Anda di halaman 1dari 11

PROJECT STUDY MANAJEMEN FEEDLOT TOPIK ANIMAL WELFARE OFFICER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Mata Kuliah: Manajemen Feedlot dan Industri
Ternak Perah Kelas: A Dosen Pengampu : Ir. Wike Andre Septian, S.Pt., M.Si.
Disusun Oleh: Fatah Nur Abdillah (20505010011108)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS


BRAWIJAYA MALANG 2023
CASE STUDY MATA KULIAH MANAJEMEN FEEDLOT TOPIK ANIMAL WELFARE OFFICER
1. Topik Membahas Unit Kompetensi dari SKKNI Animal Welfare Officer Registrasi Standart
Kompetensi Animal Welfare Officer Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia
(Nomor Kp 2 /156/LP/IV/2020) atau SKKNI Nomer 394 Tahun 2014.
2. Unit Kompetensi yang dibahas adalah berdasarkan SKKK Animal Welfare Officer.

No. Kompetensi Jelaskan Kompentensi yang Sebutkan Standart dan Pedoman


bisa di lakukan berdasarkan Acuan dan Jelaskan.
Kriteria Unjuk Kerja
1. Pengumpulan dan  Mengidentifikasi jenis Mengacu pada Keputusan Menteri
Memindahkan ternak yang akan Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Hewan dipindahkan Nomor 394 tahun 2014, Penetapan
 Proses pemindahan hewan SKKNI Kategori Jasa Profesional,
dipersiapkan Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok
 Pastikan areal lokasi Jasa Kesehatan Hewan Bidang
pemindahan hewan telah Penyelenggara Kesehatan Hewan.
ditetapkan. Kode Unit M.75000.043.01 Berjudul
 Pastikan juga daya dukung Melakukan Pemindahan Satwa liar.
serta kelengkapan sarana Elemen kompetensinya antara lain
dan prasarana lokasi Menyiapkan Pemindahan satwa liar
penerima hewan sesuai dan Memindahkan Satwa liar.
dengan jenis, jumlah dan Mengacu pada peraturan berikut:
kondisi hewan  Peraturan Pemerintah
 Pastikan alat, bahan dan Nomor 82 tahun 2000
dokumen pemindahan tentang Karantina Hewan
hewan telah disiapkan 3.4 Peraturan Menteri
 Pastikan tindakan Pertanian Nomor
pemindahan dan penanganan 34/Permentan/
yang dibutuhkan hewan OT.140/7/2006 tentang
selama proses pemindahan Persyaratan dan Tata Cara
dilakukan sesuai kondisi dan Penetapan Instalasi
prosedur. Karantina Hewan;
 Pastikan kondisi hewan yang  Peraturan Menteri Pertanian
akan dipindahkan dalam Nomor
keadaan sehat dan layak 02/Kpts/OT.140/1/2007
 Pastikan proses adaptasi tentang Dokumen dan
hewan pada tempat baru Sertifikat Karantina Hewan.
dilakukan sesuai dengan  Peraturan Direktur Jenderal
ketentuan Perlindungan Hutan dan
 Pastikan dokumen yang Konservasi Alam Nomor
digunakan untuk P.9/IV-SET/2011 tentang
memastikan validitasnya Pedoman Etika dan
dilakukan di tempat tujuan Kesejahteraan Satwa di
pemindahan di verifikasi. Lembaga Konservasi
2. Mengoordinasika • Pastikan pengangkutan Mengacu pada Keputusan Menteri
n dan Memantau kendaraan memiliki aliran Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Transportasi udara yang memungkinkan Nomor 394 tahun 2014, Penetapan
Ternak sirkulasi udara di atas dan SKKNI Kategori Jasa Profesional,
sekeliling hewan-hewan. Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok
• Upayakan mengurangi Jasa Kesehatan Hewan Bidang
densitas muatan setidaknya Penyelenggara Kesehatan Hewan.
15% jika terdapat risiko stres Kode Unit M.75000.043.01 Berjudul
karena panas. Melakukan Pemindahan Satwaliar.
• Kelompokkan sapi dalam Elemen kompetensinya antara lain
kelompok masing-masing menyiapkan Pemindahan satwa liar
setidaknya sejak 14 hari dan Memindahkan Satwa liar.
sebelum pengangkutan mereka. Mengacu pada peraturan berikut:
• Awasi perilaku ternak ketika • Peraturan Pemerintah Nomor 82
menggabungkan ternak tahun 2000 tentang Karantina
sebelum pengiriman dan Hewan.
pisahkan hewan mana pun • Peraturan Menteri Pertanian
yang menunjukkan perilaku Nomor 34/Permentan/
agresif. OT.140/7/2006 tentang Persyaratan
• Pengangkutan hewanhewan dan Tata Cara Penetapan. Instalasi
tanpa tanduk dan bertanduk Karantina Hewan;
harus terpisah. • Peraturan Menteri Pertanian
• Gabungkan hewan-hewan Nomor 02/Kpts/OT.140/1/2007
bertanduk dan tanpa tanduk tentang Dokumen dan Sertifikat
hanya jika mereka cocok; Karantina Hewan.
yakni jika mereka dipelihara • Peraturan Direktur Jenderal
bersama-sama; atau Perlindungan Hutan dan Konservasi
sebelumnya mereka pernah Alam Nomor P.9/IV-SET/2011
diangkut bersama dan tidak ada tentang Pedoman Etika dan
masalah. Kesejahteraan Satwa di Lembaga
• Kelompokkan sapi Konservasi.
berdasarkan ukuran dan hindari
hewan yang terlalu berat atau
gemuk, jika memungkinkan.
• Jika mengangkut sapi
bertanduk, bunting, dan terlalu
gemuk, upayakan untuk
mengurangi kepadatan hewan
(stocking density) setidaknya
10%.
• Jangan mengangkut sapi jika
mereka 10% menuju
masa melahirkan (kurang lebih
27 hari) atau jika sapisapi
tersebut baru melahirkan
minggu lalu.
• Jika sapi bunting diangkut,
pisahkan sapi dari sapi-sapi
lainnya, sediakan tempat
tambahan dalam kendaraan,
dan beri jadwal tidur/rest stop
yang memadai.
• Jangan mengangkut pedet
dengan pusar yang belum pulih
sepenuhnya.
• Pedet di bawah 14 hari hanya
dapat diangkut bersama induk
mereka dalam perjalanan yang
lebih dari delapan jam.
• Sapi yang diangkut tidak
boleh diangkut kembali sampai
mereka telah pulih dari
pengangkutan sebelumnya
3. Melakukan Menyiapkan Tindakan Undang-Undang Nomor 18 tahun
Tindakan Karantina 2009 tentang Peternakan dan
Karantina a. Metode dan teknis tindakan Kesehatan Hewan Pasal 15 ayat 2
karantina diidentifikasi. Pemasukan benih dan bibit wajib
b. Alat dan bahan disiapkan memenuhi persyaratan mutu dan
sesuai dengan jenis tindakan kesehatan hewan dan peraturan
karantina. perundang-undangan di bidang
c. Kelayakan sarana prasarana karantina hewan serta memerhatikan
diidentifikasi sesuai dengan kebijakan pewilayahan bibit
jenis tindakan karantina.  Pasal ini menjelaskan bahwa
d. Prosedur tindakan karantina ketika karantina wajib
dijelaskan sesuai dengan SOP. memenuhi persyaratan mutu
Menerapkan tindakan dan kesehatan hewan ketika
penahanan, penolakan, dan melakukan load dan
pemusnahan unloading ternak. Peraturan
a. Dokumen administrasi dan Pemerintah Nomor 41 tahun
dokumen teknis tindakan 2012 tentang Alat dan Mesin
karantina disiapkan. Peternakan dan Kesehatan
b. Kriteria tindakan penahanan, Hewan
penolakan, dan pemusnahan  Pasal 1 ayat 1 Alat dan
dijelaskan. mesin peternakan dan
c. Tindakan karantina kesehatan hewan yang
dilaksanakan sesuai dengan selanjutnya disebut alat dan
prosedur dan jenis tindakan. mesin adalah semua
d. Media pembawa yang tidak peralatan yang digunakan
memenuhi persyaratan berkaitan dengan peternakan
dilakukan penanganan tindakan dan kesehatan hewan, baik
karantina sesuai prosedur. yang dioperasikan dengan
e. Hasil pelaksanaan tindakan motor penggerak maupun
karantina didokumentasikan tanpa motor penggerak
dalam bentuk laporan. Pasal 1 ayat 2 Kesejahteraan
Melakukan Pembebasan Media hewan adalah segala urusan
Pembawa yang berhubungan dengan
a. Kriteria pembebasan keadaan fisik dan mental
dijelaskan. hewan menurut ukuran
b. Persyaratan administrasi dan perilaku alami hewan yang
teknis pembebasan diperiksa. perlu diterapkan dan
c. Rekomendasi pembebasan ditegakkan untuk
media pembawa ditetapkan. melindungi hewan dari
perlakuan setiap orang yang
tidak layak terhadap hewan
yang dimanfaatkan manusia.
 Kedua pasal diatas
menjelaskan tentang alat
dan mesin peternakan ketika
load dan unloading ternak
sebelum karantina yang
harus memperhatikan
kesejahteraan hewan.
4. Melakukan Menyusun rencana Peraturan Pemerintah Republik
Pengawasan Lalu pengawasan : Indonesia Nomor 47 Tahun 2014
Lintas Hewan dan a. Diagram alur pengawasan tentang Pengendalian dan
Produk Hewan lalu lintas hewan dan produk Penanggulangan Penyakit Hewan
hewan yang dibuat Pasal 45 ayat 1-6 Pasal 45 Ayat 1
b. Peta status penyakit hewan, “Pengawasan lalu lintas Hewan dan
persyaratan administrasi dan media pembawa Penyakit Hewan
teknis disiapkan. lainnya sebagaimana dimaksud
Melaksanakan Pengawasan dalam Pasal 43 ayat (1) huruf a dan
a. Prosedur pemeriksaan huruf c serta produk Hewan
persyaratan administrasi dan nonpangan yang berisiko
teknis dijelaskan. menularkan penyakit ke Hewan dan
b. Pemeriksaan kelengkapan lingkungan hidup sebagaimana
dan kebenaran dokumen dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3)
dilakukan. huruf a dilakukan oleh Otoritas
c. Pemeriksaan kelayakan Veteriner kabupaten/kota dan/atau
kendaraan pengangkut, Otoritas Veteriner provinsi sesuai
tempat/wadah/kemasan, dengan kewenangannya”
kondisi kesehatan hewan, dan Pasal 45 Ayat 2
produk hewan dilakukan. “Pengawasan sebagaimana
d. Hasil ketidaksesuaian dimaksud pada ayat (1) dilakukan di
pelaksanaan pengawasan pos pemeriksaan kesehatan Hewan.”
ditetapkan. Pasal 45 Ayat 3
e. Tindak lanjut pemeriksaan “Pengawasan sebagaimana
ketidaksesuaian pelaksanaan dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dibuat. dengan pemeriksaan kelengkapan
dokumen dan pemeriksaan fisik.”
Pasal 45 Ayat 4
“Pemeriksaan kelengkapan dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi pemeriksaan terhadap
dokumen:
a. Sertifikat veteriner dari
Otoritas Veteriner
kabupaten/kota pengirim; b.
Surat rekomendasi pemasukan
dari Otoritas Veteriner
kabupaten/kota penerima;
c. Surat rekomendasi pemasukan
dari Otoritas Veteriner provinsi
penerima; dan
d. Surat keterangan hasil uji dari
Laboratorium Veteriner yang
terakreditasi atau yang
ditetapkan oleh Menteri
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12.”
Pasal 45 Ayat 5
“Pemeriksaan fisik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan
melalui pemeriksaan klinis
organoleptik sesuai dengan
keterangan dalam dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat
(4).”
Pasal 45 Ayat 6
“Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pengawasan lalu lintas
hewan, media pembawa Penyakit
Hewan lainnya, dan produk Hewan
nonpangan yang berisiko
menularkan penyakit ke Hewan dan
lingkungan hidup diatur dengan
Peraturan Menteri.”
Peraturan Pemerintah Nomor 95
Tahun 2012 tentang Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan
Pasal 4 Ayat 1
“Penjaminan Higiene dan Sanitasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (1) huruf a dilaksanakan
dengan menerapkan cara yang baik
pada rantai produksi produk
Hewan.” Pasal 4 Ayat 3 “Unit
Usaha produk Hewan yang telah
menerapkan cara yang baik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
secara terus menerus, diberikan
Nomor Kontrol Veteriner.” Pasal 6
“Cara yang baik di tempat produksi
pangan asal Hewan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
huruf b dilakukan dengan:
a. penjaminan kebersihan sarana,
prasarana, peralatan, dan
lingkungannya;
b. pencegahan bersarangnya Hewan
pengganggu;
c. penjaminan kesehatan dan
kebersihan personel; dan
d. pencegahan tercemarnya pangan
asal Hewan oleh bahaya biologis,
kimiawi, dan fisik.”
Pasal 7
“Cara yang baik di tempat produksi
produk Hewan nonpangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (2) huruf c dilakukan dengan:
a. penjaminan kebersihan sarana,
prasarana, peralatan, dan
lingkungannya;
b. pencegahan bersarangnya Hewan
pengganggu;
c. penjaminan kesehatan dan
kebersihan personel; dan
d. pencegahan tercemarnya produk
Hewan nonpangan oleh bahaya
biologis, kimiawi, dan fisik.”
Pasal 20
“Cara yang baik dalam
pengangkutan Hewan potong,
Hewan perah, dan unggas petelur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 huruf a dilakukan dengan
penjaminan:
a. Kebersihan alat angkut;
b. Kesehatan dan kebersihan Hewan;
dan
c. Kesehatan dan kebersihan
personil.”
Pasal 21
“ Cara yang baik dalam
pengangkutan produk Hewan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 huruf b dilakukan dengan:
a. Penjaminan kebersihan alat
angkut;
b. Penjaminan kesehatan dan
kebersihan personel;
c. Pencegahan tercemarnya produk
Hewan dari bahaya biologis,
kimiawi, dan fisik;
d. Pemisahan produk Hewan yang
Halal dari produk Hewan atau
produk lain yang tidak Halal;
e. Penjaminan suhu ruang alat
angkut produk Hewan yang dapat
menghambat perkembangbiakan
mikroorganisme; dan
f. Pemisahan produk Hewan dari
Hewan dalam pengangkutannya.”
5. Melakukan Memeriksa kelayakan instalasi Peraturan Menteri Pertanian
Penilaian karantina : Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Kelayakan A. Kriteria kelayakan Persyaratan dan Tata Cara
Instalasi instalasi karantina Penetapan Instalasi Karantina
Karantina dijelaskan. Hewan Pasal 6
B. Pemenuhan Pasal ini menjelaskan bahwa
persyaratan kelayakan persyaratan pelaksanaan teknis
instalasi karantina untuk pelaksanaan tindakan
diperiksa. karantina hewan adalah :
C. Hasil pemeriksaan a. Lokasi yang akan
pemenuhan diperuntukkan untuk instalasi
persyaratan kelayakan karantina harus melalui
instalasi karantina pertimbangan analisa risiko.
dianalisa. b. Sarana/fasilitas sesuai dengan
D. Hasil pemeriksaan peruntukannya.
pemenuhan c. Berpagar keliling yang kuat
persyaratan kelayakan dan rapat.
instalasi karantina d. Lokasi harus disesuaikan
didokumentasikan dengan kapasitas daya tampung.
dalam bentuk laporan. e. Dapat dilalui kendaraan roda
E. Rekomendasi empat atau lebih;
pemenuhan f. Memiliki pengolahan limbah
persyaratan kelayakan yang memadai;
instalasi karantina g. Memiliki alat komunikasi dan
ditetapkan. penerangan listrik
Mengevaluasi penggunaan h. Memiliki sumber air yang
instalasi karantina cukup dan berkualitas baik
a. Data penggunaan dan i. Lokasi bebas banjir dan
kondisi fisik instalasi karantina berdrainase baik.
dikumpulkan. Undang-undang Republik
b. Data penggunaan dan Indonesia Nomor 21 Tahun 2019
kondisi fisik instalasi karantina Pasal 23 Ayat 2.
dianalisa. “Pembangunan Instalasi Karantina
c. Rekomendasi hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
penggunaan dan kondisi fisik harus memenuhi persyaratan teknis:
instalasi karantina ditetapkan. a. analisis risiko penyebaran HPHK,
HPIK, dan OPTK.
b. kesejahteraan Hewan dan Ikan
c. keamanan produk
d. sosial budaya dan lingkungan.
• Kedua pasal ini menjelaskan
mengenai kriteria kelayakan teknis
instalasi karantina yang diperlukan.

Peraturan Menteri Pertanian


Republik Indonesia No 70 Tahun
2015.
Pasal 25 Ayat 3
“Data calon Instalasi Karantina
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan kelengkapan berkas persyaratan
administrasi dan teknis dilakukan
verifikasi oleh Tim Verifikasi”
Pasal 25 Ayat 4
“Jika hasil verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) benar dan
memenuhisyarat, digunakan sebagai
bahan penilaian kelayakan”
• Kedua ayat ini menjelaskan
mengenai proses verifikasi
persyaratan administasi dan teknis
dari calon instalasi karantina
Pasal 28 Ayat 3
“Tim Penilai Kelayakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyampaikan hasil penilaian dan
rekomendasi kepada Kepala UPT
KP dalam jangka waktu paling lama
2 (dua) hari kerja terhitung sejak
penilaian persyaratan dan kelayakan
teknis diselesaikan”
Pasal 28 Ayat 4
“Hasil penilaian dan rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dalam bentuk laporan hasil penilaian
kelayakan calon Instalasi
Karantina.” • Kedua pasal ini
menjelaskan mengenai hasil
penilaian dan rekomendasi terhadap
pemenuhan persyaratan dan
kelayakan teknis dalam bentuk
laporan
Pasal 29 Ayat 3
“Hasil verifikasi dan kajian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa rekomendasi persetujuan
atau penolakan penetapan Instalasi
Karantina”
• Pasal ini sebagai lanjutan dari yang
sebelumnya dan menjadi
rekomendasi akhir apakah instalasi
karantina itu disetujui atau ditolak
6. Mengamankan Menganalisis data dan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Kawasan inblankoasi : Tahun 2014 tentang Pengendalian
a. Data populasi hewan rentan, dan Penanggulangan Penyakit
situasi dan status penyakit Hewan Pasal 29.
hewan dan peta kawasan Pasal ini menjelaskan bahwa
dikumpulkan. Pengamanan Penyakit Hewan
b. Data kondisi wilayah, dilaksanakan melalui kegiatan:
populasi, situasi dan status a. Penetapan Penyakit Hewan
penyakit hewan diidentifikasi. Menular Strategis;
c. Hasil identifikasi data b. Penetapan kawasan pengamanan
dianalisis. Penyakit Hewan Menular Strategis;
Menerapkan metode dan c. Penerapan prosedur biosafety dan
teknik pengamanan kawasan biosecurity;
a. Prosedur pengamanan d. Pengebalan Hewan;
dijelaskan. e. Pengawasan lalu lintas Hewan,
b. Kawasan penyakit dipilah produk Hewan, dan media pembawa
berdasarkan status dan situasi Penyakit Hewan lainnya di luar
penyakit. Wilayah kerja karantina;
c. Metode dan teknik f. Kesiagaan darurat veteriner; dan
pengamanan kawasan g. Penerapan kewaspadaan dini
ditetapkan berdasarkan status
dan situasi penyakit.
d. Tindakan pengamanan
kawasan dilakukan sesuai
prosedur.
e. Hasil pengamanan kawasan
didokumentasikan
KODE UNIT: AHCLSK210A
JUDUL UNIT: Mengumpulkan dan Memindahkan Ternak
DESKRIPSI: Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam menerapkan proses mengumpulkan dan memindahkan ternak.

No. Kompetens Jelaskan Kompetensi yang bisa Sebutkan Standart dan Pedoman
di lakukan berdasarkan Acuan dan Jelaskan
Kriteria Unjuk Kerja
1. Mengawasi pelaksanaan biosecurity dan PP Nomor 47 tahun 2014 Bagian
Biosecurity dan biosafety a. Diagram alur Keempat “Penerapan Prosedur
Biosafety proses pelaksanaan biosecurity Biosafety dan Biosecurity”. Pasal 33
dan biosafety ditetapkan Penerapan prosedur biosafety dan
berdasarkan tujuan biosecurity sebagaimana dimaksud
pengamanan. b. Bahaya dalam pasal 29 ayat (1) huruf c harus
biologis, kimia, dan/atau fisik memenuhi persyaratan: a. Sumber
diidentifikasi. c. Titik kritis daya manusia yang bertugas
bahaya ditentukan sesuai memiliki kompetensi di bidang
prosedur dan lokasi. Menilai biosafety dan biosecurity b. Tata
pelaksanaan biosecurity dan letak konstruksi alat dan mesin,
biosafety a. Penerapan higiene kandang, laboratorium, dan
personal dievaluasi sesuai banguanan memenuhi standar. Pasal
prosedur. b. Penerapan sanitasi 34 Penerapan prosedur biosafety dan
sarana dan prasarana biosecurity sebagaimana dalam pasal
dievaluasi sesuai prosedur. c. 33 dilaksanakan dengan cara
Ketidakpastian terhadap SOP melakukan: a. Pensucihamaan bagi
pelaksanaan biosecurity dan manusia b. Penggunaan alat
biosafety ditetapkan. d. Hasil pelindung diri c. Pembersihan,
ketidaksesuaian pelaksanaan pencucian, dan desinfeksi alat dan
biosecurity dan biosafety mesin, kandang, dan bangunan. d.
dianalisis sesuai dengan Isolasi hewan tertular atau agen
tingkat resiko. e. Tindakan penyakit hewan. e. Isolasi hewan
perbaikan pelaksanaan tertular dan terduga tertular
biosecurity dan biosafety f. Pengawasan lalu lintas orang,
ditetapkan hewan, media pembawa penyakit
sesuai dengan hasil temuan hewan lainnya, dan produk hewan
nonpangan yang berisiko
menularkan penyakit ke hewan dan
lingkungan, pakan, dan bahan pakan
di perusahaan peternakan atau unit
usaha. Pasal 35 Penerapan prosedur
biosafety dan biosecurity dilakukan
untuk: a. Menjaga agen penyakit
hewan yang disimpan dan diisolasi
dalam suatu laboratorium tidak
mengkontaminasi atau
disalahgunakan. b. Melindungi
hewan, manusia, dan lingkungan
hidup dari agen penyakit hewan
dan/atau; c. Memutus rantai
masuknya agen penyakit hewan ke
induk semang. Pasal 36 Penerapan
biosafety harus dilakukan paling
sedikit pada pembibitan, budidaya,
tempat penampungan hewan, pasar
hewan, rumah potong hewan, alat
angkut hewan, tempat pelayanan
kesehatan hewan, unit konservasi,
dan laboratorium veteriner. Pasal 37
Kegiatan biosecurity sebagaimana
dimaksud dalam pasal 33 sampai
dengan pasal 36 dapat
mengikutsertakan peran masyarakat.
Pasal 38 Ketentuan lebih lanjut
mengenai persyaratan dan cara
penerapan

Anda mungkin juga menyukai