Anda di halaman 1dari 9

BAB III

UJI HIPOTESIS

A. PENDAHULUAN
Menurut epistemology (ilmu asal-kata) hipotesis berasal dari kata hipo
(hypo) dan tesis (thesis). Hipo artinya belum dan thesis artinya dalil. Untuk
menjadi dalil maka diperlukan data-data untuk dilakukan uji kebenaran yang
dapat mendukung suatu hipotesis menjadi sebuah dalil.
Hipotesis secara umum mempunyai arti dugaan sementara. Pada
prinsipnya uji statistik menguji hipotesis. Hipotesis secara umum dikenal ada dua
tipikal yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Ho : μ1≠ μ2
Ha : μ1= μ2
Yang masih menjadi pertanyaan adalah apabila setelah diuji kemudian
ternyata yang dihipotesiskan itu tidak benar, artinya ditolak terus bagaimana?
Memang seperti ini hipotesis, dapat terbukti benar dapat juga tidak benar.
Jangan dipaksakan bahwa hipotesis harus benar. Untuk menguji hipotesis
kuantitatif mengunakan teori probabilitas dalam statistik. Hal ini terkait karena
tidak dapat memastikan secara sempurna tentang keadaan sampel, maka selalu ada
peluang salah.
Hipotesis merupakan pernyataan yang positif bukannya negatif artinya statmen
yang dikeluarkan dalam hipotesis berupa hipotesis alternatif bukannya hipotesis
nol.
Misal ”ada hubungan” ; ”ada perbedaan” : bukan statemen yang muncul
”tidak ada perbedaan”; ”tidak ada hubungan”. Tetapi hal yang konsep dalam
pengujian hipotesis adalah menguji hipotesis nol bukan hipotesis alternatif dimana
jika hipotesis nol diterima maka secara otomatis hipotesis alternatif tidak diterima
tetapi jika hipotesis nol ditolak maka hipotesis alternatif yang diterima.

42
B. Jenis hipotesis
1. Hipotesis deskriftif
Hipotesis ini mempunyai sifat menyatakan eksistensi, ukuran, atau distribusi
dari kasus-kasus.
Contoh:
Rata-rata banyaknya anak dari keluarga-keluarga di provinsi Jawa Tengah
adalah 4 orang.
2. Hipotesis Hubungan
Hipotesis ini mempunyai sifat assosiatif (hubungan) antara satu variabel
dengan variabel satunnya, dimana syarat yang diperlukan adalah ada 2
variabel yang terkait.
Contoh:
Ada hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas. Contoh ini
menhubungkan variabel kepuasan kerja dengan variabel produktivitas.
Hipotesis ini dapat dibuat dalam bentuk kalimat: ”jika kepuasan kerja tinggi,
maka produktivitas tinggi”.
3. Hipotesis Sebab
Hipotesis ini mempunyai ciri satu variabel sebagai sebab sedangkan satu
variabel sebagai akibat.
Contoh:
”Kepuasan kerja adalah penyebab produktivitas” atau ” produktivitas kerja
berpengaruh terhadap produktivitas”. Pada contoh ini variabel kepuasan kerja
sebagai sebab sedangkan produktivitas sebagai akibat. Hal ini dimungkinkan
variabel kepuasan kerja terjadi terlebih dahulu, baru kemudian disusul oleh
variabel produktivitas.
4. Hipotesis Perbandingan
Hipotesisi ini bertujuan melihat perbandingan antara satu variabel dengan
variabel yang lainnya.
Contoh:

43
”Ada perbedaan wanita dan pria dalam memilih pasta gigi”. Pada contoh ini
menunjukan ada perbedaan memilih pasta gigi antara wanita dan pria.
C. Daerah penolakan hipotesis
Daerah penolakan merupakan suatu daerah dalam distribusi sampling.
Distribusi sampling meliputi semua harga yang mungkin dimiliki oleh statistik tes
di bahwa Ho.
Untuk satu sisi:

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

1-a
a

Letak daerah penolakan hipotesis dipengaruhi oleh sifat hakikat H alternatif yang
menunjukan arah perbedaan yang diprediksikan, maka akan muncul suatu tes
yang disebut satu sisi (one tailed test). Jika hipotesis alternatif tidak menunjukan
arah perbedaan yang diprediksikan, maka digunakan tes dua sisi (two tailed test).
Test satu sisi dan dua sisi berbeda dalam letak penolakan hipotesis, tetapi tidak
berbeda dalam besarnnya. Dalam tes satu sisi daerah penolakan sepenuhnya ada di
suatu ujung (sisi) distribusi sampling. Dalam tes dua sisi daerah penolakan itu
terdapat pada kedua ujung (sisi) distribusi samplingnya.

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho 1-a Daerah penolakan Ho

a
a

Langkah-langkah dalam penentuan penerimaan dan penolakan hipotesis


1. Melakukan pernyataan mengenai hipotesis
Pada prinsipnya statistik menguji hipotesis nol. Hipotesis sering dinyatakan
dengan:

44
Ho : μ1≠ μ2
Ha : μ1= μ2
2. Melakukan pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis disesuaikan dengan pemilihan uji statistik yang akan
digunakan untuk pengujian hipotesis. Beberapa hal yang ikut berperan dalam
penentuan uji statistik antara lain:
a. Skala data yang dihasilkan dari pengumpulan data
b. Metode yang digunakan
c. Distribusi dan variansi data
d. Bentuk hipotesis
3. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi yang umum digunakan untuk menentukan apakah
hipotesis diterima atau ditolak antara lain tingkat signifikansi 10%, 5%, dan
1%.
4. Menentukan daerah penolakan dan penerimaan hipotesis
Daerah penolakan/penerimaan hipotesis didasarkan pada signifikansi yang
diinginkan. Daerah penolakan dapat melalui satu sisi atau dua sisi tergantung
dari arah hipotesis.
5. Membuat keputuhan hipotesis
Keputusan penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan dari perbandingan
nilai hitung uji yang digunakan dengan standar tabel (sesuai dengan uji yang
digunakan) atau dapat dilakukan dengan membandingkan taraf signifikansi
yang diinginkan berdasarkan nilai alfa (α).

45
PENGUJIAN HIPOTESIS DESKRIPTIF (SATU SAMPEL)

Pengujian hipotesis deskriptif pada dasarnya merupakan proses pengujian


generalisasi hasil penelitian yang didasarkan pada satu sampel. Kesimpulan yang
dihasilkan nanti adalah apakah hipotesis yang diuji itu dapat digeneralisasikan
atau tidak. Bila Ho diterima berarti dapat digeneralisasikan. Dalam pengujian ini
variabel penelitiannya bersifat mandiri dan sampelnya hanya satu, oleh karena itu
hipótesis penelitian tidak berbentuk perbandingan ataupun hubungan antar dua
variabel atau lebih.
Statistik parametris yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis
deskriptif bila datanya interval atau rasio adalah t-test 1 sampel. Sebenarnya
terdapat dua rumus yang dapat digunakan untuk pengujian yaitu rumus t dan z.
Rumus z digunakan bila simpangan baku populasi diketahui, dan rumus t bila
simpangan baku populasi tidak diketahui. Simpangan baku sampel dapat dihitung
berdasarkan data yang telah terkumpul. Karena pada dasarnya simpangan baku
setiap populasi ini jarang diketahui, maka rumus z jarang digunakan oleh karena
itu dalam bahan ajar ini hanya dikemukakan rumus t-test saja.
Terdapat dua macam pengujian hipotesis deskriptif, yaitu dengan uji dua
pihak (two tail test) dan uji satu pihak (one tail test). Uji satu pihak ada dua
macam yaitu uji pihak kanan dan uji pihak kiri. Jenis uji mana yang akan
digunakan tergantung pada bunyi kalimat hipotesis.
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif (satu sampel)
yang datanya interval atau rasio adalah seperti rumus di bawah ini.
x̄−μ0
t=
s/ √ n
Dimana:
t = nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung
x = rata-rata x
µo = nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku
n = jumlah anggota sampel

46
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis deskriptif adalah:
1. menghitung rata-rata data
2. menghitung simpangan baku
3. menghitung harga t
4. melihat harga t tabel
5. menggambar kurva
6. meletakkan kedudukan t hitung dan t tabel dalam kurva yang telah dibuat
7. membuat keputusan pengujian hipotesis

A. Uji Dua Pihak (Two Tail Test)


Uji dua pihak digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan
hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak sama dengan” (Ho = dan Ha ≠ ).
Contoh rumusan hipotesis :
Hipotesis nol : daya tahan berdiri pelayan toko tiap hari = 8 jam
Hipotesis alternatif : daya tahan berdiri pelayan took tiap hari ≠ 8 jam
Ho : µ = 8 jam
Ha : µ ≠ 8 jam
Uji dua pihak dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho 1-a Daerah penolakan Ho

a
a

Dalam pengujian hipotesis yang menggunakan uji dua pihak ini berlaku
ketentuan, bahwa bila harga t hitung, berada pada daerah penerimaan Ho atau
terletak diantara harga tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian
bila harga t hitung lebih kecil atau sama dengan dari harga t tabel maka Ho
diteima. Harga t hitung adalah harga mutlak, jadi tidak dilihat (+) atau (-) nya.

47
Contoh:
Telah dilakukan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang menyatakan
bahwa daya tahan berdiri pramuniaga di Jakarta adalah 4 jam/hari. Berdasarkan
sampel 31 orang yang diambil secara random pelayan toko yang dimintai
keterangan masing-masing memberikan data sebagai berikut.
3234567853456678853465234563233
Berdasarkan data di atas, ujilah kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan!

B. Uji Satu Pihak (One Tail Test)


1. Uji Pihak Kiri
Uji pihak kiri digunakan apabila : Hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih besar atau
sama dengan” dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih kecil”.
Contoh rumusan hipotesis:
Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A paling sedikit 400 jam atau
lebih besar sama dengan ( > ) 400 jam
Hipótesis alternatif : Daya tahan lampu merk A lebih kecil dari ( < ) 400 jam.
Ho : µ > 400 jam
Ha : µ < 400 jam
Uji pihak kiri dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Dalam uji pihak kiri ini berlaku ketentuan, bila harga t hitung jatuh pada daerah
penerimaan Ho atau lebih kecil atau sama dengan ( < ) dari t tabel, maka Ho
diterima dan Ha ditolak.
Contoh:
Suatu perusahaan lampu pijar merk laser, menyatakan bahwa daya tahan lampu
yang dibikinnya paling sedikit 400 jam. Berdasarkan pernyataan produsen
tersebut, maka lembaga konsumen akan melakukan pengujian, apakah betul daya

48
tahan lampu itu 400 jam atau tidak, sebab ada keluhan dari masyarakat bahwa
lampu pijar merk laser tersebut cepat putus. Untuk membuktikan pernyataan
produsen lampu pijar tersebut, maka dilakukan penelitian melalui uji coba
terhadap daya tahan 25 lampu yang diambil secara random. Dari uji coba
diperoleh data tentang daya tahan 25 lampu sebagai berikut:
450 390 400 480 500 380 350 400 340 300 300 345 375 425 400 425 390 340 350
360 300 200 300 250 400
Berdasarkan data di atas, ujilah kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan!

2. Uji Pihak Kanan


Uji pihak kanan digunakan apabila : Hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih kecil atau
sama dengan” dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih besar”.
Contoh rumusan hipotesis:
Hipotesis nol : Pedagang buah paling banyak bisa menjual buah jeruk
100 kg tiap hari
Hipótesis alternatif : Pedagang buah paling banyak bisa menjual buah jeruk
lebih dari 100 kg tiap hari
Ho : µ < 100 kg
Ha : µ > 100 kg
Uji pihak kanan dapat digambarkan seperti gambar berikut:
Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

1-a
a

Dalam uji pihak kanan ini berlaku ketentuan, bila harga t hitung lebih besar atau
sama dengan ( > ) harga t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Contoh Soal :
Karena terlihat ada kelesuan dalam perdagangan jeruk, maka akan dilakukan
penelitian untuk mengetahui berapa kg jeruk yang dapat terjual oleh pedagang
pada setiap hari. Berdasarkan pengamatan sepintas terhadap perdagangan jeruk,

49
maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa pedagang jeruk tiap hari paling banyak
dapat menjual 100 kg jeruk pada konsumen. Berdasarkan hipotesis tersebut, maka
telah dilakukan pengumpulan data terhadap 20 pedagang jeruk. Pengambilan
sampel 20 pedagang jeruk dilakukan secara random. Data dari 20 pedagang
sebagai berikut:
98 80 120 90 70 100 60 85 95 100 70 95 90 85 75 90 70 90 60 110
Berdasarkan data di atas, ujilah kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan!

50

Anda mungkin juga menyukai