuai dengan rencana dan dapat digunakan pimpinan
sebagai dasar pengambilan keputusan.

Pasal 3
Tugas pokok Intelijen keamanan Polri menyelenggarakan fungsi
Intelijen bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional kepolisian
guna mendukung pelaksanaan tugas pemerintah dalam rangka
mewujudkan keamanan dalam negeri yang dilakukan, melalui:
a. penyelidikan terhadap fenomena kehidupan masyarakat yang menjadi potensi
gangguan, ambang gangguan dan gangguan nyata keamanan;
b. kontra Intelijen terhadap pihak tertentu yang berupaya
menciptakan gangguan keamanan masyarakat;
c. cipta kondisi yang menguntungkan bagi pelaksanaan tugas dan situasi
keamanan yang kondusif;
d. pengkajian terhadap perkembangan lingkungan strategis yang
berpotensi menimbulkan gangguan keamanan;
e. pengembangan dan pemanfaatan teknologi Intelijen guna
mendukung pelaksanaan tugas pokok Inteljen Polri; dan
f. kerja sama nasional dan internasional di bidang Intelijen baik
bidang pembinaan maupun bidang operasional.

Peran Intelijen keamanan Polri, meliputi:


a. pengemban fungsi Intelijen Polri;
b. pendeteksi dan pemberi peringatan dini dalam penentuan
kebijakan pimpinan Polri;
c. pengarah dalam penyelenggaraan kegiatan operasional
-6-
Polri;
d. pengaman kebijakan pimpinan Polri di tingkat pusat maupun
kewilayahan untuk kepentingan nasional;
e. pencipta kondisi dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok Polri
untuk mewujudkan keamanan dalam negeri; dan
f. penyelenggara pelayanan kepolisian di bidang Intelijen.

BAB 11
OPERASIONAL INTELIJEN KEAMANAN

Pasal 5
(1) Operasional Intelijen keamanan Polri dilaksanakan dalam
bentuk:
a. kegiatan intelijen/ Service Type of Operation (STO); dan
operasi intelijen/ Mission Type of Operation (MTO).
(2) Operasional Intelijen keamanan Polri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan, melalui:
a. penyelidikan Intelijen;
b. pengamanan Intelijen;
c. penggalangan Intelijen; dan
d. kontra Intelijen.
(3) Pelaksanaan penyelidikan Intelijen, pengamanan Intelijen,
penggalangan Intelijen dan kontra Intelijen sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), melalui tahapan:
a. mendahului, untuk mengumpulkan data awal sebagai bahan
penyusunan produk Intelijen untuk disajikan kepada
pimpinan dalam penentuan sasaran sebagai upaya deteksi
dini;
b. menyertai, untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan menilai
hakikat ancaman selama kegiatan serta memberikan
masukan kepada pmpinan dan/atau fungsi kepolisian
sebagai upaya peringatan dini; dan
c. mengakhiri, untuk menganalisis dan mengevaluasi hasil pelaksanaan.

Pasal 6
Operasional Intelijen keamanan Polri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) dilaksanakan dengan target yang diputuskan oleh
pimpinan.

Pasal 7
(1) Operasional Intelijen keamanan Polri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) dilaksanakan terhadap sasaran, meliputi:
a. orang;
b. benda;
-7-
c. lokasi; dan/atau
d. kegiatan.
(2) Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
sumber hakikat ancaman bersifat statis dan dinamis yang
timbul pada bidang, geografi, demografi, potensi sumber daya
alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya dan
keamanan.
(3) Hakikat ancaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi:
a. potensi gangguan, merupakan situasi lingkungan sebagai
dampak dari dinamika berbagai aspek kehidupan
masyarakat yang mempengaruhi terjadinya gangguan
Kamtibmas;
b. ambang gangguan, merupakan situasi dan kondisi yang sedemikian
rupa yang menuntut kehadiran polisi untuk melakukan tindakan-
tindakan kepolisian guna menjamin terciptanya keamanan dan
ketertiban; dan
-8-

c. gangguan nyata, merupakan gangguan yang


sudah nyata terjadi dalam masyarakat,
terbentuknya melalui situasi dan kondisi
yang menjadi sebab atau sumber
kesempatan atau peluang yang tidak dapat
dicegah atau ditiadakan.
BAB 111
PENYELENGGARAAN OPERASIONAL

Pasal 8
(1) Kegiatan Intelijen/STO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) huruf a, diselenggarakan dalam ikatan unit dengan
jumlah paling banyak 6 orang, subunit dengan jumlah paling
banyak 3 orang dan/ atau perorangan.
(2) Kegiatan penyelidikan Intelijen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf a diselenggarakan dengan proses,
meliputi:
a. perencanaan;
b. pengumpulan;
c. pengolahan; dan
d. penyajian.
(3) Kegiatan pengamanan Intelijen dan kontra Intelijen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b dan
huruf d diselenggarakan dengan proses, meliputi:
a. perencanaan;
b. pelaksanaan;
c. pengolahan; dan
d. penyajian.
(4) Kegiatan penggalangan Intelijen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf c, diselenggarakan dengan proses,
meliputi:
a. perencanaan;
b. pelaksanaan; dan
c. evaluasi.
(5) Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran
III dan Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Kabaintelkam Polri ini.
Pasal 9
(1) Operasi Intelijen/MTO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) huruf b, diselenggarakan oleh pejabat/anggota yang
ditunjuk dalam bentuk organisasi operasi Intelijen.
(2) Operasi Intelijen sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. Operasi Intelijen mandiri;
b. Operasi Intelijen mendukung operasi kepolisian;
c. Operasi Intelijen terpadu dengan penyelenggara intelijen
lainnya;
d. Operasi Intelijen mendukung kegiatan
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian;
e. Operasi Intelijen Darurat Polisionil; dan
f. Operasi combat Intelijen terbatas.
(3) Penyelenggaraan operasi Intelijen sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan melalui proses:
a. perencanaan;
b. pengorganisasian;

c. pelaksanaan; dan
d. pengendalian.
Pasal 10
(1) Operasi Intelijen mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (2) huruf a, dilaksanakan secara mandiri oleh fungsi
Intelijen keamanan tanpa melibatkan fungsi kepolisian lainnya.
(2) Operasi Intelijen mendukung operasi kepolisian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b, dilaksanakan oleh
fungsi Intelijen keamanan untuk mendukung operasi
terpusat/kewilayahan yang diselenggarakan oleh satuan fungsi
penyelenggara operasi kepolisian.
(3) Operasi Intelijen terpadu dengan Intelijen lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf c, dilaksanakan oleh
Intelijen Polri bekerja sama dengan penyelenggara Intelijen di
luar Polri.
(4) Operasi Intelijen mendukung kegiatan kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2) huruf d, dilaksanakan oleh Intelijen Polri dalam
rangka mendukung kegiatan/program pemerintah pada
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian.
-10-

(5) Operasi Intelijen darurat polisional sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 9 ayat (2) huruf e, dilaksanakan oleh Intelijen Polri
untuk menghadapi situasi:
a. tata kehidupan sudah tidak bekerja lagi dan aturanaturan
yang berlaku sudah tidak dipatuhi lagi;
b. kekhawatiran yang meluas berubah menjadi ketakutan
yang mencekam pada setiap perasaan orang di kawasan
luas; dan
c. sendi kehidupan berhenti digantikan dengan pembelaan
terhadap dirinya, miliknya, kehormatannya, baik yang
dilakukan sendiri ataupun bersama.
(6) Operasi combat Intelijen terbatas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2) huruf f, dilaksanakan oleh Intelijen Polri untuk
menghadapi kelompok kriminal bersenjata yang melawan
pemerintah yang bertujuan memisahkan diri dari NKRI.

Pasal 11
(1) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a,
berdasarkan target operasi.
(2) Target operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
hasil analisis yang bersumber dari:
a. data operasional kegiatan Intelijen;
b. hasil pengumpulan bahan keterangan dan penjejakan
(casing) ;
c. analisis sasaran; dan
d. perkiraan khusus.
(3) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dalam bentuk format rencana operasi.

Pasal 12
(1) Pengorganisasian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf b, dibuat dalam bentuk
struktur organisasi operasi.
(2) Struktur organisasi operasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Penanggung jawab Kebijakan Operasi yang
dibantu oleh Wakil Penanggung Jawab;
b. Kepala Pengawas Operasi;
c. Kepala Perencanaan dan Pengendalian Operasi yang
dibantu oleh Kepala Sekretariat Operasi dan Kepala
Pusat Pengendalian Operasi;
d. Kepala Operasi yang dibantu oleh Wakil
Kepala
Operasi, Kepala Administrasi Operasi dan Kepala Pos
Komando Operasi; dan
e. Kepala Satuan Tugas.
(3) Pejabat yang ditunjuk dalam struktur organisasi operasi
adalah pejabat struktural dan/atau pejabat fungsional.
(4) Struktur organisasi operasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Kabaintelkam
Polri ini.
Pasal 13
(1) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (3) huruf c, meliputi:
a. pengarahan oleh penanggung jawab
kebijakan operasi kepada pejabat yang
mendapat tugas operasi sesuai tahapan
yang tercantum dalam rencana operasi;
dan
b. penempatan dan penggerakan Satgas operasi
untuk memenuhi target.
(2) Apabila terjadi perubahan target dan/atau
sasaran, disusun perkiraan cepat sebagai
pertimbangan kepada penanggung jawab
kebijakan operasi untuk melakukan
perubahan-perubahan dalam operasi.

14
(1) Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(3) huruf c, dilakukan untuk memelihara arah dan
dinamika operasi dalam rangka pencapaian tujuan
operasi.
(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan laporan
dari satuan tugas dalam bentuk:
a. laporan kegiatan harian;
b. laporan Informasi; dan
c. laporan informasi khusus.
BAB IV
ADMINISTRASI DAN PRODUK INTELIJEN
Bagian Kesatu
Administrasi
Pasal 15
(1) Penyelenggaraan operasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 dan Pasal 9 didukung dengan administrasi.
(2) Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
-12-

a. administrasi kegiatan; dan


b. administrasi operasi.
(3) Administrasi kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, meliputi:
a. administrasi kegiatan penyelidikan Intelijen;
b. administrasi kegiatan pengamanan Intelijen; dan
c. administrasi kegiatan penggalangan Intelijen.
(4) Administrasi operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b, meliputi:
a. administrasi operasi penyelidikan Intelijen;
b. administrasi operasi pengamanan Intelijen;
c. administrasi operasi penggalangan Intelijen; dan
d. administrasi operasi kontra Intelijen.
Pasal 16
(1) Administrasi kegiatan penyelidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (3) huruf a, meliputi:
a. unsur-unsur utama keterangan;
b. rencana pengumpulan bahan keterangan;
c. laporan informasi;
d. laporan kegiatan harian; dan laporan penugasan
penyelidikan.
(2) Administrasi operasi penyelidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4) huruf a, meliputi:
a. unsur-unsur utama keterangan;
b. data casing penyelidikan;
c. rencana tugas/rencana operasi penyelidikan;
d. penjabaran tugas; laporan informasi;
f. laporan kegiatan harian;
g. laporan penugasan penyelidikan; dan
h. laporan informasi khusus.

Pasal 17
(1) Administrasi kegiatan pengamanan Intelijen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf b, meliputi:
a. rencana pengamanan;
b. laporan informasi; dan
c. laporan kegiatan harian.
-13-

(2) Administrasi operasi pengamanan Intelijen sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) huruf b, meliputi:
a. target operasi;
b. data casing pengamanan;
c. rencana operasi pengamanan;
d. laporan kegiatan harian; dan laporan penugasan
pengamanan.
Pasal 18
(1) Administrasi kegiatan penggalangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (3) huruf c, meliputi:
a. rencana penggalangan;
b. laporan informasi; dan

c. laporan kegiatan harian.


(2) Administrasi operasi penggalangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4) huruf c, meliputi:
a. target operasi;
b. data casing penggalangan;
c. rencana operasi penggalangan;
d. laporan informasi; laporan kegiatan harian; dan
laporan penugasan penggalangan.

Pasal 19
Administrasi operasi kontra Intelijen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (4) huruf d, meliputi:
a. target operasi;
b. data casing kontra Intelijen;
c. rencana operasi kontra;
d. rencana tahapan kontra; laporan kegiatan harian; dan
laporan penugasan kontra Intelijen.
Pasal 20
Administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 s.d. Pasal 19
dalam bentuk format tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kabaintelkam Polri ini.

Bagian Kedua
Produk Intelijen
Pasal 21
(1) Penyelenggaraan operasional Intelijen Polri menghasilkan
produk Intelijen.
(2) Produk Intelijen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
dari:
a. strategis; dan
-14-

b. taktis.
Pasal 22
(1) Produk Intelijen strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (2) huruf a, digunakan sebagai dasar bagi pembuatan
kebijakan yang bersifat strategis, yang dibuat secara
berkelanjutan dan berkala.
(2) Produk Intelijen strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (2) huruf b, terdiri dari:
a. Intelijen dasar; dan
b. perkiraan Intelijen keamanan.
Pasal 23
(1) Produk Intelijen taktis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
huruf b, digunakan untuk kepentingan operasional kepolisian
dan operasional Intelijen, sesuai dengan kondisi tertentu yang
akan berpengaruh pada situasi dan kondisi kehidupan
masyarakat.
(2) Produk Intelijen taktis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. laporan harian;

b. laporan harian khusus;


c. laporan informasi;
d. informasi khusus; laporan khusus;
f. laporan atensia;
g. telaahan Intelijen:
h. perkiraan Intelijen khusus;
i. perkiraan Intelijen singkat;
j. perkiraan Intelijen cepat;
k. perkiraan Intelijen kontingensi; 1. laporan Intelijen;
m. nota Intelijen; dan
n. memo Intelijen.
Pasal 24
(1) Penyusunan produk Intelijen dilakukan melalui proses pengolahan.

(2) Proses pengolahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melalui:


a. pencatatan;
b. penilaian; dan
c. penafsiran.
Pasal 25
(1) Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
huruf a, merupakan kegiatan untuk mengumpulkan bahan
-15-

keterangan dan data yang dilakukan secara teratur dengan


menggunakan sarana pencatatan.
(2) Sarana pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. buku harian informasi;
b. buku agenda;
c. lembaran kerja;
d. peta situasi;
e. kartu Tanda Identifikasi Khusus (kartu TIK); dan
f. file.
(3) Pencatatan dapat dilakukan secara manual dan/atau
elektronik.

Pasal 26
(1) Buku harian informasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a, merupakan
buku induk yang berfungsi mencatat laporan
dan berita yang diterima berisi daftar
kronologi permasalahan Intelijen dalam
waktu tertentu.
(2) Buku agenda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat
(2) huruf b, merupakan agenda surat masuk yang
berfungsi mencatat dokumen yang masuk atau dokumen
yang diterima.
(3) Lembaran kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2) huruf c, merupakan
bentuk pencatatan dalam lembaran-lembaran
lepas yang disusun menurut jenis
persoalannya dan dilakukan secara terus-
menerus.
(4) Peta situasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2) huruf d, merupakan
bentuk pencatatan grafis yang
memperlihatkan keadaan yang lampau, sedang
dan diperkirakan kedudukan dan kegiatan
sasarannya.
(5) Kartu TIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 ayat (2) huruf e, merupakan sistem
pencatatan dengan menggunakan
kartu/formulir yang memuat hal-hal dan
catatan singkat mengenai biodata
perorangan, perkumpulan/organisasi dan
permasalahan.
(6) File sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (2) huruf f merupakan kumpulan bahan-
bahan keterangan yang dicatat menggunakan
-16-

klasifikasi desimal universal untuk


membantu dalam waktu singkat menemukan
kembali berkas keterangan yang diperlukan
sewaktu-waktu untuk kepentingan
operasional atau analisis Intelijen.
Pasal 27
Penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (2) huruf b, dilakukan untuk menentukan
hubungan:
a. tingkat kepentingan atau urgensi;
b. tingkat kepercayaan terhadap sumber atau
badan pengumpul; dan
c. tingkat kebenaran suatu bahan keterangan.
Pasal 28
(1) Penentuan hubungan tingkat
kepentingan atau urgensi
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 huruf a, dilakukan
dengan penilaian bahan
keterangan:
a. berhubungan dengan sasaran, bidang
tugas atau masalah yang dihadapi;
b. segera dibutuhkan dan dari
siapa diperoleh; dan
c.
(2) Penentuan tingkat kepercayaan terhadap sumber atau badan
pengumpul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b,
dilakukan dengan penilaian:
a. A dapat dipercaya sepenuhnya;
b. B bisa dapat dipercaya;
c. C agak dapat dipercaya;
d. D biasanya tidak dapat dipercaya;
e. E tidak dapat dipercaya; dan
f. F kepercayaan tidak dapat dinilai.
(3) Penentuan tingkat kebenaran suatu bahan keterangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c, dilakukan
dengan penilaian, sebagai berikut:
a. 1 dibenarkan oleh sumber lain;
b. 2 sangat mungkin benar;
c. 3 mungkin benar;
d. 4 kebenarannya meragukan;
e. 5 tidak mungkin benar; dan
f. 6 kebenarannya tidak dapat dinilai.
Pasal 29
Penilaian tingkat kepercayaan dan tingkat kebenaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh
pimpinan.

Pasal 30
Penafsiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf ç,
dilakukan untuk mengolah bahan keterangan melalui pendekatan
berpikir secara:
a. intuitif;
b. logis; dan
c. ilmiah.
Pasal 31
(1) Pendekatan melalui berpikir secara intuitif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 huruf a, merupakan penafsiran
terhadap bahan keterangan berdasarkan pada insting yang
dipengaruhi oleh pengalaman, melalui proses:
a. akumulasi, menggunakan fakta-fakta yang tersimpan di
dalam pikiran sendiri sebagai asumsi untuk menafsirkan
informasi yang diterima dan ditentukan berdasarkan
pengalaman;
b. inkubasi, melakukan penelaahan lebih lanjut terhadap
fakta-fakta asumsi untuk menentukan fakta yang dapat
digunakan untuk penafsiran dan mendapatkan gambaran
yang logis;
-18-

c. iluminasi, berpikir seolah-olah otak menjadi semakin


terang sehingga mampu menemukan arti dalam bahan
keterangan untuk menemukan jawaban sementara yang
diinginkan atau berupa hipotesa-hipotesa; dan
d. verifikasi, hipotesis yang telah diperoleh pada tahap
sebelumnya diuji kebenarannya dengan mencari faktafakta
tambahan ataupun membandingkan dengan pengalaman
yang dimiliki yang kemudian dapat ditarik suatu
kesimpulan.
(2) Pendekatan melalui berpikir secara logis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 huruf b, merupakan penafsiran
terhadap bahan keterangan yang dilakukan dan diolah dengan
pendekatan logika, melalui proses:
a. analisis, pemilihan dan penyaringan bahan-bahan
keterangan yang telah dinilai dan memisahkan dari bahan-
bahan keterangan yang lain sesuai dengan kepentingan
persoalan yang dihadapi ataupun operasi dan tugas yang
akan dilaksanakan;
b. integrasi dan penggabungan bahan keterangan yang telah
dipecah-pecah hasil kegiatan analisis dan dihimpun
kembali dengan bahan keterangan yang sudah diketahui
sehingga terbentuk suatu gambaran yang logis dan hasilnya
merupakan suatu hipotesis tentang suatu persoalan yang
dihadapi;
c. kesimpulan, merumuskan bahan keterangan atas dasar
hipotesis yang dikembangkan, dianalisis, dan diuji serta
dianggap yang berlaku bagi hasil integasi; dan
d. peramalan, penafsiran bahan keterangan yang didapat dari
pelaksanaan kegiatan operasional Intelijen, guna
mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi termasuk
yang melatar belakanginya.
(3) Pendekatan melalui berpikir secara ilmiah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 huruf c, merupakan penafsiran yang didasarkan pada
data yang sudah pasti kebenarannya dengan menggunakan data
statistik, dan waktu yang diperlukan relatif sama dengan pendekatan
berpikir secara intuitif.

Pasal 32
Penyusunan produk Intelijen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2) tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Kabaintelkam Polri ini.

Pasal 33
-19-

Format produk Intelijen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan


Pasal 23 tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Kabaintelkam Polri ini.

BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 34
Pengawasan dan pengendalian operasional Intelijen keamanan Polri
dilakukan secara berjenjang dari tingkat pusat sampai wilayah.
Pasai 35
(1) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 dilakukan dalam
bentuk:
a. supervisi;
b. monitoring dan evaluasi; dan
c. asistensi.
(2) Supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, diselenggarakan untuk
mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan
operasional Intelijen agar sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
(3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b,
diselenggarakan untuk memantau dan
mengevaluasi terhadap pelaksanaan
operasional Intelijen untuk memperoleh
informasi tentang capaian dan dampak yang
dicapai.
(4) Asistensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, diselenggarakan untuk
mendampingi atau membimbing dalam
pelaksanaan operasional Intelijen agar
tercapai target dan meningkatkan kemampuan
pelaksana.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 36
Pada saat Peraturan Kabaintelkam Polri ini
berlaku, maka:
a. Peraturan Kabaintelkam Polri Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Produk Intelijen di
Lingkungan Intelijen Keamanan Polri;
b. Peraturan Kabaintelkam Polri Nomor I Tahun 2013 tentang
-20-
Penyelidikan Intelijen Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
c. Peraturan Kabaintelkam Polri Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Pengamanan Intelijen Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
d. Peraturan Kabaintelkam Polri Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Penggalangan Intelijen Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
e. Peraturan Kabaintelkam Polri Nomor 4 Tahun
2013 tentang Perubahan Peraturan
Kabaintelkam Polri Nomor 2 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Produk Intelijen
di Lingkungan Intelijen Keamanan Polri;
dan
f. Peraturan Kabaintelkam Polri Nomor 1 Tahun
2016 tentang Kontra Intelijen; dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 37
Peraturan Kabaintelkam Polri ini mulai berlaku pada tanggal
disahkan.

Ditetapkan di Jakarta
7 Agugtug 2023
TELIJEN
-21-
LAMPIRAN 1
PERATURAN KEPALA BADAN
INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1
TAHUN 2023 TENTANG PENYELENGGARAAN
OPERASIONAL
INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYELENGGARAAN PENYELIDIKAN INTELIJEN

A. Perencanaan
1. Penyusunan rencana penyelidikan melalui tahapan:
a. perumusan Unsur-unsur Utama Keterangan (UUK),
dilakukan Oleh Perwira Intelijen berdasarkan
permintaan pimpinan yang berwujud pertanyaan-
pertanyaan atas kebutuhan informasi tertentu
yang dihadapi pimpinan dalam melaksanakan
tugas pokoknya dan harus dijawab atau
dipecahkan Oleh petugas Intelijen, sebagai
titik tolak bagi usaha-usaha pencarian dan
pengumpulan bahan keterangan mengenai hal-hal
yang belum diketahui guna menentukan arah dan
pedoman dalam pembuatan rencana penyelidikan;
b. analisis sasaran, dengan mempelajari secara
terinci dan teliti tentang sasaran, termasuk
lingkungan daerah sasaran dalam rangka
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan adanya
rintangan/hambatan atau fasilitas yang dapat
mendukung usaha-usaha penyelidikan;
c. analisis tugas, dengan penalaran terhadap
rincian tanggung jawab dalam pelaksanaan
perintah kegiatan atau operasi yang harus
dilaksanakan berupa kesiapan guna keberhasilan
pelaksanaan manajemen lapangan dan
keberhasilan tugas pokok; d. pengorganisasian
penyelidikan, meliputi penentuan personel,
dukungan logistik, alat-alat yang digunakan,
teknik dan taktik; dan
e. pengawasan dan pengendalian, untuk menyiapkan
alat pendukung pengawasan pelaksaan
penyelidikan Intelijen dan sarana serta
prasarana sistem pengendalian.
2. Penyusunan rencana penyelidikan disesuaikan dengan bentuk operasional
Intelijen.
-22-
B. Pengumpulan
1. Pelaksanaan pengumpulan bahan keterangan dilakukan Oleh anggota
Intelijen dalam ikatan unit, subunit atau perorangan.
2. Pengumpulan bahan keterangan dilakukan terhadap
sasaran orang, benda, kegiatan dan lokasi untuk
menemukan dan mengidentifikasi hakekat ancaman di
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya
dan keamanan.
3. Sumber informasi pengumpulan bahan keterangan berasal dari:
a. Sumber terbuka, meliputi:
1) orang;
2) media cetak dan kepustakaan; dan
3) media elektronik/ Open Source Intelligence
(OSINT);
b. Sumber tertutup, meliputi:
1) orang;
2) benda; 3) tempat; dan 4) organisasi.
4. Pelaksanaan pengumpulan bahan keterangan, bersifat:
a. terbuka, dilakukan oleh anggota Intelijen yang keberadaannya secara
fisik dikuatkan dengan taktik Intelijen diketahui Oleh sasaran akan
tetapi tujuan atau misi tertutup dan tidak diketahui oleh sasaran,
dengan menggunakan teknik:
1) penelitian Intelijen, untuk menghimpun data suatu
permasalahan dengan mempelajari kepustakaan pemberitaan-
pemberitaan dari media cetak, elektronik dan media sosial;
2) wawancara Intelijen, untuk mendapatkan keterangan melalui
pembicaraan atau tanya jawab langsung dengan sasaran, dalam
hal ini pihak yang diwawancara bebas memberikan jawaban
tanpa tekanan atau paksaan dan menyadari berhadapan dengan
orang yang sedang mencari keterangan atau informasi;
3) interogasi Intelijen, untuk mendapatkan keterangan melalui
pembicaraan dan tanya jawab yang dikendalikan langsung Oleh
interogator, pihak yang ditanya menyadari bahwa dirinya
sedang diinterogasi dan berada di bawah penguasaan pihak
interogator; dan
4) eliciting Intelijen, untuk mendapatkan keterangan lewat
pembicaraan dengan sasaran, dimana dalam pembicaraan pihak
sasaran tidak menyadari bahwa dirinya sedang diminta
keterangan.
b. tertutup, dilakukan Oleh anggota Intelijen secara rahasia
(clandestine) tanpa diketahui Oleh sasaran dan/atau pihak Iain,
dengan menggunakan teknik:
1) pengamatan, untuk mendapatkan bahan keterangan dan gambaran keadaan
lingkungan dengan menggunakan pancaindera secara lengkap, disertai
-23-
pengetahuan dan/atau pengarahan tentang fokus pengamatan sesuai dengan
kebutuhan;
2) penggambaran, untuk menuangkan hasil pengamatan ke dalam
bentuk laporan, dilengkapi dengan dokumenasi dalam bentuk
foto-foto atau data-data terinci tentang keadaan medan yang
diamati, sehingga dapat mengenal kembali apa yang diamati;
3) penjejakan, untuk mendapatkan bahan keterangan dengan
mengikuti dan memperhatikan jejak-jejak serta apa yang
dilakukan Oleh sasaran, dalam hal ini tidak secara langsung
terhadap sasaran tetapi terhadap jejak-jejak sasaran;
4) pembuntutan, untuk mendapat bahan keterangan dengan langsung mengikuti
atau memperhatikan sasaran, termasuk aktivitas-aktivitas sasaran tanpa diketahui
Oleh sasaran;
5) penyusupan, untuk mendapatkan bahan keterangan dengan menyusupkan
jaringan yang dilakukan agen-agen rahasia ke dalam sasaran;
6) penyurupan, untuk mendapatkan bahan keterangan dengan
memasuki suatu tempat atau ruangan atau bangunan tanpa
diketahui oleh orang lain dan meninggalkan tempat
tanpa bekas; dan
7) penyadapan, untuk mendapatkan bahan keterangan dengan
melakukan penyadapan sistem komunikasi pihak sasaran
yang dilakukan secara rahasia, tanpa diketahui oleh
sasaran atau pihak-pihak lain.
5. Taktik pengumpulan bahan keterangan terdiri dari:
a. penyamaran atau cover, merupakan upaya,
pekerjaan dan kegiatan untuk menghilangkan
identitas diri, kebiasaan, pola tingkah laku,
sehingga berubah sama sekali dari kondisi
sebenarnya dan benar-benar mampu menyatu
dengan lingkungan sasaran atau sasaran itü
sendiri, meliputi: 1) bentuk penyamaran:
a) fisik, mencakup penampilan badan secara keseluruhan,
disesuaikan dengan kondisi strata sosial seseorang
dari kelas bawah sampai kelas atas dengan melihat
keadaan sasaran maupun lokasi sekitar sasaran;
b) nama atau cover name, mencakup
identitas dengan memperhatikan keamanan
diri terutama dalam hal panggilan
sehingga dalam pelaksanaan tugas tidak
ketahuan. Perlu diperhatikan untuk nama
panggilan dalam penyamaran diharapkan
identik dengan nama panggilan sehari—
hari karena hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas;
c) pekerjaan atau cover job, mencakup
status dan jenis pekerjaan yang
diperankan sesuai dengan cover fisik
-24-
dan cover name, dengan tujuan
melindungi organisasi, namun agen
Intelijen memperhatikan penyamaran
pekerjaan yang ditentukan dengan kata
lain harus menguasai latar belakang
dari pekerjaan yang dipilih sehingga
tidak terdapat kecurigaan oleh sasaran;
dan
d) cerita atau cover story, mencakup
kemampuan menjelaskan latar belakang
kondisi sendiri yang disesuaikan dan
berhubungan dengan penyamaran fisik,
nama dan pekerjaan sebelumnya; 2)
sifat-sifat penyamaran:
a) penyamaran resmi, pelaksanaan ada hubungan dengan
unsur-unsur resmi dalam pemerintah, dilengkapi dengan
dokumen atau identitas asli dan maşuk ke sasaran
disesuaikan dengan prosedür;
b) penyamaran tidak resmi, pelaksanaan
tidak ada sangkut pautnya dengan unsur
resmi pemerintah, dalam kegiatan
dilengkapi dengan dokumen atau
identitas untuk memasuki sasaran; dan
c) penyamaran buatan, pelaksanaan dapat
dijelaskan secara logis dan mendekati
penyamaran secara alamiah serta
menggunakan dokumen atau identitas
palsu;
3) jenis-jenis penyamaran:
a) penyamaran perorangan, sifat tugasnya dilaksanakan
oleh individu dan hendaknya menunjukkan suatu
pekerjaan yang nyata dan mendatangkan penghasilan
baginya;
b) penyamaran organisasi, sifat tugasnya
harus dilakukan bersama sehingga
dibentuk organisasi samaran, penyamaran
ini digunakan untuk mengelabui dan
melindungi personel dan institusi; dan
c) penyamaran kelompok, sifat tugasnya
harus bergabung satu sama lainnya dalam
rangka kerja sama atau koordinasi
segera sehingga perlu dibentuk suatu
giat kelompok sasaran;
4) hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemilihan penyamaran, meliputi:
a) tingkat kerahasiaan operasi;
b) akses ke dalam sasaran;
c) letak pangkalan operasi;
-25-
d) tingkat kecepatan bergerak;
e)saluran komunikasi yang dibutuhkan;
dan
f) keadaan petugas itu sendiri;
b. penyesatan atau pengelabuan (desepsi),
merupakan segala upaya, pekerjaan, kegiatan
dan atau tindakan yang dilakukan sedemikian
rupa sehingga dapat mengelabui atau
menyesatkan atau mengalihkan lawan atau
sasaran dengan maksud agar lawan atau sasaran
tidak tahu atau tidak sadar bahwa perhatiannya
sedang dialihkan, dengan menggunakan
macammacam desepsi:
1) desepsi kata, untuk mengalihkan cerita
dari keadaan yang sebenarnya untuk
memindahkan perhatian dari sasaran
terutama bila mulai muncul kecurigaan
tentang apa yang dilakukan oleh agen; dan
2) desepsi gerak, untuk melakukan gerakan-
gerakan untuk mengalihkan perhatian
sasaran di lingkungan sasaran yang menaruh
curiga terhadap kegiatan yang sedang
dilaksanakan.
6. Pelaksanaan pengumpulan bahan keterangan didukung
dengan alat penyelidikan yang terdiri dari:
a. alat utama Intelijen, meliputi:
1) alat pembuat laporan;
2) alat transportasi;
3) alat komunikasi; dan
4) alat bantu lihat dan dengar;
b. alat khusus Intelijen, merupakan peralatan
yang didesain atau direkayasa secara teknologi
dengan spesifikasi teknis tertentu untuk
mendukung tugas Intelijen.
7. Hasil pengumpulan bahan keterangan dibuat dalam
bentuk laporan kegiatan harian, laporan informasi
dan/atau laporan informasi khusus.
C. Pengolahan
Pengolahan bahan keterangan yang terkumpul dilaksanakan untuk menghasilkan
produk Intelijen melalui tahapan pencatatan, penilaian, penafsiran dan
kesimpulan yang telah diatur dalam penyelenggaraan

produk Intelijen.

D. Penyajian
-26-

I. Penyajian produk Intelijen disesuaikan dengan urgensinya, tingkat


kerahasiaan, kecepatan, ketepatan, dan keamanan produk.
2. Penyajian produk Intelijen dapat dilakukan melalui:
a) kurir (life drop) ;
b) alat-alat tertentu atau disebut juga dead drop; dan
c) sarana komunikasi yang bersifat rahasia.

Ditetapkan di Jakarta
padoanggakx 7 Agugtug 2023
INTELIJEN

SÜNTANA
'RÉA
MANAN POLRI,
-27-
LAMPIRAN 11
PERATURAN KEPALA BADAN
INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG PENYELENGGARAAN OPERASIONAL
INTELIJEN KEMANAN KPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

PENYELENGGARAAN PENGAMANAN INTELIJEN

A. Perencanaan
1. Penyusunan rencana pengamanan, melalui tahapan:
a. perumusan Unsur-unsur Utama Keterangan (UUK),
dilakukan Oleh perwira Intelijen berdasarkan
permintaan pimpinan yang berwujud pertanyaan-
pertanyaan atas kebutuhan informasi tertentu
yang dihadapi pimpinan dalam melaksanakan
tugas pokoknya dan harus dijawab atau
dipecahkan oleh petugas Intelijen, sebagai
titik tolak bagi usaha-usaha pencarian dan
pengumpulan bahan keterangan mengenai hal-hal
yang belum diketahui guna menentukan arah dan
pedoman dalam pembuatan rencana pengamanan;
b. analisis sasaran, dengan mempelajari secara rinci dan
teliti tentang sasaran, termasuk lingkungan daerah sasaran
dalam rangka mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan adanya
rintangan/hambatan atau fasilitas yang dapat mendukung
tugas pengamanan;
c. analisis tugas, dengan penalaran terhadap
rincian tanggung jawab dalam pelaksanaan
perintah kegiatan atau operasi yang harus
dilaksanakan berupa kesiapan guna keberhasilan
pelaksanaan manajemen lapangan dan
keberhasilan tugas pokok;
d. pengorganisasian pengamanan, meliputi
penentuan personel, dukungan logistik, alat-
alat yang digunakan, teknik dan taktik; dan
e. pengawasan dan pengendalian, untuk menyiapkan
alat pendukung pengawasan pelaksanaan
pengamanan Intelijen dan sarana serta
prasarana sistem pengendalian.
2. Penyusunan rencana pengamanan disesuaikan dengan bentuk
operasional Intelijen.

B. Pelaksanaan
-28-
1. Pelaksanaan pengamanan Intelijen dilakukan Oleh
anggota Intelijen dalam ikatan unit, subunit atau
perorangan;
2. Sasaran pengamanan Intelijen, meliputi:
a. internal

1) orang, meliputi:
a) anggota Polri/PNS/CPNS dan keluarga; dan
b) Pegawai Harian Lepas (PHL) /
honorer;
2) benda, meliputi:
a) alat material utama yaitu alat yang digunakan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi Intelijen; dan
b) alat material khusus yang selanjutnya disebut almatsus yaitu
peralatan yang didesain secara teknologi dan memiliki
spesifikasi teknis khusus untuk mendukung tugas Intelijen; 3)
kegiatan, meliputi:
a) kegiatan kepolisian:
b) operasi kepolisian; dan
c) operasi Intelijen;
4) bahan keterangan/dokumen, meliputi informasi yang menjadi
rahasia Intelijen yang merupakan bagian dari rahasia negara
dalam bentuk cetak, audio, audio visual dan/atau data digital;
5) lokasi/tempat, meliputi:
a) kantor Intelijen;
b) tempat kerja personel pengemban fungsi Intelijen; dan
c) tempat penyimpanan alat material khusus.
b. eksternal
1) orang, meliputi:
a) pejabat negara;
b) pejabat pemerintahan;
c) tamu asing/perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional;
d) tokoh masyarakat tertentu;
e) tamu/delegasi asing yang berkunjung di wilayah Indonesia;
f) calon presiden/wakil presiden;
g) calon kepala daerah/wakil kepala daerah; dan
h) orang asing; 2) benda,
meliputi: a) dokumen negara;
b) senjata api;
c) bahan peledak komersial; dan
d) logistik atau barang dalam rangka
bantuan pemerintah
kepada masyarakat; 3) kegiatan, meliputi:
a) kegiatan pemerintahan;
b) kegiatan politik;
c) kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
Iainnya; dan
-29-
d) kegiatan pengangkutan, pemusnahan dan penggunaan
bahan peledak komersil; 4) lokasi/tempat, meliputi:
a) gedung dan bangunan pemerintahan;
b) pertambangan dan energi;
c) telekomunikasi;
d) perusahaan air minum;
e) depo bahan bakar minyak dan gas;
f) pembangkit tenaga listrik; dan
g) industri strategis Iainnya.
3. Pengamanan Intelijen bersifat:
a. terbuka, merupakan tindakan pengamanan Intelijen yang diketahui
oleh sasaran dimana secara fisik petugas pengamanan terlihat
langsung dalam kegiatan, atau kejadian yang diamankan. Dalam
hubungan ini pihak yang dinilai dapat mengancam, tidak
mengetahui misinya; dan
b. tertutup, merupakan tindakan pengamanan Intelijen kepolisian yang
sangat rahasia di mana keberadaan dan misi tidak diketahui baik
oleh sasaran pengamanan maupun pihak lawan.
4. Teknik dan taktik pengamanan Intelijen, meliputi:
a. teknik, diselenggarakan sesuai kondisi, meliputi:
1) aman, menggunakan teknik penyelidikan, seperti:
a. eZiciting;
b. wawancara;
c. pengamatan; dan
d. penggambaran.
2) potensi ancaman, menggunakan pendekatan persuasif melalui:
a. pemeriksaan, dengan melakukan upaya mencari,
mengumpulkan dan mengolah data untuk menguji
kepatuhan pihak lawan dan untuk melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
b. pengarahan, dcngan melakukan upaya mengarahkan pihak lawan agar
menjalankan suatu hal untuk mencapai tujuan pengamanan;
3) timbulkan aksi, menggunakan tindakan represif, seperti:
a. penindakan ringan;
b. pengamanan penyebab masalah;
c. pengamanan unsur pelanggaran dan/atau pidana;
d. koordinasi dengan instansi horizontal dan vertikal;
e. pengamanan lanjutan terhadap orang, benda, tempat dan
kegiatan;
b. taktik, diselenggarakan berdasarkan sasaran, meliputi: 1) internal:
a) orang, dengan melakukan:
-30-

(1) pembinaan mental personel agar tidak mudah


terpcngaruh usaha penggalangan yang dilakukan
pihak Iawan secara terarah dan terus menerus;
(2) pengamanan fisik untuk menjamin keselamatan
personel yang bertugas;
(3) penyaringan calon pegawai secara ketat melalui
penyclidikan terhadap kemungkinan adanya
penyusupan; dan
(4) melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala
ketidakpuasan, rasa kecewa, kegelisahan, sikap masa
bodoh dan tindakan indisipliner;
b) benda, dengan melakukan:
(I) penjagaan untuk pengawasan lalü lintas orang, barang
dan kendaraan serta melakukan identifikasi orang
dan/atau kendaraan di tempat benda berada;
(2) pembentukan area tertutup, terbatas dan terbuka;
(3) pemagaran keliling dengan penerangan
lampu;
(4) penyamaran penyimpanan alat/material
sebagai upaya mengelabui pihak lawan
yang melakukan pengintai darat,
udara dan laut;
(5) peningkatan (upgrade) sistem pada almatsus;
(6) pengawasan melekat terhadap pihak-pihak yang
menyelenggarakan perawatan Almatsus;
(7) pengecekan sistem untuk deteksi dini
adanya infiltrasi lawan; dan
(8) pemasangan alat penginderaan di
sekitar benda;
c) bahan keterangan/dokumen, dengan
melakukan:
(1) perlakuan secara khusus terhadap
bahan keterangan/dokumen yang
berklasifikasi mulai dari konsep,
mengetik, menyampul, mengirimkan
kepada alamatnya, sampai pada
penyimpanan;
(2) pembatasan penyampaian bahan keterangan/
dokumen hanya kepada mereka yang memerlukan;
(3) penggunaan sandi dalam pengiriman
berita;
(4) penggunaan kurir (caraka) dalam
pengiriman bahan keterangan /dokumen
yang berklasifikasi;
-31-
(5) larangan penggunaan tipuan untuk membicarakan
hal-hal atau bahan keterangan yang
berklasifikasi;
(6) penanaman rasa kewaspadaan terhadap
jebakan pihak lawan;
(7) melakukan pengujian keamanan
informasi secara insidentil maupun
berkala untuk menjamin keamanan
sistem informasi di lingkungan Polri
dari serangan pihak lawan;
(8) perubahan secara berkala pada sistem
persandian
Polri; dan
(9) memaksimalkan pengunaan e-mail dinas dalam
pengiriman dan menerima berita.
( 10) pencegahan kebocoran akibat
faktor internal dengan melakukan
penyaringan anggota, indoktrinasi
anggota secara intensif dan
pengawasan secara berkala;
d) kegiatan, dengan melakukan:
(1) pencegahan pembocoran rencana kegiatan
dan/atau operasi kepada pihak lawan;
(2) pengamanan pemberitaan dengan cara menghindari
bocornya bahan keterangan;
(3) penyamaran lindung tembak dan
lindung tinjau pada tempat
perlindungan (safe house), tempat
penimbunan barang perbekalan,
peralatan, dan pos-pos komando;
(4) pengawasan disiplin terhadap
anggota;
(5) kontra spionase;
(6) kontra sabotase; dan
(7) kontra penggalangan;
2) eksternal
a) pengamanan tidak langsung, melalui pengecekan,
pengawasan dan pemeriksaan secara administrasi,
terhadap:
(1) penerbitan izin;
(2) penerbitan surat keterangan; dan
(3) penerbitan rekomendasi;
b) pengamanan langsung, melalui penempatan
petugas pengamanan Intelijen langsung pada
sasaran, meliputi: (1) orang, dengan
melakukan:
-32-
(a) pengamanan melekat secara fisik
terhadap orang untuk menjamin
keselamatan;
(b) pengamatan terhadap gejala-gejala
yang akan menghalangi dan/atau
mengancam orang dalam
beraktivitas di kediaman, sekitar
tempat tinggal, rute dan lokasi
kegiatan;
(c) sterilisasi fasilitas dan tempat
aktivitas orang dari benda-
benda/alat komunikasi/alat
penginderaan pihak lawan yang
akan menyadap aktivitas
komunikasi; dan
(d) profiling orang-orang di sekitar
sasaran yang terafiliasi dengan
pihak lawan;
(2) benda, dengan melakukan:
(a) pencegahan akses pihak lawan terhadap
benda melalui pemagaran, penerangan
lampu, penjagaan untuk pengawasan lalu
lintas orang dan kendaraan serta
identifikasi orang dan kendaraan;
(b) pembentukan daerah-daerah tertutup, terbatas
dan terbuka;
(c) pengawalan perpindahan atau pergerakan
benda dari dan ke tempat tujuan; dan
(d) deseptif tempat atau bangunan penyimpanan
benda dari pengintaian pihak lawan dengan
menggunakan samaran dan benda-benda
tipuan;
(3) kegiatan, dengan melakukan:
(a) pengamatan terhadap gejala-
gejala upaya penggalangan,
provokasi, agitasi pihak lawan;
(b) sterilisasi tempat kegiatan
dari bendabenda/alat-alat
komunikasi/penginderaan pihak
lawan yang dapat menyadap
kegiatan dari pihak lawan
dan/atau pihak yang tidak
berkepentingan; dan
(c) pengamatan kegiatan pengangkutan,
pemusnahan dan penggunaan bahan
peledak komersil;
(4) lokasi/tempat, dengan melakukan;
-33-

(a) sterilisasi lokasi/tempat


dari bendabenda/alat alat
komunikasi dan alat
penginderaan pihak lawan;
(b) pengamatan terhadap gejala-gejala upaya spionase dan sabotase
pihak lawan di sekitar lokasi/tempat;
(c) pengamatan lokasi/tempat terhadap gejalagejala
ketidakpuasan, kecewa, kegelisahan
karyawan/pegawai/orang di lokasi sasaran;
(d) pemasangan alat penginderaaan di sekitar lokasi/tempat; dan
(e) pengawasan dan identifikasi lalu lintas orang
dan/atau kendaraaan di lokasi/tempat.
5. Pelaksanaan pengamanan didukung dengan alat, yang terdiri dari:
a. alat utama Intelijen, meliputi:
1) alat pembuat laporan;
2) alat transportasi;
3) alat komunikasi; dan
4) alat bantu lihat dan dengar;
b. alat khusus Intelijen, merupakan peralatan yang didesain atau
direkayasa secara teknologi dengan spesifikasi teknis tertentu untuk
mendukung tugas Intelijen.
C. Pengolahan
Pengolahan bahan keterangan/informasi yang diperoleh dari pelaksanaan pengamanan Intelijen
untuk menghasilkan produk Intelijen melalui tahapan pencatatan, penilaian, penafsiran dan
kesimpulan sebagaimana diatur dalam penyelenggaraan produk Intelijen.

D. Penyajian
1. Penyajian produk Intelijen disesuaikan dengan urgensinya, tingkat kerahasiaan, kecepatan, ketepatan,
dan keamanan produk.
2. Penyajian produk Intelijen dapat dilakukan melalui:
a. kurir (life drop);
b. alat-alat tertentu atau disebut juga dead drop; dan
c. sarana komunikasi yang bersifat rahasia.

ggalYAgugtus 2023
YTELIJEN

LAMPIRAN 111
PERATURAN KEPALA BADAN
INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1
TAHUN 2023 TENTANG
PENYELENGGARAAN OPERASIONAL
-34-
INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYELENGGARAAN PENGGALANGAN INTELIJEN


A. Perencanaan
1. penyusunan rencana penggalangan, dilakukan
melalui:
a. pengumpulan dan pengolahan data operasional
Intelijen meliputi perkiraan khusus, Intelijen dasar
dan intel aktual;
b. penentuan pola penggalangan, meliputi:
1) konstruktif persuasif, dilaksanakan dalam
bentuk STO untuk membentuk dan
mengendalikan pengaruh seseorang/tokoh
dengan merubah cara berpikir (let them
think) sehingga berkembang kepada
terjadinya perubahan dan perilaku yang
akan mempertimbangkan untuk memihak dan
mendukung tujuan penggalang atas keputusan
sendiri (let them decide); dan
2) destruktif persuasif, dilaksanakan dalam
bentuk MTO untuk membentuk dan
mengendalikan pengaruh kelompok ketokohan
dalam satu wadah dengan merusak cara
berpikir dan berperilaku kelompok melalui
ekploitas kelemahan sensitif kemudian
berkembang menjadi pengingkaran pada
kepatuhan dan perbedaan pendapat (Zet
themfight) dan kemudian akan memihak pada
penggalang.
c. penentuan sasaran, meliputi:
1) perorangan/individu, merupakan tokoh
formal/informal yang memiliki pengaruh
yang signifikan/utama (key person)
dilingkungan masyarakat terhadap segala
cara berpikir dan perilaku orang lain yang
dapat berdampak timbulnya berbagai
gangguan dan peristiwa. ; atau
2) kelompok/organisasi, merupakan sekumpulan
orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu dengan yang lain dalam
satu wadah untuk mencapai tujuan bersama,
di mana didalamnya ketokohan berpengaruh
-35-
karena jabatannya dalam kelompok (key
position).
d. pertimbangan pemilihan sasaran, melalui
penilaian terhadap:
1) mudah atau tidaknya sasaran dipengaruhi;
2) kemampuan sasaran mempengaruhi kelompoknya;
3) kedudukan sasaran secara sosial,
ekonomi dan politik; dan 4) kedudukan
sasaran dalam struktur
kekuasaan/kekuatan.
e. menganalisis sasaran, dengan mempelajari
secara rinci dan teliti tentang sasaran dan
lingkungan daerah sasaran, meliputi: 1)
informasi tentang sasaran, seperti:
a) emosi, meliputi:
(1) apatis, dinamis dan kreatif;
(2) spontanitas masyarakat timbul dengan sendirinya atau menunggu
perintah pimpinan kelompoknya;
(3) reaksi masyarakat terhadap permasalahan yang timbul dalam
lingkungannya dengan cara bagaimana dan kepada siapa reaksi
tersebut ditujukan;
(4) temperamen; dan
(5) daya juang dan keberanian mengambil keputusan;
b) sikap, meliputi:
(1) emosional;
(2) logis;
(3) kultur; dan
(4) prinsip dasar kehidupan;
c) tingkah laku, meliputi:
(1) profesi mayoritas masyarakat;
(2) kesenangan;
(3) adat istiadat;
(4) bahasa pergaulan;
(5) kegemaran makanan;
(6) sikap masyarakat terhadap yang dituakan/ pimpinan sosial/ sesepuh;
dan
(7) konsistensi perilaku;
d) opini/pendapat, meliputi:
(1) kepercayaan terhadap sesuatu berita atau tidak;
(2) tanggapan masyarakat terhadap ucapan atau tingkah laku tokoh
masyarakat;
(3) sejauhmana keterpengaruhan tokoh masyarakat setempat;
(4) ada atau tidaknya perebutan pengaruh antartokoh;
(5) asal pengaruh yang sedang berlangsung/dialami; dan
(6) latar belakang pendidikan;
e) motivasi, meliputi:
(1) ideologi;
-36-
(2) politik;
(3) ekonomi; dan
(4) tujuan akhir kehidupan;
2) kemampuan, kelemahan dan kerawanan serta tujuan sasaran, meliputi:
a) sejauhmana pengaruh dari luar dapat diserap atau diterima Oleh masyarakat daerah
sasaran;
b) pengaruh tokoh formal/informal setempat, meliputi:
(1) tokoh yang ikut menentukan tatacara kehidupan dalam masyarakat;
(2) penentu terakhir, mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat; dan
(3)penentu, mempunyai pengaruh tetapi
tidak sebesar tokoh penentu
terakhir;
c) tokoh yang didengar tetapi tidak ikut
menentukan dalam proses tata kehidupan
masyarakat, terdiri dari:
(1) tokoh yang didengar dan sering digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan
satu keputusan; dan
(2) tokoh yang didengar dan
diperhatikan saja;
3) penyusunan pesan-pesan dan desain pesan
yang tepat untuk diterima dan bisa
mempengaruhi sasaran;
f. penetapan target penggalangan Intelijen,
meliputi pencapaian kondisi yang diharapkan
di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan keamanan;
g. menganalisis tugas, meliputi analisis
persoalan-persoalan yang dapat ditimbulkan
dari kegiatan dan operasi penggalangan
Intelijen dan cara pemecahan masalah;
h. penentuan rencana anggota dan dukungan
logistik, meliputi jumlah personal, alat-alat
yang digunakan, teknik dan taktik, dukungan
logistik dan pengorganisasian penggalangan
Intelijen; dan
i. pengawasan kegiatan, dengan menentukan
langkah-langkah antisipasi hal-hal yang dapat
menghambat atau menggagalkan pelaksanaan
penggalangan Intelijen.
2. Penyusunan rencana penggalangan Intelijen, meliputi:
a. penentuan tugas, terdiri dari tugas pokok,
kondisi yang diinginkan, analisis tugas dan
waktu pelaksanaan tugas;
b. situasi sasaran, terdiri dari penilaian
terhadap situasi daerah atau kejadian-
-37-
kejadian yang dapat mengakibatkan kondisi
tidak menguntungkan dari aspek ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan;
c. kondisi sasaran, terdiri dari penilaian
kondisi yang terjadi akibat dari kejadian-
kejadian yang dialami Oleh masyarakat
meliputi emosi, sikap, tingkah laku,
kebiasaan, adat, Opini dan motivasi;
d. kebutuhan informasi dan koordinasi, terdiri
dari informasi yang dibutuhkan tentang hal-
hal yang ada hubungaanya dengan kondisi
sasaran meliputi kebutuhan informasi dan
kebutuhan koordinasi untuk mendapatkan
informasi; situasi sasaran aktual, terdiri
dari kebutuhan bidang yang dilakukan
penggalang terhadap sasaran berkaitan dengan
situasi daerah atau kejadian yang dapat
mengakibatkan kondisi yang tidak
menguntungkan ditinjau dari bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan;
f. kondisi sasaran aktual dan yang perlu diubah
atau dibutuhkan dari aspek emosi, sikap,
tingkah laku, Opini dan motivasi; dan
g. cara bertindak, tentang pola penggalangan,
teknik dan taktik, tema dan media serta
penanaman jaringan.
B. Pelaksanaan
I. Penggalangan Intelijen dilaksanakan oleh anggota Intelijen dalam ikatan unit,
sub unit dan/ atau perorangan.
2. Penggalangan Intelijen dilaksanakan terhadap sasaran individu/
perorangan dan kelompok/ organisasi.
3. Penggalangan dengan sasaran individu/perorangan, dilaksanakan melalui tahapan:
a. penyusupan ide, melakukan pendekatan ke dalam individu untuk
mendapatkan kepercayaan dari sasaran melalui ide-ide sesuai dengan
kegiatan sasaran;
b. mempengaruhi, melakukan upaya mempengaruhi sasaran dengan
memiliki pengetahuan tentang titik kelemahan dan kekuatan sasaran;
c. pengarahan dan pengendalian, melakukan pengendalian sasaran kepada tujuan yang ingin
dicapai serta tidak menyimpang dengan pengendalian yang terus menerus; dan
d. pemanfaatan, melakukan upaya menggerakkan sasaran yang sudah
menerima konsepsi sesuai dengan kehendak penggalang.
4. Penggalangan dengan sasaran kelompok/organisasi, dilaksanakan melalui proses dan tahapan:
a. proses pendasaran, meliputi: 1) tahapan penyusupan:
-38-

a) penyusupan agen Intelijen ke dalam sasaran disesuaikan


dengan kondisi sasaran;
b) membangun jaringan secara tertutup di dalam sasaran;
c) menyamarkan jaringan yang dibangun sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan kecurigaan; dan
d) mengidentifikasi kelemahan sasaran dari dalam, untuk
mengetahui mana kelompok yang pro dan kontra;
2) tahapan penceraiberaian dilakukan dengan cara menyebarkan
berbagai kelemahan sasaran melalui pesan dan desain yang
efektif, baik terhadap pihak yang pro dan kontra sesuai rencana
penggalangan, melalui kegiatan:
a) menghasut untuk memunculkan perbedaan;
b) memperuncing perbedaan ke arah persengketaan; dan
c) menciptakan ketegangan antaranggota sehingga keutuhan dan persatuan
sasaran dapat dicerai beraikan;
b. proses eksploitasi, meliputi:
1) tahapan pengingkaran, melakukan penajaman terhadap hasil kegiatan tahapan
penceraiberaian sehingga terjadi pengingkaran dan timbulnya berbagai pertikaian
pendapat dan keputusan terhadap sasaran; dan
2) tahapan pengarahan, memberikan motivasi dengan bertujuan
mengendalikan segala perubahan yang telah terjadi kepada
sasaran untuk terciptanya dan terpeliharanya keadaan sesuai
keinginan penggalang;
c. proses intensifikasi, melakukan tahapan penggeseran, membangun
perubahan secara total terhadap emosi, sikap, tingkah laku, opini
dan motivasi (ESTOM) serta timbulnya dukungan Intelektualitas,
Profesionalitas, Sosiobilitas serta Loyalitas (IPSL) yang terbentuk
sesuai tujuan penggalangan terhadap sasaran dalam tata kehidupan
ideologi, politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan masyarakat sesuai
keinginan penggalang; dan
d. proses evaluasi, melakukan tahapan penggabungan atau konsolidasi
terhadap capaian yang terjadi melalui penggabungan kembali situasi
dan kondisi sasaran setelah terwujudnya pergeseran sehingga
menjadi kekuatan positif yang lebih utuh sesuai tujuan
penggalangan.
5. Teknik dan taktik yang digunakan dalam pelaksanaan penggalangan
Intelijen, meliputi:
a. teknik, meliputi:
1) Perang Urat Saraf (PUS) atau perang psikologi (psy wad,
melakukan kegiatan menekan kondisi psikis sasaran dengan
tujuan mempengaruhi pendapat, perasaan, sikap dan tingkah
laku sasaran;
2) propaganda, melalui penyebaran kata-kata dan/atau tindakan
dengan tujuan mengubah tingkah laku dan sikap;
-39-

3) perang proksi (proxy war,) melalui kegiatan untuk menciptakan


konfrontasi antara sasaran penggalangan dengan pihak lain yang
berada di bawah kendali penggalang untuk menghindari
konfrontasi secara langsung antara penggalang dengan sasaran
dengan tujuan untuk melemahkan sasaran;
4) kampanye berbisik, melakukan gerakan untuk melawan atau
melaksanakan aksi penyebaran rumor, penggunaan isu, gosip ke
dalam lingkungan kelompok sasaran untuk menimbulkan
keraguan terhadap loyalitas kelompok dan melawan isu negatif;
5) memanfaatkan kelemahan atau kerawanan ekonomi untuk
mempengaruhi sasaran; dan
6) melakukan kegiatan untuk menimbulkan ketidakstabilan atau
tindakan melawan aturan hükum di kalangan kelompok-
kelompok sasaran.
b. taktik, meliputi:
1) menarik simpati dan empati sasaran dengan cara, meliputi:
a) memberikan bantuan;
b) hadiah; dan
c) bujukan;
2) menekan sasaran, dengan mempengaruhi agar sasaran menerima
kehendak penggalang;
3) penyesatan, melakukan pengalihan perhatian sasaran;
4) memecah belah, memancing sasaran untuk meragukan
kepentingan kelompoknya sehingga bersedia mengingkari
kepatuhan kepada kelompoknya; dan
5) mendorong untuk berpikir persuasif, dengan mengutamakan
golongan intelektual sebagai sasaran dan menyajikan fakta serta
tata ilmiah yang telah disusun sehingga sasaran lebih mudah
diarahkan.
6. Dalam pelaksanaan penggalangan Intelijen, menggunakan:
a. Tema dalam menentukan tema, penggalang melakukan:
1) penyusunan tema penggalangan merujuk atau didasari pada
ketercapaian tujuan minimal dan maksimal, karena tema
penggalangan merupakan kristalisasi dari tercapainya tujuan
minimal dan maksimal;
2) menyusun rangkaian petunjuk umum yang bersifat visi penggalangan, berperan
menjadi pedoman, hasil dan dampak perubahan, baik minimal maupun maksimal;
3) memperhitungkan ide agar dapat diterima oleh sasaran dan
berbuat sesuai kehendak penggalang serta dapat mendorong
terjadi perubahan dan mengikat emosi, sikap, tingkah laku, opini
dan motivasi sasaran; dan
4) memperhatikan situasi dan kondisi, menunjukkan kebenaran dan
tidak menimbulkan kontradiktif;
b. Pesan dalam membuat pesan, penggalang melakukan:
-40-

1) penyusunan deskripsi pesan penggalangan didasari atas


tercapainya efektifitas keberhasilan tujuan minimal dan
maksimal penggalangan;
2) menyusun serangkaian kata/wacana/audio-visual singkat padat dan secara khusus untuk
menggerakkan emosi yang dimotori motivasi melakukan satu tindakan nyata sesuai tema;
3) memperhitungkan agar pesan dapat diterima sasaran sehingga
secara sadar sasaran mau berbuat sesuai kehendak penggalang;
4) memastikan pesan yang disusun harus selaras dengan teknik,
taktik, penggunaan media serta tema penggalangan Intelijen;
dan
5) membuat pesan dalam bentuk fisik dengan tampilan yang
mampu mencuri perhatian (attention), membuat ketertarikan
(interest), mempengaruhi cara berpikir (thinking),
mempengaruhi pertimbangan berpikir, berperilaku (decide) dan
membuat keputusan (fight);
c. desain pesan media penggalangan, dalam penggalangan Intelijen,
penggalang menentukan media yang digunakan meliputi media
orang dan/ atau media benda.
1) desain media orang, melakukan kegiatan tatap muka dengan
menyembunyikan identitas penggalang terhadap sasaran,
meliputi:
a) orang dengan orang;
b) orang dengan kelompok; dan
c) kelompok dengan kelompok, seperti acara kesenian,
pertemuan, ceramah dan diskusi/FGD).
2) desain pesan media benda, meliputi:
a) media masa, seperti media cetak, media elektronik,
media internet dan media sosial;
b) pamplet, selebaran, brosur, spanduk dan surat
kaleng;
c) hadiah/bingkisan; dan
d) benda lain sesuai kebutuhan.
7. Penggalangan Intelijen didukung dengan alat utama Intelijen dan alat
khusus Intelijen, meliputi:
a. alat utama Intelijen:
1) alat pembuat laporan;
2) alat transportasi;
3) alat komunikasi; dan
4) alat bantu lihat dan dengar;

b. alat khusus Intelijen, merupakan peralatan yang didesain/direkayasa


secara teknologi/ spesifikasi teknis yang digunakan untuk mendukung
tugas Intelijen.
-41-

8. Penyampaian produk Intelijen hasil penggalangan disesuaikan dengan


urgensinya, tingkat kerahasiaan, kecepatan, ketepatan, dan keamanan
produk, melalui:
a. kurir (life drop);
b. alat-alat (benda mati) tertentu (dead drop); dan
c. sarana komunikasi yang bersifat rahasia.
9. Pengendalian kegiatan penggalangan Intelijen dengan sistem cek, ricek, dan
kroscek pada setiap tahap kegiatan penggalangan.
C. Evaluasi
1. Evaluasi pelaksanaan penggalangan dilakukan oleh pejabat struktural
dan/atau pejabat dalam stuktur operasi Intelijen yang ditetapkan.
2. Evaluasi dilakukan melalui analisis terhadap perencanaan dan pelaksanaan
penggalangan Intelijen, meliputi:
a. hasil capaian yang ditetapkan;
b. tahap pelaksaaan penggalangan Intelijen sesuai time line;
c. efektivitas menggunakan tema, media tektik dan taktik yang
digunakan;
d. sistem pengamanan terhadap agen yang melakukan penggalangan;
e. pelemparan pesan/ide diarahkan untuk memulihkan kondisi yang
telah tercipta;
f. analisa efek yang ditimbulkan dari penggalangan yang diadakan; dan
g. perubahan-perubahan situasi dapat dimonitor dari masyarakat itu sendiri atau dari media
masa.
3. Indikator-indikator yang digunakan dalam melakukan evaluasi, meliputi:
a. efek yang timbul dari pelaksanaan penggalangan;
b. kecocokan dari perkiraan yang dibuat dalam langkah-langkah
perencanaan;
c. daya terima masyarakat setelah diadakan penggalangan;
d. peranan dari suatu masyarakat; dan
e. penilaian hasil guna dan daya guna dari
langkah-langkah pelaksanaan.

Ditetapkan di Jakarta pada.tanggal 7


A
gustus 2023 ,KÉPALA BADAN INTELIJEN

SUNTANA
ANAN POLRI,
-42-
LAMPIRAN IV
PERATURAN KEPALA BADAN
INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1
TAHUN 2023 TENTANG
PENYELENGGARAAN OPERASIONAL
INTELIJEN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA

PENYELENGGARAAN KONTRA INTELIJEN


A. Perencanaan
1. Persiapan penyusunan rencana kontra Intelijen melalui langkahlangkah:
a. analisis data operasional, melalui pengumpulan dan pengolahan data
operasional Intelijen yang telah ada antara lain Intelijen dasar,
perkiraan khusus dan produk informasi lainnya, sebagai penguasaan
kondisi awal dalam rangka menyusun rencana kontra Intelijen;
b. penyusunan perintah operasi, berupa target operasi kontra Intelijen;
c. analisis sasaran, dengan melaksanakan profiling dan casing sasaran
serta target yang dilengkapi sketsa sistem pengamanan dan sistem
komunikasi operasi dari pihak lawan;
d. penentuan sasaran kontra Intelijen merupakan penetapan sasaran,
penggambaran target dan dampak yang dapat terjadi dari pihak
lawan yang terorganisir melakukan kegiatan Intelijen dan operasi,
dalam bentuk:
1) spionase, merupakan kegiatan mata-mata rahasia secara tertutup, terorganisir dan
terkendali untuk mendapatkan informasi rahasia mengenai masalah tertentu untuk
kepentingan pihak lawan;
2) sabotase, merupakan kegiatan yang secara sengqia, terencana,
dan tersembunyi dengan tujuan untuk merusak atau
menghancurkan sasaran berupa objek vital dan atau instalasi
penting;
3) radikalisme, merupakan kegiatan yang secara sengaja,
terencana untuk memengaruhi melalui paham atau doktrin-
doktrin yang menginginkan perubahan atau pembaruan sosial
dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara
kekerasan dengan tujuan agar paham yang dianut dapat
diterima;
4) teror merupakan tindakan yang bertujuan menimbulkan ketakutan, kegelisahan, atau
kekacauan terhadap individu atau kelompok baik secara fisik maupun nonfisik;
5) penetrasi jaringan sistem teknologi, informasi dan komunikasi
yaitu kegiatan yang secara sengaja dan terencana untuk
menerobos, menyerangan, mengelabui, merusak dan
melumpuhkan sistem teknologi, informasi dan komunikasi;
6) propaganda merupakan usaha dan kegiatan berupa komunikasi
berdampak psikologis yang dilakukan secara sistematis dan
terorganisir melalui penyebaran ide-ide, doktrin-doktrin dan
prinsip-prinsip informasi dengan menggunakan teknik-teknik
-43-

tertentu, bertujuan membentuk Opini yang diharapkan serta


membangun pengaruh, dukungan, sehingga terjadi
keberpihakan terhadap propagandis, menciptakan perlawanan
serta timbulnya penilaian negatif terhadap lawan;
e. penetapan target kontra Intelijen dengan menetapkan hasil kerja atau
capaian dari dampak yang terjadi melalui upaya memberhentikan,
membubarkan, menghancurkan dan/atau memusnahkan pihak lawan
sebagai sumber gangguan dan ancaman di bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan keamanan berdasarkan analisa perkiraan
khusus, dan data operasional Iainnya;
f. analisis tugas, merupakan penalaran terhadap rincian tanggung
jawab dalam pelaksanaan perintah kegiatan atau operasi yang harus
dilaksanakan berupa kesiapan guna keberhasilan pelaksanaan
manajemen lapangan dan keberhasilan tugas pokok;
g. penentuan rencana personel dan dukungan logistik dengan
memperhitungkan personal yang dibutuhkan, alat-alat yang
digunakan, teknik dan taktik, dukungan logistik yang diperlukan dan
pengorganisasian kontra Intelijen; dan
h. pengawasan kegiatan, dengan merencanakan pengawasan sebagai usaha
pengamanan kegiatan untuk mengantisipasi muncul hal-hal yang dapat
menghambat atau menggagalkan pelaksanaan kontra Intelijen.
2. Penyusunan rencana kontra Intelijen, meliputi:
a. kondisi sasaran umum, yang terdiri dari geografi, demografi,
karakteristik, sistem pengamanan dan sistem komunikasi;
b. tugas, yang terdiri dari tugas pokok dan waktu pelaksanaan tugas;
c. situasi sasaran, yang terdiri dari perkiraan nama operasi, perkiraan
dampak operasi dari aspek ideologi politik, ekonomi, sosial budaya
dan keamanan, kekuatan, kelemahan dan teknologi yang digunakan
pihak sasaran;
d. rencana tahapan operasi, yang memuat tentang rencana deteksi,
rencana investigasi dan rencana eksploitasi;
e. pelaksanaan operasi, yang memuat waktu pelaksanaan setiap tahapan kontra Intelijen;
f. pengendalian dan koordinasi, yang memuat sistem organisasi operasi,
bagan struktur operasi, instansi yang dilibatkan dan mekanisme
koordinasi.
3. Penyusunan rencana kontra Intelijen dibuat dalam bentuk rencana operasi kontra.

B. Pelaksanaan
1. Pelaksanaan operasi kontra Intelijen dilakukan Oleh anggota Intelijen
Polri dalam ikatan unit dan dapat melibatkan atau bekerja sama dengan
unsur Intelijen pada kementerian/lembaga.
2. Operasi kontra Intelijen dilaksanakan melalui tahapan:
a. deteksi, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
petunjuk, indikasi, jejak dan usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak
lawan terhadap kegiatan sendiri dengan langkah-langkah:
-44-

1) mengidentifikasi dan menetapkan masalah merupakan kegiatan


penganalisisan terhadap kegiatan lawan dan sasaran untuk dapat
ditemukan hal-hal yang perlu dideteksi dengan fokus pada
penguasaan individu atau kelompok, struktur organisasi lawan
dan sistem pengamanan serta sistem komunikasi lawan;
2) menyusun rencana deteksi, merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menyusun rencana deteksi guna dirumuskan secara jelas
tentang:
a) apa yang harus dideteksi (sasaran);
b) siapa yang melakukan deteksi;
c) bilamana deteksi dilakukan; dan
d) mengapa deteksi dilakukan;
3) mengumpulkan petunjuk, dilakukan oleh petugas kontra sendiri dengan teknik:
a) pengamatan;
b) eliciting;

c) wawancara;
d) penyadapan;
e) penjejakan fisik;
f) penggunaan jaringan/agen garis dalam dan/atau luar;
g) pemotretan; dan
h) badan sensor;
4) menganalisis data, dilakukan untuk menilai fakta-fakta hasil
deteksi yang telah terkumpul menyangkut ketepatan,
kelengkapan dan kebenaran yang dituangkan dalam bentuk
informasi khusus sehingga fakta-fakta tersebut bisa dijadikan
petunjuk untuk langkah selanjutnya;
5) pengakhiran deteksi, dilakukan apabila telah ditemukan fakta
dalam bentuk laporan informasi deteksi dan informasi khusus
deteksi;
b. investigasi, merupakan kegiatan lanjutan dari tahapan deteksi untuk
mendapatkan bukti rencana dan/atau kegiatan Intelijen lawan/sasaran
yang dilakukan secara terbuka maupun tertutup dengan
menggunakan teknik pembuntutan, penjejakan, penyadapan,
penyurupan, eliciting dan/atau penetrasi serta penggunaan teknologi
informasi untuk memperoleh bukti-bukti dalam bentuk:
1) penyataan jaringan;
2) pengakuan jaringan dan/atau Intelijen lawan;
3) dokumen;
4) benda;
5) foto, rekaman suara, audio visual; dan 6) hasil pengujian ilmiah.
c. eksploitasi, merupakan tahapan lanjutan untuk memanfaatkan situasi
dan kondisi jaringan lawan/sasaran sehingga situasi dan konsidi
dapat dikendalikan sepenuhnya yang dilakukan dalam bentuk:
1) negosiasi;
2) kontribusi;
-45-
3) penekanan;
4) cuci otak; dan
5) whistleblower;
d. negasi, merupakan tahap akhir pelaksanan kontra Intelijen apabila
tahapan eksploitasi tidak berhasil dengan tujuan untuk meniadakan,
menghentikan, atau menetralisir dengan menggunakan metode:
1) legal, merupakan tindakan terhadap individu atau kelompok yang menjadi
sumber gangguan keamanan dilakukan penegakan hukum oleh pihak yang
berwenang; dan
2) ekstra legal merupakan tindakan menggunakan publikasi
dan/atau penyebarluasan pengakuan kriminal sehingga tidak
seorangpun mau menjadi agen pihak lawan melakukan tidakan
kriminal, provokasi dan propaganda; dan sosial agitasi.
3. Pelaksanaan operasi kontra Intelijen didukung dengan alat khusus dan teknologi Intelijen, meliputi:
a. alat utama Intelijen antara lain:
1) alat pembuat laporan;
2) alat transportasi;
3) alat komunikasi; dan
4) alat bantu lihat dan dengar;
b. alat khusus Intelijen, merupakan peralatan yang didesain atau
direkayasa secara teknologi dengan spesifikasi teknis tertentu untuk
mendukung tugas Intelijen.
4. Pengendalian pelaksanaan operasi kontra Intelijen dilaksanakan melalui
laporan yang pada setiap tahapan dalam bentuk produk Intelijen Laporan
Kegiatan Harian, Laporan Informasi dan/atau Laporan Informasi Khusus.
C. Pengolahan
Pengolahan bahan keterangan hasil operasi kontra Intelijen merupakan kegiatan untuk menghasilkan produk
Intelijen dari bahan-bahan keterangan/informasi yang tertuang dalam laporan penugasan yang terkumpul
melalui tahapan pencatatan, penilaian, penafsiran dan kesimpulan yang menghasilkan produk memo Intelijen
atau nota Intelijen sebagaimana diatur dalam penyelenggaraan produk Intelijen.

D. Penyajian
Penyampaian produk Intelijen hasil operasi kontra Intelijen disesuaikan
dengan urgensinya, tingkat kerahasiaan, kecepatan, ketepatan, dan keamanan
produk melalui:
a. kurir (life drop);
b. alat-alat tertentu (dead drop); dan

c. sarana komunikasi yang bersifat rahasia.

Jakarta
pada:tãnggalàT Agustus 2023 KEPALA
BADAÑ INTELIJEN kEAMANAN
POIAI,

SUNTANA
-46-
-41 _

LAMPIRAN V
PERATURAN KEPALA BADAN
INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG PENYELENGGARAAN
OPERASIONAL INTELIJEN KEAMANAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA.

A. STRUKTUR ORGANISASI OPERASI INTELIJEN


B. PENJABARAN TUGAS PEJABAT ORGANISASI
1. Penanggung jawab Kebijakan Operasi, bertugas:
a. menetapkan arah kebijakan operasi; dan
b. memberikan direktif penyelenggaraan operasi.
2. Wakil Penanggung jawab Kebijakan Operasi, bertugas:
a. membantu tugas Penanggung jawab Kebijakan Operasi dalam
penetapan arah kebijakan pelaksanaan operasi;
b. memberikan saran dan pertimbangan kepada Penanggung jawab
Kebijakan Operasi;
c. mewakili tugas Penanggung jawab Kebijakan Operasi bila
berhalangan hadir dan melaporkan hasilnya; dan
-48-
d. bertangung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Penanggung
jawab Kebijakan Operasi.
3. Kepala Pengawas Operasi, bertugas:
a. melakukan pengawasan operasi mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian; dan
b. bertangung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Penanggung
jawab Kebijakan Operasi.
4. Kepala Perencanaan dan Pengendalian Operasi, bertugas:
a. menerima arahan dan petunjuk dari Penanggung jawab Kebijakan
Operasi untuk diteruskan kepada pelaksana operasi;
b. menyusun dan menyiapkan rencana administrasi operasi;
c. melaksanakan rapat koordinasi dengan fungsi operasional yang
dilibatkan;
d. memimpin pelaksanaan analisis evaluasi operasi secara periodik;
e. memberikan saran masukan kepada Kepala Operasi;
f. mengoordinir pelaksanaan tugas unsur pelaksana operasi di
bawahnya; dan
g. bertangung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Penanggung
jawab Kebijakan Operasi.
5. Kepala Sekretariat Operasi, bertugas:
a. melaksanakan tugas kesekretariatan operasi;
b. mengoordinir pelaksanaan tugas unsur-unsur pelaksana operasi di
bawahnya;
c. mengikuti pelaksanaan analisis evaluasi operasi secara periodik;
dan
d. bertangung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Perencanaan dan Pengendalian Operasi.
6. Kepala Perencanaan Administrasi Operasi, bertugas:
a. melaksanakan tugas administrasi operasi;
b. menyalurkan anggaran operasi serta pertanggungjawaban
keuangan;
c. menyiapkan format dan/atau blangko dan dokumen Iain yang
diperlukan;
d. menyelenggarakan pelatihan praoperasi;
e. membuat laporan penyelenggaraan pelatihan praoperasi;
-43_

f. menyusun dan mengirim perintah operasi; dan


g. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Sekretariat Operasi.
7. Kepala Administrasi Logistik Operasi, bertugas:
a. melaksanakan dan menyelenggarakan tugas administrasi logistik;
b. menyalurkan kebutuhan logistik; dan
c. melaksanakan pengecekan dan pembagian dukungan logistik
operasi sesuai kebutuhan.
8. Kepala Data Operasi, bertugas:
a. melaksanakan dan menyelenggarakan tugas penyiapan data
operasi;
b. menyiapkan data tentang peta situasi, struktur organisasi, tugas
pokok, pelaksanaan, administrasi dan komando pengendalian
operasi kepolisian ditempatkan di ruang Posko operasi dalam
bentuk manual dan/atau digital;
c. mengumpulkan, memperbarui dan menyeiikan data serta
informasi terkait pelaksanaan operasi; dan
d. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Perencanaan dan Pengendalian Operasi.
9. Kepala Analisis dan Evaluasi Operasi, bertugas:
a. melaksanakan dan menyelenggarakan tugas analisis evaluasi;
b. memimpin kegiatan analisis evaluasi serta melaporkan hasilnya
kepada Kepala Perencanaan dan Pengendalian Operasi;
c. menyusun dan menyiapkan laporan analisis evaluasi operasi; dan

d. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Kepala


Perencanaan dan Pengendalian Operasi.
10. Kepala Operasi, bertugas:
a. memimpin pelaksanaan operasi;
b. memberikan petunjuk dan arahan kepada Satgas;
c. mengendalikan Satgas sesuai dengan dinamika perkembangan
situasi;
d. melakukan pengecekan dan pengawasan pelaksanaan Satgas di lapangan; dan
e. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Penanggung
jawab Kebijakan Operasi.
11. Wakil Kepala Operasi, bertugas:
a. memberikan saran pertimbangan dan membantu pelaksanaan
tugas Kepala Operasi;
b. mewakili dan mengendalikan pelaksanaan operasi apabila
Kepala Operasi berhalangan dan melaporkan hasilnya kepada
Kepala Operasi;
c. mengikuti pelaksanaan analisis evaluasi operasi secara periodik;
dan
-50-
d.
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Operasi.
12. Kepala Administrasi Operasi, bertugas:
a. menyusun rencana kegiatan harian dan mingguan
Kepala Operasi;
b. menghimpun rencana kegiatan harian dan mingguan Kepala
Satuan Tugas;
c.
membuat laporan hasil kegiatan harian,
mingguan dan/atau insidentil;
d. membuat laporan akhir operasi; dan
e. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
kepada Kepala Operasi.
13. Kepala Pos Komando Operasi, bertugas:
a. melaksanakan dan menyelenggarakan tugas
pengendalian Posko Operasi;
b. menyiapkan Posko dan perlengkapannya;
c. memimpin, mengawasi dan mengendalikan
seluruh petugas Posko;
d. mengatur jadwal tugas Posko;
e. menerima dan menghimpun laporan hasil
pelaksanaan tugas Satgas di lapangan;
f. memaparkan kegiatan operasi pada saat
kunjungan supervisi;
g. mengisi buku mutasi, tabulasi kegiatan,
tabulasi kejadian pelaksanaan operasi; dan
h. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
kepada Kepala Operasi.
14. Kepala Satuan Tugas, bertugas:
a. merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan
mengendalikan anggota Satgas;
b. membuat rencana kegiatan dan melaporkan
hasil kegiatan kepada Kepala Operasi dengan
tembusan Kepala Perencanaan dan
Pengendalian Operasi;
c. menentukan cara bertindak;
d. memimpin Satgas untuk mencapai target
operasi;
e. mengikuti pelaksanaan analisis evaluasi
operasi secara periodik;
f. membuat perkiraan singkat atau perkiraan
cepat dalam rangka penaiaman sasaran
operasi dan perubahan daerah operasi; dan
-52-
g. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala
Operasi.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7


Agustus 2023
KEPALÀ BADAN INTELIJEN

SUNTANA
MÂNAN POLRI,
LAMPIRAN vı
PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN
KEAMANAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ı TAHUN 2023
RAHASIA
KOPSTUK

UNSUR - UNSUR UTAMA KETERANGAN


Nomor•. R/UUK- 120 /
N INDIKASI İNTİŞARI SUMBER TEKNİK/ WAKTU YANG
O MASALA BAKET BAKET TAKTIK DIBUTUHKA
H YANG YANG N
DIBUTUHKA DIPERKIRAKA
N N
TEKNİK
TERBUKA

2.
3. ğş!
TEKNİK
TERTUTUP
1.

2.
3.
4. dst

TAKTIK 1.

2.
3. dst

RAHASIA
TENTANG PENYELENGGARAAN
OPERASIONAL INTELIJEN KEAMANAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA.

FORMAT ADMİNİSTRASI OPERASIONAL

A. Unsur-Unsur Keterangan (UUK)


-54-
-47_

2. Data Casing

RAHASIA
KQPSTUK

DATA CASING
Nomor: R/DATA CASING- / 20...

tentang
l. PELAKU/SASARAN
A. KelompoWJaringan

B. Modus Operandi
KARAKTERISTIK DAERAH SASARAN
A. Keadaaan Medan

B. Karakteristik Masyarakat
C. Tempat-tempat Aman
1. Safe House (SH)

2. Meeting Place (MP)

Reguler b
Alternatif c
Emergency :

3. Safe Port (SP)

D. Komunikasi yang Berada di Lingkungan Sasaran dan Lokasi.


1. Komunikasi
2. Transportasi

E. Kerawanan Daerah yang Dapat Menimbulkan Oposisi.

I. Oposisi Aktif
2. Oposisi Pasif

3. Oposisi Pembantu

3. Sumber Baket

Ill. ANALISIS SASARAN

IV. KESIMPULAN

TIM CASING
RAHASIA
-48-

3. Rencana Pengumpulan Bahan Keterangan

RAHASIA

RENCANA PENGUMPULAN BAHAN KETERANGAN

BAKET YANG PETUGAS WAKTU ITEMPAT


NO UIJK INDIKASI PENYAMPAIAN CATATAN
DIMINTA PENGUMPUL
1 2 3 4 5 6 7

202..

RAHASIA
-57-
4. Rencana Tugas (Rengas)

RAHASIA
KOPSTUK

PERENCANAAN TUGAS
Nomor: R/Rengas- 1202..
tentang

l. PENDAHULUAN
A. Dasar:

1 . Unsur Utama Keterangan Nomor•

2 Surat Perintah

B. Pelaksana

1 . Nama,
2.
3.
4.
5.

6.

C. Waktu

D. Lokasi

E. Data operasional

1 Data Sasaran

2 Kondisi Daerah Sasaran

a. Karateristik Daerah Sasaran

1) Sistem Transportasi

2) Sistem Komunikasi

3) Status Daerah

b. Karateristik Masyarakat

c. Tempat-Tempat Aman 1)
Safe House ( SH )
2) Meeting Place ( MP )
-58-

RAHASIA

RAHASIA

a) Reguler
b) Alternatif
c) Emergency

3) Safe (Y)
d. Kerawanan daerah yang dapat menimbulkan oposisi

1) Oposisi Aktif 2)

Oposisi Pasif 3)

Oposisi Pembantu

ANALISA SASARAN
A. Sasaran Pokok

B. Sasaran Antara
ANALISA TUGAS
A. Tugas Pokok
II. B. intisari Baket yang dibutuhkan

C. Sumber Baket

D. Teknik lidik yang digunakan


III.
E. Taktik lidik yang digunakan

1 . Samaran

2 Desepsi

F. Sistem Pengamanan
Pengamanan Personel

2. Pengamanan Materil

3. Pengamanan Kegiatan
4. Pengamanan Baket RENCANA PELAKSANAAN
A. Pembagian Tugas
B. Jadwal Kegiatan
C. Waktu dan tempat berhubungan

IV. RAHASIA
-59-

v. RAHASIA
KOORDINASI DAN INSTRUKSI
A. Sponsor

B. Supervisor
C. Pengendali Lapangan

D. Posko

Komunikasi Mako No. Telp

Dibuat di
Pada tanqqal:
KANIT

RAHASIA
-52-

5. Penjabaran Tugas (BARGAS)

RAHASIA

KOPSTUK

PENJABARAN TUGAS

NOMOR R/BARGAS-. ..1 1202.]

DASAR RENGAS NOMOR


TANGGAL
PELAKSANA
SUMBER INTISARI BAKET YANG OPOSISI YANG CARA BERTINDAK
NO SASARAN
BAKET DIBUTUHKAN DIPERKIRAKAN GIAT INTELIJEN KET

.202..

RAHASIA

-53-
6. Laporan Kegiatan Harian

RAHASIA

KOPSTUK

I-APORAN KEGIATAN HARIAN

HARI
TANGGAL
PELAKSANA
SUMBER BAKET/SASARAN HASIL YANG PENDAPAT
NO JAM
ANTARA
CARA MENDAPATKAN
PELAPOR
KET
DICAPAI

202..

RAHASIA
-62-

7. Target Operasi (TO)


RAHASIA
KOPSTUK

TARGET OPERAS!
/ /

Tanggal
Pelaksana
Masalah
No MASAI-AH/ DATA INSTRUKSI/PERINTAH KETERANGAN
SASARAN OPERASIONAL
1 2 3 4 5

RAHASIA
8. Laporan Penugasan (LAPGAS)
a. Kegiatan/STO
-63-

RAHASIA
KOPSTUK

LAPORAN - PENUGASAN
Nomor : R/LAPGA / . ...m...../OPS
tentang

PENDAHULUAN.
A. Dasar:

Personel:

C. Waktu

D. Daerah Sasaran

TUGAS POKOK

III. RENCANA PELAKSANAAN

IV. PELAKSANAAN

v. HASIL YANG DICAPAI

RAHASIA
-64-

VII. RAHASIA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


VIII.
A. Yang Mendukung

IX.
B. Yang Menghambat

KESIMPULAN

SARAN

PENUTUP

Demikian laporan penugasan ini dibuat sebagai pertanggungjawaban dalam pelaksanaan tugas
Ops dan selanjutnya dapat menjadi bahan pimpinan untuk menentukan kebijaksanaan dan
langkah-langkah lebih lanjut.

20

RAHASIA
b. Operasi/MTO
-65-

RAHASIA
KOPSTUK

R/LAP LAPORAN-PENUGASAN
Tentang

PENDAHULUAN.
A. Dasar.

B. Personel

C. Waktu

D. Daerah Sasaran

TUGAS POKOK

Ill. RENCANA PELAKSANAAN

IV. PELAKSANAAN

RAHASIA
-66-

v. RAHASIA

HASIL YANG DICAPAI.


A. Target Minimal 1 .

B. Target Maksimal
1 .

C. Faktor Yang Mempengaruhi

1 . Internal

2 Eksternal

D. Kesimpulan dan Saran

VI
.

PENUTUP.
Demikian laporan penugasan ini dibuat sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan guna menentukan kebijakan lebih lanjut.

20
PELAPOR

RAHASIA
-59-

9. Rencana Pengamanan
RAHASIA
KOPSTUK

Nomor: R/ IRENPAW /202../..


RENCANA PENGAMANAN

ANCAMANIGANGGUANI HAMBATAN TEKNIK


NO SASARAN DAN PELAKSANA ALUT/ALSUS KOM IHUB KET
TAKTIK

.202..

MENGETAHUI PEJABAT INTELIJEN


KASATKER

RAHASIA
-60-

10. Rencana Penggalangan Intelijen


RAHASIA
KOPSTUK

Copy Ke
Dari

RENCANA PENGGALANGAN INTELIJEN

Nomor :
Bidang
Perihai

l. TUGAS
A. Tugas Pokok
1. Minimal
Minimal pihak sasaran tidak berbuat sesuatu yang bisa mendatangkan korban
atau kerugian dipihak penggalang;
2. Maksimal
Pihak sasaran membantu pelaksanan tugas Polri;

B. Kondisi yang diinginkan


1. Minimal
Emosi, sikap, kebiasaan, dan adat serta tingkah laku, opini/pendapat tidak
berbuat/berdampak yang bisa datangkan korban/merugikan pihak
penggalang
2. Maksimal
Dapat membantu membantu pelaksanaan tugas pokok Polri

C. Analisa Tugas
Menganalisa persoalan-persoalan yang dapat ditimbulkan dari tugas pokok dalam
kegiatan penggalangan dan bagaimana memecahkan masalah

D. Waktu

SITUASI SASARAN
Penilaian terhadap situasi daerah/tempat atau kejadian-kejadian yang dapat
mengakibatkan kondisi tindak menguntungkan dari aspek idiologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan keamanan.

III. KONDISI SASARAN


Menilai kondisi, terjadi akibat dari situasi/kejadian-kejadian yang dialami Oleh masyarakat
meliputi emosi, sikap, tingkahlaku, kebiasaan, adat, Opini dan motivasi.

IV. KEBUTUHAN INFORMASI DAN KOORDINASI


Informasi yang dibutuhkan tentang hal-hal yang ada hubungannya dengan kondisi sasaran meliputi
kebutuhan informasi dan kebutuhan koordinasi untuk mendapatkan informasi.

v. SITUASI SASARAN AKTUAL


Kebutuhan bidang yang dilakukan penggalang Intelijen terhadap sasaran berkaitan
dengan situasi daerah atau kejadian yang dapat mengakibatkan kondisi yang tidak
menguntungkan ditinjau dari bidang Ipoleksosbudkam.
-69-

VI. KONDISI SASARAN AKTUAL


A. Emosi
B. Sikap
C. Kebiasaan, Adat dan Perilaku
D. Opini/Pendapat
E. Motivasi
VII.
YANG PERLU DIRUBAH/DIBUTUHKAN
A. Emosi
B. Sikap
C. Kebiasaan, Adat dan Perilaku
D. Opini/Pendapat
E. Motivasi
VIII.
CARA BERTINDAK;
pola,
Konstruktif Persuasif atau Destruktif Persuasif
B. Taktik
C. Teknik
D. Idea dan Media

E. Penanamann Jaringan

202...
Petugas

RAHASIA
-62-

11. Laporan Kegiatan Harian Penggalangan

RAHASIA

KOPSTUK

LAPORAN KEGIATAN HARIAN PENGGALANGAN


TANGGAL
UNIT/POK
TEMA
RENGAL RENGAL HASIL YG HASIL YG
SASARAN METODE MATERI MINIMAL MAKSIMAL
NO JAM DICAPAI DICAPAI
PENGGALANGAN PENGGALANGAN PENGGALANGAN
MINIMAL MAKSIMAL

202..

RAHASIA
-71-
12. Rencana Operasi (RENOPS) Kontra Intelijen

KOPSTUK RAHASIA Copy ke copies


Dari

RENCANA OPERASI
Nomor: R/Renops- / 20... /
Bidang:
Perihal:

l. Nama OPERASI:
TUGAS:
A. Tugas Pokok:
B. Waktu Operasi
SITUASI SASARAN:
A. Perkiraan Nama Operasi Sasaran:

B. Perkiraan dampak Operasi Sasaran:


Ideologi
2. Politik
3. Ekonomi
4. Sosial Budaya
5. Keamanan

C. Kekuatan Pihak Sasaran

D. Kelemahan Pihak Sasaran


lil.
E. Teknologi yang Digunakan Pihak Sasaran
KONDISI SASARAN UMUM:
A. Geografi

B. Demografi
C. Karakteristik

D. Sispam

E. Siskom

RAHASIA
-72-

IV RAHASIA
.
RENCANA TAHAPAN OPERASI
A. Tahap Indikasi

Kesimpuian Data Operasi TO, Data Chasing dan Kirsus


2. Fakta yang ditemukan
3. Rekomendasi

B. Tahap Investigasi

1. Kesimpulan dan Rekomendasi Tahapan Deteksi.


2. Hasil Pendalaman
a. Pendalaman dengan sasaran
b. Sumber Informasi
c. Berdasarkan Hasil Investigasi di lapangan
d. Sispam
e. Siskom
Penguasaan IT
C. Tahap Eksplotasi (tahapan penghapusan) Sasaran kegiatan eksploitasi
a. Teknik yang di gunakan
b. Taktik yang di gunakan
c. Media yang di gunakan
d. Teknologi yang di gunakan
Sarana dan Prasaran yang di gunakan
Lokasi Eskploitasi
g. Pelaksana
h. Sispam Siskom
j. Prediksi Faktor Negatif/Risiko
k. Strategi Penanganan
2. Waktu Pelaksanaan

D. Tahap Negasi

1. Legal
2. Ekstra legal
3. Ilegal

RAHASIA
-73-

v. RAHASIA

PELAKSANAAN OPERASI:
A. Tahap Indikasi
(Hari tanggal s.d. 20...)
Paste Data dari Lapgiathar tahap Deteksi

B. Tahap Investigasi
(Hari . tanggal s.d
Paste Data dari Lapgiathar tahap Investigasi
C. Tahap Ekploitasi
(Hari s.d tanggal s.d. 20...)
Terhadap manusia/orang sebagai Kunci penyebab masalah (Target Key oriented)
Uraian Teknik yang di gunakan
2. Uraian Taktik yang di gunakan
3. Uraian Media yang di gunakan
4. Uraian Teknologi yang di gunakan
5. Uraian Sarana dan Prasaran yang di gunakan
6. Uraian Lokasi Eksploitasi
7. Uraian pembagaian Tugas Pelaksana
8. Uraian Sispam
9. Uraian Siskom
10. Prediksi Faktor Negatif/Risiko
1 1. Strategi Penanganan

VI. D. Tahap Negasi


( Hari s.d. .tanggal s.d. 20...)
1 Uraian Legal
2 Uraian Ekstra legal
3 Uraian Ilegal
VII.
PENGENDALIAN DAN KOORDINASI:
A. Sistem Organisasi Ops
Bagan Struktur Operasi
C. Instansi yang di libatkan D.
Mekanisme Koordinasi

CATATAN
Operasi kontra Intelijen dengan sandi yang dilaksanakan dengan dukungan
anggaran dan waktu yang terbatas sehingga harus dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

Jakarta 20..
Kanit

RAHASIA
13. Rencana Tahapan Kontra Intel
Tahap I: Rencana Deteksi
-74-

RAHASIA
KOPSTUK

RENCANA DETEKSI
PERIODE:

SASARA DATA PERINTAH & PELAKSAN TEKNIK ALSU KET


N OPERAS PERMINTAA A & S
I N TAKTIK
Sisko
m
meng
guna
kan
Sisko
m land

RAHASIA

Tahap 11: Rencana Investigasi


RAHASIA

RENCANA
INVESTIGASI
PERIODE•

SASARA DATA PERINTAH & PELAKSAN TEKNIK ALSU KET


N OPERAS PERMINTAA A & S
I N TAKTI
-75-
K

Siskom
meng
guna
kan
Sisko
m land

RAHASIA

Tahap III: Rencana Eksploitasi


-76-

RAHASIA
KOPSTUK

RENCANA EKSPLOITASI
PERIODE:
SASARA DATA PERINTAH & PELAKSAN TEKNIK ALSU KET
N OPERAS PERMINTAA A & S
I N TAKTI
K
Sisko
m
meng
guna
kan
Sisko
m land

RAHASIA

Tahap IV: Rencana Negasi


-77-

RAHASIA
KOPSTUK

RENCANA NEGASI
PERIODE:

SASARA DATA PERINTAH PELAKSAN TEKNI ALSU KET


N OPERA & A K S
SI PERMINTAA
TAKTI
N
K
Sisko
m
meng
guna
kan
Sisko
m land

RAHASIA
Ditetapkan di Jakarta padatanggal 7 Agugtus 2023
KÉPALA BAbAN INTELIJEN

SUNTANA

kÉAMANAN
poLR1,
LAMPIRAN VII
PERATURAN KEPALA BADAN
INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG PENYELENGGARAAN
OPERASIONAL INTELIJEN KEAMANAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYUSUNAN PRODUK INTELIJEN

A. Jenis produk Intelijen


1. Produk Intelijen, meliputi:
-78-
a. strategis, digunakan sebagai dasar bagi penyusunan kebijakan
bersifat strategis yang dibuat secara berkelanjutan dan berkala; dan
b. taktis, digunakan untuk kepentingan operasional kepolisian dan
operasional Intelijen, bersifat taktis atau sesuai dengan kondisi
tertentu yang berpengaruh pada situasi dan kondisi keamanan dan
ketertiban masyarakat.
2. Produk Intelijen strategis, meliputi:
a. Intelijen dasar
1) berisi bahan keterangan tentang potensi, situasi dan kondisi
daerah untuk kepentingan penyelenggaraan tugas tugas Polri;
2) digunakan untuk memberikan gambaran, catatan dan
pengetahuan bagi pimpinan dalam menganalisa perkembangan
situasi dan perubahan di wilayah/ daerahnya sehingga dapat
mengambil langkah-langkah yang tepat; dan
3) mencakup bidang-bidang yang luas, umum dan bersifat statis maupun dinamis;
b. perkiraan Intelijen keamanan
1) berisi mengenai lingkungan strategis tentang berbagai bidang
yang meliputi aspek Astagatra dan perkembangannya yang
dijadikan sebagai dasar acuan untuk menyusun perencanaan
kerja Polri; 2) digunakan untuk:
a) menggambarkan perkembangan pengaruh lingkungan
strategis luar negeri dan dalam negeri, yang bersifat global
maupun regional terhadap situasi keamanan dalam negeri;
b) merumuskan perkiraan bentuk ancaman potensial, dari
tingkatan kejahatan konvensional sampai kepada ancaman
kontingensi;
c) memperkirakan ancaman yang mungkin terjadi dalam satu tahun, lima
tahun sampai dengan dua puluh lima tahun, termasuk membuat ranking
gangguan Kamtibmas maupun ranking kerawanan daerah; dan
d) memprediksi secara dini perkembangan situasi keamanan
dalam negeri untuk jangka pendek, menengah, panjang dan
merumuskan bentuk-bentuk ancaman serta
merekomendasikan cara bertindak dalam upaya
mengantisipasi perkembangan situasi;
3) bersifat telaahan dan dibuat secara berkala serta berkelanjutan
untuk masa berlaku:
a) 1 (satu) tahunan untuk menyusun rencana kerja tahunan Polri;
b) 5 (lima) tahunan, untuk menyusun rencana strategi Polri; dan
c) 25 (dua lima) tahunan, untuk menyusun grand strategi Polri.

3. Produk Intelijen taktis, meliputi:


a. laporan harian: 1) berisi:
a) berbagai bidang Intelijen serta masalah ideologi, politik,
sosial, budaya, dan keamanan (Ipoleksosbudkam) dalam
negeri;
b) menguraikan dan merumuskan masalah dalam bahasa
yang ringkas dan jelas, serta menjawab
-79-
pertanyaanpertanyaan siapa, apa, di mana, mengapa dan
bagaimana; dan
c) informasi dan/atau bahan keterangan Yang masih perlu
dilengkapi dan dikembangkan sehingga memiliki nilai
Intelijen. 2) digunakan untuk:
a) memberikan informasi kepada pimpinan mengenai
peristiwa/kejadian yang terjadi pada hari itu;
b) memberikan perkembangan situasi terkini terutama di
bidang Ipoleksosbudkam, sebagai bahan pimpinan dalam
mengambil keputusan; dan
c) bahan pembuatan telaahan Intelijen;
3) dibuat secara berkala, informatif, mengutamakan kecepatan dan
hanya menyampaikan fakta-fakta;
b. laporan harian khusus:
1) berisi suatu masalah atau peristiwa yang sama, terjadi
dibeberapa daerah pada hari yang sama dan perlu segera
diketahui pimpinan;
2) digunakan untuk mengetahui secara dini tentang informasi atau
perkembangan masalah atau peristiwa yang terjadi pada hari
itu dan perlu mendapat atensi, sehingga pimpinan segera
mengambil langkah penanganan; dan
3) dibuat secara insidentil, informatif, bertahap, berlanjut, dan
mengutamakan kecepatan;
c. laporan informasi:
1) berisi informasi suatu masalah/peristiwa yang dilihat, didengar,
dan dirasakan langsung atau tidak langsung Oleh anggota Polri
disertai sumber, waktu, cara mendapatkan informasi;
2) digunakan untuk:
a)membantu pimpinan memperoleh informasi secara cepat;
b)sebagai bahan pengambilan keputusan;
dan
c) bahan informasi kepada Satuan fungsi
kepolisian;
3) bersifat informatif, disusun secara
sistematis berdasarkan kronologis disertai
analisis singkat;
d. informasi khusus:
1) berisi informasi bernilai Intelijen terkait
suatu masalah atau peristiwa yang
diperkirakan akan berkembang menjadi
gangguan Kamtibmas;
2) digunakan untuk memberikan informasi yang
perlu segera ditindaklanjuti Oleh satuan
fungsi kepolisian; dan 3) bersifat
informatif dan dibuat secara insidentil.
laporan atensia:
-80-
1) berisi masalah/peristiwa yang terus
berkembang, mendapat perhatian publik dan
diperkirakan dapat berubah menjadi sumber
ancaman/ gangguan Kamtibmas sehingga
segera ditindak lanjuti Oleh satuan fungsi
kepolisian;
2) digunakan untuk memberikan laporan kepada
pimpinan tentang suatu masalah/peristiwa
yang sedang terjadi, sebagai bahan
pengambilan kebijakan/keputusan; dan
3) bersifat laporan, klasifikasi rahasia dan
dibuat secara insidentil;
f. laporan khusus:
berisi satu masalah/peristiwa yang dinilai
1)
sangat penting dan strategis, secara
lengkap dan menyeluruh disertai dengan
prediksi perkembangan dan rekomendasi;
2) digunakan untuk memberikan laporan kepada
pimpinan tentang suatu masalah/peristiwa
yang sedang terjadi, sebagai bahan
pengambilan kebijakan/keputusan; dan
3) bersifat laporan, klasifikasi rahasia dan
dibuat secara insidentil;
g. telaahan Intelijen:
1) berisi:
a) kQjian singkat tentang perkembangan
permasalahan ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan keamanan
yang dinilai sangat penting yang
dikaitkan dengan peristiwa lampau;
b) tinjauan dan telaahan untuk menemukan
akar masalah sebagai sumber ancaman
serta faktor Iain yang mempengaruhi,
sehingga dapat memprediksi bentuk
ancaman yang akan terjadi; dan
c) rekomendasi yang sifatnya umum dengan
tujuan mengantisipasi perkembangan
permasalahan yang terjadi;
2) digunakan untuk:
a) memberikan gambaran tentang
perkembangan permasalahan ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan
keamanan pada suatu daerah;
b) memberikan informasi lengkap tentang
peristiwa yang sedang terjadi, sehingga
pimpinan dapat mengambil keputusan yang
tepat; dan
-81-
c) sebagai dasar untuk memberikan
rekomendasi kepada satuan fungsi
kepolisian;
3) bersifat telaahan dan berklasifikasi
rahasia serta dibuat secara berkala maupun
insidentil;
h. perkiraan Intelijen singkat:
1) berisi:
a) perkembangan situasi yang tidak diprediksi dalam perkiraan
Intelijen keamanan; dan
b) kronologis dan analisis singkat atas gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat atau ancaman baru yang sangat
meresahkan masyarakat dan di luar jangkauan perkiraan
Intelijen keamanan; 2) digunakan untuk:
a) memberikan peringatan dini (early warning) dari hasil
deteksi dini (early detection) tentang perkembangan situasi
sebagai bahan menentukan arah cara bertindak; dan
b) bahan revisi dan melengkapi perkiraan Intelijen keamanan
sekaligus sebagai bahan masukan penentuan kebijakan
kegiatan operasional selanjutnya;
3) bersifat khusus dan dibuat secara insidentil;
i. perkiraan Intelijen khusus 1)
berisi:
a) telaahan secara komprehensif tentang kondisi sasaran operasi
yang meliputi target operasi, kondisi lapangan dan kondisi
sosial, modus operandi sasaran disertai cara bertindak
kepolisian pada suatu operasi; dan
b) penilaian kemampuan dan kelemahan sasaran terhadap cara
bertindak kepolisian yang akan dilaksanakan; 2) digunakan
untuk:
a) memberikan masukan kepada pimpinan tentang sasaran
operasi dan cara bertindak kepolisian dalam operasi; dan
b) menggambarkan tentang perkembangan kondisi sasaran
yang akan ditanggulangi dalam suatu operasi kepolisian,
guna menyusun perencanaan operasi yang lebih tepat dan
efektif serta berdaya guna;
3) bersifat khusus dan dibuat secara insidentil;
j. perkiraan Intelijen cepat;
1) berisi informasi singkat apabila terjadi perubahan terhadap
sasaran operasi;
2) digunakan untuk:
a) memberikan peringatan terhadap perubahan sasaran
operasi; dan
b) menggambarkan atau menjelaskan adanya perubahan sasaran baru;
3) bersifat khusus dan dibuat secara insidentil;
k. perkiraan Intelijen kontingensi;
-82-
1) berisi informasi tentang indikasi munculnya gangguan Kamtibmas
yang bersifat kontingensi; 2) digunakan untuk:
a) memberikan masukan kepada pimpinan tentang adanya
perubahan gangguan Kamtibmas secara mendadak yang
harus segera ditangani; dan
b) melengkapi perkiraan Intelijen keamanan yang dibuat
sebelumnya;
3) bersifat khusus dan dibuat secara insidentil;
1. laporan Intelijen;
1) berisi tentang laporan hasil penyelidikan, pengamanan, dan
penggalangan terhadap sasaran terduga tindak pidana terorisme;
2) digunakan untuk:
a) bukti permulaan yang cukup dalam proses penyidikan
terhadap terduga tindak pidana terorisme; dan
b) alat bukti dalam proses peradilan terhadap terduga tindak
pidana terorisme;
3) bersifat khusus untuk pro justicia dan dibuat secara insidentil;
n. memo Intelijen:
1) berisi informasi singkat untuk disampaikan kepada sesama
pejabat dan pengemban fungsi Intelijen;
2) digunakan untuk bertukar informasi Intelijen; dan 3) bersifat
informatif, koordinatif dan insidentil;
o. nota Intelijen;
1) berisi permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah dan keamanan negara;
2) digunakan sebagai laporan rahasia yang perlu mendapat
perhatian pimpinan; dan
3) bersifat insidentil, terbatas dan sangat rahasia serta tidak
melalui prosedur administrasi umum.
B. Penyusunan produk Intelijen
1. Sistematika:
a. intel dasar, meliputi:
1) Bab I, memuat pendahuluan yang berisi:
a) gambaran umum; dan
b) maksud dan tujuan dari pembuatan Intelijen dasar;
2) Bab II, memuat materi yang menguraikan data-data mengenai Tri
Gatra (geografi, demografi dan sumber daya alam) dan Panca Gatra
(Ipoleksosbudkam) baik yang bersifat statis maupun dinamis yang
berpotensi menjadi potensi gangguan, ambang gangguan dan
gangguan nyata; dan
3) Bab III, memuat penutup yang berisi kesimpulan dan saran;
b. perkiraan Intelijen keamanan, meliputi:
1) tingkat Mabes Polri dan Polda;
a) Bab I, memuat pendahuluan yang berisi gambaran umum
pokok persoalan dari peristiwa/permasalahan yang
dilaporkan;
-83-
b) Bab II, memuat praanggapan yang berisi asumsi terhadap
perkembangan situasi yang akan terjadi mencakup
Ipoleksosbudkam;
c) Bab III, memuat perkembangan lingkungan strategis baik
dari luar negeri maupun dalam negeri;
d) Bab IV, memuat perkiraan ancaman meliputi:
(1) kecenderungan lingkungan strategis luar negeri;
(2) kecenderungan lingkungan strategis dalam negeri;
(3) hakikat ancaman; dan
(4) kerawanan daerah (wilayah hukum Polda).
e) Bab V memuat penutup yang berisi tentang kesimpulan;
2) tingkat Polres;
a) Bab I, memuat pendahuluan yang berisi gambaran umum
pokok persoalan dari peristiwa/permasalahan yang
dilaporkan;
b) Bab II, memuat pra anggapan yang berisi asumsi terhadap
perkembangan situasi yang akan terjadi mencakup
Ipoleksosbudkam;
c) Bab III, memuat perkembangan lingkungan strategis (mencakup Tri
Gatra dan Panca Gatra) di antaranya nasional dan daerah serta lokal;
d) Bab IV, memuat perkiraan ancaman yang berisi:
(1) kecenderungan lingkungan strategis dalam negeri;
(2) hakikat ancaman meliputi:
(a) potensi gangguan;
(b) ambang gangguan; dan
(c) gangguan nyata/meliputi kejahatan
konvensional, transnasional crime, kejahatan
terhadap kekayaan negara, kejahatan yang
berimplikasi kontinjensi, dan bencana alam;
(3) kerawanan daerah (sesuai wilayah hukum masing-
masing) ;
e) Bab V, memuat penutup yang berisi tentang kesimpulan;
c. laporan harian, meliputi:
1) Bab I, memuat pendahuluan yang berisi tentang gambaran
umum situasi Kamtibmas yang terjadi pada periode laporan
serta meliputi Ipoleksosbudkam;
2) Bab II, memuat fakta-fakta yang berisi:
a) aspek sosial:
( I) sosial politik;
(2) sosial ekonomi; dan
(3) sosial budaya;
b) aspek keamanan:
(1) keamanan umum; dan
(2) keamanan khusus;
d. laporan harian khusus, meliputi:
1) Bab I, memuat fakta-fakta yang berisi uraian singkat suatu
peristiwa atau masalah yang disertai dengan fakta-fakta secara
-84-
lengkap, tetapi dibatasi pada hal-hal yang perlu; dan 2) Bab II,
memuat catatan yang berisi:
a) analisa;
b) prediksi yang akan terjadi;
c) langkah-langkah Intelijen, fungsi kepolisian dan instansi
terkait yang telah dilakukan; dan
d) rekomendasi; laporan informasi, meliputi: 1) Bab I,
memuat pendahuluan yang berisi tentang:
a) sumber informasi;
b) hubungan pelapor dengan sumber;
c) cara mendapatkan informasi;
d) waktu mendapatkan informasi; dan
e) nilai/bobot informasi;
2) Bab II, memuat fakta-fakta yang berisi tentang:
a) semua informasi yang meliputi Ipoleksosbudkam, baik
peristiwa/kejadian atau suatu gejala yang dapat mengarah
kepada gangguan Kamtibmas, baik yang diperbleh dari
sumber Intelijen atau diketahui sendiri;
b) uraian fakta-fakta secara sistematis dan mendetail tentang
semua yang berhubungan dengan informasi; dan
c) 5 W + 1 H yang meliputi Apa, Bilamana, Dimana, Siapa,
Bagaimana dan Mengapa (ABIDISIBAME);
3) Bab III, memuat pendapat pelapor yang berisi tentang:
a) analisis;
b) prediksi yang akan terjadi;
c) langkah-langkah Intelijen, fungsi kepolisian dan instansi
terkait yang telah dilakukan; dan
d) rekomendasi;
f. informasi khusus, meliputi:
1) Bab I, memuat perihal yang bersifat khusus tentang
permasalahan yang akan disampaikan;
2) Bab II, memuat fakta-fakta berisi tentang masalah atau kasus
tertentu dan diprediksi bisa berkembang sehingga perlu
diantisipasi; dan
3) Bab III, memuat catatan tentang analisis singkat, prediksi,
langkah-langkah yang telah dilakukan dan rekomendasi;
g. laporan khusus, meliputi:
1) Bab I, memuat pendahuluan yang berisi gambaran umum dari
peristiwa/permasalahan yang dilaporkan, dengan menonjolkan
pokok persoalan yang perlu dimintakan perhatian tugas pokok
berisi rincian kegiatan yang harus dilakukan;
2) Bab II, memuat fakta-fakta yang berisi:
a) penyflidikan baik dari sumber terbuka maupun hasil
Matbar di lapangan berupa tentang apa yang dilihat dan
apa yang didengar sebagai hasil wawancara/ eliciting,
termasuk dari sumber-sumber tertu up;
-85-
b) hasil interogasi atau hasil berita acara pemeriksaan; dan
c) fakta-fakta yang tersusun secara kronologis, sistematis,
singkat dan jelas, dibatasi pada persoalannya dan masalah
lain yang berpengaruh terhadap masalah ini, dan hindari
untuk memasukkan fakta yang diragukan kebenarannya;
3) Bab III, memuat analisis;
4) Bab IV, mfrnuat prediksi yang akan terjadi;
5) Bab V, memuat langkah-langkah Intelijen, fungsi kepolisian
dan instansi terkait yang telah dilakukan; dan
6) Bab VI, memuat rekomendasi;
h. laporan atensià, meliputi:
1) Bab I, memuat pendahuluan yang berisi pokok-pokok masalah;
2) Bab II, fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan
kronologis singkat, jelas yang dibatasi pada persoalannya dan
terlihat hubungannya dan harus memenuh 5 W + 1 H
(ABIDISIBAME) serta tidak dimasukkan pandangan atau
pendapat sendiri dari materi fakta-faktå yang dilaporkan;
3) Bab III, memuat analisis;
4) Bab IV, memuat prediksi yang akan terjadi;
5) Bab V, memuat langkah-langkah Intelijen, fungsi kepolisian
dan instaési terkait yang telah dilakukan; dan
6) Bab VI, memuat rekomendasi;
i. telaahan Intelijen, meliputi:
1) Bab I, memuat pendahuluan yang berisi trend perkembangan
situsi/kondisi Kamtibmas yang menjadi dasar pembuatan
analisis ini serta gambaran dari dampak suatu kasus terhadap
situasi Kamtibmas pada umumnya;
2) Bab II, memuat fakta-fakta yang berisi fakta-fakta yang ada
hubungannya dengan pokok masalah, baik pada masa lalu
maupun yang terjadi saat ini dikemukakan secara detail dan
lengkap, bila telaahan berupa telahaan bulanan, faktafakta yang
dikemukakan meliputi aspek Panca Gatra serta bisa berbentuk
kegiatan, data, skenario dan lain-lain;
3) Bab III, memuat analisis yang berisi tentang pembahasan dari
fakta-fakta yang diuraikan sebelumnya;
4) Bab IV, memuat prediksi dan perkembangan masalah yang akan
terjadi;
5) Bab V, memuat langkah-langkah Intelijen, fungsi kepolisian
dan instansi terkait yang telah dilakukan; dan
6) Bab VI, memuat rekomendasi yang berisi saran tindak yang
perlu dilakukan oleh Polri;
j. perkiraan Intelijen khusus, meliputi:
1) Bab I, memuat tugas pokok yang berisi rincian kegiatan yang
harus dilakukan;
2) Bab II, mep•mat sasaran operasi:
-86-
a) data sasaran, berisi semua aspek yang terkait dengan
sasaran operasi (anatomi sasaran); dan
b) daerah sasaran, berisi tentang kondisi daerah dan
lingkångan sosial;
3) Bab III, memuat analisa yang berisi pembahasan terhadap hal-
hal yang tercantum pada Bab II dan kondisi/kemampuan
pelaksana operasi; dan 4) Bab IV, memuat:
a) kesim ulan, berisi tentang kondisi sasaran; dan
b) saran berisi tentang cara bertindak yang harus dilakukan
Oleh pelaksana operasi;
k. perkiraan InteliJen singkat, meliputi:
1) Bab I, memuat pendahuluan yang berisi urian timbulnya
perubahan/perkembangan di luar jangkauan perkiraan keadaan
Intelijen periodik yang sifatnya meresahkan dan perlu segera
ditanggulangi sebagai sasaran tugas Polri; 2) Bab II, memuat
keadaan sasaran:
a) subjek:
( 1) situasi khusus; dan
(2) aspek sasaran;
b) lokasi
c) waktu; dan
d) metode atau modus;
3) Bab III, memuat analisis yang berisi kemampuan
sasaran dan kemampuan penanggulangan;
4) Bab IV, memuat kesimpulan berisi kondisi
sasaran dan kemampuan satuan; dan
5) Bab V, memuat saran-saran yang berisi kemungkinan
penanggulangan;
1.perkiraan Intelijen cepat, meliputi:
1) Bab I, memuat pendahuluan berisi tentang
perubahan/ perkembangan sasaran operasi
maupun adanya hal-hal khusus yang
berpengaruh dalam pencapaian tujuan
operasi;
2) Bab II, memuat keadaan sasaran berisi
tentang perubahan sasaran yang terjadi
pada saat pelaksanaan operasi; dan
3) Bab III, memuat kesimpulan;
m. perkiraan Intelijen kontingensi, meliputi:
1) Bab I, memuat pendahuluan berisi gambaran umum tentang
perkembangan dan kecenderungan masalah atau gejala
tertentu yang akan berkembang menjadi kondisi yang
tergolong krisis dan atau meresahkan;
2) Bab II, memuat perkembangan masalah dan
kondisi yang berisi uraian tentang
perkembangan masalah, kondisi, gejala dan
faktor-faktor yang berpengaruh;
-87-
3) Bab III, memuat analisa yang berisi
tentang pembahasan atas kondisi dan
masalah maupun gejala yang berkembang
serta faktor-faktor yang berpengaruh
termasuk kemampuan penanggulangannya;
4) Bab IV, memuat perkiraan ancaman yang
berisi kecenderungan dan hakikat ancaman;
dan
5) Bab V, memuat rekomendasi yang berisi kemungkinan
penanggulangan;
o. laporan Intelijen, meliputi:
1) Bab I, memuat dasar atau rujukan pelaksanaan sebagai
berikut:
a) laporan tugas;
b) khusus untuk laporan terorisme, yaitu:
(1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana;
(2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Polri;
(3) yndang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
erorisme;
(4) Ùndang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang
Intelijen Negara; dan
surat perintah penyelidikan.
(5)
2) Bab II, m"nuat fakta-fakta;
3) Bab III, memuat analis;
4) Bab IV, memuat prediksi yang akan terjadi;
dan 5) Bab V, memuat rekomendasi.
p. memo Intelijen, dibuat dalam bentuk tulisan
bebas (essay) yang berisi penyampaian suatu
persoalan yang sangat prinsip, urgent dan
sangat rahasia.
q. nota Intelijen, rneliputi:
1) Bab I, memuat rujukan;
2) Bab II, memuat fakta-fakta;
3) Bab III, memuat analisis;
4) Bab IV, memuat prediksi yang akan terjadi;
5) Bab IV, memuat langkah-langkah Intelijen, fungsi Kepolisi dan
instansi terkait yang telah dilakukan; dan 6) Bab V, memuat
rekomendasi.

2. Format
a. Intelijen dasar, meliputi:
1) judul dan ,isi bab;
2) tulisan "TERBATAS" di bagian atas dan bawah pada setiap halaman;
3) memuat tempat dan waktu pembuatan;
-88-
4) mencantumkan alamat distribusi yang telah ditentukan; 5)
sampul Perwarna kuning dengan logo Tribrata yang memuat
kepala surat, nama produk, dan registrasi; dan
6) menggunakan kertas A4;
b. perkiraan Intelijen keamanan, meliputi:
1) judul dan jsi bab;
2) tulisan "RAHASIA" di bagian atas dan bawah pada setiap
halaman;
3) memuat tahun pembuatan;
4) autentikasi oleh pimpinan Intelijen tanpa mencantumkan nama
dan jabatan;
5) mencantumkan alamat distribusi yang telah ditentukan;
6) sampul berwarna merah dengan logo Tribrata yang memuat
kepala surat, nama produk, tulisan "RAHASIA" pada bagian
atas dan bawah, serta registrasi; dan
7) menggunaQan kertas A4;
c. laporan harian meliputi:
1) judul dan si bab;
2) tulisan "RAHASIA" di bagian atas dan bawah pada setiap
halaman;
3) memuat Waktu dan tanggal pembuatan;
4) mencantuFnkan alamat distribusi yang telah ditentukan;
5) sampul beFwarna merah dengan logo Tribrata yang memuat
kepala surat, nama produk, tulisan "RAHASIA" pada bagian
atas dan bawah, serta registrasi; dan
6) menggunakan kertas A4; d. laporan harian khusus, meliputi:
1) judul dan isi bab;
2) tulisan ASIA" di bagian atas dan bawah pada setiap
halaman;
3) memuat waktu dan tanggal pembuatan, bidang dan perihal yang
dilaporkan;
4) mencantu kan alamat distribusi yang telah ditentukan;
5) sampul be arna merah dengan logo Tribrata yang memuat
kepala surat, nama produk, tulisan "RAHASIA" pada bagian
atas dan bawah, serta registrasi; dan
6) menggunakan kertas A4;
e. laporan informasi, meliputi:
1) judul dan isi bab;
2) mencanturpkan atau menggunakan sandi pelapor;
3) tulisan "RÄHASIA" di bagian atas dan bawah pada setiap halaman;
4) memuat waktu dan tanggal pembuatan;
5) mencantumkan alamat distribusi yang telah ditentukan;
6) sampul bg-warna merah dengan logo Tribrata yang memuat
kepala suråt, nama produk, tulisan "RAHASIA" pada bagian
atas dan båwah, serta registrasi; dan
7) menggunakan kertas A4;
-89-
f. informasi khusus, meliputi:
1) judul dan Isi bab;
2) tulisan "RAHASIA" di bagian atas dan bawah pada setiap
halaman;
3) memuat w ktu dan tanggal pembuatan;
4) autentikas oleh pimpinan Intelijen tanpa mencantumkan nama
dan jabatan;
5) mencantumkan alamat distribusi yang telah ditentukan;
6) sampul bg-warna merah dengan logo Tribrata yang memuat
kepala surat, nama produk, tulisan "RAHASIA" pada bagian
atas dan bawah, serta registrasi; dan
7) menggunakan kertas A4;
g. laporan khusuÅ, meliputi:
1) permasalahan yang dilaporkan;
2) judul dan isi bab;
3) tulisan ASIA" di bagian atas dan bawah pada setiap
halaman;
4) memuat waktu dan tanggal pembuatan;
5) autentikasi oleh pimpinan Intelijen tanpa mencantumkan nama
dan $abatan;
6) mencantumkan alamat distribusi yang telah ditentukan;
7) sampul be!warna merah dengan logo Tribrata yang memuat
kepala surat, nama produk, tulisan "RAHASIA" pada bagian
atas dan bawah, serta registrasi; dan
8) menggunakan kertas A4;
h. laporan atensia, meliputi:
1) judul dan isi bab;
2) tulisan "RAHASIA" di bagian atas dan bawah pada setiap halaman;
3) memuat waktu dan tanggal pembuatan;
4) autentikasi oleh pimpinan Intelijen tanpa mencantumkan nama
dan )abatan;
5) mencantumkan alamat distribusi yang telah ditentukan
(disampaikan kepada pimpinan kesatuan Polri);
6) sampul berwarna merah dengan logo Tribrata yang memuat
kepala surat, nama produk, tulisan "RAHASIA" pada bagian
atas dan bawah, serta registrasi; dan
7) menggunakan kertas A4;
i. laporan telaahan Intelijen, meliputi:
1) judul dan isi bab;
2) tulisan "RAHASIA" di bagian atas dan bawah pada setiap
halaman;
3) memuat aktu dan tanggal pembuatan;
4) tanda tangan pejabat Intelijen;
5) mencantuinkan alamat distribusi yang telah ditentukan;
-90-

6) sampul berwarna merah dengan logo Tribrata yang memuat


kepala surat, nama produk, tulisan "RAHASIA" pada bagian
atas dan bawah, serta registrasi; dan
7) menggunakan kertas A4;
j. perkiraan Intelljen khusus, meliputi:
1) sasaran operasi/sandi operasi;
2) judul dan si bab;
3) tulisan "RAHASIA" di bagian atas dan bawah
pada setiap halaman;
4) memuat waktu dan tanggal pembuatan;
5) autentikasi oleh pimpinan Intelijen tanpa
mencantumkan nama dan jabatan;
6) mencantumkan alamat distribusi yang telah
ditentukan;
7) sampul berwarna merah dengan logo Tribrata yang
memuat kepala surat, nama produk, tulisan
"RAHASIA" pada bagian atas dan bawah, serta
registrasi; dan
8)menggunakan kertas A4;
k. perkiraan Intelljen singkat, meliputi:
1) permasalahan yang dilaporkan;
2) judul dan isi bab;
3) tulisan "RAHASIA" di bagian atas dan bawah
pada setiap halaman;
4) memuat waktu dan tanggal pembuatan;
5) autentikasi oleh pimpinan Intelijen tanpa mencantumkan nama
dan jabatan;
6) mencantumkan alamat distribusi yang telah
ditentukan;
7) sampul berwarna merah dengan logo Tribrata
yang memuat kepala surat, nama produk,
tulisan "RAHASIA" pada bagian atas dan bawah,
serta registrasi; dan 8) menggunakan kertas
A4;
1.perkiraan Intelljen cepat, meliputi:
1) sasaran tertentu;
2) judul dan isi bab;
3) tulisan "RAHASIA" di bagian atas dan bawah
pada setiap halaman;
4) memuat waktu dan tanggal pembuatan;
5) autentikasi oleh pimpinan Intelijen dalam
Satgasops tanpa mencantu+nkan nama dan
jabatan;
6) mencantumkan alamat distribusi yang telah
ditentukan;
7) sampul berwarna merah dengan logo
Tribrata yang memuat kepala
-91-
surat, nama produk, tulisan "RAHASIA" pada
bagian atas dan bawah, serta registrasi;
dan 8) menggunakan kertas A4.
m. perkiraan Intelljen kontingensi, meliputi:
1) masalah kontingensi;
2)judul dan isi bab;
3)tulisan " HASIA" di bagian atas dan bawah
pada setiap halaman;
4) memuat waktu dan tanggal pembuatan;
5) autentikasi oleh pimpinan Intelijen tanpa
mencantumkan nama dan jabatan;
6) mencantumkan alamat distribusi yang telah
ditentukan;
7) sampul benvarna merah dengan logo Tribrata
yang memuat kepala sukat, nama produk,
tulisan "RAHASIA" pada bagian atas dan
bawah, serta registrasi; dan
8) menggunakan kertas A4;
n. laporan Intelijen, meliputi:
1) pro justicia (khusus masalah terorisme);
2) judul dan isi bab;
3) tulisan " HASIA" di bagian atas dan
bawah pada setiap halaman;
4) memuat waktu dan tanggal pembuatan;
5) tanda tangan pejabat Intelijen;
6) mencantu kan alamat distribusi yang
telah ditentukan;
7) sampul be arna merah dengan logo
Tribrata yang memuat kepala surat,
nama produk, tulisan "RAHASIA" pada
bagian atas dan bawah, serta
registrasi; dan
8) menggunakan kertas A4;
o. memo Intelijen, meliputi:
1) isi materi;
2) tulisan "SONGAT RAHASIA" di bagian atas dan bawah
pada setiap halaman;
3) memuat waktu dan tanggal pembuatan;
4) tanda tangan pimpinan Intelijen;
5) mencantumkan alamat distribusi yang telah
ditentukan;
6) sampul be\-warna hitam dengan logo Tribrata
yang memuat kepala suràt, nama produk,
tulisan "RAHASIA" pada bagian atas dan
bawah, serta registrasi; dan
7) menggunakan kertas A4;
p. nota Intelijen, meliputi:
-92-
1) judul dan isi bab;
2) tulisan "RÁHASIA" di bagian atas dan bawah
pada setiap halaman;
3) memuat waktu dan tanggal pembuatan;
4) tanda tangán pejabat Intelijen;
5) mencantumkan alamat distribusi yang telah
ditentukan;
6) sampul berwarna merah dengan logo Tribrata yang
memuat kepala surat, nama produk, tulisan
"RAHASIA" pada bagian atas dan bawah, serta
registrasi; dan
7) menggunakan kertas A4;
3. Penanggung jawab
a. penanggung jawab penyusunan Intelijen dasar
dan perkiraan Intelijen keamanan, dilakukan
oleh:
1) Karoanalis tingkat Baintelkam Polri;
2) Kabaganalis pada tingkat Polda;
3) Kaurbinops Intelkam pada tingkat Polres;
dan
4) Kanitintelkam pada tingkat Polsek;
b. penanggung jawab penyusunan laporan harian dan laporan harian
khusus, ilakukan oleh:
1) Kasiaga Intflijen pada tingkat Baintelkam
Polri;
2) Perwira Piket Intelijen pada tingkat Polda;
3) Perwira Piket Intelijen pada tingkat Polres;
dan
4) Kanitintelkám pada tingkat Polsek;
c. penanggung jawab penyusunan laporan informasi,
dilakukan oleh anggota Polri yang membuat
laporan;
d. penanggung jaWab penyusunan produk informasi khusus
dan laporan khusus, dilakukan oleh:
1) para Dire ur dan Kasiaga Intelüen pada
tingkat
Baintelkam Polri;
2) para Kasubdit Intelijen dan Perwira Piket
Intelijen pada tingkat Polda;
3) Kanitintelkam dan Perwira Piket Intelijen
pada tingkat Polres; dan
4) Kanitintelkam pada tingkat Polsek;
e. penanggung jawab penyusunan laporan atensia, telaahan
Intelijen, perkiraan Intelijen khusus, perkiraan Intelijen singkat
dan perkiraan Intelijen kontingensi, dilakukan Oleh: 1)
Karoanalis pada tingkat Baintelkam Polri;
2) Kabaganalis pada tingkat Polda; dan
-93-
3) Kaurbinops Intelkam pada tingkat Polres;
f. penanggung jawab penyusunan perkiraan Intelijen cepat,
dilakukan Oleh:
1) Kasatgasops pada tingkat Baintelkam Polri;
2) Kasatgasops pada pada tingkat Polda; dan
3) Kasatgasops pada tingkat Polres;
g. penanggung jawab penyusunan laporan Intelijen, dilakukan
oleh:
1) Kabaintelkam Polri c.q. Karo Analis pada tingkat
Baintelkam Polri;
2) Dirintelkam Polda c.q. Kabaganalis pada tingkat Polda;
dan
3) Kasatintelkam pada tingkat Polres;
h. penanggung jawab penyusunan memo Intelijen dan nota
Intelijen, dilakukan Oleh:
1) Kabaintelkam Polri pada tingkat Baintelkam Polri; 2)
Dirintelkam pada tingkat Polda; dan 3) Kasatintelkam pada
tingkat Polres.

C. Pengadministrasian dan Pendistribusian


1. Pengadiministrasian
a. produk perkiraan Intelijen, telaahan Intelijen, laporan khusus, dan
laporan atensia, pada tulisan tiap-tiap halaman dicap dengan kata
"COPY KE BERAPA" dalam bentuk huruf kapital;
b. jumlah penggandaan produk Intelijen dibuat sesuai dengan daftar
distribusi sedangkan penggandaan selain dari daftar distribusi
dilakukan atas persetujuan pejabat Intelijen yang membuat;
c. produk Intelijen wajib dibungkus atau dimasukkan dalam amplop
bertuliskan "Terbatas RAHASIA" dan "Sangat Terbatas", sebelum
didistribusikan guna menjamin keamanan;
d. konsep dan setiap catatan dalam bentuk kertas dan file dalam
memori komputer wajib segera dimusnahkan dan/atau diamankan;
mekanisme permintaan produk Intelijen di luar daftar distribusi
atas seizin Kasatker dan/atau pejabat Intelijen yang ditunjuk; dan
f. penyimpanan arsip produk Intelijen dalam bentuk hardcopy dan
softcopy pada:
a. biro analis;
b. bagian analis unit kerja; dan
c. urusan pembinaan operasional.
2. Pendistribusian
a. setiap produk Intelijen yang selesai disusun harus segera
didistribusikan kepada pengguna/user;
b. pendistribusian produk Intelijen dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek sebagai berikut:
-94-
1) pemilihan materi produk yang disampaikan;
2) klasifikasi produk (terbatas, rahasia, dan sangat rahasia) dan
3) waktu penyampaian;
c. pendistribusian produk Intelijen dilaksanakan dengan menggunakan:
1) kurir/caraka Sałker Intelijen;
2) persandian Intelijen;
3) email dinas; dan/ atau
4) teknologi informasi kedinasan;
d. khusus produk Intelijen dengan klasifikasi sangat rahasia,
pendistribusian dilakukan dan disampaikan langsung oleh perwira
Intelijen yang membuat produk; alamat distribusti produk Intelijen:
1) Intelijen dasar, didistribusikan kepada:
a) tingkat Mabes Polri:
( 1) Kapolri;
(2) Kepala Badan Reserse Kriminal Polri;
(3) Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri;
(4) Asisten Operasi Kapolri;
(5) Asisten Perencanaan dan Anggaran Kapolri;
(6) para Kepala Biro/Direktur pada Baintelkam Polri;
dan
(7) pejabat Polri lain sesuai permintaan;
b) tingkat Polda:
( 1) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri;
(2) Kepala Kepolisian Daerah;
(3) Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah;
(4) Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kepolisian
Daerah;
(5) para Direktur operasional Kepolisian Daerah; dan
(6) Kepala Kepolisian Resor;
c) tingkat Polres:
(1) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian
Daerah; dan
(2) Kepala Kepolisian Resor; d) tingkat Polsek:
( 1) Kepala Kepolisian Resor;
(2) Kepala Satuan Intelijen Keamanan Kepolisian
Resort; dan
(3) Kepala Kepolisian Sektor;
2) perkiraan Intelijen keamanan, didistribusikan kepada:
a) tingkat Mabes Polri:
(1) Kapolri;
(2) Kepala Badan Reserse Kriminal Polri;
(3) Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri;
(4) Asisten Operasi Kapolri;
(5) Asisten Perencanaan dan Anggaran Kapolri;
(6) para Kepala Biro/Direktur pada Baintelkam Polri;
dan
(7) pejabat Polri lain sesuai permintaan;
-95-
b) tingkat Polda:
( 1) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri;
(2) Kepala Kepolisian Daerah;
(3) Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah;
(4) Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran
Kepolisian
Daerah;
(5) para Direktur operasional Kepolisian
Daerah; dan
(6) Kepala Kepolisian Resor;
c) tingkat Polres:
(1) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian
Daerah;
(2) Kepala Kepolisian Resor; dan
(3) pejabat lain sesuai kebutuhan;
3) laporan harian, didistribusikan
kepada:
a) tingkat Mabes Polri:
(1) Kapolri;
(2) Inspektur Pengawasan Umum Polri;
(3) Kepala Badan Reserse Kriminal Polri;
(4) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri;
(5) Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan
Polri;
(6) Asisten Operasi Kapolri;
(7) Asisten Perencanaan dan Anggaran Kapolri;
(8) Kepala Divisi Hubungan Masyarakat
Polri;
(9)para Kepala Biro/ Direktur pada
Baintelkam Polri; dan
(10) Kepala Pusat Pengendalian Operasi
Polri;
b) tingkat Polda:
(1) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri;
(2) Kepala Kepolisian Daerah;
(3) Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah;
dan
(4)para Direktur operasional Polda;
c)tingkat Polres:
(1) Direktur Intelijen Keamanan
Kepolisian Daerah;
(2) Kepala Kepolisian Resor;
(3) Kepala Bagian Operasi Kepolisian Resor;
dan
(4) pejabat lain sesuai kebutuhan;
4) laporan harian khusus, didistribusikan
kepada:
a) tingkat Mabes Polri:
(1) Kapolri;
-96-
(2) Inspektur Pengawasan Umum Polri;
(3) Kepala Badan Reserse Kriminal Polri;
(4) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri;
(5) Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri;
(6) Asisten Operasi Kapolri; dan
para Karo/ Dir pada Baintelkam
(7)
Polri;
b) tingkat Polda:
(1) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri;
(2) Kepala Kepolisian Daerah;
(3) Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah;
dan
(4) pejabat lain sesuai kebutuhan;
c) tingkat Polres:
(1) Direktur Intelijen Keamanan
Kepolisian Daerah;
(2) Kepala Kepolisian Resor; dan
(3) para Kepala Satuan operasional
Polres;
5) laporan informasi, didistribusikan kepada
atasan langsung pembuat laporan;
6) informasi khusus, didistribusikan kepada:
a) tingkat Mabes Polri:
(1) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri;
(2) Para Direktur pada Baintelkam Polri; dan
(3) pejabat lain sesuai kebutuhan;
b) tingkat Polda:
(1) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian Daerah;
(2) Kepala Kepolisian Daerah (untuk masalah tertentu);
dan
(3) pejabat lain sesuai kebutuhan;
c) tingkat Polres:
(1) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian Daerah;
(2) Kepala Kepolisian Resor; dan
(3) para Kasat Operasional Polres;
7) laporan khusus, didistribusikan kepada:
a) tingkat Mabes Polri:
(1) Kapolri;
(2) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri; dan
(3) pejabat lain yang dianggap perlu;
b) tingkat Polda:
(1) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian Daerah;
(2) Kepala Kepolisian Daerah; dan
(3) para Dir pada Baintelkam Polri;
c) tingkat Polres:
(1) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian Daerah; dan
-97-
(2) Kepala Kepolisian Resor;
8) laporan atensia, didistribusikan kepada:
a) Kapolri, pada tingkat Mabes Polri;
b) Kepala Kepolisian Daerah, pada tingkat Polda; dan
c) tingkat Polres:
(1) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian Daerah; dan
(2) Kepala Kepolisian Resor;
9) telaahan Intelijen, didistribusikan kepada:
a) tingkat Mabes Polri:
( 1) Kapolri;
(2) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri;
(3) Asops Kapolri; dan
(4) para Karo dan Dir pada Baintelkam Polri;
b) tingkat Polda:
( 1) Kepala Kepolisian Daerah;
(2) Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah;
(3) para Direktur operasional Kepolisian Daerah; dan
(4) Kepala Kepolisian Resor;
c) tingkat Polres:
(1) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian Daerah;
(2) Kepala Kepolisian Resor; dan
(3) pejabat lain sesuai kebutuhan;
10) perkiraan Intelijen khusus, didistribusikan kepada:
a) Asops Kapolri pada tingkat Mabes Polri;
b) tingkat Polda:
( 1) Kepala Kepolisian Daerah;
(2) Kepala Biro Operasi Polda; dan
(3) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian Daerah;
c) Kabagops Polres pada tingkat Polres;
1 1) perkiraan Intelijen singkat, didistribusikan kepada:
a) tingkat Mabes Polri:
(1) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri; dan
(2) para Direktur pada Baintelkam Polri;
b) tingkat Polda:
( 1) Kepala Kepolisian Daerah;
(2) Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah; dan
(3) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian Daerah;
c) Kepala Kepolisian Resor;
12) perkiraan Intelijen cepat, didistribusikan kepada:
a) Kepala Operasi, pada tingkat Mabes Polri;
b) Kepla Satuan Tugas Operasi, pada tingkat Polda; dan
c) tingkat Polres:
( 1) Kepala Kepolisian Resor; dan
(2) Kepala Satuan Tugas Operasi Kepolisian Resor; 13)
perkiraan Intelijen kontingensi, didistribusikan kepada:
a) Kapolri;
-98-
b) Kepala Kepolisian Daerah; dan
c) tingkat Polres:
(1) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian Daerah; dan
(2) Kepala Kepolisian Resor;
14) laporan Intelijen, didistribusikan kepada:
a) tingkat Mabes Polri:
(1) Kapolri (untuk masalah tertentu);
(2) Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri; dan
(3) Ketua Pengadilan Negeri (untuk mendapatkan
penetapan dari pengadilan);
b) tingkat Polda:
(1) Kepala Kepolisian Daerah;
(2) Direktur Intelijen Keamanan Kepolisian Daerah; dan
(3) Ketua Pengadilan Negeri (untuk mendapatkan
penetapan dari pengadilan);
c) tingkat Polres:
( 1) Kepala Kepolisian Resor; dan
(2) Ketua Pengadilan Negeri (untuk mendapatkan penetapan dari pengadilan);
15) memo Intelijen, didistribusikan kepada:
a) Kapolri pada tingkat Mabes Polri;
b) tingkat Polda:
( 1) Kepala Sub Direktorat; dan
(2) Kepala Bagian Analis;
c) tingkat Polres:
(1) Kepala Unit Intelijen Keamanan; dan
(2) Kepala Urusan Pembinaan Operasional Kepolisian Resor;
16) nota Intelijen, didistribusikan kepada:

a) Kapolri dan/atau Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri Polri,


pada tingkat Markas Besar Polri;
b) Kepala Kepolisian Daerah, pada tingkat Kepolisian Daerah; dan
c) Kepala Kepolisian Resor, pada tingkat Kepolisian Resor.
D. Kerahasiaan produk Intelijen.
1. Produk Intelijen merupakan bagian dari rahasia Intelijen yang memiliki
klasifikasi, meliputi:
a. sangat rahasia, isi produk Intelijen erat hubungannya dengan
keamanan dan keselamatan negara;
b. rahasia, isi produk Intelijen berhubungan dengan keamanan dan
keselamatan organisasi Polri; dan
c. konfidensial/terbatas, isi produk Intelijen berhubungan dengan
kepentingan negara.
2. Produk Intelijen memiliki masa retensi berlaku selama 25 (dua puluh
lima) tahun dan dapat diperpanjang, dan dapat dibuka sebelum masa
retensi berakhir untuk kepentingan pengadilan dan bersifat tertutup.
-99-
3. Kerahasiaan produk Intelijen menjadi tanggung jawab setiap personel
Intelijen untuk mengamankan agar tidak dapat diakses oleh orang yang
tidak berhak.
4. Pelanggaran terhadap rahasia Intelijen negara diberlakukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.

E. Pengawasan dan Pengendalian.


1. Pengawasan terhadap produk Intelijen dilakukan oleh:
a. Wakabaintelkam Polri selaku pengawas pada tingkat pusat;
b. Wadirintelkam selaku pengawas pada tingkat Polda;
c. Wakasat Intelkam selaku pengawas pada tingkat Polres; dan
d. Kanitintelkam selaku pengawas pada tingkat Polsek.
2. Pengendalian terhadap produk Intelijen dilakukan oleh:
a. Kabaintelkam Polri selaku pengawas pada tingkat pusat;
b. Dirintelkam selaku pengawas pada tingkat Polda;
c. Kasatintelkam selaku pengawas pada tingkat Polres; dan
d. Kanitintelkam selaku pengawas pada tingkat Polsek.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7


Agustus 2023
KEP8LA BADAN IGELIJEN

SUNTANA
KEAMANAN POLR1y
LAMPIRAN VIII
PERATURAN KEPALA BADAN
INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG PENYELENGGARAAN
OPERASIONAL INTELIJEN KEAMANAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

FORMAT PRODUK INTELIJEN


A. Intelijen Dasar
-100-

RAHASIA

omor:

INTELIJEN DASAR

l. PENDAHULUAN
Diuraikan maksud dan tujuan pembuatan Intelijen Dasar.

Il. MATERI
Menguraikan data-data mengenai Tri Gatra dan Panca Gatra (Hasta Gatra), baik yang
sifatnya statis maupun yang mungkin berkembang (dinamis) yang mempunyai potensial
menjadi FKK, secara berurutan mulai:

A. Tri Gatra.

1. Geografi
2. Demografi
3. Sumber Daya Alam

B. Panca Gatra.
Ideologi
2. Sosial Politik
3. Sosial Ekonomi
4. Sosial Budaya
5. Keamanan

Ill. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
Jakarta
Distribusi: Pejabat Intelkam

RAHASIA
101

B. Perkiraan Intelijen Keamanan


RAHASIA

PERKIRAAN INTELIJEN KEAMANAN


(SATU TAHUN)

PENDAHULUAN
A. Umum
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang lingkup dan Tata Urut
D. Referensi

Il. PRA ANGGAPAN


III. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
A. Luar Negeri
1. Umum
2. Situasi Internasional
3. Situasi Regional

B. Dalam Negeri
1. Trigatra
2. Panca Gatra
PERKIRAAN ANCAMAN TAHUN
A. Kecenderungan Lingkungan Strategis Luar Negeri
B. Kecenderungan Lingkungan Strategis Dalam Negeri
C. Hakikat Ancaman
Faktor Korelatif Kriminogen
2. Kerawanan Kamtibmas (Police Hazard)
3. Ancaman Faktual
a. Kejahatan Konvensional
b. Kejahatan Trans National Crime
c. Kejahatan terhadap Kekayaan Negara
d. Kejahatan Berimplikasi Kontingensi
D. Kerawanan Daerah (Ipoleksosobudkam)
E. Kerawanan Kota yang perlu mendapat perhatian
PENUTUP

Jakarta
102

Autentikasi: Pejabat Intelkam

Distribusi:

RAHASIA

RAHASIA

Nomor

PERKIRAAN INTELIJEN
KEAMANAN (LIMA
TAHUN)
(DISESUAIKAN DCN KONDISI WILAYAH)

PENDAHULUAN
A. Umum
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang Lingkup dan Tata Urut
D. Referensi

Il. PRA ANGGAPAN


III. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
A. Luar Negeri
1. Umum
2. Situasi Internasional
3. Situasi Regional
B. Dalam Negeri
1. Trigatra
2. Panca Gatra

IV. PERKIRAAN ANCAMAN TAHUN


A. Kecenderungan Lingkungan Strategis Luar Negeri
B. Kecenderungan Lingkungan Strategis Dalam Negeri
C. Hakikat Ancaman
Faktor Korelatif Kriminogen
2. Kerawanan Kamtibmas (Police Hazard)
3. Ancaman Faktual
a. Kejahatan Konvensional
b. Kejahatan Trans National Crime
c. Kejahatan Terhadap Kekayaan Negara
d. Kejahatan Berimplikasi Kontingensi
D. Kerawanan Daerah (Ipoleksosobudkam)
103

E. Kerawanan Kota yang Pedu Mendapat Perhatian

v. PENUTUP
Jakarta

Autentikasi: Pejabat Intelkam

Distribusi:

RAHASIA
104

RAHASIA

Nomor•

PERKIRAAN INTELIJEN
KEAMANAN (DUA LIMA
TAHUN)
(DISESUAIKAN DGN KONDISI WILAYAH)

l. PENDAHULUAN
A. Umum
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruanglingkup dan Tata IJrut
D. Referensi

PRA ANGGAPAN
Ill. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
A. Luar Negeri
1. Umum
2. Situasi Internasional
3. Situasi Regional
B. Dalam Negeri
1. Trigatra
2. Panca Gatra
IV. PERKIRAAN ANCAMAN TAHUN .
A. Kecenderungan Lingkungan Strategis Luar Negeri
B. Kecenderungan Lingkungan Strategis Dalam Negeri
C. Hakekat Ancaman
Faktor Korelatif Kriminogen
2. Kerawanan Kamtibmas (Police Hazard)
3. Ancaman Faktual
a. Kejahatan Konvensional
b. Kejahatan Trans National Crime
c. Kejahatan Terhadap Kekayaan Negara
d. Kejahatan Berimplikasi Kontingensi
D. Kerawanan Daerah (Ipoleksosobudkam)
E. Kerawanan Kota yang Perlu Mendapat Perhatian

v. PENUTUP

Jakarta
Autentikasi: Pejabat Intelkam
105

Distribusi:

RAHASIA
C. Laporan Harian
RAHASIA

Nomor: R/LH- /

LAPORAN HARIAN
Tanggal:

PENDAHULUAN
Berisi gambaran umum situasi Kamtibmas yang terjadi pada periode laporan yang
meliputi Poleksosbudkam.

Il. FAKTA-FAKTA
A. Aspek Sosial
1. Sosial Politik
2. Sosial Ekonomi
3. Sosial Budaya

B. Aspek Keamanan
1. Keamanan Umum
2. Keamanan Khusus

Jakarta
BADAN INTELIJEN
KEAMANAN Autentikasi Distribusi:

RAHASIA
D. Laporan Harian Khusus
106

RAHASIA

LAPORAN HARIAN KHUSUS


Nomor: R/LHK -
Tanggal :
Bidang : Sebutkan bidang masalah yang dilaporkan
Perihal : Sebutkan masalah atau peristiwa yang akan dilaporkan

FAKTA-FAKTA
Memuat uraian singkat suatu peristiwa atau masalah yang disertai dengan fakta-fakta
secara lengkap, tetapi dibatasi pada hal-hal yang perlu.

ll. CATATAN
A. Analisis

B. Prediksi yang akan terjadi


C. Langkah-langkah intelijen, fungsi Kepolisian dan instansi terkait yang telah dilakukan.
D. Rekomendasi

Jakarta
Distribusi: Pejabat Intelkam

RAHASIA

E. Laporan Informasi
107

RAHASIA

LAPORAN INFORMASI
Nomor: R/LI-

Bidang Bidang Ipoleksosbudkam


Perihal

PENDAHULUAN
A. Sumber Informasi
B. Hubungan dengan Sumber
C. Cara Mendapatkan Informasi
D. Waktu Mendapatkan Informasi
E. Nilai Informasi

Il. FAKTA-FAKTA
A. Semua informasi yang meliputi Poleksosbudkam, baik peristiwa/kejadian atau suatu
gejala yang dapat mengarah kepada gangguan Kamtibmas, baik yang diperoleh dari
sumber Intelijen atau diketahui sendiri.

B. Berisi uraian fakta-fakta secara sistematis dan mendetail tentang semua yang berhubungan
dengan informasi.

C. Mencakup/memenuhi Apa, Bilamana, Dimana, Siapa, Bagaimana dan Mengapa


(ABIDISIBAME).

III. PENDAPAT PELAPOR


A. Analisis
B. Prediksi yang akan terjadi
C. Langkah-langkah intelijen, fungsi Kepolisian dan instansi terkait Yang telah
dilakukan.
D. Rekomendasi

Jakarta

Distribusi: Pelapor

RAHASIA
F. Informasi Khusus
108

RAHASIA

Nomor:

INFORMASI KHUSUS
Tanggal

BIDANG:

l. PERIHAL
------Memuat informasi-informasi yang bersifat khusus tentang apa saja yang akan disampaikan.

Il. FAKTA-FAKTA
------Memuat fakta-fakta yang tersusun secara sistimatis, singkat, jetas dari suatu masalah
atau kasus yang terjadi dan berkembang.
------Hindari sikap untuk memasukkan pandangan atau pendapat sendiri dari fakta-fakta yang
dilaporkan.

lll. CATATAN
A. Analisa

B. Prediksi yang akan terjadi


C. Langkah-langkah intelijen, fungsi Kepolisian dan instansi terkait yang telah
dilakukan.

D. Rekomendasi

Jakarta
Pejabat Intelkam Autentikasi:

Distribusi

RAHASIA
G. Laporan Khusus
109

RAHASIA

Nomor

LAPORAN KHUSUS INTELIJEN


tentang

PENDAHULUAN
Memuat gambaran umum dari peristiwa/permasalahan yang dilaporkan, dengan menonjolkan
pokok persoalan yang pedu dimintakan perhatian.

Il. FAKTA-FAKTA
A. Memuat hasil penyelidikan baik dari sumber terbuka mapun hasil Matbar di lapangan berupa
tentang apa yang dilihat dan apa yang didengan sebagai hasil wawancara/eliciting, termasuk
dari sumber-sumber tertutup.
B. Dapat memuat hasil interogasi atau hasil berita acara pemeriksaan.
C. Memuat fakta-fakta yang tersusun secara kronologis, sistematis, singkat dan jelas,
dibatasi pada persoalannya dan masalah lain yang berpengaruh terhadap masalah ini.
D. Hindari untuk memasukkan fakta yang diragukan kebenarannya.

III. ANALISA

IV. PREDIKSI YANG AKAN TERJADI

v. LANGKAH-LANGKAH INTELIJEN, FUNGSI KEPOLISIAN DAN INSTANSI


TERKAIT YANG TELAH DILAKUKAN.

VI. REKOMENDASI

Jakarta
BADAN INTELIJEN KEAMANAN
Autentikasi: Pejabat Intelkam

Distribusi

RAHASIA
H. Laporan Atensia
110

RAHASIA

Nomor:
LAPORAN ATENSIA
tentang

l. PENDAHULUAN
------Memuat pokok-pokok masalah/kejadian yang diharapkan menjadi perhatian
Pimpinan.

Il. FAKTA-FAKTA
------Memuat fakta-fakta yang tersusun secara sistimatis dan kronologis singkat, jelas yang
dibatasi pada persoalannya dan nampak hubungan-hubungannya dan harus memenuhi 5 w
+ 1 H (SIABIDIBAME).
------Tidak dimasukkan pandangan atau pendapat sendiri dari materi fakta-fakta yang dilaporkan.

Ill. ANALISIS

IV. PREDIKSI YANG AKAN TERJADI

v. LANGKAH-LANGKAH INTELIJEN, FUNGSI KEPOLISIAN DAN INSTANSI


TERKAIT YANG TELAH DILAKUKAN.

VI. REKOMENDASI

Jakarta
BADAN INTELIJEN KEAMANAN

Autentikasi: Pejabat Intelkam

Distribusi

RAHASIA
I. Telaahan Intelijen
111

RAHASIA

Nomor:

TELAAHAN INTELIJEN

tentang

l. PENDAHULUAN

A. Pada Bab ini dikemukakan trend perkembangan situsi/kondisi Kamtibmas yang


menjadi dasar pembuatan analisis ini.
B. Atau gambaran dari dampak suatu kasus terhadap situasi kamtibmas pada umumnya.

Il. FAKTA-FAKTA

A. Pada Bab ini semua fakta-fakta yang ada hubungannya dengan pokok masalah, baik
pada masa lalu maupun yang terjadi saat ini dikemukakan secara detail dan lengkap.
B. Bila telaahan berupa telahaan bulanan, fakta-fakta yang dikemukakan meliputi aspek
Panca Gatra.
C. Bisa berbentuk Kegiatan, data, skenario dan lain-lain

III. ANALISIS
IV. PREDIKSI YANG AKAN TERJADI
v. LANGKAH-LANGKAH INTELIJEN, FUNGSI KEPOLISIAN DAN INSTANSI
TERKAIT
YANG TELAH DILAKUKAN.
VI. REKOMENDASI

Jakarta

BADAN INTELIJEN
KEAMANAN Autentikasi : Pejabat Intelkam Distribusi:

RAHASIA
112

Perkiraan Intelijen
J. Khusus
RAHASIA

Nomor:
PERKIRAAN INTELIJEN KHUSUS
tentang

PERKIRAAN INTELPOL
PENUNJUKAN 1. PETA
2. KEDAR
3. TAHUN
4. LEMBARAN .

l. TUGAS POKOK
Il. SASARAN OPERASI
A. Daerah Operasi
Lokasi/Tempat
2. Kondisi Lingkungan
a. Medannya
b. Sosialnya

B. Data Sasaran
1. Kualitas dan Kuantitas 2.
Modus dan Objek
a. Modus Operandi
b. Objek/Korban

III. ANALISIS
A. Kondisi Sasaran B. Kemampuan

IV. KESIMPULAN
A. Sasaran
B. Kemungkinan Penanggulangan
Jakarta
Autentikasi: Pejabat Intelkam

Distribusi
113

Perkiraan Intelijen
RAHASIA
K. Singkat
RAHASIA

Nomor. .

PERKIRAAN INTELIJEN SINGKAT


tentang

l. PENDAHULUAN
------Berisi urian timbulnya perubahan/perkembangan diluar jangkauan perkiraan keadaan
Intelijen periodik yang sifatnya meresahkan dan pedu segera ditanggulangi sebagai sasaran
tugas Polri.

Il. KEADAAN SASARAN


A. Subjek:
1. Situasi Khusus
2. Aspek Sasaran
B. Lokasi
C. Waktu
D. Metode/Modus

III. ANALISIS
A. Kemampuan Sasaran
B. Kemampuan Penanggulangan

v. KESIMPULAN
A. Kondisi Sasaran
B. Kemampuan Satuan

v. SARAN-SARAN
Kemungkinan penanggulangan.

Jakarta
Autentikasi: Pejabat Intelkam

Distribusi

RAHASIA
L. Cepat
114

Perkiraan Intelijen
RAHASIA

omor:

PERKIRAAN INTELIJEN CEPAT


tentang

PENDAHULUAN
------Berisi urian adanya perubahan/perkembangan sasaran operasi yang sedang dilaksanakan.
------Adanya pengaruh-pengaruh untuk mencapai tujuan operasi.

Il. KEADAAN SASARAN

A. Subjek
B. Metoda Meliputi Sasaran Awal maupun Sasaran saat ini.
C. Waktu
D. Lokasi

Ill. KESIMPULAN
------Rumusan perubahan/perkembangan serta pengaruhnya yang bersifat
menghambat/atau menggagalkan pencapaian tujuan operasi.

IV. SARAN

------Rumusan tugas-tugas/CB yang disarankan untuk dilaksanakan demi pencapaian hasil


operasi.

Jakarta

Autentikasi: Pejabat Intelkam

Distribusi

RAHASIA
M. Kontijensi
115

Perkiraan Intelijen
RAHASIA

Nomor

PERKIRAAN INTELIJEN KONTINGENSI


tentang

l. PENDAHULUAN
Berisi gambaran umum tentang perkembangan dan kecenderungan masalah atau gejala
tertentu yang akan berkembang menjadi kondisi yang tergolong krisis dan atau
meresahkan.
PERKEMBANGAN MASALAH DAN KONDISI
Uraian tentang perkembangan masalah, kondisi, gejala dan faktor-faktor yang
berpengaruh.

Ill. ANALISIS
Berisi tentang pembahasan atas kondisi dan masalah maupun gejala yang berkembang
seda faktor-faktor yang berpengaruh termasuk kemampuan penanggulangannya. IV.
PERKIRAAN ANCAMAN A. Kecenderungan.
B. Hakikat Ancaman.

v. REKOMENDASI
Berisi kemungkinan penanggulangan

Jakarta

BADAN INTELIJEN KEAMANAN


Autentikasi•

RAHASIA
116

N. Laporan Intelijen
RAHASIA

PRO JUSTICIA

LAPORAN INTELIJEN
Nomor

l. DASAR
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
4. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara.
5. Surat Perintah Penyelidikan.

FAKTA-FAKTA
III. ANALISA
IV. PREDIKSI YANG AKAN TERJADI
IV. REKOMENDASI

Jakarta,
Pejabat Intelkam
Autentikasi •
Distribusi:

RAHASIA
O. Memo Intelijen
117

RAHASIA

Nomor

MEMO INTELIJEN

tentang

TULISAN BEBASESSA Y

Jakarta
Pejabat Intelkam

Distribusi:
Kapolri/Ka. sesuai tingkatan

RAHASIA
P. Nota Intelijen
118

RAHASIA

NOTA INTELIJEN

Kepada:
Dari

RUJUKAN

ll. FAKTA-FAKTA

III. ANALISIS

IV. PREDIKSI YANG AKAN TERJADI

v. LANGKAH-LANGKAH INTELIJEN, FUNGSI KEPOLISIAN DAN INSTANSI


TERKAIT
YANG TELAH DILAKUKAN
IV. REKOMENDASI

Jakarta
Pejabat Intelkam

AUTENTIKASI:
Distribusi:

RAHASIA
Ditetapkan di Jakarta pada
TELIJEN

SUNTANA
tanggal
Agugtug 2023

Anda mungkin juga menyukai