Anda di halaman 1dari 46

PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS REALISTIC MATHEMATIC

EDUCATION ( RME) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA MATERI
PECAHAN DI KELAS IV MIS
YPI BATANG KUIS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

ALMI WAINA
NIM. 0306203138

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADARASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATEREA UTARA MEDAN
2024
PEGEMBANGAN LKPD BERBASIS REALISTIC MATHEMATIC
EDUCATION ( RME) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA MATERI
PECAHAN DI KELAS IV MIS YPI
BATANG KUIS

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh :
ALMI WAINA
NIM. 0306203138

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Zunidar, M.pd Dr. Nurdiana Siregar, M. Ag


NIP. 197510202014112001 NIP. 198902282019032013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATEREA UTARA MEDAN
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil”alamin puji syukur penulis ucapakan atas kehadiran
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayahnya sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PEGEMBANGAN LKPD
BERBASIS REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV MIS YPI BATANG KUIS
sholawat beriringan dengan salam tak lupa pula peneliti hadiahkan pahalanya
kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan panutan atau pedoman serta
sebagai contoh terbaik bagi manusia.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan Pada Progaram Studi Guru Madrasah Ibtidiyah ( PGMI) pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Isalm Negeri Sumatera Utara .
Penulisan pada skripsi ini tidak luput dari kekhilafan, hambatan, namun
berkat adanya ketekunan, pengarahan serta bantuan, motivasi dan bimbingan dari
berbagai pihak Alhamdulilah hambatan- hambatan yang ada dapat teratasi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, peneliti berharap dapat belajar lebih banyak lagi dalam
megimplementasikan ilmu yang didapat, daalm skripsi ini tentunya tidak lepas dari
bimbingan, masukan, dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan
ini, dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Hidayah dan Karunia- Nya kepada
peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan pada skripsi ini.
2. Dengan penuh cinta dan kasih sayang peneliti ucapakan terimakasih kepada
oarang tua ayahanda karimmudin

i
dan Ibunda Katijah yang berkat doa, kasih sayang, dorongan, fasilitas motivasi dan
nasihat yang selalu di berikan kepada peneliti sehingga peneliti mampu
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag selaku rektor Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.
4. Ibu Dr Prof. Dr. Tien Rafida, M.Hum selaku dekan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Nirwana Anas M.Pd Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara .
6. Bapak Safran M,Pd selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta seluruh staf administrasi yang telah
memberikan bimbingan selama menempuh pendidikan hingga menjelang
penyelesaian SI.
7. Bapak Dr. Ahmad Syarqawi M,Pd selaku Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
8. Ibu Dr. Zunidar M,pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
9. Ibu Dr. Nurdiana Siregar M,Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
memberikan peneliti arahan dan bimbanganya, Ibu Dr, Nirwana Anas M,Pd selama
selaku dosen ahli R&D dan Bapak Safran M,Pd yang telah waktunya untuk setiap
arahan dan bimbingan dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan skripsi ini.
10. Bapak adan Ibu dosen yang telah membimbing peneliti selana menempuh
pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
11. Seluruh pihak MIS YPI Batang Kuis khususnya kepada Ibu Ichmi Humairoh S,pd
I selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada
peneliti untuk dapat melaksankan penelitian ini. Selain itu juga kepada Ibu Tari

ii
Wardani S.Pd selaku wali kelas IV dan juga kepada seluruh Bapak/ Ibu di MIS YPI
Batang Kuis.
12. Kepada kakak Dika Darmina yang sudah memberikan nasihat serta pengetahuanya
yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini, Adikku Hestiana yang
senantiasa menghibur dikala rasa bosan saat mengerjakan skripsi ini.
13. Saudari Mira Yanti yang selalu menjadi penyemangat sekaligus menjadi teman dari
PGMI 6 Stambuk 2020 yang telah berjuang bersama selama menjalani studi.
14. Kelurga Besar di Desa Lawe aunan dan Keluarga besar di Kotacane yang tidak
bosan- bosanya memberikan kata semangat dan doa.
15. Sahabat seperjuangan R&D Khoirun Nisa, Syakira anandia , dan Rodiatul hasanah
lubis yang sudah berjalan beriringan dalam memyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabat seperantauan Dayang Lidya Fitriah, Mutia Fathia Rahma, Nadila Kirani
dan Basiah yang sama- sama berjuang dalam peyelesaian skripsi.
17. Sahabat KBTS ( Kakak Beradik Tak Sedarah ) Nabila Sari, Khairani Mundia,
Khairun Nisak Dan Mulia Ayu.
18. Semua pihak yang membantu peneliti yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
Peneliti telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini.
Namun peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka dan senang hati peneliti menerima kritik dan saran dari semua pihak
Wassalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 24, Maret 2024


Peneliti

ALMI WAINA
NIM. 0306203138

iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................6
C. Batasan Masalah................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7


F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
G. Spesifik Produk .....................................................................................7
BAB II : KAJIAN TEORI ............................................................................. .8
A. Landasan Teori ..................................................................................... .8
1. Kemampuan Pemecahan Masalah .................................................. .8
2. Lembar Kerja Peserta Didik ........................................................... 10
3. Pembelajaran Berbasis RME .......................................................... 12
4. Bilangan Pecahan..............................................................................19
B. Penelitian Relevan.................................................................................21
C. Kerangka Konseptual.............................................................................23
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................. 25
A. Metode Penelitian ................................................................................ 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 27
C. Subjek dan Waktu Penelitian ................................................................27

iv
D. Prosedur Penelitian dan Pegembangan ............................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 29
F. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 30
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 31

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan wahana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang aktif sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Undang-
Undang RI No 20 Tahun 2023 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu : pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik dapat aktif megembangkan ptensi dirinya untuk
memiliki spiritual, kepribadian, kercerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan dan
pengendalian diri yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu melakukan dan melaksanakan
keberlajutan pertumbuhan pendidikan kehusecara berkelanjutan. Perkembangan
pendidikan menuju kemjuan dalam kurun waktu yang panjang merupakan acuan untuk
dapat mengetahui kualitas suatu bangsa tersebut dalam segala aspek.

Hasil dari kualiatas pendidikan sistematis dan terencana akan menghasilkan


sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi, dimana masyarakat merupakan
masyarakat yang cerdas layaknya negara maju yang dapat dilihat dari segala aspek
kehidupan yang unggul dan mampu memiliki tingkat kemajuan mulai dari aspek ilmu
pengetahuan, sosial, pembangunan serta kemajuan teknologi dan peradapan.

Sidiknas Tahun 2003 menyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional sangat


berkaitan erat dengan pegembangan potensi kemampuan dalam upaya mencerdaskan
generasi bangsa menjadi manusia yang taat dab patuh terhadap tuhan serta mampu
menjadi seorang warga negara yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
maupun orang lain. Matematika adalah salah satu beberapa pembelajaran wajib yang
sudah diajarkan pada setiap jenjang pendidikan terutama pada jenjang sekolah dasar

1
yang sudah diajarkan oleh guru sejak peserta didik memasuki kelas 1 hingga semua
jenjang pendidikan.

Tujuan pembelajaran matematika sesuai dengan standar kompetensi lulusan


pendidikan dasar dan menengah di sekolah yaitu dalam rangka mewujudkan
kemampuan memahami tindakan yang tepat untuk menyelesaikan soal berupa suatu
soal menafsirkan keterampilan pada sebuah soal, merencanakan bentuk matematika,
mengerjakan matematika dengan cara yang lebih sistematis serta memiliki kemampuan
mencari solusi yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pemecahan
masalag tersebut. ( Permindekbud RI Nomor 54 Tahun 2013)

Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan pengimplementasianya,


nyatanya tujuan pembelajaran matematika masih jauh dari yang diharapakan.
Pembelajaran masih dianggap sebuah pembelajaran yang sulit dan rumit sehingga
kurang diminati peserta didik, seperti hal Pak Abdurrahman selaku salah satu guru
matematika yang peneliti tanyakan langsung menyatakan bahwa dari sekian banyaknya
mata pelajaran, matematika selalu menjadi suatu mata pelajaran sulit dan rumit untuk
dipahami perspektif peserta didik sepanjang proses pembelajaran.

Berdasarka hasil survey PISA bidang matematika menyatakan bahwa prestasi


peserta didik pada bidang matematika masih sangat rendah yaitu berkisara diangka 379
dengan dibandingkan rasio Negara Singapura China dan negara lainya yang berhasil
mendapatkan skor 569 hingga 591. Dari hasil tersebut berarti peserta didik di Indonesia
dalam menyelesaika soal masalah matematis masi dalam kategori rendah serta masig
kurang terlatih dalam memcahkan persoalan yang mengarah pada pemahaman,
penalaran serta berpikir secara kritis. ( PISA Indonesia Tahun 2018)

Kurangnya kemampuan peserta didik dalam pemecahan soal matematis


diantaranya di sebab oleh kurangnya atau sedikitnya pemahamana peserta didik bahwa
setiap materi pada pembelajaran matematika memiliki kaitan yang sangat erat dalam
kehidupan nyata. Sebagian peserta didik menganggap bahwa pembelajaran matematika

2
sesuatu yang abstrak, rumit dan membinggungkan, selain itu juga masih banyak
pendidik belum mampu menautkan materi pembelajaran matematika dengan
kehidupan nyata, seharusnya yang diajarkan dikaitkan dengan kehidupan nyata
sehingga pembelajaran berlanhsung terasa urang dan bermakna bagi peserta didik.

Peserta didik dalam pandangan pendidikan hanya sebagai pendengar atau


penerima materi hal ini juga masih menjadi penyebab hambatan besar bagi peserta
didik dalam memehami matematika serta minimnya seorang pendidik mengajarakan
atau menggunakan soal- soal berbasis masalah untuk dipecahakan peserta didik.

Sumber belajar yang digunakan juga kurang mampu menstimulasi peserta didk
untuk terbiasa mengerjakan soal- soal berbasis pemecahan masalah secara sistematis
sehingga proses pemgerjaan soal pemecahan masalah atau soal yang di berikan
pendidik cendudrung tidak menggunakan cara pemecahan masalah salam mengerjakan
soal tersebut, melainkan peserta didik langsung langsusng menggunakan rumus yang
sudah ditetapkan hal ini akan membuat peserta didik merasa rumit dan merasa
binggung ketika tidak mengetahui rumus dari soal tersebut.

Jika hal tersebut terus berlangsung seiring waktu, maka akibatnya peserta didik
akan cenderung kesulitan dalam memecahkan masalah atau soal pembelajaran secara
mandiri, Kurangnya interaksi antara peserta didik dan peserta didik dan pendidik
menyebabkan penalaran, penjelasan lebih lanjut, pembenaran dan persetujuan serta lain
sebagainya menimbulkan kurangnya partisipasi aktif peserta didik dalam
pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi wawancara dan pegumpulan data di Kelas IV MIS


YPI Batang Kuis pada tanggal 15 januari 2024 peneliti menemukan nilai rata- rata
matematika. Berikut ini hasil belajar matematika peserta didik kelas IV Mis Ypi Batang
Kuis :

3
Tabel 1.1 Nilai Ujian Bulanan Matematika Kelas IV Mis Ypi Batang Kuis

Kelas Jumlah Nilai KKM Persentase


Peserta
Tunt Tidak Tunt Tidak
Didik as as
Tuntas Tuntas
% %
Iva 27 13 14 72 48,15 51,85
Ivb 28 13 15 70 46,43 53,57
Sumber: Dokumen Kelas IV Mis Ypi Batang Kuis
Berdasarkan tabel 1.1 yaitu peresentase nilai ujian bulanan kelas IV, Lebih dari
50 % yang nilai matematikanya tidak tuntas, melihat permasalah tersebut lembar kerja
peserta didik dapat menjadi salah satu alternative bahan ajar yang dapat digunakan
pendidik dalam upaya memahamkan peserta didik terhadap suatu materi. LKPD dapat
dipergunakan pendidik untuk meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. LKPD yang digunakan dapat
di desain sendiri oleh pendidik dan dapat disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
Faktanya sering terlihat siswa diajarakan hanya mengunakan buku paket yang tersedia
dan siswa menghapal rumus untuk menyelesaikan soal tersebut, guru terbiasa
menggunakan buku paket yang sudah disediakan walaupun terdapat materi yang
kurang, LKPD yang tersedia dan digunakan guru belum dapat mengantar pada
permasalah konstektual sebagai titik awal dalam sebuah pembelajaran, LKPD tersebut
juga belum mmapu memotivasi peserta didik untuk belajar matematika dan mampu
menyelesaikan soal berbasis pemecahan masalah serta peserta didik belum mampu
mengembangkan sendiri ide pengalaman yang dimilikinya, sehingga di dalam
pembelajaran peserta didik kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam memahami
materi yang diberikan oeh pendidik.

Materi pecahan merupakan merupakan salah satu materi yang dianggap rumit
dan sukar di pahami oleh peserta didik dan juga sekaligus rumit oleh pendidik dalam
memahamkanya kepada peserta didik, Kerumitan pada mareri ini di temukan peneliti
setelah melakukan wawancara dengan wali kelas, kelas ke VI MIS YPI Batang Kuis

4
yang dimana peneliti menumukan adanya kesulitan yang cenderung muncul saat
mencoba mecacahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi pecahan berbasis
soal.

Pendeketan pembelajaran berbasis Realistic Mathematis Educition (RME)


dirasa tepat sebagai pendekatan pada pemecahan masalah matematika pada materi
pecahan karna pendekatan ini mengarah pada konsep dunia nyata dan kehidupan
sehari-hari siswa, dengan pendekatan ini siswa dapat berperan langsung atau
menggunakan imajinasinya untuk mengaitkan pembelajaran dengan dunia nyata yang
menjadi dasar pelaksanaanya. Oleh karena itu perlu adanya pegembangan LKPD yang
memuat suatu masalah konstektual dan juga di dalamnya memuat masalah matematis
yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari. Dari LKPD tersebut diharapakan siswa
mampu membuat model matematika yang berbasis masalah yang sesuai dengan materi
pembelajaran, dan sisw juga dapat berdiskusi mengenai pemecahan masalah
matematika pada meteri pecahan secara individu atau kelompok.

Dari uraian diatas penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul
“ Pengembangan LKPD Berbasis Realistic Mathematic Education (RME) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa Pada Materi Pecahan Di Kelas Iv Mis
Ypi Batang Kuis”.

B. Identifikasi Masalah
1. Guru masih mengunakan metode konvensial dalam pembelajaran
2. Peseta didik masih mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
matematika
3. Belum adanya keterkaitan materi yang dipelajari dengan benda konkret atau
dunia nyata dalam pembelajaran.
4. Kurangnya bahan ajar yang mampu meningkat kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik.
C. Batasan Masalah

5
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, agar penelitian
permasalah yang dikaji dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang maka
peneliti membatasi cakupan masalah pada hal berikut :
1. Pembelajaran menggunakan LKPD yang mengacu pada pelaksanaan berbasis
Realistic Mathematics Education (RME) dan pemecahan masalah.
2. LKPD yang dikembangkan pada peneitian ini terbatas mata materi pecahan
untuk kelas IV Mis Ypi Batang Kuis.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kevalidan LKPD berbasis Realistic Mathematics Education
( RME) untuk meningkatkan pemecahan masalah peserta didik pada siswa
kelas IV Mis Ypi Batang Kuis ?
2. Bagaimana tingkat kepraktisan LKPD berbasis Realistic Mathematics
Education (RME) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik pada siswa kelas IV Mis Ypi Batang Kuis ?
3. Bagaimana tingkat keefektifan lembar kerja peserta didik berbasis Realistic
Mathematics Education untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa pada kelas IV Mis Ypi Batang Kuis ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini adaah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat kevalidan LKPD berbasis RME untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas IV Mis Ypi Batang Kuis.
2. Untuk mengetahui tingkat kepraktisan LKPD berbasis RME untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas IV Mis Ypi
Batang Kuis.
3. Untuk mengetahui tingkat keefektifan LKPD berbasis RME untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas IV Mis Ypi
Batang Kuis.

6
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Tersedianya LKPD sebagai panduan yang dapat digunkan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran atau pemecahan masalah.
2. Bagi Guru
a. Menambah referensi sumber belajar dalam bentuk lembar kerja peserta didik
( LKPD)
b. Memotivasi guru untuk mengembangkan LKPD pada pembelajaran dan pada
materi pembealajaran mateamtika lainya.

F. Spesifik Produk
Produk yang dikembangkan dalam penelitian pen gembangan ini adalah
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD) berbasis RME pada materi pecahan di Kelas IV
Mis Ypi Batang Kuis.

7
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
a. Kemampuan Pecahan Masalah Matematis
Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya kuasa (dapat atau
bisa) dalam melakukan sesuatu, adapun kemampuan yaitu kesanggupan atau
kecakapan seseorang terhadap suatu hal.
Salah satu aspek penting dalam pembelajaran matematika adalah
kemampuan pemecahan masalah ( Problem Solving). Tiap jenjang pendidikan
formal peserta didik dituntut untuk mempuyai kemampuan pemecahan masalah
yang baik khususnya pada pembelajaran matematika yang dianggap sebuah
pembealajaran yang sulit dan rumit .
Pada proses pembelajaran matematika perlu diutamakan kemampuan
pemecahan masalah, karena dengan menghadapi masalah peserta didik akan di
dorong berpikir secara intensif dan secara kreatif dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Lestar (Anggo, 2011)dalam
bahwa tujuan utama mengajarkan pemecahan masalah dalam matematika
adalah tidak hanya melengkapi siswa dengan sekumpulan keterampilan atau
proses, tetapi dengan pemecahan masalah kemungkinan siswa berpikir tentang
apa yang dipikirkannya, berpikir tentang apa yang dipikirkan dalam hal ini
berkaitan dengan kesadaran siswa terhadap kemampuannya untuk
mengembangkan berbagai cara yang mungkin dapat di tempuh dalam
memecahkan masalah matematis.
{Soedjadi} menyatakan pemecahan masalah adalah kesanggupan yang
memerlukan penyelesaian dari masalah yang ditemukan dengan menggunakan
beberapa strategi dan tahapan penting dalam memahami masalah sehingga
peserta didik dapat memecahkan masalah diberikan dengan konsep matematis.
Kemampuan pemecahan masalah memiliki urgensi yang signifikan dalam

8
matematika di segala pihak, tidak saja ditujukan bagi yang mendalami
matematika, namun juga berlaku kepada yang akan mengaplikasikannya di
bidang ilmu lain dalam kehidupan sehari-hari.
Sejalan dengan hal tersebut, Dindyal menambahi bahwa suatu kondisi
disebut masalah jika ada beberapa halangan dalam proses pemecahan masalah
dimana masalah tersebut membuat orang kesulitan dalam memecahkan suatu
masalah secara langsung.
(Ariawan & Nufus, 2017) berpendapat yang sama, dimana kegiatan
matematika dipandang sebagai masalah jika tidak segera didapatkan jalan
pemecahannya, melainkan musti terlebih dahulu menjalani beberapa tahapan
lain yang relevan. Cara pemecahan masalah matematika dapat bersifat tertutup
dan terbuka. Tertutup yang bermakna bahwa masalah tersebut memiliki solusi
dan cara penyelesaian langsung, sedangkan terbuka berarti masalah tersebut
memiliki lebih dari satu atau bermacam solusi cara penyelesaian.

Dalam matematika, pemecahan masalah matematis adalah tahapan


mencari pemecahan jawaban atas pertanyaan dalam konteks cerita, teks,
kegiatan dan keadaan situasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ujian
kemampuan pemecahan masalah dibuat sedemikian rupa dengan tingkat
kesulitan yang penyelesaiannyaa sulit dipecahkan langsung. Oleh karenanya,
penting menganalisis pemecahan masalahnya terlebih dahulu.

Menurut Polya (Yuwono et al., 2018) menyatakan langkah- langkah


kegiatan untuk mencapai memecahkan masalah sebagai berikut:

a. Memahami Suatu Masalah (Understanding the Problem)


Peserta didik harus bisa memahami suatu konteks masalah dengan
mampu menampilkan letak Merencanakan tahapan Pemecahan
b. Merencankan tahap pemecahan

9
Tahap kedua ini dipacu oleh peserta didik dalam menyelesaikan
masalah, sehingga semakin beragam pengetahuan peserta didik maka
akan ada kecenderungan peserta didik inovatif dalam menggabungkan
gagasan rencana penuntasan masalah.
c. Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana
Setiap peserta didik harus sudah memikirkan gagasan rencana
pemecahan masalah sebelum memasuki tahap ini. Setelahnya, pendidik
boleh menayakan kembali apakah peserta didik sudah yakin pada
rencananya atau tidak.
d. Mengecek Kembali Hasil yang Diperoleh
Setelah peserta didik memecahkan masalah sesuai rencana, peserta
didik akan melakukan pengecekan jawaban kembali atas hasil yang
didapatkannya.

Sumarmo (Zulkarnain, 2015) menelaah indikator kemampuan pemecahan


masalah matematis menjadi empat, yaitu:

a. Mengenali kapasitas data dalam memecahkan masalah.


b. Menyiapka model matematika dan pemecahannya.
c. menentukan dan mengaplikasikan strategi dalam pemecahan masalah
matematis.
d. Mengklarifikasikan hasil berdasarkan permasalahan awal, serta
memastikan kebenaran jawaban.

Jadi kemampuan pemecahan masalah merupakan aspeek penting sebagai


pendekatan peneliti. Indikator prndekatan pemecahan masalah matematis digunakam
untuk mengukur keefektifan pengunaan lkpd untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis sisw

3. Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD

10
Lembar kerja peserta didik ( LKPD) adalah suatu media pembelajaran yang
berpusat pada satu mata pelajaran yang didalamnya di lengkapi dengan prosedur dan
cara dalam pengerjaan soal sehingga memudahkan siswa dalam menjawab persoalan
persoalan yang disajikan di dalam LKPD. (Suratman et al., 2021)
Sedangkan menurut ( Prastowo 2011) LKPD adalah suatu bahan ajar yang
terdiri dari lembar- lembar yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk- petunjuk
pelaksanaan tugas pembelajaran yang mesti dikerjakan oleh peserta didik yang
mengacu pada kompetensi dasar yang harus di capai oleh peserta didik.
Dapat disimpulkan bahwa LKPD merupakan bahan ajar cetak yang berisi
materi singkat dan tugas- tugas atau latihan soal yang dilengkapi dengan petunjuk
pemgerjaanya yang ditujukan untuk membantu siswa megembangkan keterampilan
dan pengetahuan tentang suatu pembelajaran.
Selanjutnya (Rozalia Fransi dkk, 2019) menyatakan bahwa merupakan suatu
pedoman yang telah disusun dan di desain sedemikina rupa sehingga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempeluas pemahaman materi yang menjadi tujuan
pembelajaran. Pedoman tersebut diantaranya berisi tentang kegiatan- kegitan yang
tersusun dan terarah. Ada 5 macam LKPD yang biasa digunakan peserta didik
diantaranya.
a. LKPD yang membantu siswa menemukan suatu konsep, LKPD ini mencakup
tindakan melakukan, memgamati, dan menganalisis.
b. LKPD yang membantu siswa siswa menerapkan dan mengintekrasikan
berbagai konsep yang telah ditemukan.
c. LKPD yang berfungsi sebagai penuntun proses belajar. LKPD terdiri dari isian
atau pertanyaan yang jawabanya ada di di dalam buku.
d. LKPD yang berfungsi sebagai penguatan. LKPD diberikan kepada siswa
setelah selesai pembelajari materi tertentu. Materi pembelajran di dalam LKPD
mendorong siswa untuk lebih memahami dan menerapkan apa ayang diajarkan
di dalam buku pelajaran.
e. LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk pratikum.

11
Untuk memberikan penguatan terhadap hasil belajar peserta didik dapat
disertakan mengerjakan lembar kerja peserta didik. Jenis pekerjaam dalam lembar kerja
peserta didik dapat berupa soal- soal atau pertanyaan, latihan , perintah untuk
megumpulkan suatu data, membuaata sesuatu dan sebagainyayang bertujuan untuk
mendorong kreativitas dan pegemba ngan imajinasi siswa .
Tujuan pembuatam lembar kerja peserta didik adalah untuk membuat peserta
didik siap untuk belajar sebelum kegiatan di mulai, membantu peserta didk untuk
memperoleh hasil belajar dengan menemukan atau membuktikan ide- ide yang mereka
peajari deangn caara dapat menerapkan dalam dunia nyata (Sumiati dan Asri, 2019) .
Pedoman berikut dapat dijadikan sebagai panduan penyusunan lembar kerja
peserta didik dintaranya :
1. Sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari
2. Perintah pengerjaan dalam lkpd di susun dengan mengunakan bahasa yang
baku, jelas, dan mudah dipahami.
3. Isi perintah dapat mendorong peserta didik untuk meningkatakan kemampuan
dan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik.
4. Isi LKPD berhubungan dengan sumber belajar yang ada disekitarnya.
5. Menekankan pada kemapuan yang berkaitan dengan keterampilan proses.

Langkah- langkah membuat LKPD dapat dilakukan sengai berikut :


a. Melakukan analisis kurikulum. Langkah ini ditujukan untuk menentukan
materi- materi mana yang yang memerlukan LKPD.
b. Membuat peta kebutuhan LKPD. Peta kebutuhan ini sangat penting untuk
mengetahui berap abnya LKPD yang harus ditulis. Kemudian juga dapat
melihat sekiensi atau urutan LKPD-nya
c. Menentukan judul- judul LKPD. Perlu diingat bahwa judul bahan ajar ini di di
dapat berdasarakan kompetensi- kompetensi dasar, materi- materi pokok atau
bahan pembelajran yang terdapat pada kurikulum.

12
d. Penulisan LKPD. Tahap dapat diselesaikan dengan melakukan hal- hal sebagai
berikut : 1) merumuskan kompetensi dasar, 2) menetapkan alat penilaian, 3)
melakukan evaluasi terhadap proses hasil kerja peserta didik, 4) menyusun
materi, 5) memahami struktur LKPD.

3. Pembelajaran Berbasis Realistic Matemathics Education (RME)


a. Pengertian Realistic Mathematic Education (RME)
Realistic Mathemathics Education (RME) merupakan suatu pendekatan
pembeajaran matematika yang dikembangkan oleh sekelompok para ahli matematika
Fruedenthal Institut Utrecht Univercity di Negara Belanda sejak tahun. Hans Frudental
megangap bahwa pendekatan ini didasarkan pada matematika yang merupakan suatu
kegiatan matematika. Sejak tahun 1971 Institut Fruedental mengembangkan suatu
pendekatan yang di kenal dengan Realistic Mathemathics Education (RME), pendekata
ini mencampurkan suatu pemikiran mengenai apa itu matematika, bagaimana pendidik
mengajarkan matematika, bagaimana peserta didik belajar matematika, dan pendekatan
yang bagaimana dalam mengajarkan matematika. (Hadi, 2018)
(Wahyudi, 2015) menyatakan Realistic Mathemathcs Education (RME)
merupakan suatu pendekatan mateamtika yang menekankan pada konseptualisasi
pengajaran dan mempuyai kecenderungaan yang menjadikan peserta didik yang aktif
dan proses belajar mengajar. Menurut Syafri pendekatan Realistic Mathemathics
Education (RME) merupakan suatu pendekatan matematika yang memamfaatkan
lingkungan atau dunia nyata sebagai salah satu sumber matematika. Pada pembelajaran
matematika dengan memamfaatkan pendekatan Realistic Mathemathics Education
(RME) dapat mempermudah atau memperlancar peserta didk dalam belajar
mateamtika sehingga peserta didik dapat menyelesaikan pemecahasan masalah
mataematika dengan baik.
Hal pertama yang dilakuan pada pembelajaran matematika realistic ialah
peserta didik harus diberi kesempatan atau waktu untuk mendapatkan kembali
(reinvent) konsep dan prinsip matematika di bawah bimbingan orang dewasa. Peserta

13
didik diberikan kesempatan untuk menemukan ide atau konsep mateamtika
berdasarkan pengalaman peserta didik dalam berinteraksi dengan dunia nyata dan
lingkungan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa keluarga, lingkungan sekolah,
atau lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya yang benar- benar di keanal peserta
didik. Proses pembelajaran matematikan Realistik menggunakan masalah konstektual
sebagai poin penting dalam pembelajaran matematika. Paserta didik diberikan
kesempatan untuk mengorganisasikan masalah dan berusaha megindetifikasi bagian
matematika yang ada pada masalah tersebut (Wahyudi, 2017) . Hal ini sejalan
dengan fireman Allah SWT dalam Alquran surah Al- Baqarah Ayat 269 yaitu :

ِ ‫ت ٱل‬
‫ْح ْك َمةَ فَ َق ْد أُوتِ َى َخ ْي ًۭرا َكثِ ًۭيرا ۗ َوَما يَ َّذ َّك ُر إََِّّلٓ أُو ُل‬ َ ‫شآءُ ۚ َوَمن يُ ْؤ‬ ِ ‫ي ْؤتِى ٱل‬
َ َ‫ْح ْك َمةَ َمن ي‬ ُ
ِ َٰ‫ْٱْلَلْب‬
٩٦٢ ‫ب‬
Artinya : “ Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa di
berikan hikmah, sesungguhnya dia telah diberikan kebaikan yang banyak, Dan tidak
ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang- orang yang mempuyai akal sehat”.
Dari ayat tersbut, Allah SWT memberikan kebaikan dalam pembelajaran yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari. Ayat ini menjelaskan serta memberikan gambaran
tentang bagaimana kehidupan sehari- hari baik berupa lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang yang dapat dikaitan
dengan pembelajaran dan dapat di menjadi sebuah materi dalam pembelajaran
Searah dengan hal tersebut Maulana dalam penelitian Retno Widyaningrum
menyebutkan bahwa matematika adalah sebagai aktivitas manusia yang hanya dapat
dipahami melalui cara mengerjakanya (doing mathematics). Oleh karena itu
pendekatan Realistic Mathemathics Education) sangat cocok dengan pembelajaran
matematika karena mengaitkan pembelajaran tersebut dengan kehidupan sehari- hari
yang saling memiliki hubungan erat (Widyaningrum, 2012).

14
b. Karkteristik Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Treffes dalam tulisan Evi Soviati ( Realistic Mathemthics Education)
pada pembelajaran realistic terdapat lima karakterisrik yaitu sebagai berikut :
1. Mengunakan konteks dunia nyata
Konteks yang digunakan sebagai salah titik awal pembelajaran
Matematika. Konteks tidak harus berupa dunia nyata namun bisa dalam
bentuk permainan, pengunaan alat peraga atau stimulasi lain yang masih data
dibayangkan peserta didik dalam pembelajaran.
2. Menggunakan model- model ( matematisasi)
Peserta didik dapat membuat model pembelajaran sendiri dalam
menyelesaikan masalah.
3. Menggunakan produksi dan kontruksi
Dengan melakukan pembuatan produksi bebas peserta ddik terdorong untuk
melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses
pembelajaran.
4. Menggunakan interaksi
Secara ekplisit bentuk- bentuk interaksi yang berupa penjelasan, negosiasi,
setuju tidak setuju pembenaran, peryataan atau refleksi digunakan untuk
mencapai bentuk formal dari imformal peserta didik.
5. Menggunakan keterkaitan (intertwinment)
Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang
lebih kompleks dan tidak hanya satu materi namun satu materi tersebut terkait
dengan materi lain seperti bangun ruang, bangun datar pecahan tetapi juga
pada bidang lainya.
Selanjutnya menurut Tarigan dalam (Harahap 2018) merumuskan lima
karakteristik Realistic Mathematics Education (RME), yaitu sebagai berikut :
a) Temasuk cara belajar peserta didik untuk aktif karena belajar metamtika
dilakukan dengan bealajar dan mengerjakan.

15
b) Termasuk pembealajaran yang berpusat pada pesera didik karena peserta didik
memecahkan masalah dari dunia nyata pesera didik sesuia dengan potensi
peserta didik, guru hanyalah berpera sebagai fasilitator.
c) Termasuk belajar dengan penemuan terbimbing karean peserta didik
dikondisikan untuk menemukan kembali konsep dan prinsip matematika.
d) Termasuk pembelajaran konstektual karena di titik awal pembelajaran adalah
masalah konstektual yaitu, yang diambil dari dunia nyata peserta didik.
e) Termasuk pembealajarNan kostruksivisme karean peserta didik diarahakn
untuk menemukan sendiri pengetahuan mereka dengan masalah dan diskusi.

C. Langkah- Langkah Pembelajaran Realistik Mathematic Eduation (RME)


Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME harus
sesuai dengan karakteristik dan prinsip matematika realistik itu sendiri. Shoimin
(Suwangsih,2016) menggemukakan langkah- langkah kegiatan dalam proses
pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Memahami masalah konstektual


Guru memberikan masalah konstektual dan siswa memahami
Permasalahan tersebut.
Langkah 2 : Menjelaskan masalah konstektual
Guru menjelaskan kondisi dan situasi soal dengan memberikan
Petunjuk atau saran seperlunya/ terbatas terhadapa bagian-bagi
an tertentu yang belum dipahami siswa.penjelasan ini hanya
sampai siswa mengerti maksud soal.
Langkah 3 : Menyelesaikan langkah konstektual
Siswa secara individu menyelesaikan masalah konstektual
dengan cara mereka sendiri. Guru hanya memberikan motivasi
kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara
memberikan pernyataan/ petunjuk/ saran.

16
Langkah 4 : Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Guru menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk
membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara
berkelompok,untuk selanjutnya dibandingkan dan didiskusi
-kan pada diskusi kelas.
Langkah 5 : Menyimpulkan
Dari diskusi, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesim
-pulan suatu prosedur atau konsep, dengan guru bertindak
sebagai pembimbing.
Senada dengan hal (Muhammad, 2015) menyebutkan langkah- langkah
dalam pendekatan Realistic Mathematics Education (RME ) sebagai berikut :
Pertama, memahami masalah konstektual; pada langkah ini siswa mencoba
untuk memahami suatu permasalahan konstektual yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari. Kedua,
menjelaskan masalah konstektual setelah siswa memahami masalah konstektual yang
diberikan guru, pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mendeskripsikan
masaalah konstektual tersebut kemudian megembangkan dan menciptaakan suatu
strategi yang dapat menyelesaikan masalah, ketiga menyelesaikan masalah
konstektual; siswa secara individu dan kelompok menyelsesaikan masalah konstektual
dengan cara mereka sendiri, cara pemecahan dan jawaban yang berbeda lebih
diutamakan. Keempat, membandingkan dan mendiskusikan secara individu atau
kelompok kemudian selanjutnya memeriksa atau memperbaiki dengan mendiskusikan
di dalam kelas. Kelima, Menyimpulkan; guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan suatu konsep atau prosedur terhadap masalah yang sudah diselesaikan.
Berdasarkan langkah- langkah pendekatan pembelajaran berbasis RME, guru
harus dapat memastikan bahwa setiap aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan
baik sehingga permasalahan dapat dikaitkan dengan benda konkret dan dapat
diselesaikan oleh siswa dengan melakukan tahapan yang benar dan sesuai.

17
D. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Realistic Mathematis Education (RME)
Pembelajaran matematika berbasis pendekatan RME juga memiliki kelebihan
dan kelemahan. (Wandini & Banurea, 2019) mengemukakan kelebihan dan
pembelajaran berbasis pendekatan ( RME) aadalah sebagai berikut :
1. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang
keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang
kegunaan matematika pada umumnya kepada manusia.
2. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan
dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh setiap orang "biasa" yang lain, tidak
hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut.
3. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak harus
sama antara orang satu dengan orang yang lain.
4. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan suatu yang
utama dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani sendiri proses
itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep dan materi-materi
matematika. yang lain dengan bantuan pihak lain yang sudah tahu (guru). Tanpa
kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna
tidak akan terjadi.
5. RME memadukan kelebihan- kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran
lainnya juga dipertimbangka unggul.
Selain memiliki kelebihan juga (Wandini & Banurea, 2019) mengemukakan
kelemahan pendekatan berbasis (RME) sebagai berikut :
1. Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME membutuhkan
paradigma, yaitu perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai
berbagai hal, misalnya seperti siswa, guru, peranan sosial, peranan kontesk,
peranan alat peraga, pengertian belajar dan lain-lain. Perubahan paradigma ini

18
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena paradigma
lama sudah begitu kuat dan lama mengakar.
2. Pencarian soal-soal yang kontekstual, yang memenuhi syarat-syarat yang
dituntut oleh RME tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu
dipelajari siswa, terlebih karena soal tersebut masing-masing harus bisa
diselesaikan dengan berbagai cara.
3. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan cara untuk menyelesaikan tiap
soal juga merupakan tantangan tersendiri.
4. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan memulai soal-soal
kontekstual, proses matematisasi horizontal dan proses matematisasi vertikal
juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana karena proses dan mekanisme
berpikir siswa harus diikuti dengan cermat agar guru bisa membantu siswa
dalam menemukan kembali terhadap konsep-konsep matematika tertentu.
1. Pemilihan alat peraga atau bahan ajar harus cermat agar alat peraga atau bahn
ajar yang dipilih bisa membantu proses berpikir siswa sesuai dengan tuntutan
RME.
2. Penilaian (assesment) dalam RME lebih rumit daripada dalam pembelajaran
konvensional.
3. Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi secara
substansial, agar proses pembelajaran siswa bisa berlangsung sesuai dengan
prinsip-prinsip RME

4. Bilangan Pecahan
a. Pengertian bilangan pecahan
𝑎
Bilangan pecahan adalah bilangan yang dinyatakan sebagai , a dan b
𝑏

merupakan bilangan bulat b = 0. Untuk pembilang dilambangkan dengan


huruf a sedangkan penyebut di lambangkan dengan huruf b. (Septia 2014)

19
Materi tentang bilangan pecahan di jelaskan pula dalam Al - Qur’ an,
yang tedapat pada surah An- Nisa” ayat 11 yang berbunyi :

َّ ِ‫وصي ُكم اللَّهُ فِي أ َْوََل ِد ُكم ۖ ل‬


‫لذ َك ِر ِمثْ ُل َح ِظ ْاْلُنْثَيَ ْي ِن ۚ فَِإ ْن ُك َّن نِ َساءً فَ ْو َق اثْنَ تَ ْي ِن‬ ِ ‫ي‬
ُ
ْ ُ
ِ ‫اح َد ًة فَلَها النِصف ۚ وِْلَب وي ِه لِ ُك ِل و‬
‫احد ِمْن ُه ََا‬ ِ ‫فَلَه َّن ثُلُثَا ما تَرَك ۖ وإِ ْن َكانَت و‬
َ ْ ََ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ
ِ
ُ ُ‫س ِم ََّا تََرَك إِ ْن َكا َن لَهُ َولَ ٌد ۚ فَِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ َولَ ٌد َوَوِرثَهُ أَبَ َواهُ فَِل ُِم ِه الثُّل‬
‫ث ۚ فَِإ ْن‬ ُ ‫الس ُد‬
ُّ
ِ ‫الس ُدس ۚ ِمن ب ع ِد و ِصيَّة ي‬
‫وصي بِ َها أ َْو َديْن ۗ آبَا ُؤُك ْم َوأَبْنَا ُؤُك ْم ََل‬ ِِ ِ ِ
ُ َ ْ َ ْ ُ ُّ ‫َكا َن لَهُ إ ْخ َوةٌ فَِلُمه‬
ِ ِ ِ ِ ِ َ ‫ب لَ ُكم نَ ْف ًعا ۚ فَ ِر‬
‫يَا‬ ً ‫يضةً م َن اللَّه ۗ إ َّن اللَّهَ َكا َن َعل‬
ً ‫يَا َحك‬ ْ ُ ‫تَ ْد ُرو َن أَيُّ ُه ْم أَقْ َر‬
Artinya : Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua
orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua,
maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak
perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua
orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka
ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa
saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di
atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui
siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini

20
adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Ayat diatas menjelaskan tentang pembagian warisan yang
menggunakan bilangan pecahan seperti disebut diatas, seperdua, sepertiga,
seperempat dan seperenam hal ini menunjukkan bahwa pentingnya ilmu
matematika khusus tentang bilangan pecahan dalam kehidupan seahari hari
berguna untuk menyelesaikan persoalan yang ada.

b. Jenis- jenis pecahan


Ada beberapa jenis bilangan pecahan diantaranya sebagai berikut :
1. Pecahan senilai
2. Menyederhanakan peacahan
3. Membandingkan pecahan
4. Mengurutkan pecahan

c. Bentuk- bentuk bilangan pecahan


1. Bilangan campuran merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan bulat dan
bilangan murni.
2. Bilangan desimal merupakan bilangan yang penyebutnya menggunakan
bilangan asli dan pembilangnya mengunakan bilangan bernilai seratus.
3. Pecahan persen % merupakan bilangan yang menyebutkan niali seratus.

D. Bentuk Operasi Bilangan Pecahan


1. Penjumlahan bilangan dapat dioperasikan apabila penyebutnya bernilai sama.
Namun apabila berbeda, disamakan terlebih dahulu penyebutnyandenagn
mengunakan KPK dari masing- masing penyebut tersebut.
2. Pengurangan bialngan pecahan dapat dioperasikan apabila penyebutnya sama.
Namun apabila berbeda, maka perlu di samakan dulu penyebutnya tersebut.

21
3. Perkalian bilangan pecahan dapat dioperasikan dengan mengalikan antara
pembilang dengan pembilang, penyebut dengan penyebut tanpa harus
menyamakan terlebih dahulu.
4. Pembagian bilangan pecahan dapat dioperasikan dengan mengubah tanda
pembagi dengan perkalian dan mengubah salah asatu pecahan penyebut
menjadi pembilang begitu pula sebaliknya. ( Syazali 2015)
Jadi, materi pecahan merupakan materi yang dipilih untuk untuk dibuat dalm
LKPD. Pegembangan LKPD di sesuaikan dengan pemaparan yang ada pada materi nin
berdasarkan kompetensi dasar yang telah dinyatakan sebelumnya yang mana
pendesainya menggunkan pendekatan berbasis RME untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik.

B. Penelitian Yang Relavan


1. Penelitian yang dilakukan Dina Istiqamah 2021 degan judul, “ Pengembangan
Lkpd Berbasis Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Matematis Peserta Didik Pada Madrsah Ibtidaiyah Di Kota Pekan Baru.
Relevensi studi ini dengan studi yang akan dilakukan sama- sama
menggunakan jenis penelitian yaitu Researc and Development (R&D) dan
megembangkan suatu produk berupa lembar kerja peserta didik. Selain itu, penelitian
ini menggunakan pendekatan berbasis problem based learning sedangkan pada
penelitian yang dilakukan berbasis RME. Hasil penelitian yaitu menghsilkan suatu
produk LKPD yang memenuhi kriteria valid dan praktis.
Perbedaan dengan studi yang akan dilakukan terletak pada materi, penelitian
terdahulu tidak memakai materi dan tidak menggunakan kelas digunakan sebagai
sampel, pada penelitian terdahulu mengunakan satu sekolah sebgai sampel sedangkan
penelitian yang akan dilakukan mengunaakan kelas yaitu kelas VI, kemudian pada
penelitian terdahulu tidak mengunakan materi sebagai fokus penelitian.

22
2. Penelitian yang dilakukan Tri Astari (2017) dengan judul “Pengembangan
Lembar Kerja Peserta Didik (Lks) Berbasis Pendekatan Realistik Untuk
Meningkat Hasil Belajar Peserta Didik Sd Kelas III Sd.
Relevansi dengan studi yang akan dilakukan adalah jenis penelitian yang
digunakan yaitu Reseach and Deploment R&D dan menguji suatu produk berupa
lembar kerja peserta didik terletak pada pendekatan yang digunakan. Pada penelitian
terdahulu menggunakan pendekatan realistik yang dijadikan. Selanjutnya juga pada
subjek penelitian yang sama- sama menggunakan subjek kelas III SD .
Perbedaan dengan studi yang dilakukan terletak pada pendekatan yang
digunakan. Pada penelitian terdahulu pendekatan Realistik dijadikan sebagai
pendekatan sedangkan yang akan diteliti menggunakan RME sebagai pendekatanya.
Selanjutnya, pada tujuan penelitian dimana penelitian terdahulu LKPD bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik SD sedangkan pada studi yangakan dilakukan
bertujuan penelitian untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalaha matematis.
3. Penelitain yang dilakukan oleh Adityawarman (2017) dengan judul “
Pengembangan Lks Berbasis Rme Dengan Pendekatan Problem Solving Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik”
Relevansi studi ini yang dilakukan adalah jenis penelitian yang digunakan yaitu
Researc and Develoment (R&D) dan mengembangkan suatu produk berupa lembar
keraj peserta didik. Selain itu, studi terdahulu dan studi yang akan dilakukan sama-
sama mengunakan pendekatan RME dan juga menghasilkan produk yang
dikembangkan sekaligus menjadi salah satu wadah untuk mengukur kemampuan
matematis siswa peserta didik. Perbedaan dengan studi yang akan dilakukan pada
subjek penelitian terdahulu tidak mengunakan subjek khusus sebagai subjek penelitian,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunkan subjek penelitian di kelas VI
SD.
C. Kerangka Konseptual
Sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa pembelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit karena adanya rumus- rumus yang harus

23
dihafalkan. Metode pembelajaran yang sering digunakan guru yaitu dengan
memberikan contih dan soal latihan, soal diberikan setelah menjelaskan materi melalui
buku paket pegangan guru yang kebanyakan soal dikerjakan dengan mengunakan
rumus.
Sedikit sekali pembelajaran matematika di kelas yang mengajarkan
pembelajaran dengan mengaitkan dunia nyata siswa dalam penerapan pembelajaran
matematika, pada kenyataannya masig mengunakan rumus dalam mamahami dan
mengerjakanya, sehingga akan mengakibatkan minat belajar siswa rendah. Hal ini
memberikan dampak pada rendahnya hasil matematika siswa. Realistic Mathematics
Education (RME) merupakan salah satu cara mengajarkan matematika yang akan
menarik minat siswa, dengan penerapan RME siswa dapat terlibat langsung dalam
pembelajaran karena pembelajaran diajarakan akan berkait langsung dunia siswa
sehingga mereka dapat mencari atau membayangkan pelajaran dengan dunia nyata dan
kehidupan sehari- hari mereka, maka dari hal ini diperkukan perangkat pembelajaran
baru untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahaman
mengunakan metode belajar yang lain. Salah satu perangkat pembelajaran yang sesuai
yaitu mengunakan perangkat pembelajaran berupa LKPD.

24
Pembelajaran matematika pada
materi Pecahan

Pembelajaran
mengunakan LKPD
Berbasis RME

Menggunakan LKPD dapat menumbuhkan


rasa penasaran sehingga rasa LKPD memfasiltasi siswa agar dapat
keingintahuan meningkat.
membangun pemahaman
LKPD yang menarik dan metode ajar menggunakan pendekatan RME
yang berbeda akan menimbulkan perasaan
senang dan tertarik pada LKPD

Meningkatkan Meningkatkan
kemampuan matematis kemampuan matematis
pada materi Pecahan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian pegembangan atau research and


Development ( R&D). Dalam bidang pendidikan penelitian pegeambangan merupakan
ide atau konsep yang masih baru. Research and Development atau dikenal dengan
penelitian dan pegembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keekfektifan produk tersebut. Penelitian
pengembangan bertujuan untuk menciptakan produk baru atau penyempurnaan produk
yang sudah ada yang dapat dipertanggung jawabkan.

Pada penelitian pengembangan ini menggunakan model yang di kembangkan


oleh Borg ad Gall (Sugiyono, 2021) peneliti menggunakan model ini karena sesuia
dengan kebutuhan penelitian serta rencana penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti. Model penelitian ini terdiri dari sepuluh langkah yaitu sebagai berikut :

Gambar 3.1 gambar langkah penelitian pengembangan menurut Borg and Gall

Berdasarkan gambar diatas dapat diberikan penjelasan sebagai berikut :

26
a. Petensi Masalah
Potensi adalah segala segala Sesutu yang dimamfaatkan akan memiliki nilai
tambah, sedangkan masalah dapat dijadikan peluang apabila kita dapat
kesempatan untuk memamfaatkanya.
b. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan terkini langkah
selanjutnya perlu dikumpulkan data yang dapat dijadikan bahan perencanaan
produk, yang diharapkan mampu menyelesaikan kesulitan- kesulitan yang
mungkin terjadi.
c. Desain Produk
Pada tahap ini penelitian dan pegembangan akan menghasilkan produk yang
dapat digunakan berdasarkan segi kualitasnya.
d. Validasi Desain
Validasi desain adalah proses menentukan apakah desain produk baru lebih
efisien dibandingkan dengan degan desain sebelumnya. Validasi ini masih
penilaian berdasarkan logika dan bukan empiris.
e. Perbaikan desain
Setelah divalidasi diciptakan produk yang lebih baik, peneliti akan
memperbaiki produk yang di desain.
f. Uji Coba Produk
Setelah divalidasi dan direvisi, produk yang telah diciptakan langsung
diujicobakan.
g. Revisi Produk
Setelah produk diujicobakan apabila sampel yang digunakan untuk menguji
efektifitas produk baru menunjukkan bahwa metode tersebut lebih efektif
dibandingkan metode sebelumnya.
h. Uji Coba Pemakaian

27
Produk yang berupa metode pengajaran baru kemudian ditetapkan jika
pengujian menunjukkan bahwa metode tersebut lebih efektif dibandingkan
metode sebelumnya.
i. Revisi Produk
Jika terdapat kelemahan dan kekurangan dalam penciptaan produk dilihat dari
segi pemakaianya, maka pembuatan produk harus selalu menilai hasil kerja
produk selam pengujian dalam hal ini ialah metode pengajar.
j. Pembuatan Produk Masal
Bila produk berupa metode mengajar baru tersebut telah dinyatakan efektif
dalam beberapa kali pengajuan maka metode belajar baru tersebut dapat di
terapkan dalam setiap lembaga pendidikan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Mis YPI Batang Kuis yang terletak di Jalan Mesjid
Jamik, Dusun 1, Desa Batang Meriah, Kec Batang Kuis, Kab Deli Serdang, Sumatera
Utara.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diperkirakan akan menghabiskan waktu selama 6 bulan di mulai
dari proses pengajuan judul, penyiapan proposal, pengumpulan data awal,
penelitian, megumpulkan data kuisioner dan melakukan uji validitas dan
penulisan laporan di mulai awal sejak bulan maret 2024.

C. Subjek Dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Mis YPI Batang Kuis
sedangkan objek dalam penelitian ini adalah LKPD ( Lembar Kerja Peserta Didik )
yang berbasis RME untuk melihat kriteria valid, paraktis, dan efisien dari LKPD
tersebut.

28
D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Sesuai dengan model pengembangan Borg and Gall dan juga karena adanya
keterbatas waktu dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian ini hanya sampai
pada langkah ketujuh sehingga produk Lembar Kerja Pesera Didik (LKPD) berbasis
RME pada materi pecahan ini tidak sampai pada pembuatan produk massal, Peneliti
hanya melakukan ketujuh langkah saja. Berikut ini langkah- langkah prosedur
pengembanganya :

1. Potensi Masalah
Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan wawancara kepada guru
matematika dan pengamatan terhadap siswa pada pra penelitian di Mis Ypi
Batang Kuis . Setelah peneliti mengetahui potensi masalah berupa sumber
belajar maka peneliti melakukan analisis kebutuhan yang akan digunakan
untuk mengembangkan produk bahan ajar yaitu lkpd.
2. Pegumpulkan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data sesuai dengan potensi masalah hal ini
bertujuan untuk mengetahui informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
untuk perencanaan produk yang akan dikembangkan.
3. Desain produk
Setelah peneliti melakukan mengumpulan data, langkah selanjutya ialah
penyusunan LKPD pembelajaran matematika berbasis RME dengan
menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan. Setelah menentukan isi
materi, selanjutnya peneliti menyusun LKPD pembelajaran berbasis RME
tersebut. Kemudian melakukan revisi oleh dosen pembimbing maka produk ini
telah selesai dan akan divalidasi oleh para ahli.
4. Validasi Desain
Validasi desain akan dilakukan oleh para ahli media dan ahli materi. Validasi
ini bertujuan untuk mengetahui keterbatasan atau kekurangan serta kelebihan
terhadap LKPD berbasis RME yang telah di buat. Kelebihan dan kekurangan

29
tersebut akan membantu peneliti dalam mengembangkan dan
menyempurnakan LKPD sehinga semakin berkualitas.
5. Revisi Desain
Setelah LKPD dilakukan evaluasi oleh validator, peneliti melakukan revisi
lebih lanjut agar produk yang di kembangkan menjadi lebih baik.
6. Uji Coba
Setelah produk LKPD selasai direvisi, produk tersebut kemudian akan di uji
cobakan oleh peneliti kepada kelas siswa VI di Mis Ypi Batang Kuis secara
terbatas di kelas. Uji coba dilakukan untuk mengetahui sejauh mana LKPD
berbasis RME ini dapat di manfaatkan untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
1. Revisi produk
Setelah uji coba produk dilaksanakan, langkah yang terakhir dilakukan oleh
peneliti adalah merevisi produk berdasarkan hasil respon siswa dan guru.

E. Tenik Pegumpulan Data

Pengumpulan data adalah tindakan menyimpulkan informasi yang


dikumpulkan langsung oleh peneliti yang di dilihat penggunaanya melalui angket,
wawancara, pengetahuan, tes, dokumentasi, dan lain sebagainya ( Hidayat 2017). Pada
penelitian ini teknik pegumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah :

1. Observasi
Observasi adalah alat evaluasi yang digunakan untuk mengamati dan mencatat
berbagai fenomena secara sistematis, logis, dan rasional baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun situasi buatan untuk tujuan tertentu.
2. Angket
Angket adalah alat untuk mengumpulkan data atau informasi, angket
merupakan sebuah pendapat yang hampir sama dengan wawancara namun
dalam implementasinya angket di lakukan secara tertulis.

30
3. Tes
Tes adalah teknik pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan
yang harus di jawab oleh responden.

F. Instrumen Pegumpulan Data


Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk menghasilkan LKPD yang
memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif, instrumen yang digunakan adalah lembar
validasi, lembar angket respon guru dan siswa dan tes kemampuan pemecahan
masalah.
1. Lembar Validasi Ahli
Lembar validasi ahli yaitu lembar ahli materi dan ahli media yang digunakan
untuk memperoleh data berupa validasi ahli mengenai LKPD yag
dikembangkan Ahli sebagai validator diminta menuliskan skor yang sesuia
dengan dan memberikan tanda  pada lembar validasi, kemudian validator
diminta memberikan kesimpulan penilaian secara umum tentang LKPD yang
dikembangkan.
2. Lembar Angket Respon Guru Dan Peserta Didik
Lembar angket ini dirancang dan dibuat untuk mengetahui tanggapan atau
respon guru dan peserta didik terhadap LKPD yang di kembangkan. Angket
memuat peryataan keperaktisan penggunaan LKPD, angket terlebih dahulu
dahulu di validasi oleh ahli berdasarkan objek.
3. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Tes ini diberikan guna mengumpulkan data sehingga LKPD memenuhi nilai
keefektifan. Tes yang diberikan dalam bentuk soal essay dan mengacu pada
soal- soal pemecahan masalah. Tes ini juga dirancang untuk mengetahui tingkat
keberhasilan belajar siswa dalam meningkat kemampuan pemecahan masalah
setelah mengunakan LKPD berbasis RME.

G. Teknik Analisis Data

31
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah hasil analisis dari setiap data
yang telah dikumpulkan meliputi analisis validasi ahli, analisis hasil angket respon
guru dan siswa, dan analisis kemampuan pemecahan masalah. Analisis secara
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dari
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD) yang telah di buat.

1. Analisis Kevalidan
Analisis kevalidan didasarkan pada hasil validasi ahli. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan skala Likert. Skala Likert mempuyai empat atau lebih butir-
butir pertanyaan yang dikombinasikan sehingga membentuk sebuah skor atau nilai
yang mempresentasekan sifat individu, misalnya pengetahuan sikap dan perilaku (
Budiaji 2013). Skor yang diberikan dalam bentuk bilangan dengan kriteria pedoman
sebagai berikut :

Tabel 3.1 Pedoman Pemberian Skor Pada Lembar Angket Validasi


Kriteria Skor Nilai

Sangat Baik (SB) 5


Baik ( B) 4
Cukup Baik ( CB) 3
Kurang ( K) 2
Sangat Kurang (SK) 1

Kemudian untuk mengetahui perhitungan rata- rata, di lakukan perhitungan


rata- rata tiap butir pernyataan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (Indra
Wijaya Ardat, 2017)

∑𝑛
𝑥̅ = 𝑛

32
Keterangan :

𝑥̅ = rata-rata perolehan skor

∑𝑥 = Jumlah skor yang diperoleh

n = Banyaknya butir pertanyaan

Selanjutnya mencari perhitungan rata- rata dari masimg masing validator dan
rata- rata perhitungan keseluruhan validator peneliti menggunakan rumus sebagai
berikut :

∑𝑦
y= 𝑛

Keterangan :

y = rata- rata perolehan skor

∑𝑦 = Jumlah keseluruhan nilai

n = banyaknya ahli

Langkah selanjutnya adalah menyimpulkan hasil perhitungan menjadi


kualitatif dengan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2 Pedoman Pemberian Skor Lembar Validasi

Rentang Skor Penilaian Kriteria


4.3 ≤ M ≤ 5 Sangat Valid
3,5 ≤ M < 4 Valid
2,7 ≤ M < 3,5 Cukup Valid
1,9 ≤ M < 2,7 Kurang Valid
M < 1,9 Tidak Valid
(Gusdiana et al., 2021)

33
Kriteria di atas tersebut digunakan peneliti sebagai acuan untuk produk dan
juga instrument agar memiliki data valid yang memadai dari seluruh butir dan kriteria.
Berdasarkan analisis kevalidan di atas, produk dikatakan valid apabila hasil dari ahli
media dan ahli materi memenuhi kriteria valid.

2. Analisis Keperaktisan

Analisis keperaktisan di dasarkan pada angket berupa respon guru dan peserta
didik. Dengan menghitung respon guru dan peserta didik, guru dan peserta didik yang
memberi respon peraktis harus sesuai dengan aspek-aspek yang dinyatakan, kemudian
peneliti menghitung presentasenya dengan rumus. ( Sundari dan Siregar 2023)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Peresentase = x 100 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟

Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Angket Praktisasi

Nilai Presentase Kriteria Praktis

RS < 50 % Tidak Praktis


50 % ≤ RS < 70% Kurang Praktis
60 % ≤ RS < 70 % Cukup Praktis
70 % ≤ RS < 85 % Praktis
85 % ≤ RS < 100 % Sangat Praktis
(Aulia et al., 2020)

Berdasarkan analisis keperaktisan di atas, Produk dikatakan paraktis


apabila hasil angket respon guru dan peserta didik memenuhi kriteria praktis.

3. Analisis Keefektifan

34
Untuk mengukur keefektifan LKPD dapat diketahui berdasarkan hasil
prasentase nilai N-gain peserta didik kemudian diinterpretasikan melalui
kriteria keefektifan. Melalui hasil nilai peserta didik yang di hitung
menggunakan skor N- gain maka akan dapat diketahui peningkatan nilai siswa
dalam memahami masalah konstektual yang di berikan. Hasil tes kemampuan
pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Interpretasi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Nilai Siswa Kategori

70 ≤ nilai ≤ 100 Sangat Baik


51 ≤ nilai ≤ 75 Baik
26 ≤ nilai ≤ 50 Cukup
0 ≤ nilai ≤ 25 Kurang
(Aulia et al., 2020)

Setelah hasil tes di atas didapatkan kemudian nilai dari peserta didik tersebut
dianalisis dengan rumus N-gain agar dapat menentukan kriteria keefektifan
penggunaan produk dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

[𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 ] − [ 𝑆𝑝𝑟𝑒]
[𝑔]=
100− 𝑆𝑝𝑟𝑒

Keterangan :

[𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 ] = skor rata- rata posttest

[𝑆𝑝𝑟𝑒 ] = skor rata- rata pretest

Tabel 3.5 Kriteria Tafsiran Keefektifan N- Gain (g)

35
Skor g Kriteria

g > 0,7 Tinggi


0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
(Sundari & Siregar, 2023)

Keterangan :

a. Apabila persentase n- gain lebih dari 0,7 maka keefektifan LKPD Tinggi.
b. Apabila persentase niali n- gain 0,3 kurang dari 0,7 maka keefektifan LKPD
sedang.
c. Apabila nilai n- gain kurang dari 0,3 maka keefektifan LKPD rendah.
Berdasarkan analisis keefektifan di atas, produk dikatakan cukup efektif jika
terdapat adanya peningkatan hasil belajar sampai pada kategori “Sedang”.

36
Daftar Pustaka
Anggo, M. (2011). Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual untuk Meningkatkan
Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatika, 1(2), 35–42. https://online-
journal.unja.ac.id/index.php/edumatica/article/view/182

Ariawan, R., & Nufus, H. (2017). Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis dengan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Jurnal
THEOREMS (The Original Research Mathematis), 1(2), 82–91.

Aulia, N., Nurmawati, N., & Andhany, E. (2020). Pengembangan Modul Berbasis
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Di Man 3 Langkat. AXIOM : Jurnal Pendidikan Dan
Matematika, 9(2), 133. https://doi.org/10.30821/axiom.v9i2.7822.

Gusdiana, P., Egok, A. S., & Firduansyah, D. (2021). Pengembangan Kotak Permainan
Spinning Wheel pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN 69 Lubuklinggau.
Linggau Jurnal of Elementary School Education, 1(2), 41–50.
https://jurnal.lp3mkil.or.id/index.php/ljese/article/view/161/110

Hadi, S. (2018). Pendidikan Matematika Realistik Teori, Pegembangan dan


Iplementasinya. PT Rajagrafindo Persada.

Muhammad, S. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving


Berbantuan Media Maple 11 Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 91–98.

Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 7(No. 1), hal 115-117.

Nur Amaliah Harahap. (2018). Efektifitas Penggunaan Pendekatan ( Realistic


Matematics Education) terhadap kemapuan penalaran matematis Siswa Kelas XI
SMA Negeri 7 Padangsidimpuan. Jurnal MathEdu, Vol. 1(No. 2), hal 68.

Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Diva Press.

37
Rozalia Fransi dkk. (2019). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis
Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatakan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Pada materi Dunia Tumbuhan. Universitas Riau, hal 6.

Sugiyono. (2021). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R end D. Alfabeta.

Sumiati dan Asri. (2019). Meode Pembelajaran. CV. Wahana Prima.

Sundari, A., & Siregar, N. (2023). Pengembangan LKPD Matematika Berbasis


Permainan Tradisional pada Siswa Kelas II SD. Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika, 7(2), 1787–1799.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v7i2.2418

Suratman, A., Nisa, K., & Jiwandono, I. S. (2021). PENGEMBANGAN LEMBAR


KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD ) BERBASIS DISCOVERY LEARNING PADA
PEMBELAJARAN PPKn MATERI HAK DAN KEWAJIBAN UNTUK KELAS III
SDN 3 GOLONG PENDAHULUAN Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
sekolah tidak terlepas dari keterlibatan bahan ajar. 2(5), 203–214.

Suwangsih, E. (2016). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Untuk


Meningkatkan Kemampuan Refrentasi Matematis Siswa. 10(2), 27–36.

Wahyudi. (2015). Pegembangan Model Realistic Mathemathics Education ( RME)


Dalam Meningkatkan Pembelajaran Matematika Bagi Mahasiswa PGSD Fkip
Kebumen. Jurnal Falkultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Vol. 18(No. 2), 66.

Wahyudi, M. R. F. dan J. (2017). Pengembangan Pendekatan Realistik Mathemtics


(RME) Dengan Media Benda Kongkrit Dalam Meningkatkan Pembelajaran
Geometri Pada siswa Kelas V Sd Negeri Jutimulyo Tahun JARAN 2016/ 2017.
Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5(No. 1), hal 278.

Wandini, R. R., & Banurea, O. K. (2019). Pembelajaran Matematika Untuk Calon


Guru MI / SD (Issue 57). https://core.ac.uk/download/pdf/196543227.pdf

38
Wekki Budiaji. (2013). Skala Pengukuran dan Jumlah Skala Respon Skala Likert.
Jurnal Ilmu Pertanian Dan Perikanan, Vol. 2(N0.2), hal 129.

Widyaningrum, R. (2012). Model Pembelajaran Tematik di MI/SD. Jurnal


Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 1(10).

Yuwono, T., Supanggih, M., & Ferdiani, R. D. (2018). Analisis Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan
Prosedur Polya. Jurnal Tadris Matematika, 1(2), 137–144.
https://doi.org/10.21274/jtm.2018.1.2.137-144

Zulkarnain, I. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi


Matematika Siswa. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 5(1), 42–54.
https://doi.org/10.30998/formatif.v5i1.164

39

Anda mungkin juga menyukai