1/ Maret 2021
ISSN 2528-052X ; eISSN 2621-7252
ABSTRAK,
Pandemi Covid-19 yang melanda global sejak akhir 2019, dan Indonesia pada 2 Maret 2020, telah menyebabkan dampak
negatif terhadap perekonomian secara global. Pandemi ini membawa risiko yang sangat buruk bagi perekonomian dunia
termasuk Indonesia khususnya pada bidang perikanan. Pada sektor perikanan dampak pandemi Covid-19 antara lain harga ikan
menurun, distribusi ikan hasil tangkapan terhambat, perubahan frekuensi kegiatan penangkapan dan pengurangan jumlah anak
buah kapal. Maka, strategi adaptasi nelayan dalam menghadapi situasi pandemi menjadi penting agar pihak terkait seperti
pelabuhan, pemerintah, maupun pihak lainnya mampu melakukan kebijakan yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis pola adaptasi yang dlakukan oleh nelayan dalam menghadapi pandem covid-19. Metode yang digunakan adalah
studi kasus terhadap adaptasi masyarakat nelayan di sekitar PPN Karangantu selama pandemi Covid-19. Data diperoleh
melalui kegiatan wawancara langsung, kepada nelayan pemilik kapal kemudian di analisis menggunakan metode deskriptif
kualtatif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa strategiadaptasi yang dilakukan oleh masyarakat nelayan dalam
beberapa bentuk, antara lain seperti: diversifikasi, intensifikasi, pemanfaatan jaringan sosial, mobilisasi anggota keluarga dan
perubahan daerah penangkapan ikan.
hasiltangkapan juga dipengaruhi oleh kebijakan dengan kasus pandemi Covid-19 yang saat ini terjadi
pemerintah yaitu penerapan physical or social dan berdampak terhadap aktivitas perikanan.
distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar Tindakan adaptasi dibagi menjadi menjadi
(PSBB). Pemberlakuan PSBB terutama di DKI Jakarta empat jenis tindakan ((Mulyadi, 2005 dalam Satria,
melalui Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.2 Tahun 2015) antara lain (1) Diversifikasi; (2) Intensifikasi;
2020 mengenai Penanggulangan Corona Virus (3) Pemanfaatan jaringan sosial (Kusnadi, 2007); (4)
Disease 2019 dimana dinyatakan bahwa terdapat Mobilisasi anggota keluarga (Kusnadi, 2007); (5)
pembatasan terhadap aktivitas masyarakat mulai 10- Perubahan Daerah Penangkapan Ikan. Data diperoleh
25 April 2020. Hal ini berdampak terhadap melalui wawancara, langsung kepada nelayan pemilik
terhambatnya distribusi ikan hasil tangkapan dari kapal dan pengamatan langsung di lapangan.
pelabuhan perikanan di luar Jakarta. Gumilang et al. Penentuan responden menggunakan metode
(2017) menyatakan bahwa PPS Nizam Zachman purposive sampling dengan responden adalah nelayan
menjadi tujuan utama penjualan ikan hasil tangkapan skala kecil. Jumlah responden berjumlah 30 orang
di sebagian besar pelabuhan perikanan di bagian utara yang berfishing base di PPN Karangantu. Data yang
Pulau Jawa, salah satunya PPN Karangantu. Sebagai diperoleh kemudian di analisis menggunakan metode
pelabuhan perikanan Tipe-B dengan produksi ± deskriptif kualitatif.
10.000 juta ton per tahun dan sebagian besar (>50%)
ikan hasil tangkapan didistribusikan ke PPS Nizam HASIL DAN PEMBAHASAN
Zachman, maka pemberlakuan PSBB ini sangat
berdampak terhadap nelayan di PPN Karangantu. Adaptasi merupakan cara makhluk hidup
Hamzah & Nurdin (2021) menyatakan bahwa, mengatasi tekanan terhadap perubahan lingkungan
setidaknya terdapat 4 dampak terhadap nelayan di yang relatif kurang menguntungkan. Adaptasi juga
PPN Karangantu, antara lain: dapat dikatakan sebagai tingkah laku dari seseorang
atau kelompok masyarakat jika merujuk pada strategi
1. Harga jual ikan hasil tangkapan rendah;
bertahan hidup (Mulyadi, 2005 dalam Satria, 2015).
2. Distribusi ikan hasil tangkapan terhambat;
Adaptasi dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
3. Perubahan frekuensi operasi penangkapan ikan;
antara lain (1) Diversifikasi yaitu dengan melakukan
4. Pengurangan jumlah anak buah kapal.
perluasan alternatif mata pencaharian yang dilakukan
Kondisi ini membuat nelayan mengalami baik dalam sektor perikanan,maupun sektor non
kesulitan untuk mencari pembeli hasil tangkapan perikanan; (2) Intensifikasi dengan melakukan
mereka. Jikapun ada yang membeli, harga yang investasi pada teknologi penangkapan ikan untuk
ditawarkan pasti akan sangat murah, sehingga modal meningkatkan hasil tangkapan; (3) Pemanfaatan
untuk mereka melaut akan berkurang bahkan merugi jaringan sosial (Kusnadi, 2007) dengan membentuk
(Bennett et al., 2020). Selain itu, biaya operasional ikatan atau suatu bentuk hubungan khusus yang
seperti harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga masih ditujukan untukpemenuhan kebutuhan nelayan dalam
langka di beberapa daerah dan juga cukup mahal penangkapan ikan; (4) Mobilisasi anggota keluarga
(KNTI, 2020). Hal ini menyulitkan nelayan untuk (Kusnadi, 2007); dengan mengikut sertakan istri dan
melakukan operasi penangkapan ikan. Selain itu, anak daam mencari nafkah atau dengan menggadaikan
mereka membutuhkan biaya untuk hidup seperti atau menjual barang-barang berharga; (5) Perubahan
membeli kebutuhan pangan yang pada saat ini Daerah Penangkapan Ikan. Nelayan di PPN
harganya melambung tinggi di beberapa lokasi. Hal Karangantu selama pandemi Covid-19 dalam
ini, menyebabkan nelayan dituntut untuk mampu melakukan adaptasi adalah berupa mobilisasi (41%)
bertahan dan tetap beraktivitas, sehingga nelayan akan memanfaatkan jaringan sosial (38%), diversifikasi
mencoba beradaptasi terhadap keadaan pandemi (14%) kemudian tindakan intensifikasi (7%). Nelayan
Covid-19 yang tidak diketahui berakhirnya. Hamzah di PPN Karangantu, selama masa Pandemi Covid-19
& Nurdin (2021) mengungkapkan bahwa dampak tidak merubah daerah penangkapan secara drastis.
Covid-19 lebih berpengaruh pada nelayan pemilik. Mereka mengakui bahwa daerah penangkapan ikan
Sehingga strategi adaptasi nelayan dalam menghadapi selama pandemi tidak jauh berbeda dibandingkan
situasi pandemi menjadi penting agar pihak terkait dengan sebelum pandemi, seperti yang ditunjukkan
seperti pelabuhan, pemerintah, maupun pihak lainnya pada Gambar 1.
mampu melakukan kebijakan yang tepat. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis pola adaptasi yang Jaringan sosial
Mobilisasi
dilakukan oleh nelayan dalam menghadapi pandemi 41%
38%
Covid-19.
METODE
26
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 6 No. 1/ Maret 2021
ISSN 2528-052X ; eISSN 2621-7252
Strategi Adaptasi Diversifikasi tangkapan yang didaratkan tidak terjual atau terjual
Strategi adaptasi diversifikasi merupakan salah dengan harga yang relatif rendah yang berdampak
satu usaha yang dilakukan nelayan dalam menghadapi pada penurunan pendapatan, dan akhirnya kekurangan
permasalahan melaut dengan bekerja atau bermata modal melaut, hingga akhirnya kesulitan untuk
pencaharian lebih dari satu (Wahyono, 2001). Hasil melakukan aktivitas penangkapan. Beberapa nelayan
penelitian menunjukkan, nelayan juragan memiliki harus mencari alternatif sumber pendanaan dari orang
kecenderungan yang rendah (14%) untuk melakukan lain agar mampu kembali melakukan penangkapan
diversifikasi sebagai salah satu bentuk strategi ikan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup.
adaptasi. Hal ini terjadi dikarena status mereka
sebagai juragan kapal membuat pendapatan nelayan Strategi Adaptasi Intensifikasi
juragan relatif tinggi. Sehingga saat terjadi pandemi Strategi adaptasi intensifikasi adalah upaya
Covid-19 yang menyebabkan sulitnya menjual ikan yang dilakukan oleh nelayan dalam menghadapi
hasil tangkapan, menjadi tidak terlalu memiliki permasalahan yang menghambat terhadap aktivitas
dampak siginifikan terhadap aktivitas penangkapan penangkapan seperti perubahan iklim atau pandemi
ikan. Untuk juragan kapal yang memiliki ukuran kapal Covid-19 seperti saat ini. Adaptasi nelayan dengan
yang relatif besar (>20 GT) dan jumlah kapal yang intensifikasi adalah dengan menggunakan alat
relatif banyak (>3 unit kapal) membuat mereka tangkapan lebih dari satu saat melakukan kegiatan
memiliki tabungan atau simpanan yang mereka penangkapan ikan, sebagai upaya meningkatkan hasil
dapatkan dari hasil penjualan tangkapan ikan tangkapan. Strategi adaptasi dengan cara intensifikasi
sebelumnya, dan dapat mereka gunakan guna yang dilakukan oleh nelayan juragan di PPN
menunjang keperluan sehari-hari saat terjadi pandemi Karangantu meliputi penambahan alat bantu dalam
Covid-19. Sehingga mereka tidak melakukan strategi melakukan operasi penangkapan ikan seperti
adaptasi diversifikasi melalui penambahan mata penggunaan GPS untuk mencari lokasi keberadaan
pencarian. Nelayan pemilik yang melakukan ikan, dan sonar untuk menemukan gerombolan ikan di
diversifikasi (14%) adalah dengan melakukan bawah laut serta penambahan jaring, memperkecil
perkerjaan yang tidak terlalu berat, seperti ikut mata jaring dan menambah mata pancing. Besarnya
memasarkan dan mengolah ikan hasil tangkapan yang persentase intensifikasi yang dilakukan oleh nelayan
tidak terjual untuk menjadi ikan asin. Jenis juragan di PPN Karangantu disajikan pada Gambar 3.
diversifikasi pekerjaan yang dilakukan oleh nelayan
juragan adalah dengan menjual ikan hasil Menggunakan GPS
Menambah 12%
tangkapannya di pasar tradisional (30%). Pada saat
Jaring
tidak melakukan kegiatan operasi penangkapan, 35%
nelayan juragan menjadi tukang ojeg (7%) dan Sonar
menjadi buruh bangunan (25%), serta mayoritas 12%
nelayan juragan adalah membantu nelayan lain untuk
memperbaiki kapal (38%). Grafik persentase dari jenis
diversivikasi pekerjaan nelayan ditunjukkan pada Menambah
Gambar 2. Mata
Memperkecil Pancing
Mata Jaring 23%
Jualan Ikan di 18%
Memperbaiki Pasar
Kapal 30% Gambar 3. Persentase tindakan nelayan yang
38% melakukan adaptasi intensifikasi
diharapkan, beberapa nelayan menyatakan bahwa ikan Strategi Adaptasi Pemanfaatan Hubungan Sosial
hasil tangkapan yang didapat tidak signifikan. Patron-klien merupakan salah satu ciri
hubungan sosial masyarakat nelayan. Patron-klien
Strategi Adaptasi Mobilisasi berkembang dalam bentuk pinjaman uang atau modal
Strategi adaptasi mobilisasi merupakan salah dan sejenisnya, pinjaman ini bersifat mengikat melalui
satu cara beradaptasi dalam menghadapi pandemi pola bagi hasil pendapatan dari penjualan ikan hasil
Covid-19 yaitu dengan melibatkan anggota keluarga tangkapan dengan pemilik modal (Lubis et al., 2012).
seperti istri dan anak untuk ikut serta mencari nafkah. Di beberapa tempat, patron-klien ini dikenal dengan
Nelayan dengan kepemilikan kapal yang banyak dan nama sistem juragan, langgan atau tengkulak. Ikatan
relatif besar, berdasarkan hasil penelitian patron-klien terjadi selain karena kegiatan
menunjukkan tidak melakukan melibatkan anggota penangkapan ikan yang penuh resiko dan
keluarga seperti istri dan anak. Artinya mereka tidak ketidakpastian, juga dikarena nelayan tidak memiliki
melakukan strategi adaptasi mobilisasi. Anggota akses ke lembaga keuangan formal seperti bank.
keluarga yang bekerja, tidak ada kaitannya dengan Hingga saat ini, belum ada lembaga formal
kondisi pandemi Covid-19 yang memaksa anak atau yang mampu menjamin kepentingan sosial ekonomi
istri melakukan pekerjaan untuk menambah sumber nelayan. Keberadaan koperasi mina (koperasi khusus
pendapatan keluarga. Anak juragan nelayan yang nelayan) hingga sekarangbelum mampu menjawab
bekerja lebih disebabkan karena memang telah cukup kebutuhan nelayan. Ketiadaan lembaga formal
umur dan untuk kebutuhan sendiri. tersebut, membuat nelayanmemanfaatkan hubungan
Nelayan dengan kepemilikan kapal yang kecil kekerabatan antar masyarakat ketika terjadi kesulitan
dan hanya dioperasikan sendiri, melakukan strategi ekonomi (Crane et al., 2011).
adaptasi dengan melakukan mobilisasi anggota Legg (1987) dalam Satria (2015)
keluarga untuk membantu nelayan juragan mencari mengungkapkan bahwa tata hubungan patron-klien
nafkah. Kegiatan mobilisasi melibatkan istri dan umumnya berkaitan dengan:
anaknya. Istri nelayan membantu suaminya mendapat
1. Hubungan di antara pelaku yang menguasai
tambahan penghasilan dengan cara menjadi
sumberdaya tidak sama,
penjualikan hasil tangkapan dan atau mengolahnya
2. Hubungan khusus yang merupakan hubungan
menjadi ikan asin. Anggota keluarga lainnya seperti
pribadi dan mengandung keakraban, dan
anak dari nelayan bekerja dengan cara membantu
3. Hubungan yang didasarkan atas asa saling
dalam memperbaiki perahu atau jaring yang telah
menguntungkan,
rusak. Helmi & Satria (2012) menyatakan bahwa
Berbeda dengan Legg (1987),
Salah satu bentuk strategi adaptasi yang dilakukan
Koentjaraningrat (1990) melihat pola patron-klien
oleh nelayan untuk mengatasi kesulitan ekonomi
dalam kerangka jaringan sosial dimana pola hubungan
seperti dalammasa pandemi adalah mendorong istri
yang terjadi berdasarkan pada principle of reciprocity
mereka untuk ikut mencari nafkah. Selanjutnya Helmi
atau asa timbal balik. Selain itu, hubungan patron-
& Satria (2012) menyatakan bahwa kontribusi
klien juga terbentuk atas dasar ketidaksamaan dan
ekonomi perempuan yang bekerja sangat signifikan
bersifat fleksibel (Scott, 1993), artinya ketika klien
bagi para nelayan. Istri nelayan yang ikut serta dalam
(nelayan) memiliki ikatan dengan patron
mencari nafkah merupakan pelaku aktif perubahan
(juragan/langgan/tengkulak) berupa pinjaman modal
sosial-ekonomi masyarakat nelayan (Upton &
melaut, maka proses pembayarannya disesuaaikan
Susilowati, 1992 dalam Kusnadi, 2007).
dengan kemampuan nelayan. Sehingga, pada
Untuk menambah kemampuan atau softskill
hubungan patron-klien akan muncul arus dari patron
istri nelayan di PPN Karangantu, pemerintah
ke klien dan sebaliknya. Arus dari patron ke klien
pemerintah Kota Serang, PPN Karangantu dan
mencakup (Scott, 1993):
Akademisi berkolaborasi mengadakan berbagai
pelatihan pengolahan ikan hasil tangkapan. Selain istri 1. Penghidupan subsistensi dasar, berupa
nelayan, anak nelayan juragan juga ikut serta dalam pemberian pekerja tetap, penyediaan saprodi,
menambah penghasilan keluarga. Sebagian anak laki- jasa pemasaran dan bantuan teknis,
laki yang ada di Karangantu ikut orangtuanya atau 2. Jaminan krisis subsistensi, berupa pinjaman yang
kerabat untuk menangkap ikan di tengah laut. Selain diberikana pada saat klien menghadapi kesulitan
itu,ada juga yang membantu membersihkan kapal ekonomi,
ketika kapal telah selesai menangkap ikan. Anak 3. Perlindungan terhadap klien baik dari ancaman
perempuan akan membantu pekerjaan yang ada di pribadi maupun ancaman umum, dan
rumah, seperti membantu ibunya melakukan 4. Memberikan jasa kolektif, berupa bantuan untuk
pengolahan ikan hasil tangkapan atau merapihkan mendukung sarana umum setempat.
jaring yang akan diperbaiki. Kegiatan-kegiatan yang
Keempat arus dari patron ke klien tersebut,
dilakukan oleh istri dan anak nelayan ini, merupakan
terjadi pada hubungan patron klien di nelayan PPN
salah satu bentuk strategi adaptasi yang harus
Karangantu. Maka, pola patron-klien ini merupakan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari ditengah ketidakpastian berakhirnya bentuk dari pemanfaatan hubungan sosial dalam
rangka strategi adaptasi nelayan dengan
pandemi Covid-19.
memanfaatkan kepercayaan dan hubungan timbal
28
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 6 No. 1/ Maret 2021
ISSN 2528-052X ; eISSN 2621-7252
balik yang bersifat personal (Alfiasari & Darmawan, 60 menit) lokasi fishing ground dengan fishing base,
2009). menyebabkan nelayan di PPN Karangantu tidak
Pernghidupan subsisten dasar yang dilakukan berpindah lokasi penangkapan selama pandemi
patron terhadap klien di PPN Karangantu yaitu berupa Covid-19. Nelayan di PPN Karangantu mengaku lebih
jasa pemasaran ikan hasil tangkapan. Sebenarnya mengenal perairan teluk banten dibandingkan dengan
bantuan pemasaran ini juga merupakan salah satu perairan lainnya seperti ke pulau seribu Jakarta, Selat
bentuk reciprocity antara patron dengan klien sebagai Sunda, atau ke Lampung, sehingga memudahkannya
akibat dari pinjaman modal, maka ikan hasil untuk melakukan penangkapan ikan.
tangkapan nelayan harus dijual dengan harga yang
ditetapkan oleh patron (Muninggar, 2010). Akan SIMPULAN
tetapi jasa pemasaran ikan hasil tangkapana dari hasil
patron-klien ini seperti pisau bermata dua. Pada satu Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan di
sisi bisa diibaratkan sebagai penolong karena patron atas maka simpulan yang diperoleh bahwa nelayan
dapat melakukan berbagai arus hubungan yang dirasa melakukan adaptasi selama kondisi pandemi Covid-
menguntungkan, meskipun sebenarnya menyebabkan 19 dalam beberapa pola, antara lain seperti:
nelayan terikat hutang tanpa tahu kapan bisa melunasi. 1. Diversifikasi yaitu dengan melakukan
Siklus negatif yang terjadi merupakan sisi lain dari perluasan alternatif mata pencaharian yang
pola hubungan patron-klien seperti yang gambarkan dilakukan baik dalam sektor perikanan maupun
pada Gambar 4 di bawah ini. sektor non perikanan. Nelayan yang terdampak
menjadi buruh untuk memperbaiki kapal,
menjual ikan di pasar, menjadi buruh bangunan
dan beberapa menjadi tukang ojeg.
2. Intensifikasi dengan melakukan investasi pada
teknologi penangkapan ikan untuk
meningkatkan hasil tangkapan, antara lain
melakukan pengecilan mata jaring,
penambahan mata pancing.
3. Pemanfaatan jaringan sosial dengan
membentuk ikatan atau suatu bentuk hubungan
khusus yang ditujukan untuk pemenuhan
kebutuhan nelayan dalam penangkapan ikan,
berupa terjalinnya ikatan patron-klien. Patron
membantu nelayan dalam hal pemodalan biaya
melaut dan kebutuhan sehari-hari.
4. Mobilisasi anggota keluarga dilakukan oleh
beberapa nelayan dengan mengikut sertakan
istri dan anak dalam mencari penghasilan. Istri
Gambar 4. Siklus negatif pola hubungan patron-klien membantu mencari nafkah dengan menjadi
(sumber: hasil penelitian) penjual ikan dan pengolah ikan menjadi ikan
asin,kerupuk, dan olahan lainnya. Sedangkan
Perubahan Daerah Penangkapan Ikan ananya, menjadi buruh perbaikan kapal dan
Selain bentuk adaptasi seperti yang telah ikut menjualikan hasil tangkapan.
diungkapkan, bentuk adaptasi lainnya adalah 5. Perubahan daerah penangkapan ikan relatif
perubahan daerah penangkapan. Ledee et al. (2012) tidak dilakukan oleh nelayan di PPN
mengungkapkan bahwa perubahan daerah Karangantu. Baik sebelum maupun selama
penangkapan ikan bisa menjadi indikasi bahwa telah pandemi, daerah penangkapan ikan tidak
terjadi penurunan pendapatan dalam kegiatannya. berubah yaitu di Teluk Banten.
Nelayan di PPN Karangantu mengalami penurunan
pendapatan hingga 50% selama pandemi Covid-19 DAFTAR PUSTAKA
terjadi, modal yang dimiliki oleh nelayan juga
akhirnya seadanya, membuat nelayan hanya mampu Alfiasari MD & Dharmawan AH. (2009). Modal
membeli perbekalan melaut seperti BBM, es, dan air Sosial dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga
sesuai dengan modal yang ada. Hal ini berdampak Miskin Di Kecamatan Tanah Sereal dan
pada jaraktempuh kapal penangkapan yang menjadi Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Jurnal
relatif lebih terbatas. Perubahan daerah penangkapan Sodality, 3, (1), 125-152.
dilakukan karena bahan bakar yang dibawa dalam Bennett NJ, Finkbeiner EM, Ban NC, Belhabib D,
jumlah terbatas, sehingga hanya bisa menjangkau Jupiter SD, Kittinger JN, Mangubhai S,
daerah penangkapan dengan lokasi tidak terlalu jauh Scholtens J, Gill D & Christie P. (2020). The
dari fishing base. Fishing ground nelayan yang COVID-19 Pandemic, Small-Scale Fisheries
berfishing base di PPN Karangantu adalah Teluk and Coastal Fishing Communities. Coastal
Banten. Relatif dekatnya (ditempuh dalam waktu 30- Management. 48, (4), 336-347.
29
Asep Hamzah: Strategi Adaptasi Nelayan Selama Pandemi Covid-19 Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu
Crane TA, Roncoli C & Hoogenboom G. (2011). Muninggar R. (2010). Ketergantungan Nelayan
Adaptation to Climate Change and Climate Terhadap Tengkulak dan Sistem Bagi Hasil
Variability: The Importance Of Understanding yang Saling Menguntungkan. 2nd Edition New
Agriculture As Performance. Wageningen Paradigm in Marine Fisheries. Departemen
Journal of Life Science, 57, 179-185. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan: FPIK
Hamzah A & Nurdin HS. (2021). Dampak Pandemi IPB.
Covid-19 Terhadap Masyarakat Nelayan Zuraya N. (2020). Tiga Dampak Besar Pandemi Covid-
Sekitar PPN Karangantu. Jurnal Albacore. 4, 19 bagi Ekonomi RI. Internet. Diacu pada 4 Oktober
(1), 73-81. 2020 dari https://republika.co.id/ berita/qdgt5p383/
Helmi A & Arif S. (2012). Strategi Adaptasi Nelayan tiga-dampak- besar- pandemi-Covid-19- bagi-
Terhadap Perubahan Ekologis. Makara ekonomi-ri.
Journal. 16, (1), 68-78. Nasution DAD, Erlina & Iskandar M. (2020).
[KNTI]. Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia. Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap
(2020). Analisis Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal Benefitia.
Kehidupan Sosial-ekonomi Nelayan dan 5, (2), 212-224.
Pembudidaya. Internet. Diacu pada 8 Agustus Pakpahan AK. (2020). Covid-19 dan Implikasi
2020 dari https://knti.or.id/. Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Koentjaraningrat. (1990). Sejarah dan Teori Jurnal Ilmiah Hubungan
Antropologi II. Jakarta: UI Press. Internasional. Edisi Khusus, 2020.
Kusnadi (2007). Nelayan: Strategi Adaptasi dan Satria A. (2015). Pengantar Sosiologi Masyarakat
Jaringan Sosial. Bandung: HUP. Pesisir. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Ledee EJI, Sutton SG, Tobin RC & Freitas DM. Indonesia.
(2012). Responses and Adaptation Strategies Scott J. (1993). Social Networking Analysis. London:
Of Commercial and Charter Fishers to Zoning Sage Publication.
Changes in The Great Barrier Reeef Marine Setiati S & Azwar MK. (2020). COVID-19 and
Park. Journal of Marine Policy, 36, 226-234. Indonesia. Acta Med Indonesia. 52, (1), 84-89.
Lubis E, Pane AB, Muninggar R, & Hamzah A. Wahyono A & Masyuri I. (2001). Pemberdayaan
(2012). Besaran Kerugian Nelayan dalam Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: Media
Pemasaran Hasil Tangkapan: Kasus Pelabuhan Pressindo.
Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Maspari
Journal. 4, (2), 159-167.
30