Abstract
Dakwah is an activity calling the goodness and avoiding the badness. The
Islamic boarding school, as one of Dakwah institutions, generally uses
Dakwah technique by using rhetoric. As an alternative solution, nowadays
Keywords
Dakwah uses the poem formulation, called Qasidah Burdah. Burdah is beau-
tiful poem written by Imam Al Bushiri. The content of his poem contains
Qasidah,
many values. The opening of this poem contains the love expression to
alternative, Rasullullah and the advice for keeping Hawa Nafsu. Then, the closing of
Dakwah his poem contains the prayer.
Abstrak
Dakwah merupakan kegiatan menyeru untuk kebaikan, menjauhi kemung-
karan. Pesantren sebagai salah satu lembaga dakwah pada umumnya
menggunakan teknik dakwah dengan retorika. Sebagai solusi alternatif,
saat ini dakwah menggunakan formulasi dengan menggunakan syair, salah
satunya qasidah burdah. Burdah merupakan syair indah yang ditulis oleh
Imam Al-Bushiri. Isinya mengandung nilai-nilai yang beragam, mulai dari
pembukaan yang berisi tentang perwujudan rasa cinta kepada Rasullah,
nasihat untuk menjaga hawa nafsu, hingga penutup yang berisi doa.
yang ingin belajar agama kepadanya. Lambat ajaran ini memiliki dua model, yaitu: (a) Soro-
laun, karena banyaknya santri yang datang, gan, pengajaran kepada para santri yang telah
muncul inisiatif untuk mendirikan pondok atau mampu membaca al-Qur’an. Biasanya bersifat
asrama di sekitar rumah sang kyai. Awalnya, individual; (b) Bandongan, hampir sama dengan
seorang kyai tentu tidak merencanakan mem- sorogan, namun diikuti oleh 5 s.d 500 santri
bangun gedung-gedung asrama semacam itu, dengan mendengarkan seorang guru membaca,
kecuali bagaimana mengajarkan ilmu agama menerjemahkan dan mengulas kitab-kitab pe-
agar dapat dipahami dan diamalkan oleh para gangan berbahasa Arab. Kelompok kelas dalam
santri. Saat itu, sang kyai belum memberi bandongan biasanya disebut sebagai halaqoh
perhatian terhadap tempat tinggal para santri, (Dhofier, 1982: 28).
yang umumnya sempit dan sederhana. Mereka Seiring perkembangan zaman, setidaknya
menempati sebuah gedung atau rumah kecil terdapat 3 (tiga) tipologi pesantren yang ber-
yang mereka dirikan sendiri. Bertambah banyak tahan hingga, yaitu: (1) pesantren yang hanya
jumlah santri, bertambah pula tempat tinggal mengajarkan ilmu-ilmu keislaman, yang umum-
(gubug) yang didirikan. Dalam hal ini, sesung- nya disebut pesantren salafi. Adapun kurikulum
guhnya para santri itu juga mempopulerkan pesantren salaf hanya mempelajari kitab-kitab
keberadaan pondok pesantren yang dalam ba- klasik, meliputi tauhid , tafsir , hadis , fiqh ,
nyak informasi telah ada sejak zaman Walisongo tasawuf, bahasa Arab (nahwu, sharf, balaghah,
(Wahab, 2004: 153-154). tajwid) mantiq dan akhlaq. Umumnya keilmuan
Awalnya, pesantren adalah pusat penempaan Islam yang digali lebih bersifat pragmatis dan
nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Dalam sederhana (Mas’ud, S.M, Huda, & Kholiq, 2002:
perkembangannya, lembaga ini tidak hanya 88); (2) pesantren modern (khalaf), yaitu dengan
mengajarkan materi-materi keagamaan (regio- materi ajar yang memadukan pendidikan ilmu
nal-based curriculum), tetapi juga membuka formal dan ilmu agama Islam, di mana selain
wawasan para santri dengan kesadaran sosial belajar di pesantren, para santri juga belajar di
yang menyentuh persoalan masyarakat kekinian sekolah umum atau madrasah yang difasilitasi
(society-based curriculum). Dengan begitu, oleh Kementrian Agama misalnya; dan (3)
pesantren tidak bisa lagi dinilai sebagai lembaga Pesantren semi modern (pra- khalaf ) yang
keagamaan an sich, tetapi juga lembaga sosial mengajarkan materi agama seperti kitab kuning
yang hidup dan merespons carut marut persoalan dan sedikit materi bersifat formal.
masyarakat di sekitarnya (Mastuki & Ishom, 2. Nilai-nilai dalam Qasidah Burdah
2006: 1).
Qasidah Burdah merupakan cermin perja-
Sistem pengajaran individual yang dilakukan lanan sufistik Imam Bushiri.1 Nama aslinya
oleh kyai di langgar atau masjid dengan mem- adalah Abu ‘Abdillah Syaraf ad-Din Muhammad
bacakan beberapa baris Qur’an atau kitab-kitab bin Sa’id bin Hammad bin Muhsin bin ‘Abdillah
bahasa Arab dan menerjemahkannya ke dalam bin al-Shanhaj bin Mallal al-Bushiri (Adib, 2009:
bahasa Jawa adalah karakteristik khas pesantren
yang lain. Para santri di kemudian hari dituntut 1
Qasidah adalah syair Arab yang dinyanyikan dan
mampu untuk mengulangi dan menerjemahkan biasanya terdiri dari tujuh bait atau lebih. Bait-bait
makna kata per-kata sebagaimana yang di- burdah karya Imam al-Bushiri begitu representatif
ajarkan gurunya. Sistem semacam ini dilakukan untuk dikatagorikan sebagai qasidah. Selain karena
agar para santri dapat memahami penggunaan banyaknya jumlah bait, juga karena karya tersebut telah
memenuhi kaidah nahw, sharf dan balaghah (stilistika)
dan fungsi kaidah Bahasa Arab. Sistem peng-
(Khairi, 2008: 229).
11-12). Al-Bushiri dinisbahkan pada tempat Maulid Burdah juga disebut sebagai shala-
kelahirannya, Bushir. Ayah al-Bushiri berasal wat, karena ketika membacanya harus diiringi
dari Dallash, sehingga oleh as-Suyuti misalnya, dengan bacaan shalawat. Islam sendiri meng-
ia juga dipanggil dengan al-Dilasi (Brill’s, 1987: kategorisasi shalawat sebagai salah satu ibadah
804). Al-Bushiri adalah pengikut Syadziliyah, sunnah yang diutamakan. Sebagaimana terekam
sebagai salah aliran tarekat yang didirikan oleh pada QS. al-Ahzab: 56, Allah berjanji memberi
Syekh Abu Hasan as-Syadzili. Atas dasar kecin- pahala yang tinggi bagi orang-orang yang
taan pada Allah sekaligus perasaan cinta kasih melakukannya:
dan rindu kepada Rasul-Nya yang begitu besar, Sesungguhnya Allah dan malaikat-ma-
Imam Bushiri kemudian menuangkannya dalam laikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-
orang yang beriman, bershalawatlah untuk
Shalawat Burdah. Burdah sendiri merupakan Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
syair puji-pujian (mada’ih) yang diberi judul al- kepadanya.2
Kawakib al-Durriyah fi Madh Khayr al-Bariyyah
Bait-bait Shalawat Burdah terdiri dari sepu-
(Bintang Kemilau dalam Memuji Makhluk
luh tema pokok, yaitu: (a) 12 bait prolog yang
Terbaik), meskipun lebih populer dikenal dengan
mengilustrasikan rasa cinta kepada sang kekasih;
nama Qasidah al-Burdah . Dalam Burdah ,
(b) 16 bait peringatan akan bahaya menuruti
terdapat mutiara-mutiara pelajaran tentang si-
hawa nafsu; (c) 30 bait puji-pujian; (d) 13 bait
kap hormat kepada makhluk pilihan dan kekasih
kisah kelahiran; (e) 16 bait informasi tentang
Tuhan seluruh alam (Kabbani, 1998: 98).
mukjizat; (f) 17 bait pembicaraan tentang al-
Sebagaimana shalawat yang lain, Qasidah al- Quran; (g) 13 bait tentang isra’ mi’raj; (h) 12
Burdah adalah shalawat yang ditujukan kepada bait tentang jihad; dan (i) 12 atau 19 bait penutup
Rasullah. Shalawat sendiri dapat dijadikan dan permohonan ampun, yang diuraikan seba-
perantara (wasilah) mendekatkan diri kepada gaimana berikut:
Allah, selain dengan memperbanyak membaca
a. Kecintaan kepada Rasullah yang diurai
istighfar tentunya (Huda, 2008: 119). Burdah
pada bait 1-12. Berisi prolog yang dalam ilmu
juga memiliki dimensi mistik, karena oleh
kajian disebut syakwa al-gharam (ekperesi batin
sebagian umat Islam, Burdah sering dijadikan
sang penyair) (Adib, 2009: 33). Pada bagian ini,
sebagai wasilah untuk memperoleh syafa’at
seorang penyair mengungkapkan isi hatinya
serta rahmat dari Allah. Diceritakan bahwa
dengan bahasa kiasan dan perlambang (hiper-
sahabat al-Bushiri sendiri, as-Shahib Baha’ ad-
bolis). Pada awal bait ia menunjukkan rasa cinta-
Din ibn Ali Muhammad ibn Salim ibn Hana,
nya kepada Nabi saw, dengan kisah yang dimulai
seorang pejabat di Mesir waktu itu, bahkan
dengan nasib, yaitu ungkapan rasa pilu atas
meminta salinan Burdah al-Bushiri yang
dukacita yang dialami penyair dan orang yang
digunakan untuk mengobati kebutaan salah satu
dekat dengannya, yaitu tetangganya di Dzu
pegawai kerajaan yang bernama Sa’d ad-Din al-
Salam. Lazim bagi para penyair Arab klasik
Fariqi. Setelah salinan Burdah itu diusapkan
ketika mengawali karya syairnya yang selalu
pada matanya, syahdan kebutaan itu sembuh.
Sejak saat itu as-Shahib bersumpah untuk selalu 2
Jika dari Allah, shalawat berarti memberi rahmat,
berdiri, berwudlu, memakai jubah dan menge- jika dari Malaikat berarti memintakan ampunan, jika
nakan tutup kepala di saat membaca syair Bur- yang bershalawat adalah seorang mukmin, berarti
dah. Semua itu dilakukannya sebagai bentuk berdoa agar diberi rahmat. Dengan mengucapkan
Perkataan seperti Assalamu’alaika ayyuhan Nabi
penghormatan terhadap syair madah Nabi
artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai
tersebut (Adib, 2009: 81-82). Nabi.
merujuk pada tempat di mana ia memperoleh Bagian kedelapan berisi kisah perjuangan dan
kenangan mendalam dalam hidupnya, khususnya keperkasaan Nabi saw beserta para sahabat
tentang kampung halaman (Qadri, 2008: 9). dalam medan perang. Bagian kesembilan berisi
b. Nasihat akan hawa nafsu. Bagian kedua penyesalan dan permohonan ampun. Dalam bait-
dari syair Burdah berisi peringatan akan bahaya bait ini al-Bushiri menggambarkan penyesalan
hawa nafsu. Terkait dengan hawa nafsu ini, al- yang mendalam atas kebiasaannya membuat
Bushiri mengungkapkan watak dari nafsu. puisi dengan mengharapkan materi.
Dalam mengurai pengendalian hawa nafsu, al- e. Fragmen penutup dan do’a. Di dalam-
Bushiri menganjurkan agar kehendak hawa nafsu nya, terlihat bahwa al-Bushiri begitu piawai
dibuang jauh-jauh, jangan dimanja dan diper-
mengungkapkan matla’ dengan kalimat yang
tuankan, karena sifatnya yang sesat dan me-
begitu indah yang mengurai harapan al-Bushiri
nyesatkan. Keadaan lapar dan kenyang, kedua-
agar dosa-dosanya terampuni. (Qadri, 2008).
duanya dapat merusak, maka hendaknya agar
dijaga secara seimbang. Ajakan dan bujukan Bagi masyarakat Arab, karya ini memiliki
nafsu-setan hendaknya dilawan sekuat tenaga. berbagai fungsi, misalnya: (a) berkaitan dengan
aspek spiritual, Burdah digunakan untuk
c. Puji-pujian kepada Nabi saw yang
dimulai dari bait ke-29 hingga 58. Pujian al- menyembuhkan penyakit rohani, jasmani dan
Bushiri kepada Nabi tidak terbatas pada sifat penolak bala’; (b) terkait pendidikan, pembacaan
dan kualitas pribadi, tetapi mengungkapkan Burdah dapat diajarkan sebagai kegiatan ekstra
kelebihan Nabi yang paling utama, yaitu kulikuler yang bernilai akhlaq dan sejarah; serta
mukjizat berwujud eksistensi al-Qur’an. Al- (c) hiburan atau penyejuk hati, melalui irama,
Qur’an adalah kitab yang tidak mengandung pilihan kata dan keindahan bahasanya.
keraguan dan tidak lapuk oleh perubahan zaman. Sebagaimana masyarakat Arab, bagi kala-
Terlebih ketika ditafsirkan dan dipahami secara ngan pesantren: (1) Fungsi keagamaan Burdah
arif berbasis pengetahuan dan ma’rifat. Hikmah dapat diketahui melalui pengamalan kandu-
dan kandungan al-Qur’an selalu memiliki ngannya. Pengamalan itu didasar argumentasi
relevansi dengan peristiwa-peristiwa sejarah bahwa Burdah itu selaras dengan al-Qur’an dan
yang bersifat temporal. Kitab al-Qur ’an sunnah, berikut kecintaan kepada Nabi dan rasa
selamanya hidup dalam ingatan dan jiwa umat hormat kepada para ulama’. Mereka memandang
Islam. Bagian ini merupakan bagian inti Burdah,
al-Bushiri sebagai waliyullah yang layak diharap
yaitu tentang Nabi saw.
berkahnya; (2) Fungsi magis, seperti mengobati
d. Bait 59 hingga 71 berisi tentang Maulid penyakit jasmani dan rohani serta sebagai
Nabi saw. Bagian ini bercerita tentang kelahiran
penolak bala’. Dalam kaitan ini, Burdah juga
Nabi Muhammad saw, serta berbagai peritiwa
tampak ikut menghiasi upacara-upacara ke-
menakjubkan yang menandai kelahiran beliau.
agamaan, pertanian, perdagangan, amar ma’ruf
Bait 72 hingga 87 berisi tentang Mukjizat.
nahy mungkar; (3) Fungsi pendidikan Burdah
Bagian ini bercerita tentang mukjizat-mukjizat
bagi santri dan masyarakat adalah fungsinya
Nabi saw, yang bersifat lahiriah. Bagian se-
lanjutnya menuturkan berbagai keistimewaan sebagai salah satu sumber ajaran Islam terkait
mukjizat Nabi, melalui turunnya al-Qur’an dengan bagaimana mencintai, memuji dan
sebagai pedoman. Bagian ketujuh menuturkan meneladani Nabi saw; (4) Fungsi hiburan dan
peristiwa perjalanan suci Nabi saw, dari Masjidil penyejuk hati yang digunakan masyarakat
Haram hingga sidratul Muntaha (isra’ mi’raj). indonesia untuk memotivasi santri atau jama’ah.
ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS positif dalam batin seseorang akan berimplikasi
harus di pasang bersama-sama.3 pada perasaan yang nyaman pada jiwa seseorang.
Aplikasi dakwah menggunakan Qasidah Ekspresi perasaan positif itu diwujudkan dalam
Burdah sebagai substansi dakwah dan classical religiusitas dalam beragama.
condition sebagai teknik pengkodisian santri di Lantunan Qasidah Burdah mampu membuat
pesantren bisa dilakukan dengan tahap sebagai seorang menjadi terlena bahkan sangat me-
berikut: nikmatinya. Seorang yang menikmati lantunan
a. Proses dakwah di pesantren dengan Qasidah Burdah dan menghayati makna yang
Qasidah Burdah bisa dilaksanakan dengan terkandung di dalamnya terkadang sering me-
pembiasaan seminggu atau dua minggu sekali. rasakan adanya perasaan nyaman dalam jiwanya.
Pengkodisian ini juga ditandai dengan dawuh Oleh karena itu, santri yang sudah terkondisikan
kyai: jika santri tidak ikut melaksanakan ke- dengan lantunan Qasidah Burdah bisa merasa
giatan maka ia dapat dikenai sanksi atau nyaman dan tentram dengan perasaan cinta
hukuman. kepada Nabi saw. Lantunan Burdah yang di-
b. Setelah proses dakwah dilakukan secara lakukan santri dengan pengkodisian yang
berkala, santri yang sudah terbiasa dengan dilakukan, berangsur-angsur membuat santri
penjadwalan kegiatan Qasidah Burdah tersebut mengkondisikan diri untuk terus melantunkan
cenderung akan melakukan kegiatan tanpa ada
Qasidah Burdah pada waktu-waktu tertentu di
pesantren, kendatipun tanpa adanya hukuman
komando, karena telah ada kebiasaan setelah
adanya proses pembiasaan. atau sanksi yang dikenakan apabila tidak ikut
melaksanakan Qasidah Burdah.
c. Proses pembelajaran dengan Qasidah
Burdah dan pelantunannya bisa dengan me- Dalam pandangan komunikasi, suatu proses
nelisik nilai yang terkandung di dalamnya. dakwah dinilai efektif dengan lima tanda indi-
kator, yaitu: (1) melahirkan pengertian atau
Pelantunan Burdah yang berulang-berulang
pemahaman. Arti pokok pemahaman yang
dapat memunculkan semacam sugesti rasa cinta
(mahabbah) seorang santri kepada Nabi saw. cermat atas kandungan rangsangan seperti yang
dimaksudkan oleh komunikator. Dalam hal ini,
d. Santri yang terbiasa melantunkan
da’i dikatakan efektif bila mad’u memperolah
kalimat Burdah akan cenderung memiliki jiwa
pemahaman yang cermat atas pesan yang
yang positif.4 Qasidah Burdah yang berpengaruh
disampaikan; (2) menimbulkan kesenangan, di
mana orang yang menerima pesan atau mad’u
merasakan senang dengan seruan dakwah yang
yang tidak menimbulkan respon alamiah atau otomatis
pada organisme. Conditioned Response (CR) atau
disampaikan oleh da’i. Meskipun juga tidak
respon yang dikondisikan yang timbul akibat adanya berarti bahwa dakwah adalah pertunjukkan
campuran atau kombinasi antara stimulus yang tak hiburan; (3) mempengaruhi sikap mad’u, dalam
dikondisikan dengan stimulus yang dikondisikan. arti ajakan dan seruan da’i dapat mempengaruhi
4
Seperti yang dikatakan Zakiah Daradjat yaitu sikap mad’u dalam masalah-masalah tertentu.
hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya
Namun dalam berkomunikasi juga harus diingat
dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan
kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri bahwa memahami dan menyetujui adalah dua
seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. entitas yang sama sekali berbeda. Ketika komu-
Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi nikan (mad’u) memahami pesan komunikator
sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul
(da’i), bisa jadi mad’u tidak sepakat atau se-
perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa senang, puas,
sukses, merasa dicintai atau rasa aman. pendapat; (4) menimbulkan hubungan yang baik.
Maksudnya, semakin sering berkomunikasi shalawat burdah berisi sepuluh tema 1) rasa cinta
dengan mad’u, seperti melalui ceramah, kon- kepada nabi Muhammad, 2) menjaga hawa
sultasi dan bergaul bisa membuat hubungan di nafsu, 3) puji-pujian, 4) kisah kelahiran nabi
antara kedua belah pihak semakin dekat dan Muhammad, 5) mukjizat, 6) al-qur’an, 7) isra’
semakin akrab. Bermula dari sekadar pence- miraj, 8) jihad, 9) penutup dan 10) doa.
ramah yang diundang untuk berceramah, Jadi qasidah burdah berisi tentang ajaran-
berkembang menjadi guru, sahabat, tempat ajaran untuk manusia berperilaku baik. Jadi jika
mengadu, perunding, dan orang yang dihormati manusia bisa memahami dan mengamalkan
oleh masyarakat; dan (5) menimbulkan tindakan. ajaran dalam qasidah burdah hal tersebut
Dengan dakwah yang dilakukan secara terus merupakan salah satu bentuk dakwah.
menerus, mad’u terdorong bukan hanya untuk
merubah sikapnya, tetapi juga sanggup mela-
kukan apa yang dianjurkan oleh da’i. Misalnya DAFTAR PUST
DAFTAR AKA
PUSTAKA
seseorang yang awalnya tidak mengerjakan Adib, M. (2009). Burdah; Antara Kasidah, Mistis
shalat kemudian menjadi taat, awalnya berke- dan Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
lakuan kasar kemudian menjadi lemah lembut
Anonymous. (t.th.). Pesantren. Dikutip Juni 6,
dan yang awalnya pemalas kemudian menjadi
2015, dari Wikipedia: http://id.wikipedia.
rajin.
org/wiki/Pesantren.
Berdasarkan keberhasilan diatas, dakwah
yang dilakukan oleh seorang kyai melalui Dhofier, Z. (1982). Tradisi Pesantren; Studi
Qasidah Burdah cenderung berdampak positif tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta:
dan layak menjadi alternatif dakwah pesantren. LP3ES.
Majelis Shalawat Burdah dimaksudkan sebagai Fatah, R. A., Taufik, M. T., & Bisri, A. M. (2005).
majelis pendidikan tasawuf bagi jamaah. Makna Rekonstruksi Pesantren Masa Depan; Dari
tasawuf itu sendiri, menurut Abu Muhammad Tradisional, Modern hingga Post Modern.
al-Jariri adalah memasuki akhlaq Nabi saw serta Jakarta: Listafariska Putra.
keluar dari akhlaq yang buruk. Menurut Huda, S. (2008). Tasawuf Kultural. Yogyakarta:
Muhammad al-Kattani akhlaq tercermin dalam LKiS.
sifat orang-orang ahli tasawuf. Artinya, tasawuf
Kabbani, S. H. (1998). Energi Zikir dan Salawat.
adalah akhlaq yang menjadi bekal dalam
(terj. Z. Am) Jakarta: Serambi.
perjalanan kebersamaan dengan Allah (al-
Qusyairi, 2007: 352). Menurut Ahmad an-Nuri, Khairi. (2008). Islam dan Budaya Masyarakat.
tasawuf adalah akhlaq, orang bertambah baik Yogyakarta: Fajar Pustaka.
akhlaqnya, maka bertambah matang juga Mastuki, H., & Ishom, M. (2006). Intelek-
tasawufnya atau semakin bersih jiwanya. tualisme Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.
Mas’ud, A., S.M, I., Huda, N., & Kholiq, A.
C. SIMPULAN
(2002). Dinamika Pesantren dan Madrasah.
Qasidah burdah merupakan salah satu Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo
dakwah dengan menggunakan metode syair. & Pustaka Pelajar.
Syair dalam qasidah burdah berisi shalawat yang
Mulyati. (2005). Psikologi Belajar. Yogyakarta:
ditujukan kepada Rasulullah. Shalawat sendiri
Penerbit Andi.
dapat dijadikan perantara (wasilah) mende-
katkan diri kepada Allah. Sedangkan bait-bait Qadri, S. M. (2008). Qasidat al-Burdah; The