LANTAI 1 B
Blok 1B/3-2/32 – 34
Lantai 1B
Sound shower
Board 32
1
Caption 2 Rapat Tahunan Ke – 2 T tahun 1913
2
Caption 5 Rapat Tahunan Ke – 5 Tahun 1916
3
Caption 7 Rapat Tahunan Ke – 7 Tahun 1918
4
Caption 9 Rapat Tahunan Ke – 9 Tahun 1920
6
Caption 12 Rapat Tahunan Ke – 12 Tahun 1923
7
Caption 14 Rapat Tahunan Ke – 14 Tahun 1925
8
Foto dan gambar
pendukung
9
Ketua Terpilih KH Ibrahim
10
Logo dan gambar
pendukung
11
Ketua Terpilih KH Ibrahim
12
Gerbang Masuk area Kongres Muhammadiyah ke 19 di
Bukittinggi, tahun 1920, Sumber Koleksi Yunus Anis
13
Caption 22 Kongres Besar Tahunan Ke – 22 Tahun 1933
14
Lagu dan logo kongres 24
15
Caption 25 Kongres Besar Tahunan Ke – 25 Tahun 1936
16
Caption 26 Kongres Besar Tahunan Ke – 26 Tahun 1937
17
Logo dan lagu kongres muhammadiyah ke 26
18
Caption 29 Kongres Besar Tahunan 29 tahun 1941
19
Logo dan lagu kongres Muhammadiyah ke 29
20
Caption 32 Silaturrahmi Se- Jawa Tahun 1945
21
Foto dan gambar
pendukung
22
Caption 35 Muktamar Ke-33 Tahun 1957
23
Foto dan gambar
pendukung
24
Narasi Touchscreen Pelaksanaan tahun 1959 di Kota Yogyakarta
25
Ketua Terpilih KH Faqih Usman
26
Foto dan gambar
pendukung
27
Caption 41 Muktamar Ke-39 Tahun 1974
28
Foto dan gambar
pendukung
29
Foto dan gambar
pendukung
30
Foto dan gambar
pendukung
31
Narasi Touchscreen Pelaksanaan 6 – 10 Juli 1995 di Kota Banda Aceh
32
Syamsudin, M.A.
33
sejarahnya, dalam muktamar abad ke 2 ini ditorehkan
berbagai prestasi baik dalam penyelenggaraan maupun
penetapan visi misi baru muhammadiyah pada abad ke 2.
Board 33
34
Rapat Tahunan ke 10 tahun 1921 membawa perubahan besar
bagi gerakan Muhammadiyah. Pada tahun ini secara resmi
Muhammadiyah mendapat izin dari pemerintah kolonial
untuk menjadi gerakan yang bersifat nasional ke seluruh
Hindia Belanda. Dengan diberlakukannya peraturan ini maka
segera berbagai gerakan yang sebelumnya sebatas terafiliasi
dengan Muhammadiyah kemudian secara resmi berdiri
sebagai cabang-cabang Muhammadiyah yang mulai
menyebar ke seluruh Indonesia.
Foto 1
35
Kongres Muhammadiyah pertama di luar Jawa
diselenggarakan di Minangkabau pada tahun 1930.
Kesuksesan kongres ke-19 ini merupakan jawaban terhadap
tuduhan dan opini yang dibangun oleh pihak yang antipati
bahwa Muhammadiyah hanya dapat hidup di Yogyakarta.
Penunjukan Minangkabau sebagai tuan rumah pelaksanaan
kongres diawali dengan kunjungan Haji Fachrodin (1927)
dan M Yunus Anis (1928) telah membawa opini baru bagi
pemetaan kekuatan bahwa Muhammadiyah tidak lagi sebatas
hanya ada di Jawa, melainkan sudah menyebar ke ranah
Minang seluruh Sumatra
Foto 2
36
Suasana rapat kongres ke 19 dipimpin oleh KH Ibrahim
37
Foto 3
Foto 4
38
Media akan didukung dengan vcd resmi muktamar seabad
koleksi Impron Nasri
Board 34
Artefak 1
39
Artefak 2
Artefak 3
40
Caption 4
Artefak 5
41
42
43
44
Media Tata Pamer Meja Vitrin dengan artefak
Board 32
Artefak
45
Pernak pernik muktamar koleksi Imron Nasri
46