Royhan Saydi - Fishee - Id Optimalisasi Permodalan
Royhan Saydi - Fishee - Id Optimalisasi Permodalan
Disusun Oleh :
Royhan Saydi 181510501045
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2021
ii
PENDAHULUAN
Menurut Hakim et al. (2020), Covid-19 adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh coronavirus. Corona Virus Diseases 2019 (Covid-19) menjadi
penyakit pandemi pada awal tahun 2020. Banyak negara yang terpapar virus ini,
termasuk Indonesia. Virus ini berasal dari Wuhan, China. Covid-19 mewabah ke
lebih dari 190 negara dan disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 atau SARS-CoV-2 (Susilo dkk., 2020).
Covid-19 tidak hanya menyerang sektor kesehatan, akan tetapi juga
menyerang sektor lainnya seperti kelautan dan perikanan. Indonesia merupakan
negara agraris sehingga laut menjadi potensi untuk meningkatkan perekonomian.
Sektor kelautan dan perikanan menjadi salah satu “nafas ekonomi” masyarakat
Indonesia akan tetapi sektor ini “terguncang” karena adanya Covid-19.
Menurut Sari dkk. (2020), menurunnya harga ikan merupakan dampak dari
Covid-19 di sektor perikanan. Nasib nelayan akibat Covid-19 “menjerit”. Harga
ikan laut anjlok dari 30-50 persen harga normal. Keaadan ini mengakibatkan
ekonomi nelayan menjadi “tidak karuan”. Hasil penelitian Wahidin et al. (2020)
menunjukkan bahwa dampak pandemi covid-19 pada sektor perikanan
memberikan dampak penurunan harga ikan mencapai 50%. Hal ini juga terjadi
pada nelayan di Desa Prenduan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.
1
dalam menghadapi kasus ini. PSBB dan locdown antar negara menyebabkan jalur
distribusi pemasok bahan pangan dan bahan baku menjadi terhambat (Aliviyanti
et al., 2021).
Beradasarkan permasalahan, penulis menarik analisis solusi yang dapat
diterapkan. FISHEE.ID merupakan model dan aplikasi untuk memudahkan
akses permodalam dan pemasaran ikan di Kabupaten Sumenep. Skema yang
digunakan adalah financial technology berbasis bagi hasil prinsip syariah dimana
harapannya menjadi wadah dalam mempertahankan dan meningkatkan jual beli
ikan di Kabupaten Sumenep, dengan pengembangannya dapat diterapkan pada
daerah lainnya. Hal ini akan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan
tujuan ke-8 pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi target 8.2 dan tujuan ke-
10 mengurangi ketimpangan target 10.1
2
Gambar 3. Dermaga Aeng Panas di Desa Prenduan
(dokumentasi penulis)
Cara yang dapat dilakukan dalam memperpendek rantai pasok ini, penulis
merumuskan sebuah gagasan terkait model dan pemantaafan teknologi digital
untuk mencipatakan akses pemasaran dan permodalan yang cepat, efektif, dan
efisien yaitu Fishee.id. Fishee.id merupakan inovasi financial technology
platform berbasis syariah yang memudahkan dalam akses permodalan dan
pemasaran komoditas perikanan di Pulau Madura khususnya untuk nelayan di
Desa Prenduan, Sumenep. Pemanfaatan platform digital baik website maupun
aplikasi sebagai platform yang dijumpai oleh banyak orang terlebih dengan
peningkatan pengguna smartphone dan internet di Indonesia pada masa pandemi.
Menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pada
kuartal II/2020 jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa
atau 73,7% dari total penduduk (APJII, 2020). Hal ini menjadi peluang dalam
pengembangan gagasan kepada masyarakat untuk diterapkan guna meminimalkan
rantai pasok. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki
potensi peluang yang besar dalam pelaku pembangunan (Elian dkk., 2014).
Fishee.id memberikan daya akses layanan yang lebih luas pada pasar ikan
yang akan menguatkan daya tawar nelayan untuk mengembangkan potensi
pendapatan bagi nelayan di Desa Prenduan dan Kabupaten Sumenep sehingga
dapat membantu nelayan terkait permasalahan permodalan dan rantai pasok di
masa pandemi. Platform dan model ini akan menjadi program investasi dan
pemasaran digital untuk perikanan berbasis syariah. Pemasaran online ini juga
akan menghubungkan dalam penanaman modal antara nelayan dan lembaga
perbankan syariah/investor.
3
Gambar 2. Desain tampilan awal Fishee.id
(desain penulis)
Banyak lembaga permodalan yang memiliki skim kredit ditawarkan
kepada nelayan seperti skim kredit. Skim kredit adalah salah satu jenis
pembiayaan dari bank kepada UMKM. Faktanya, skim kredit hanya dapat diakses
oleh kelompok masyarakat tertentu sedangkan nelayan kecil masih kesulitan
dalam mengaksesnya (Aziz dan Wicaksono, 2016). Program dan aplikasi Fishee
sendiri dapat membantu meningkatkan financial inclution kepada nelayan di
Pulau Madura khususnya di Desa Prenduan Kabupaten Sumenep. Inklusi
keuangan merupakan gerakan global dalam akses layanan keuangan bagi orang
miskin (Santoso dan Meera, 2017).
4
a) Jangka waktu pengelolaan modal
b) Pembagian keuntungan antara investor dengan nelayan
c) Hak dan kewajiban kedua belah pihak
Terdapat prediksi yang dianalisis yaitu apabila mengalami kerugian, maka
kerugian tersebut ditanggung oleh investor (rabbul mal). Hal ini dikarenakan
investor merupakan pemikul tanggung jawab serta tidak menuntut apapun dari
nelayan (mudharib). Tanggungjawab kerugian tidak dibebankan kepada nelayan
karena nelayan menderita terkait hal tersebut dan tidak mendapatkan apapun dari
usaha yang dilakukan (Chaudry, 2012).
Terdapat 4 syarat dalam mitra (kontrak) antara investor dan nelayan dalam
skema Fishee.id, yaitu :
a) Modal berbentuk tunai bukan hutang;
b) Antara modal dan keuntungan harus jelas;
c) Pembagian harus jelas yaitu setengah, seperempat, dan sepertiga; serta
d) Pelaksanaan bersifat mutlak, tidak boleh ada batasan seperti tempat, waktu
dan barang.
Mekanisme yang dijalankan antara nelayan dan konsumen berlandaskan
pada akad jual beli yang dibuat yaitu berdasarkan ijab (pernyataan) dan qobul
(penerimaan). Terdapat 5 syarat dalam jual beli dalam islam yaitu a) beragama
islam; b) berakal; c) kehendak sendiri; c) baligh; dan tidak mubazir (Shobirin,
2015). Jual beli dilakukan secara tunai dan pembayaran menyusul yang dapat
disesuaikan dengan kesepakatan. Harga ditentukan oleh kedua belah pihak.
Berikut merupakan mekanisme yang dijalankan oleh Fishee.id:
INVESTOR 5 NELAYAN
2
3
1 FISHEE.ID
5
4 3
KONSUMEN
5
Pada gambar 4 menggambarkan terkait dengan pola mekanisme dalam
platform Fishee.id. Terdapat 5 hal yang perlu diperhatikan. Berikut merupakan
penjelasan terkait hal tersebut :
(1) Investor menyediakan dana
(2) Dana diterima dan dikelola oleh nelayan untuk menghasilkan produk
perikanan
(3) Produk perikanan dipasarkan ke konsumen
(4) Pendapatan yang didapatkan dari hasil penjualan
(5) Pembagian keuntungan kepada nelayan dan investor sesuai dengan akad yang
telah disepakati
6
Menurut Novitarani (2018), crowdfinding juga disebut dengan pendanaan
demokratis karena konsep yang ditawarkan adalah mengumpulkan dana dalam
skala kecil akan tetapi dari jumlah masyarakat yang besar sehingga dana yang
didapatkan signifikan. Dana yang terkumpul selanjutnya diolah oleh nelayan
untuk menghasilkan produk-produk perikanan. Produk perikanan selanjutnya
dapat dipasarkan dalam fitur Fishee.id atau bisa dipasarkan secara langsung.
Jumlah seluruh pendapatan dari hasil penjualan kemudian dihitung untuk
mendapatkan keuntungan bersihnya yang dibagi hasil dengan cara mengeluarkan
modal yang digunakan sebelumnya untuk produksi selanjutnya. Keuntungan
berupa laba bersih akan dibagi hasil dengan investor sesuai dengan akad yang
telah disepakati bersama.
Mekanisme berkelanjutan gagasan terdapat 4 yaitu mentoring, kontroling,
mentoring dan evaluasi. Mentoring (pendampingan) gagasan kepada nelayan dari
tahap awal. Kontroling berjalannya kegiatan program. Monitoring (pemantauan)
program dari awal sampai akhir. Evaluasi dilaksanakan setelah program selesai
untuk meminimalkan kendala kedepannya.
7
DAFTAR PUSTAKA