METAMORFOSA
METAMORFOSA
METAMORFOSA
HUJAIRIN
Learn, Unlearn and Relearn
10/20/2019
Daftar Isi
1
Anchor ................................................................................................................................ 47
Anchoring (Penjangkaran) ............................................................................................ 49
Latihan Submodalitas Motivasi .................................................................................... 50
Stacking Anchor ............................................................................................................. 51
Collapsing Anchor .......................................................................................................... 51
Circle of Excellence ........................................................................................................ 52
Merangkai Pembelajaran ................................................................................................. 54
Kiat sukses ...................................................................................................................... 55
Well-Formed Outcome .................................................................................................. 55
Bertindak dan Memelihara Momentum ..................................................................... 56
Mengasah Kepekaan Terhadap Progress dengan TOTE Model ............................... 58
Teknik-teknik Lain Yang Akan Membantu Anda ............................................................ 59
Modelling Menggunakan Deep Trance Identification ............................................... 59
Mengintegrasikan Dua Bagian Diri Yang Berlawanan dengan Visual Squash ....... 60
Future Pacing ................................................................................................................. 61
Mengakali Mekanisme Servo ....................................................................................... 61
Swish Pattern ................................................................................................................. 63
Melakukan Deep Sleep ................................................................................................. 65
Kongruensi Diri .................................................................................................................. 66
Tiga Elemen Komunikasi dan Hukum 7%-38%-55% .................................................. 66
Sikap dan Keselarasan .................................................................................................. 66
Pesan Terselubung ............................................................................................................ 68
Adanya Filter .................................................................................................................. 68
Pesan Terselubung ........................................................................................................ 69
Analogue Marking dan Interupsi Pola ......................................................................... 71
Presuposisi Yang Mendukung Pembelajaran ................................................................ 73
Profil Trainer................................................................................................................... 74
2
3
Manusia Makhluk Pembelajar
K
etika baru dilahirkan, sebagai seorang bayi, manusia nyaris tidak
memiliki kemampuan apapun, selain bereaksi secara naluriah dasar.
Perlahan-lahan manusia mulai belajar berbagai hal, bukan saja tentang
keterampilan, tentang pengetahuan, bahkan tentang sikap dan perilaku.
Pada dasarnya semua yang dimiliki oleh seseorang pada hari ini adalah
merupakan hasil pembelajaran selama bertahun-tahun, bahkan sebagian besar
berlangsung tanpa terlalu disadari prosesnya.
Lho, kenapa Phobia dikatakan sebagai ekselensi ? Ya, apapun yang sudah
berada di tingkatan mastership, entah itu hal baik atau hal buruk, menandakan
adanya suatu ekselensi, walaupun mungkin ekselensi ini tidak diinginkan.
Ketika seseorang cenderung untuk mudah mencari uang, maka dapat kita
katakan bahwa yang bersangkutan sudah berada di wilayah yang sangat kompeten
untuk “mencari uang”.
4
Ketika seorang cenderung untuk selalu mengalami kesialan atau musibah,
maka dapat juga kita katakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki kompetensi
untuk selalu mengundang “sial atau musibah”.
Secara sederhana kompetensi adalah sesuatu yang berasal dari hal yang
dilakukan berulang-ulang, secara terus menerus, sehingga akhirnya menjadi suatu
kemampuan atau kecenderungan yang ter-install di pikiran bawah sadar, dimana
cara kerja dari kompetensi inipun berlangsung tanpa disadari sepenuhnya oleh sang
pelaku, sehingga dinamakan sebagai “Unconscious Competence” atau komptensi di
tingkatan bawah sadar.
Pada dasarnya terdapat 4 tahap proses sampai dengan sesuatu hal benar-benar
berubah menjadi suatu kompetensi. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
5
tidak lagi memikirkan bagaimana ia dapat melakukan hal ini tetapi ia dapat
melakukannya dengan baik.
Sebelum kita memulai belajar, marilah baca tulisan di bawah ini sejenak.
Seorang anak kecil dibimbing oleh ayah atau saudaranya yang lebih tua
belajar mengendarai sepeda. Ia tertarik belajar bersepeda karena dilihatnya orang-
orang yang lebih tua darinya terlihat asyik mengendarai sepeda. Maka ia pun
menginginkannya. Ia tak pernah tahu seperti apa duduk di atas sadel sembari
mengayuh pedal dan mengendalikan stang kemudi. Ia bahkan tak pernah tahu
sebelumnya bahwa ia mengayuh sembari menjaga keseimbangan dirinya.
Kini anak kecil itu sudah mahir bersepeda, bahkan telah lupa sakitnya jatuh
bangun belajar bersepeda. Ia melakukannya dengan lancar sebagaimana “alah bisa
karena biasa”. Ia bersepeda tanpa harus berpikir, dan bahkan bisa sambil
bercengkerama dengan teman-teman sepermainannya sambil bersepeda bersama.
Tutup mata Anda dan bayangkan bahwa anak kecil yang belajar bersepeda
adalah Anda. Bagaimana Anda memulainya dulu hingga akhirnya terbiasa. Ya, anda
pun seorang pembelajar!
6
Experiental Learning; Lakukan Saja
A
da seorang antropolog yang sering bepergian mengunjungi daerah-
daerah asing nan terpencil. Ketika pertama kali memasuki sebuah
daerah yang asing, ia tentu akan kesulitan ketika harus menjalin
komunikasi dengan penduduk setempat.
Ia tahu jika ia mencoba mengartikan komunikasi itu kata per kata, maka waktu
yang tersedia untuk penelitian antropologinya akan habis hanya untuk belajar
komunikasi saja.
Tak lama setelah itu ia mulai memahami kata per kata. Seminggu kemudian ia
sudah fasih berbicara dengan bahasa mereka. Dalam waktu tiga bulan hambatan
komunikasi itu tidak ada lagi.
Saya akui bahwa ketika pertama kali belajar pasti mengalami bingung. Namun
kebingungan bukanlah masalah dan adalah hal yang wajar-wajar saja. Kebingungan
mengindikasikan bahwa otak kita belajar sesuatu yang baru. Jika tidak bingung maka
artinya tidak ada yang dipelajari.
Ketika baru masuk TK kita pun bingung dengan teman-teman baru kita yang
ajaib-ajaib. Bingung apa yang diintruksikan oleh guru kita. Lama-kelamaan kita
melampaui rasa bingung itu dan kita pun nyaman. Waktu pun berlalu, kita masuk
SD. Kita bingung dengan suasana berbeda. Jika awalnya kita bingung dengan bentuk
huruf dan angka dan kenapa mereka dinamakan sebagai A, B atau Z dan 1, 2 atau
9… di tingkat SD kita mulai bingung lagi karena kita harus menjumlahkan,
7
menambahkan dan mengalikannya. Tetapi semua itu kita lalui… bingung adalah hal
yang wajar di awal.
Ketika di bangku SMP kita mempelajari biologi dan bingung dengan penamaan
spesies dan genus dalam nomenklatur binomial, lambat laun kita terbiasa bahkan
banyak di antara kita yang dapat nilai bagus. Begitu juga ketika SMA kita belajar
akuntansi, kita awalnya bingung mana debet dan mana kredit. Belum lagi guru yang
menjelaskan secara kejar waktu sehingga boro-boro paham dengan artinya, kita
sudah harus bisa membedakan mana belanja barang mana belanja modal. Namun
semua itu kita lalui.
Keadaan bingung pun bisa kita lalui, dan perlahan kita menuju mastership.
Asalkan kita gunakan experiental learning atau shadow learning.
8
Benahi Saja Genteng Bocornya
K
arena NLP memandang manusia sebagai makhluk pembelajar, maka
NLP memandang bahwa semua perilaku manusia ekselen adanya dan
merupakan hasil pembelajaran. Demikian juga dengan kebiasaan,
belief – value, batasan diri dan sebagainya merupakan produk dari hasil belajar
manusia terhadap pengalaman hidupnya.
Pada manusia normal (tidak ada kendala pada keterbatasan fisik) NLP
sangatlah mudah dan memudahkan. Salah satu presuposisi NLP mengatakan “peta
bukanlah wilayah”. Sehingga yang kita lakukan hanyalah mengubah peta-nya
dengan mengedepankan prinsip accept dan utilize, ketimbang harus melakukan
analisa atau pun mengotak-atik masa lalu seseorang.
Ada analogi yang menarik dan mungkin sedikit kontroversial. Anggap ada
sebuah rumah yang atapnya bocor. Di musim penghujan air masuk ke dalam melalui
atap yang bocor dan menyebabkan suasana rumah menjadi lembab. Akibatnya, di
dalam rumah jamur tumbuh dimana-mana. Karpet, dinding, perabotan, meja kursi
dan lain-lain ditumbuhi jamur.
Kadang kita terlalu ribet menganalisa jamur yang tumbuh di karpet dan di
dinding serta di berbagai tempat lain di dalam rumah kita. Kita meneliti jenis jamur,
umurnya, luas penyebarannya dan sebagainya. Kita juga memeriksa dampak
penyebaran di perabotan dan mulai meneliti obat-obatan yang bisa mengenyahkan
jamur itu dari perabotan yang dihinggapinya. Sementara jamur sudah tumbuh kian
subur di vas, di lemari dan lain-lain. Kita pun mulai membuang bagian-bagian yang
jamuran itu. Salah satu sisi dinding rumah kena jamur juga dan mau tak mau harus
dicat ulang. Kita pun makin terpancing untuk menganalisa lagi jenis-jenis cat seperti
apa yang tahan terhadap jamur.
Padahal persoalan utamanya satu, benerin aja atap yang bocor itu
9
Learn, Unlearn dan Relearn
P
erilaku dan kebiasaan yang telah mendarah daging pada diri kita saat
ini adalah sebuah mastery (unconscious competence) terlepas dari
positif atau negatifnya. Tidak ada kata terlambat jika ingin melakukan
sebuah perubahan terhadap perilaku yang tidak lagi kita inginkan. Karena pada
prinsipnya, apapun yang telah kita pelajari (learn) dapat dibuang (unlearn) dari
kehidupan kita, dan kita pun dapat mempelajari perilaku lain yang lebih sesuai
dengan konteks / lebih memberdayakan (relearn).
Proses unlearn dan relearn bertujuan untuk mengubah arah kehidupan yang
mungkin selama ini telah berjalan auto-pilot namun menuju arah pada kualitas
kehidupan yang rendah di berbagai aspeknya. Mengubah adalah untuk
memperbaiki kualitas kehidupan menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Untuk
mengubah bisa jadi kita harus memperinci menjadi satuan-satuan kecil kompetensi
yang diperlukan (chunk down) dan terus bergerak serta berlatih agar perilaku yang
baru menjadi unconscious competence.
10
Rekaman Pembelajaran yang Menentukan Seseorang Berdaya
atau Terpuruk
M
ungkin Anda pernah sangat heran, mengapa ada orang yang
mengalami phobia yang sangat tidak masuk akal misal phobia anak
kucing. Orang yang phobia anak kucing bisa bereaksi absurd, misal
pucat pasi, badan panas dingin, gemetar dan sebagainya. Ada teman saya dulu yang
jika melihat seekor anak kucing di kakinya maka ia bisa memanjat dinding tembok
yang mulus saking paniknya. Sedangkan bagi orang lain yang menyukai kucing,
seekor anak kucing bisa memunculkan rasa kasih sayangnya.
Saya pun pernah tak habis pikir ketika menemukan suatu realita di masa
remaja dulu kenapa ada teman yang memiliki motivasi belajar luar biasa, namun
sebaliknya banyak yang biasa-biasa saja dan banyak pula yang tidak ada motivasi
sama sekali. Ketika menginjak kehidupan dewasa saya menemukan ada orang yang
sangat termotivasi mengejar karir, sedangkan ada yang biasa saja dan bahkan
banyak pula yang tidak termotivasi sama sekali.
Pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang sama yang pernah diajukan oleh
Richard Bandler ketika masih menjadi mahasiswa S.3 di University of Santa Cruz
California. Keingintahuannya ini mendorongnya untuk melakukan sebuah penelitian
panjang selama 20 tahun dengan sebuah pertanyaan penelitian sederhana “kenapa
ada orang-orang yang begitu luar biasa (ekselen) di bidangnya sedangkan yang lain
biasa-biasa saja?”. Ia memiliki sebuah hipotesa bahwa pasti ada sesuatu di dalam diri
seseorang yang luar biasa ini yang membedakannya dengan individu-individu lain.
Sesuatu itu mungkin berupa struktur ajaib yang menjadi perbedaan yang
membedakan antara orang-orang yang pencapaiannya luar biasa dengan yang
biasa-biasa saja. Bandler pun yakin bahwa jika struktur ajaib itu bisa dimodel dan di-
11
copy-kan ke orang lain sehingga orang lain yang memodelnya akan ikut menjadi luar
biasa, setidaknya pada aspek yang ia ingin perbaiki.
Penelitian panjang itu didampingi oleh Profesor John Grinder, seorang pakar
linguistik dan pernah mengabdi di Angkatan Darat Amerika (berpangkat terakhir
Kolonel). Hasil penelitian itulah yang melahirkan metodologi NLP yang kini telah
dikenal luas di seluruh dunia.
Duduk tegap sambil mengepalkan tangan dengan gagah. Buat sorot mata
Anda menyala penuh semangat. Pertahankan selama 20 hingga 30 detik.
Kemudian katakan dalam hati dengan nada memelas “aku capek… lesu,
badanku lemas… banyak persoalan yang harus dikerjakan, aku malas.. (dan
sebagainya)”. Rasakan perubahan apa yang Anda alami pada tubuh yang
dikondisikan semangat tadi?
(break)
12
menyayangiku dan aku sangat bersemangat”. Perhatikan perubahan apa yang
terjadi pada tubuh Anda?
Keadaan diri dapat berubah ketika kita mengubah kata-kata yang diucapkan ke
diri sendiri. Hal ini membuktikan bahwa tubuh, pikiran dan perasaan adalah satu
kesatuan sistem dan saling mempengaruhi satu sama lain (mind body and soul are
one united system and affect each others ). Kelak, dengan pondasi dasar inilah kita
akan melakukan pemrograman Neuro-Lingustic yang memberdayakan diri.
Ekternal events adalah segala peristiwa di luar diri kita berupa kejadian-kejadian
yang kita alami sehari-hari. Bahasa mudahnya adalah dunia luar.
13
5 senses atau panca indera, merupakan kanal masuk kejadian-kejadian yang kita
saksikan / alami menjadi rekaman ke dalam otak kta. Panca indera terdiri dari :
Selanjutnya rekaman itu akan masuk ke dalam otak sesuai dengan jenis indera
yang menjadi jalan masuknya, apakah visual, auditori dan sebagainya. Sebagai
contoh jika Anda melihat rendang dan mencicipnya, maka otak Anda akan
menyimpan rekaman visual dan gustatory terhadap rendang itu.
Sedangkan filter adalah bagian dari cara kerja pikiran untuk membuat
rekaman itu “cocok” buat Anda dengan cara :
Dari keempat hal itu maka berujung pada pemaknaan yaitu bagaimana Anda
menilai peristiwa sebagai peristiwa baik – buruk, positif atau negatif dan sebagainya.
Kemudian memori ini akan mempengaruhi keadaan diri dan fisiologis lalu kemudian
akhirnya menjelma menjadi perilaku dan kebiasaan.
NLP melakukan modifikasi perilaku mulai dari filter yang bermasalah dan
membenahinya (pada tulisan sebelum-sebelumnya saya istilahkan sebagai genteng
bocor). Dengan mengotak-atik filter maka akan mengubah struktur memori dan
pemaknaan.
14
Modalitas dan Submodalitas
Presuposisi : “peta bukanlah wilayah”
Modalitas
B
enarkah kita benar-benar memahami realita? Saya curigia kita bisa jadi
hanya memahami persepsi kita tentang realita. Ada adagium lain
mengatakan “manusia hidup dalam ilusi”. Ajaran spiritual banyak yang
mengajak manusia untuk membebaskan diri dari ilusi. Satu-satunya cara terbebas
dari ilusi adalah dengan melatih diri tidak menilai.
Kenapa disebut ilusi? Informasi yang masuk melalui panca indera tidak
langsung masuk ke otak (tidak apa adanya), melainkan disaring melalui filter dan
diberi penilaian/pemaknaan. Kemudian hasil saringan itu disajikan kembali ke otak
melalui sebuah sistem yang dinamakan sistem representasi. Sistem representasi ini
disebut sebagai modalitas. Secara lebih gampang, kita menyebut modalitas ini
sebagai persepsi internal atau “indera dalam”. Misal tadi Anda melihat segelas kopi
di luar ruangan. Kemudian ketika Anda masuk dan bertemu dengan teman yang ada
dalam ruangan, Anda menceritakan kembali tentang segelas kopi beraroma
memikat di meja depan. Saat Anda bercerita, kopi tadi ‘hadir’ di pikiran Anda. Namun
kopi yang ada di dalam pikiran Anda bukanlah kopi yang sesungguhnya yang ada di
meja tadi. Kopi yang ada di pikiran adalah ‘perwakilan’ (gambaran) dari kopi yang
sesungguhnya. Kualitas gambaran ini pun sangat tergantung dengan kualitas fisik
indera yang Anda miliki.
15
Secara unik, setiap orang memiliki persepsi internalnya masing-masing
terhadap dunia luar yang telah dialaminya. Melalui representasi internal itulah kita
gunakan sebagai dasar untuk mengotak-atik struktur pembelajaran yang tersimpan
di memori kita.
Simak dialog yang pernah saya lakukan di whatsapp group dengan seorang teman :
Kenapa disebut sebagai indera dalam? Sistem representasi ini meliputi semua indera
(VAKOG), yaitu :
Visual (penglihatan),
Auditori (pendengaran),
Kinestetik (perabaan, sentuhan, perasaan),
Olfaktori (penciuman), dan
Gustatori (pengecapan)
Meski ada 5 modalitas, namun dalam NLP ditekankan hanya tiga hal saja
sebagai modalitas utama, yaitu; visual, auditori dan kinestetik, karena ketiganya
16
sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebagai catatan pada
konteks-konteks memori tertentu dimana olfaktori dan gustatori terlibat,
menggunakan kelimanya bisa jadi lebih mengena sasaran. Misalnya karena peristiwa
yang dialami berkaitan dengan makanan, aroma tertentu atau bau badan seseorang.
Primary System
Tiap orang memiliki kecenderungan atau preferensi indera tertentu dalam
belajar. Demikian juga dalam menampilkan kembali memori ke pikirannya, akan
selalu ada Primary System atau secara lebih lengkap
disebut Primary Representational System. Ini adalah Sistem Representasi yang
paling cenderung digunakan oleh seseorang di alam pikirannya dalam menampilkan
pengalaman yang dialaminya. Primary system ini dapat berupa gambar, perasaan,
bunyi, self talk, rasa, aroma atau auditori tertentu. Contoh; ketika Anda baik sengaja
atau tanpa sengaja mengingat kembali sebuah pengalaman tertentu yang pernah
Anda alami, dengan cara apa memori tentang pengalaman tersebut dominan tersaji
di pikiran Anda? Apakah berupa gambar / film, suara/bunyi, self talk atau suatu rasa
tertentu?
Kopi dalam sebuah gelas dengan asap tipis yang melayang ke atas?
Suara sendok yang beradu dengan gelas ketika mengaduk kopi atau suara
mulut ketika menyeruput kopi?
Aroma kopi dan rasa hangat ketika kopi itu diteguk?
17
Submodalitas; Setiap Memori Memiliki Struktur
Masing-masing memori akan tersimpan di otak dengan struktur yang unik
disebut submodalitas. Secara sederhana submodalitas adalah kualitas rinci dari
modalitas. Jika modalitas menjelaskan adanya sistem representasi internal yang
bersifat visual, auditori dan kinestetik, maka submodalitas menjabarkannya dalam
rincian-rincian sebagai berikut :
1. Visual
a. Keterlibatan diri : asosiasi atau disosiasi
b. Gerakan : gambar diam atau bergerak
c. Ukuran gambar : kecil atau besar
d. Fokus : fokus atau tidak fokus
e. Pencahayaan : terang atau redup/gelap
f. Warna : hitam putih atau berwarna
g. Jarak : jauh atau dekat
h. Batasan gambar : berbingkai (ada batas) atau panorama
(tanpa batas)
i. Lokasi gambar
2. Auditori
a. Suara apa /siapa
b. Arah suara : kiri, kanan, depan atau belakang
c. Channel : mono atau stereo
d. Kelembutan : lembut atau keras
e. Nada : tinggi atau rendah
f. Tempo : lambat atau cepat
3. Kinestetik
a. Di bagian tubuh mana lokasi sensasi rasa tersebut?
b. Apa bentuknya?
c. Seberapa besar ukurannya?
d. Panas (hangat) atau dingin (sejuk)?
e. Diam atau bergerak?
f. Arah gerakan?
g. Ringan atau berat?
18
Struktur memori ini sangat dipengaruhi oleh pemaknaan diri terhadap
peristiwa tersebut. Selain itu juga sangat dipengaruhi oleh intensitas (besar kecil atau
kuat lemahnya) keterlibatan perasaan yang disematkan pada peristiwa itu. Untuk
membuktikannya coba ingat seseorang yang Anda benar-benar sayangi dan
seseorang yang Anda sangat tidak suka.
Untuk mengubah kesan terhadap memori ini maka yang diperlukan hanyalah
mengubah struktur memorinya (submodalitasnya). Dengan mengubah struktur
memori ini maka kesan emosi yang tersemat di dalamnya bisa berkurang bahkan
hilang. Jika Anda seorang coach atau terapis, cara ini sangat memudahkan Anda
dalam menangani klien. Anda tidak perlu mendebat pemaknaan, perasaan dan
belief klien terhadap peristiwa yang dialaminya. Ubah saja struktur memorinya
maka emosi yang tersemat pada memori itu akan pudar sendiri. Secara teknis sangat
banyak teknik-teknik yang dikembangkan di pengetahuan NLP melalui pondasi
pemahaman ini.
19
Penjelasan tentang submodalitas dapat juga dianalogikan seperti proses
pembuatan sebuah film. Di saat awal kamera hanya merekam gambar secara apa
adanya, selanjutnya film dilakukan editing, misalkan diberikan warna yang lebih
gelap, kemudian diberikan efek suara yang mungkin menghasilkan efek
menakutkan, dan akhirnya film tersebut menjadi sebuah film horor, dan jelas
berbeda dengan realitas asli di hadapan kamera yang merekam. Inilah salah satu
analogi untuk menjelaskan, bagaimana misalkan suatu peristiwa dapat
menghasilkan efek phobia yang dramatis. Jika Anda mendebat seorang penderita
phobia kucing bahwa kucing adalah makhluk yang lucu, imut dan menggemaskan,
secara sadar dan bawah sadar ia akan tetap menolak.
Anda bisa buktikan dengan cara melakukan editing pada gambaran orang
yang benar-benar tidak Anda sukai. Caranya sebagai berikut :
2. Auditori
i. Suara apa /siapa : ubah menjadi suara sosok lain yang
lucu
ii. Arah suara : kiri, kanan, depan atau belakang
iii. Channel : mono atau stereo
iv. Kelembutan : lembut atau keras
v. Nada : tinggi atau rendah
vi. Tempo : lambat atau cepat
21
5. Temukan suatu submodalitas yang mana jika Anda ubah satu
submodalitas tersebut ternyata sangat mempengaruhi yang lain secara
signifikan dan dapat dengan cepat mengubah perasaan Anda.
Submodalitas yang paling berpengaruh itu dalam NLP disebut sebagai
critical driver.
Jika pada latihan di atas Anda berhasil mengubah perasaan Anda terhadap
sosok seseorang yang tidak Anda sukai, maka Anda bisa bereksperimen mengubah
suatu pengalaman yang tidak menyenangkan menjadi netral kembali. Ingat-ingat
kembali pengalaman-pengalaman buruk yang pernah Anda alami dan atasilah
dengan cara ini.
Critical Driver
Ada salah satu submodalitas yang jika Anda mengubahnya akan otomatis
mengubah submodalitas lain dan langsung secara signifikan mengubah perasaan
Anda yang terkait dengan pengalaman tersebut. Critical driver pada masing-masing
orang bisa saja berbeda. Kebanyakan orang pada umumnya menemukan bahwa
mengubah submodalitas keterlibatan diri dari asosiasi menjadi disosiasi dapat
dengan cepat mengubah struktur memori itu secara keseluruhan, namun jangan
terlalu menjadi patokan. Karena setiap orang dan setiap pengalaman dapat saja
berbeda. Oleh karena itu bereksperimenlah pada setiap banyak pengalaman yang
Anda ingin ubah strukturnya. Temukan critical driver-dritical drivernya. Dengan cara
itu Anda akan menjadi mahir dalam melakukan editing submodalitas Anda.
Langkah-langkah :
22
1. Bayangkan duduk di bioskop, dengan layar putih di depan kita. Layar putih
masih dalam keadaan kosong.
2. Visualisasikan diri Anda seolah keluar dari tubuh dan berpindah tempat ke
ruangan proyektor (ruang penyorot film) yang letaknya di belakang penonton.
Dari posisi ini Anda yang memegang kendali terhadap film yang akan diputar.
Di posisi ini pula Anda bisa menyaksikan film dan melihat sosok tubuh Anda
yang duduk di bangku penonton.
3. Anda boleh memvisualisasikan ruangan itu sebagai ruangan yang sangat
aman dan bersuhu nyaman. Ada kaca tebal bening yang membatasi dan bisa
Anda sentuh.
4. Picu rasa aman dan nyaman, dengan cara mengakses pengalaman saat Anda
pernah merasa sangat percaya diri dan bersemangat. Lakukan anchor. Ini
akan sangat berguna untuk mencegah terjadinya abreaksi (luapan emosi
negatif; menangis atau histeris).
5. Sementara itu, buat diri Anda yang duduk di kursi penonton tadi melihat ada
diri Anda yang mengalami phobia / trauma di layar putih tadi.
6. Sebagai orang yang di ruangan proyektor, putarlah film di layar bioskop itu,
mulai dari peristiwa tepat dari keadaan sebelum phobia atau trauma itu
terjadi. Kemudian putar secara cepat sekedar untuk memahami alur ceritanya
saja dan hentikan film ke suatu titik dimana peristiwa itu telah selesai. Titik
peristiwa itu selesai adalah peristiwa dimana keadaan sudah aman. Kita
namankan saja titik ini sebagai finish.
7. Pertahankan film (buat diam) pada posisi finish itu. Lalu bayangkan diri Anda
seolah melayang keluar dari ruangan proyektor dan masuk kembali ke tubuh
Anda yang duduk di kursi penonton. Lalu bawalah diri Anda ke dalam film,
masuk ke adegan terakhir tadi.
8. Begitu masuk ke dalam gambar, sekarang ubah gambar film menjadi
berwarna dan secepat kilat diputar mundur (rewind while play) dan Anda
seolah mengalami kembali peristiwa itu dengan plot terbalik (alur mundur).
Tambahkan pula soundtrack yang lucu, misal lagu Unyil Kucing atau Ninja
Hatori. Jika tidak, rusak saja suaranya seperti kaset kusut. Lakukan dengan
kecepatan dua kali lebih cepat dari kecepatan normal.
9. Ulangi langkah ke delapan dengan kecepatan 10 kali lebih cepat.
23
10. Ulangi langkah ke delapan dengan kecepatan 100 kali lebih cepat, dan
seterusnya.
11. Kembali ke ruangan proyektor dan matikan filmnya. Hikmah apa yang bisa
Anda ambil? Sebut minimal 3 pelajaran.
12. Kembali ke kursi penonton lalu keluarlah dari terapi ini.
13. Selesai.
24
Belief System
S
eekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia
berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan
gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan
dia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun dia keheranan mengapa belalang
itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat
lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
******
25
adalah keyakinan dalam konteks mental dan cara pandang seseorang terhadap
realita.
Ada satu jenis keyakinan lain yang sifatnya tidak sekuat conviction dan belief,
yaitu opini. Opini adalah pendapat pribadi yang mana pribadi itu meyakininya
namun sifatnya sementara. Misal ketika ada pertandingan sepakbola antara
kesebelasan A dengan kesebelasan B, Anda yakin bahwa kesebelasan A yang
menang. Namun ternyata hasil akhir pertandingan itu kesebelasan B yang menang,
maka opini Anda runtuh seketika.
Belief tidak semudah itu runtuh dan jika diserang malah semakin
mempertahankan diri. Coba saja debat belief seseorang maka ia akan dengan sangat
gigih mempertahankannya meskipun nyata-nyata belief itu tidak memberdayakan
dirinya.
Belief memang tidak ada yang negatif atau positif, salah atau benar. Semua
belief benar adanya. Tetapi benar atau salah belief terdiri dari dua kategori saja;
memberdayakan orang yang meyakininya atau justru tidak memberdayakan orang
yang meyakininya.
Belief dalam perbincangan sehari-hari akan diutarakan dalam dua pola kalimat, yaitu
:
26
1. Pola kalimat kesetaraan kompleks (complex equivalent) atau menyandingkan
dua variabel yang sebenarnya tidak setara. Belief jenis ini merupakan
generalisir terhadap beberapa pengalaman sehingga menjadi suatu simpulan
yang subjektif.
Contoh :
2. Pola kalimat hubungan sebab akibat (causal effect). Adalah belief yang terlahir
dari proses melogikakan sesuatu yang ia dapat dari berbagai pengalaman
subjektif
Contoh :
- Cinta bisa membutakan akalmu
- Bersuamikan dia membuatku menderita
- Berbisnis menjauhkanmu dari agama
- Uang membuat orang tumpul nurani
- Hanya dia yang membuatku bahagia
- Cinta menyejukkan dunia
- Dan sebagainya
Apapun belief semua benar adanya, namun perlu dicermati adalah ketika kita
hendak meraih suatu tujuan apakah belief yang kita pegang berkenaan dengan
konteks tersebut, memberdayakan atau tidak memberdayakan. Belief yang
memberdayakan adalah belief yang mendukung pencapaian tujuan. Kalimatnya
tidak harus kalimat positif. Belief dalam kalimat negatif tetapi mendukung
pencapaian tujuan pun juga disebut belief yang mendukung. Misal Anda ingin
berdagang, dan Anda meyakini bahwa “berjualan tidaklah hina”, maka belief ini akan
mendukung motivasi Anda meraih tujuan. Sedangkan belief yang tidak
27
memberdayakan adalah belief yang jika Anda pegang justru akan menghambat
kemajuan Anda. Belief yang tidak memberdayakan bisa jadi diutarakan dalam
kalimat positif, tetapi menghambat. Misal "berjualan menurunkan gengsi saya”.
Menurut Anda apa yang salah dari pertanyaan di atas? Memang soal belief ini
susah-susah gampang untuk dipahami. Dibilang susah, tidak juga karena banyak
yang mampu memahaminya dengan mudah. Apalagi sumber belajar banyak sejak
keberadaan Mbah Google mudah diakses. Dibilang gampang, ya tidak juga. Saya
dulu malah sampai butuh waktu 5 tahun untuk benar-benar paham apa sih yang
dimaksud dengan belief ini.
Kadang kita sulit untuk membedakan mana belief dan mana optimis. Optimis
adalah perasaan yakin bahwa sesuatu akan terjadi, alias ekspektasi yang kuat
terhadap sesuatu untuk terjadi. Sedangkan belief adalah keyakinan atau lebih tepat
kepercayaan tentang kebenaran sesuatu hal. Belief adalah kata serapan dari bahasa
Inggris “belief” dan merupakan kata benda. Kata kerjanya adalah “believe” yang
artinya meyakini. Kesamaan antara belief dan optimis hanyalah pada pelibatan rasa
yakin.
Pada pertanyaan di atas saya curiga bahwa sahabat saya ini belum bisa
membedakan antara belief (sesuatu yang ia yakini sebagai kebenaran), dengan
optimis (keyakinan kuat bahwa sesuatu yang ia harapkan pasti terjadi). Kemudian ia
menggunakan kata “believe” (meyakini) yang seharusnya “belief” (keyakinan).
Untuk bisa menggali belief dengan mudah, maka kita bisa tanyakan saja
‘realita’ yang tengah ia hadapi. Bukankah realita yang ia utarakan bukanlah realita
sesungguhnya, melainkan persepsinya terhadap realita? Kemudian kita bisa
menanyakan kesimpulan yang ia ambil dari ‘realita’ itu, dan itulah belief. Maka untuk
menggali belief yang menghambat bisa dengan cara ajukan pertanyaan-pertanyaan
di bawah ini secara jujur dan gunakan perasaan Anda. Lalu ukur kadarnya dengan
28
skala 1 sampai 5, yang mana 1 sangat tidak menggambarkan keadaan itu, sedangkan
5 sangat menggambarkan keadaan itu.
1. Apakah tujuan itu menarik? Jawab iya atau tidak. Jika iya seberapa menarik
tujuan itu?
(1) (2) (3) (4) (5)
2. Adakah kemungkinan meraih tujuan itu secara realistis dan logis? Jawab iya
atau tidak. Jika iya seberapa besar kemungkinan itu?
(1) (2) (3) (4) (5)
3. Apakah sudah ada langkah-langkah untuk meraih tujuan secara jelas dan
ekologis? Jawab iya atau tidak. Jika iya seberapa masuk akal langkah-langkah
tersebut?
(1) (2) (3) (4) (5)
4. Apakah ada kapasitas untuk meraih tujuan itu? Jawab iya atau tidak. Jika iya
seberapa bersar kapasitas itu?
(1) (2) (3) (4) (5)
5. Apakah ada perasaan layak untuk meraih tujuan itu? Jawab iya atau tidak. Jika
iya seberapa besar perasaan layak itu.
(1) (2) (3) (4) (5)
Jika sudah mengukur diri dengan lima pertanyaan di atas, beri perhatian pada
jawabannya yang nilainya 1 – 3. Misal pada pertanyaan nomor 4 ternyata jawaban
Anda adalah 2. Maka ajukan pertanyaan ke diri sendiri, “apa yang menghambat
diriku dalam hal ini?”. Kemudian proses jawaban itu.
Contoh :
Belief adalah kesimpulan terhadap berbagai ‘realita’ yang Anda alami yang
mencetuskan suatu pemaknaan atau suatu pernyataan hubungan sebab akibat. Gali
dengan pertanyaan sebagai berikut :
“Apa hubungan antara ‘saya tidak punya waktu’ dengan tujuan yang kuinginkan?”
29
Jawabannya bisa jadi : “kalau tidak punya waktu maka sulit mencurahkan tenaga
untuk meraih tujuan yang kuinginkan”
Bisa Anda perhatikan pada kalimat di atas bahwa kalimat di atas itulah yang disebut
sebagai belief. Diutarakan dalam bentuk kalimat causal effect (hubungan sebab
akibat) dan pastinya berupa suatu kesimpulan yang menggeneralisir keadaan
dirinya.
Untuk lebih rinci menggali belief yang menghambat, lakukan latihan sebagai berikut.
Carilah sebuah keyakinan yang merintangi atau membelenggu Anda dalam meraih
tujuan (misalnya, “Saya tidak akan punya ketekunan seperti itu” atau “Setiap orang
akan menentang saya”, dan lain sebagainya).
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
Kaitkan keyakinan yang membatasi dengan kata-kata berikut ini dan lengkapi
kalimatnya. Misalnya, “Saya tidak akan punya ketekunan seperti itu, karena saya
mudah merasa frustrasi”, dan lain sebagainya.
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
karena
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
setelah
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
sementara
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
kalau
30
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
sehingga
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
meskipun
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
Contoh yang saya buat ini bisa Anda jadikan sebagai gambaran bagaimana menggali
belief-belief menghambat agar dapat Anda utarakan ke permukaan kesadaran Anda.
Saya ingin menjual suatu produk. Namun saya tidak memiliki kapasitas yang
memadai. Persisnya saya merasa produk tersebut tidak cukup menarik.
Lalu bagaimana cara menggali belief yang memberdayakan Anda? Sambung kalimat
di bawah ini secara spontan.
Jika tujuan tersebut tercapai (atau jika keadaan ini berubah), seperti apakah
gambarannya?
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
31
Lakukan sesuatu yang memotivasi Anda (mengubah state Anda menjadi positif),
kemudian lengkapilah kalimat di bawah ini dengan kalimat Anda sendiri di belakang
kata sambung yang ditebalkan :
Saya punya kapasitas untuk meraih tujuan saya, (tuliskan tujuan itu di sini) :
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
karena
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
Saya punya kapasitas untuk meraih tujuan saya, oleh karena itu
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
Saya punya kapasitas untuk meraih tujuan saya, setelah
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
Saya punya kapasitas untuk meraih tujuan saya, sehingga
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
32
Memetakan Belief
Cek, ketika Anda memiliki sebuah tujuan, apa saja belief yang menghambat dan apa
saja belief yang memberdayakan Anda. Lakukan dengan cara di atas lalu buat
matriks seperti di bawah ini :
Tujuan :
………………………………………………………………………………………………………………………………..…
……………………………………………………………………….………………………………………….………………
Contoh belief yang menghambat : “saya tidak memiliki ketekunan seperti itu”.
1. Visual
a. Keterlibatan diri : asosiasi atau disosiasi
b. Gerakan : gambar diam atau bergerak
c. Ukuran gambar : kecil atau besar
d. Fokus : fokus atau tidak fokus
e. Pencahayaan : terang atau redup/gelap
f. Warna : hitam putih atau berwarna
g. Jarak : jauh atau dekat
h. Batasan gambar : berbingkai (ada batas) atau panorama
(tanpa batas)
33
i. Lokasi gambar : bereksperimenlah untuk mengubah lokasi
gambarnya.
2. Auditori
a. Suara apa /siapa : ubah menjadi suara sosok lain yang lucu
b. Arah suara : kiri, kanan, depan atau belakang
c. Channel : mono atau stereo
d. Kelembutan : lembut atau keras
e. Nada : tinggi atau rendah
f. Tempo : lambat atau cepat
3. Kinestetik. Kenali sensasi rasa yang muncul di tubuh Anda.
a. Ubah lokasinya.
b. Ubah bentuknya.
c. Ubah ukurannya.
d. Ubah suhunya.
e. Buat menjadi diam atau buat bergerak dengan kecepatan tinggi.
f. Ubah arah gerakannya.
g. Ubah beratnya menjadi lebih ringan atau lebih berat.
Cara mengubahnya adalah dengan mengubahnya per bagian; visual, auditori atau
kinestetik (tidak perlu kesemuanya jika Anda berhasil menemukan critical driver-
nya). Jika dengan mengubahnya membuat belief yang menghambat itu makin lemah,
artinya Anda sudah melakukannya dengan benar.
34
kesimpulan atau pemaknaan terhadap realita yang Anda alami. Belief mudah diubah
jika kita mau fleksibel dan menyadari apakah belief itu memberdayakan atau tidak
memberdayakan. Persoalannya adalah bukan benar atau salah, tetapi
memberdayakan atau tidak. Jika memberdayakan maka yakinilah terus, jika tidak
maka lepaskanlah. Orang yang mampu menanamkan filter ini di pikirannya akan
menjadi pribadi yang luwes (fleksibel). Ingat, fleksibilitas adalah jantung dari NLP.
35
Masuk ke langkah berikutnya.
Kalau sudah, sekarang Anda dapat menentukan tujuan yang ingin anda capai.
Misalnya, Anda ingin menjalankan sebuah ide bisnis. Jika tujuan sudah Anda
tentukan, silakan masuk sebagai the dreamer. Ide-ide apa saja yang muncul dalam
diri Anda? Libatkan semua indera seolah itu sebuah imajinasi yang nyata.
Kemudian, masuk ke dalam the realist. Apa saja langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk melaksanakan ide-ide tersebut? Bagaimana cara melakukannya?
Bagaimana proses untuk merealisasikannya? Bawalah mimpi anda kepada the
realist dan berikan sentuhan agar kita dapat menyusun rencana yang dapat
direalisasikan/diimplementasikan secara logis.
Jika sudah, sekarang Anda berperan sebagai the critic. Beri bantahan pada ide-
ide tersebut. Apa yang kekurangan dari ide tersebut? Apa kelemahan ide itu? Apa
yang perlu diperbaiki? Mana yang kira-kira dapat berhasil, mana yang kira-kira dapat
gagal? Apa yang harus dilakukan? Apa yang dapat ditambahkan untuk memajukan
ide tersebut? Apa yang dibutuhkan? Biarkan the critic memberikan masukan-
masukan untuk rencana anda.
Perlu diperhatikan bahwa the critic bertugas memberikan kritik kepada ide
dari the dreamer dan the realist, bukan memberikan kritik kepada the dreamer atau
pun the realist itu sendiri. Dalam proses tersebut, mungkin the critic juga akan
bertentangan dengan the dreamer. Tugas the dreamer adalah memberikan jawaban
atas bantahan the critic.
Teruslah bergerak dari the dreamer, the realist, the critic, kembali ke the
dreamer, dan selanjutnya sampai muncul perasaan positif bahwa ide anda siap
untuk dijalankan.
36
Pemaknaan
Meaning context dependent
Presuposisi NLP
A
da ungkapan dari seorang filsuf yang mengatakan “untuk menilai
kualitas suatu bangunan maka lihatlah dari segala sisinya” . Masuk akal
kan? Kita tidak bisa menilai baik buruknya suatu bangunan hanya
dengan melihat tampak depannya saja. Kita juga tak cukup hanya melihat sisi luar.
Ketika semua sisi sudah kita pelajari maka bolehlah kita simpulkan bagaimana
kualitas bangunan tersebut.
Demikian pula dalam kehidupan, selalu menyajikan sisi-sisi berbeda pada tiap
peristiwa yang seringkali luput dari perhatian. Manusia dengan mudahnya menilai
baik atau buruknya keadaan hanya dari satu sisi saja. Padahal bisa jadi ada sisi lain
(konteks lain) yang justru bernilai kebalikan dari penilaian kita.
- Musim kemarau; tidak baik menurut petani padi namun baik menurut petani
semangka.
- Dollar naik : tidak baik bagi importir namun baik bagi eksportir.
- Puasa : baik bagi orang dewasa normal, namun tidak dianjurkan untuk balita.
- Sakit : tidak baik menurut pasien, namun rejeki bagi dokter dan tenaga medis.
- Dipeluk : enak jika oleh orang tua atau pasangan, namun tidak enak jika
sedang berjalan sendiri malam hari tiba-tiba ada yang meluk.
- Hujan : tidak enak bagi pedagang es, enak bagi pengojek payung.
- Mobil rusak atau ban bocor : masalah buat Anda, rejeki bagi bengkel.
Dan lebih banyak lagi contoh lainnya yang bisa Anda temukan dalam
kehidupan.
Gangguan emosi bisa terjadi jika Anda hanya melihat dari satu sudut pandang
saja. Ketika Anda mengeluarkan uang Anda untuk belanja sesuatu, Anda mulai
ketakutan kehabisan uang yang Anda miliki. Namun bagi pedagang mereka justru
senang karena Andalah yang menyalurkan rejeki buat mereka. Selalu ada dua
bahkan lebih sisi-sisi yang lain yang ternyata penilaian di satu sisi tidak relevan.
37
Orang yang hanya mampu melihat dari satu sisi saja disebut sebagai “single minded
person” alias orang “rigid (kaku)”.
Petani miskin tersebut hidup dengan seorang puteranya. Harta berharga yang
mereka miliki hanyalah seekor kuda kurus yang setiap harinya membantu
menggarap ladang mereka. Pada suatu hari, entah apa penyebabnya, tiba-tiba kuda
petani lari begitu saja dari kandang menuju ke hutan. Para tetangga yang
mengetahui berita itu cuman bisa berkata, “Sungguh malang nasibmu, Pak Tani..”
Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …”
Pemuda itu hanya bisa terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan
patah kakinya. Perlu waktu yang lama hingga tulangnya yang patah sembuh kembali.
Tak lama kemudian, datanglah Panglima Perang kerajaan ke desa itu. Dan
memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk
bertempur melawan musuh kerajaan. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali
yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena ia masih
belum bisa berjalan dengan baik.
38
Oleh sebab itulah Umar bin Khattab RA pernah berkata “aku tidak tahu mana
yang baik bagiku, duka atau bahagia”. Kenapa? Sebab setelah beberapa waktu
kemudian barulah kita temukan hikmah. Oleh karena itu, kenapa harus buru-buru
“menilai” keadaan saat ini?
Problem Frame
Frame dalam pengertian ini merupakan kerangka berpikir seseorang, atau
cara seseorang “melihat” suatu hal. Ketika seseorang berbicara pada kita, kita dapat
mengenali bagaimana cara dia menggunakan frame pikiran dalam “melihat”
dunianya. Seringkali permasalahan yang muncul pada seseorang karena melihat
dunianya dengan menggunakan frame yang salah, sehingga dunianya yang
sedemikan luas menjadi sangat sempit. Seolah tidak ada kemungkinan lain atau
tidak ada sisi lain dimana hal yang dipermasalahkan itu bukanlah suatu masalah
(bisa jadi malah keberuntungan). Dan ketika itu terjadi, kecendrungan yang sering
terjadi adalah potensi-potensi yang dimilikinya menjadi terbatas.Dalam bahasa
lugasnya, problem frame adalah cara orang melihat dunia hanya dari sisi
bermasalahnya saja.
Reframing
Adalah upaya kita melihat sisi lain dari suatu peristiwa pada sisi (konteks) yang
lebih memberdayakan. Keuntungan dari keterampilan reframing ini adalah kita tidak
lagi terjebak pada sudut pandang yang sempit dan terbebas dari emosi negatif akibat
sempitnya sudut pandang itu.
39
Reframing : “jika kamu sedang di jalan dan terjadi apa-apa denganmu
istrimu pasti segera akan tahu”
Locus of control adalah istilah yang dicetuskan oleh Epitectus, seorang filsuf
Yunani (50 M – 135 M). Menurutnya, manusia tidak akan bermasalah jika mampu
memilah mana persoalan yang ada di dalam kendali dirinya dan mana persoalan
yang di luar kendali dirinya. Contohnya hujan. Hujan dan berbagai jenis cuaca lainnya
adalah sesuatu yang di luar kendali diri. Jika dikeluhkan hanya buang-buang energi
dan membuat keadaan diri menjadi tidak berdaya. Sedangkan kesadaran diri untuk
siap sedia membawa payung sebagai antisipasi hujan ada di dalam kendali diri
manusia.
40
Mana yang ada di dalam kendali diri dan mana yang di luar kendali diri?
Perilaku atasan Anda juga merupakan sesuatu yang di luar kendali diri Anda.
Anda tidak bisa mengontrol kapan si atasan harus baik dan ramah, atau kapan ia
harus bermuka masam dan marah-marah. Tampaknya jika Anda memaksakan
perilaku atasan ada di bawah kendali diri Anda hanya akan membuat Anda makin
gila. Sedangkan yang Ada di dalam kendali diri adalah bagaimana kita merespon
dengan cara mengatur pikiran-perasaan dan perilaku kita. Keterampilan Anda
melakukan reframing akan membantu Anda merespon situasi yang kurang
menyenangkan akibat perilaku atasan Anda.
Reframing :
Kemampuan memilah mana yang ada di dalam kendali diri dan mana yang
ada di luar kendali diri akan membantu Anda berubah dari pengeluh (complainer)
menjadi problem solver.
41
Perceptual Position (Kiat Menghadapi Orang Sulit)
Presuposisi :
“orang yang terlatih untuk fleksibel akan menjadi orang paling berpengaruh di
lingkungannya”
Pernahkah Anda merasa mentok yang berujung pada adu argumentasi sengit
saat berhadapan dengan seseorang? Mungkin Anda akan langsung menilai orang
tersebut sebagai ‘orang sulit’ alias ‘keras kepala’. Benarkah ada orang yang keras
kepala?
Sebelum kita lanjutkan, mana menurut Anda yang benar; “selalu menjadi diri
sendiri atau menjadi orang lain?”. Anda mungkin akan terkejut ketika menyadari
bahwa ternyata selalu menjadi diri sendiri pun ternyata bisa membawa masalah.
Kadang kita perlu sesekali menjadi orang lain.
Untuk bisa memahami persepsi orang lain, bukan hanya mengubah sudut
pandang melainkan juga “masuk pada diri orangnya”, dengan cara menyamakan
postur, gestur dan perilaku diri sepersis mungkin. Untuk memahami maksud kalimat
pada paragraf ini silakan baca ulang tentang experiental learning atau shadow
learning. Ketika berada dalam keadaan itu Anda akan merasakan suatu insight
tertentu, antara lain apa sebenarnya yang ia dan Anda butuhkan.
42
Langkah-langkah melakukan teknik ini :
Bayangkan di hadapan Anda berdiri (atau duduk) seseorang yang Anda ingin
ia dihadirkan dalam proses ini. Anda menyebut sosok orang tersebut sebagai “kamu”
kepadanya. Setelah mengalami kembali sebagai posisi satu sepenuhnya, keluarlah
dari posisi tersebut dengan bersih dan bebas lalu berdiri (atau duduk) di tempat yang
ditandai untuk posisi orang kedua (“kamu”).
Di posisi ini Anda berperan sebagai orang kedua. Jika merasa kesulitan,
berpura-pura saja (berakting) sebagai orang kedua. Disini Anda berusaha melihat,
mendengar dan merasakan sebagai orang kedua. Di posisi ini Anda menyebut posisi
satu – posisi diri Anda sendiri yang tadi – sebagai “kamu”.
43
Anda akan makin hebat bermain peran sebagai orang lain jika sudah
memahami tentang trance dan mirroring yang bisa Anda pelajari di kelas The Art of
Trance.
Lanjutkan ke posisi ketiga jika Anda sudah memahami intensi positif dari
perilaku orang kedua ini.
Posisi ini Anda benar-benar berperan sebagai orang lain yang terlepas dari
posisi pertama dan kedua. Dalam artian, Anda benar-benar netral dan objektif.
Amatilah hubungan/interaksi antara posisi pertama dan kedua dalam rangka
mengumpulkan informasi, yaitu apa saja yang dibutuhkan oleh orang pertama dan
kedua untuk memperbaiki hubungan.
Di posisi tiga Anda menyebut kedua orang di posisi satu dan posisi dua
sebagai “mereka”. Menyebut orang di posisi satu atau dua sebagai “dia”. Di posisi
netral sebenarnya kita melepaskan diri atau disasosiasi dari masalah sehingga
mampu bersikap objektif. Karena terdisosiasi juga, Anda mampu memberikan
pandangan-pandangan atau solusi yang diperlukan oleh posisi satu.
Hebatnya teknik ini dapat membantu Anda mendapat banyak sudut pandang
yang bisa digunakan sebagai sumber ide penyelesaian masalah dan lain-lain. Apakah
terbatas untuk ini? Tidak. Silakan gunakan terus untuk menyelesaikan problem
komunikasi dengan atasan, bawahan, pasangan, teman, orang tua dll. Lalu temukan,
pada masalah apa lagi teknik ini bisa diterapkan?
6 Steps Reframing
Presuposisi : “manusia terdiri dari bagian-bagian (gestaalt). Tiap bagian
bertanggung jawab terhadap perilaku tertentu”
44
Perilaku yang dimiliki manusia sangatlah kompleks, mulai dari perilaku yang
memberdayakan hingga perilaku yang sangat tidak memberdayakan. Kita tahu,
banyak perilaku yang tidak memberdayakan pada diri manusia. NLP ada untuk
menggali suatu struktur perilaku manusia dan kemudian membantunya untuk
mengubahnya agar lebih memberdayakan.
Salah satu teknik dalam NLP yang bisa dimanfaatkan untuk merubah suatu
perilaku tidak memberdayakan yang tidak diinginkan adalah teknik SIX STEPS
REFRAMING. Teknik ini sangat mudah untuk dipelajari dan juga diaplikasikan. Selain
untuk mengubah perilaku juga dapat digunakan sebagai negosiasi dengan penyakit.
Selain mempraktekkan teknik ini, temukan juga esensi dan filosofi yang terkandung
di dalamnya.
Six Steps Reframing dapat dilakukan secara mandiri, tanpa harus tergantung
bantuan orang lain. Cara melakukannya sebagai berikut :
Langkah pertama. Rileks. Lalu pikirkan sebuah perilaku yang ingin diubah. Perilaku
tersebut hendaknya disebut secara spesifik, misal “bangun kesiangan setiap hari
kerja” atau “menggaruk pantat saat presentasi”, “marah meledak-ledak saat anak
menolak perintah” dan sebagainya. Jadi ada perilaku dan ada konteks dimana
perilaku tersebut muncul.
Langkah kedua. Tanyakan kepada diri : “Saya ingin berkomunikasi dengan bagian diri
yang bertanggung jawab terhadap perilaku (sebut perilaku dan konteksnya). Maukah
berkomunikasi dengan saya kali ini?” Amati apakah ada sinyal yang bisa dirasakan di
tubuh. Sinyal ini dinamakan involuntary signal. Perkuat involuntary signal itu jika
Anda sudah merasakannya sampai benar-benar jelas.
Langkah ketiga. Tanyakan apa intensi positif dari perilaku tersebut. “Apa maksud baik
dari perilaku ini?”
Langkah keempat. Dialog dengan sisi kreatif Anda. “Bagian kreatif, tolong berikan 3
alternatif perilaku lain yang lebih memberdayakan dengan tetap mempertahankan
intensi positifnya”.
Catatan : intensi positif ini contohnya saat Anda sering bangun kesiangan, bisa jadi
maksud bawah sadar Anda agar Anda bisa beristirahat cukup. Atau bagi seorang
perokok agar ia (si perokok ini) merasa nyaman saat bekerja.
Jika selesai lakukan future pacing dengan perilaku baru tersebut (dijelaskan di kelas).
46
Anchor
S
etiap pengalaman direkam dalam bentuk bagian-bagian. Jika kita
menstimulus satu saja dari bagian itu, maka dapat memicu sebagian
bahkan keseluruhan pengalaman tersebut muncul kembali ke ingatan
kita. Contoh paling gampang adalah pengalaman ketika Anda pernah jatuh cinta
kepada seseorang. Ketika Anda lewat di dekat rumahnya dan melihat genteng
rumahnya dari kejauhan saja akan bisa membangkitkan rasa yang pernah ada atau
beberapa pengalaman yang terkait dengan perasaan jatuh cinta itu.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936) dalam
psikologi sangat penting. Ia mempelajari refleks-refleks dan kemudian
menyimpulkan bahwa aktifitas psikis sebenarnya tak lain daripada rangkaian refleks-
refleks belaka. Ia merumuskan penelitiannya dengan teori pengkondisian asosiatif
stimulus respon. Sebuah penelitian yang melambungkan namanya dan menjadikan
dirinya dikenang hingga saat ini.
47
Istilah anchor (jangkar) sudah lazim digunakan dalam hipnoterapi dan NLP.
Anchor adalah asosiasi antara sebuah stimulus dengan sebuah respon perilaku.
Dalam terapi pemberdayaan diri digunakan sebagai ‘tombol pemicu’ atau trigger
yang akan otomatis memunculkan keadaan psikis dan fisiologis tertentu. Sebagai
contoh gerakan menjentikkan jari bisa ‘diprogram’ ke pikiran bawah sadar (refleks)
Anda untuk memunculkan perasaan semangat.
Anchor bisa terjadi secara alami jika memenuhi unsur adanya stimulus dan
perilaku serta sering berulang. Misal Anda melihat lampu merah di perempatan
jalan. Di awal belajar berlalu lintas Anda diajarkan bahwa lampu merah berarti harus
berhenti. Anda pun melihat perilaku yang sama dari para pengendara lainnya.
Kejadian ini berulang ratusan bahkan ribuan kali dalam hidup Anda, sehingga kini,
jika Anda melihat lampu merah maka Anda akan otomatis mengurangi kecepatan
lalu menginjak rem. Selain itu anchor juga bisa tercipta otomatis karena adanya
keterlibatan emosi yang intens. Seperti yang terjadi pada kasus phobia, misalnya.
Saat nama Anda dipanggil, pasti akan membuat Anda menoleh. Melihat benda
kenangan akan membuat Anda terharu dan sebagainya. Bahkan huruf pun adalah
anchor. Huruf A, adalah sebuah simbol yang membuat Anda otomatis mengucapkan
A. Demikian juga huruf B dan seterusnya.
48
Oleh sebab itu Pavlov mengatakan bahwa anchor adalah sesuatu yang alami
dan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Meskipun alami, namun seringkali
terasa sebagai suatu keajaiban. Terasa ajaib karena seringkali orang tidak tahu
bahwa yang sebenarnya terjadi adalah fenomena anchor semata. Keajaiban ini bisa
Anda saksikan dalam pertunjukan stage hypnosis. Seorang suyet terpilih diprogram
untuk kembali tertidur ketika dijentikkan jari. Begitu pula seorang klien bisa dipandu
untuk merasakan perasaan semangat atau bahagia ketika menyentuh bagian
tertentu di tangannya. Di kalangan terapis tradisional si klien bisa dibuat percaya diri
setiap kali merapal doa tertentu. Kesemua fenomena itu adalah pemrograman yang
dinamakan anchoring (penjangkaran).
Anchoring (Penjangkaran)
Anchoring dapat dibuat melalui salah satu atau lebih pada kanal visual,
auditori, kinestetik, olfaktori dan gustatori. Semua sama efektifnya jika Anda cukup
cerdik dalam meramunya. Ada 4 prasyarat yang membuat anchor menjadi efektif,
yaitu :
49
Latihan Submodalitas Motivasi
Lakukan permainan peran (role playing). Satu orang berperan sebagai A dan satu
orang lagi berperan sebagai B. Latihan ini bertujuan bagaimana seseorang bisa
mengembalikan mood atau keadaan diri ketika ia sangat termotivasi.
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Tukar peran
50
Stacking Anchor
Adalah teknik untuk menumpuk (mengumpulkan) beberapa respon psikis
(perasaan atau memori) dan perilaku tertentu di satu anchor. Cara melakukannya
adalah merencanakan terlebih dahulu respon apa saja yang akan Anda ikat dalam
satu anchor. Contoh : perasaan tenang, percaya diri, antusias dan sebagainya.
Lakukan satu persatu sebagai berikut :
1. Akses satu pengalaman yang berkenaan dengan satu perasaan yang Anda
inginkan. Misalnya “tenang”.
2. Elisitasi submodalitasnya sampai Anda merasakan terasosiasi penuh dengan
pengalaman tersebut.
3. Ketika menjelang puncaknya, lakukan anchoring. Misalnya menepuk bahu kiri
dengan tangan kanan (sambil niatkan meng-anchor perasaan tenang dengan
gerakan tersebut.
4. Tes anchornya. Jika berhasil lanjutkan ke langkah berikutnya. jika belum
ulangi.
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 untuk perasaan “percaya diri”.
6. Lakukan langkah 1 sampai 4 untuk perasaan “antusias”.
7. Test operate.
Collapsing Anchor
Adalah teknik untuk meruntuhkan (membuang) anchor yang negatif.
Seringkali tanpa Anda sadari, Anda mudah menjadi sebal kembali ketika melihat
wajah orang yang pernah menyakiti Anda. Ini juga disebut anchor, namun memicu
perasaan yang tidak mengenakkan. Anda mungkin juga mengalami sedih ketika
melihat suatu benda atau suara musik tertentu yang tiba-tiba memicu kenangan
sedih. Bisa juga untuk mengatasi rasa takut yang tidak memberdayakan diri setiap
kali bertemu atasan. Phobia pun bisa dinetralisir dengan cara collapsing anchor.
Langkah-langkah
Circle of Excellence
Circle of Excellence adalah sebuah teknik NLP yang dikembangkan oleh Prof.
Dr. John Grinder. Teknik ini bermanfaat untuk mengakses state yang diperlukan
untuk melakukan sebuah perilaku tertentu. Misalnya, Anda grogi saat harus
berbicara di depan jajaran direksi. Maka, Anda bisa mengakses state lain yang
diperlukan supaya Anda mampu berbicara dengan baik di depan direksi. Anda bisa
saja mengakses state percaya diri dan tenang, misalnya. Bagaimana tekniknya?
Langkah demi langkah untuk melakukan teknik Circle of Excellence ini.
Ketiga, akses state yang Anda inginkan pada konteks tersebut. State apa yang
ingin Anda munculkan? Percaya diri dan tenang? Sekarang akses state yang Anda
inginkan satu per satu. Mulailah dengan mengingat kembali saat Anda
merasakan state percaya diri. Apa yang Anda lihat, dengar dan rasakan?
Saat state percaya dirinya mulai terasa memuncak, masuklah ke dalam lingkaran
tersebut. Asosiasikan diri Anda dengan state percaya diri yang muncul. Lihat apa
yang Anda lihat, dengar apa yang Anda dengar, dan rasakan apa yang Anda rasakan.
Saat state tersebut mulai melemah, keluarlah dari lingkaran. Pastikan Anda berada
di dalam lingkaran hanya ketika state Anda berada di puncaknya. Ulangi langkah ini
beberapa kali bila diperlukan.
52
Keempat, akses state lainnya. Sekarang, munculkan state lain yang ingin Anda
akses. Dalam contoh di atas misalnya adalah state tenang. Ingat kembali rasa tenang
yang pernah Anda rasakan. Saat ketenangannya muncul, masuklah ke dalam
lingkaran. Keluarlah dari lingkaran ketika rasa tenangnya mulai menghilang.
Kelima, uji circle of excellence Anda. Dari state yang netral, masuklah ke dalam
lingkaran. Jika Anda dapat merasakan state percaya diri dan tenang ketika Anda
masuk ke dalam lingkaran artinya circle of excellence Anda sudah tercipta. Bila
belum, ulangi kembali langkah ketiga dan keempat.
Keenam, gunakan circle of excellence Anda. Akses kembali pemicu yang tidak
memberdayakan (dalam contoh di atas bayangan jajaran direksi) sambil Anda masuk
ke dalam lingkaran. Ulangi beberapa kali. Ini akan meruntuhkan anchor negatif yang
Anda miliki sebelumnya.
53
Merangkai Pembelajaran
1. Tujuan yang jelas dan tidak ragu (clear and non ambiguous outcome)
2. Bertindak dan memelihara momentum (action)
3. Kepekaan terhadap umpan balik (sensory acquity)
4. Kelenturan bertindak ketika menghadapi umpan balik (behavior flexibility)
KS KD
Sumber daya
KS = kondisi saat ini
Sumberdaya = pengalaman yang bisa disajikan oleh sistem representasi Anda yang
bisa dimanfaatkan sebagai sarana ‘belajar’.
54
Kiat sukses
Jika Anda ingin berhasil dalam melakukan perubahan menuju kondisi yang
Anda inginkan, gunakanlah pola sukses (Pilar-pilar NLP) ini :
1. Rancang hasil yang anda inginkan (setting your outcome). Start from the end;
mulailah selalu dari hasil akhir apa yang Anda inginkan. NLP mengajarkan
teknik Well-Formed Outcome (WFO) untuk merancang outcome yang jelas dan
tidak ambigu.
2. Bertindaklah (take your action and keep the momentum). Perjalanan seribu
langkah selalu dimulai dari satu langkah pertama. Jika sudah melangkah maka
mana diri Anda pada proses menuju kondisi yang Anda inginkan.
4. Luweslah, ubah pendekatan jika action anda mendapat umpan balik yang
tidak anda harapkan. Jika satu cara tidak berhasil gunakanlah cara berbeda
Well-Formed Outcome
WFO bisa diterapkan dalam setiap konteks, baik untuk memberdayakan diri,
mengubah keadaan mental/psikis, memperbaiki aspek finansial, karir, asmara,
rumah tangga, relationship dan sebagainya. Bagaimana merancang outcome yang
baik?
1. Nyatakan keinginan Anda dalam kalimat positif, yaitu sesuatu yang Anda
55
Bukan : “saya tidak ingin mengalami kerugian”
Apa yang Anda lihat, Anda dengar dan Anda rasakan di luar sana ketika tujuan
itu tercapai? Apa yang Anda lihat, Anda dengar dan Anda rasakan di dalam diri
3. Perjelas konteksnya.
Siapa saja yang terlibat, apa, kapan, dimana dan berapa ukurannya.
5. Cek ekologi.
lingkungan saya?
56
Buka Usaha
Laundry Mulai 1
Des 2016
Beli/Kepemilikan
Sewa Lokasi Tabungan Kerjakan sendiri iklan networking
Sendiri
Demikian juga jika Anda ingin mencapai perubahan tertentu dalam hidup. Bisa
jadi perubahan itu tidak serta merta melainkan juga membutuhkan proses belajar
hal-hal lain, atau mencapai tujuan-tujuan lain terlebih dahulu.
Ketiga, selalu siap dengan kemungkinan lain, alternatif lain, jalan lain atau hal
lain yang diperlukan pada satu konteks pencapaian satu tujuan yang sama. Ini
dinamakan chunk aside. Ajukan pertanyaan sebagai berikut :
57
Mengasah Kepekaan Terhadap Progress dengan TOTE Model
Ketika Anda menimbang telur telur
seberat satu kilo pada sebuah timbangan
(neraca), bagaimana Anda bisa
memastikan bahwa telur itu telah genap
satu kilo? Tentu Anda
membandingkannya dengan angka yang
dituju bukan? Oleh sebab itu, dalam
sebuah perubahan tolok ukurnya adalah
WFO.
Untuk itu, selalu tetapkan hasil akhir ketika hendak memulai. Lalu lakukan sesuatu
(upaya atau teknik), dan ukur/perkirakan, sejauh mana upaya/teknik itu membantu
mencapai hasil akhir yang diinginkan. Apakah perlu pengulangan atau perlu langkah-
langkah lain agar hasil akhir dapat genap tercapai.
58
Teknik-teknik Lain Yang Akan Membantu Anda
Deep Trance Identification adalah salah satu teknik modelling yang mirip
dengan Circle of Excellence. Bedanya, DTI mensyaratkan kedalaman trance yang
dalam. Jika DTI dilakukan selama 28 hari berturut-turut secara penuh, maka segala
perilaku ekselen yang kita inginkan dari orang yang kita model bisa ter-copy ke diri
kita.
Langkah-langkah
59
juga (present moment). Bayangkan sedetil mungkin. Dengarkan sejelas
mungkin. Rasakan sekuat mungkin.
5. Setelah selesai keluar dari lingkaran itu dan break state.
60
Efek yang terjadi ketika kita integrasikan dua bagian yang berlawanan adalah
semacam ketenangan pikiran-perasaan. Efek ini akan Anda rasakan setelah
beberapa saat hingga beberapa setelah terapi ini dilakukan.
Future Pacing
Adalah visualisasi kreatif yang membayangkan keadaan yang akan terjadi.
Karena future pacing ditujukan dalam konteks terapi dan membangun motivasi,
maka visualisasi tersebut seyogyanya berupa gambaran mental tentang apa saja
yang Anda ingin lihat, dengar dan rasakan sebagai hasil akhir dari perubahan yang
Anda inginkan.
Tujuan dari future pacing adalah sebagai mental rehearsal (gladi pikiran) agar
tujuan yang Anda inginkan dikenali oleh pikiran bawah sadar Anda. Sifat pikiran
bawah sadar salah satunya menyabotase keadaan yang tidak dikenali dan
mengembalikan keadaan diri pada keadaan yang dikenalinya (homeostatis).
Caranya
1. Rileksasikan pikiran Anda
2. Visualisasikan keadaan ketika tujuan atau hasil akhir yang Anda inginkan
terjadi. Apa yang Anda lihat, dengar dan rasakan ketika tujuan itu tercapai.
3. Buat seolah-olah telah terjadi (present time). Perjelas submodalitasnya.
4. Lakukan anchor.
5. Tes anchor.
6. Aktifkan anchor ketika Anda memerlukan motivasi saat dalam proses
mencapai tujuan yang Anda inginkan.
61
Orang yang terbiasa hidup kekurangan, meski ia menderita dengan
kekurangan itu, akan cenderung kembali ke keadaan semula meskipun secara sadar
ia telah berusaha meningkatkan taraf hidupnya. Orang yang terbiasa hidup miskin
apabila diberi jackpot uang bermilyar sekalipun akan mudah habis kembali. Manusia
secara sadar mengerti bahwa keadaan kekurangan tidak akan mengenakkan dirinya.
Namun jika pikiran bawah sadarnya sudah terbiasa dengan derita itu (kulino), maka
apapun cara yang ia lakukan secara sadar untuk mengubah keadaan, akan
disabotase kembali ke keadaan biasanya. Inilah yang dinamakan mekanisme servo
pikiran bawah sadar. Sebaliknya orang bermental kaya akan mudah mengembalikan
keadaan dirinya dari jeratan kemiskinan. Ini pun karena mekanisme servo dirinya.
Bahkan kalau Anda sudah paham maksud tulisan ini, Anda akan tertawa ketika
menyadari ada orang yang ‘betah’ dengan kegalauan, ‘betah’ dikhianati, ‘betah’
ditipu, ‘betah’ rugi dan sebagainya. Akan ada saja hal-hal yang menyabotase upaya
perubahan dirinya.
62
2. Bawah sadar manusia senantiasa berupaya mencari jawaban atas
pertanyaan Anda. Ketika Anda mengeluh dan menanyakan “mengapa
hidupku begini”, maka pertanyaan Anda akan menemukan jawaban
berupa ‘realita-realita’ yang Anda alami. Sehingga lebih baik ganti dengan
pertanyaan ini “apa yang harus aku yakini agar terjadi perubahan?”
3. Terimalah diri Anda apa adanya. Serius. Penerimaan diri ini akan membuat
keluh kesah Anda menjadi luntur. Sejalan dengan ungkapan CG. Jung “what
you resist persists, what you accept dissolve”. Apa yang Anda tolak akan
berkutat, apa yang Anda terima akan pudar. Ketika Anda menerima
keadaan saat ini, maka Anda akan mudah untuk merubahnya. Anda
membutuhkan rapport dengan keadaan saat ini agar terjadi keselerasan
diri. Ini adalah titik awal yang baik dalam menciptakan perubahan.
4. Santai dan nikmati prosesnya. Anda dapat menerima perubahan ini
dengan santai dan terasa nikmat pencapaian itu.
Swish Pattern
Polanya adalah “bukan ini, tapi ini”. Teknik ini berguna untuk menghilangkan
pola perilaku lama dan menggantinya dengan pola perilaku baru yang diinginkan,
manfaatnya akan memunculkan rasa penuh optimis untuk meraih suatu kondisi
baru yang ideal tersebut.
Semua kondisi tersebut bisa anda netralisir dan anda gantikan dengan pola
baru yang anda inginkan. CARA Kerja dari metode ini mirip saat anda mereplace file
di komputer dengan file baru sehingga file lama otomatis hilang tergantikan file baru
tersebut.
64
9. Ulangi proses swish dan lakukan break state (istirahat) di antara
pengulangannya
Bagaimana melakukannya?
65
Kongruensi Diri
Presuposisi :
A
lbert Mehrabian (lahir 1939, Guru Besar Emeritus Psikologi UCLA),
dikenal akan publikasinya tentang pentingnya hubungan antara pesan
verbal dan non-verbal. Temuannya mengenai inkonsistensi pesan
mengenai perasaan dan sikap telah dikutip melalui berbagai seminar di berbagai
belahan dunia dan dikenal dengan Hukum 7%-38%-55%.
1. Tulisan
2. Intonasi suara
3. Bahasa Tubuh
Ini menekankan bukan pada kasus bahwa elemen non verbal dalam segala
pengertian selalu membawa bongkahan pesan, seolah-olah seperti yang sering
disimpulkan orang selama ini.
66
kata berperan 7%, intonasi suara berperan 38% dan bahasa tubuh 55%. Seringkali
disebut sebagai 3V (Verbal, Vocal dan Visual).
Untuk komunikasi yang efektif dan bermakna untuk perasaan, tiga bagian
pesan ini perlu saling mendukung satu sama lainnya – ketiga bagian ini semestinya
“selaras”. Dalam kasus jika terjadi “ketidakselarasan”, maka penerima pesan bisa jadi
terangsang oleh dua pesan yang datang dari dua saluran yang berbeda, memberi
dua kesimpulan dari dua arah yang berbeda.
Maka jadilah si penerima pesan lebih percaya pada bentuk komunikasi yang
lebih dominan, yang mana Mehrabian menemukan bahwa non-verbal memiliki
prosentase 38 + 55%, lebih dibanding dengan makna literal dari kata-kata (7%).
67
Pesan Terselubung
A
da teman di grup WA yang bertanya kenapa ia “lola” (loading lambat)
dalam menangkap pelajaran. Penjelasan keadaan lola ini sebenarnya
mudah saja. Otaknya (lebih tepatnya pikiran sadarnya) terlalu sibuk.
Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami silakan simak artikel berikut ini :
Adanya Filter
Mihaly Csikszentmihalyi, seorang ahli Biologi dari Hungaria menuliskan fakta-
fakta menarik tentang stimulus yang masuk kepada diri manusia melalui panca
inderanya, dalam bukunya Flow (1990): The Psychology of Optimal Experience,
terbitan New York: Harper and Row; ISBN 0-06-092043-2.
Oleh sebab itu manusia secara sadar memang sulit menangkap suatu
informasi yang utuh apa adanya disebabkan ketiga mekanisme tersebut ( deletion,
generalization dan distortion).
Dalam memilah informasi yang masuk pikiran sadar manusia secara cepat akan :
Tujuan dari proses filter itu tak lain agar manusia mendapat informasi yang
“relevan” dengan dirinya. Namun sayang hal ini seringkali menghambat proses
pembelajaran dan mencegah seseorang dari menerima informasi utuh apa adanya.
68
Oleh sebab itu tidaklah salah jika dalam belajar atau menggali informasi harus
dilakukan secara berulang dan memperjelas konteks-konteksnya (seperti yang
dilakukan oleh Virginia Satir, ahli terapi keluarga di tahun 1970an, dengan teknik
Meta Modelnya).
Pesan Terselubung
Ada hal ajaib yang memiliki keuntungan plus dan minus. Indera manusia juga
memilah informasi yang masuk ke pikiran sadarnya dan sebagian diteruskan
langsung ke bawah sadarnya melalui jalur neuron khusus yang diistilahkan sebagai
“royal road”.
“Kita dapat menyimpulkan bahwa aliran informasi yang maksimal dari proses
persepsi sensorik sadar adalah sekitar 40 bit / detik - banyak pesanan besarnya di
bawah ini yang diambil oleh reseptor atau ujung saraf.”
· Mata menangkap informasi sebanyak 10.000.000 bit informasi per detik namun
hanya mengirimkan ke pikiran sadar sebanyak 40 bit, sisanya langsung ke pikiran
bawah sadar.
· Telinga menangkap informasi sebanyak 100.000 bit informasi per detik tapi
hanya mengirimkan ke pikiran sadar sebanyak 30 bit, sisanya langsung ke pikiran
bawah sadar.
· Kulit menangkap informasi sebanyak 100.000 bit informasi per detik tetapi hanya
mengirimkan ke pikiran sadar sebanyak 5 bit, sisanya langsung ke pikiran bawah
sadar.
· Hidung menangkap informasi sebanyak 100.000 bit informasi per detik namun
hanya mengirimkan ke pikiran sadar sebanyak 1 bit, sisanya langsung ke pikiran
bawah sadar.
· Lidah menangkap informasi sebanyak 1.000 bit informasi per detik namun hanya
mengirimkan ke pikiran sadar sebanyak 1 bit, sisanya langsung ke pikiran bawah
sadar.
69
- Berfirasat
- Merasa seolah pernah berada di tempat yang baru ia kunjungi (de javu)
- Mendapatkan suatu insight tertentu yang ia dapat seolah bukan dari panca
inderanya
- Mengirimkan pesan terselubung melampaui panca inderanya
Kegunaan komunikasi non verbal secara terselubung ini banyak, antara lain
yang utama untuk menyelaraskan komunikasi verbal (memperkuat efek komunikasi
verbal), untuk mempengaruhi pilihan seseorang, flirting, persuasi, memanipulasi ego
dan perasaan, serta lebih banyak lagi yang bisa dikembangkan sesuai kreatifitas
70
Anda. Untuk melengkapi kemampuan komunikasi yang ekselen, NLP juga
menawarkan pola-pola Framing, Sleight of Mouth, dan Milton Model yang dapat
Anda pelajari di level advanced.
Cara melakukannya :
71
6. Tes anchor itu dengan cara mengaktifkannya beberapa kali dan
perhatikan apakah berpengaruh ke keadaan fisiologisnya. Jika sudah, kembali
lagi ke langkah keempat.
7. Lakukan interupsi pola, yaitu ketika ia menceritakan pengalaman
buruknya maka aktifkanlah anchor yang berlawanan, yaitu anchor
pengalaman mengasyikkan.
8. Perhatikan responnya fisiologisnya, apakah Anda melihat suatu
perbedaan?
Pada diri lawan bicara akan terjadi respon bawah sadar sebagai berikut :
a. Mula-mula ia mengakses pengalaman menyenangkannya.
b. Kesulitan mengakses pengalaman menyedihkan.
c. Mengalami kombinasi dari kedua keadaan itu (collapsing anchor).
72
Presuposisi Yang Mendukung Pembelajaran
Presuposisi adalah asumsi yang jika Anda anggap benar (Anda yakini sebagai
kebenaran) maka akan sangat mendukung dalam mengaplikasikan materi-materi
dalam modul ini.
73
Profil Trainer
Hypnotherapy
- Certified Silva Mind Practitioner International dari Prof. Lasmono Abd. Riffy
Dyar
D. Gunawan)
74
- Certified Practitioner NLP, IndoNLP, RH. Wiwoho
Mengajar di puluhan kelas pemberdayaan diri baik yang bersifat Public Training,
Corporate Training maupun Seminar sejak tahun 2012 – 2016 yang tersebar di
Palembang, Jakarta, Bogor, Tasikmalaya, Batam dan Padang dengan jumlah kurang
lebih 100 kelas.
Untuk mengenal lebih lanjut silakan ikuti
Facebook : muhammadhujairin@ymail.com
Blog : http://hujairin.wordpress.com
75