Anda di halaman 1dari 33

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK MASA

DEMOKRASI TERPIMPIN ( 1959-1965 )

Kelompok 6 XII IPS 3

1. Muhammad Farhan
2. Muhammad Habibillah
3. Nabil Dwi Putra
4. Rana Salsabil Shafa
5. Sabrina Kayla Navindra

SMA NEGERI 12 DEPOK


Jl. Raya Cipayung Jaya No.47, Cipayung Jaya, Kec.
Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat 16437

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul " SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK MASA DEMOKRASI
TERPIMPIN (1959-1965)" ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK MASA DEMOKRASI
TERPIMPIN (1959-1965) bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Trikoraeni S.Pd, MM . Selaku


guru Sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, Agustus 2023

Penulis

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...……………………..……………………..………. i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...…………………………………………………....... iii

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK INDONESIA MASA DEMOKRASI


TERPIMPIN ( 1959 – 1965 ) ............................................................... 1
A . Dinamika Politik Masa Demokrasi Terpimpin ................................. 3
1. Menuju Demokrasi Terpimpin ….…………………............. 4
a.) Latar Belakang Dikeluarkan Dekrit Presiden.................... 8
b.) Tujuan Dikeluarkannya Dekrit…....................................... 9
c.) Isi Dekrit Presiden………………………………….............. 9
d.) Reaksi Dengan Adanya Dekrit Presiden….…….............. 10
e.) Dampak Positif dan Negatif……………….…..….............. 10

2. Peta Kekuatan Politik Nasional .…..……………………….. 11


a.) Representasi Ideologi dan Kepentingan…....................... 15
b.) Pengaruh dalam Dinamika Nasional..……...................... 16

3. Pembebasan Irian Barat ................................................... 17


a.) Perjuangan Untuk Integritas Dan Kemerdekaan ............. 19
b.) Konteks Sejarah Pembebasan Irian Barat....................... 22
c.) Perjuangan Melawan Imperialisme ..….…....................... 24
d.) Konflik Bersenjata Dan Konfrontasi ................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 29

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno ....………….………. 1
Sumber : https://ringkasanku.com

Gambar 2 Presiden Soekarno ..……..…..……………………..………. 3


Sumber : http://dewavector.blogspot.com

Gambar 3 Bendera Merah Putih………………………………...….…….. 4

Sumber : https://www.detik.com/edu/detikpedia

Gambar 4 Anggota Dewan Nasional .……..…………………...….…….. 6

Sumber : https://retizen.republika.co.id/

Gambar 5 Suasana Pembacaan Dekret Presiden 5 Juli 1959.…...... 9


Sumber : https://www.kompas.com

Gambar 6 Mahkamah Agung Mendukung


Pelaksanaan Dekrit Presiden ……..…………….............. 10
Sumber : https://hidayatullah.com/artikel

Gambar 7 Kekuatan – kekuatan Politik Utama Pada Masa


Demokrasi Terpimpin………..……..…………….............. 11
Sumber : https://hidayatullah.com/artikel

Gambar 8 Bung Karno dan Ketua Mao .….…………………...…...….. 14

Sumber : https://koransulindo.com

Gambar 9 Partai Indonesia………………………………………….…... 15

Sumber : https://commons.wikimedia.org/

Gambar 10 Demonstrasi Menentang Kekuasaan Belanda


Di Irian Barat ….......………..……..…………….............. 17
Sumber : https://nasional.okezone.com/

Gambar 11 Penandatanganan New York Agreement.……….…..…. 19


Sumber : https://suarapapua.com/

Gambar 12 Agresi Militer Belanda II ( 1948 )……...………….…..…. 19


Sumber : https://www.idntimes.com

Gambar 13 Upaya Pembebasan Irian Barat …....…………….…..…. 10


Sumber : https://intisari.grid.id/

Gambar 14 Operasi Trikora Oleh TNI.….…..………………….…..…. 21


Sumber : https://nasional.sindonews.com

Gambar 15 Presiden Soekarno………....…..………………….….…. 27


Sumber : https://nasional.kompas.com

iii
SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK MASA
DEMOKRASI TERPIMPIN ( 1959-1965 )

Gambar 1 Demokrasi terpimpin oleh Soekarno


Sumber : https://ringkasanku.com/

Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante


dan rentetan peristiwa-peristiwa politik yang mencapai klimaksnya dalam
bulan Juni 1959, akhimya mendorong Presiden Soekarno untuk sampai
kepada kesimpulan bahwa telah muncul suatu keadaan kacau yang
membahayakan kehidupan negara. Atas kesimpulannya tersebut.
Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959, dalam suatu acara resmi di
Istana Merdeka, mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran
Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 dalam kerangka sebuah
sistem demokrasi yakni Demokrasi Terpimpin .

Dekrit yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959
mendapatkan sambutan dari masyarakat Republik Indonesia yang pada
waktu itu sangat menantikan kehidupan negara yang stabil. Latar
belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden
Soekarno:

1
1. Dari Segi Keamanan Nasional : Banyaknya gerakan separatis pada
masa demokrasi liberal menyebabkan ketidakstabilan negara.

2. Dari Segi Perekonomian: Sering terjadinya pergantian kabinet pada


masa demokrasi liberal menyebabkan program-Program yang
dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga
pembangunan ekonomi tersendat.

3. Dari Segi Politik: Konstante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.

Perlu diketahui, dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959,


Presiden Soekamo secara resmi menerapkan pemikirannya dengan
mengganti sistem Demokrasi Parlementer menjadi Demokrasi Terpimpin
Melalui sistem ini, Presiden Soekarno membawa Indonesia ke dalam
suasana konflik antar kekuatan politik yang pada akhirnya melahirkan
Gerakan 30 September 1965. Pemikiran politik Soekarno akhirnya
menjepit dirinya dan mengantarkan kepada kejatuhan kekuasaan yang
dipegangnya sejak 1960.

2
A . Dinamika Politik Masa Demokrasi Terpimpin

Gambar 2 Presiden Soekarno


Sumber : http://dewavector.blogspot.com/

Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi yang berjalan


antara tahun 1959 sampai dengan tahun 1966, dimana dalam sistem
demokrasi ini seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin
negara yang kala itu dipegang oleh Presiden Soekarno. Konsep sistem
Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno
dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956.
Adapun ciri-ciri demokrasi terpimpin sebagai berikut:

1. Presiden Soekarno berperan besar dalam penyelenggaraan


pemerintahan

2. Terbatasnya peran partai politik.

3. Melasnya peran miter sebagai unsur politik.

4. Berkembangnya pengaruh Partai Komunis Indonesia.

Gagasan Presiden Soekarno ini dikenal sebagai Konsepsi Presiden 1957.


Pokok - pokok pemikiran yang terkandung dalam konsepsi tersebut

1. Dalam pembaruan struktur politik harus diberlakukan sistem demokrasi


terpimpin yang didukung oleh kekuatan - kekuatan yang mencerminkan
aspirasi masyarakat secara seimbang

3
2. Pembentukan kabinet gotong royong berdasarkan imbangan kekuatan
masyarakat yang terdiri atas wakil partai-partai politik dan kekuatan
golongan politik baru yang diberi nama oleh Presiden Soekarno golongan
fungsional atau golongan karya.

1 . Menuju Demokrasi Terpimpin

Gambar 3 Bendera Indonesia


Sumber : https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
6616481/demokrasi-terpimpin-tujuan-sistem-dan-
Kehidupan sosial politik Indonesia pada masa Demokrasi Liberal (1950
hingga 1959) belum pernah mencapai kestabilan secara nasional Kabinet
yang silih berganti membuat program kerja kabinet tidak dapat dijalankan
sebagaimana mestinya. Partai-partai politik saling bersaing dan saling
menjatuhkan.

Mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompok masing-masing. Di


sisi lain, Dewan Konstituante yang dibentuk melalui Pemilihan umum 1955
tidak berhasil menyelesaikan tugasnya menyusun UUD baru bagi
Republik Indonesia. Padahal Presiden Soekarno menaruh harapan besar
terhadap Pemilu 1955, karena bisa dijadikan sarana untuk membangun
demokrasi yang lebih baik. Hal ini seperti yang diungkapkan Presiden
Soekarno bahwa "era 'demokrasi raba-raba' telah ditutup". Namun pada
kenyataanya, hal itu hanya sebuah angan dan harapan Presiden
Soekarno semata.

4
Kondisi tersebut membuat Presiden Soekarno berkeinginan untuk
mengubur partai partai politik yang ada, setidaknya menyederhanakan
partai-partai politik yang ada dan membentuk kabinet yang berintikan 4
partai yang menang dalam pemilihan uman 1955. Untuk mewujudkan
keinginannya tersebut, pada tanggal 21 Februari 1957, di hadapan para
tokoh politik dan tokoh militer menawarkan konsepsinya untuk
menyelesaikan dan mengatasi krisis-krisis kewibawaan pemerintah yang
terlibat dari jatuh bangunnya kabinet. Dalam konsepsinya Presiden
Soekamo menghendaki dibentuknya kabinet berkaki empat yang
anggotanya terdiri dari wakil-wakil PNI. Masyumi, NU dan PKI, Selain itu
Presiden Soekamo juga menghendaki dibentuknya Dewan Nasional yang

anggotanya terdiri dari golongan fungsional di dalam masyarakat Lebih


jauh Presiden juga menekankan bahwa Demokrasi Liberal yang dipakai
saat itu merupakan demokrasi impor yang tidak sesuai dengan jiwa dan
semangat bangsa Indonesia. Untuk itu ia ingin mengganti dengan suatu
demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, yaitu
Demokrasi Terpimpin

Upaya untuk menuju Demokrasi Terpimpin telah dirintis oleh Presiden


Soekarno
sebelum dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Langkah-langkah
menuju Demokrasi Terpimpin yang dilakukan oleh Presiden Soekarno,
diantaranya:

5
1. Pembentukan Dewan Nasional pada 6 Mei 1957.
Sejak saat itu Presiden Soekamo mencoba mengganti sistem demokrasi
parlementer yang membuat pemerintahan tidak stabil dengan demokrasi
terpimpin.Melalui panitia perumus Dewan Nasional, dibahas mengenai
usulan kembali

ke UUD 1945. Usulan ini berawal dari KSAD Mayor Jenderal Nasution
yang mengajukan usul secara tertulis untuk kembali ke UUD 1945 sebagai
landasan pelaksanaan demokrasi terpimpin. Usulan Nasution ini kurang
didukung oleh wakil-wakil partai di dalam Dewan Nasional yang
cenderung mempertahankan UUD Sementara 1950. Situasi ini pada
awalnya membuat Presiden Soekamo ragu untuk mengambil keputusan,
namun atas desakan Nasution, akhirnya Presiden Soekamo menyetujui
untuk kembali ke UUD 1945.

Gambar 4 Anggota Dewan Nasional


Sumber : https://retizen.republika.co.id/

2. Mengeluarkan suatu keputusan pada tanggal 19


Februari 1959 tentang pelaksanaan demokrasi
terpimpin dalam rangka kembali ke UUD 1945.
Keputusan ini pun kemudian disampaikan Presiden Soekarno di hadapan
anggota DPR pada tanggal 2 Maret 1959. Karena yang berwenang
menetapkan UUD adalah Dewan Konstituante, Presiden juga
menyampaikan amanat terkait kembali ke UUD 1945 di hadapan anggota
Dewan Konstituante pada tanggal 22 April 1959. Dalam amanatnya

6
Presiden Soekarno menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus kembali
kepada jiwa revolusi dan mendengarkan amanat penderitaan rakyat. UUD
1945 akan menjadikan bangsa Indonesia sebagai sebuah negara
kesatuan. Untuk itu, Presiden Soekarno kemudian meminta anggota
Dewan Konstituante untuk menerima UUD 1945 apa adanya tanpa
perubahan dan menetapkannya sebagai UUD RI yang tetap.

Dewan Konstituante kemudian mengadakan pemungutan suara untuk


mengambil keputusan terhadap usulan Presiden, namun setelah
melakukan pemungutan sebanyak tiga kali tidak mencapai kuorum untuk
menetapkan UUD 1945 sebagai UUD yang tetap.

Pada keesokan harinya, tanggal 3 Juni 1959, Dewan Konstituante


mengadakan reses yang akhirnya untuk selamanya. Hal ini disebabkan
beberapa fraksi dalam Dewan Konstituante tidak akan menghadiri sidang
lagi kecuali untuk pembubaran Dewan Konstituante. Kondisi ini membuat
situasi politik menjadi sangat genting konflik politi antarpartai semakin
panas dan melibatkan masyarakat di dalamnya ditambah munculnya
beberapa pemberontakan di daerah yang mengancam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Untuk mencegah munculnya ekses-ekses politik
sebagai akibat ditolaknya usulan pemerintah untuk kembali ke UUD 1945
oleh Dewan Konstituante, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) selaku
Penguasa Perang Pusat (Peperpu), A.H. Nasution, atas nama pemerintah
mengeluarkan larangan bagi semua kegiatan politik, yang berlaku mulai
tanggal 3 Juni 1959, pukul 06.00 Pagi. KSAD dan Ketua Umum PNI,
Suwiryo, menyarankan kepada Presiden Soekamo untuk mengumumkan
kembali berlakunya UUD 1945 dengan suatu Dekrit Presiden. Sekretaris
Jenderal PKI pun, D.N. Aidit memerintahkan anggota partainya yang
duduk di Dewan Konstituante untuk tidak menghadiri kembali sidang
Dewan Konstituante.

7
3. Mengambil Keputusan Melalui Dekrit Presiden.
Presiden Soekarno memerlukan waktu beberapa hari untuk mengambil
langkah yang menentukan masa depan bangsa Indonesia dan
menyelesaikan permasalahan yang ada. Pada tanggal 3 Juli 1959,
Presiden Soekamo memanggil Ketua DPR, Mr. Sartono, Perdana Menteri
Ir. Djuanda, para menteri, pimpinan TNI, dan anggota Dewan Nasional
(Roeslan Abdoel Gani dan Moh. Yamin), serta ketua Mahkamah Agung,
Mr. Wirjono Prodjodikoro, untuk mendiskusikan langkah yang harus
diambil Setelah melalui serangkaian pembicaraan yang panjang mereka
bersepakat mengambil keputusan untuk memberlakukan kembali UUD
1945. Pertemuan tersebut juga menyepakati untuk mengambil langkah
untuk melakukannya melalui Dekrit Presiden.

Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit


Presiden 5 Juli 1959.
a.)Latar Belakang Dikeluarkan Dekrit Presiden
Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara
belum berhasil dibuat sedangkan Undang-undang Dasar Sementara
(UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap
tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.

Dekrit Presiden 1959 Dimulainya Masa Demokrasi Terpimpin. Kegagalan


konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga
membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak
mempunyai pijakan hukum yang mantap. Situasi politik yang kacau dan
semakin buruk. Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang
semakin bertambah gawat bahkan menjurus menuju gerakan sparatisme.

Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional :


1. Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat
sementara sulit sekali untuk mempertemukannya.

8
2. Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan
segala cara agar tujuan partainya tercapai

Demi menyelamatkan negara maka presiden melakukan tindakan


mengeluarkan keputusan Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang
selanjutnya dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

b.) Tujuan Dikeluarkan Dekrit


Adalah untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin tidak
menentu dan untuk menyelamatkan Negara , mengatasi kegagalan
konstituante serta ketidakstabilan politik. Dengan dikeluarkannya dekrit ini,
maka pemerintah kembali memberlakukan UUD 1945. Artinya, sistem
pemerintahan yang dijalankan pun adalah sistem pemerintahan demokrasi
terpimpin.

c.) Isi Dekrit Presiden


1. Menetapkan pembubaran konstituante.
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia,terhitung mulai tanggal penetapan Dekret
dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara (UUDS).
3. Pembentukan MPRS,yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan
utusan – utusan dan golongan,serta pembentukan Dewan Pertimbangan
Agung Sementara (DPAS)

Gambar 5 Suasana Pembacaan Dekret


Presiden 5 Juli 159
Sumber : https://www.kompas.com

9
d.) Reaksi Dengan Adanya Dekrit Presiden
 Rakyat menyambut baik sebab mereka telah mendambakan
adanya stabilitas politik yang telah goyah selama masa Liberal.
 Mahkamah Agung membenarkan dan mendukung pelaksanaan
Dekrit Presiden.
 KSAD meminta kepada seluruh anggota TNI-AD untuk
melaksanakan pengamanan Dekrit Presiden.
 DPR pada tanggal 22 Juli 1945 secara aklamasi menyatakan
kesediaannya untuk melakanakan UUD 1945.

Gambar 6 MA mendukung Pelaksanaan


Dekrit Presiden
Sumber : https://hidayatullah.com/artikel

e.) Dampak Positif dan Negatif

Dampak positif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah


sebagai berikut:

 Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik


berkepanjangan.
 Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 bagi
kelangsungan negara.

10
 Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan
lembaga tinggi negara berupa DPAS yang selama masa Demokrasi
Parlemen tertertunda pembentukannya.

Dampak negatif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah


sebagai berikut:
 Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan
konsekuen. UUD 45 yang harusnya menjadi dasar hukum
konstitusional penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaannya
hanya menjadi slogan-slogan kosong belaka.

2 . Peta Kekuatan Politik Nasional

Gambar 7 Kekuatan-kekuatan Politik Utama


pada Masa Demokrasi Terpimpin
Sumber : https://hidayatullah.com/artikel

Demokrasi Terpimpin dawali sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden tanggal


5 Juli 1959 yang ditandai oleh kekuasaan Soekarno yang hampir tidak
terbatas. Era Demokrasi Terpimpin ditandai dengan hadirnya Partai
Komunis Indonesia (PKI) sebagai partai politik yang paling dominan dan
TNI AD sebagai kekuatan Hankam dan sosial politik. Demokrasi terpimpin
merupakan penyeimbangan kekuasaan antara kekuatan politik militer

11
Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia, dan Presiden Soekarno
sebagai penyeimbang diantara keduanya. Ada tiga kekuatan politik pada
masa demokrasi terpimpin yaitu Presiden Soekarno, Partai Komunis
Indonesia (PKI), dan TNI AD .

Hubungan antara PKI dan Soekarno pada masa Demokrasi terpimpin


merupakan hubungan timbal balik. PKI memanfaatkan popularitas
Soekarno untuk mendapatkan massa. Ketika MPRS mengangkat
Soekarno menjadi presiden seumur hidup PKI memberikan dukungannya.
Sementara itu TNI-Angkatan Darat, melihat perkembangan yang terjadi
antara PKI dan Soekarno, dengan curiga. Apalagi setelah TNI-Angkatan
Udara, mendapatkan dukungan dari Soekarno. Hal ini dianggap sebagai
sebuah upaya untuk menyaingi kekuatan TNI-Angkatan Darat dan
memecah belah militer untuk dapat ditunggangi .

Sejak kabinet Djuanda diberlakukan S.O.B, pemberontakan PRRI dan


Permesta pada tahun 1958, TNI mulai memainkan peranan penting dalam
bidang politik.Dihidupkannya UUD 1945 merupakan usulan dari TNI dan
didukung penuh dalam pelaksanaannya. Menguatnya pengaruh TNI AD,
membuat Presiden Soekarno berusaha menekan pengaruh TNI AD,
terutama Nasution dengan dua taktik, yaitu Soekarno berusaha mendapat
dukungan partai-partai politik yang berpusat di Jawa terutama PKI dan
merangkul angkatan-angkatan bersenjata lainnya terutama angkatan
udara.

Keadaan ini dimanfaatkan PKI untuk mencapai tujuan politiknya. Dengan


menyokong gagasan Nasakom dari Presiden Soekamo, PKI dapat
memperkuat kedudukannya. Sejak saat itu PKI berusaha menyaingi TNI
PKI berusaha memperoleh citra sebagai Pancasilais dan pedukung
kebijakan-kebijakan Presiden Soekarno yang menguntungkannya.

12
PKI pun melakukan berbagai upaya untuk memperoleh dukungan politik
dari masyarakat. Berbagai slogan disampaikan oleh pemimpin PKI. Ketika
Presiden Soekarno gagal membentuk kabinet Gotong Royong (Nasakom)
pada tahun 1960 karena mendapat tentangan dari kalangan Islam dan
TNI AD, PKI mendapat kompensasi tersendiri dengan memperoleh
kedudukan dalam MPRS, DPRGR, DPA dan Pengurus Besar Front
Nasional serta dalam Musyawarah Pembantu Pimpinan Revoksi (MPPR).

Ketika TNI AD mensinyalir adanya upaya dari PKI melakukan tindakan


pengacauan di Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan
Sulawesi Selatan, pimpinan TNI AD mengambil tindakan berdasarkan UU
Keadaan Bahaya mengambil tindakan terhadap PKI dengan melarang
terbitnya Harian Rakyat dan dikeluarkan perintah penangkapan Aidit dan
kawan-kawan, namun mereka berhasil lolos. Tindakan TNI AD tidak
disetujui oleh Presiden Soekarno dan memerintahkan segala keputusan
dicabut kembali

Pada akhir tahun 1964, PKI disudutkan dengan berita ditemukannya


dokumen rahasia milik PKI tentang Resume Program Kegiatan PKI
Dewasa ini. Namun pimpinan PKI, Aidt, menyangkal dan menyebutnya
sebagai dokumen palsu. Presiden Soekamo menyelesiakan masalah ini
dengan membuat kesepakatan untuk menyelesaikan permasalahan
secara musyawarah karena sedang menjalankan proyek Nekolim
konfrontasi dengan Malaysia. Kesepakatan tokoh-tokoh partai politik ini
dikenal sebagai deklarasi Bogor.

Merasa kedudukannya yang semakin kuat PKI berusaha untuk


memperoleh kedudukan dalam kabinet. Berbagai upaya dilakukan PKI
mulai dari aksi corat-coret. pidato-pidato dan petisi-petisi yang
menyerukan pembentukan kabinet Nasakom. Mereka juga menuntut
penggantian pembantu-pembantu Presiden yang tidak mampu

13
merealisasikan Tri Program Pemerintah, serta mendesak supaya segera
dibentuk Kabinet Gotong Royong yang berporoskan Nasakom

Terhadap TNI AD pun, PKI melakukan berbagai upaya dalam rangka


mematahkan pembinaan teritorial yang sudah dilakukan oleh TNI AD.
Seperti peristiwa Bandar Betsy (Sumatera Utara). Peristiwa Jengkol
Upaya merongrong ini dilakukan melalui radio, pers, dan poster yang
menggambarkan setan desa yang harus dibunuh dan dibasmi Tujuan
politik PKI disini adalah menguasai desa untuk mengepung kota.

Gambar 8 Bung Karno dan Ketua Mao


Sumber : https://koransulindo.com

Soekarno tetap bertahan terhadap ide Nasakom (Nasionalis, Agamis dan


Komunis) yang mengatakan bahwa kekuatan politik di Indonesia pada
saat itu terdiri dari tiga golongan ideologi besar yaitu golongan yang
berideologi rasionalis, golongan yang berideologi dengan latar belakang
agama: serta golongan yang berideologi komunis. Tiga-tiganya
merupakan kekuatan yang diharapkan tetap bersatu untuk menyelesaikan
masalah bangsa secara bersama-sama.

Otoritas dan kedudukan Sockamo sebagai penentu kebijakan-kebijakan


politik menjadikannya sebagai ajang perebutan dus kekuatan politik antar
TNI dan PKI untuk saling mendekati dan mempengaruhi presiden. Tentara

14
sangat mewaspadai kedekatan Soekarno dengan PKI yang digunakan
PKI sebagai sarana pendukung demi gagasan Nasakomisasi sistem
Demokrasi Terpimpin Namun sebaliknya PKI senantiasa memanfaatkan
proyek rasakomasi untuk masuk kedalam pemerintahan dan lembaga
nonstructural yang dianggap penting sekali.

a.) Struktur kekuatan politik

Gambar 9 Partai Indonesia


Sumber : https://commons.wikimedia.org/

Partai politik merupakan elemen sentral dalam struktur kekuatan politik di


Indonesia. Sebagai platform utama bagi partisipasi politik warga negara,
partai politik memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan
mengarahkan arah politik negara. Partai-partai ini mencerminkan
spektrum ideologi, program, dan pandangan politik yang beragam, yang
sejalan dengan keragaman masyarakat Indonesia.

Partai Nasional Indonesia (PNI): Partai ini memiliki akar sejarah dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dibentuk oleh Soekarno dan Hatta
pada tahun 1927, PNI adalah partai nasionalis yang memegang peran
sentral dalam memimpin perjuangan kemerdekaan. Ideologi nasionalis
dan patriotisme menjadi pilar utama PNI.

Partai Golkar: Golkar muncul pada era Orde Baru di bawah kepemimpinan
Soeharto. Meskipun awalnya berfungsi sebagai wadah bagi berbagai
kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, Golkar

15
menjadi partai dominan yang mendukung pemerintahan Soeharto. Golkar
memiliki jaringan yang kuat di berbagai tingkatan masyarakat dan wilayah.

Partai Demokrasi Indonesia (PDI): PDI dibentuk sebagai oposisi terhadap


rezim Orde Baru. Di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, PDI
menjadi simbol perlawanan terhadap pemerintahan Soeharto. PDI
memainkan peran penting dalam perjuangan menuju reformasi politik
pada tahun 1998.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS): PKS adalah partai politik Islam yang
memiliki basis pengaruh di kalangan masyarakat Islam konservatif.
Dengan fokus pada agama dan moralitas, PKS mendapatkan dukungan
dari sebagian kelompok masyarakat yang mengutamakan nilai-nilai
keagamaan dalam politik.

Partai-partai Lainnya: Selain partai-partai di atas, masih ada berbagai


partai politik lainnya yang memiliki ideologi dan program yang beragam.
Partai-partai ini mencerminkan spektrum pandangan politik yang lebih
luas, termasuk ideologi kiri, liberal, dan regional.

b.) Pengaruh dalam Dinamika Nasional

Dinamika regional dan etnis memiliki dampak yang signifikan dalam


dinamika politik nasional. Konflik dan aspirasi di tingkat regional dapat
membentuk perubahan dalam kebijakan pemerintah pusat dan
mempengaruhi agenda nasional.

Otonomi dan Desentralisasi: Respons terhadap sentimen separatisme dan


regionalisme melahirkan upaya pemerintah untuk mendelegasikan
sebagian kekuasaan kepada daerah. Desentralisasi dan otonomi daerah
diperkenalkan untuk memenuhi aspirasi lokal, mengurangi ketegangan,
dan memperkuat integrasi nasional.

16
Pengaruh dalam Pemilihan Umum: Sentimen regional dan etnis sering kali
berperan dalam pemilihan umum. Calon-calon yang berasal dari daerah
tertentu atau memiliki latar belakang etnis tertentu dapat mendapatkan
dukungan kuat dari kelompok-kelompok tersebut. Ini menciptakan
dinamika politik yang kompleks dalam peta politik nasional

3 . Pembebasan Irian Barat

Gambar 10 Demonstrasi menentang


kekuasaan Belanda di Irian Barat
Sumber : https://nasional.okezone.com/

Pembebasan Irian Barat merupakan salah satu bab penting dalam


sejarah Indonesia. Wilayah yang sekarang dikenal sebagai Papua pernah
menjadi bagian dari perjuangan nasional Indonesia untuk meraih
kemerdekaan sepenuhnya. Pembebasan ini melibatkan faktor-faktor
politik, diplomasi, dan dinamika internasional yang kompleks. Selama
beberapa dekade, perjuangan untuk membebaskan Irian Barat
melibatkan berbagai tahap, kebijakan, konflik, dan negosiasi. Artikel ini
akan menjelaskan perjalanan menuju pembebasan Irian Barat dalam
konteks sejarah yang lebih luas, dengan menguraikan berbagai aspek
yang mempengaruhinya.

17
1. Konteks Sejarah
Sejak awal abad ke-20, Irian Barat adalah wilayah jajahan Belanda yang
dikenal sebagai Nugini Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia pada
tahun 1945, Irian Barat tetap menjadi bagian dari wilayah Belanda
meskipun Indonesia meraih kemerdekaan de facto pada tahun 1949.
Perjuangan untuk membebaskan Irian Barat menjadi bagian integral dari
perjalanan Indonesia menuju kedaulatan dan integritas wilayah.

2. Gejolak Politik dan Tuntutan Kedaulatan


Pada tahun 1960, presiden Indonesia saat itu, Soekarno, memimpin
kampanye intensif untuk membebaskan Irian Barat. Kemerdekaan dan
kedaulatan wilayah ini dianggap sebagai langkah penting untuk
menyelesaikan proses merdeka Indonesia. Pada 1961, Dewan Nasional
Indonesia (DANAS) mendeklarasikan kedaulatan Papua. Namun,
deklarasi ini tidak diakui oleh Belanda.

3. Konflik Bersenjata dan Konfrontasi


Pada tahun 1961, Indonesia dan Belanda terlibat dalam konflik bersenjata
yang dikenal sebagai "Konfrontasi." Tentara Indonesia memasuki Irian
Barat untuk merebut wilayah tersebut. Konfrontasi ini mengakibatkan
konflik dan ketegangan yang meningkat antara Indonesia dan Belanda
serta negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

4. Peran Internasional
Peran internasional dalam pembebasan Irian Barat sangat signifikan.
Amerika Serikat dan Uni Soviet, dua kekuatan besar dalam Perang
Dingin, memainkan peran penting dalam membantu menengahi konflik
antara Indonesia dan Belanda. Pada tahun 1962, ditandatangani
Perjanjian New York, yang disebut juga sebagai Perjanjian New York-
Pengakuan atas Kedaulatan Sementara yang memberikan pengelolaan
sementara Irian Barat kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

18
Gambar 11 Penandatanganan New York
Agreement
Sumber : https://suarapapua.com/

5. Pembebasan Irian Barat dalam Kerangka Republik Indonesia


Setelah hasil penentuan pendapat, Irian Barat resmi menjadi bagian dari
Republik Indonesia. Namun, proses integrasi ini tidak selalu berjalan
mulus. Berbagai tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, masalah
hak asasi manusia, dan sentimen separatisme masih mewarnai
perjalanan Irian Barat dalam kerangka kesatuan Indonesia.

a.) perjuangan untuk integritas dan kemerdekaan

Gambar 12 Agresi Militer Belanda II ( 1948 )


Sumber : https://www.idntimes.com

Pembebasan Irian Barat: Perjuangan untuk Integritas dan Kemerdekaan


Pembebasan Irian Barat adalah salah satu bab penting dalam sejarah
Indonesia yang mencerminkan perjuangan nasional untuk mencapai
kemerdekaan sepenuhnya dan mempertahankan integritas wilayah.

19
Wilayah yang kini dikenal sebagai Papua, Irian Barat telah menjadi titik
fokus perjuangan politik, diplomasi, dan dinamika internasional yang
rumit. Selama beberapa dekade, upaya pembebasan ini melibatkan
berbagai tahap, kebijakan, konflik, dan negosiasi yang mewarnai
perjalanan sejarah Indonesia secara keseluruhan. Artikel ini akan
menguraikan perjalanan menuju pembebasan Irian Barat dalam konteks
sejarah yang lebih luas, dengan menyoroti berbagai aspek yang
mempengaruhinya.

1. Latar Belakang Sejarah Irian Barat

Sejarah Irian Barat dimulai sebagai wilayah jajahan Belanda yang dikenal
sebagai Nugini Belanda. Meskipun Indonesia meraih kemerdekaan pada
tahun 1945, Irian Barat tetap berada di bawah kekuasaan kolonial
Belanda. Keberadaan wilayah ini dalam negara Indonesia menjadi isu
sensitif yang mencerminkan perjuangan untuk meraih kedaulatan penuh
dan integritas wilayah.

2. Pembebasan dalam Konteks Nasionalisme

Gambar 13 Upaya Pembebasan Irian Barat


Sumber : https://intisari.grid.id/
Perjuangan pembebasan Irian Barat adalah cerminan dari semangat
nasionalisme Indonesia. Pemerintah dan masyarakat Indonesia merasa
bahwa pembebasan wilayah ini adalah langkah penting untuk

20
memastikan bahwa seluruh wilayah Indonesia bersatu di bawah bendera
merah putih.

3. Tantangan Politik dan Diplomasi Internasional


Perjuangan untuk membebaskan Irian Barat tidak hanya melibatkan
upaya politik dan diplomasi internal, tetapi juga tantangan diplomasi
internasional yang kompleks. Indonesia harus berhadapan dengan
Belanda dan berbagai kepentingan global yang memengaruhi nasib Irian
Barat.

4. Konflik Bersenjata dan Upaya Militer

Gambar 14 Operasi Trikora Oleh TNI


Sumber : https://nasional.sindonews.com/

Pada tahun 1961, Indonesia mengambil langkah bersenjata dengan


memasukkan pasukan ke Irian Barat untuk merebut wilayah tersebut dari
kekuasaan Belanda. Konflik bersenjata ini mencerminkan tekad Indonesia
untuk membebaskan wilayah yang dianggap sebagai bagian integral dari
negara.

5. Peran Diplomasi Internasional


Peran negara-negara besar, terutama Amerika Serikat dan Uni Soviet,
memainkan peran penting dalam membantu menengahi konflik antara
Indonesia dan Belanda. Upaya diplomasi internasional berkontribusi
dalam mencari solusi damai dan mengakhiri konflik bersenjata.

21
6. Penentuan Pendapat dan Keputusan Akhir
Melalui proses penentuan pendapat yang kontroversial pada tahun 1969,
Irian Barat akhirnya diputuskan untuk tetap menjadi bagian dari
Indonesia. Namun, proses ini juga menuai kritik terkait legitimasi dan
representativitasnya.

7. Pembebasan dan Integrasi


Pembebasan Irian Barat menandai akhir era kolonialisme di wilayah ini
dan mengkonsolidasikan seluruh wilayah Indonesia di bawah
pemerintahan kesatuan. Namun, tantangan dalam pengelolaan wilayah
ini masih berlanjut.

8. Tantangan Pasca-Pembebasan
Setelah pembebasan, Papua menghadapi tantangan dalam
pembangunan, hak asasi manusia, serta sentimen identitas. Upaya untuk
memastikan kesejahteraan dan partisipasi aktif masyarakat Papua dalam
pembangunan terus menjadi fokus.

b.) konteks sejarah pembebasan irian barat

Konteks Sejarah Pembebasan Irian Barat: Meretas Jalan Menuju


Kedaulatan dan Integritas
Pembebasan Irian Barat mengukir jejak penting dalam sejarah
perjuangan nasional Indonesia untuk mempertahankan integritas wilayah
dan meraih kedaulatan penuh. Sejak awal abad ke-20, wilayah yang
dikenal sebagai Nugini Belanda adalah bagian dari jajahan Belanda, dan
konteks sejarah ini memberi landasan bagi perjuangan Indonesia untuk
merebut kembali wilayah yang dianggap sebagai bagian tak terpisahkan
dari negara.

1. Era Awal Kolonialisme

22
Pada awal abad ke-20, Irian Barat adalah bagian dari jajaran jajahan
Belanda di wilayah Nugini Belanda. Eksploitasi sumber daya alam dan
pemukiman Belanda di wilayah ini mencerminkan dominasi kolonial yang
berlangsung selama dekade-dekade awal.

2. Perjuangan Menuju Kemerdekaan Indonesia


Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 membawa harapan
baru bagi seluruh bangsa. Meskipun meraih kemerdekaan de facto
setelah perjanjian KMB (Konferensi Meja Bundar) pada tahun 1949,
perjuangan masih terus berlanjut untuk membebaskan seluruh wilayah
Indonesia dari penjajahan dan menjaga integritas wilayah nasional.

3. Nugini Belanda dalam Perspektif Indonesia


Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, Nugini Belanda tetap menjadi
bagian dari wilayah jajahan Belanda. Namun, pandangan nasionalis
Indonesia menganggap wilayah ini sebagai bagian tak terpisahkan dari
negara dan memperjuangkan pembebasan Irian Barat sebagai bagian
dari hak Indonesia atas seluruh wilayahnya.

4. Semangat Kemerdekaan dan Nasionalisme


Semangat nasionalisme yang mewarnai perjuangan kemerdekaan
Indonesia juga merasuki perjuangan untuk membebaskan Irian Barat.
Perasaan kebangsaan dan tekad untuk meraih kedaulatan penuh
menciptakan landasan penting bagi perjuangan tersebut.

5. Tantangan Integrasi dan Diplomasi


Tantangan integrasi wilayah ini menjadi salah satu ujian bagi kesatuan
Indonesia. Selain perjuangan internal, diplomasi internasional dan
pengaruh dari aktor global juga memengaruhi proses pembebasan Irian
Barat.

6. Konfrontasi dan Langkah Bersenjata

23
Pada tahun 1961, Indonesia mengambil langkah konfrontasi militer
dengan Belanda sebagai upaya untuk membebaskan Irian Barat.
Langkah bersenjata ini mencerminkan tekad dan komitmen Indonesia
dalam mempertahankan wilayah yang dianggap sebagai bagian integral
dari negara.

7. Penentuan Pendapat dan Hasil Akhir


Melalui proses penentuan pendapat pada tahun 1969, Irian Barat secara
resmi diakui sebagai bagian integral dari Indonesia. Meskipun
kontroversial, proses ini memperkuat kedaulatan Indonesia atas wilayah
tersebut.

c.) konflik bersenjata dan konfrontasi

Konflik Bersenjata dan Konfrontasi: "Konfrontasi" Indonesia-Belanda di


Irian Barat

Konflik bersenjata dan konfrontasi antara Indonesia dan Belanda di Irian


Barat pada tahun 1961 menjadi salah satu momen krusial dalam
perjuangan untuk pembebasan wilayah tersebut. Melalui langkah ini,
Indonesia mengekspresikan tekadnya untuk merebut kembali Irian Barat
dan mengakhiri pengaruh kolonial Belanda di wilayah tersebut.

1. Latar Belakang Konfrontasi


Pada tahun 1961, Indonesia memutuskan untuk mengambil langkah
bersenjata dengan tujuan merebut Irian Barat dari kekuasaan Belanda.
Langkah ini dipicu oleh semangat nasionalisme dan keinginan untuk
membebaskan seluruh wilayah Indonesia dari pengaruh kolonial.
Keputusan ini mengubah dinamika politik dan memicu serangkaian
peristiwa yang dikenal sebagai "Konfrontasi."

2. Eskalasi Konflik dan Ketegangan Regional

24
Ketika Indonesia memasuki Irian Barat dengan pasukan bersenjata,
konflik langsung pecah antara Indonesia dan Belanda. Namun, dampak
konflik ini tidak hanya terbatas pada dua negara tersebut. Tetangga-
tetangga di Asia Tenggara juga merasa terlibat dalam konfrontasi ini,
karena dinamika geopolitik di kawasan tersebut.

3. Dampak terhadap Hubungan Regional


"Konfrontasi" ini mengakibatkan ketegangan regional yang serius.
Negara-negara di Asia Tenggara merasa terancam oleh eskalasi konflik
antara Indonesia dan Belanda. Dampaknya meluas hingga ke ASEAN
(Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara), yang baru saja didirikan
pada tahun 1967 dan harus mengatasi dampak dari konflik tersebut.

4. Peran Pihak Ketiga dalam Penengah

Dalam usaha untuk mengakhiri konflik, beberapa negara pihak ketiga


berusaha untuk menjadi penengah antara Indonesia dan Belanda.
Meskipun upaya ini tidak selalu berhasil sepenuhnya, mereka
menciptakan saluran komunikasi yang membantu meredakan ketegangan
dan memfasilitasi dialog.

5. Berakhirnya Konfrontasi dan Dampaknya


Konfrontasi ini berakhir pada tahun 1962 setelah perundingan antara
Indonesia dan Belanda di bawah bimbingan PBB. Hasilnya adalah
"Perjanjian New York" yang mengalihkan administrasi Irian Barat kepada
PBB dan akhirnya kepada Indonesia. Meskipun berakhirnya konfrontasi
membawa dampak positif dalam upaya pembebasan Irian Barat,
perjuangan menuju penegasan kedaulatan dan integrasi masih berlanjut.

6. Pentingnya Konfrontasi dalam Sejarah Indonesia


Konfrontasi antara Indonesia dan Belanda di Irian Barat merupakan
peristiwa yang penting dalam sejarah Indonesia. Langkah bersenjata ini

25
menunjukkan tekad dan komitmen Indonesia dalam membebaskan
wilayah yang dianggap sebagai bagian integral dari negara. Konflik ini
juga mengilustrasikan bagaimana dinamika regional dan geopolitik dapat
memengaruhi perjuangan nasional dan diplomasi.

d.) peran diplomasi internasional

Peran Diplomasi Internasional: Mediasi Amerika Serikat dan Uni Soviet


dalam Konflik Irian Barat
Diplomasi internasional memainkan peran penting dalam mengatasi
konflik bersenjata antara Indonesia dan Belanda di Irian Barat. Peran
negara-negara besar, khususnya Amerika Serikat dan Uni Soviet,
menjadi faktor kunci dalam membantu meredakan ketegangan,
memfasilitasi dialog, dan mencari solusi damai untuk mengakhiri konflik
ini.

1. Keterlibatan Amerika Serikat


Amerika Serikat memiliki peran signifikan dalam mediasi konflik Irian
Barat. Pada saat itu, AS khawatir akan memperluas pengaruh komunis di
kawasan Asia Tenggara dan melihat pentingnya menjaga stabilitas politik
dan ekonomi. Mereka juga berupaya untuk memastikan perdamaian dan
menghindari eskalasi konflik.

2. Peran Uni Soviet


Sebagai kekuatan utama di Blok Timur, Uni Soviet juga berperan dalam
mediasi konflik Irian Barat. Mereka memiliki minat dalam memperkuat
hubungan dengan negara-negara berkembang dan mendukung upaya
perjuangan nasional. Konflik tersebut juga mencerminkan dinamika
Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur.

3. Upaya Diplomasi Bersama

26
Berdasarkan keprihatinan bersama terhadap eskalasi konflik, Amerika
Serikat dan Uni Soviet berusaha untuk bekerja sama dalam meredakan
ketegangan. Diplomasi bersama ini menghasilkan upaya mediasi dan
penyelesaian konflik yang bertujuan untuk menghindari pertumpahan
darah dan meredakan ancaman eskalasi.

4. Pertemuan Antar Bangsa dan Resolusi

Gambar 15 Persatuan Bangsa - bangsa


Sumber : https://nasional.kompas.com/
Upaya diplomasi internasional mengarah pada pertemuan antara pihak
Indonesia dan Belanda di bawah bimbingan PBB. Pertemuan ini
membantu merancang jalan menuju solusi damai dengan mengalihkan
administrasi Irian Barat kepada PBB dan mengawasi transisi wilayah ini
kepada Indonesia.

5. Penyelesaian Damai dan Dampaknya

Melalui mediasi negara-negara besar dan upaya diplomasi internasional,


konflik Irian Barat akhirnya berakhir dengan "Perjanjian New York" pada
tahun 1962. Hasil perundingan ini mengalihkan administrasi Irian Barat
kepada PBB dan kemudian kepada Indonesia. Meskipun prosesnya

27
kontroversial, penyelesaian damai ini membuka jalan bagi pembebasan
wilayah dan penegasan kedaulatan Indonesia.

6. Pembelajaran bagi Diplomasi Internasional


Peran diplomasi internasional dalam mengakhiri konflik Irian Barat
menunjukkan pentingnya kerja sama global dalam mencegah eskalasi
dan mempromosikan perdamaian. Upaya mediasi ini juga
mengilustrasikan bagaimana kepentingan besar global dapat
mempengaruhi dinamika konflik regional.

28
DAFTAR PUSTAKA

 http://blogkuapadanya.blogspot.co.id/2013/06/makalah-masa-sistem-
demokrasi-terpimpin.html
 http://blogkuapadanya.blogspot.co.id/2013/06/makalah-masa-sistem-
demokrasi-terpimpin.html
 http://www.mikirbae.com/2016/05/peta-kekuatan-politik-masional-
nusa.html
 https://www.google.com/amp/s/ringkasanku.com/sistem-dan-struktur-
politik-dan-ekonomi-indonesia/%3famp
 https://www.kompas.com/skola/read/2022/11/15/120000469/perkemb
angan-politik-pada-masa-demokrasi-terpimpin
 https://prezi.com/p/4_vcqasvfmbb/sistem-dan-struktur-politik-dan-
ekonomi-indonesia-masa-demokrasi-terpimpin-1959-1965/
 https://www.scribd.com/document/428008412/Makalah-Sistem-Dan-
Struktur-Politik-Ekonomi-Indonesia-1959-1965
 https://www.hukumonline.com/berita/a/periode-sistem-pemerintahan-
demokrasi-terpimpin-di-indonesia-lt6239a34782507?page=2
 https://www.slideshare.net/inkaanabi/makalah-sejarah-sistem-dan-
struktur-politik-dan-ekonomi-masa-demokrasi-terpimpin
 https://edu.man3bwi.sch.id/courses/sejarah-indonesia-wajib-kelas-
12/kursus/sistem-dan-struktur-politik-ekonomi-indonesia-masa-
demokrasi-terpimpin-1959-1965/

29

Anda mungkin juga menyukai