Anda di halaman 1dari 16

Pentingnya Penanaman Karakter Di Sekolah Dasar Bagi Peserta Didik

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Budi Pekerti

Dosen Pengampu: Dr. Irsan M. Pd., M. Si

Disusun oleh:

Nama : Maria Magdalena Marpaung

NIM : 1192411010

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan

Genap 2022
Pentingnya Penanaman Karakter Di Sekolah Dasar Bagi Peserta
Didik
Maria Marpaung

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) - Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan

Email :marpaungmagdalenamaria@gmail.com

Abstract :
Character education has suddenly become a hot topic in education Indonesia And the idea of character is an old idea
as old as history education, but the emergence of the idea of "character education" (character building) interrupts our
nation, especially those that are sweeping the nation Indonesia. Problems that occur such as violence, corruption,
manipulation, lying practices in the world of education starting from cheating in testing until plagiarism, there is less
exemplaryness among the nation's leaders, so on, actually concerns the character problem. Even though it's too late
in implementing character education at school, "But late than never", still many of our generation of students who sit
on the school bench and need character education so that in the future become not only intelligent people
intellectually but also has character. The world of education is expected to become the driving force as stated by
Mendinas Muhammad Noah in the 2010 National Education Day warning that "Development and Character
education is a must because education does not only make it smart learners. Education is also to build character and
courtesy polite in life ". The character limits are in two regions it is believed to be the nature of human nature, while
on the other hand it is believed to be "Formed" through education, one of them through character education in
school. Implementation of character education at school as an alternative stated in this paper are: through Midwifery
with the formula 4 M (knowledge, love, desire and work, also with method) habituation. In addition, through
methods: teaching, exemplary, determining priority and praxis prioriotas.

Keywords:Character Education, Moral Education and Moral Education

A.PENDAHULUAN

Lebih jauh Mendiknas menyatakan pada saat menjadi pembicara pada seminar Nasional
“Pendidikan Karakter bangsa “ pada rapat pimpinan Program Pasca Sarjana LPTK seluruh
Indonesia di Universitas negeri Medan “Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika
karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter seseorang”. Dunia
pendidikan diharapkan sebaga motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter,
sebab apa-apa yang terjadi dimasyarakat kita sebenarnya menyangkut masalah karakter, seperti
kekerasan, korupsi, manipulasi , kebohongan kebohongan dan perilaku menyimpang
lainnya ,berangkat dari pendidikan. Oleh sebab itu melalui pendidikan pula karakter bangsa dapat
diperbaiki dan dibentuk terutama Pembangunan karakter dan pendidikan mulai dari usia dini.
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan
tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun
sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya
maupun orang lain.

Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah tidak diajarkan dalam mata pelajaran
khusus. Namun, dilaksanakan melalui keseharian pembelajaran yang sudah berjalan di sekolah.
Wakil Mendiknas, Fasli Jalal, mengatakan pendidikan karakter yang didorong pemerintah untuk
dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak akan membebani guru dan siswa. Sebab, nilai-nilai yang
terkandung dalam pendidikan karakter sebenarnya sudah ada dalam kurikulum, namun selama ini
tidak dikedepankan dan diajarkan secara tersurat. Kita mintakan pada guru supaya nilainilai yang
terkandung dalam mata pelajaran maupun dalam kegiatan ekstra kurikuler disampaikan dengan
jelas pada siswa. Pendidikan karakter bisa terintegrasi juga menjadi budaya sekolah. Jadi,
pendidikan karakter yang hendak diterapkan secara nasional tidak membebani kurikulum yang
ada saat ini. Pendidikan karakter yang dikembangkan adalah yang dapat membangun wawasan
kebangsaan serta mendorong inovasi dan kreasi siswa. Selain itu, nilai-nilai yang perlu dibangun
dalam diri generasi penerus bangsa secara nasional yakni kejujuran, kerja keras, menghargai
perbedaan, kerjasama, toleransi, dan disiplin.Upaya untuk pengembangan pendidikan karakter di
sekolah merupakan proses yang dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif bertujuan
menanamkan nilai dan karakter kepada setiap warga sekolah yang meliputi aspek pengetahuan,
kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun kebangsaan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas akhlaknya.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya pembiasaan tentang pentingnya nilai-nilai luhur
bangsa, nilai-nilai karakter kepada anak bangsa. Salah satunya melalui pendidikan karakter di
sekolah terutama sekolah dasar dimana anak-anak berada pada masa golden age yang mudah
untuk dibentuk karakternya. Hal tersebut bertujuan untuk menanamkan nilainilai luhur dan juga
karakter pada peserta didik, sehingga mereka mempunyai karakter yang baik dan dapat sedikit
demi sedit memperbaiki moral anak bangsa. Seorang anak dalam mencari nilai nilai hidup ,harus
mendapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik. Pembangunan karakter dan pendidikan karakter
menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi
cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai anggota
masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain. Pembinaan karakter yang
termudah dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di bangku SD. Itulah sebabnya
pemerintah memprioritaskan pendidikan karakter di SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan
lainnya tidak mendapat perhatian namun porsinya saja yang berbeda (Mendiknas, 2010).

Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah tidak diajarkan dalam mata pelajaran
khusus. Namun, dilaksanakan melalui keseharian pembelajaran yang sudah berjalan di sekolah.
Wakil Mendiknas, Fasli Jalal, mengatakan pendidikan karakter yang didorong pemerintah untuk
dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak akan membebani guru dan siswa. Sebab, nilai-nilai yang
terkandung dalam pendidikan Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu
keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, juga
mempunyai budi pekerti dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat
menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain. Pembinaan karakter yang termudah
dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di bangku SD. Itulah sebabnya pemerintah
memprioritaskan pendidikan karakter di SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak
mendapat perhatian namun porsinya saja yang berbeda (Mendiknas, 2010).

Beberapa karakter yang patut untuk dikembangkan dalam era globalisasi ini yaitu karakter
religius, cinta tanah air, kemandirian, pantang menyerah, kegigihan, selalu berusaha dan masih
banyak lagi karakter yang patut untuk dikembangkan oleh peserta didik.

B.KAJIAN TEORI

Pengertian dan Pengembangan

Pendidikan saat ini hanya mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan peserta
didik. Jika peserta didik sudah mencapai nilai atau lulus dengan nilai akademik memadai/di atas
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), pendidikan dianggap sudah berhasil. Pembentukan
karakter dan nilai-nilai budaya bangsa di dalam diri peserta didik semakin terpinggirkan.
Rapuhnya karakter dan budaya dalam kehidupan berbangsa bisa membawa kemunduran
peradaban bangsa. Padahal, kehidupan masyarakat yang memiliki karakter dan budaya yang kuat
akan semakin memperkuat eksistensi suatu bangsa dan negara.
Pengembangan pendidikan berbasis karakter dan budaya bangsa perlu menjadi program nasional.
Dalam pendidikan, pembentukan karakter dan budaya bangsa pada peserta didik tidak harus
masuk kurikulum. Nilai-nilai yang ditumbuhkembangkan dalam diri peserta didik berupa
nilainilai dasar yang disepakati secara nasional. Nilai-nilai yang dimaksudkan di antaranya
adalah kejujuran, dapat dipercaya, kebersamaan, toleransi, tanggung jawab, dan peduli kepada
orang lain.

Franz Magnis-Suseno, dalam acara Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa (14/ 01/2010) mengatakan bahwa pada era sekarang ini yang dibutuhkan bukan
hanya generasi muda yang berkarakter kuat, tetapi juga benar, positif, dan konstruktif. Namun,
untuk membentuk peserta didikpeserta didik yang berkarakter kuat, tidak boleh ada feodalisme
para pendidik. Jika pendidik membuat peserta didik menjadi ”manutan” (obedient) dengan
nilainilai penting, tenggang rasa, dan tidak membantah, karakter peserta didik tidak akan
berkembang. Kalau kita mengharapkan karakter, peserta didik itu harus diberi semangat dan
didukung agar ia menjadi pemberani, berani mengambil inisiatif, berani mengusulkan alternatif,
dan berani mengemukakan pendapat yang berbeda. Kepada peserta didik, perlu diajarkan cara
berpikir sendiri.

Untuk pengembangan pendidikan berbasis karakter dan budaya bangsa, dibutuhkan masukan,
antara lain, menyangkut model-model pengembangan karakter dan budaya bangsa sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Kebutuhan terus harus dimaknai
serius karena memerlukan banyak pengorbanan. Kerisauan dan kerinduan banyak pihak untuk
kembali memperkuat pendidikan karakter dan budaya bangsa perlu direspons dengan baik.
Karena itu, data akurat yang menyangkut modelmodel pengembangan karakter dan budaya
bangsa perlu digali dan dilaksanakan melalui kajian empiris, yakni kegiatan penelitian.

Syarat menghadirkan pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah harus dilakukan secara
holistis. Pendidikan karakter tidak bisa terpisah dengan bentuk pendidikan yang sifatnya kognitif
atau akademik. Konsep pendidikan tersebut harus diintegrasikan ke dalam kurikulum. Hal ini
tidak berarti bahwa pendidikan karakter akan diterapkan secara teoretis, tetapi menjadi penguat
kurikulum yang sudah ada, yaitu dengan mengimplementasikannya dalam mata pelajaran dan
keseharian peserta didik didik.
Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu
tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Tujuan pendidikan karakter
adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih
kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik.

Pendidikan karakter bukan hal baru dalam tradisi pendidikan di Indonesia. Beberapa pendidik
Indonesia modern yang kita kenal seperti Soekarno telah mencoba menerapkan semangat
pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian dan identitas bangsa yang bertujuan
menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter.

Lima Nilai Karakter Utama

Terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila, yang menjadi prioritas
pengembangan gerakan PPK; yaitu religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan
kegotongroyongan. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan
saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.
religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam
perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan
agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan
lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Implementasi nilai karakter religius ini
ditunjukkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan,
teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti
perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai
lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya. Sikap nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa
sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah
air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan
agama.
integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,
memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Karakter integritas
meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial,
melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Seseorang yang
berintegritas juga menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas), serta mampu
menunjukkan keteladanan.
mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan
segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Siswa yang
mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian,
dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu
menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Diharapkan siswa dapat
menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas
keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa
solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
PenguatanTri Pusat Pendidikan
"PPK ini merupakan pintu masuk untuk melakukan pembenahan secara menyeluruh terhadap
pendidikan kita," disampaikan Mendikbud kepada Tim Implementasi PPK yang terdiri dari
berbagai unsur pemangku pendidikan beberapa waktu yang lalu.
Menurut Mendikbud, PPK tidak mengubah struktur kurikulum, namun memperkuat Kurikukum
2013 yang sudah memuat pendidikan karakter itu. Dalam penerapannya, dilakukan sedikit
modifikasi intrakurikuler agar lebih memiliki muatan pendidikan karakter. Kemudian
ditambahkan kegiatan dalam kokurikuler dan ekstrakurikuler. Integrasi ketiganya diharapkan
dapat menumbuhkan budi pekerti dan menguatkan karakter positif anak didik.
Prinsipnya, manajemen berbasis sekolah, lalu lebih banyak melibatkan siswa pada aktivitas
daripada metode ceramah, kemudian kurikulum berbasis luas yang mengoptimalkan
pemanfaatan sumber-sumber belajar," tutur Mendikbud.
PPK mendorong sinergi tiga pusat pendidikan, yaitu sekolah, keluarga (orang tua), serta
komunitas (masyarakat) agar dapat membentuk suatu ekosistem pendidikan. Menurut
Mendikbud, selama ini ketiga seakan berjalan sendiri-sendiri, padahal jika bersinergi dapat
menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Diharapkan manajemen berbasis sekolah semakin
menguat, di mana sekolah berperan menjadi sentral, dan lingkungan sekitar dapat dioptimalkan
untuk menjadi sumber-sumber belajar.
Mengembalikan Jati Diri Guru
Peran guru sangat penting dalam pendidikan dan ia harus menjadi sosok yang mencerahkan,
yang membuka alam dan pikir serta jiwa, memupuk nilai-nilai kasih sayang, nilai-nilai
keteladanan, nilai-nilai perilaku, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai kebhinnekaan. Inilah sejatinya
pendidikan karakter yang menjadi inti dari pendidikan yang sesungguhnya,” disampaikan
Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2017
beberapa waktu yang lalu.

C.PEMBAHASAN Sekolah Dasar Dalam Pendidikan Karakter Saat Ini


Upaya untuk pengembangan pendidikan karakter di sekolah merupakan proses yang dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif bertujuan menanamkan nilai dan karakter kepada
setiap warga sekolah yang meliputi aspek pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan maupun kebangsaan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas
akhlaknya.

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dengan
demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau
berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada
sepanjang peradaban umat manusia.

Ini bisa membaur dalam kehidupan bermasyarakat di kemudian hari maka dari itu perlu adanya
sesuatu yang membuat anak tidak sekedar memahami nilai dan norma secara tekstual tetapi juga
dalam praktek di kehidupannya ia dapat mengamalkan apa yang ia peroleh dari pendidikan
tersebut dan untuk itu pendidikan karakter dibutuhkan untuk membangun citra diri pada anak. 2

Karakter manusia telah melekat pada kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam perilaku
kehidupannya sehari-hari. Sejak lahir, manusia telah memiliki potensi karakter yang ditunjukkan
oleh kemampuan kognitif dan sifat-sifat bawaannya. Karakter bawaan akan berkembang jika
mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya.

Keluarga merupakan lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan akan menjadi fondasi
yang kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun.

Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan
atau akhir dasawarsa kedua Perkembangan kecerdasan diiringi oleh perkembangan mental
kepribadian lainnya sampai usia remaja. Setelah dewasa, kecerdasan maupun perilaku
kepribadian sudah relatif stabil, oleh sebab itu jika ingin membentuk kecerdasan dan karakter,
waktu yang paling tepat adalah pada saat usia anak-anak sampai dengan remaja

Pendidikan karakter telah lama menjadi perhatian pemerintah. Dalam Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 (satu) antara lain disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Selain di dalam Undang-undang, karakter positif juga banyak ditulis dalam visi dan misi lembaga
pendidikan. Pada umumnya, lembaga pendidikan menyusun visi yang tidak hanya bermuatan
untuk menjadikan lulusannya cerdas tetapi juga berakhlak mulia.

Pendidikan karakter menjadi isu strategis dalam konteks pendidikan di Indonesia, hal ini
berkaitan dengan krisis moral yang terjadi belakangan ini. Di mana, hampir semua kasus yang
terjadi berkaitan dengan dekadensi moral ditengarai akibat kegagalan pendidikan karakter yang
diberikan oleh lembaga-lembaga pendidikan.

Kasus-kasus yang beskala nasional misalnya banyak dipicu oleh kurang dalamnya proses
internalisasi pendidikan akhlak yang diberikan di sekolah dan di lingkungan keluarga.
Bagaimana pendidikan karakter dalam perspektif Islam khususnya untuk siswa SD?

Pembentukan karakter siswa SD harus dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak.
Pembentukan karakter dapat dilakukan dengan menggunakan keteladanan. Keteladanan berawal
dari suatu peniruan antar manusia. Keteladanan dalam dunia pendidikan sering melekat pada
seorang guru sebagai pendidik.

Keteladanan dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai perilaku dan sikap guru danm
tenaga pendidik dilingkungan sekolah maupun luar sekolah yang dijadikan contoh oleh para
siswanya (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Guru dikatakan sebagai guru teladan erat
kaitannya dengan guru yang baik dan profesional.

Menjadi guru yang baik dan profesional harus memenuhi kriteria dan syarat-syarat menjadi guru.
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan syarat-syarat
untuk menjadi guru yaitu seseorang harus memiliki ijazah, sehat jasmani dan rohani, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkelakuan baik, bertanggung jawab dan berjiwa nasional.

Pernyataan tersebut telah menyatakan dengan jelas mengenai syarat dan ketentuan untuk menjadi
seorang guru yang baik dan profesional. Pernyataan tersebut juga menyebutkan tindakantindakan
yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar, seperti berkelakuan baik, bertanggung
jawab dan berjiwa nasional. Guru yang bersikap baik dan professional sangat berpengaruh
terhadap proses belajar mengajar dan suasana lingkungan sekolah.

Metode Penerapan Karakter Di Sekolah Dasar

Seorang guru diteladani karena kekuatan pribadi atau karisma melalui integritasnya, dan
dihormati karena tindakannya, bukan karena status atau pangkatnya. Seorang guru yang ingin
menularkan "karakternya" mampu mengambil inisiatif dalam perilaku. Bukan hanya memerintah
tetapi mulai melakukan dari dirinya sendiriselanjutnya memastikan bahwa siswanya dapat
mencontoh dan melaksanakan nilai-nilai yang dilakukannya.

Sebagaimana Inpres Nomor 1 Tahun 2010: Penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran
aktif berdasarkan nilai- nilai bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.
Pembelajaran efektif untuk pendidikan karakter khususnya di sekolah dasar bukan
mengedepankan teori tetapi keteladanan terutama dari guru, sesuai dengan pepatah jawa "Guru,
digugu lan ditiru".

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah dasar untuk menanamkan pendidikan
karakter, antara lain:
1. Menerapkan program K3 (kebersihan, keindahan, dan ketertiban) secara kontinyu dan
terus menerus hingga K3 menjadi kebiasaan yang membudaya di sekolah. Bukan hanya
menghafal ketika siswa dihadapkan pada konsep kebersihan, keindahan, dan ketertiban tetapi
proses pembelajarannya lebih kepada praktik langsung dengan memperhatikan lingkungan
sekitar kelas atau sekolah.

2. Guru membiasakan untuk mengelola kondisi kelas sebelum memulai pembelajaran.


Mengkondisikan kelas dapat dilakukan dengan cara mengatur kesiapan belajar anak didik,
mengamati ketertiban (kondisi/penampilan) anak didk, mengatur posisi dan ketertiban tempat
duduk, mengecek kebersihan kelas, dan sebagainya.

3. Guru berusaha untuk menjadi teladan bagi siswa. Guru mampu memberi contoh nyata
yang baik (uswatun hasanah) bagi siswa. Dengan demikian, yang diperoleh siswa tidak hanya
materi pelajaran saja, tetapi juga mengedepankan akhlak, yang selanjutnya membangun mental
manusia sebagai pembelajar.

4.Guru berusaha untuk menjadi sahabat dan teman curhat bagi siswanya. Efektifitas evalusai
karakter siswa tidak hanya soal buku laporan perilaku siswa, melainkan mereka melakukan
pendekatan dari hati ke hati.

5.Mengintegrasikan materi-materi pelajaran ke dalam kegiatan sehari-hari melalui


keteladanan/contoh, kegiatan spontan/teguran, pengkondisian lingkungan (penyediaan sarpras),
kegiatan rutin (berbaris, berdoa,mengucapkan salam, dll).

6.Mengintegrasikan materi-materi pelajaran ke dalam kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh


sekolah dalam rangka menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter.

7. Menerapkan konsep pendidikan holistik berbasis karakter.Tujuannya adalah


menyeimbangkan antara hati, otak, dan otot (pendidikan holistik) dengan harapan siswa menjadi
anak yang berpikir kreatif, bertanggung jawab, dan mandiri (manusia holisik).

8. Membuat design perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran yang bernuansa


karakter. Perencanaan pembelajaran bernuansa karakter dapat dilakukan dengan pengintegrasian
dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, dimana materi pembelajaran yang berkaitan
dengan norma atau nilai nilai pada setiap mata pelajaran dikembangkan, dieksplisitkan, dan
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa prinsip dalam pendidikan karakter yakni Pertama, manusia adalah makhluk yang
dipengaruhi dua aspek, pada dirinya memiliki sumber kebenaran dan pada luar dirinya ada
dorongan atau kondisi yang memengaruhi kesadaran. Kedua, karena menganggap bahwa
perilaku yang dibimbing oleh nilai-nilai utama sebagi bukti dari karakter, pendidikan karakter
tidak meyakini adanya pemisahan antara roh, jiwa, dan badan. Hadis Rosulullah menyatakan
bahwa iman dibangun oleh perasaan serta roh, jiwa dan badan, yaitu melalui perkataan,
keyakinan, dan tindakan. Tanpa tindakan semua yang diucapkan dan diyakini bukanlah apa-apa
tanpa keyakinan maka tindakan dan perkataan tidak memiliki makna, kemudian tanpa pernyataan
dalamperkataan tindakan dan keyakinan tidak akan terhubung. Ketiga, pendidikan karakter
mengutamakan munculnya kesadaran pribadi peserta didik untuk secara ikhlas mengutamakan
karakter positif. Setiap manusia memiliki modal dasar (potensi yang membedakan dirinya
dengan orang lain. Aktualisasi dari kesadaran ini dalam dunia pendidikan adalah pemupukan
keandalan khusus seseorang yang memungkinkannya memiliki daya tahan dan daya saing dalam
perjuangan hidup. Keempat, pendidikan karakter mengarahkan peserta didik untuk menjadi
manusia ulul albab yang tidak hanya memiliki kesadaran diri, tetapi juga kesadaran untuk terus
mengembangkan diri, memperhatikan masalah lingkungan, dan memperbaiki kehidupan sesuai
dengan pengetahuan dan karakter yang dimilikinya. Manusia ulul albab adalah manusia yang
dapat diandalkan dari segala aspek , baik aspek intelektual , afektif, maupun spiritual..

Pendidikan Karakter Dan Pendidikan Akhlak Secara historis pendidikan karakter merupakan
misi utama para Nabi.Rosulullah Muhammad saw. Punya misi utama diutus kemuka bumi “
Liutammimamakari. al akhlaq” yakni untuk menyempurnakan akhlak (karakter). Hal
inimengindikasikan bahwa pembentukan karakter merupakan kebutuhan utama bagi tumbuhnya
cara beragama yang dapat menciptakan peradaban. Agama hadir sebagai jalan untuk
menyempurnakan karakter. Dalam sejarah dikenal ketika Al Quran turun dibawa oleh Nabi
Muhammad ditengah karakter bangsa Arab yang rusak . Al Quran sebagai buku ajar yang
menghadapi peserta didik yakni masyarakat Arab jahiliyah itu.Melalui Al Quran secara perlahan
dan bertahap serta pasti, karakter itu dibentuk kedalam prinsip-prinsip ketundukkan, kepasrahan,
serta kedamaian (makna dasar Islam ). Dimulai dari perintah membaca (iqro), karakter Islam
dibentuk, kemudian perlahan-lahan diingatkan untuk ”bangun dari berselimut”, menghayati
pergantianalam semesta, berkontemplasi pada malam hari , menghargai sesuatu sesuai dengan
kodratnya (warobbuka fakbbir), dan membersihkan perilaku (wasiyabaka fatohhir).Pembentukan
karakter begitu memenuhi materi-materi awal Al Quran, bahkanperintah ritual ibadah ( seperti
sholat, saum,zakat dan haji ) dikaitkan dengantumbuhnya karakter yang baik. Bahkan ritual
ibadah dianggap sia-sia apabila tidak.

Peran Sekolah dalam Pendidikan Karakter

Sekolah merupakan suatu tempat atau lembaga yang mengelola dan menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sistem pendidikan nasional.
Dikatakan oleh Azzet (2011: 36) bahwa, di lingkungan sekolah pendidikan karakter harus
melibatkan semua komponen pendidikan yang ada. Di antara komponen yang ada itu adalah
tujuan pengajaran, isi kurikulum pendidikan, proses belajar mengajar, pengelolaan mata
pelajaran, penilaian, manajemen sekolah, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, perlengkapan,
sarana dan prasarana serta penggunaannya dan semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di
sekolah. Semua komponen tersebut harus dikelola dan dibangun dalam usaha pengembangan
pendidikan karakter peserta didik.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai yang baik kepada semua yang
terlibat dan sebagai warga sekolah, sehingga memiliki pengetahuan, kesadaran dan tindakan
dalam melaksanakan nilai-nilai karakter. Semua warga sekolah yang terlibat dalam
pengembangan karakter ini pada hakikatnya adalah usaha membangun karakter peserta didik.
Kondisi tersebut penting agar peserta didik melihat, menghayati dan memperoleh teladan atau
contoh kongkret dari lingkungan kondusif dengan karakter baik yang sedang tumbuh dan
berkembang dalam kepribadian mereka. Sebagai role model yang penting adalah guru.
Suryosubroto (2009: 15) menyebutkan bahwa, guru memiliki tugas dan tanggung jawab terkait
dengan kemampuannya dalam usaha meningkatkan proses dan hasil belajar. Konsep pendidikan
karakter yang baik, tidak dapat berhasil, bila guru yang mendidik dan mengajar di sekolah tidak
dapat menjadi teladan yang baik di dalam bersikap dan berperilaku di sekolah. Guru di sekolah
diharapkan dapat menyediakan ligkungan belajar yang baik untuk membentuk, mengembangkan
dan memantapkan karakter peserta didiknya. Pendidikan karakter sulit mencapai keberhasilan,
bila semangat yang dimiliki guru bukan karena cinta dengan dunia pendidikan, melainkan hanya
karena kebutuhan terhadap pekerjaan atau status sosial.

Pendidikan karakter di sekolah merupakan usaha yang harus dirancang dan dilakukan secara
terarah dan sistematis dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada peserta didik untuk
menanamkan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Mahakuasa,
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, bangsa dan negara.

D.KESIMPULAN

Usaha-usaha yang dilakukan dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah melalui


kegiatan-kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan komponen-komponen sekolah, pada jenjang
pendidikan Sekolah Dasar sangat efektif dilakukan di sekolah. Lingkungan sekolah (guru dan
siswa) memiliki peran yang kuat dalam membentuk karakter anak. Pada jenjang pendidikan SMP
maupun SMA, pada masa ini remaja berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan.
Remaja memiliki kepribadian yang masih labil dan sedang mencari jati diri untuk membentuk
karakter permanen. Pendidikan pada usia remaja menjadi momen yang penting dan menentukan
karakter seseorang setelah dewasa. Perlu ada kerja sama dan komunikasi yang baik antara
sekolah dan keluarga dalam mengembangkan karakter anak remaja. Proses pendidikan di sekolah
dikembangkan kegiatan belajar mengajar yang efektif yang bertujuan menanamkan nilai-nilai
meliputi aspek: pengetahuan, kesadaran/kemauan dan tindakan kepada peserta didik agar
memiliki karakter yang terpuji dan berakhlak mulia. Dengan pendidikan karakter yang baik ini
peserta didik dapat mengembangkan motivasi belajar dalam usaha meningkatkan prestasi belajar
yang optimal.

Penanaman nilai karakter di Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan mengintegrasikan dalam
pembelajaran. Cara guru menyampaikan nilai karakter tersebut tidak selalu secara langsung
tetapi melalui cerita kepahlawanan dan permainan dalam pembelajaran yang telah
dikembangkan. Dari kegiatan tersebut guru berusaha menjelaskan pentingnya nilai karakter
dengan bahasa anak-anak dan mendorong peserta didik untuk melakukannya. Selain itu,
pengimplementasian pendidikan karakter di kelas juga dilakukan dengan mengawali dan
mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa, mengecek kehadiran peserta didik,
membentuk kelompok secara heterogen, menggunakan metode pembelajaran yang aktif, kreatif,
dan menyenangkan, mengajak peserta didik untuk membaca buku baik saat pembelajaran
sedang berlangsung ataupun saat literasi. Setelah membaca buku atau literasi dongeng, seperti
guru di SD Negeri 1 Sedayu yang menanyakan pesan moral cerita atau karakter dari tokoh yang
ada dalam cerita. Melalui aktivitas tersebut berarti guru telah memberikan moral feeling karena
mendorong peserta didik lebih peka terhadap nilai-nilai karakter. Jadi cara mengimplementasikan
pendidikan karakter yang terintegrasi dalam proses pembelajaran ini dengan menyampaikan
pesan moral secara langsung kepada peserta didik saat pembelajaran atau melalui implisit.
Setelah itu guru mendorong peserta didik untuk melakukan nilai-nilai karakter positif dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan begitu peserta didik tidak hanya mengetahui tentang nilai karakter
tapi juga lebih peka terhadap karakter yang baik tersebut.

E.DAFTAR PUSTAKA

Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Bandung: Adicita Karya Nusa.

Althof,Wolfgang.2006.Moral Education and Character Education :their Relationship and Roles

In Citizenship Education.Vol.35,No.4,pp.495-518.

Rohmah,Dwi Fatmawati.Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Siswa Sekolah Dasar Untuk

Memperbaiki Moral Generasi Bangsa.

Zulnuraini.2012.Pendidikan Karakter : Konsep,Implementasi Dan Pengembangannya di Sekolah

Dasar di Kota Palu.Vol 1,No.1.September 2012.

Suhardi,Didik.2011.Nilai Karakter.Yogyakarta:Laksbang PRESSindo

Sasiwi,Nur Hidayati Esti.Pentingnya Penanaman Nilai Nilai Karakter Di Sekolah Melalui

Implementasi Pendidikan Karakter.FIP Universitar Negeri Yogyakarta.

Anugerah,Ellectranda.2018.The Analysis Of Character Education In Indonesia.Volm3,No.4.

November 2018.
Judiani,Sri.Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Melalui Penguatan

Pelaksanaan Kurikulum.Setditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah,Kemendiknas.

Jalal,Fasli.2010.Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter : Tiga Strem Pendekatan.Jakarta :

Kemenetrian Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai