Skripsi Almi - Bab 3 Revisi 12 - Y2
Skripsi Almi - Bab 3 Revisi 12 - Y2
SKRIPSI
Oleh:
ALMI WAINA
NIM. 0306203138
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Oleh :
ALMI WAINA
NIM. 0306203138
Pembimbing I Pembimbing II
i
dan Ibunda Katijah yang berkat doa, kasih sayang, dorongan, fasilitas motivasi dan
nasihat yang selalu di berikan kepada peneliti sehingga peneliti mampu
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag selaku rektor Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.
4. Ibu Dr Prof. Dr. Tien Rafida, M.Hum selaku dekan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Nirwana Anas M.Pd Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara .
6. Bapak Safran M,Pd selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta seluruh staf administrasi yang telah
memberikan bimbingan selama menempuh pendidikan hingga menjelang
penyelesaian SI.
7. Bapak Dr. Ahmad Syarqawi M,Pd selaku Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
8. Ibu Dr. Zunidar M,pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
9. Ibu Dr. Nurdiana Siregar M,Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
memberikan peneliti arahan dan bimbanganya, Ibu Dr, Nirwana Anas M,Pd selama
selaku dosen ahli R&D dan Bapak Safran M,Pd yang telah waktunya untuk setiap
arahan dan bimbingan dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan skripsi ini.
10. Bapak adan Ibu dosen yang telah membimbing peneliti selana menempuh
pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
11. Seluruh pihak MIS YPI Batang Kuis khususnya kepada Ibu Ichmi Humairoh S,pd
I selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada
peneliti untuk dapat melaksankan penelitian ini. Selain itu juga kepada Ibu Tari
ii
Wardani S.Pd selaku wali kelas IV dan juga kepada seluruh Bapak/ Ibu di MIS YPI
Batang Kuis.
12. Kepada kakak Dika Darmina yang sudah memberikan nasihat serta pengetahuanya
yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini, Adikku Hestiana yang
senantiasa menghibur dikala rasa bosan saat mengerjakan skripsi ini.
13. Saudari Mira Yanti yang selalu menjadi penyemangat sekaligus menjadi teman dari
PGMI 6 Stambuk 2020 yang telah berjuang bersama selama menjalani studi.
14. Kelurga Besar di Desa Lawe aunan dan Keluarga besar di Kotacane yang tidak
bosan- bosanya memberikan kata semangat dan doa.
15. Sahabat seperjuangan R&D Khoirun Nisa, Syakira anandia , dan Rodiatul hasanah
lubis yang sudah berjalan beriringan dalam memyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabat seperantauan Dayang Lidya Fitriah, Mutia Fathia Rahma, Nadila Kirani
dan Basiah yang sama- sama berjuang dalam peyelesaian skripsi.
17. Sahabat KBTS ( Kakak Beradik Tak Sedarah ) Nabila Sari, Khairani Mundia,
Khairun Nisak Dan Mulia Ayu.
18. Semua pihak yang membantu peneliti yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
Peneliti telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini.
Namun peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka dan senang hati peneliti menerima kritik dan saran dari semua pihak
Wassalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
ALMI WAINA
NIM. 0306203138
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................6
C. Batasan Masalah................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
iv
D. Prosedur Penelitian dan Pegembangan ............................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 29
F. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 30
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 31
v
BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu melakukan dan melaksanakan
keberlajutan pertumbuhan pendidikan kehusecara berkelanjutan. Perkembangan
pendidikan menuju kemjuan dalam kurun waktu yang panjang merupakan acuan untuk
dapat mengetahui kualitas suatu bangsa tersebut dalam segala aspek.
1
yang sudah diajarkan oleh guru sejak peserta didik memasuki kelas 1 hingga semua
jenjang pendidikan.
2
sesuatu yang abstrak, rumit dan membinggungkan, selain itu juga masih banyak
pendidik belum mampu menautkan materi pembelajaran matematika dengan
kehidupan nyata, seharusnya yang diajarkan dikaitkan dengan kehidupan nyata
sehingga pembelajaran berlanhsung terasa urang dan bermakna bagi peserta didik.
Sumber belajar yang digunakan juga kurang mampu menstimulasi peserta didk
untuk terbiasa mengerjakan soal- soal berbasis pemecahan masalah secara sistematis
sehingga proses pemgerjaan soal pemecahan masalah atau soal yang di berikan
pendidik cendudrung tidak menggunakan cara pemecahan masalah salam mengerjakan
soal tersebut, melainkan peserta didik langsung langsusng menggunakan rumus yang
sudah ditetapkan hal ini akan membuat peserta didik merasa rumit dan merasa
binggung ketika tidak mengetahui rumus dari soal tersebut.
Jika hal tersebut terus berlangsung seiring waktu, maka akibatnya peserta didik
akan cenderung kesulitan dalam memecahkan masalah atau soal pembelajaran secara
mandiri, Kurangnya interaksi antara peserta didik dan peserta didik dan pendidik
menyebabkan penalaran, penjelasan lebih lanjut, pembenaran dan persetujuan serta lain
sebagainya menimbulkan kurangnya partisipasi aktif peserta didik dalam
pembelajaran.
3
Tabel 1.1 Nilai Ujian Bulanan Matematika Kelas IV Mis Ypi Batang Kuis
Materi pecahan merupakan merupakan salah satu materi yang dianggap rumit
dan sukar di pahami oleh peserta didik dan juga sekaligus rumit oleh pendidik dalam
memahamkanya kepada peserta didik, Kerumitan pada mareri ini di temukan peneliti
setelah melakukan wawancara dengan wali kelas, kelas ke VI MIS YPI Batang Kuis
4
yang dimana peneliti menumukan adanya kesulitan yang cenderung muncul saat
mencoba mecacahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi pecahan berbasis
soal.
Dari uraian diatas penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul
“ Pengembangan LKPD Berbasis Realistic Mathematic Education (RME) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa Pada Materi Pecahan Di Kelas Iv Mis
Ypi Batang Kuis”.
B. Identifikasi Masalah
1. Guru masih mengunakan metode konvensial dalam pembelajaran
2. Peseta didik masih mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
matematika
3. Belum adanya keterkaitan materi yang dipelajari dengan benda konkret atau
dunia nyata dalam pembelajaran.
4. Kurangnya bahan ajar yang mampu meningkat kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik.
C. Batasan Masalah
5
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, agar penelitian
permasalah yang dikaji dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang maka
peneliti membatasi cakupan masalah pada hal berikut :
1. Pembelajaran menggunakan LKPD yang mengacu pada pelaksanaan berbasis
Realistic Mathematics Education (RME) dan pemecahan masalah.
2. LKPD yang dikembangkan pada peneitian ini terbatas mata materi pecahan
untuk kelas IV Mis Ypi Batang Kuis.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kevalidan LKPD berbasis Realistic Mathematics Education
( RME) untuk meningkatkan pemecahan masalah peserta didik pada siswa
kelas IV Mis Ypi Batang Kuis ?
2. Bagaimana tingkat kepraktisan LKPD berbasis Realistic Mathematics
Education (RME) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik pada siswa kelas IV Mis Ypi Batang Kuis ?
3. Bagaimana tingkat keefektifan lembar kerja peserta didik berbasis Realistic
Mathematics Education untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa pada kelas IV Mis Ypi Batang Kuis ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini adaah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat kevalidan LKPD berbasis RME untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas IV Mis Ypi Batang Kuis.
2. Untuk mengetahui tingkat kepraktisan LKPD berbasis RME untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas IV Mis Ypi
Batang Kuis.
3. Untuk mengetahui tingkat keefektifan LKPD berbasis RME untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas IV Mis Ypi
Batang Kuis.
6
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Tersedianya LKPD sebagai panduan yang dapat digunkan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran atau pemecahan masalah.
2. Bagi Guru
a. Menambah referensi sumber belajar dalam bentuk lembar kerja peserta didik
( LKPD)
b. Memotivasi guru untuk mengembangkan LKPD pada pembelajaran dan pada
materi pembealajaran mateamtika lainya.
F. Spesifik Produk
Produk yang dikembangkan dalam penelitian pen gembangan ini adalah
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD) berbasis RME pada materi pecahan di Kelas IV
Mis Ypi Batang Kuis.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
a. Kemampuan Pecahan Masalah Matematis
Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya kuasa (dapat atau
bisa) dalam melakukan sesuatu, adapun kemampuan yaitu kesanggupan atau
kecakapan seseorang terhadap suatu hal.
Salah satu aspek penting dalam pembelajaran matematika adalah
kemampuan pemecahan masalah ( Problem Solving). Tiap jenjang pendidikan
formal peserta didik dituntut untuk mempuyai kemampuan pemecahan masalah
yang baik khususnya pada pembelajaran matematika yang dianggap sebuah
pembealajaran yang sulit dan rumit .
Pada proses pembelajaran matematika perlu diutamakan kemampuan
pemecahan masalah, karena dengan menghadapi masalah peserta didik akan di
dorong berpikir secara intensif dan secara kreatif dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Lestar (Anggo, 2011)dalam
bahwa tujuan utama mengajarkan pemecahan masalah dalam matematika
adalah tidak hanya melengkapi siswa dengan sekumpulan keterampilan atau
proses, tetapi dengan pemecahan masalah kemungkinan siswa berpikir tentang
apa yang dipikirkannya, berpikir tentang apa yang dipikirkan dalam hal ini
berkaitan dengan kesadaran siswa terhadap kemampuannya untuk
mengembangkan berbagai cara yang mungkin dapat di tempuh dalam
memecahkan masalah matematis.
{Soedjadi} menyatakan pemecahan masalah adalah kesanggupan yang
memerlukan penyelesaian dari masalah yang ditemukan dengan menggunakan
beberapa strategi dan tahapan penting dalam memahami masalah sehingga
peserta didik dapat memecahkan masalah diberikan dengan konsep matematis.
Kemampuan pemecahan masalah memiliki urgensi yang signifikan dalam
8
matematika di segala pihak, tidak saja ditujukan bagi yang mendalami
matematika, namun juga berlaku kepada yang akan mengaplikasikannya di
bidang ilmu lain dalam kehidupan sehari-hari.
Sejalan dengan hal tersebut, Dindyal menambahi bahwa suatu kondisi
disebut masalah jika ada beberapa halangan dalam proses pemecahan masalah
dimana masalah tersebut membuat orang kesulitan dalam memecahkan suatu
masalah secara langsung.
(Ariawan & Nufus, 2017) berpendapat yang sama, dimana kegiatan
matematika dipandang sebagai masalah jika tidak segera didapatkan jalan
pemecahannya, melainkan musti terlebih dahulu menjalani beberapa tahapan
lain yang relevan. Cara pemecahan masalah matematika dapat bersifat tertutup
dan terbuka. Tertutup yang bermakna bahwa masalah tersebut memiliki solusi
dan cara penyelesaian langsung, sedangkan terbuka berarti masalah tersebut
memiliki lebih dari satu atau bermacam solusi cara penyelesaian.
9
Tahap kedua ini dipacu oleh peserta didik dalam menyelesaikan
masalah, sehingga semakin beragam pengetahuan peserta didik maka
akan ada kecenderungan peserta didik inovatif dalam menggabungkan
gagasan rencana penuntasan masalah.
c. Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana
Setiap peserta didik harus sudah memikirkan gagasan rencana
pemecahan masalah sebelum memasuki tahap ini. Setelahnya, pendidik
boleh menayakan kembali apakah peserta didik sudah yakin pada
rencananya atau tidak.
d. Mengecek Kembali Hasil yang Diperoleh
Setelah peserta didik memecahkan masalah sesuai rencana, peserta
didik akan melakukan pengecekan jawaban kembali atas hasil yang
didapatkannya.
10
Lembar kerja peserta didik ( LKPD) adalah suatu media pembelajaran yang
berpusat pada satu mata pelajaran yang didalamnya di lengkapi dengan prosedur dan
cara dalam pengerjaan soal sehingga memudahkan siswa dalam menjawab persoalan
persoalan yang disajikan di dalam LKPD. (Suratman et al., 2021)
Sedangkan menurut ( Prastowo 2011) LKPD adalah suatu bahan ajar yang
terdiri dari lembar- lembar yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk- petunjuk
pelaksanaan tugas pembelajaran yang mesti dikerjakan oleh peserta didik yang
mengacu pada kompetensi dasar yang harus di capai oleh peserta didik.
Dapat disimpulkan bahwa LKPD merupakan bahan ajar cetak yang berisi
materi singkat dan tugas- tugas atau latihan soal yang dilengkapi dengan petunjuk
pemgerjaanya yang ditujukan untuk membantu siswa megembangkan keterampilan
dan pengetahuan tentang suatu pembelajaran.
Selanjutnya (Rozalia Fransi dkk, 2019) menyatakan bahwa merupakan suatu
pedoman yang telah disusun dan di desain sedemikina rupa sehingga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempeluas pemahaman materi yang menjadi tujuan
pembelajaran. Pedoman tersebut diantaranya berisi tentang kegiatan- kegitan yang
tersusun dan terarah. Ada 5 macam LKPD yang biasa digunakan peserta didik
diantaranya.
a. LKPD yang membantu siswa menemukan suatu konsep, LKPD ini mencakup
tindakan melakukan, memgamati, dan menganalisis.
b. LKPD yang membantu siswa siswa menerapkan dan mengintekrasikan
berbagai konsep yang telah ditemukan.
c. LKPD yang berfungsi sebagai penuntun proses belajar. LKPD terdiri dari isian
atau pertanyaan yang jawabanya ada di di dalam buku.
d. LKPD yang berfungsi sebagai penguatan. LKPD diberikan kepada siswa
setelah selesai pembelajari materi tertentu. Materi pembelajran di dalam LKPD
mendorong siswa untuk lebih memahami dan menerapkan apa ayang diajarkan
di dalam buku pelajaran.
e. LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk pratikum.
11
Untuk memberikan penguatan terhadap hasil belajar peserta didik dapat
disertakan mengerjakan lembar kerja peserta didik. Jenis pekerjaam dalam lembar kerja
peserta didik dapat berupa soal- soal atau pertanyaan, latihan , perintah untuk
megumpulkan suatu data, membuaata sesuatu dan sebagainyayang bertujuan untuk
mendorong kreativitas dan pegemba ngan imajinasi siswa .
Tujuan pembuatam lembar kerja peserta didik adalah untuk membuat peserta
didik siap untuk belajar sebelum kegiatan di mulai, membantu peserta didk untuk
memperoleh hasil belajar dengan menemukan atau membuktikan ide- ide yang mereka
peajari deangn caara dapat menerapkan dalam dunia nyata (Sumiati dan Asri, 2019) .
Pedoman berikut dapat dijadikan sebagai panduan penyusunan lembar kerja
peserta didik dintaranya :
1. Sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari
2. Perintah pengerjaan dalam lkpd di susun dengan mengunakan bahasa yang
baku, jelas, dan mudah dipahami.
3. Isi perintah dapat mendorong peserta didik untuk meningkatakan kemampuan
dan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik.
4. Isi LKPD berhubungan dengan sumber belajar yang ada disekitarnya.
5. Menekankan pada kemapuan yang berkaitan dengan keterampilan proses.
12
d. Penulisan LKPD. Tahap dapat diselesaikan dengan melakukan hal- hal sebagai
berikut : 1) merumuskan kompetensi dasar, 2) menetapkan alat penilaian, 3)
melakukan evaluasi terhadap proses hasil kerja peserta didik, 4) menyusun
materi, 5) memahami struktur LKPD.
13
didik diberikan kesempatan untuk menemukan ide atau konsep mateamtika
berdasarkan pengalaman peserta didik dalam berinteraksi dengan dunia nyata dan
lingkungan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa keluarga, lingkungan sekolah,
atau lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya yang benar- benar di keanal peserta
didik. Proses pembelajaran matematikan Realistik menggunakan masalah konstektual
sebagai poin penting dalam pembelajaran matematika. Paserta didik diberikan
kesempatan untuk mengorganisasikan masalah dan berusaha megindetifikasi bagian
matematika yang ada pada masalah tersebut (Wahyudi, 2017) . Hal ini sejalan
dengan fireman Allah SWT dalam Alquran surah Al- Baqarah Ayat 269 yaitu :
ِ ت ٱل
ْح ْك َمةَ فَ َق ْد أُوتِ َى َخ ْي ًۭرا َكثِ ًۭيرا ۗ َوَما يَ َّذ َّك ُر إََِّّلٓ أُو ُل َ شآءُ ۚ َوَمن يُ ْؤ ِ ي ْؤتِى ٱل
َ َْح ْك َمةَ َمن ي ُ
ِ َْٰٱْلَلْب
٩٦٢ ب
Artinya : “ Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa di
berikan hikmah, sesungguhnya dia telah diberikan kebaikan yang banyak, Dan tidak
ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang- orang yang mempuyai akal sehat”.
Dari ayat tersbut, Allah SWT memberikan kebaikan dalam pembelajaran yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari. Ayat ini menjelaskan serta memberikan gambaran
tentang bagaimana kehidupan sehari- hari baik berupa lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang yang dapat dikaitan
dengan pembelajaran dan dapat di menjadi sebuah materi dalam pembelajaran
Searah dengan hal tersebut Maulana dalam penelitian Retno Widyaningrum
menyebutkan bahwa matematika adalah sebagai aktivitas manusia yang hanya dapat
dipahami melalui cara mengerjakanya (doing mathematics). Oleh karena itu
pendekatan Realistic Mathemathics Education) sangat cocok dengan pembelajaran
matematika karena mengaitkan pembelajaran tersebut dengan kehidupan sehari- hari
yang saling memiliki hubungan erat (Widyaningrum, 2012).
14
b. Karkteristik Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Treffes dalam tulisan Evi Soviati ( Realistic Mathemthics Education)
pada pembelajaran realistic terdapat lima karakterisrik yaitu sebagai berikut :
1. Mengunakan konteks dunia nyata
Konteks yang digunakan sebagai salah titik awal pembelajaran
Matematika. Konteks tidak harus berupa dunia nyata namun bisa dalam
bentuk permainan, pengunaan alat peraga atau stimulasi lain yang masih data
dibayangkan peserta didik dalam pembelajaran.
2. Menggunakan model- model ( matematisasi)
Peserta didik dapat membuat model pembelajaran sendiri dalam
menyelesaikan masalah.
3. Menggunakan produksi dan kontruksi
Dengan melakukan pembuatan produksi bebas peserta ddik terdorong untuk
melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses
pembelajaran.
4. Menggunakan interaksi
Secara ekplisit bentuk- bentuk interaksi yang berupa penjelasan, negosiasi,
setuju tidak setuju pembenaran, peryataan atau refleksi digunakan untuk
mencapai bentuk formal dari imformal peserta didik.
5. Menggunakan keterkaitan (intertwinment)
Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang
lebih kompleks dan tidak hanya satu materi namun satu materi tersebut terkait
dengan materi lain seperti bangun ruang, bangun datar pecahan tetapi juga
pada bidang lainya.
Selanjutnya menurut Tarigan dalam (Harahap 2018) merumuskan lima
karakteristik Realistic Mathematics Education (RME), yaitu sebagai berikut :
a) Temasuk cara belajar peserta didik untuk aktif karena belajar metamtika
dilakukan dengan bealajar dan mengerjakan.
15
b) Termasuk pembealajaran yang berpusat pada pesera didik karena peserta didik
memecahkan masalah dari dunia nyata pesera didik sesuia dengan potensi
peserta didik, guru hanyalah berpera sebagai fasilitator.
c) Termasuk belajar dengan penemuan terbimbing karean peserta didik
dikondisikan untuk menemukan kembali konsep dan prinsip matematika.
d) Termasuk pembelajaran konstektual karena di titik awal pembelajaran adalah
masalah konstektual yaitu, yang diambil dari dunia nyata peserta didik.
e) Termasuk pembealajarNan kostruksivisme karean peserta didik diarahakn
untuk menemukan sendiri pengetahuan mereka dengan masalah dan diskusi.
16
Langkah 4 : Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Guru menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk
membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara
berkelompok,untuk selanjutnya dibandingkan dan didiskusi
-kan pada diskusi kelas.
Langkah 5 : Menyimpulkan
Dari diskusi, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesim
-pulan suatu prosedur atau konsep, dengan guru bertindak
sebagai pembimbing.
Senada dengan hal (Muhammad, 2015) menyebutkan langkah- langkah
dalam pendekatan Realistic Mathematics Education (RME ) sebagai berikut :
Pertama, memahami masalah konstektual; pada langkah ini siswa mencoba
untuk memahami suatu permasalahan konstektual yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari. Kedua,
menjelaskan masalah konstektual setelah siswa memahami masalah konstektual yang
diberikan guru, pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mendeskripsikan
masaalah konstektual tersebut kemudian megembangkan dan menciptaakan suatu
strategi yang dapat menyelesaikan masalah, ketiga menyelesaikan masalah
konstektual; siswa secara individu dan kelompok menyelsesaikan masalah konstektual
dengan cara mereka sendiri, cara pemecahan dan jawaban yang berbeda lebih
diutamakan. Keempat, membandingkan dan mendiskusikan secara individu atau
kelompok kemudian selanjutnya memeriksa atau memperbaiki dengan mendiskusikan
di dalam kelas. Kelima, Menyimpulkan; guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan suatu konsep atau prosedur terhadap masalah yang sudah diselesaikan.
Berdasarkan langkah- langkah pendekatan pembelajaran berbasis RME, guru
harus dapat memastikan bahwa setiap aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan
baik sehingga permasalahan dapat dikaitkan dengan benda konkret dan dapat
diselesaikan oleh siswa dengan melakukan tahapan yang benar dan sesuai.
17
D. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Realistic Mathematis Education (RME)
Pembelajaran matematika berbasis pendekatan RME juga memiliki kelebihan
dan kelemahan. (Wandini & Banurea, 2019) mengemukakan kelebihan dan
pembelajaran berbasis pendekatan ( RME) aadalah sebagai berikut :
1. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang
keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang
kegunaan matematika pada umumnya kepada manusia.
2. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan
dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh setiap orang "biasa" yang lain, tidak
hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut.
3. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak harus
sama antara orang satu dengan orang yang lain.
4. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan suatu yang
utama dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani sendiri proses
itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep dan materi-materi
matematika. yang lain dengan bantuan pihak lain yang sudah tahu (guru). Tanpa
kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna
tidak akan terjadi.
5. RME memadukan kelebihan- kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran
lainnya juga dipertimbangka unggul.
Selain memiliki kelebihan juga (Wandini & Banurea, 2019) mengemukakan
kelemahan pendekatan berbasis (RME) sebagai berikut :
1. Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME membutuhkan
paradigma, yaitu perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai
berbagai hal, misalnya seperti siswa, guru, peranan sosial, peranan kontesk,
peranan alat peraga, pengertian belajar dan lain-lain. Perubahan paradigma ini
18
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena paradigma
lama sudah begitu kuat dan lama mengakar.
2. Pencarian soal-soal yang kontekstual, yang memenuhi syarat-syarat yang
dituntut oleh RME tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu
dipelajari siswa, terlebih karena soal tersebut masing-masing harus bisa
diselesaikan dengan berbagai cara.
3. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan cara untuk menyelesaikan tiap
soal juga merupakan tantangan tersendiri.
4. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan memulai soal-soal
kontekstual, proses matematisasi horizontal dan proses matematisasi vertikal
juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana karena proses dan mekanisme
berpikir siswa harus diikuti dengan cermat agar guru bisa membantu siswa
dalam menemukan kembali terhadap konsep-konsep matematika tertentu.
1. Pemilihan alat peraga atau bahan ajar harus cermat agar alat peraga atau bahn
ajar yang dipilih bisa membantu proses berpikir siswa sesuai dengan tuntutan
RME.
2. Penilaian (assesment) dalam RME lebih rumit daripada dalam pembelajaran
konvensional.
3. Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi secara
substansial, agar proses pembelajaran siswa bisa berlangsung sesuai dengan
prinsip-prinsip RME
4. Bilangan Pecahan
a. Pengertian bilangan pecahan
𝑎
Bilangan pecahan adalah bilangan yang dinyatakan sebagai , a dan b
𝑏
19
Materi tentang bilangan pecahan di jelaskan pula dalam Al - Qur’ an,
yang tedapat pada surah An- Nisa” ayat 11 yang berbunyi :
20
adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Ayat diatas menjelaskan tentang pembagian warisan yang
menggunakan bilangan pecahan seperti disebut diatas, seperdua, sepertiga,
seperempat dan seperenam hal ini menunjukkan bahwa pentingnya ilmu
matematika khusus tentang bilangan pecahan dalam kehidupan seahari hari
berguna untuk menyelesaikan persoalan yang ada.
21
3. Perkalian bilangan pecahan dapat dioperasikan dengan mengalikan antara
pembilang dengan pembilang, penyebut dengan penyebut tanpa harus
menyamakan terlebih dahulu.
4. Pembagian bilangan pecahan dapat dioperasikan dengan mengubah tanda
pembagi dengan perkalian dan mengubah salah asatu pecahan penyebut
menjadi pembilang begitu pula sebaliknya. ( Syazali 2015)
Jadi, materi pecahan merupakan materi yang dipilih untuk untuk dibuat dalm
LKPD. Pegembangan LKPD di sesuaikan dengan pemaparan yang ada pada materi nin
berdasarkan kompetensi dasar yang telah dinyatakan sebelumnya yang mana
pendesainya menggunkan pendekatan berbasis RME untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik.
22
2. Penelitian yang dilakukan Tri Astari (2017) dengan judul “Pengembangan
Lembar Kerja Peserta Didik (Lks) Berbasis Pendekatan Realistik Untuk
Meningkat Hasil Belajar Peserta Didik Sd Kelas III Sd.
Relevansi dengan studi yang akan dilakukan adalah jenis penelitian yang
digunakan yaitu Reseach and Deploment R&D dan menguji suatu produk berupa
lembar kerja peserta didik terletak pada pendekatan yang digunakan. Pada penelitian
terdahulu menggunakan pendekatan realistik yang dijadikan. Selanjutnya juga pada
subjek penelitian yang sama- sama menggunakan subjek kelas III SD .
Perbedaan dengan studi yang dilakukan terletak pada pendekatan yang
digunakan. Pada penelitian terdahulu pendekatan Realistik dijadikan sebagai
pendekatan sedangkan yang akan diteliti menggunakan RME sebagai pendekatanya.
Selanjutnya, pada tujuan penelitian dimana penelitian terdahulu LKPD bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik SD sedangkan pada studi yangakan dilakukan
bertujuan penelitian untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalaha matematis.
3. Penelitain yang dilakukan oleh Adityawarman (2017) dengan judul “
Pengembangan Lks Berbasis Rme Dengan Pendekatan Problem Solving Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik”
Relevansi studi ini yang dilakukan adalah jenis penelitian yang digunakan yaitu
Researc and Develoment (R&D) dan mengembangkan suatu produk berupa lembar
keraj peserta didik. Selain itu, studi terdahulu dan studi yang akan dilakukan sama-
sama mengunakan pendekatan RME dan juga menghasilkan produk yang
dikembangkan sekaligus menjadi salah satu wadah untuk mengukur kemampuan
matematis siswa peserta didik. Perbedaan dengan studi yang akan dilakukan pada
subjek penelitian terdahulu tidak mengunakan subjek khusus sebagai subjek penelitian,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunkan subjek penelitian di kelas VI
SD.
C. Kerangka Konseptual
Sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa pembelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit karena adanya rumus- rumus yang harus
23
dihafalkan. Metode pembelajaran yang sering digunakan guru yaitu dengan
memberikan contih dan soal latihan, soal diberikan setelah menjelaskan materi melalui
buku paket pegangan guru yang kebanyakan soal dikerjakan dengan mengunakan
rumus.
Sedikit sekali pembelajaran matematika di kelas yang mengajarkan
pembelajaran dengan mengaitkan dunia nyata siswa dalam penerapan pembelajaran
matematika, pada kenyataannya masig mengunakan rumus dalam mamahami dan
mengerjakanya, sehingga akan mengakibatkan minat belajar siswa rendah. Hal ini
memberikan dampak pada rendahnya hasil matematika siswa. Realistic Mathematics
Education (RME) merupakan salah satu cara mengajarkan matematika yang akan
menarik minat siswa, dengan penerapan RME siswa dapat terlibat langsung dalam
pembelajaran karena pembelajaran diajarakan akan berkait langsung dunia siswa
sehingga mereka dapat mencari atau membayangkan pelajaran dengan dunia nyata dan
kehidupan sehari- hari mereka, maka dari hal ini diperkukan perangkat pembelajaran
baru untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahaman
mengunakan metode belajar yang lain. Salah satu perangkat pembelajaran yang sesuai
yaitu mengunakan perangkat pembelajaran berupa LKPD.
24
Pembelajaran matematika pada
materi Pecahan
Pembelajaran
mengunakan LKPD
Berbasis RME
Meningkatkan Meningkatkan
kemampuan matematis kemampuan matematis
pada materi Pecahan
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Gambar 3.1 gambar langkah penelitian pengembangan menurut Borg and Gall
26
a. Petensi Masalah
Potensi adalah segala segala Sesutu yang dimamfaatkan akan memiliki nilai
tambah, sedangkan masalah dapat dijadikan peluang apabila kita dapat
kesempatan untuk memamfaatkanya.
b. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan terkini langkah
selanjutnya perlu dikumpulkan data yang dapat dijadikan bahan perencanaan
produk, yang diharapkan mampu menyelesaikan kesulitan- kesulitan yang
mungkin terjadi.
c. Desain Produk
Pada tahap ini penelitian dan pegembangan akan menghasilkan produk yang
dapat digunakan berdasarkan segi kualitasnya.
d. Validasi Desain
Validasi desain adalah proses menentukan apakah desain produk baru lebih
efisien dibandingkan dengan degan desain sebelumnya. Validasi ini masih
penilaian berdasarkan logika dan bukan empiris.
e. Perbaikan desain
Setelah divalidasi diciptakan produk yang lebih baik, peneliti akan
memperbaiki produk yang di desain.
f. Uji Coba Produk
Setelah divalidasi dan direvisi, produk yang telah diciptakan langsung
diujicobakan.
g. Revisi Produk
Setelah produk diujicobakan apabila sampel yang digunakan untuk menguji
efektifitas produk baru menunjukkan bahwa metode tersebut lebih efektif
dibandingkan metode sebelumnya.
h. Uji Coba Pemakaian
27
Produk yang berupa metode pengajaran baru kemudian ditetapkan jika
pengujian menunjukkan bahwa metode tersebut lebih efektif dibandingkan
metode sebelumnya.
i. Revisi Produk
Jika terdapat kelemahan dan kekurangan dalam penciptaan produk dilihat dari
segi pemakaianya, maka pembuatan produk harus selalu menilai hasil kerja
produk selam pengujian dalam hal ini ialah metode pengajar.
j. Pembuatan Produk Masal
Bila produk berupa metode mengajar baru tersebut telah dinyatakan efektif
dalam beberapa kali pengajuan maka metode belajar baru tersebut dapat di
terapkan dalam setiap lembaga pendidikan.
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Mis YPI Batang Kuis yang terletak di Jalan Mesjid
Jamik, Dusun 1, Desa Batang Meriah, Kec Batang Kuis, Kab Deli Serdang, Sumatera
Utara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diperkirakan akan menghabiskan waktu selama 6 bulan di mulai
dari proses pengajuan judul, penyiapan proposal, pengumpulan data awal,
penelitian, megumpulkan data kuisioner dan melakukan uji validitas dan
penulisan laporan di mulai awal sejak bulan maret 2024.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Mis YPI Batang Kuis
sedangkan objek dalam penelitian ini adalah LKPD ( Lembar Kerja Peserta Didik )
yang berbasis RME untuk melihat kriteria valid, paraktis, dan efisien dari LKPD
tersebut.
28
D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Sesuai dengan model pengembangan Borg and Gall dan juga karena adanya
keterbatas waktu dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian ini hanya sampai
pada langkah ketujuh sehingga produk Lembar Kerja Pesera Didik (LKPD) berbasis
RME pada materi pecahan ini tidak sampai pada pembuatan produk massal, Peneliti
hanya melakukan ketujuh langkah saja. Berikut ini langkah- langkah prosedur
pengembanganya :
1. Potensi Masalah
Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan wawancara kepada guru
matematika dan pengamatan terhadap siswa pada pra penelitian di Mis Ypi
Batang Kuis . Setelah peneliti mengetahui potensi masalah berupa sumber
belajar maka peneliti melakukan analisis kebutuhan yang akan digunakan
untuk mengembangkan produk bahan ajar yaitu lkpd.
2. Pegumpulkan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data sesuai dengan potensi masalah hal ini
bertujuan untuk mengetahui informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
untuk perencanaan produk yang akan dikembangkan.
3. Desain produk
Setelah peneliti melakukan mengumpulan data, langkah selanjutya ialah
penyusunan LKPD pembelajaran matematika berbasis RME dengan
menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan. Setelah menentukan isi
materi, selanjutnya peneliti menyusun LKPD pembelajaran berbasis RME
tersebut. Kemudian melakukan revisi oleh dosen pembimbing maka produk ini
telah selesai dan akan divalidasi oleh para ahli.
4. Validasi Desain
Validasi desain akan dilakukan oleh para ahli media dan ahli materi. Validasi
ini bertujuan untuk mengetahui keterbatasan atau kekurangan serta kelebihan
terhadap LKPD berbasis RME yang telah di buat. Kelebihan dan kekurangan
29
tersebut akan membantu peneliti dalam mengembangkan dan
menyempurnakan LKPD sehinga semakin berkualitas.
5. Revisi Desain
Setelah LKPD dilakukan evaluasi oleh validator, peneliti melakukan revisi
lebih lanjut agar produk yang di kembangkan menjadi lebih baik.
6. Uji Coba
Setelah produk LKPD selasai direvisi, produk tersebut kemudian akan di uji
cobakan oleh peneliti kepada kelas siswa VI di Mis Ypi Batang Kuis secara
terbatas di kelas. Uji coba dilakukan untuk mengetahui sejauh mana LKPD
berbasis RME ini dapat di manfaatkan untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
1. Revisi produk
Setelah uji coba produk dilaksanakan, langkah yang terakhir dilakukan oleh
peneliti adalah merevisi produk berdasarkan hasil respon siswa dan guru.
1. Observasi
Observasi adalah alat evaluasi yang digunakan untuk mengamati dan mencatat
berbagai fenomena secara sistematis, logis, dan rasional baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun situasi buatan untuk tujuan tertentu.
2. Angket
Angket adalah alat untuk mengumpulkan data atau informasi, angket
merupakan sebuah pendapat yang hampir sama dengan wawancara namun
dalam implementasinya angket di lakukan secara tertulis.
30
3. Tes
Tes adalah teknik pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan
yang harus di jawab oleh responden.
31
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah hasil analisis dari setiap data
yang telah dikumpulkan meliputi analisis validasi ahli, analisis hasil angket respon
guru dan siswa, dan analisis kemampuan pemecahan masalah. Analisis secara
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dari
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD) yang telah di buat.
1. Analisis Kevalidan
Analisis kevalidan didasarkan pada hasil validasi ahli. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan skala Likert. Skala Likert mempuyai empat atau lebih butir-
butir pertanyaan yang dikombinasikan sehingga membentuk sebuah skor atau nilai
yang mempresentasekan sifat individu, misalnya pengetahuan sikap dan perilaku (
Budiaji 2013). Skor yang diberikan dalam bentuk bilangan dengan kriteria pedoman
sebagai berikut :
∑𝑛
𝑥̅ = 𝑛
32
Keterangan :
Selanjutnya mencari perhitungan rata- rata dari masimg masing validator dan
rata- rata perhitungan keseluruhan validator peneliti menggunakan rumus sebagai
berikut :
∑𝑦
y= 𝑛
Keterangan :
n = banyaknya ahli
33
Kriteria di atas tersebut digunakan peneliti sebagai acuan untuk produk dan
juga instrument agar memiliki data valid yang memadai dari seluruh butir dan kriteria.
Berdasarkan analisis kevalidan di atas, produk dikatakan valid apabila hasil dari ahli
media dan ahli materi memenuhi kriteria valid.
2. Analisis Keperaktisan
Analisis keperaktisan di dasarkan pada angket berupa respon guru dan peserta
didik. Dengan menghitung respon guru dan peserta didik, guru dan peserta didik yang
memberi respon peraktis harus sesuai dengan aspek-aspek yang dinyatakan, kemudian
peneliti menghitung presentasenya dengan rumus. ( Sundari dan Siregar 2023)
3. Analisis Keefektifan
34
Untuk mengukur keefektifan LKPD dapat diketahui berdasarkan hasil
prasentase nilai N-gain peserta didik kemudian diinterpretasikan melalui
kriteria keefektifan. Melalui hasil nilai peserta didik yang di hitung
menggunakan skor N- gain maka akan dapat diketahui peningkatan nilai siswa
dalam memahami masalah konstektual yang di berikan. Hasil tes kemampuan
pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel berikut :
Setelah hasil tes di atas didapatkan kemudian nilai dari peserta didik tersebut
dianalisis dengan rumus N-gain agar dapat menentukan kriteria keefektifan
penggunaan produk dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
[𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 ] − [ 𝑆𝑝𝑟𝑒]
[𝑔]=
100− 𝑆𝑝𝑟𝑒
Keterangan :
35
Skor g Kriteria
Keterangan :
a. Apabila persentase n- gain lebih dari 0,7 maka keefektifan LKPD Tinggi.
b. Apabila persentase niali n- gain 0,3 kurang dari 0,7 maka keefektifan LKPD
sedang.
c. Apabila nilai n- gain kurang dari 0,3 maka keefektifan LKPD rendah.
Berdasarkan analisis keefektifan di atas, produk dikatakan cukup efektif jika
terdapat adanya peningkatan hasil belajar sampai pada kategori “Sedang”.
36
Daftar Pustaka
Anggo, M. (2011). Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual untuk Meningkatkan
Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatika, 1(2), 35–42. https://online-
journal.unja.ac.id/index.php/edumatica/article/view/182
Aulia, N., Nurmawati, N., & Andhany, E. (2020). Pengembangan Modul Berbasis
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Di Man 3 Langkat. AXIOM : Jurnal Pendidikan Dan
Matematika, 9(2), 133. https://doi.org/10.30821/axiom.v9i2.7822.
Gusdiana, P., Egok, A. S., & Firduansyah, D. (2021). Pengembangan Kotak Permainan
Spinning Wheel pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN 69 Lubuklinggau.
Linggau Jurnal of Elementary School Education, 1(2), 41–50.
https://jurnal.lp3mkil.or.id/index.php/ljese/article/view/161/110
Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Diva Press.
37
Rozalia Fransi dkk. (2019). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis
Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatakan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Pada materi Dunia Tumbuhan. Universitas Riau, hal 6.
38
Wekki Budiaji. (2013). Skala Pengukuran dan Jumlah Skala Respon Skala Likert.
Jurnal Ilmu Pertanian Dan Perikanan, Vol. 2(N0.2), hal 129.
39