Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Pengertian Pengujian Hipotesis


Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, Hupo berarti lemah atau kurang
atau di bawah, Thesis berarti teori, proposisi atau pernyataan yang disajikan
sebagai bukti. Sehingga dapat diartikan sebagai pernyataan yang masih lemah
kebenaran-nya dan perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya masih sementara
(Walpole, 1995).
Hipotesis juga dapat diartikan sebagai pernyataan keadaan populasi yang
akan diuji kebenarannya menggunakan data atau informasi yang dikumpulkan
melalui sampel, dan dapat dirumuskan berdasarkan teori, dugaan, pengalaman
pribadi atau orang lain, kesan umum, kesimpulan yang masih sangat sementara.
Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai keadaan
populasi yang sifatnya masih sementara atau lemah kebenarannya. Hipotesis
statistik dapat berbentuk suatu variabel seperti binomial, poisson, dan normal atau
nilai dari suatu parameter, seperti rata-rata, varians, simpangan baku, dan
proporsi. Hipotesis statistik harus di uji, karena itu harus berbentuk kuantitas
untuk dapat diterima atau ditolak. Hipotesis statistik akan diterima jika hasil
pengujian membenarkan pernyataannya dan akan ditolak jika terjadi
penyangkalan dari pernyataannya.

II.2 Hipotesis Statistik


Sugiyono (2013) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
semen-tara dari rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan
Walker (2011), hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan
menghu-bungkan secara umum maupun khusus variabel yang satu dengan
variabel yang lain.

1
Hipotesis statistik adalah suatu anggapan atau pernyataan, yang mungkin
benar atau tidak, mengenai satu populasi atau lebih. Kebenaran atau
ketidakbenaran

2
3

suatu hipotesis statistik tidak akan pernah diketahui dengan pasti kecuali bila
seluruh populasi diamati.

II.3 Pengujian Hipotesis Statistik


Struktur pengujian hipotesis statistik akan dirumuskan dengan
mengguna-kan istilah hipotesis nol. Ini menyatakan setiap hipotesis yang akan
diuji dinyatakan dengan H 0 . Penolakan H 0 menjurus pada penerimaan suatu
hipotesis tandingan, dinyatakan dengan H1. Hipotesis nol (H 0 ) harus menyatakan
dengan pasti nilai parameter, sedangkan hipotesis tandingan (H1) dapat memiliki
beberapa kemungkinan.
H0 ditulis dalam bentuk persamaan (=, ≤, ≥)
H1 ditulis dalam bentuk pertidaksamaan (<, >, ≠)

II.4 Kegunaan, Ciri-ciri, dan Manfaat Hipotesis


a. Kegunaan Hipotesis antara lain :
a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara.
b. Hipotesis memberikan pernyataan hubungan yang langsung dapat
diuji dalam penelitian.
c. Hipotesis memberikan arah dalam penelitian.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penelitian.
b. Ciri-ciri Hipotesis antara lain:
a. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara
variabel yang diuji.
b. Hipotesis hendaknya konsisten pada pengetahuan yang sudah ada.
c. Hipotesis hendaknya dinyatakan dengan ringkas.
c. Manfaat Hipotesis antara lain :
a. Memberi batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
b. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang
bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam kesatuan penting dan
menyeluruh.
4

c. Sebagai paduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta


dan antar fakta.

II.5 Jenis-jenis Pengujian Hipotesis


1. Berdasarkan jenis parameternya :
a. Pengujian hipotesis tentang rata-rata
Pengujian hipotesis tentang rata-rata adalah pengujian hipotesis
mengenai rata-rata populasi yang didasarkan atasbinformasi
sampelnya.
b. Pengujian hipotesis tentang proporsi
Pengujian hipotesis tentang proporsi adalah pengujian hipotesis
mengenai proporsi populasi yang didasarkan atas infomasi (data)
sampelnya.
c. Pengujian hipotesis tentang varians
Pengujian hipotesis tentang varians adalah pengujian hipotesis
mengenai varians populasi yang didasarkan atas infomasi (data)
sampelnya.
2. Berdasarkan Jumlah Sampelnya
a. Pengujian hipotesis sampel besar, yaitu pengujian hipotesis yang
menggunakan sampel n > 30 (pengujian statistik menggunakan
kriteria uji distribusi Z)
b. Pengujian hipotesis sampel kecil, yaitu pengujian hipotesis yang
menggunakan sampel n ≤ 30 (pengujian statistik menggunakan
kriteria uji distribusi t)
3. Berdasarkan Jenis Distribusinya
a. Pengujian hipotesis dengan distribusi Z
Pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi Z sebagai uji
statistik.
Contoh :
 Uji hipotesis satu dan beda dua rata-rata sampel besar
 Uji hipotesis satu dan beda dua proporsi
5

b. Pengujian hipotesis dengan distribusi t


Pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi t sebagai uji
statistik.
Contoh :
 Uji hipotesis satu dan beda dua rata-rata sampel kecil
c. Pengujian hipotesis dengan distribusi X 2 (chi kuadrat)
Pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi X 2 (chi kuadrat)
sebagai uji statistik.
Contoh :
 Uji hipotesis beda tiga proporsi
 Uji hipotesis independensi
 Uji hipotesis kompatibilitas
d. Pengujian hipotesis dengan Distribusi F
Pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi F sebagai uji
statistik.
Contoh :
 Uji Hipotesis beda tiga rata-rata
 Uji Hipotesis kesamaan dua varians
4. Berdasarkan arah atau bentuk formulasinya
a. Pengujian hipotesis satu arah (one tail test)
One tailed atau 1-tailed diartikan sebagai pengujian satu arah. One
tailed digunakan untuk hipotesis yang sudah jelas arahnya positif
atau negatif. Contoh hipotesisnya : “Terdapat hubungan yang positif
antara variabel X dengan variabel Y”, maka penelitian ini
menggunakan one tailed.
b. Pengujian hipotesis dua arah (two tail test)
Two tailed atau 2-tailed diartikan sebagai pengujian dua arah. Two
tailed digunakan untuk hipotesis yang belum jelas arahnya (apakah
positif atau negatif). Contoh hipotesisnya : “Terdapat hubungan
antara variabel X dengan variabel Y”, maka penelitian ini
menggunakan two tailed, karena arah hipotesis belum diketahui.
6

Gambar 2.1 Arah Pengujian Hipotesis

II.6 Prosedur Pengujian Hipotesis


Prosedur pengujian hipotesis statistik adalah langkah-langkah yang di
pergunakan dalam menyelesaikan pengujian hipotesis tersebut. Berikut ini
langkah-langkah pengujian hipotesis statistik adalah sebagai berikut (Hasan,
2002):
1. Menentukan Formulasi Hipotesis
Formulasi atau perumusan hipotesis statistik dapat di bedakan atas dua
jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Hipotesis nol atau nihil (H 0 ) : Hipotesis nol adalah hipotesis yang
dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang akan di uji. Hipotesis nol
tidak memiliki perbedaan atau perbedaannya nol dengan hipotesis
sebenarnya.
b. Hipotesis alternatif atau tandingan (H 1 atau Ha ): Hipotesis alternatif
adalah hipotesis yang di rumuskan sebagai lawan atau tandingan
dari hipotesis nol.
Secara umum, formulasi hipotesis dapat di tuliskan :
 H0 : μ = μ0
7

H 1 : μ > μ0
 H0 : μ = μ0
H1 : μ < μ0
 H0 : μ = μ0
H 1 : μ ≠ μ0
Kriteria pengujian untuk formulasi diatas adalah (Haryanto, 2007):
a. Untuk H0 : μ = μ0 dan H1 : μ > μ0
 Terima H0 apabila Z0 ≤ Zα
 Tolak H0 apabila Z0 > Zα
b. Untuk H0 : μ = μ0 dan H1 : μ < μ0
 Terima H0 apabila Z0 ≥ -Zα
 Tolak H0 apabila Z0 < –Zα
c. Untuk H0 : μ = μ0 dan H1 : μ ≠ μ0

 Terima H0 apabila –Zα ≤ Z0 ≤ Zα


2 2

 Tolak H0 apabila Z0 > Zα atau bila Z0 < –Zα


2 2

2. Menentukan Taraf Nyata (α)


Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan
hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Semakin tinggi taraf
nyata yang di gunakan, semakin tinggi pula penolakan hipotesis nol atau
hipotesis yang di uji, padahal hipotesis nol benar. Besaran yang sering di
gunakan untuk menentukan taraf nyata dinyatakan dalam %, yaitu: 1%
(0,01), 5% (0,05), 10% (0,1), sehingga secara umum taraf nyata di
tuliskan sebagai α 0,01, α 0,05, α 0,1. Besarnya nilai α bergantung pada
keberanian pembuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya
kesalahan (yang menyebabkan resiko) yang akan di tolerir. Besarnya
kesalahan tersebut di sebut sebagai daerah kritis pengujian (critical
region of a test) atau daerah penolakan ( region of rejection).
3. Menentukan Kriteria Pengujian
Kriteria Pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima
atau menolak hipotesis nol (H0 ) dengan cara membandingkan nilai α
8

tabel distribusinya (nilai kritis) dengan nilai uji statistiknya, sesuai


dengan bentuk pengujiannya. Yang di maksud dengan bentuk pengujian
adalah sisi atau arah pengujian.

Gambar 2.2 Kriteria Pengujian Hipotesis


Adapun 3 ketentuan untuk menerima atau menolak H 0 yaitu sebagai
berikut:
a. Untuk pengujian satu sisi sebelah kanan
 Terima H0 apabila Z0 ≤ Zα
 Tolak H0 apabila Z0 > Zα
b. Untuk pengujian satu sisi sebelah kiri
 Terima H0 apabila Z0 ≥ -Zα
 Tolak H0 apabila Z0 < –Zα
c. Untuk pengujian dua sisi.

 Terima H0 apabila –Zα ≤ Z0 ≤ Zα


2 2

 Tolak H0 apabila Z0 > Zα atau bila Z0 < –Zα


2 2

Untuk sampel kecil (n < 30) dapat digunakan distribusi t, dimana


distribusi
Z diganti dengan t yang memiliki derajat bebas (n-1).
4. Menghitung nilai statistik uji
Nilai statistik uji adalah nilai yang diperoleh dari perhitungan data
sampel
yang disebut dengan Z hitung (Z0) atau t hitung ( t 0). Perhitungan ini
dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus statistik uji sebagai berikut:
a. Uji statistik distribusi Z
 Simpangan baku populasi (σ ) diketahui:
9

X - μ0 X - μ0
Z0 = =
σX σ ................................................................
√n
(2.1)
 Simpangan baku populasi (σ ) tidak diketahui:
X - μ0 X - μ0
Z0 = =
sX s ................................................................
√n
(2.2)
10

b. Uji statistik distribusi t


 Simpangan baku populasi (σ ) diketahui:
X - μ0 X - μ0
t0 = =
σX σ ................................................................
√n
(2.3)
 Simpangan baku populasi (σ ) tidak diketahui:
X - μ0 X - μ0
t0 = =
sX s ................................................................
√n
(2.4)
5. Kesimpulan
Kesimpulan dapat dibuat dengan menerima atau menolak hasil hipotesis,
yaitu dengan membuat pernyataan tolak H0 apabila hasil hitung statistik
uji lebih dari nilai tabel pada tingkat α tertentu.

Anda mungkin juga menyukai