Anda di halaman 1dari 5

1

PENGUJIAN HIPOTESIS Data yang diperoleh dari suatu percobaan atau survei, selain diperlukan untuk menduga parameter, juga diperlukan untuk menguji berlakunya suatu anggapan tertentu mengenai parameter tersebut. Pengujian hipotesis dimulai dengan menerima suatu anggapan tertentu sebagai hal yang benar. Anggapan inilah yang digunakan sebagai landasan kerja selanjutnya dan dinamakan hipotesis nol ( H 0 ). Jika anggapan ini didukung oleh data yang dikumpulkan, maka anggapan tersebut dapat diterima kebenarannya dan dapat dianggap sebagai suatu kenyataan. Jika data yang dikumpulkan tidak mendukung anggapan tersebut, maka diterimalah suatu anggapan lain yang merupakan tandingan dari H0 sebagai kenyataan. Anggapan tentang tandingan H0 dinamakan hipotesis satu (H1 ) atau hipotesis alternatif. Penentuan hipotesis mana yang akan diterima ditentukan oleh bentuk dukungan data yang terkumpul. Kita ketahui bahwa data yang dikumpulkan merupakan suatu peubah acak, sehingga pengulangan pengujian dengan kumpulan data yang lainmungkin saja memberikan kesimpulan yang berbeda. Oleh karena itu pengujian hipotesis merupakan suatu peristiwa pengambilan kesimpulan berdasarkna statistika, dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian. Pemilihan salah satu hipotesis sebagai anggapan yang berlaku hanyalah dapat dilakukan dengan pernyataan berapa besarnya peluang bahwa bahwa hipotesis itu benar. Dengan demikian pengujian hipotesis dengan menggunakan jenis uji statistika tertentu tidak pernah peneliti dapat membuktikan kebenaran suatu hipotesis. Dalam proses pengujian hipotesis kita mengenal adanya dua jenis kesalahan yaitu kesalahan jenis atau tipe I dan kesalah tipe II, dan kedua tipe kesalahan yang mungkin tersebut merupakan ciri hkas dari proses pengujian hipotesis. Salah jenis atau tipe I adalah suatu kesalahan yang timbul karena H0 yang yang ditolak pada hal sesungghnya H0 benar, peluang kesalahan tipe I dilambangkan dengan . Kesalahan tipe II adalah kesalahan yang mungkin dibuat karena peneliti menerima berlakunya H0 pada hal sesungguhnya H0 itu salah. Salah jenis II dilambangkan dengan . Kita ketahui bahwa rata-rata (rata-rata) dari suatu pendugaan pada umumnya tidaklah selalu sama dengan rata-rata parameter yang sebenarnya. Karena itu jika ada dua rata-rata sampel (sampel) yang tidak sama misalnya 1 2 maka tidak berarti bahwa rata-rata dari kedua populasinya berbeda. Rata-rata dari kedua populasi bisa saja nilainya sama besar atau bisa berbeda, jika rata-rata sampel berbeda sedangkan rata-rata populasi sama berarti perbedaan yang terjadi dari kedua rata-rata sampel hanyalah disebabkan oleh kekeliruan dalam proses pengambilan sampel. Sebelum pembahasan ini dilanjutkan terlebih dahulu kami menyajiakan definisi tentang hipotesis statistika. Hipotesis statistika merupakan suatu anggapan atau pernyataan yang mungkin nilainya benar atau tidak mengenai satu populasi atau lebih, jadi hipotesis yang dirumuskan tidak selamanya harus diterima, dan jika hipotesis yang dirumuskan ditolak tidak berarti bahwa sipeneliti harus melakukan penelitian ulang sehubungan dengan permasalahan yangh sedang diteliti. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengujian hipotesis bahwa hipotesis selalu berbentuk pernyataan tentang populasi atau distribusi yang sedang diteliti, bukan pernyataan tentang sampel. Nilai parameter populasi yang dirumuskan dalam hipotesis nol (H0) biasanya ditentukan berdasarkan tujuan dari pengujian hipotesis, untuk maksud tersebut ada tiga cara yang ditempuh sehubungan dengan perumusan hipotesis nol (H0) yaitu: 1. Yang dirumuskan pada hipotesis nol merupakan pengalaman yang lalu atau pengetahuan tentang proses tersebut atau bagian dari hasil penelitian sebelumnya, tujuan dari pengujian hipotesis seperti ini adalah untuk menentukan apakah suatu hasil percobaan atau pengetahuan yang dimaksud telah berubah atau belum. Yang dirumuskan pada hipotesis nol bisa saja ditentukan dari berbagai teori atau model mengenai proses yang dipelajari, tujuan pengujian hipotesis seperti ini dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran dari teori atau model mengenai proses yang dipelajari. 2 Yang dirumuskan pada hipotesis nol muncul bila nilai parameter populasi dihasilakan dari pertimbangan eksternal sperti spesifikasi rancangan atau rekayasa, tujuan dari pengujian hipotesis seperti ini adalah untuk pengujian kecocokan dari rancangan atau rekayasa yang diteliti. Seorang peneliti biasanya tertarik dalam membuat keputusan tentang penerimaan atau penolakan dari hipotesis yang dirumuskan, dengan anggapan bahwa suatu prosedur yang ditempuh untuk mengambil kesimpulan apakah menerima atau menolak hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk pengujian sebuah hipotesis seorang peneliti sebaiknya mengambil sampel acak, agar kesimpulan yang diberikan oleh sipeneliti dari hasil pengujian hipotesis dapat menggambarkan keadaan populasi, kemudian dari sampel acak telah tersedia fasilitas mengenai pengujian hipotesis berupa jenis analisis yang akan digunakan, kemudian dengan menggunakan sampel acak berarti pengujian hipotesis yang dilakukan menjadi sahih. Langkah-langkah Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis akan mengantarkan peneliti kepada pemberian kesimpulan untuk menerima atau menolak hipotesis yang telah dirumuskan, dengan demikian dalam satu rumusan hipotesis terdapat dua pilihan yang saling berlawanan yaitu: Hipotesis yang mengandung pengertian sama: 3. H0 H1 H0 H1 H0 H1 : : : : : : 0 0 0 0 0 0

Hipotesis mengandung pengertian maksimum H0 H1 : : 0 0

Hipotesis yang mengandung pengertian minimum H0 H1 : : 0 0

Berdasarkan perumusan hipotesis diatas, penentuan daerah penolakan hasil pengujian ditentukan berdasarkan pada: 1. Jika perumusan hipotesis alternatif (H1) menggunakan tidak sama dengan ( ), berarti pengujian hipotesis biasa juga dikatakan pengujian dua pihak. Kriteria pengujian yang digunakan adalah terima H0 jika harga statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian terletak diantara - /2 dan /2, dalam hal lain H0 ditolak. 2. Jika hipotesis alternatif (H1) mempunyai perumusan lebih besar ( ), maka pengujian hipotesis dikatakan pengujian satu arah (arah kanan). Kriteria pengujian yang digunakan adalah terima H0 jika harga statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian kurang dari nilai yang dipilih (nilai ) diperoleh dari tabel t atau tabel z sesuai dengan rumus uji yang digunakan., dalam hal lain H0 ditolak. 3. Jika hipotesis alternatif (H1) mempunyai perumusan lebih kecil ( ), maka pengujian hipotesis dikatakan pengujian satu arah (arah kiri). Kriteria pengujian yang digunakan adalah terima H0 jika harga statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian lebih dari nilai yang dipilih (nilai ) diperoleh dari tabel t atau tabel z sesuai dengan rumus uji yang digunakan., dalam hal lain H0 ditolak. Dalam perumusan hipotesis apakah seorang peneliti menggunakan uji satu arah atau uji dua arah tergantung pada kesimpulan yang akan diambil oleh pihak peneliti bila H0 ditolak, letak daerah penolakan H0 baru dapat ditentukan setelah hipotesis alternatif (H1) dirumuskan. Sebagai sampel, misalkan seorang peneliti ingin melihat apakah suatu varietas tertentu (varietas baru) lebih baik dari varietas lain (varietas lama), berarti sipeneliti harus merumuskan hipotesis statistika sebagai berikut: Hipoptesis nol adalah varietas baru sama dengan varietas lama, sedangkan hipotesis alternatifnya adalah varietas baru lebih baik

2.

H 0

: 1

H 1

: 1

nilai rataan dari produksi dengan menggunakan varietas baru

= 2

nilai rataan dari produksi dengan menggunakan varietas lama

1
dari varietas lama, secara statistika perumusan tersebut adalah: Akan tetapi bila seorang peneliti ingin melihat apakah dua jenis varietas atau lebih sama baiknya atau tidak, maka seorang peneliti merumuskan hipotesis statistika dalam bentuk hipotesis dua arah, dimana H0 menyatakan dua varietas atau lebih sama baiknya, sedangkan hipotesis alternatifnya adalah dua varietas atau lebih tidak sama, secara statistika perumusan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: n H 0 : 1 2=....= p 0 kriteria pengujian terima H0 jika zhitung terletak diantara dan , selain itu H0 ditolak. 7.8 kg 50 8 kg 0.5

Proses pengujian hipotesis; = = = =

H 1

: 1

minimal sepasang nilai rataan yeng berbeda

Rumus uji yang digunakan adalah Z = , sedangkan

H0 H1

: :

1 1

nilai z diuji = 2.575. 2 , khusus untuk dua jenis varietas yang tabel Karena zhitung tidak terletak diantara -2.575 dan 2.575 maka H0 Suatu hasil pengujian hipotesis dikatakan berarti bila hipotesis nol ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata daya ditolak pada taraf nyata 0.05, sedangkan hasil pengujian hipotesis tahan dari tali pancing sintetik bukan 8 kg tetapi kurang dari 8 kg. dikatakan sangat berarti bila hipotesis nol ditolak pada taraf nyata 2. Sebuah perusahaan lampu pijar mengatakan bahwa lampu 0.01. yang diproduksinya bisa tahan pakai sekitar 800 jam, akhir-akhir C. Proses Pngujian Hipotesis ini timbul dugaan dari konsumen bahwa masa pakai lampu Dalam proses pengujian hipotesis akan diuraikan pengujian hipotesis tersebut telah berubah. Untuk mengatasi keresahan masyarakat, untuk data tunggal (uji rataan) untuk satu populasi, uji kesamaan dua maka dilakukan penelitian dengan menguji 29 bola lampu, dari 29 populasi atau lebih, uji kesamaan dua variansi (ragam). bola lampu tersebut diperoleh rata-rata tahan pakainya hanya Pengujian Data Tunggal 768 jam, dan simpangan baku 38 jam. Dengan menggunakan Misalkan kita mempunyai sebuah populasi berdistribusi normal dengan taraf nyata = 0.05 ujilah pernyataan bahwa daya tahan lampu rata-rata dan simpangan baku , akan diuji parameter populasi, yang diproduksi oleh perusahaan tersebut sebesar 800 jam. yaitu rataan dari populasi. Jawab. Jika hipotesis yang akan diuji dinyatakan bahwa rataan data Karena simpangan baku dari populasi tidak diketahui dan sampel pengamatan yang diperoleh dari sampel sama dengan suatu bilangan yang digunakan kurang dari 30 maka pengujian hipotesis tertentu katakanlah bahwa bilangan yang dimaksud adalah 0. Secara dilakukan dengan menggunakan uji-t, dengan rumus uji sebagai statistika peumusan hipotesis yang akan diuji adalah: berikut: H0 H1 : : 0 0 t= ; S2 =

Untuk pengujian rumusan hipotesis diatas dapat dilakukan dengan menggunakan dua model pengujian yaitu menggunakan uji-z, atau menggunakan uji-t, kedua rumus uji tersebut prinsip penggunaannya sama yaitu menguji masalah ada tidaknya perbedaan dari parameter yang diuji, hanya persoalan sekarang adalah rumus uji mana yang akan digunakan dalam mengguji rumusan hipotesis yang telah dirumuskan apakah menggunakan uji-z atau menggunakan uji-t. Proses pemilihan rumus uji yang digunakan dalam menguji hipoteis yang telah dirumuskan didasarkan pada ada tidaknya nilai simpangan baku dari populasi dan besarnya sampel yang digunakan. Jika simpangan baku dari populasi tidak diketahui, dan ukuran sampel kurang dari 30, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t, selain itu pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-z, jika sampel yang diambil lebih dari 30, dan simpangan baku populasi tidak diketahui tetap menggunakan uji-z dengan simpangan baku populasi diduga dengan simpangan baku sampel. Kriteria pengujian yang digunakan adalah: terima H0 jika zhitung terletak diantara dan , atau dan , dengan dan

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan data sampel diperoleh hasil sebagai berikut = 768 jam, s = 38 jam, dan n = 29 Pasangan hipotesis yang diuji adalah: H0 H1 Proses pengujian; t= = -4.534876 : : 800 jam 800 jam

Dari daftar distribusi t dengan menggunakan = 0.05, dk = 28 dan menggunakan uji dua pihak diperoleh ttabel = 2.045. Kriteria pengujian terima H0 jika thitung terletak diantara -2.045 dan 2.045. Karena thitung tidak terletak diantara -2.045 dan 2.045, maka tolak H0. Jadi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut adalah, rata-rata tahan pakai lampu pijar tersebut bukan 800 jam, tetapi kurang dari 800 jam. Pengujian Dua Populasi. Untuk pengujian dua populasi dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu: 1. Sampel tidak bebas (dua kelompok data yang berpasangan) 2. Sampel bebas Pengujian Sampel Tidak Bebas. Untuk pengujian sampel tidak bebas yang diukur adalah perbedaan dari dua kelompok data, data dimaksud adalah data yang diperoleh dari sampel yang sama tetapi setiap sampel memberikan dua jenis data, misalnya penggunaan ruang belajar pada jam yang sama hari yang berbeda, dimana yang diukur adalah banyaknya ruang yang dipergunakan untuk belajar pada waktu yang bersamaa tetapi hari yang berbeda, penilai tentang efektifitas suatu metode mengajar tertentu, dimana yang diukur adalah data yang diambil sebelum diajar dengan metode mengajar yang digunakan dan data yang diperoleh setelah metode tersebut digunakan dalam proses belajar mengajar, pengaruh pemberian ransum makanan ternak terhadap bobot badan ternak yang diukur sebelum dan sesudah diberi pakan tertentu dan sebagainya, dan sebagainya. Bentuk hipotesis statistiknya adalah;

diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang sebesar /2, dalam hal lain H0 ditolak Contoh. 1. Sebuah perusahaan membuat perlengkapan olah raga membuat tali pancing sintetik yang baru dan menurut informasi dari perusahaan tersebut bahwa rata-rata tali yang diproduksinya dapat menahan beban sampai 8 kg dengan simpangan baku sebesar 0.5 kg, bila sampel acak diambil sebanyak 50 tali dan diuji tarnyata rata-rata daya tahannya hanya 7.8 kg. Ujilah pernyataan tersebut dengan menggunakan taraf nyata = 0.01. Jawab. Rumusan hipotesis yang akan diuji adalah: H0 H1 : : 8 kg 8 kg

Karena simpangan baku populasi diketahui, berarti pengujian hipotesis diatas dilakukan dengan menggunakan uji-z, dengan

H0 H1

: :

d d

d0 d0

H1

2 1

2 2

Statistik uji yang digunakan adalah: F= Pengujia seperti mutlak diperlukan sebab dalam pengujian sampel bebas baik untuk uji-t maupun uji-z yang digunakan berbeda jika kedua ragamnya sama atau berbeda. Jika ragam dari dua kelompok data sama, maka rumus uji yang digunakan adalah:

Statistik uji yang digunakan adalah uji-z atau uji-t tergantung dari banyaknya sampel yang digunakan, dan ada tidaknya simpangan baku dari populasi. Prinsip pemilihan jenis uji sama seperti pemilihan rumus uji yang digunakan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan sampel tunggal. Contoh. Suatu penelitian yang dilkukan disuatu perguruan tinggi tertentu pada tahun 1995 tentang penggunaan ruang belajar. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh data berikut; Waktu 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 Senin 89 124 121 105 94 103 78 59 35 Rabu 95 133 128 107 95 112 86 80 46 d -6 -4 -7 -2 -1 -9 -8 -21 -11

t hitung =

atau

z hitung =

Jika ragamnya belum diketahui dan sampelnya lebih dari 30 maka digunakan ragamnya diduga dengan ragam sampel, dengan menggunakan rumus: S2Gab. = Jika ragamnya berbeda maka statistik uji yang digunakan adalah:

Setelah dilakukan perhitungan seperlunya diperoleh hasil berikut ini; sebesar -7.6667

t hitung =

atau

Sd2 = Sd = 5.96 Rumusan hipotesis yang akan diuji adalah: H0 H1 : : d d 0 0

z hitung =

Rumusan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H0 H1 : : 1 1 2 2

Statistik uji yang digunakan adalah uji-t dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Contoh. Seorang peneliti ingin melihat kemampuan berhitung murid yang berasal dari keluarga guru dan murid yang bukan dari keluarga guru. Dari kedua kelompok murid tersebut diberikan angket berupa soal-soal matematika dengan materi yang sama, setelah diuji diperoleh hasil sebagai berikut: KLP I KLP II 3.1 2.7 3.0 2.9 3.3 3.4 2.9 3.2 2.6 3.3

thitung =

3.0

2.9

thitung = Dari tabel t diperoleh ttabel sebesar 2.306 unutk = 0.05,

KLP I merupakan prestasi murid dari keluarga guru KLP II merupakan prestasi murid yang bukan dari keluarga guru. Jawab Dari data tersebut sederhana diperoleh:

dengan derajat bebas = 8. Karena thitung tidak terletak diantara -2.306 dan 2.306 berarti terima H1. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang nyata dari penggunaan ruangan belajar untuk hari senin dan hari rabu pada waktu yang bersamaan. Pengujian Dua Kelompok data Yang Saling Bebas Untuk mengetahui apakah dua kelompok data yang saling bebas mempunyai ragam yang sama atau berbeda, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian ragam dengan menggunakan uji-F, dimana proses pengujiannya dari ragam dimaksud dilakukan dengan cara membandingkan kedua ragamnya yaitu ragam terbesar dibagi dengan ragam terkecil. Adapun proses pengujiaannya adalah sebagai berikut: H0 H1 : : 2 1 2 1 = 2 2 2 2

diatas

setelah

dilakukan

perhitungan

2 2 1 = 3.22, 2 = 3.07, S1 = 0.1996, S2 = 0.1112 Sebelum dilakukan pengujian hipotesis tentang ada tidaknya perbedaan dari kedua kelompok data maka terlebih dahulu dilakukan pengujian ragam, adapun proses pengujian ragam adalah: Karena S12 S22 maka pengujiannya adalah sebagai berikut: H0 H1 : : 2 1 2 1 = 2 2 2 2

Statistik uji yang digunakan adalah F hitung =

1
Dari tabel F diperoleh F tabel untuk = 0.05 dengan derajat bebas v1 = 11 dan v2 = 10 sebesar 2.945. Karena F hitung lebih kecil dari F tabel berarti terima H0, artinya kedua ragam tersebut sama. Karena kedua ragamnya sama maka perlu dicari ragam gabungan: S2gab. = Dari diagram pencar yang ada kita dapat menarik garis lurus yang cukup banyak, namun kita hanya memilih satu garis lurus yang memiliki nilai simpangan terkecil. Diantara semua kemungkinan garis lurus yang dapat dibuat pada diagram pencar berdasarkan data pengamatan dari sampel (sampel) metode kuadrat terkecil memilih satu garis regresi yang membuat jumlah kuadrat jarak vertikan dari titik pengamatan kegaris regresi sekecil mungkin, bila i merupakan simpangan vertikal dari titik ke-i kegaris regresi, maka metode kuadrat terkecil menghasilkan rumus untuk menghitung nilai a dan b yang belum diketahui, dengan menduga model Y = = Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah: H0 H1 : : 1 1 2 2 + x+ i diduga dengan model = a + bx.

Penggunaan dari persamaan = a + bx dimaksudkan untuk membedakan antara titik amatan Y dengan nilai yang diramalkan oleh persamaan garis linier untuk nilai x tertentu, a menyatakan intersep atau titik perpotongan antara garis regresi dengan sumbu Y, sedangkan b merupakan kemiringan garis regresi terhadap sumbu X positif (gradien). Bila ada sepasang data pengamatan {(Xi,Yi); i = 1, 2, . . . n}, maka nilai dugaan terkecil bagi parameter dalam garis regresi dihitung dengan menggunakan rumus; = a + bx dapat

Statistik uji yang digunakan adalah:

t hitung = b=

t hitung = Dari tabel t diperoleh t tabel sebesar 2.093 dengan derajat bebas 19 dan = 0.05 Karena t hitung tidak terletak diantara -2.093 dan 2.093 maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara kemampuan berhitung anak dari keluarga guru dan anak yang bukan dari keluarga guru. REGRESI LINIER DAN KORELASI 1. Regresi Linier Dalam dunia nyata terdapat dua atau lebih peubah yang sifatnya saling berhubungan, sehingga salah satu peubah (peubah bebas) diketahui maka nilai-nilai peubah lain (peubah tak bebas) dapat diramalkan nilainya. Untuk kepentingan peramalan, terlebih dahulu kita menentukan persamaan matematika, sebab melalui persamaan matematika, memungkinkan kita untuk meramalkan nilai-nilai suatu peubah (peubah tak bebas) bila nilai peubah bebas diketahui, dalam analisis statistika persamaan dimaksud disebut persamaan regresi. Persamaan regresi dibentuk dari sepasang data sampel (sampel) yaitu peubah bebas (X) dan peubah tak bebas (Y) dengan suatu tujuan dari persamaan tersebut adalah untuk digunakan dalam meramalkan nilainilai tak bebas pada kondisi yang lebih luas. Analisis regresi digunakan dalam suatu penelitian untuk melihat bagaimana pola hubungan antara peubah bebas (X) dan peubah tak bebas (Y), apakah pasangan-pasangan data yang diperoleh dari sampel (sampel) bisa didekati dengan pola garis lurus atau tidak (kuadrat, kubik, dan lain sebagainya). Sebagai langkah awal dalam melihat pola hubungan antara peubah bebas (X) dan peubah tak bebas (Y) maka pasangan data sampel ditebarkan atau diplot pada salib sumbu sehingga menghasilkan apa yang disebut sebagai diagram pencar. Dengan mengamati diagram pencar dari pasangan titik-titik pengamatan, berarti kita bisa memilih pola hubungan mana yang dapat menghasilkan simpangan yang minimum antara pasangan titik-titik pengamatan kegaris regresi secara vertikal, apakah bisa didekati dengan pola garis lurus (linier) atau tidak. Jika pola hubungan antara peubah bebas (X) dan peubah tak bebas (Y) bisa didekati dengan pola garis lurus, maka kita berusaha menyatakan pola hubungan tersebut secara matematika dengan sebuah persamaan garis lurus yang disebut sebagai garis regresi. Untuk menentukan hubungan antara peubah bebas (X) dan peubah tak bebas (Y), peubah bebas (X) merupakan peubah kontinu secara matematika, atau data yang mempunyai sebaran tertentu yang diketahui, jika data dari peubah bebas (X) tidak mempunyai sebaran maka persamaan regresi yang diperoleh tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam meramalkan nilai-nilai Y untuk nilai X tertentu. Misalkan hubungan sebenarnya antara X dan Y berbentuk garis lurus, dan nilai-nilai observasi Y pada masing-masing nilai X tertentu adalah sebuah peubah acak, dengan demikian nilai harapan dari Y untuk masing-masing nilai X tertentu adalah; E(y/x) = a + bx, dimana a merupakan intersep, dan b adalah gradian garis regresi, yang keduanya merupakan konstanta yang tidak diketahui. Dengan mengasumsikan bahwa masing-masing pengamatan Y dapat digambarkan dengan menggunakan model; Y=a+bx + dimana adalah galat yang bersifat acak dengan ratarata nol dan ragam adalah 2 , juga diasumsikan sebagai peubah acak yang tidak berkorelasi. a=

Contoh; Jika diberikan data berpasangan (Xi, Yi), i = 1, 2, 3, 4, 5, 6. X Y 1 6 2 4 3 3 4 5

Tentukanlah persamaan garis regresi Gambarkan diagram pencar dari pengamatan tersebut Dari data pengamatan tersebut diperoleh:

pasangan

data

a = 4 - (3.5) (-0.5142857) = 5.8. Jadi persamaan garis regresi adalah = 5.8 - 0.51 X, dengan nilai elastisitas sebesar -0.45339, arti dari nilai elastisitas ini dalam regresi adalah jika x bertambah 1 % maka nilai Y berkurang sebesar 0.45339 %. Diagram pencar dari pasangan titik diatas adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai