Di susun oleh:
Rifa Oktaviani Jaidi 1731621001
Bismillah hirrahmanirrahim, segala puji bagi allah tuhan semesta alam yang telah
menciptakan langit dan bumi beserta isinya dengan begitu sempurna. Tiada kecacatan sedikitpun
dan tiada ke burukan sedikitpun.
Alhamdulillahhi rabila’alamin, atas segala karunia dan rahmatnya penulis di berikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini tanpa kendala dan
hambatan apapun. Penulis sangat berterimakasih kepada orang tua yang selalu mendukung dengan
sepenuh hati, dan rekan-rekan seperjuangan yang selalu memberikan motivasi. Juga, kepada dosen
yang senantiasa memberikan solusi kepada kami melalui ilmu-ilmunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah pendidikan
bimbingan konseling yang di ampu oleh ibu Mustika Wiguna. Dengan judul makalah “teknik-
teknik dasar pemahaman individu”. semoga dengan di berikannya tugas ini kami selaku
mahasiswa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan menjadi catatan amal di akhirat kelak.
penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
5. Kesehatan Badan ...................................................................................................................... 12
6. Hubungan antar Pribadi .......................................................................................................... 12
7. Kebutuhan-kebutuhan Emosional........................................................................................... 12
8. Sifat-sifat Kepribadian ............................................................................................................. 13
9. Bermacam-macam Minat Bakat.............................................................................................. 13
D. Faktor–faktor yang harus diketahui dalam mengetahui dasar-dasar pemahaman peserta
didik........................................................................................................................................................ 13
1. Kompetensi Guru Pembimbing (Konselor) di Sekolah ......................................................... 13
2. Mengetahui Klasifikasi Layanan ............................................................................................. 14
3. Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling ................................................... 18
a. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan ............................................................................. 18
b. Strategi untuk Layanan Responsif .......................................................................................... 21
c. Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual .................................................................. 22
d. Strategi untuk Dukungan Sistem............................................................................................. 23
4. Memperhatikan Kebutuhan Para Peserta Didik ................................................................... 27
E. Pentingnya Memahami Peserta Didik......................................................................................... 28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 30
B. SARAN ........................................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya bimbingan dan konseling merupakan salah satu upaya bantuan untuk
menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun
individu sesuai dengan hakekat fitrahnya dengan berbagai potensi, kelebihan dan
kekurangannya.
Maka dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling sangat dipelukan karena
dengan adanya bimbingan dan konseling dapat membantu individu untuk mengembangkan
potensinya dan mencapai cita-citanya. Dalam melaksanakan bimbingan, masalah dalam
memahami peserta didik merupakan sikap yang harus dimiliki oleh guru, sehingga guru
dapat mengetahui aspirasi/tuntutan peserta didik yang bisa dijadikan bahan pertimbangan
dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran
pun akan dapat memenuhi kebutuhan, minat peserta didik dan tepat berdasarkan dengan
perkembangan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka kita dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pemahaman individu?
2. Apa saja teknik yang dapat dilakukan untuk memahami individu?
3. Apa saja aspek yang perlu dikenali dari pribadi individu?
4. Faktor apa sajakah yang harus diketahui untuk memahami individu?
5. Mengapa memahami individu itu sangat penting?
1
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka kita dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Memahami pengertian pemahaman individu.
2. Mengetahui teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk dapat memahami individu.
3. Memahami aspek-aspek yang perlu dikenali dari pribadi individu.
4. Mengetahui faktor – faktor yang harus diketahui dalam dasar – dasar pemahaman
peserta didik.
5. Memahami arti penting pemahaman individu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Herni (2012), pemahaman inidividu merupakan cara/kegiatan pengumpulan
informasi untuk dapat mengenal, mengerti, menilai serta memahami individu secara
keseluruhan. Baik karakteristik, latar belakang, maupun masalah yang di alaminya.
Pemahaman individu oleh Aiken (1997: 454) diartikan sebagai “Appraising the
presence or magnitude of one or more personal characteristics. Assesing human behaviour
and mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating scales,
check list, inventories, projective, and tests.” Dari pernyataan tersebut bahwa pemahaman
individu adalah memiliki keberadaan atau besarnya satu atau lebih karakteristik dari
pribadi individu. Menilai perilaku manusia dan proses mental meliputi prosedurr sebagai
observasi, wawancara, skala penilaian, ceklis, persediaan, teknik proyektif, dan berbagai
tes.
3
menunjukkan kesalahan-kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-
kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi
pendengar yang baik. Suksesnya suatu wawancara tergantung pada
kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan sesuai dengan
tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.
Dalam proses wawancara, pewawancara harus meredam egonya dan
melakukan pengendalian tersembunyi. Pewawancara memantau semua
yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh orang yang diwawancarai, sambil
berusaha menciptakan suasana santai yakni suasana yang konduksif bagi
berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul
dibenak pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti : Apa
yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang
diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia terlihat
bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam teknik wawancara. Untuk kelebihannya
yaitu Flexibility, Nonverbal Behavior, Question Order, Respondent alone can
answer, dan Completeness. Adapun kelemahanya yaitu:
Memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya.
Kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa
terjadi.
Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara
dalam melakukan hubungan antar manusia (human relation).
Wawancara tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu,
misalnya di lokasi-lokasi ribut dan ramai.
Sangat tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari
subyek wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara.
b. Observasi
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan
yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah sehingga diperoleh
4
suatu pemahaman dan dilakukan secara langsung, seksama dan sistematis.
Sehingga pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri
kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Observasi yang intensif bisa dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas.
Pengamat mencatat hal-hal yang berhubungan dengan perilaku siswa, terutama
dalam mengikuti pelajaran maupun dengan teman-temannya. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengetahui keseharian peserta didik yang diduga mengalami
kesulitan belajar. Teknik observasi ini memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Diantaranya,
Kelebihan :
Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai
keandalan yang tinggi. Kadang observasi dilakukan untuk mengecek
validitas dari data yang telah diperoleh sebelumnya dari individu-individu.
Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, aktivitas yang rumit
kadang-kadang sulit untuk diterangkan.
Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya
tata letak fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.
Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.
Kekurangan:
Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman,
sehingga akan melakukan pekerjaannya dengan tidak semestinya.
Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.
Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik
dari biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.
c. Angket
Angket (Questioner) adalah alat pengumpul data melalui komunikasi tidak
langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang ditujukan
kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya
5
jawab dengan responden, yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan responden. Karena angket dijawab atau diisi
oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka
dalam penyusuna angket perlu diperhatikan beberapa hal.
Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada pengantar atau
petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas
menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu
panjang. Dan Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan
berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari
responden secukupnya.
Berikut kelebihan menggunakan angket. Bila lokasi responden jaraknya cukup
jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah adalah dengan angket.
Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang
efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.
Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk
mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar
dijawab.
Responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja, tanpa
terkesan terpaksa.
Kelemahan dari angket :
Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan
metode ini adalah kurang tepat.
Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada pertanyaan
yang ada
Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan
global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di
atas secara spontan dapat berubah setelah melihat pertanyaan di lain nomor.
Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini terjadi
karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan responden
menjawab.
6
d. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang hubungan
sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu dan arah
hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Sosiometri dapat juga dikatakan
sebagai alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang dinamik
kelompok dan juga dipergunakan untuk mengetahui popularitas seseorang dalam
kelompoknya serta untuk meneliti kesulitan hubungan seseorang terhadap
temantemannya dalam kelompok, baik dalam kegiatan belajar, bermain, bekerja,
dan kegiatan-kegiatan kelompok lainnya. Kegunaan lebih lanjut dari teknik
sosiometri ini adalah untuk:
Memperbaiki hubungan insani (human relationship);
Menentukan kelompok kerja tertentu;
Meneliti kemampuan memimpin seseorang dalam kelompok pada suatu
kegiatan tertentu;
Mengatur tempat duduk dalam kelas; serta
Mengetahui kekompakan dan perpecahan anggota kelompok.
Metode ini biasanya digunakan pada kelompok-kelompok kecil (misalnya 10
sampai 100 orang). Apabila terlalu banyak jumlahnya, penentuan hubungan sosial
antarindividu akan menjadi kabur dan akan mengalami kesulitan.
e. Catatan anekdot
Catatan anekdot alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi bagi
individu yang berupa catatan catatan tingkah laku yang dihasilkan dapat
mempermudah guru pembimbing memahami kepribadian siswa. tujuan dari teknik
ini yaitu mengumpulkan informasi yang relevan tentang kepribadian siswa melalui
pencatatan fakta yang diamati dilingkungan sekolah. Namun satu anekdota belum
cukup menyajikan informasi yang relevan, dibutuhkan beberapa anekdota yang
ditulis beberapa pengamat (guru pembimbing, guru mapel). Lalu anekdota dari
beberapa pengamat itu dikumpulkan dan dipelajari dalam satu urutan kronologis
7
yang kemudian diinterpretasi menyeluruh untuk menggamabarkan satu-dua aspek
kepribadian siswa.
f. Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengumpulkan data yang berupa suatu
pernyataan (statemen) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Dari
daftar pertanyaan tersebut individu diminta untuk memilih mana pernyataan yang
cocok dengan dirinya. Inventory adalah metode untuk memahami individu dengan
memberikan sejumlah daftar pernyataan yang harus dijawab/dipilih responden
sesuai dengan keadaan dirinya. Pernyataan tersebut menyangkut tentang sifat,
keadaan, kegiatan tertentu. Jawaban responden tersebut selanjutnya ditafsirkan oleh
pengumpul data tentang keadaan responden dan responden memahami diri.
Inventory tergolong metode laporan diri (self-repport) atau diskripsi diri (self-
deskripsi). Personality inventory mengungkap ciri/aspek kepribadian bentuknya
pernyataan dgn jawaban singkat.. Contoh : (iniventory kepribadian, inventory
minat, tingkat nilai religius, bisa juga untuk mengungkap sistem nilai pada suatu
mausia.
Teknik inventori ini digunakan untuk:
Pemahaman pribadi secara umum: Minat, Sikap, Kebiasaan belajar,
Tempramen, Karakter, Jenis masalah
Pemahaman terhadap lingkungan sosial.
Pemahaman perkembangan individu yang meliputi : Landasan religious,
Perilaku etis, Kematangan emosi, Kematangan intelektual, Kesadaran
tanggung jawab, Peran sosial (wanita dan pria), Penerimaan diri dan
pengembangan, Kemandirian dan perilaku ekonomis, Persiapan karir, dan
Hubungan dengan teman sebaya
8
g. Biografi atau autobiografi
Alat pengumpul data melalui catatan yang ditulis sendiri maupun orang lain.
Biografi ditulis oleh orang lain yang berisi riwayat hidup seseorang.
Autobiografi adalah alat pengumpul data yang ditulis sendiri oleh orang itu hingga
akhir hidupnya. Objek yang dipahami dalam penulisan biografi adalah:
Keterangan tentang diri
Saya dan keluarga
Riwayat kesehatan
Riwayat pendidikan
Rekreasi pengisian waktu luang
Pribadi saya
Konselor dapat membantu peserta didik membuat autibiografi dengan
memberikan suatu daftar yang dicantumkan
Cita-cita
Pengalaman yang paling mengesankan
Keadaan orang tua
Riwayat pendidikan
Riwayat kesehatan
Kegiatan untuk mengisi waktu luang
Hubungan dengan teman-teman
Masa depan pendidikan
9
2. Teknik Tes
a. Tes intelegensi umum
Tes semacam ini digunakan untuk mengukur kecerdasan. Satuan yang
digunakan dalam tes Binet adalah IQ (intelegence question) yang diperoleh dari
hasil pembagian antara usia mental dengan usia kronologis dikalikan 100.
b. Tes bakat
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan dalam aspek-aspek khusus,
seperti aspek verbal (kemampuan berbahasa), aspek numerik (kemampuan
menggunakan angka-angka).
c. Tes kepribadian
Tes kepribadian digunakan untuk mengukur sifat-sifat atau karakteristik primer
dan skunder, seperti sifat-sifat stabilitas emosi, rasa humor, seksual dan sebagainya.
10
C. Hal-hal yang Perlu dikenal dari Pribadi Murid
Banyak aspek dari pribadi murid yang perlu dikenal, aspek-aspek tersebut
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Latar Belakang Masyarakat
Kultur masyarakat dimana siswa tinggal, besar pengaruhnya terhadap sikap siswa.
Latar belakang cultural ini menyebabkan para siswa memiliki sikap yang berbeda-beda
tentang agama, politik, masyarakat lain, dan cara bertingkah laku. Pengalaman anak-
anak diluar sekolah yang hidup di dalam masyarakat kota sangat berbeda dengan
pengalaman para siswa yang tinggal di pedesaan.
3. Tingkat Intelegensi
Hasil test intelegensi juga menjadi sumber yang menggambarkan abilisitas belajar
siswa. Bahkan menurut Wechsler, bahwa intelegensi seseorang dipengaruhi oleh
perasaan cemas, dorongan, rasa aman, dan sebagainya. Faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap kemantapan daripada IQ. Tingkat intelegensi dapat digunakan
untuk memperkirakan keberhasilan seorang siswa.
11
4. Hasil Belajar
Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang telah diperoleh
sebelumnya. Hal-hal yang perlu diketahui itu, ialah penguasaan pelajaran
keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja. Hal tersebut penting bagi guru karena
dapat membantu guru mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan
hasil dan kemajuan belajar selanjutnya, hasil-hasil tersebut dapat saja berbeda dan
bervariasi sehubungan dengan kedaan motivasi, kematangan, dan penyesuaian sosial.
5. Kesehatan Badan
Guru perlu secara berkala mengetahui tentang keadaan kesehatan dan pertumbuhan
siswa. Keadaan kesehatan dan pertumbuhan ini besar pengaruhnya terhadap hasil
pendidikan dan penyesuaian social mereka. Siswa yang kurang sehat badannya
mungkin mengalami kurang vitamin sehingga kurang energi untuk belajar.
7. Kebutuhan-kebutuhan Emosional
Diantara kebutuhan emosional yang penting dikalangan para siswa pada umumnya
ialah ingin diterima, berteman, dan rasa aman. Kebutuhan ini perlu mendapat kepuasan
dan jika tidak berhasil memberikan kepuasan atas kebutuhan tersebut maka akan
menimbulkan frustasi dan gangguan mental lainnya. Gangguan mental tersebut dapat
dilihat dari tingkah lakunya sebagai berikut: Tingkah Laku Pemalu, Kelakuannya
sangat agresif, Tingkah laku submissive (terlalu bergantung pada orang lain), Gejala
sakit somatis (sakit badan yang sebenarnya disebabkan oleh gangguan mental).
12
8. Sifat-sifat Kepribadian
Guru perlu mengenal sifat-sifat kepribadian murid agar guru mudah mengadakan
pendekatan pribadi dengan mereka, sehingga hubungan pribadi menjadi lebih dekat
dan pengajaran lebih efektif.
13
b) Merencanakan program bimbingan dan konseling.
c) Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling.
d) Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
e) Menilai proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling.
f) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian
g) Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling.
h) Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan konseling
tersebut. (Sukardi, 2002: 56)
Konselor disamping bertugas memberikan layanan kepada siswa, juga sebagai
sumber data yang meliputi: kartu akademis, catatan konseling, data psikotes dan
catatan konperensi kasus.
Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan apakah konselor yang ada
disekolah memiliki kompetensi sebagai konselor. Perlu dukungan sehingga layanan
bimbingan dan konseling dilakukan oleh seorang konselor (berlatar pendidikan
bimbingan dan konseling yang idealnya memiliki sertifikasi konselor). Paling tidak
layanan diberikan oleh guru pembimbing yang telah memperoleh pelatihan
bimbingan dan konseling yang diselenggarakan oleh ABKIN maupun Depdiknas
yang ditugaskan oleh kepala sekolah untuk melakukan layanan bimbingan dan
konseling dengan dukungan penuh wali kelas, guru dan pimpinan sekolah yang
melaksanakan fungsi dan peran bimbingan dalam kapasitas dan kewenangannya
masing-masing. Pada kondisi paling darurat para tenaga pendidik di sekolah yaitu
guru, wali kelas dan pimpinan sekolah dalam peran dan tugasnya maing-masing
melaksanakan layanan bimbingan sesuai dengan kapasitas.
14
Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada
semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara
optimal”. Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan
dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar:
1) Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya(pendidikan,
pekerjaan, sosial budaya dan agama).
2) Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab
atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
3) Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya.
4) Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
b. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera”. Tujuan
layanan responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan
memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami
hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan
layanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-
masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu,
berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan
pendidikan.
15
c. Layanan Perencanaan Individual
Layanan ini diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan
dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman
akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya”. Tujuan layanan
perencanaan individual bertujuan untuk membantu siswa agar:
1) Memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya.
2) Mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun
karir.
3) Dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang
telah dirumuskannya.
Tujuan layanan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai
upaya memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola
rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri.
16
1) Pemberian Layanan Konsultasi/Kolaborasi
Pemberian layanan menyangkut kegiatan guru pembimbing (konselor) yang
meliputi konsultasi dengan guru-guru, menyelenggarakan program kerjasama
dengan orang tua atau masyarak, berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan-
kegiatan sekola, bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka
mencisekolahakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan
siswa, melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat
dengan bimbingan dan konseling.
2) Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling
melalui kegiatan-kegiatan pengembangan program, pengembangan staf,
pemanfaatan sumber daya, dan pengembangan penataan kebijakan. Secara
operasional program disusun secara sistematis sebagai berikut :
a) Rasional berisi latar belakang penyusunan pogram bimbingan didasarkan
atas landasan konseptual, hukum maupun empirik.
b) Visi dan misi, berisi harapan yang diinginkan dari layanan Bk yang
mendukung visi , misi dan tujuan sekolah.
c) Kebutuhan layanan bimbingan, berisi data kebutuhan siswa, pendidik dan
isntitusi terhadap layanan bimbingan. Data diperoleh dengan mepergunakan
instrumen yang dapat dipertangguang jawabkan.
d) Tujuan, berdasarkan kebutuhan ditetapkan kompetensi yang dicapai siswa
berdasarkan perkembangan.
e) Komponen program : (1) Layanan dasar, program yang secara umum
dibutuhkan oleh seluruh siswa pertingkatan kelas. (2) Layanan responsif,
program yang secara khusus dibutuhakn untuk membatu para siswa yang
memerlukan layanan bantuan khusus. (3) Layanan perencanaan individual,
program yang mefasilitasi seluruh siswa memiliki kemampuan mengelola
diri dan merancang masa depan. (4) Dukungan sistem, kebijakan yang
17
mendukung keterlaksanaan program, program jejaring baik internal sekolah
maupun eksternal.
f) Rencana operasional kegiatan
g) Pengembagan tema atau topik (silabus layanan).
h) Pengembangan satuan layanan bimbingan.
i) Evaluasi
j) Anggaran
Program disusun bersama oleh personil bimbingan dan konseling dengan
memperhatikan kebutuhan siswa, mendukung kebutuhan pendidik untuk
memfasilitasi pelayanan perkembangan siswa secara optimal dalam
pembelajaran dan mendukung pencapaian tujuan, misi dan visi sekolah.
Program yang telah disusun disampaikan pada semua pendidik di sekolah pada
rapat dinas agar terkembang jejaring layanan yang optimal.
18
berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti: kurikulum, personel
(pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan,
laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan
ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya.
Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan
kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting
bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung
(melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah,
dan internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat
mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan
bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.
2) Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-
kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon
kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan
kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan
tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian,
dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk
mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan
produktif.
19
dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan orang tua. Sebagai
pembimbing, guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu
memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. (Umar, 2001: 117) Sebagai tenaga ahli
pengajaran dalam mata pelajaran atau program pelatihan tertentu, dan sebagai
personel yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan guru
dalam layanan bimbingan adalah:
a) Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa.
b) Membantu koselor mengidentifikasikan siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling.
c) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada konselor.
d) Membantu mengembangkan suasana kelas.
e) Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling.
f) Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa.
g) Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
bimbingan dan konseling dalam upaya tindak lanjut. Guru juga membantu
memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi:
a) Daftar nilai siswa
b) Observasi
c) Catatan anekdot (Sukardi, 2002: 52-58)
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan
konseling di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan
konselor dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari
kedua belah pihak (guru dan konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut.
20
ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di
sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini
memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar
pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi
siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa.
Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan
beberapa upaya, seperti: (1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang
para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang
pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2)
sekolahmemberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang
kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua diminta untuk
melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama menyangkut
kegiatan belajar dan perilaku sehari – harinya.
21
mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu sama lain saling
memberikan masukan atau pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.
3) Referal (Rujukan atau Alih Tangan) Apabila konselor merasa kurang memiliki
kemampuan untuk menangani masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal
atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti
psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal
adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan
(kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
22
belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki
pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.
2) Individual or Small-Group Advicement
Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau
memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi,
sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan,
dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang
pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki
kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau
perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukannya.
23
dengan peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti
dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi
profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4)
para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter,
dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling),
dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).
3) Manajemen Program
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
tercipta di sekolahan, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu
sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara
jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981)
mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Management is the process of
planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing
members and of using all other organizational resources to achieve stated
organizational goals”.
Berikut diuraikan aspek-aspek sistem manajemen program layanan
bimbingan dan konseling:
a) Kesepakatan Manajemen
b) Keterlibatan Stakeholder
c) Manajemen dan Penggunaan Data
d) Rencana Kegiatan
e) Pengaturan Waktu
f) Kalender Kegiatan
g) Jadwal Kegiatan
h) Anggaran
i) Penyiapan Fasilitas
Agar layanan dasar bimbingan dan konseling, renponsif, perencanaan
individual, dan dukungan sistem berfungsi efektif diperlukan cara baru dalam
24
mengatur fasilitas-fasilitas program bimbingan dan konseling. (Nurihsan, 2006:
63) Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain sebagai berikut:
a) Sarana
(1) Alat pengumpul data, Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes
inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat sekolah, tes/inventori
kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar. Alat
pengumpul data yang berupa non-tes yaitu: pedoman observasi, catatan
anekdot, daftar cek, skala penilaian, alat-alat mekanis, pedoman
wawancara, angket, biografi dan autobiografi, dan sosiometri.
(2) Alat penyimpanan data, seperti kartu pribadi, buku pribadi, map, dan
sebagainya. Bentuk kartu ini dibuat sedemikian rupa dengan
ukuranukuran serta warna tertentu, sehingga mudah untuk disimpan
dalam filling cabinet. Untuk menyimpan berbagai keterangan,
informasi atau pun data untuk masing-masing siswa, maka perlu
disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data
siswa yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat
yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku pribadi.
(3) Perlengkapan teknis, seperti buku pedoman, buku informasi, paket
bimbingan, blongko surat, alat-alat tulis, dan sebagainya. Perlengkapan
administrasi, seperti alat tulis menulis, format rencana satuan layanan
dan kegiatan pendukung serta blanko laporan kegiatan, blanko surat,
kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat.
b) Prasarana
(1) Ruangan bimbingan dan konseling, seperti ruang tamu, ruang
konsultasi, ruang diskusi, ruang dokumentasi dan sebainya.
25
(2) Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan, seperti anggaran
untuk surat manyurat, transportasi, penataran, pembelian alat-alat, dan
sebagainnya. (Sukardi, 2002: 63)
(3) Fasilitas dan pembiayaan merupakan aspek yang sangat penting yang
harus diperhatikan dalam suatu program bimbingan dan konseling.
Adapun aspek pembiayaan memerlukan perhatian yang lebih serius
karena dalam kenyataannya aspek tersebut merupakan salah satu
factor penghambat proses pelaksanaan bimbingan dan konseling.
(Nurihsan, 2006: 59).
c) Pengendalian
Pengendalian adalah salah satu aspek penting dalam manajemen
program layanan bimbingan dan konseling. Dalam pengendalian program,
koordinator sebagai pemimpin lembaga atau unit bimbingan dan konseling
hendaknya memiliki sifat sifat kepemimpinan yang baik yang dapat
memungkinkan terciptanya sekolah suatu komunikasi yang baik dengan
seluruh staf yang ada. Personel-personel yang terlibat di dalam program,
hendaknya benar-benar memiliki tanggung jawab, baik tanggung jawab
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya maupun tanggung jawab
terhadap yang lain, serta memiliki moral yang stabil. Pengendalian
program bimbingan ialah : (a) untuk menciptakan suatu koordinasi dan
komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada, (b) untuk mendorong
staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan (c)
memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang
telah direncanakan. Dalam hal ini dibutuhkan pula seorang supervisi.
Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf
sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. (Burhanuddin,
2005: 99). Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf
26
sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik.
(Sukardi, 2002: 240).
Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di
sekolah, pengawas juga melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah tersebut. Pengawas sekolah juga berfungsi
sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru, maupun konselor untuk
membicarakan upaya-upaya lain dalam rangka memajukan bimbingan dan
konseling. Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-langkah
yang bisa ditempuh untuk memajukan dan menambah pengetahuan kepala
sekolah, guru, dan konselor, misalnya melalui penataran, seminar, latihan-
latihan demi memajukan program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001:
119). Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan dan konseling
adalah:
1) Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan
konseling, yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
mereka masing-masing
2) Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui
oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-
masing
3) Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan
yang ditemui
4) Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah
pencapaian tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan.
27
Dalam hal ini, Maslow mengungkapkan jenis-jenis kebutuhan-kebutuhan individu
secara hierarkis:
a. Kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan.
b. Kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental psikologikal
dan intelektual kebutuhan kasih sayang atau penerimaan.
c. Kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status.
d. Kebutuhan aktualisasi diri
28
3. Dengan mengetahui dasar – dasar pemahaman peserta didik, seorang guru/konselor
akan lebih mudah dalam mengenali kapan perkembangan normal yang sesungguhnya
dimulai, sehingga guru dapat mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan
terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya
4. Dengan mengetahui dasar – dasar pemahaman peserta didik, seorang guru/konseli akan
lebih mudah dalam memberikan bimbingan yang tepat pada peserta didik.
29
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemahaman individu oleh Aiken (1997: 454) diartikan sebagai “Appraising the
presence or magnitude of one or more personal characteristics. Assesing human behaviour
and mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating scales,
check list, inventories, projective, and tests.” Dari pernyataan tersebut bahwa pemahaman
individu adalah memiliki keberadaan atau besarnya satu atau lebih karakteristik dari
pribadi individu. Menilai perilaku manusia dan proses mental meliputi prosedurr sebagai
observasi, wawancara, skala penilaian, ceklis, persediaan, teknik proyektif, dan berbagai
tes.
B. SARAN
Aktivitas utama seorang konselor adalam melakukan bimbingan dan konseling, yakni
aktivitas yang dilakukan untuk membantu orang lain agar menjadi lebih optimal dan jika
dia sedang menghadapi masalah dalamhidupnya, dia mampu menyelesaikan. pemahaman
inidividu merupakan cara/kegiatan pengumpulan informasi untuk dapat mengenal,
mengerti, menilai serta memahami individu secara keseluruhan. Baik karakteristik, latar
belakang, maupun masalah yang di alaminya.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyaknya kelemahan dan
kekeliruan baik dari isi maupun penjelasannya masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan dari semua pihak agar memberikan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun guna memperbaiki dan menyempurnakan isi makalah ini.
30
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (1998). Layanan Bimbingan Kelompok dan Layanan
Konseling Kelompok. Jakarta: Departeman Pendidikan Dan Kebudayaan
R. Aiken, Lewis. dan Groth-Marnat, Gary. (2008) Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Ter.
Hartati Widiastuti. Jakarta: Indeks.
Surya, H. M. (1998). Buku Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Universitas
Terbuka
Prayitno. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta, 2001.
31