Anda di halaman 1dari 202

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/379155428

Riset Kualitatif untuk Pemula Teknik Analisis Data

Book · March 2024

CITATIONS READS

0 99

2 authors, including:

Rizki Nurislaminingsih
Universitas Padjadjaran
34 PUBLICATIONS 100 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rizki Nurislaminingsih on 22 March 2024.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Riset Kualitatif
untuk Pemula
Teknik Analisis Data

Rizki Nurislaminingsih
Heriyanto

CV. Intishar Publishing


RISET KUALITATIF UNTUK PEMULA
TEKNIK ANALISIS DATA

@ Rizki Nurislaminingsih & Heriyanto

Penulis: Rizki Nurislaminingsih & Heriyanto

ISBN: 978-623-110-018-4

Diterbitkan oleh:
CV. Intishar Publishing
Anggota IKAPI No. 168/JTE/2018
Alamat: Bumirejo RT01 RW04
Puring, Kebumen, Jawa Tengah
Workshop: Sejati Dukuh, Sumberarum, Moyudan
Sleman, Yogyakarta
Email: intisharpublishing@gmail.com
No.HP: 081246647659
website: www.cvintisharpublishing.com

Cetakan I: Januari 2024


Kebumen, CV. Intishar Publishing

ii
Sekapur Sirih

Contoh sederhana dari aktivitas analisis data ada dalam


permasalahan kita pribadi. Mahasiswa yang kesulitan
menyelesaikan tugas akhir berusaha mendapatkan aneka data
dari berbagai sumber dan menganalisis isinya. Mereka membaca
jurnal dan buku, kemudian merangkum dan mengutip beberapa
larik tulisannya. Mereka mendatangi lokasi riset dan menuliskan
apa yang mereka lihat.

Setelah itu merekam percakapan wawancara dan


memvideokan aktivitas masyarakat kemudian menarasikan
dalam bentuk tulisan. Mereka juga aktif menonton video dari
media sosial dan menulis apa yang disaksikan di video. Tindakan
menguraikan apa yang mereka lihat dalam tulisan, menuliskan
apa yang didengar ke dalam bentuk teks, memberi makna dari
inti data yang telah didapat adalah contoh dari analisis data.

Buku ini berguna sebagai stimulan ide bagi siapa saja


yang baru akan memulai analisis data. Tetap dibutuhkan
berbagai sumber bacaan lain untuk menguasai teknik analisis
data sehingga peneliti pemula mendapatkan cara analisis terbaik,
sesuai dengan dirinya dan tujuan penelitian.

iii
Daftar Isi

Sekapur Sirih ........................................................................... iii


Daftar Isi ................................................................................... iv
Bab 1 Konsep Analisis Data Kualitatif ........................................ 1
Analisis Data Kualitatif............................................................. 1
Tujuan Analisis Data Kualitatif................................................. 7
Memulai Analisis Data Kualitatif ............................................ 10
Konsep Analisis Dokumen .................................................... 20
Analisis Tema – Representasi Riset Kualitatif....................... 24
Kualitas Analisis Data............................................................ 27
Ragam Teknik Analisis Data ................................................. 28
Bab 2 Data dari Perorangan / Masyarakat ............................ 31
Hasil Wawancara .................................................................. 31
Hasil Focus Group................................................................. 37
Bab 3 Data dalam Dokumen Tekstual ................................... 41
Dokumen Teks ...................................................................... 41
Thematic Analysis ................................................................. 45
Inductive Thematic Analysis .................................................. 49
A Content-Driven Analysis .................................................... 51
Applied Thematic Analysis .................................................... 53
Cara Analisis Data Tekstual Lainnya .................................... 55
Bab 4 Data dalam Dokumen Nonteks – Nonaudio Visual ... 61
Foto, Gambar, Lukisan .......................................................... 61
Dokumen Warisan Budaya / Artefak ..................................... 66
Bab 5 Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual
.................................................................................................. 71

iv
Audio ..................................................................................... 71
Audio Visual .......................................................................... 73
Thematic Analysis untuk Data Audio Visual ......................... 78
Transcription and Translation untuk Data Audio Visual ........ 80
Analisis Data Video: Film dan Program Televisi ................... 82
Data Analisis untuk Picture, Image, dan Audio Visual .......... 90
Bab 6 Data dari Sumber Online ............................................. 97
Sumber Data Online.............................................................. 97
Analisis Dokumen Digital ...................................................... 98
Netnografi............................................................................ 100
Analisis Media Sosial .......................................................... 102
Analisis Konten di Website.................................................. 106
Analisis Menggunakan Software ......................................... 109
Bab 7 Data dari Lingkungan Sosial dan Alam ................... 115
Hasil Observasi Lingkungan Sosial .................................... 115
Hasil Observasi Lingkungan Alam ...................................... 125
Bab 8 Analisis Data Dari Multi Sumber .............................. 129
Sumber Wawancara, FGD, Dokumen Audio Visual ........... 129
Sumber Wawancara, Observasi, Analisis Dokumen........... 131
Bab 9 Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset ........ 133
Analisis Data dan Pendekatan ............................................ 133
Analisis Data pada Riset Naratif ......................................... 137
Analisis Data pada Riset Fenomenologi ............................. 138
Analisis Data pada Riset Grounded Theory ........................ 140
Analisis Data pada Riset Etnografi ..................................... 152
Analisis Data pada Riset Studi Kasus ................................. 155
Bab 10 Penyajian Hasil Analisis Data................................. 161
Konsep Penyajian Hasil Analisis Data ................................ 161

v
Penyajian Data dan Pendekatan Riset................................ 163
Use “Thick Description” ....................................................... 170
Styles of Qualitative Research Writing ................................ 170
Writing a Good Conclusion Section..................................... 174
Evaluating Qualitative Research Representation and
Presentation ........................................................................ 175
Lampiran ............................................................................... 179
Daftar Pustaka ...................................................................... 187
Tentang Penulis .................................................................... 193

vi
Bab 1

Konsep Analisis Data Kualitatif

Analisis Data Kualitatif


Sebelum mengurai arti kata analisis data kualitatif, ada baiknya
diawali dengan memahami makna analisis dalam riset. Hal ini
berguna untuk menjadi pembeda analisis yang dilakukan
dikehidupan sehari-hari dengan analisis ilmiah yang menjadi
salah satu unsur penting dalam penelitian. Analisis data kualitatif
ini ibarat menjelajahi wilayah baru tanpa peta (Silverman, 2014).
Sebelum memulai analisis data, peneliti harus mendefinisikan
masalah penelitiannya dan melakukan tinjauan literatur. Hal ini
berguna untuk membatasi sejauh mana analisis data akan
dilakukan.

Secara sederhana Markham (2018) menjelaskan analisis


data adalah cara untuk melihat, menggabungkan, menghitung,
dan memahami fenomena yang belum pernah ada sebelumnya.
Corbin & Strauss (2015) memberikan gambaran bahwa analisis
adalah tindakan mengumpulkan data, membuat konsep, dan
menginterpretasi makna yang ada dalam data tersebut. Analisis
memerlukan proses berpikir untuk membedakan antara yang
abstrak dan yang konkrit, membuat perbandingan antar data,
mengelola setiap detil data, mencari hubungan dan
mengidentifikasi pola. Sejalan dengan pernyataan tersebut,
Neuman (2014) menambahkan bahwa secara umum, analisis
data adalah pencarian pola dalam data (misalnya perilaku, objek,
sistem, dan hubungan antar manusia), mengidentifikasi pola
dalam data, menafsirkannya (menggunakan tema, konsep, atau

1
2 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

teori), kemudian mengaitkan dengan latar budaya atau historis


lokasi darimana data tersebut berasal.

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Saldaña (2011)


bahwa analisis pada lingkup ilmiah berguna untuk menyajikan
hasil identifikasi dari faktor-faktor kunci dalam data riset dan
memberikan pemaparan dari masing-masing unsur tersebut.
Analisis memungkinkan adanya temuan (diluar pertanyaan
penelitian namun masih berkaitan atau mendukung
perkembangan riset) yang disajikan dalam bentuk narasi atau
tampilan data disertai deskripsi bagaimana temuan tersebut
dicapai. Aktivitas analisis diperkuat dengan pola (tematik),
dikontekstualisasikan, dibandingkan dengan kasus lain, dan
dievaluasi secara mendalam sehingga hasil dari analisis sesuai
dengan tujuan penelitian.

Neuman (2014) menganggap bahwa analisis data adalah


proses memindahkan data yang awalnya terdokumentasi
menjadi bentuk deskripsi atau uraian, kemudian dihubungkan
dengan konsep dan tema untuk membangun interpretasi yang
lebih luas dan saling terkait. Beragamnya jenis data dan teknik
pengumpulan data yang berbeda memungkinkan memiliki
kesamaan dalam cara menganalisis data asalkan memiliki bukti
empiris (layak untuk dijadikan data riset), menciptakan konsep
(bila memungkinkan teori baru), tidak menguji hipotesis, dan
mengandung unsur interpretasi yang logis. Data kualitatif tersedia
dalam format yang relatif beragam, di tempat yang berbeda, sifat
data yang tidak terlalu abstrak dan berbasis konteks, namun
konkret dari kehidupan sosial. Oleh sebab itu, analisis data
kualitatif tidak menggunakan serangkaian prosedur statistik
matematika yang terstandarisasi.
Konsep Analisis Data Kualitatif | 3

Lebih lanjut Saldaña (2011) menunjukkan kaitan antara


contoh data riset beserta proses analisis datanya. Sumber data
dari berbagai genre sastra (cerpen, puisi, novel, drama), unsur
sastra (simbolisme, metafora, aliterasi), gaya sastra (realisme,
komedi, tragedi) memiliki karakter nonfiksi dan fiksi. Meski
demikian, analisis pada data tersebut tetap bersifat realitas sosial
(nonfiksi) dan hasil dari analisis datanya juga harus dapat
diterima oleh logika. Lebih jauh Corbin & Strauss (2015)
menguraikan sifat dari proses analisis data kualitatif sebagai
berikut:

1. Analisis data merupakan seni dan sekaligus ilmu


pengetahuan. Seni analisis memerlukan keterampilan untuk
mengenali ide, mengembangkan ide tersebut, ‘membuang’
ide yang kurang mendukung analisis, dan menjaga
keseimbangan antara konseptualisasi dan deskripsi. Ilmu
pengetahuan yang dimaksud disini adalah data ilmiah yang
dianalisis. Proses analisis berasal dari interpretasi terhadap
data, dan menjabarkan hasil uraian data agar sesuai dengan
tujuan penelitian.
2. Analisis melibatkan interpretasi. Menafsirkan berarti memberi
makna pada data mentah yang berupa konsep. Interpretasi
menyiratkan pemahaman peneliti tentang makna yang tersirat
dalam data (kata-kata dan tindakan informan, atau dokumen
yang ditemukan).
3. Analisis adalah menafsirkan dan menyampaikan makna.
Ketika peneliti menafsirkan data, maka tugas utama mereka
adalah sebagai penerjemah data sehingga pembaca hasil
riset mudah memahami fakta yang sedang diteliti. Oleh
karena itu, menterjemahkan data bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan. Bisa jadi peneliti memerlukan bantuan dari
pihak lain agar narasi yang akan disajikan mudah dipahami
oleh masyarakat luas.
4 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

4. Analisis data melibatkan lebih dari satu teori atau konsep


untuk menguraikan data lapangan. Sebagaimana kita ketahui
bersama bahwa data kualitatif yang berasal dari masyarakat
bersinggungan dengan berbagai macam permasalahan hidup
di masyarakat. Hal ini sudah pasti akan berkaitan dengan
berbagai bidang ilmu (budaya, sosial, ekonomi, hukum,
agama, pendidikan, dan lain sebagainya). Satu kalimat dari
informan dapat diinterpretasikan dari subjek ilmu yang
berbeda pula. Oleh sebab itu diperlukan bekal ilmu dari
beragam bidang ilmu (dari literatur) untuk membandingkan,
keilmuan atau teori apa yang paling sesuai dengan
pernyataan informan.
5. Konsep digunakan sebagai dasar analisis. Saat melakukan
analisis, peneliti mengubah data mentah menjadi konsep
yang didasarkan pada makna dari data yang diperoleh.
Konsep memungkinkan peneliti mengelompokkan data yang
memiliki makna serupa, membuat pola tema yang disebut
juga membentuk struktur teori.
6. Analisis data memiliki tingkatan yang berbeda mulai dari yang
dangkal hingga mendalam. Analisis yang dangkal hanya
mendeskripsikan data yang diperoleh, tidak ada komparasi,
tanpa teori penguat, dan tidak menghadirkan konsep baru.
Sebaliknya, analisis mendalam lebih dari sekedar deskripsi
data. Analisis mendalam dilakukan berdasarkan teori atau
konsep dari beragam literatur, mengeksplorasi semua
kemungkinan makna dibalik data, mengembangkan konsep,
dan memungkinkan menciptakan teori baru.
7. Analisis adalah sebuah proses. Analisis adalah proses yang
berlangsung sepanjang penelitian, termasuk saat peneliti
datang ke lokasi hingga menulis dalam bentuk laporan
penelitian (skripsi, thesis). Peneliti terus memperbarui dan
merevisi konsep (antara teori dengan fakta), menambahkan
Konsep Analisis Data Kualitatif | 5

konsep baru berdasarkan hasil analisis teori dengan fakta


yang peneliti amati di lokasi, mengidentifikasi lingkungan riset,
dan melihat hubungan baru antar konsep, teori dan fakta di
tempat riset. Inilah yang dimaksud dengan analisis kualitatif.
Teori muncul seiring denghan berkembangnya wawasan
peneliti. Wawasan tumbuh seiring dengan semakin
mendalamnya analisis data.
8. Analisis dimulai dengan pengumpulan data pertama. Saat ia
melihat situasi dan kondisi tempat riset, sebenarnya ia sedang
melakukan analisis fakta lapangan.
9. Analisis awal bersifat generatif. Pada awalnya, analisis
bersifat terbuka, seperti halnya brainstorming yang mencoba
mencari makna dari data yang ada. Peneliti meluangkan
waktu untuk mempertimbangkan semua kemungkinan makna
saat menginterpretasi data.
10. Aspek penting dalam analisis adalah hasil analisis yang
menggambarkan konteks (menggambarkan kondisi di mana
fenomena terjadi, apa yang dikatakan informan, apa yang
dilakukan dana pa yang dirasakan masyarakat).

Sejalan dengan hal tersebut, proses analisis data kualitatif


memerlukan beberapa putaran konversi data, dimulai dengan
menyamarkan nama informan, transkripsi teks (hasil wawancara,
menuliskan ulang kalimat dalam rekaman), penerjemahan
bahasa atau makna teks, coding, dan reduksi data (Guest et al.,
2013). Proses konversi ini memerlukan waktu yang cukup
panjang sebab bila tidak dilakukan dengan baik, maka dapat
menimbulkan masalah pada hasil analisis.

Demi efisiensi waktu, Creswell & Creswell (2018) membagi


analisis data menjadi dua cara; induktif dan deduktif. Peneliti
6 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

kualitatif yang bertujuan untuk melakukan analisis induktif


memiliki konsep analisis dari khusus ke umum dengan cara
membangun pola, kategori, dan tema dari yang paling sederhana
menjadi kompleks. Peneliti mengorganisasikan data ke dalam
unit informasi yang semakin abstrak hingga menetapkan
serangkaian tema yang komprehensif. Sebaliknya, cara deduktif
dilakukan secara umum ke khusus. Peneliti melihat kembali data
mereka untuk menentukan apakah mendukung setiap tema yang
telah dibuat dan memeriksa kembali apakah mereka perlu
mengumpulkan data tambahan.

Flick (2014) memberikan contoh aktivitas yang lazim


digunakan saat menganalisis data kualitatif, terutama untuk
analisis fenomena sosial:

1. Menempatkan pengalaman subyektif sebagai fokus utama,


contohnya apa saja pengalaman pasien yang menderita
penyakit kronis, bagaimana keluarganya menggambarkan
hidup sang pasien, apa pendapat mereka ketika berada
dalam situasi ini. Untuk menjawab pertanyaan ini, data yang
diperlukan berasal dari wawancara dan buku harian yang
ditulis pasien (bila ada).
2. Analisis yang berfokus pada gambaran situasi sosial, seperti:
bagaimana keluarga pasien berinteraksi mengenai
penyakitnya dan apa konsekuensinya terhadap kehidupan
keluarga dan masyarakat? Data dari hasil observasi
partisipan atau catatan tentang interaksi keluarga dengan
pasien diperlukan untuk menjawab pertanyaan ini.
3. Analisis pada aspek-aspek fenomena sosial yang implisit dan
bahkan tidak disadari secara sekilas. Dibutuhkan kepekaan
peneliti terhadap fenomena yang terlihat biasa terjadi atau
kejadian yang tiba-tiba muncul diluar ekpektasi peneliti
Konsep Analisis Data Kualitatif | 7

sehingga mampu mengenali, menafsirkan dan menganalisis


fenomena dan interaksi sosial yang terjadi.

Uraian singkat namun lebih lengkap tentang proses analisis


data kualitatif juga diutarakan oleh Creswell & Poth (2018) yakni
dengan cara:

1. Penyiapan dan pengorganisasian data (yaitu data teks seperti


dalam transkrip, atau data gambar seperti foto) untuk
dianalisis.
2. Mereduksi data menjadi tema-tema melalui proses
pengkodean dan pengelompokan kode-kode tersebut;
3. Merepresentasikan data atau penyajian data dalam bentuk
gambar, tabel, pembahasan dan narasi yang jelas.

Tujuan Analisis Data Kualitatif


Penelitian kualitatif lekat dengan analisis fenomena sosial
maupun fenomena alam yang berdampak pada masyarakat. Hal
ini juga yang akan terilustrasikan pada hasil analisis data. Untuk
membuat gambaran tentang hasil analisis data, terlebih dahulu
diperlukan kejelasan dari tujuan analisis data kualitatif. Tujuan
analisis data kualitatif secara umum mencakup beberapa hal di
bawah ini (Flick, 2014),:

1. Untuk menggambarkan fenomena secara lebih rinci.


Fenomena tersebut dapat berupa pengalaman dari individu,
kelompok tertentu, komunitas, suku, penduduk suatu negara.
Analisis dapat berfokus pada kasus (individu atau kelompok)
dan ciri-ciri khususnya serta hubungan di antara keduanya.
Analisis juga dapat berfokus pada membandingkan beberapa
kasus (individu atau kelompok) dan pada kesamaan atau
perbedaan di antara kasus-kasus tersebut.
8 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

2. Untuk mengidentifikasi kondisi yang menjadi dasar perbedaan


tersebut. Hal ini berarti mencari penjelasan atas perbedaan-
perbedaan tersebut).
3. Untuk mengembangkan teori tentang fenomena yang diteliti
berdasarkan analisis data temuan.

Lebih jauh Flick (2014) menjelaskan bahwa tujuan analisis


data kualitatif adalah klasifikasi dan interpretasi materi linguistik
(atau visual) untuk membuat pernyataan (implisit dan eksplisit),
pembuatan struktur makna (makna subjektif atau sosial), dan
mendeskripsikan permasalahan yang terjadi. Analisis data
kualitatif menggabungkan pendekatan analisis dasar (ikhtisar,
ringkasan) dengan pendekatan analisis terperinci (elaborasi
kategori, interpretasi hermeneutik). Tujuan akhir dari analisis data
kualitatif adalah untuk sampai pada pernyataan yang melekat
pada satu fenomena tertentu (bukan seperti generalisasi
kuantitatif yang berlaku untuk satu populasi) dengan cara
diperkuat dengan teori, membandingkan dengan konsep dari
penelitian yang sudah lebih dahulu terpublikasi, atau dengan
membandingkan berbagai beberapa kasus.

Sehubungan dengan tujuan umum dari riset kualitatif yang


disampaikan oleh Flick (2014) diatas, terdapat pula contoh tujuan
khusus riset kualitatif yang terimplikasi dari pernyataan Neuman
(2014) yang menyatakan bahwa dalam analisis data kualitatif:

1. Konseptualisasi adalah hal yang niscaya ada. Dalam


penelitian kualitatif, kita terus-menerus melakukan proses
pembentukan atau penyempurnaan konsep yang didasarkan
pada data. Pembentukan konsep merupakan bagian integral
dari analisis data kualitatif dan dimulai selama proses
pengumpulan data. Peneliti mengatur data secara terperinci
Konsep Analisis Data Kualitatif | 9

ke dalam kategori yang lebih abstrak berdasarkan tema atau


konsep untuk mengembangkan konsep baru. Dari penjelasan
tersebut dapat dipahami bahwa salah satu tujuan analisis data
kualitatif adalah untuk membuat konsep baru. Untuk beberapa
penelitian, pembentukan konsep baru sangat mendukung
riset kualitatif yang bertujuan untuk membuat teori.
2. Coding. Pengkodean merupakan tahap yang sudah pasti
dilakukan dalam proses analisis data kualitatif. Terdapat dua
aktivitas simultan saat membuat kode: reduksi data mekanis
dan kategorisasi data analitik. Bahasa mudahnya, coding
adalah memetakan data, mengurangi tumpukan data mentah
sekaligus memunculkan data yang tidak terpakai.
Teknik pengkodean kualitatif dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut: 1). Pengkodean terbuka untuk
mengidentifikasi konsep dan tema. Ini adalah upaya
pertama untuk memadatkan kumpulan data mentah ke
dalam kategori analitik. Selama pengkodean terbuka,
peneliti fokus pada data kualitatif mentah (misalnya
catatan lapangan, dokumen sejarah, foto, transkrip
wawancara terbuka). Peneliti menetapkan kode untuk
konsep, tema, hubungan, dan sebagainya yang ada pada
data mentah. Sekali lagi, fokus utama tahapan ini adalah
memetakan data mentah, bukan menghubungkan tema
atau menguraikan konsep. 2). Pengkodean aksial. Jika
pengkodean terbuka berfokus pada memetakan data,
maka sebaliknya, dalam pengkodean aksial, fokus utama
ada pada kumpulan kode dan konsep awal atau tema awal
hasil dari dari proses pengkodean terbuka. 3).
Pengkodean selektif. Setelah didapat kumpulan kode
(hasil dari tahap pengkodean terbuka) dan kumpulan tema
(hasil dari pengkodean aksial), maka tahap selanjutnya
adalah pengkodean selektif, yakni mengidentifikasi tema-
10 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

tema utama dan tema-tema pendukung, yang berguna


untuk membuat konsep (lihat lagi poin 1 konseptualisasi).
3. Penulisan Memo Analitik. Memo analitik adalah jenis catatan
khusus yang berisi proses pengkodean dan tema sesuai
dengan poin 2 coding. Setiap tema atau konsep yang diberi
kode diberi pembahasan. Jika dicermati kembali, poin 2
coding dan poin 3 penulisan memo analitik memunculkan
pemahaman bahwa salah satu tujuan dari analisis data
kualitatif adalah membuat tema-tema dari data yang sudah
didapat kemudian menguraikannya. Tema yang diperoleh
harus bisa menjawab pertanyaan penelitian.

Memulai Analisis Data Kualitatif


Sebelum mengetahui cara paling dasar dalam analisis data
kualitatif, ada baiknya mengenali istilah-istilah yang berkaitan
dengan dengan proses analisis untuk memudahkan
pelaksanaannya. Corbin & Strauss (2015) memperkenalkan
beberapa istilah di bawah ini:

• Analytic tools. Strategi yang digunakan oleh peneliti untuk


membantu menginterpretasi data. Contoh cara konvensional
adalah membuat narasi dan perbandingan terus-menerus
hingga menjawab pertanyaan penelitian. Contoh cara modern
adalah dengan menggunakan software di komputer atau
perangkat digital lainnya.
• Coding. Menunjukkan konsep yang mewakili makna.
• Konsep. Kata-kata yang digunakan oleh peneliti untuk
mewakili makna dari data yang ditafsirkan.
• Dimensi. Setelah mendalami data selama beberapa waktu,
peneliti memiliki tingkat keyakinan tertentu bahwa makna
yang diinterpretasikan mencerminkan fakta di lapangan,
termasuk kata-kata, tindakan, dan emosi dari informan.
Konsep Analisis Data Kualitatif | 11

• Memo. Catatan analisis tertulis.


• Microanalysis. Pengkodean terperinci seputar konsep untuk
menemukan properti dan dimensi.
• Properti. Karakteristik atau kualitas konsep yang
mendefinisikan, memberikan kekhususan, dan membedakan
satu konsep dengan konsep lainnya.
• Qualitative analysis. Proses berpikir yang terjadi ketika
menafsirkan data dan menetapkan konsep untuk mewakili
makna dari data.

Contoh coding dapat dilihat dari tabel berikut:

Sumber Gambar: Yin (2016)


12 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Sebagaimana syarat dari penelitian yang sudah tentu


berdasarkan syarat ilmiah, dalam menganalisis data juga berlaku
aturan yang harus dipatuhi agar dapat menghasilkan karya tulis
yang ilmiah pula. Tracy (2020) merekomendasikan tiga konsep
inti dalam kualitatif yang menjadi dasar dalam menganalisis data:

1. Refleksivitas diri. Refleksivitas diri mengacu pada


pertimbangan kehati-hatian peneliti mengenai bagaimana
pengalaman riset di masa lalu, sudut pandang yang
digunakan saat ini, peran peneliti dalam berinteraksi dengan
objek riset, dan cara peneliti menginterpretasi sebuah fakta
yang terjadi. Hal ini akan berpengaruh pada peran peneliti
kualitatif yang secara alami berfungsi sebagai instrumen
penelitian. Peneliti akan menyerap, menyaring, dan
menafsirkan fenomena yang terjadi melalui observasi,
partisipasi, dan wawancara. Oleh karena perannya sebagai
instrumen riset, maka hasil riset juga berpotensi memiliki
tendensi kepada subjektivitas. Dengan demikian diperlukan
refleksi diri dari pengalamannya selama menjadi peneliti.
Pengalamannya akan membentuk cara seorang peneliti
dalam memilih metode penelitian, menganalisis fakta, dan
mengolah pengetahuan yang kemudian akan bermuara pada
hasil penelitian.
2. Konteks. Penelitian kualitatif merupakan sebuah aktivitas
yang melibatkan diri peneliti dengan sadar dan sengaja dalam
lingkungan sosial dan segala unsur yang menyertainya.
Peneliti kualitatif dengan teliti mencatat isyarat-isyarat kecil
yang terjadi, mengamati pergerakan masyarakat, memahami
konteksnya, mengaitkan dengan perkembangan keilmuan,
membangun pengetahuan baru (berdasarkan teori yang telah
ada dan hasil temuan lapangan).
3. Deskripsi yang detail. Berguna untuk menguraikan makna
yang terkandung dalam data sehingga mengilustrasikan
Konsep Analisis Data Kualitatif | 13

konteks dengan sebenar-benarnya sesuai fakta (objek, lokasi


dan masyarakat yang diteliti).

Beberapa pendapat menyebutkan analisis data kualitatif


sulit dan kompleks karena melibatkan data dari wawancara,
observasi, studi literatur, kumpulan dokumen cetak dan noncetak,
suasana alam, dan kondisi lingkungan sosial akan memberikan
begitu banyak data yang harus dianalisis. Oleh karena itu, untuk
memulai menganalisis data, Flick (2014) memberikan dua
strategi, yaitu

1. Fokus pada pengurangan data yang besar dan kompleks. Hal


ini dapat dilakukan dengan melakukan langkah utama, yaitu
mengkode data. Mengkode data yaitu memberikan code atau
label pada masing-masing sumber data (misalnya data dari
observasi, wawancara, dokumen teks, dokumen audio visual),
mengelompokkan data dari masing-masing sumber (misalnya
dari wawancara berupa biodata, biografi, pengalaman
informan).
2. Strategi kedua adalah memperluas materi untuk
menghasilkan interpretasi. Data yang sudah dikelompokkan
(tahap 1), dideskripsikan, diuraikan, dan diberi penjelasan.
Narasi ini berguna untuk menjelaskan makna dari data yang
ada (misalnya maksud dari kalimat informan, gambaran hasil
observasi, inti dari data teks).

Guest et al. (2013) menekankan bahwa proses analisis


kualitatif harus meliputi beberapa aspek:

ü mengorganisasikan data mentah


ü coding data
ü pencarian makna melalui analisis tematik
ü menafsirkan makna
14 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

ü menarik kesimpulan – sambil tetap mengingat gambaran yang


lebih besar, yaitu pertanyaan penelitian, maksud dan tujuan,
batasan metodologis, dan teori.

Maxwell & Chmiel (2014) juga memberi penekanan strategi


kategorisasi yang paling banyak digunakan dalam analisis data
kualitatif, yaitu coding. Saat pengkodean, data diberi label dan
dikelompokkan berdasarkan kategori, kemudian diperiksa dan
dibandingkan, baik di dalam maupun antar kategori. Kategori ini
berguna untuk menyortir data.

Bila kita narasikan, pernyataan Flick (2014), Guest et al.


(2013) dan Maxwell & Chmiel (2014) tersebut memberikan inti
yang sama bahwa analisis data kualitatif dimulai dari mengolah
kumpulan data yang telah diperoleh. Data dipilah sesuai dengan
sumbernya dan apa tujuan mencari data dari sumber tersebut.
Misalnya wawancara, maka diuraikan tujuan wawancara, yakni
untuk mendapat keterangan dari informan. Observasi dilakukan
untuk mendapat gambaran lokasi riset sekaligus mencari
dokumen pendukung. Dokumen yang kita dapat umumnya
benda-benda milik masyarakat (kita foto dan rekam) sebagai
duplikasi versi digital.

Langkah selanjutnya, data dari wawancara, observasi dan


analisis dokumen tersebut diuraikan lagi. Wawancara
menghasilkan data cerita diri sendiri, kondisi keluarga,
pengalaman hidup, atau aktivitas sehari-hari informan. Observasi
menghasilkan data tentang fakta lokasi, apa saja yang ada
disana, bagaimana interaksi masyarakat, fenomena yang terjadi,
kondisi alam, dan lain sebagainya. Dari analisis dokumen akan
diperoleh bukti tentang catatan masyarakat, rekaman peristiwa
dimasa lalu, benda-benda bersejarah, dan artefak penting
lainnya.
Konsep Analisis Data Kualitatif | 15

Jika ragam data sudah dipilah sesuai dengan cara


mendapatkannya, maka peneliti perlu mengartikan masing-
masing data dengan cara mendeskripsikan, menarasikan
penjelasannya, atau menjabarkan keterangannya. Uraian ini
tidak saja menjelaskan tentang makna dokumen namun sudah
harus mengerucut pada tujuan penelitian sehingga akan
terbentuk tema yang jelas dan terarah (tidak keluar dari tujuan
penelitian). Dengan demikian, akan terjawab pertanyaan
penelitian yang dimuat di bagian kesimpulan. Sekedar pengingat
saja, bahwa kesimpulan memuat jawaban dari pertanyaan
penelitian, bukan ringkasan hasil analisis data.

Persyaratan yang lebih baku tentang tata cara analisis data


kualitatif diberikan oleh Silverman (2014) yang terdiri enam
aturan:

1. Lakukan analisis sedini mungkin. Analisis data kualitatif


sebenarnya sudah dimulai saat pengumpulan data. Saat
wawancara, observasi, dan mencari dokumen pendukung,
pada saat itu juga peneliti sedang menganalisis data.
Kesadaran ini merupakan hal penting untuk stok informasi
(stok analisis data) peneliti, sehingga saat waktunya analisis
seluruh data, ia tidak akan merasa kesulitan karena sudah
memiliki hasil analisi dini saat mencari data di awal riset.
2. Mencoba pendekatan teoritis yang berbeda. Penelitian ilmiah
diawali dengan hasil memadukan pengetahuan peneliti
tentang bidang ilmu dengan analisis kenyataan. Contoh cara
mendapat pengetahuan adalah membaca teori, konsep, dan
hasil riset orang lain. Banyaknya bahan bacaan akan menjadi
stok teori bagi peneliti. Teori-teori yang dimiliki peneliti dapat
digunakan sebagai landasan melakukan riset. Peneliti akan
mengerti teori mana yang sesuai dengan penelitiannya.
16 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

3. Hindari membuat hipotesis, namun bisa diawali dengan


asumsi. Riset kualitatif tidak mengenal istilah hipotesis dan
tidak bertujuan membuktikan dugaan sementara. Peneliti
kualitatif biasanya mengeksplorasi bidang tertentu sesuai
dengan asumsinya. Asumsi ini didapat dari hasil tahap 2.
4. Analisis data yang diperoleh saat kunjungan lapangan. Hasil
wawancara ditranskrip kedalam dua versi, dengan kalimat asli
dari informan sekaligus dibuatkan narasinya atau hasil
parafrase peneliti. Hasil parafrase dapat ditambah contoh
sesuai dengan data observasi yang ia lihat.
5. Fokus analisis data yang pertama pada data kecil kemudian
data besar sehingga semua data akan terdeskripsi.
6. Saat mendeskripsikan data, fokus pada urutan dari hal yang
paling ringan (terasa lebih mudah untuk dijelaskan) hingga
masalah terberat.

Silverman (2017) memberi panduan untuk memudahkan


dalam menganalisis data, dengan mencoba langkah-langkah
berikut:

Ø Awali dengan pertanyaan 'apa' dan 'bagaimana'. Hindari


memulai dengan pertanyaan 'mengapa'. Karena jika kita
sudah bisa menjawab pertanyaan apa, maka akan mudah
menjawab bagaimana kondisi hal tersebut. Jika sudah
mengetahui kenyataannya (apa dan bagaimana), maka akan
mudah untuk menjawab alasan mengapa hal tersebut bisa
ada atau bisa terjadi.
Ø Kronologi. Tips selanjutnya dalam analisis data kualitatif
adalah menarasikan berdasarkan rentetan waktu (objek dan
subjek riset).
Ø Konteks. Data yang didapat kemudian dikontekstualisasikan
dalam lingkungan organisasi, proses sosial, atau rangkaian
pengalaman tertentu yang sesuai dengan latar penelitian.
Konsep Analisis Data Kualitatif | 17

Ø Perbandingan. Usahakan untuk selalu membandingkan data


yang diperoleh dari lapangan dengan data lain yang relevan
(dari penelitian yang sudah terpublikasi) sehingga jelas
perbedaannya. Hal ini berguna untuk memunculkan kebaruan
riset dan menghindari plagiasi dengan karya orang lain.
Ø Implikasi. Saat membuat laporan hasil penelitian, perlu
mempertimbangkan bagaimana temuan penelitian
berhubungan dengan isu-isu yang lebih luas daripada topik
penelitian kita sendiri. Dalam arti, hasil penelitian kita berguna
bagi banyak bidang, mendukung keilmuan lain, dan dapat
menjadi sumber inspirasi untuk penelitian mix keilmuan.
Ø Berpikir lateral. Hindari hasil analisis yang menetapkan
batasan yang kuat hanya antar konsep. Usahakan untuk
menguraikan hubungan antara konsep, model, dan teori.
18 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Panduan yang lain, yang berguna untuk proses analisis


data kualitatif dapat dilihat dari gambar berikut.

Sumber Gambar: Tracy (2020)


Konsep Analisis Data Kualitatif | 19

Sumber Gambar: Silverman (2014)


20 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Sumber Gambar: Silverman (2014)

Konsep Analisis Dokumen


Selain wawancara dan observasi, salah satu cara untuk
mendapatkan data kualitatif adalah melalui studi dokumen yang
kemudian juga harus dianalisis datanya. Analisis dokumen
adalah cara untuk mengumpulkan, dan mengkaji berbagai bentuk
'teks' tertulis yang ada atau yang tertuang dalam berbagai bentuk
dokumen (O’Leary & Hunt, 2017). Contoh dokumen ini misalnya
video, acara TV, siaran radio, website, blog, video, foto,
postingan di media sosial, meme, puisi, lagu, dan tweet
semuanya memuat teks, tulisan, atau narasi yang dapat
dianalisis isinya untuk menunjang penelitian kualitatif.

Analisis isi dokumen juga dapat dilakukan berdasarkan


fungsi dari dokumen. Silverman (2014) menyayangkan anggapan
peneliti kualitatif yang masih memposisikan dokumen sebagai
sumber data kondisional. Padahal dokumen memiliki peran yang
sangat penting bagi riset kualitatif. Bowen (2009) menjelaskan
lima fungsi sebuah dokumen, yaitu:
Konsep Analisis Data Kualitatif | 21

1. Dokumen memberikan data mengenai konteks di mana


penelitian dilaksanakan. Contohnya dokumen
memberikan informasi latar belakang serta pengetahuan
tentang sejarah. Hal ini dikarenakan dokumen adalah
benda / barang bukti dari budaya tertentu maka secara
otomatis menjadi informasi dan bukti sejarah.
2. Informasi yang terkandung dalam dokumen dapat
memantik pertanyaan baru pada informan yang terkait
dengan dokumen tersebut sehingga proses wawancara
dapat berlangsung dengan lebih informal namun padat
dengan data yang dibutuhkan peneliti.
3. Dokumen sebagai data tambahan. Informasi dan
wawasan yang diperoleh dari dokumen dapat menjadi
tambahan data yang penting.
4. Dokumen adalah bukti rekaman peristiwa, perubahan dan
perkembangan kehidupan sosial. Peneliti dapat
membandingkan isi dokumen untuk mengidentifikasi
perubahannya dimasa kini.
5. Dokumen sebagai alat evaluasi data lain. Dokumen pada
dasarnya benda asli (atau produk) masyarakat yang dapat
menjadi bukti otentik yang merepresentasikan situasi dan
kondisi masyarakat tertentu. Dengan demikian dokumen
dapat menjadi bahan untuk memverifikasi temuan atau
menguatkan bukti dari sumber lain.

Cara paling mudah dalam analisis dokumen diberikan oleh


Silverman (2014) yang tertulis dalam tabel berikut:
22 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Sumber Gambar: Silverman (2014)

Beberapa cara menganalisis dokumen yang


direkomendasikan oleh Olsen (2012) yaitu:

a. Sistematis (untuk data teks dalam jumlah besar atau big


data).
b. Analisis mendalam untuk data hasil wawancara dan
hasil observasi. Minimal diperlukan latar belakang
pengetahuan tentang bahasa, sejarah, norma-norma
lingkungan setempat, dan idiom untuk melakukan
Konsep Analisis Data Kualitatif | 23

analisis mendalam. Lebih jauh Olsen (2012)


menjelaskan, dalam pengelolaan dokumen, berbagai
jenis file dapat diubah menjadi teks. Setiap dokumen,
misalnya, dapat diberi kode secara keseluruhan di
bawah judulnya. Langkah selanjutnya adalah pencarian
makna dokumen. Tentunya latar belakang pengetahuan
peneliti akan mempengaruhi interpretasi terhadap
dokumen, terutama makna yang tidak disebutkan
secara eksplisit dalam dokumen.

Untuk menguraikan makna dokumen yang masih implisit,


Olsen (2012) memberikan tips, bahwa peneliti dapat
menganalisisnya dengan prinsip hermeneutika, artinya satu teks,
satu kalimat atau satu pernyataan dapat memiliki arti yang
berbeda. Peneliti memberi makna yang berbeda dari masing-
masing frasa, istilah, kalimat, ungkapan, atau pernyataan. Ketika
menjelaskan arti sebuah teks, peneliti dapat memecah menjadi
beberapa frasa atau bagian, menganalisis dari sudut pandang
gramatikal dan fonetiknya. Metode analisis yang lebih rinci dari
dokumen adalah analisis wacana namun juga akan sangat
bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan
interpretasi.

Untuk interpretasi isi dokumen, Bowen (2009) memberikan


saran agar dilakukan dengan cara skimming (pemeriksaan
dangkal atau secara cepat), membaca (pemeriksaan
menyeluruh), dan terakhir interpretasi. Proses berulang ini tidak
hanya berguna untuk memunculkan isi (informasi) dalam
dokumen, namun juga akan memunculkan kemungkinan tema
yang sama atau berbeda dari masing-masing dokumen. Lebih
jauh Bowen (2009) menjelaskan, analisis isi adalah proses
pengorganisasian informasi ke dalam kategori-kategori yang
berkaitan dengan pertanyaan pokok penelitian.
24 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Catatan disini, analisis konten ini bukan analisis konten


kuantifikasi yang lazim dilakukan pada media massa. Analisis
konten terhadap dokumen dalam perspektif kualitatif adalah
analisis tematik yang membuat kategori berdasarkan
karakteristik data untuk mengungkap fenomena yang diteliti.
Tema tersebut kemudian diinterpretasi akan menjadi makna.
Peneliti kualitatif idak menghitung jumlah kata, frase, istilah, dan
tidak menghitung persentase kemunculan kata tersebut.

Namun demikian, Bowen (2009) menegaskan bahwa


analisis dokumen bukanlah persoalan menyusun serangkaian
kutipan untuk mengungkap ide yang muncul di benak peneliti.
Analisis dokumen adalah proses mengevaluasi dokumen
sedemikian rupa sehingga memunculkan pengetahuan empiris
dan dapat digunakan untuk pengembangan pengetahuan. Oleh
sebab itu peneliti harus mengupayakan objektivitas dan
menghindari sensitivitas pribadi dalam proses analisis dokumen.

Analisis Tema – Representasi Riset Kualitatif


Jika kita cermati penjelasan tentang analisis data kualitatif di atas,
kita akan menemukan arah dari tujuan analisis yang menemukan
makna ini. Makna yang kemudian membentuk tema. Memang
inilah inti dari analisis data kualitatif, bukan menguji teori, bukan
membuktikan hipotesis, bukan menghitung frekuensi kata atau
kalimat, bukan pula mengubungkan variabel dalam data. Tujuan
dari analisis data kualitatif adalah untuk memunculkan tema
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh sebab itu,
analisis tematik adalah representasi dari analisis data
kualitatif.
Konsep Analisis Data Kualitatif | 25

Hal tersebut seperti yang dikatakan Creswell (2016) bahwa


tema merupakan temuan utama dalam penelitian kualitatif. Data
kualitatif cenderung merupakan data yang masih solid dan
banyak jumlahnya. Namun begitu, kita tidak dapat menggunakan
semua data yang sudah kita kumpulkan. Yang dapat dilakukan
adalah mengelompokkannya ke dalam kode-kode selama proses
analisis berlangsung. Kita harus menciutkan kode-kode tersebut
ke dalam tema-tema.

Tema-tema ini mewakili “temuan” dalam penelitian kualitatif.


Proses memperoleh tema berasal dari analisis data mentah
(misalnya transkripsi wawancara atau catatan lapangan
observasi), mengelompokkan data mentah menjadi serangkaian
kode, menggabungkan kode-kode tersebut menjadi sejumlah
kecil tema, menggunakan tema-tema sebagai subtopik,
kemudian mengelompokkan tema-tema tersebut ke dalam
dimensi atau gambar.

O’Leary (2017) juga memberikan pemahaman serupa.


Analisis kualitatif membangun pemahaman melalui proses yang
lebih rumit dan kreatif dengan mengungkap dan menemukan
tema-tema yang terkandung dalam data mentah. Selanjutnya,
menafsirkan implikasi tema-tema tersebut sesuai dengan
pertanyaan penelitian. Kedudukan tema sebagai hasil dari
analisis data kualitatif juga tersirat dalam pernyataan oleh
Saldaña (2011) bahwa salah satu pendekatan untuk memahami
dunia sosial adalah dengan melihat pola-polanya dan
membangun makna-makna yang menangkap esensi kehidupan
dari fenomena yang sedang diteliti. Oleh karena itu, tujuan
analisis data adalah untuk mengungkapkan apa yang telah kita
amati dan temukan sesuai dengan kondisi subyek penelitian.
Analisis dapat berkisar dari faktual, konseptual, hingga
26 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

interpretatif dalam bentuk detail deskriptif dan tema yang berisi


poin-poin.

Contoh cara melakukan analisis tematik diberikan oleh


Creswell (2016) yang tertulis pada tabel berikut:

Sumber Gambar: Creswell (2016)

Penjelasan tentang analisis tematik sebagai bagian dari


analisis data kualitatif disampaikan Braun & Clarke (2006) yang
mendefinisikan analisis tematik adalah metode untuk
mengidentifikasi, menganalisis dan meyajikan pola (tema) dalam
data. Ciri lain analisis data pada analisis tematik adalah
menggambar peta tematik yang tersaji dalam bentuk visualisasi
dari tema, kode, dan hubungannya seperti gambar, grafik, tabel,
ilustrasi. Masing-masing bentuk visualisasi diberi penjelasan rinci
dan deskripsi yang menerangkan setiap tema, kriterianya, dan
contohnya.

Braun & Clarke (2006) menekankan, analisis tematik


berbeda dari metode analitik lain yang berupaya
menggambarkan pola secara menyeluruh dan memerlukan dasar
Konsep Analisis Data Kualitatif | 27

teori yang kuat, seperti Discourse Analysis (Analisis Wacana),


Interpretative Phenomenological Analysis, dan analisis grounded
theory. Analisis tematik adalah bentuk analisis kualitatif yang
relatif mudah, yang tidak memerlukan pengetahuan teoretis dan
teknis yang terperinci seperti yang dilakukan oleh pendekatan
discourse analysis ataupun conversation analysis. Inti analisis
tematik menggambarkan poin-poin analitik yang dibuat peneliti
mengenai data untuk mengilustrasikan hasil penelitian.

Kualitas Analisis Data


Satu hal yang perlu diperhatikan oleh para peneliti kualitatif
adalah mengevaluasi proses analisis data. Barbour (2014)
memberikan kriteria untuk mengukur kualitas hasil analisis data
penelitian kualitatif:

• Analisis berfokus pada keilmuan sesuai bidang yang relevan


dengan topik riset. Analisis dapat diperluas dengan
komparasi riset dari bidang lain yang mendukung arah
perkembangan riset yang sudah mengharuskan lintas
keilmuan.
• Perluas tinjauan literatur terutama saat memberikan deksripsi
atas data dan menguraikan tema. Perluasan tinjauan literatur
juga berguna untuk mendukung fokus analisis pada lintas
bidang keilmuan di tahap 1.
• Data yang masih berupa cerita rakyat atau mitos diusahakan
sebisa mungkin diberi contoh riset sejenis yang sudah
diterbitkan sebagai penguat bahwa cerita rakyat atau mitos
bukanlah hal yang tabu untuk disertakan dalam riset ilmiah,
sebab sudah ada penelitian tentang cerita rakyat dan mitos
yang terbit.
28 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

• Pastikan data yang akan dianalisis sudah memenuhi kriteria


validitas dan reliabilitas saat pengumpulan data.

Ragam Teknik Analisis Data


Gambar berikut memberikan pemahaman bermacam cara yang
dapat dilakukan untuk analisis data sesuai dengan sumber data
berasal. Contohnya data dari perorangan atau masyarakat
dianalisis menggunakan thematic analysis, narrative analysis,
conversation analysis dan discourse analysis. Data berupa teks
dapat dianalisis menggunakan DQA software, content analysis,
dan content driven analysis,

Data dalam dokumen nontekstual dianalisis menggunakan


content analysis, document analysis, atau thematic analysis.
Begitu pula dengan data dalam dokumen berbentuk audio visual
dan online. Penjelasan dari masing-masing cara dapat dibaca
dalam buku ini. Jika ingin mendapatkan pemaparan yang lebih
jelas lagi, kita dapat mencari sumber aslinya. Daftar sumber
bacaan dapat ditelusuri dari daftar pustaka.
Konsep Analisis Data Kualitatif | 29

Sumber Gambar: Nurislaminingsih (2022)


Bab 2

Data dari Perorangan / Masyarakat

Hasil Wawancara
Menelisik aktivitas wawancara, pasti akan tergambar suasana
saling sapa, kenalan, dan usaha untuk menyesuaikan diri agar
saling nyaman dalam berkomunikasi. Pada tahap ini saja sudah
terjadi obrolan (verbal) dan melibatkan komunikasi non-verbal.
Kedua jenis komunikasi di awal (sebelum ke inti wawancara)
sudah menghasilkan data. Selanjutnya percakapan mengarah
pada pencarian data. Saat berbincang-bincang (untuk
mendapatkan data), terkadang diselingi becanda atau kata-kata
yang diluar konteks riset. Semakin lama waktu wawancara,
semakin banyak pula hal yang diobrolkannya. Ini berdampak
pada banyaknya jumlah data yang diperoleh peneliti. Semakin
banyaknya jumlah data berakibat pada semakin kompleks pula
cara menganalisisnya.

Oleh sebab itu Olsen (2012) berujar, kita tidak perlu


membatasi diri pada satu metode analisis saja untuk mengolah
data hasil wawancara yang terpenting kita mengetahui makna
dari metode analisis data; yakni cara mengeluarkan informasi dari
isi wawancara agar menjadi pengetahuan. Berikut beberapa cara
yang dapat dipilih untuk menganalisisnya:

1. Fenomenologi. Kita menganalisis bagaimana serangkaian


peristiwa terjadi.
2. Penafsiran. Peneliti mengartikan apa yang diucapkan oleh
orang yang di wawancara.

31
32 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

3. Analisis tematik isi. Memetakan atau membuat pola inti dari


ucapan informan.
4. Analisis wacana. Menguraikan hal pokok dari apa yang
diutarakan oleh informan
5. Analisis wacana kritis. Mengkritisi konten dari hasil
wawancara.
6. Analisis naratif. Menarasikan apa yang disampaikan oleh
informan.
7. Analisis percakapan. Menganalisis konten dari obrolan saat
wawancara.

Penjelasan tersebut memberi pemahaman bahwa


setidaknya terdapat tujuh niat peneliti untuk melakukan
pengumpulan data wawancara. Hal ini akan berkaitan pada cara
analisis data. Contohnya jika niat wawancara untuk memperoleh
gambaran pengalaman masyarakat tentang peristiwa tertentu,
maka pilihannya analisis fenomenologi. Dengan kata lain
mengingatkan kita bahwa niat kita melakukan wawancara untuk
apa, kemudian selaraskan dengan cara menganalisisnya. Jika
Olsen (2012) mengingatkan tujuan kita melakukan wawancara
agar sejalan dengan tahap awal analisis data, maka Roulston
(2014) memberikan tiga langkah paling dasar untuk analisis data
wawancara meliputi tahapan (1) reduksi data (memilih dan
memilah data yang sesuai); (2) reorganisasi data
(mengelompokkan sesuai tema); dan (3) representasi data
(menyajikan data hasil wawancara).

Roulston (2014) mencontohkan analisis data wawancara


dari pendekatan naratif yang meliputi: (1) pemeriksaan cerita dari
informan (misalnya, teknik penyampaian cerita, struktur kata dan
kalimat); dan evaluasi (2) penggunaan gagasan ‘kognisi naratif’
dalam bercerita (misalnya konten, tema cerita, adakah informasi
Data dari Perorangan / Masyarakat | 33

baru). Guest et al. (2013) berpendapat, pencatatan seperti itu


sangat berguna untuk mengetahui kualitas data yang
dikumpulkan dan mengukur kelayakan data untuk dianalisis. Bila
dirasa masih belum menjawab pertanyaan penelitian, maka
peneliti perlu melakukan wawancara tambahan.

Silverman (2014) memberikan tips dua cara terpenting


untuk memahami pembicaraan dan wacana, yakni dengan
discourse analysis (DA) dan conversation analysis (CA). Inti DA
adalah studi tentang wacana dengan cara mengorganisasikan
pembicaraan, teks yang retoris, dan argumentatif sedangkan inti
CA berupaya menjelaskan metode masyarakat dalam
menghasilkan interaksi percakapan. Analisis DA
menggambarkan serangkaian penelitian ilmu sosial yang
heterogen berdasarkan analisis wawancara dan teks serta
rekaman pembicaraan. DA membahas topik-topik yang seringkali
dekat dengan permasalahan ilmu sosial misalnya
ketidaksetaraan gender. Analisis CA mengulas cara
berkomunikasi verbal (kata, bahasa yang digunakan) dan
komunikasi nonverbal (ketawa, senyum, tatapan mata, intonasi,
gestur tubuh lainnya). Untuk lebih memahami DA dan
perbedaannya dengan CA dapat dilihat dari gambar berikut.
34 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Sumber Gambar: Silverman (2014)

Penjelasan lebih lengkap tentang discourse analysis (DA)


dijelaskan Potter (2004) dalam Silverman (2014) bahwa studi DA
menggunakan transkrip pembicaraan dari lingkungan sehari-hari
atau institusi, yang didasarkan pada transkrip wawancara
terbuka. DA bersifat analitik untuk mempelajari inti wacana atau
pembicaraan dalam praktik sosial dari sisi retoris atau
argumentatif. Analisis DA juga menekankan pada cara
masyarakat memandang dunia atau peristiwa dari aspek
Data dari Perorangan / Masyarakat | 35

psikologis (persepsi, argumentasi, atau sudut pandang). Tiga


konsep yang digunakan dalam penelitian DA adalah:

1. Repertoar interpretatif. Studi DA awal berupaya


mengidentifikasi wacana dari partisipan untuk memahami
gaya bahasa, tata bahasa, majas, dan kosakata.
2. Memahami kepentingan dibalik wacana. Orang-orang
memperlakukan satu sama lain sebagai entitas yang
memiliki motivasi, keinginan atau motif tertentu dalam
tindakan mereka.
3. Konsep skrip atau naskah. Membantu kita memahami cara
para partisipan memperhatikan sisi normatif dari tindakan
mereka. ‘Skrip’ mengacu pada cara-cara partisipan
mengkonstruksi peristiwa dan cara untuk memunculkan ciri
khas dari satu peristiwa yang dideskripsikan sehingga jelas
apa yang dibicarakan.

Silverman (2014) mengakui bahwa studi berbasis DA


berguna untuk memberikan wawasan penting mengenai
pembicaraan berdasarkan masalah sosiologis dan praktis,
seperti komunikasi dokter-pasien atau percakapan guru-murid.
Ada sesuatu yang unik dari inti obrolan mereka karena kedua
orang yang berkomunikasi tidak memiliki kedudukan yang setara
namun mereka terhubung karena saling membutuhkan. DA
memungkinkan untuk memunculkan apa yang unik dari materi
komunikasi mereka.

Cara lain menganalisis hasil wawancara adalah dengan


analisis naratif. Silverman (2014) berpendapat, analisis naratif
biasanya mengadopsi kerangka konstruksionis dan
menggunakan kosakata naratif untuk menyajikan data.
Penjelasan lebih lengkap dapat dipelajari dari tabel berikut.
Sumber Gambar: Silverman (2014)

Riessman dalam Creswell & Poth (2018) memberikan cara analisis naratif, yakni:

1. Analisis tematik. Peneliti mengidentifikasi tema dari cerita informan, kemudian menarasikan
ulang ke dalam tulisan. Narasi ulang ini disajikan dalam hasil penelitian.
2. Analisis struktur makna dari cerita informan. Peneliti dapat menyajikan tulisan laporan penelitian
dalam bentuk komik, satiran, roman, atau bentuk lainnya sesuai dengan makna cerita.
3. Analisis dialogis dari percakapan peneliti dan informan. Pada laporan riset peneliti
menyampaikan pesan atau poin tertentu sesuai dengan tema obrolan dengan informan.

36
Data dari Perorangan / Masyarakat | 37

Hasil Focus Group


Olsen (2012) berpendapat, analisis hasil FGD (Focus Group
Discussion) memerlukan rekaman video lengkap dengan
transkripsinya. Transkrip disini maksudnya naskah hasil ketikan
percakapan dalam video FGD sehingga memudahkan proses
analisis. Peneliti membaca transkrip dan melihat video secara
berulang kali untuk mengetahui inti dari percakapan dan FGD
sekaligus menganalisis komunikasi nonverbal dari video. Cara
menganalisis isi dari FGD dapat dilakukan dengan prinsip DA
(discourse analysis).

Menurut Willig (2014), DA (discourse analysis) berkaitan


dengan cara bahasa mengkonstruksi dan memediasi realitas
sosial dan psikologis. Analisis wacana ini didasarkan pada premis
bahwa kata-kata yang kita pilih untuk berbicara tentang sesuatu,
dan cara kata-kata itu diucapkan atau ditulis, akan membentuk
pengertian atau definisi atau penjelasan tentang sesuatu
tersebut, termasuk penjelasan pengalaman kita terhadapnya.
Intinya, apa yang kita utarakan dalam percakapan adalah hasil
pandangan atau penilaian kita terhadap sesuatu berdasarkan
pengalaman kita namun dalam batasan konteks sosial,
institusional, psikologis, bukan tentang pemikiran dan perasaan
berdasarkan sensitivitas pribadi.

Willig (2014) menambahkan, DA (discourse analysis) selalu


dimulai dengan analisis wacana (apa yang disampaikan oleh
pihak yang berbicara). Analisis analitik wacana berfokus pada
peran bahasa dalam konstruksi fenomena sosial dan psikologis.
Tujuan dari analisis diskursif adalah untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan bahasa (yaitu
pilihan kata, konstruksi tata bahasa, dan berbagai strategi retoris)
diimplikasikan dalam konstruksi versi peristiwa tertentu.
Penelitian diskursif terutama tertarik pada wacana (apa yang
38 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

disampaikan) dibandingkan pada individu atau siapa yang


menyampaikan. Proses DA dapat dilakukan dengan cara:

1. menggutamakan sifat konstruktif dan performatif bahasa,


memberikan perhatian khusus pada efek pilihan kata untuk
mengungkapkan atau mendeskripsikan sesuatu.
2. Memeriksa konteks pembicaraan untuk memunculkan objek
dan subjek yang dibicarakannya.
3. Menganalisis isi pemikiran, dan pengalaman dari pembicara.

Selain dengan DA, hasil FGD juga dapat dianalisis


menggunakan prinsip CA (Conversation Analisis) seperti yang
dikatakan Toerien (2014) bahwa CA berfokus pada 'interaksi
bicara', yakni sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
bahasa yang digunakan oleh dua orang atau lebih saat
berinteraksi. Hal ini mencakup aspek verbal (kata, kalimat,
bahasa) dan nonverbal (gerakan kepala, tatapan mata, dan gerak
tubuh lainnya). Transkrip CA biasanya menunjukkan semua hal
yang diucapkan, termasuk kata-kata yang terhenti, ucapan yang
terbata-bata, suara-suara kecil, senyum, dan tawa. Pada buku ini
juga telah dibahas apa itu CA (conversation analysis) dan cara
menganalisisnya.

Selain cara DA dan CA, Barbour (2014) memberikan saran


umum dalam menganalis data FGD:

1. Analisis percakapan. Berkonsentrasi pada analisis secara


rinci tentang mengenai pergantian (siapa yang berbicara),
jeda pembicaraan, adakah tumpang tindih materi
pembicaraan, apakah terjadi interupsi, apakah ada beda
pendapat dari pihak-pihak yang berbicara, apakah ada
ucapan yang saling menguatkan argumen.
2. Membuat transkripsi konten diskusi berdasarkan isi materi
diskusi (apa yang dilisankan) dan apa yang terbaca dari
Data dari Perorangan / Masyarakat | 39

komunikasi nonverbal. Konten dari komunikasi verbal yang


sejalan dengan komunikasi nonverbal akan menghasilkan
tema percakapan yang selaras. Sebaliknya komunikasi lisan
yang berbeda dengan komunikasi nonverbal akan
menghasilkan tema percakapan yang kontroversi. Hal ini juga
yang harus menjadi perhatian dari peneliti.
3. Identifikasi pola dalam data komunikasi FGD. Ini berguna
untuk mengembangkan kerangka penjelasan “siapa
mengatakan apa dalam konteks apa”.

Cara lain untuk analisis hasil FGD adalah dengan analisis


naratif. Menurut Guest et al. (2013), analisis naratif adalah salah
satu teknik analisis data yang didasarkan pada studi wacana dan
representasi tekstual wacana. Perbedaan dengan CA atau DA
adalah jenis wacana atau teks yang dibahasnya. Pada analisis
narasi yang dibahas adalah cerita dari informan. Cerita ini
menggambarkan mewakili rangkaian peristiwa yang mereka
alami. Cerita mereka kemudian dianalisis dengan cara analisis
naratif dan disajikan dalam bentuk narasi pula. Peneliti dapat
menggunakan latar belakang sosiologi, antropologi, sastra,
psikologi, ilmu kesehatan, dan budaya untuk menarasikan cerita].

Dengan demikian pembaca akan memahami fenomena


(sosial atau alam) yang pernah dirasakan informan. Contohnya
dalam penelitian mengenai tuberkulosis (TB) di daerah kumuh.
Peneliti mendengarkan cerita penderita TB (pengalaman pribadi
seorang perempuan) yang berjuang hidup dengan sakitnya.
Penulis mengkaji data atau cerita tersebut dari sudut pandang
gender dan konsekuensinya terhadap perempuan. Bagaimana
seorang perempuan, dengan statusnya sebagai istri dan ibu
dalam usahanya menyusun strategi untuk mengurangi beban
hidup tersebut (Guest, et al., 2013).
40 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data
Bab 3

Data dalam Dokumen Tekstual

Dokumen Teks
Dokumen teks oleh Silverman (2014) dideskripsikan sebagai
dokumen yang terdiri dari kata-kata dan/atau gambar yang ada
tulisan di dalam gambar tersebut. Contoh dokumen dapat
berbentuk kertas fisik , atau “kertas” dalam bentuk file seperti
blog, email, atau tulisan lain di internet. Bagi Rapley & Rees
(2018) dokumen teks, baik teks berbasis kertas maupun teks
yang dimediasi komputer, dalam ranah penelitian dapat dilihat
dengan cara:

• Identifikasi deskripsi fisik dokumen, mulai dari eksplorasi


jenis dokumen, sejarah dokumen tersebut, sifatnya yang
statis atau dinamis, dan lain sebagainya.
• Evaluasi sejauh mana dokumen-dokumen yang
dikumpulkan dapat mendukung teoritis, praktis dan
metodologis penelitian.

Sehubungan dengan manfaat dokumen tekstual bagi


proses penelitian, Silverman (2014) memberikan daftar
keuntungan dokumen teks. Berikut rinciannya:

41
Sumber Gambar: Silverman (2014)

Untuk mendukung proses penelitian, dokumen teks perlu dianalisis agar sesuai dengan tujuan
riset. Kerangka analisis teks pada riset kualitatif dapat dipelajari dari gambar Guest et al. (2013) berikut
ini:

42
Sumber Gambar: Guest et al. (2013)

43
44 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

O’Leary (2004) berpendapat, analisis dokumen merupakan


alat penelitian untuk mengumpulkan, mengkaji, menginterogasi,
dan menganalisis berbagai bentuk 'teks' tertulis sebagai sumber
utama data penelitian. Analisis dokumen mengacu pada metode
pengumpulan data, review, interogasi, dan analisis berbagai
bentuk teks. Saat pengumpulan dokumen, peneliti sudah harus
memulai analisis dokumen yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Misalkan berdasarkan status kepemilikan dokumen (pribadi,
organisasi, komunitas) berbasis kertas atau multimedia, catatan
historis dokumen, dan kontennya. Proses tersebut memerlukan
perencanaan yang matang, tinjauan komprehensif, serta
kemampuan analisis yang tepat.

Silverman (2014) memberi triger untuk memudahkan kita


dalam analisis data teks yakni dengan cara memetakan isi teks
kedalam beberapa tema. Cara ini lazim kita kenal dengan istilah
analisis tematik kualitatif. Tiga isu utama analisis tematik kualitatif
antara lain:

1. Bagaimana cara memilih materi yang ada dalam teks?.


2. Bagaimana memberi penilaian pada konteks yang ada dalam
teks?.
3. Bagaimana cara terbaik untuk menyajikan hasil interpretatif
dari dokumen?.

Solusi dari pertanyaan tersebut bisa kita dapatkan dari


penjelasan O'Leary & Hunt (2017) berikut, bahwa untuk
melakukan analisis tekstual peneliti perlu:

Membuat perencanaan sedetail mungkin seperti dokumen


apa yang dibutuhkan, siapa saja yang akan terlibat mencari
dan menganalisis, di mana lokasi dokumen dan lokasi
analisis, kapan akan dilakukan, bagaimana proses pencarian
Data dalam Dokumen Tekstual | 45

dan analisis data, apa saja kendala yang mungkin akan timbul
dan apa alternatif solusinya.
Meninjau kredibilitas dokumen teks yang dipilih dengan
menganalisis siapa pembuatnya/penulis/pencipta, siapa saja
audiensnya, bagaiman gaya bahasa, informasi latar belakang
sosial budaya dibalik dokumen, dan konten utama dalam
dokumen.
Menganalisis lebih dalam konten di dalam dokumen sedetail
mungkin kemudian evaluasi isi teks yang paling sesuai untuk
menunjang riset.

Thematic Analysis
Analisis tematik adalah metode untuk menganalisis data kualitatif
dengan cara mencari dan mengidentifikasi ide-ide dalam suatu
kumpulan data tekstual secara berulang kali. Ide-ide inilah yang
disebut tema. Tema dapat berupa ide implisit atau eksplisit yang
ada dalam kumpulan data. Setelah menemukan tema, langkah
selanjutnya adalah proses interpretatif secara induktif dari setiap
tema yang ditemukan. Pada prosesnya, peneliti tidak menghitung
berapa jumlah kata atau tema yang muncul, tidak mengukur data
atau menguji teori yang sudah ada sebelumnya dan tidak
melibatkan analisis statistik (Riger & Sigurvinsdottir, 2016).

Braun & Clarke (2006) dalam kaitannya dengan penelitian,


tema menangkap sesuatu yang penting dalam data, menjawab
pertanyaan penelitian, mewakili responden, mepresentasikan
sumber data dokumen, dan menghadirkan makna yang terpola
dari kumpulan data. Hasil paling nyata dari TA adalah
melaporkan pengalaman, memunculkan makna,
mengungkapkan realitas partisipan, menjelaskan cara-cara,
menggambarkan peristiwa atau fenomena, dan menguraikan
46 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

berbagai wacana yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu,


analisis tematik dapat menjadi metode yang berfungsi untuk
merefleksikan realitas dan menyingkap atau mengungkap
permukaan realitas yang masih “terpendam” dalam masyarakat.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, analisis tematik


adalah metode untuk mengidentifikasi, menganalisis dan
menghadirkan pola (tema) dalam kumpulan data yang didapat
peneliti. Analisis tematik mengatur, mengorganisasikan dan
mendeskripsikan kumpulan data agar memiliki makna. Analisis
tematik dilakukan pada seluruh kumpulan data, baik itu dari
wawancara, FGD, serangkaian teks, dan data lainnya untuk
menemukan tema atau pola makna (Braun & Clarke, 2006).

Braun & Clarke (2006) mengingatkan bahwa thematic


analysis (TA) berbeda dari metode analitik lain yang berupaya
mendeskripsikan pola di seluruh data kualitatif seperti Discourse
Analysis, (DA), analisis dekomposisi tematik atau grounded
theory. Ketiganya memerlukan teori untuk memandu peneliti
melakukan analisis tema. TA tidak memerlukan pengetahuan
teoritis. Bahkan peneliti tidak memerlukan perangkat teknologi
untuk menganalisis tema. TA menawarkan bentuk analisis yang
lebih mudah dan sederhana, terutama bagi mereka yang baru
memulai karir penelitian kualitatif karena peneliti cukup membaca
teks berulang kali, peneliti akan merasakan dan menemukan
tema-tema bahkan subtema-subtema.

Riger & Sigurvinsdottir (2016) juga mengingatkan analisis


tematik memiliki kemiripan dengan grounded theory karena
grounded theory juga berupaya mengidentifikasi pola tema.
Persamaan lain adalah analisis tematik dan grounded theory
sama-sama dapat diarahkan untuk mendukung dan
mengembangkan teori. Perbedaannya ada pada pelaksanaan
analisis data. Data grounded theory dapat dianalisis saat mulai
Data dalam Dokumen Tekstual | 47

pengumpulan data dan berkelanjutan sampai data selesai


dikumpulkan. Grounded theory memungkinkan adanya revisi
data (penambahan dan pengurangan data). Sebaliknya, dalam
analisis tematik, analisis data dimulai saat semua data terkumpul,
tidak ada penambahan atau pengurangan data.

Meski analisis tematik tidak terikat pada kerangka teori yang


sudah ada sebelumnya, menurut Braun & Clarke (2006), TA
dapat digunakan dalam kerangka teori yang berbeda. Braun &
Clarke (2006) menegaskan, meskipun memiliki kesamaan
dengan grounded theory atau interpretative phenomenological
analysis (IPA), thematic analysis (TA) bukanlah pendekatan atau
metodologi. Analisis tematik adalah metode untuk
mengidentifikasi dan menganalisis pola dalam data kualitatif. TA
fleksibel karena tidak memerlukan kepatuhan terhadap teori
bahasa tertentu karena dapat diterapkan dalam berbagai
kerangka teoritis, dari esensialis hingga konstruksionis. TA juga
cocok untuk berbagai kepentingan penelitian dan perspektif
teoretis.

Selain itu menurut Braun & Clarke (2006), thematic analysis


TA berguna sebagai metode dasar atau paling sederhana dalam
analisis data karena:

a. TA fleksibel untuk berbagai pertanyaan penelitian, mulai dari


pertanyaan tentang pengalaman, pemahaman masyarakat,
tentang representasi dan konstruksi fenomena tertentu.
b. TA dapat digunakan untuk menganalisis berbagai jenis data,
mulai dari transkrip wawancara atau FGD, dokumen tekstual,
hingga analisis konten dalam media.
c. TA juga dapat diterapkam pada beragam kumpulan data, baik
itu besar, banyak, sedikit atau kecil.
d. TA dapat diterapkan untuk riset yang bertujuan mendukung
atau menghasilkan teori.
48 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Braun & Clarke (2006) menambahkan, salah satu


keungguan dari analisis tematik adalah fleksibilitasnya. Sifat
fleksibelnya TA memberikan dua manfaat:

1. Dapat diterapkan pada analisis percakapan, analisis


fenomenologis interpretatif, grounded theory, analisis
wacana, atau analisis naratif.
2. Metodenya independen terhadap teori dan epistemologi
namun dapat diterapkan pada berbagai pendekatan teoretis
dan epistemologis. Meskipun sering (secara implisit) dibingkai
sebagai metode realis/eksperiensial, analisis tematik
sebenarnya kompatibel dengan paradigma esensialis dan
konstruksionis dalam psikologi. Melalui sifat bebasa
teoritisnya, TA adalah metode analisis yang mudah
diterapkan, memberikan peulang gambaran data yang kaya
dan rinci serta kompleks.

Braun & Clarke (2006) menjelaskan, ada dua tingkatan


dalam analisis tematik:

1. Tingkat semantik atau eksplisit. Tema diidentifikasi dalam


makna eksplisit dari data. Peneliti tidak mencari apa pun di
luar apa yang dikatakan informan atau yang tertulis dalam
teks. Peneliti kemudian mendeskripsikan setiap tema yang
ditemukan.
2. Tingkat laten atau interpretatif. Analisis yang lebih dalam
dibanding semantik. Analisis tematik pada tingkat laten
dimulai dengan mengidentifikasi atau memeriksa ide-ide,
asumsi, konseptualisasi, dan ideologi dari data. Selanjutnya
peneliti menginterpretatif dari hasil identifikasi tersebut.
Hasil dari analisis tingkat laten bukan sekadar deskripsi,
melainkan teori.
Data dalam Dokumen Tekstual | 49

Berikut tahapan melakukan analisis data dengan metode


thematic analysis:

Doing thematic analysis: a step-by-step guide:

Sumber Gambar: Braun & Clarke (2006)

Inductive Thematic Analysis


Inductive thematic analysis merupakan metode analisis data
kualitatif yang paling umum digunakan dalam ilmu sosial,
perilaku, dan kesehatan. Berbagai data dapat dianalisis
menggunakan analisis tematik induktif, seperti data wawancara
(yang sudah diubah dalam bentuk teks), hasil observasi (yang
sudah diubah menjadi tulisan), dan analisis dokumen teks.
Prosesnya terdiri dari membaca data tekstual, mengidentifikasi
tema-tema dalam data, mengkodekan tema-tema tersebut, dan
kemudian menafsirkan struktur dan isi tema-tema (Guest et al.,
2013).

Guest et al. (2013) menambahkan, grounded theory


merupakan salah satu contoh jenis analisis tematik induktif. Ciri
khasnya adalah adanya pembuatan teori dari data yang sudah
didapat selama riset. Peneliti menggunakan “metode
perbandingan konstan” yang mengharuskan semua segmen teks
dibandingkan dan dikontraskan satu sama lain secara sistematis
50 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

dan terus direvisi seiring dengan pengumpulan dan analisis data


secara progresif. Analisis tematik induktif memiliki karakteristik
“serangkaian prosedur yang cermat namun induktif, yang
dirancang untuk mengidentifikasi dan memeriksa tema-tema dari
data tekstual dengan cara yang transparan dan kredibel. Analisis
induktif merepresentasikan fakta-fakta (data) khusus untuk
kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Dalam
hubungannya dengan grounded theory, fakta-fakta khusus ini
yang menjadi dasar pembuatan teori. Analisis induktif bersifat
deskriptif atau eksploratif.

Berbicara tentang data tekstual, para peneliti pasti familiar


dengan istilah data wawancara, hasil observasi, analisis
dokumen dan studi literatur. Data wawancara umumnya dalam
bentuk rekaman (rekaman obrolan) atau tulisan (saat wawancara
peneliti mencatat apa saja penjelasan dari informan). Rekaman
wawancarapun umumnya akan di tulis ulang sehingga
menghasilkan teks yang mudah di baca dan dianalisis. Hasil
observasipun sama, ending-nya akan diubah dalam bentuk
narasi kondisi lapangan yang dilihat peneliti. Hal serupa juga
berlaku pada hasil dari analisis dokumen teks. Hasil pencarian
dan pengolahan data tersebut kemudian di analisis. Guest et al.
(2012) menyarankan analisis data kualitatif dalam dua cara;
content-driven analysis (untuk riset yang bertujuan eksplorasi)
dan hypothesis-driven analysis (untuk riset yang bertujuan
konfirmasi). Perbedaan dari keduanya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Data dalam Dokumen Tekstual | 51

Sumber Gambar: Guest et al. (2012)

A Content-Driven Analysis
Menurut Guest et al. (2013), analisis isi dokumen, gambar, dan
objek pada penelitian kualitatif memiliki tujuan eksplorasi. Teknik
analisisnya berbasis konten yang mengidentifikasi tema-tema
secara induktif. Guest et al. (2012) berpendapat, analisis
eksplorasi adalah pendekatan induktif berbasis konten yang
diasosiasikan oleh sebagian besar peneliti dengan penelitian
kualitatif. Dalam analisis eksploratif, penekanannya ada pada
apa yang muncul dari interaksi antara peneliti dan responden. Isi
interaksi tersebut mendorong pengembangan kode dan
identifikasi tema. Hasil analisis disampaikan dalam format
deskriptif.

Guest et al. (2013) menjelaskan, Content-Driven


(Exploratory) Document Analyses mempunyai sifat induktif dan
orientasinya bersifat eksploratif. Tema, kode, dan item muncul
dari data yang sedang dianalisis. Tidak ada kategori khusus yang
baku dalam prosesnya sebab saat analisis data, peneliti akan
secara otomatis merasakan adanya tema dan bisa
mengimajinasikan pola dari tema-tema yang ia temukan. Analisis
biasanya bersifat deskriptif, dengan cara menguraikan tema-
52 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

tema utama yang diidentifikasi dalam data. Salah satu cara


pengelompokkan tema dari dokumen teks dicontohkan Guest et
al. (2013) berdasarkan laporan Corporate Social Responsibility
(CSR) dari Top Three Theme Parks:

Sumber Gambar: Guest et al. (2013)

Saat studi eksplorasi, peneliti dengan cermat membaca dan


terus membaca ulang data, mencari kata kunci, tren, tema, atau
ide dalam data. Studi eksplorasi umumnya didasarkan pada
sampel nonprobabilistik dari informan penelitian dan
menghasilkan data primer. Studi eksploratif tidak diawali dengan
hipotesis namun hasil analisisnya bisa digunakan untuk
menghasilkan hipotesis (untuk penelitian lebih lanjut). Dengan
kata lain, hasil dari penelitian eksploratif dapat menjadi sumber
inspirasi bagi penelitian lanjutan atau penelitian lain yang sejenis.
Bahkan penelitian eksplorasi dapat digunakan untuk membangun
model teoritis yang mendukung studi grounded theory (Guest et
al., 2012).
Data dalam Dokumen Tekstual | 53

Applied Thematic Analysis


Pendekatan ATA (applied thematic analysis) adalah serangkaian
prosedur induktif, yang dirancang untuk mengidentifikasi dan
memeriksa tema dari data tekstual dengan cara yang transparan
dan kredibel. Metode ini menggunakan berbagai perspektif
teoritis untuk menyajikan cerita dan pengalaman informan
seakurat dan sekomprehensif mungkin. Sesuai dengan
namanya, proses analisis tematik terapan dilakukan mirip dengan
eksperimen mini yang menggabungkan tema-tema sehingga
memiliki makna untuk menghasilkan model-model tematik.
Proses analisis tematik terapan dilakukan berulang saat
mengidentifikasi tema dan menentukan batasan di tema tersebut
sehingga diperoleh peta alur tema yang dapat dijadikan model
hasil eksperimen (Guest et al., 2012).

Guest et al. (2012) menyebutkan beberapa istilah yang lekat


dengan analisis tematik terapan:

1. Data: Representasi tekstual dari percakapan, wawancara,


FGD, observasi, atau data tekstual lainnya.
2. Tema. Suatu kesatuan makna yang diamati (diperhatikan)
dalam data oleh pembaca teks.
3. Code. Deskripsi tekstual tentang batasan semantik suatu
tema atau komponen suatu tema.
4. Codebook. Ringkasan kode terstruktur yang mencakup
deskripsi tentang bagaimana kode-kode tersebut terkait satu
sama lain sehingga didapat tema dan penjelasannya.
5. Coding. Proses di mana analis kualitatif menghubungkan
kode tertentu ke segmen data tertentu. Tema yang ada
dikelompokkan yang sejenis dan berbeda, diberi penjelasan
persamaan dan perbedaannya.
54 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Guest et al. (2012) mencontohkan langkah-langkah applied


thematic analysis:

1. Segmentasi Teks. Analisis tematik terapan banyak


memanfaatkan segmentasi teks dengan cara memilih,
memilah, mengelompokkan, dan memposisikan teks
berdasarkan karakternya sehingga diperoleh kesamaan,
perbedaan, dan hubungannya. Hal ini berguna untuk
identifikasi dan deskripsi sejumlah tema utama dan subtema
yang menyertainya.
2. Hubungan antara segmentasi dan coding. Proses segmentasi
teks, identifikasi tema, dan pengkodean konten bukanlah
proses yang berbeda. Saat identifikasi segmen teks, kita
memerlukan kode, catatan, kueri, atau tag. Fokus utama
analisis tematik terapan adalah analisis empiris yang
menggabungkan tema-tema sehingga memiliki makna untuk
menghasilkan model-model tematik lengkap dengan
penjelasannya. Peneliti dapat menggunakan frekuensi,
matriks, dan/atau cluster untuk mengelompokkan tema.
3. Sentralitas codebook. Salah satu komponen terpenting dari
analisis tematik terapan adalah codebook yang memandu
analisis diskrit, yakni analisis tema dan makna kemudian
diurutkan secara sistematis ke dalam kategori, jenis, dan
hubungan makna.
4. Coding. Tidak ada aturan baku dalam coding karena peneliti
dapat membuat kode sendiri untuk tema yang ditemukan dari
teks. Pengkodean untuk konten dalam analisis tematik
terapan dimulai dengan meninjau tujuan analitik dan
membaca teks secara berulang agar menghasilkan tema
dengan makna dan interpretasi tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian.
5. Menemukan tema dan menjabarkan keterangan dari masing-
masing tema.
Data dalam Dokumen Tekstual | 55

6. Menghubungkan tema ke model teoritis dengan cara


memetakan antara teori yang mendasari riset dengan cara
pengumpulan data, antara pengumpulan data dengan bukti
yang dihasilkan, antara bukti dan teori. Langkah selanjutnya
adalah mensintesis temuan sehingga menghasilkan model
yang dapat digunakan untuk penelitian yang bertujuan
menerapkan model.

Guest et al. (2012) memberikan contoh analisis tematik


terapan dari data wawancara kualitatif mencakup berbagai topik
terkait dengan cara masyarakat mengalami dan memahami
komunitas. Teks hasil wawancara dibaca, diberi kode, dibuatkan
codebook-nya, dilakukan coding, membuat matriks numerik
untuk mengumpulkan kode-kode yang sama, dianalisis secara
klaster untuk mengidentifikasi elemen-elemen inti yang
mendefinisikan komunitas. Analisis klaster membantu
mengidentifikasi kesamaan atau kemiripan definisi kata
komunitas dari para partisipan. Hasil dari analisis adalah definisi
tentang komunitas.

Cara Analisis Data Tekstual Lainnya


Creswell (2016) berujar, pada dasarnya keseluruhan proses
analisis data kualitatif bersifat induktif. Coding adalah bagian
penting dalam prosesnya. Tidak perlu terlalu mendalam
memikirkan cara melakukan coding karena bisa dilakukan secara
manual. Membaca teks, menemukan beberapa poin yang
penting, memberi warna (stabilo) pada inti bacaan, menandai
(memberi kode khusus pada bagian yang penting) adalah
rangkaian cara sederhana dalam coding. Langkah ini
memudahkan analis menangkap beberapa tema dan subtema
56 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

dalam teks. Tema dan subtema kemudian dikelompokkan,


diinterpretasi, dan dideskripsikan sesuai dengan topik penelitian.

Lebih lengkap Creswell (2016) menjelaskan langkah-


langkah analisis data teks untuk penelitian kualitatif:

Langkah pertama dalam analisis adalah menyediakan


database teks. Pangkalan data untuk teks juga tidak harus
berupa database sekelas fasilitas untuk big data. Kita
membuat folder untuk menyimpan beberapa file word di
komputer ini juga dapat disebut dengan pangkalan data.
Bagian paling penting dari pangkalan data adalah
kegunaannya untuk memudahkan pencarian teks.
Langkah selanjutnya adalah melakukan prosedur umum
analisis data kualitatif yakni membaca teks secara perlahan,
membuat catatan tentang beberapa poin utama dari bacaan,
dan melakukan coding. Satu tema diberi satu kode yang sama
sehingga secara otomatis akan didapat beberapa kode
dengan tema berbeda.
Mengelompokkan kode serupa (untuk mendapatkan isi teks
dengan tema yang sama) dan kode yang berbeda (untuk
mendapatkan isi teks dengan tema yang berbeda). Kita juga
bisa menggunakan fitur di komputer (software) menyimpan,
menganalisis, melaporkan, dan memvisualisasikan kode dan
tema.
Berhati-hati dalam mengolah data mentah hingga
memberikan kode. Sebelum memberikan kode untuk
menandai tema, terlebih dahulu kita membaca teks baris demi
baris untuk mendapatkan makna dari tulisan. Perhatikan pula
tanda baca karena setiap tanda baca mengandung arti.
Mengubah data mentah menjadi tema. Data yang sudah
diberi kode menandakan bahwa data tersebut mengandung
informasi yang penting, yang menjawab pertanyaan riset.
Data dalam Dokumen Tekstual | 57

Kode-kode ini mewakili tema baik yang sama, serupa,


ataupun berbeda. Masing-masing tema dideskripsikan untuk
kemudian digunakan sebagai narasi di hasil penelitian.

Sebagai informasi tambahan, berikut contoh cara meng-


coding data teks:

Sumber Gambar: Silverman (2014)


58 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

O'Leary (2004) memberikan cara lain untuk menganalisis


dokumen tertulis (yang dikumpulkan melalui survei dan
observasi) untuk mengetahui isi dan/atau temanya. Dengan
catatan dokumen tersebut merupakan teks asli dari masyarakat,
bukan yang dihasilkan oleh peneliti (dokumen teks yang
dihasilkan peneliti contohnya ketikan menyalin percakapan
wawancara). Dokumen teks buatan masyarakat tidak melibatkan
peneliti dalam pembuatannya, artinya sudah ada sebelum
peneliti datang, contohnya data sensus, artikel surat kabar, arsip
sejarah, atau notulensi perusahaan. Berikut tahapan analisis
dokumen teks:

The Steps in Document Analysis


PLAN 1. Create a list of documents you wish
to explore.
2. If any documents are considered
‘sensitive’, seek ethics approval.
3. Do preliminary groundwork to
determine whether they will be
accessible.
4. Consider and plan for any translation
needs.
5. If there are too many documents for
analysis, develop an appropriate
sampling strategy.
6. Consider what types of data you wish
to gather from the documents.
GATHER 7. Gather relevant documents – be
prepared for hiccups.
8. Develop and employ a scheme for
organizing and managing the
documents.
9. 9. Make copies of original documents
that can be annotated.
Data dalam Dokumen Tekstual | 59

REVIEW 11. Assess the authenticity and credibility


of the ‘text’.
12. Explore the ‘agenda’ of the document
and look for any biases.
INTERROGATE 13. Extract background information on
author, audience, purpose, style.
14. Explore content – this can be done by
occurrence, or by themes and issues.
15. Look for ‘witting evidence’ (what the
document was meant to impart) and
‘unwitting evidence’ (everything else
you can glean from the documents).
REFLECT/REFINE 16. View document analysis as an
iterative and ongoing process.
17. Reflect on any difficulties associated
with gathering the data, reviewing the
sources, and exploring the content.
18. Modify the plan based on your
reflections.
19. Gather, review, and interrogate
additional documents as needed.
ANALYZE DATA 20. Work through analysis and
management of the data!
Sumber Tabel: O’Leary (2004)
60 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data
Bab 4

Data dalam Dokumen Nonteks –


Nonaudio Visual

Foto, Gambar, Lukisan


Menurut O’Leary (2004), istilah dokumen dapat merujuk pada
lebih dari sekedar kertas, namun juga dapat mencakup foto,
karya seni, bahkan program televisi. Serupa dengan pernyataan
tersebut, Guest et al. (2013) menjelaskan bahwa variasi
“dokumen” visual mencakup hal-hal seperti gambar TV atau film,
foto, dan gambar. Silverman (2014) berpendapat, gambar juga
bagian dari data penelitian. Contohnya foto ‘selfie’ yang secara
rutin digunakan di media sosial. Para peneliti dapat mengkaji cara
pengguna menampilkan diri mereka dalam bentuk gambar dan
bagaimana respon orang yang melihat postingan tersebut
berdasarkan latar belakang pengguna. Menurut Guest et al.
(2013), analisis dokumen terdiri dari pemilihan (bukan
menghasilkan) dokumen, baik tekstual maupun visual, dan
menganalisis isinya.

Saldaña (2011) mengingatkan, gambar visual juga


merupakan teks. Karya seni visual yang beragam seperti sketsa,
potret, kolase, foto, dan lukisan sesungguhnya mengandung
“teks” yang dapat kita baca. “Teks” (kiasan untuk sketsa, potret,
kolase, foto, dan lukisan) ini kita ubah menjadi teks
sesungguhnya (kalimat) untuk memudahkan siapapun yang
melihat gambar mengenali arti dari objek yang ada dalam

61
62 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

gambar. Silverman (2017) memberikan tips memulai


pengumpulan sekaligus analisis data visual:

1. Apa isi setiap foto atau gambar?


2. Siapakah orang-orang dan benda apa saja yang ditampilkan?
3. Apa arti pose orang atau posisi benda yang ada dalam
gambar?
4. Kaitan antara objek gambar dengan kehidupan masyarakat.
Foto, lukisan, atau gambar lainnya dibuat oleh masyarat,
terinspirasi dari kehidupan masyarakat, dan ditujukan untuk
dilihat oleh masyarakat pula. Hal ini juga memungkinkan
relevan dengan tujuan penelitian.

Maksud dari keempat poin tersebut adalah kita


menarasikan apa yang ada di sketsa, potret, kolase, foto, dan
lukisan: bentuknya apa saja, bagaimana latarnya, apa makna dari
warna, adakah cerita khusus dibaliknya, dan apapun yang kita
lihat di sketsa, potret, kolase, foto, dan lukisan. Dengan demikian,
hasil narasi kita akan menjadi teks yang berisi deskripsi tentang
objek dalam dokumen-dokumen tersebut.

Selaras dengan pernyataan tersebut, Neuman (2014)


menjelaskan, foto, kata-kata tertulis, frasa, atau simbol adalah
data kualitatif yang menggambarkan atau mewakili orang,
tindakan, dan peristiwa dalam kehidupan sosial. Untuk
menganalisis data kualitatif, tidak dapat menggunakan analisis
statistik melainkan harus menganalisis makna dari masing-
masing data visual tersebut. Banks (2014) memberikan
penjelasan cara analisis visual. Inti dari analisis visual adalah
membaca gambar. Analisis visual dapat dilakukan dengan cara
berikut:
Data dalam Dokumen Nonteks – Nonaudio Visual | 63

Ø Peneliti mengamati gambar yang hendak diteliti. Peneliti juga


dapat membuat sendiri gambar yang mendukung riset.
Membuat sendiri disini bukan berarti menciptakan produk
baru. Peneliti dapat mengambil foto dari dokumen visual yang
hendak dianalisis.
Ø Coding untuk membuat tema. Gambar yang ada dianalisis
intinya menemukan tema kemudian di beri kode untuk
memisahkan tema yang sama dan yang berbeda.
Ø Diskusi dengan masyarakat (yang menjadi objek foto atau
bertempat tinggal di lokasi yang terekam dalam foto) untuk
menterjemahkan arti gambar. Kita juga dapat berdiskusi
dengan mereka untuk menilai tema dan code yang kita buat
apakah sudah tepat. Penjelasan dari masyarakat akan
memunculkan makna sesungguhnya dari latar tempat dan
fenomena yang ada pada gambar tersebut.
Ø Deskripsikan tema pada gambar kemudian dituliskan menjadi
sebuah narasi dari masing-masing gambar.

Khusus untuk dokumen visual berupa foto, Eberle (2018)


mencoba mengaitkan pentingnya dokumen foto bagi penelitian
tentang budaya. Ia menganggap sebagian besar ilmuwan sosial
tidak menggunakan fotografi secara sistematis dalam penelitian
mereka padahal foto menggambarkan “teks antropologi”. Di
dalam foto terdapat aktivitas masyarakat, bentuk artefak,
bermacam ritual etnis, dan gambaran lain yang mewakili budaya
di suatu wilayah. Foto berguna untuk memperkuat dan
memperkaya analisis tekstual etnografis.

Eberle (2018) menambahkan, untuk menjadikan foto bagian


dari penelitian, foto harus diinterpretasikan terlebih dahulu agar
jelas sebenarnya foto tersebut adalah foto apa, siapa saja tokoh
di dalamnya, apa saja objeknya, dan di lokasi mana. Interpretasi
64 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

ini harus diberikan melalui penjelasan verbal dan dikaitkan


dengan konsep teoretis. Teoretis disini maksudnya, dalam
menginterpretasi makna foto, kita lakukan berdasarkan ilmu
(yang sesuai dengan konteks foto dan tema penelitian). Peneliti
tidak diperbolehkan sekedar menebak makna di balik foto tanpa
adanya dasar teori yang digunakan dalam riset. Sebuah proyek
penelitian harus berujung pada kesimpulan yang diinformasikan
secara teoritis.

Lebih jauh Eberle (2018) menjelaskan, penggunaan


fotografi sebagai alat penelitian dalam kerja lapangan etnografi
terdiri dari tiga fase utama:

1. Fase eksplorasi. Bekerjasama dengan masyarakat yang


sedang diteliti untuk melihat dokumen foto yang mereka miliki,
meminta izin untuk reproduksi (memfoto ulang), dan meminta
bantuan mereka untuk menjelaskan isi foto tersebut. Peneliti
juga dapat melakukan fotografi kondisional saat berada di
tengah masyarakat untuk menangkap gambaran aktivitas
mereka seperti ritual, interaksi, transaksi di pasar.
2. Fase menyesuaikan bukti visual dengan fokus penelitian.
Mengumpulkan foto, mencocokan dengan pertanyaan riset,
dan mengambil keputusan apakan bukti visual tersebut sudah
cukup untuk menjawab kebutuhan penelitian. Jika belum,
maka peneliti mencari dokumen baru (yang sudah ada di
masyarakat/milik orang), atau menciptakan dokumen foto
sendiri (memfoto lingkungan penelitian).
3. Menganalisis setiap isi foto yang dianggap sudah memenuhi
kebutuhan riset (sesuai dengan teori yang digunakan dalam
penelitian). Kemudian menulis melakukan sintesis hasil
menafsirkan foto agar dapat menjadi temuan empiris.
Data dalam Dokumen Nonteks – Nonaudio Visual | 65

Eberle (2018) juga menjelaskan bentuk lain dari dokumen


visual adalah gambar. Gambar sendiri memiliki banyak makna,
namun pada pembahasan ini dipersempit dengan gambar bukan
foto sebab gambar berbeda dengan foto. gambar adalah hasil
imajinasi masyarakat sedangkan foto adalah tangkapan objek
benda, fenomena dan aktivitas masyarakat. Gambar dapat
berupa lukisan, coretan tangan yang membentuk benda (baik
benda abstrak maupun konkrit), atau hasil goresan pena digital
(menggambar di komputer), termasuk gambar editan. Sama
halnya dengan foto, gambar juga dapat menjadi bukti penunjang
penelitian. kitapun perlu menganalisis gambar agar dapat
menjadi bagian dari narasi hasil penelitian.

Sebelum membahas lebih jauh perihal gambar dan


kaitannya dengan penelitian, ada baiknya kita mengulas tentang
gambar yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari, baik
secara sadar atau tidak. Jika kita membutuhkan gambar tersebut,
saat kita melihatnya, secara otomatis kita juga mengerti
manfaatnya. Lambang negara yang kita lihat akan kita maknai
sebagai represetasi dari filosofi yang dianut oleh masyarakat di
negara tertentu. Gambar rambu-rambu lalu lintas kita gunakan
sebagai navigasi dalam berkendara. Saat kita dalam perjalanan
dan merasa lapar, maka kita akan mencari gambar logo restoran
untuk menemukan tempat makan. Saat kita hendak mengurus
keuangan, dalam perjalanan kita akan mencari logo bank. Ini
adalah contoh kedudukan makna gambar bagi masyarakat. Kita
tidak hanya menghafal bentuknya, namun juga mengerti
maknanya.
66 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Menurut Eberle (2018) analisis gambar dapat dilakukan


pendekatan semiotik, yakni dengan cara:

1. Membaca objek visual sebagai tanda (sintaksis). Gambar


berperan sebagai alat komunikasi tak langsung dan bukan
lisan. Misalnya, saat kita melihat gambar tertentu, maka kita
langsung mengerti bahwa ini adalah tanda bahaya. Ini artinya,
gambar tersebut mengkomunikasikan sesuatu yang dapat
memberi dampak buruk bagi masyarakat.
2. Membaca simbol. Gambar jenis ini merupakan bentuk
ungkapan bukan lisan tentang konsep, cara hidup, dan makna
filosofi yang dianut oleh masyarakat pemilik lambang.
Contohnya lambang negara, logo provinsi, dan simbol lainnya
yang mewaliki komunitas tertentu.
3. Membaca kode sebagai bentuk arahan apa yang harus kita
lakukan.
4. Lukisan atau gambar buatan tangan lainnya menceritakan
tentang karakter seni tertentu yang diusung pembuatnya.
5. menginterpretasikan objek dalam gambar. Semua gambar,
meski memiliki bentuk yang berbeda, adalah objek yang
memiliki arti. Gambar dibuat untuk mewakili sesuatu. Hal ini
yang menjadi tugas peneliti, untuk memunculkan makna
dibalik gambar.

Dokumen Warisan Budaya / Artefak


Posisi dokumen sebagai bagian penting dalam riset kualitatif
disampaikan Coffey (2014). Ia menganggap bahwa dokumen
tidak boleh dianggap sebagai pengganti data jenis lain sebab
dokumen adalah ‘fakta sosial’, yaitu dokumen yang diproduksi,
dibagikan, dan digunakan dengan cara yang terorganisir oleh
masyarakat. Dokumen dapat memberi tahu kita banyak hal
Data dalam Dokumen Nonteks – Nonaudio Visual | 67

tentang lingkungan sosial atau kehidupan individu. Oleh sebab


itu jika kita meneliti tentang masyarakat, maka kita juga perlu
menganalisis dokumen yang memang produk dari budaya
mereka.

Menurut Saldaña (2011), analisis benda budaya dapat


dilakukan dengan cara content analysis. Analisis isi adalah
pemeriksaan sistematis terhadap material budaya (misalnya
artefak, peninggalan sejarah, dan lain-lain yang
merepresentasikan budaya tertentu) dengan cara:

1. Menggali makna dasar dari benda budaya. Kita analisis nama


benda, bentuknya dan bagaimana masyarakat mempersepsi
benda tersebut secara umum (sakral, sangat penting, benda
khusus milik orang tertentu, benda bersifat publik, dan lain
sebagainya).
2. Mendeskripsikan makna laten yakni makna yang sugestif,
konotatif, dan subtekstual. Makna sugestif maksudnya benda
budaya dapat memantik siapa yang melihatnya untuk
menjelaskan makna (filosofi, manfaat, fungsi, atau kegunaan)
dibalik benda. Makna konotatif artinya adakah makna kiasan
dari benda tersebut. Makna subtekstual yang sudah tertulis
(biasanya ada catatan masyarakat yang menyertai produk
budaya tertentu).

Jenis dokumen yang merepresentasikan budaya dijelaskan


oleh O’Leary & Hunt (2017) yang membagi kedalam klasifikasi
berikut :

1. Dokumen kontemporer, yakni dokumen yang terkait dengan


waktu. Misalnya surat pernyataan berdirinya institusi.
2. dokumen sejarah, yang membuktikan atau sebagai sakti bisu
peristiwa sejarah.
68 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

3. artefak, bukti buatan masyarakat dari budaya tertentu.

O’Leary & Hunt (2017) menambahkan, keahlian analisis


sejarah diperlukan untuk data yang berkaitan dengan budaya.
Analisis dokumen budaya dapat dilakukan dengan cara:

1. Mencocokan dokumen dengan kebenaran, dalam arti


dokumen tersebut sebenarnya dokumen apa, dari mana, dan
dibuat oleh siapa.
2. Analisis artefak budaya untuk menambah informasi tentang
budaya dari siapa pembuat dan pengguna benda tersebut.
3. Menguraikan kaitan dokumen dalam konteks penelitian.
4. Mendeskripsikan hasil analisis dokumen dalam konteks riset.

Coffey (2014) juga menjelaskan tahapan analisis dokumen


sebagai bagian dari warisan budaya:

1. Perhatikan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen


misal tentang suatu latar belakang budaya, termasuk nilai-
nilai budaya yang melekat pada dokumen. Jenis dan bentuk
dokumen juga terkadang menjadi khas yang mewakili budaya
tertentu.
2. Lakukan analisis konten terhadap data dokumen berdasarkan
maknanya bagi masyarakat.
3. Analisis tematik dari dokumen yang sejenis bentuk, bahan
pembuatan, dan fungsinya.
4. Deskripsikan atau narasikan tema yang telah didapat.

Khusus untuk dokumen teks sebagai bagian dari budaya,


Silverman (2014) menilai, analisis konstruksionis terhadap
dokumen teks cocok digunakan oleh penelitian yang mengkaji
masyarakat atau budaya. Selama ini para etnografer cenderung
Data dalam Dokumen Nonteks – Nonaudio Visual | 69

melakukan pengamatan terhadap apa yang dikatakan dan


dilakukan masyarakat serta latar belakang lokasinya. Pencarian
data dalam bentuk dokumen sering diposisikan sebagai aktivitas
pelengkap, padahal dokumen adalah bukti nyata adanya produk
budaya (baik budaya di masyarakat maupun di instansi). Kaum
konstruksionis yang mempelajari dokumen lebih mementingkan
proses bagaimana dokumen teks menggambarkan ‘realitas’
dibandingkan dengan apakah teks tersebut mengandung
pernyataan yang benar atau salah.
Dokumen teks yang dimaksud contohnya file atau catatan
resmi dari suatu organisasi. Catatan resmi contohnya proses
hukum, pertemuan tertentu, dan pekerjaan. Catatan semacam ini
sangat berguna bagi penelitian masyarakat karena berperan
sebagai laporan yang relevan dengan isu-isu penting. Dokumen
teks yang berupa file diproduksi dalam keadaan tertentu untuk
audiens tertentu pula. Silverman (2014) menambahkan, analisis
konstruksionis terhadap dokumen tekstual tidak terbatas pada
dokumen organisasi. Kita dapat menganalisis teks sehari-hari
seperti email dan buku harian. Buku harian bisa menjadi sumber
data untuk memahami kehidupan sehari-hari. Buku harian di era
teknologi contohnya blog di internet. Blog adalah data alami yang
secara jelas mewakili bagaimana orang-orang menggambarkan
aktivitas dan pengalaman mereka.
Dokumen teks, baik kertas maupun softfile, tidak pernah
bisa berbicara sendiri untuk menggambarkan realitas dari latar
belakang masing-masing jenis dokumen. Oleh sebab itu
diperlukan analisis dokumen dengan cara:
1. Berusaha memahami format file
2. Menganalisis fakta dalam masing-masing dokumen
3. mendeskripsikan konteks dalam dokumen teks (Silverman,
2014).
70 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data
Bab 5

Data dalam Dokumen Audio, Visual,


dan Audio Visual

Audio
Sebelum membahas analisis data dari sumber audio, ada
baiknya kita ulas sekilas mengenai kaitan dokumen audio dengan
riset kualitatif. Maeder (2014) mengatakan, studi tentang sumber
audio adalah studi yang menantang peneliti kualitatif. Alasannya
karena, pertama, selama ini peneliti lebih fokus mencari data
dengan alat indra mata, bukan telinga. Kedua, sekalipun ada
penelitian kualitatif yang mengulas audio, mayoritas masih
seputar akustik atau suara yang sengaja dihasilkan dengan alat
musik, bukan suara alam atau suara lingkungan.

Padahal, menurut O'Leary (2017), rekaman audio


menyimpan data yang juga sama pentingnya dengan data non-
audio walaupun memang dokumen jenis ini tidak bisa
menampilkan isyarat non-verbal. Namun demikian, data dari
sumber dokumen audio tetap dibutuhkan untuk memperkaya
analisis dalam sebuah penelitian. Maeder (2014) memberikan
tips analisis data suara, antara lain:

ü Analisis suara dalam rekaman digital. Analisis suara


sebaiknya dilakukan setelah direkam agar dapat didengar
berkali-kali sebab jika hanya sekaili dengar, kita belum tentu
bisa merasakan apalagi memahami apa yang baru saja di
dengar. Analisis suara dalam rekaman dimulai dengan cara
mengidentifikasi nada, intensitas, timbre, durasi, dan lain-lain

71
72 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

sesuai dengan tujuan penelitian. Identifikasi seperti ini akan


memudahkan peneliti merasakan apa yang ada dalam
rekaman. Agar bisa berimajinasi, apa sesungguhnya yang
ada dalam rekaman suara, siapa saja yang mengeluarkan
suara, apa saja yang bunyi.
ü Setelah dapat merasakan suara, maka kita akan mengenali
semua jenis suara dalam rekaman. Dalam satu rekaman
suara bisa saja terdiri dari berbagai sumber suara, seperti
alam, manusia, hewan, musik, lonceng, peluit dan sumber
lainnya.
ü Klasifikasi bunyi menurut kualitas fisiknya (akustik), persepsi
pendengar terhadap efeknya (efek bunyi), fungsi dan
maknanya (semiotika dan semantik), serta kualitas
emosionalnya (estetika). Aspek fisik dan referensialnya
seperti jarak suara, intensitas dalam desibel, kejernihan
pendengaran (jelas, sedang, tidak jelas), tekstur suasana
(alam, manusia, teknologi), genre (hi-fi, lo-fi), kejadian (sekali,
jarang, atau berulang-ulang) , dan pengaruh faktor lingkungan
(tidak ada gaung, ada gaung pendek, gaung panjang, gema).
Suara gonggongan anjing, bunyi lonceng gereja, atau tiupan
peluit dapat dideskripsikan dan dianalisis berbeda makna
tergantung siapa pendengarnya.
ü Menganalisis makna dan fungsi bunyi yang telah dipetakan.
Analisis diperdalam dengan uraian bagaimana kaitan bunyi
dan budaya. Misalnya lonceng yang berkaitan dengan
gender, keluarga, reputasi, dan ekonomi. Suara tertentu juga
dapat menghasilkan rasa cemas dan rasa takut seperti dalam
dunia militer atau kepolisian. Suara juga dapat mewakili logo,
seperti yang kita lihat di iklan, saat kita mendengar musik
tertentu, secara otomatis kita akan teringat produk tertentu.
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 73

Audio Visual
O'Leary (2017) berpendapat, dokumen video memiliki
keunggulan dapat merekam suara sekaligus objek bergerak
sehingga peneliti tidak hanya mendapatkan rekaman kata atau
kalimat, namun juga nada, intonasi, dan gerakan isyarat visual.
Dengan demikian, ada banyak data yang dapat dianalisis.
Silverman (2014) juga memberi pendapat serupa jika rekaman
video adalah media yang pas untuk mencari data penelitian
tentang tindakan dan aktivitas sosial dalam interaksi tatap muka.
Kita juga akan mendapatkan data mengenai gerak tubuh dalam
interaksi. Jenis penelitian ini mengacu pada analisis percakapan.

Sejak munculnya etnometodologi dan analisis percakapan,


para ilmuwan di bidang sosial semakin menaruh perhatian pada
rangkaian tindakan atau aktivitas masyarakat yang ditangkap
dengan lebih akurat melalui video dibandingkan dengan foto
(Eberle, 2018). Knoblauch et al. (2014) juga membahas kaitan
antara analisis video dengan pemanfaatannya di penelitian
berbagai bidang ilmu. Selain digunakan dalam berbagai bidang
profesional, seperti kedokteran, seni, atau kepolisian, video telah
cukup lama digunakan dalam ilmu sosial. Kini analisis video
semakin banyak digunakan pada penelitian dibidang sosiologi,
antropologi, pendidikan dan studi olahraga. Bahkan kini
beberapa metode analisis video telah dikembangkan di berbagai
bidang seperti hiburan, televisi, atau seni.

Secara sederhana Saldaña (2011) menilai bahwa analisis


audio visual dapat dilakukan dengan cara content analysis, yakni
analisis isi yang ada pada dokumen. Dalam konteks dokumen
audio visual, maka yang dianalisis adalah tema yang ada dalam
74 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

rekaman. Penjelasan analisis konten dalam audio visual lebih


lengkap disampaikan Olsen (2012), bahwa analisis konten dapat
diselesaikan dengan cara:

1. Menyalin teks-teks / kalimat dalam rekaman. Membaca


salinan teks untuk mencari kode-kode, kata-kata penting,
kata-kata asing, kata/kalimat yang paling sering diucapkan.
2. Analisis konten sangat menekankan analisis tema, oleh sebab
itu peneliti perlu memunculkan tema dari identifikasi kata dan
kalimat pada tahap 1.
3. Mengelompokkan tema yang sejenis, mirip, ataupun yang
berbeda dan beri penjelasan.
4. Mendeskripsikan atau menarasikan tema, baik dengan alur
tema yang saling mendukung maupun membandingkan tema
yang berbeda, sesuai dengan tujuan penelitian.

Silverman (2014) menjelaskan dua cara terpenting untuk


memahami pembicaraan adalah conversation analysis (CA) dan
discourse analysis (DA). CA berupaya menjelaskan metode
masyarakat dalam menghasilkan interaksi percakapan yang
teratur sedangkan DA (discourse analysis) adalah studi tentang
pembicaraan dan teks yang retoris dan argumentatif.

CA (conversation analysis) memiliki empat asumsi dasar,


yaitu:

1. Pembicaraan adalah tindakan. Di CA, pembicaraan dipahami


terutama sebagai sarana tindakan manusia. Misalnya cara
membuka dan menutup percakapan, cara berbasa-basi,
berkenalan, cara bercerita atau menyampaikan kalimat.
2. Tindakan dilakukan secara struktural. Tindakan seperti yang
dicontohkan pada tahap 1 adalah tindakan yang sengaja
dilakukan secara terstruktur dan terorganisir.
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 75

3. Pembicaraan bersifat realitas intersubjektif. Analisis CA


sangat menekankan pada analisis realitas dalam percakapan
yang didasarkan pada cara empiris. CA memberikan hasil
konstruksi makna secara real time.
4. CA adalah diskusi yang bersifat publik. CA berfokus secara
eksklusif pada makna dan pemahaman yang dapat
dipublikasikan melalui tindakan percakapan (Silverman,
2014).

DA (discourse analysis) memiliki tiga aturan dasar:

1. Anti-realisme. DA dengan tegas menentang asumsi bahwa


kita dapat deskripsi realitas yang benar atau salah. Jadi
peneliti tidak memiliki hak untuk menentukan apa yang benar
dan apa yang salah dalam percakapan.
2. Konstruksionisme. DA berkaitan dengan konstruksi
partisipan dalam percakapan.
3. Refleksivitas. DA menceritakan kisah-kisah realitas sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh tokoh dalam percakapan
(Silverman, 2014).
76 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Untuk penjelasan lebih lengkap tentang perbedaan dan


persamaan CA dan DA dapat dilihat pada tabel berikut:

Sumber Gambar: Silverman (2014)


Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 77

Knoblauch, et al. (2018) berpendapat, analisis video juga


menjadi bagian dari etnografi dengan cara videografi. Ciri utama
videografi adalah gabungan etnografi dengan video yakni
menghubungkan etnografi dengan analisis rekaman video
tentang interaksi ‘alami’ masyarakat sehingga didapat data
mengenai percakapan dalam interaksi alami yang terjadi diantara
mereka. Silverman (2014) menguatkan anggapan tersebut jika
memang benar rekaman adalah penyalin paling baik terhadap
interaksi alami. Apapun yang dilakukan orang dan bagaimana
cara interaksi masyarakat akan terekam dalam video. Rekaman
juga berperan sebagai catatan tentang publik dan dapat diputar
berulang-ulang sehingga memudahkan proses analisis. Tiga fitur
pembicaraan yang menjadi perhatian CA saat menganalisis video
adalah:

1. Pergantian bicara antara tokoh yang ada. Hal ini terlihat dari
respon misalnya ‘ya’, ‘tetapi’,”ooo”, ‘huh’, “oh ya” dan lain-
lain. Respon tersebut terkadang disertai dengan kalimat
tanya atau kalimat jawaban.
2. Pembukaan percakapan. Cara menyapa, memulai
pembicaraan, memantik obrolan, dan tindakan lain yang
intinya mengajak bercakap-cakap.
3. Usaha membangun (dan memodifikasi) struktur
percakapan. Biasanya dilakukan oleh moderator yang
mencoba menghidupkan suasana sehingga percakapan
tetap berjalan secara alami sesuai dengan konteks (tidak
keluar dari tema yang telah ditentukan).

Silverman (2014) menegaskan bahwa konteks adalah


bagian penting dalam CA. Peneliti CA tidak boleh menganggap
remeh ‘konteks’ karena CA tidak hanya menganalisis bagaimana
percakapan dimulai melainkan juga analisis konteks dalam
percakapan. Cara analisis CA paling awal adalah:
78 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

1. Jelajahi data percakapan secara perlahan tanpa adanya


dugaan sementara atau hipotesis.
2. Identifikasi beberapa aktivitas dalam percakapan yang
layak untuk dipelajari lebih lanjut.
3. Pindahkan narasi percakapan ke dalam transkrip yang
sangat rinci.
4. Deskripsikan juga metode masyarakat untuk menghasilkan
interaksi sosial.

Silverman (2017) memberikan cara lain untuk analisis data


audio visual menggunakan conversation analysis (CA) yang
tertulis pada tabel berikut:

Sumber Gambar: Silverman (2017)

Thematic Analysis untuk Data Audio Visual


Cara lain untuk analisis data dalam dokumen audio visual adalah
analisis tematik. Berikut tahapannya seperti yang diajarkan
O'Leary (2004) :

ü Menjelajahi kata–kata dan kalimat dalam percakapan.


Semakin sering mendengarkan rekaman video, akan
semakin sering mendengarkan kalimat percakapan.
Secara otomatis akan merasakan ada beberapa tema
obrolan. Artinya tema tidak hanya didapat dari proses
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 79

mendengar berkali-kali, namun juga dari mengidentifikasi


konteks obrolan.
ü Mencari konsep–konsep untuk menunjang temuan tema di
tahap 1. Konsep ini dapat ditemukan dari literatur, hasil
penelitian sebelumnya, dan teori/konsep. Konsep dan
tema disatukan untuk dapat diturunkan dari kategori
eksplorasi ilmu sosial seperti kekuasaan, ras, kelas/level,
gender, dan lain-lain untuk menunjang penelitian. Konsep
dan tema dieksplorasi dalam setiap teks, dibandingkan
untuk menemukan persamaan dan perbedaan, kemudian
dianalisis dalam format induktif.
ü Tidak lupa mengidentifikasi dari sisi linguistik, seperti
metafora, analogi, dan peribahasa karena hal ini juga
memberikan makna dalam percakapan.
ü Mengeksplorasi isyarat non-verbal. Sama halnya dengan
penggunaan majas, kata-kata kiasan, atau kode verbal
lainnya, isyarat non-verbal juga memiliki arti dalam
percakapan. Hal ini juga tidak boleh luput dari analisis data
karena bahasa tubuh adalah kalimat tanpa kata dalam
sebuah aktivitas percakapan. Jadi baik verbal maupun
non-verbal, keduanya harus dianalisis. Selain bahasa
tubuh, analisis juga perlu diperkuat dengan hasil
eksplorasi nada, volume, dan kecepatan bicara, karena ini
semua juga memberikan makna pada tema percakapan.
ü Hasil analisis tema dideskripsikan sesuai dengan tujuan
penelitian.
80 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Transcription and Translation untuk Data Audio


Visual
Kowal & O 'Connell (2014) memberikan pilihan lain untuk analisis
data dalam video yakni melalui:

1. Transkripsi, berarti menulis ulang kalimat dalam


percakapan. Hasilnya adalah transkrip hasil salinan
dialog.
2. Translasi, yakni menterjemahkan hasil transkripsi yang
menggunakan bahasa daerah, bahasa asing, bahasa
gaul, atau bahasa lain yang tidak diketahui orang
secara umum sehingga jelas maknanya.
Menterjemahkan disini tidak hanya alih bahasa namun
juga sampai pada tahap terjemahkan maksud dari
dialog dalam video.

Transkripsi dan translasi juga disarankan oleh Guest et al.


(2013) untuk analisis data dalam video. Berikut alurnya:

Sumber Gambar: Guest et al. (2013)

Mentranskripsikan artinya isi rekaman video wawancara


mendalam atau FGD disalin ulang, persis seperti apa yang
terucap dalam dialog dari masing-masing tokoh. Kegiatan ini
dapat dilakukan secara manual (mendengarkan berkali-kali
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 81

sambil menuliskan kalimat dalam dialog) atau menggunakan


perangkat lunak analisis data kualitatif. Kelebihan dari transkripsi
manual adalah peneliti mendapatkan feeling apa yang
dibicarakan dalam dialog, termasuk merasakan jeda, kondisi
saling respon antartokoh, dan komunikasi melalui gerak tubuh
yang tidak didapat jika menggunakan software. Keuntungan
penggunaan aplikasi digital adalah adanya fasilitas untuk
mengimpor, mengkode, dan menganalisis sumber data audio dan
video secara cepat (Guest et al., 2013).

Menerjemahkan maksudnya adalah alih bahasa jika


percakapan dilakukan dengan bahasa asing atau selain bahasa
yang umum digunakan oleh masyarakat. Peneliti harus mampu
mengubah kata dan kalimat ke bahasa yang mudah dipahami
publik atau pembaca karya tulis hasil penelitian. Menterjemahkan
juga tidak terbatas pada mengubah kata dan kalimat ke bahasa
yang mudah dipahami orang banyak, namun juga harus
menterjemahkan maksud dari percakapan yang ada dalam video
sehingga pembaca dapat memahaminya dari deksripsi atau
narasi yang disajikan oleh peneliti dalam karya ilmiahnya (Guest
et al., 2013).

Selaras dengan penggunaan perangkat digital dalam


praktek analisis data pada dokumen audio visual, Knoblauch et
al. (2014) juga mengakui sisi positif dari pemanfaatan perangkat
digital untuk analisis data kualitatif yang masih tersimpan dalam
video. Perangkat lunak analisis dapat memudahkan penyalinan
kalimat dalam dialog menjadi teks. Untuk memahami konsep
analisis video dapat menggunakan dua jenis pendekatan
metodologis, antara lain:

1. Terstandarisasi. Analisis video terstandar artinya memiliki


prosedur analitis yang sistematis, dimulai dari identifikasi
tema dalam konten video, pengkodean dari masing-
82 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

masing tema yang ditemukan, kemudian merinci tema


dalam subtema. Coding ini dapat dilakukan berbantukan
komputer berdasarkan kategori yang telah ditentukan.
2. Interpretatif. Analisis video dilakukan berdasarkan
interpretatif terhadap inti dari setiap dialog, kalimat yang
jelas maknanya, kalimat yang implisit, dan komunikasi
nonverbal. Hasil interpretatif ini menjadi materi untuk
menguraikan tema dan subtema hasil pemetaan
(Knoblauch et al., 2014).

Analisis Data Video: Film dan Program Televisi


Eberle (2018) berpendapat saat ini peneliti bidang sosial yang
tertarik pada data visual kualitatif lebih sering menganalisis
rekaman video dibandingkan foto. Hal ini juga dilakukan para
antropolog. Bahkan, antropologi visual sudah tidak lagi
mengutamakkan data dari rekaman video namun sebagian besar
telah beralih mengkaji data dari film.

Salah satu cara untuk analisis data dalam video, khususnya


media (misalnya film, episode televisi, situs Internet), adalah
dengan content analysis. Analisis isi adalah pemeriksaan
sistematis terhadap makna, baik makna nyata dan makna laten
yang ada dalam adegan (alur cerita). Makna nyata adalah makna
yang muncul di permukaan dan tampak jelas, artinya mudah
dipahami hanya dengan menonton video. Misalnya ada tokoh
yang mengenakan jaket kulit berwarna hitam, artinya untuk
melindungi diri dari terpaan angin sekaligus menghangatkan diri
karena warna hitam cenderung memberikan efek lebih hangat
dibanding warna lain. Makna laten adalah makna yang sugestif,
konotatif, dan subtekstual. Misalnya, jaket kulit hitam
melambangkan anggota geng biker, geng motor atau geng
lainnya (Saldaña, 2011).
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 83

Sama halnya dengan pernyataan Saldaña tersebut yang


mengaitkan analisis video dalam konteks media (film dan
sejenisnya), Mikos (2014) juga menganggap analisis film
menjadi semakin penting dalam masyarakat yang termediasi.
Film mendapatkan maknanya melalui wacana penonton. Film
adalah bagian dari praktik diskursif dan sosial yang
mencerminkan kondisi dan struktur masyarakat dan kehidupan
individu.

Mikos (2014) menambahkan, film pada dasarnya harus


dipahami sebagai media komunikasi. Oleh karena itu analisis film
harus merupakan evaluasi sistematis terhadap struktur teks film,
produksi dan penerimaannya, serta konteksnya bagi masyarakat.
Kajian akademis yang dilakukan terhadap film dan sejenisnya
hendaknya tidak mencari makna subjektif, melainkan
menghasilkan pengetahuan yang bersifat objektif dan dapat
diverifikasi secara intersubjektif. Artinya ada pengetahuan yang
didapat dari film yang dianalisis.

Mikos (2018) beranggapan, analisis kualitatif film dan


televisi harus benar-benar menyadari jenis datanya, artinya hal
ini bergantung pada kualitas pengumpulan data audiovisual.
Menurut Mikos (2014), pemilihan jenis film dan program televisi
yang layak untuk dianalisis dapat dilakukan dengan tiga cara:

1. Analisis tujuan pembuatan film, dari pihak produser atau


institusi (misalnya lembaga penyiaran televisi, sistem studio
Hollywood).
2. Evaluasi struktur film (konten), seperti fungsi dari masing-
masing komponen dalam film.
3. Fungsi masing-masing komponen bagi khalayak.
84 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Tahap selanjutnya adalah proses analisis film atau acara


televisi berdasarkan respon dari khalayak. Menurut Mikos (2014)
analisis yang dimaksud disini adalah analisis gambar bergerak
karena didalamnya ada konten berupa akting, dramaturgi, dan
narasi, yang menjadi bagian dari struktur film. Mikos (2018)
beranggapan, alur cerita di film juga berkaitan dengan kondisi
mental penontonnya. Konten yang relevan dengan kehidupan
sehari-hari berdampak pada psikis dan emosi penonton sebuah
film atau acara televisi. Hal ini terkait dengan pandangan subjektif
mereka pada konten. Berikut cara analisis bila tujuan riset yang
melihat film dan acara televisi berdasarkan persepsi
penontonnya:

ü Identifikasi respon dari penonton yang menganggap objek yang


diteliti (gambar bergerak) sedang berkomunikasi dengan
pemirsanya. Masyarakat menonton dan menyerap apa yang
disampaikan dalam video.
ü Penonton terlibat dalam seluruh film atau acara televisi. Mereka
akan menikmati acara yang ditayangkan, memahami alur cerita,
dan mengerti konteks yang disampaikan. Dari pengalaman
menonton ini mereka dapat membuat teks atau narasi dari apa
yang disaksikan. Masing-masing penonton kemungkinan akan
menjelaskan hal yang sama, mirip, atau agak berbeda tentang
makna dari konten video.
ü Analisis hasil teks tersebut ke dalam konteks penelitian (Mikos,
2014).

Lebih jauh Mikos (2014) membahas mengenai kaitan antara


analisis data dalam film dan acara televisi dengan penelitian.
Analisis film dalam ranah penelitian juga tidak terbatas pada film
nonfiksi, namun juga dapat merambah ke analisis film fiksi dan
dokumenter. Kedua jenis film tersebut mempunyai isi, mewakili
dunia nyata atau prediksi yang mungkin terjadi di dunia,
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 85

menceritakan kisah-kisah yang dibentuk sebagaimana drama,


karakter dan aktor di dalamnya. Film fiksi dan dokumenter juga
dibuat dan dibentuk secara estetis, hadir dalam konteks tekstual,
budaya, konteks dan sosial.

Konteks tersebut yang membawa film fiksi dan dokumenter


ke arah manfaat kognitif yakni memberi stimuli untuk mempelajari
sesuatu dari konten dalam kedua jenis film tersebut. Oleh sebab
itu kegiatan ini adalah suatu pekerjaan yang kompleks.
Dibutuhkan wawasan teoretis tentang film dan kontennya dari
peneliti agar hasil analisis dapat memunculkan pengetahuan.
Alasannya terletak pada struktur tekstual film dan acara televisi,
serta fungsi komunikatifnya (Mikos, 2014).

Pada tataran fungsi komunikatif film dan televisi, polisemi


muncul karena film dan acara televisi pada dasarnya terbuka
terhadap pengetahuan, emosi, komunikasi sosial, dan pengertian
praktis penontonnya. Karena pemirsa terlibat dalam konteks
kehidupan dan wacana sosial, mereka membangun makna yang
berbeda berdasarkan materi simbolik dari film dan program
televisi. Pada tataran konten dan representasi, film dan acara
televisi menjadi ajang perwujudan pengetahuan dunia
kehidupan. Berikut langkah-langkah dalam analisis data dalam
film fiksi dan dokumenter:

1. Menentukan tujuan kognitif yang akan digali dalam film fiksi


ilmiah.
2. Menonton film secara berulang, membaca artikel ilmiah dan
buku yang menunjang konten dalam film.
3. Refleksi teoritis dan historis dari konten dalam film. Hasil
membaca artikel dan buku (yang sama tema dengan konten
di film) adalah temuan teori yang sesuai dan latar belakang
historis dari latar film.
86 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

4. Mendeskripsikan tentang isi film kemudian ditambahkan


dengan temuan dari tahap 3.
5. Interpretasi dan kontekstualisasi hasil deskripsi tersebut. Di
sini kita perlu memperkaya hasil tahap 4 dengan tambahan
kutipan dari jurnal berupa teori, konsep, temuan penelitian
yang serupa, temuan penelitian yang kontras sebagai bahan
perbandingan, dan kutipan lain.
6. Evaluasi I – Penilaian terhadap analisis dan data yang
diinterpretasikan.
7. Evaluasi II – bila hasil penilaian 1 masih terdapat beberapa
hal yang perlu diperbaiki.
8. Menyajikan hasil bisa dalam bentuk narasi, deskripsi, gambar
atau tabel yang disertai keterangan (Mikos, 2014).

Menurut Mikos (2018), salah satu cara analisis data dalam


film dan acara televisi adalah analisis tekstual. Analisis tekstual
hanya mungkin dilakukan dengan pengamatan langsung pada
konten video untuk mendapatkan teks narasi. Teks yang
dimaksud di sini adalah kata dan kalimat dalam dialog. Cara
termudah mendapatkan narasi dialog yakni dari subtitle. Tekstual
ini adalah representasi dari topik oleh sebab itu perlu dianalisis
untuk mendapatkan tema. Tema ini berguna untuk memenuhi
aspek kognisi penontonnya. Mikos (2014) beranggapan, analisis
data dalam film dan acara televisi untuk tujuan kognitif
penontonnya dapat dilakukan dengan lima tahapan berikut:

1. Konten dan representasi. Tingkat pertama dalam


menganalisis film berkaitan erat dengan penetapan makna
yang terkandung dalam konten. Segala sesuatu yang
dikatakan dan ditampilkan (lisan maupun visual) mewakili
konten. Kita dapat berasumsi bahwa film mempunyai konten
yang merepresentasikan kehidupan masyarakat. Topik-topik
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 87

tentang segala aspek kehidupan sosial inilah yang perlu


dianalisis.
2. Narasi dan dramaturgi. Narasi, atau penceritaan kembali,
terdiri dari rangkaian situasi yang menjadi latar, peran aktor,
dan segala aktivitas yang terjadi dalam film atau acara televisi.
Ini semua menjadi sebuah cerita yang perlu dianalisis.
Selanjutnya adalah dramaturgi yakni penggunaan teori untuk
menganalisis interaksi sosial dalam drama. Jadi apa yang
ditampilkan dalam drama, film atau tayangan sejenisnya
diposisikan sama seperti interaksi dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Karakter dan aktor. Setiap aktor atau aktris memiliki peran
yang berbeda yang mempengaruhi alur cerita (narasi) dan
dramaturgi.
4. Estetika dan konfigurasi. Daya tarik film terutama terletak
pada gambar bergerak. Film merepresentasikan sesuatu
melalui gambar bergerak. Gerakan (aktor, benda-benda
dalam film) menjadikan narasi film terasa nyata dan dekat
dengan aktivitas sosial.
5. Konteks. Teks film hanya memperoleh makna melalui
interaksi dengan penontonnya. Penonton yang “membaca”
teks dalam alur cerita, dan membaca teks sungguhan dari
subtitle akan merasakan konteks film. Mereka akan mengerti
tentang sejarah, ekonomi, hukum, budaya, dan sosial
kemasyarakatan.

Cara analisis tekstual dalam film dan program di televisi juga


menjadi perhatian O’Leary (2004). Ia menganggap istilah
dokumen penelitian tidak hanya merujuk pada kertas, namun
juga dapat mencakup program televisi. Namun demikian, yang
dianalisis tetaplah teks dalam arti sesungguhnya dan “teks” nya.
88 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Teks sesungguhnya artinya bila dalam acara televisi terdapat


subtitle, atau tulisan lain dalam video acara tersebut. “Teks”
dalam tanda kutip maksudnya kata dan kalimat dalam
percakapan. Pendapat serupa juga disampaikan O'Leary & Hunt
(2017) bahwa teks juga terdapat pada video, acara TV, siaran
radio, bahkan situs website. Dibandingkan menyebutnya sebagai
analisis dokumen, kami lebih memilih menggunakan istilah
analisis tekstual. Analisis tekstual adalah eksplorasi jejak aktivitas
sosial termasuk dokumen serta blog, video, foto, postingan,
meme, puisi, lagu, tweet, dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan O’Leary (2004) dan O'Leary &


Hunt (2017) tersebut dapat dipahami bahwa dokumen audio
visual (video, acara di televisi, acara dari radio) juga dapat
dijadikan sebagai sumber data dalam riset kualitatif. Penjelasan
tersebut mengindikasikan bahwa meski yang di analisis itu
berupa dokumen audio visual, namun yang dianalisis tetaplah
teks yang ada dalam video, seperti percakapan atau tulisan yang
disematkan dalam video. Untuk analisis teks video, Creswell
(2016) mencontohkannya video berupa film. Berikut cara
analisisnya :

Ø Menyalin audio ke dalam teks, kemudian membuat


transkrip. Percakapan yang didengar kemudian disalin
menjadi teks transkrip dialog.
Ø Identifikasi permasalahan pokok, tema, atau teori yang
muncul dalam dialog.
Ø Pengkodean dan analisis tematik. Analisis teks tematik
melibatkan identifikasi segmen teks yang memiliki makna
dan pemberian kode pada segmen tersebut.
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 89

Silverman (2014) memberikan contoh analisis audio visual :

1. Analisis isi. Identifikasi kategori atau fitur yang ada dalam


konten sesuai dengan masalah penelitian. Tahapannya dapat
dilihat dari tabel berikut.

Sumber Gambar: Silverman (2014)

2. Analisis semiotika. Semiotika adalah ilmu tentang tanda


yang memiliki makna tertentu. Tanda dapat berupa gambar,
goresan, benda dan lain-lain yang dapat menjadi kode,
sinyal atau alat komunikasi tanpa kata. Contohnya, saat kita
melihat lampu lalu lintas, kita paham arti warna merah,
kuning dan hijau. Merah berarti berhenti, kuning untuk siap-
siap berkendara dan hijau berarti boleh menjalankan
kendaraan. Contoh lain adalah pikirkan selembar kertas.
Bayangkan kita memotong kertas ini menjadi beberapa
bentuk. Masing-masing bentuk mempunyai nilai. Misalnya,
lebih besar atau lebih kecil dari yang lain. Karakter tanda
dapat dilihat dari tabel berikut.
3. Sumber Gambar: Silverman (2014)
90 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Sumber Gambar: Silverman (2014)

Data Analisis untuk Picture, Image, dan Audio


Visual
Data visual semakin menarik perhatian para peneliti kualitatif
karena menyadari bahwa nilai visual sangat membantu untuk
memahami kehidupan manusia dan masyarakat. Bagi peneliti,
foto memberikan rekaman visual yang kuat tentang peristiwa
nyata dan video menangkap peristiwa budaya. Foto dan video
juga menangkap perilaku nonverbal, seperti ekspresi wajah dan
bahasa tubuh. Data visual juga perlu dianalisis untuk
mendapatkan informasi tentang masyarakat (Creswell, 2016).
Menurut O'Leary (2017), inti dari analisis visual adalah
menafsirkan makna dalam gambar diam (misalnya foto atau
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 91

karya seni lainnya) dan gambar bergerak (video), bukan


menganalisis kata-kata.

Creswell & Creswell (2018) mengatakan, data visual,


seperti foto, video, film, dan gambar perlu dianalisis bergantung
pada jenis data. Analisis dapat berupa pengamatan pada gambar
menggunakan pendekatan semiotik untuk mendeskripsikan
makna gambar. Analisis juga dilakukan pada suara dalam video.
Namun demikian, terdapat teknik analisis data yang berlaku
secara umum untuk data dalam bentuk visual (foto, video, film,
dan gambar). Berikut tahapannya:

1. Prosedur simultan. Analisis data dalam penelitian kualitatif


secara otomatis berjalan seiring dengan proses pengumpulan
data dan penulisan temuan. Saat mencari data, sudah pasti
kita akan menganalisis isinya, meski secara cepat atau
sekilas. Begitu pula saat menuliskan temuan, secara otomatis
temuan ini didasarkan dari hasil analisis data.
2. Memilah data. Data dari foto dan gambar diterjemahkan
dalam bentuk narasi yang berisi apa maksud dari foto dan
gambar. Data dalam video dan film ditranskripsi ke dalam
narasi dialog sama persis dengan yang ada dalam konten.
Menggunakan program perangkat lunak komputer kualitatif.
Data dari video atau film termasuk data yang kompleks, kita
dapat memanfaatkan software untuk menambang data.
3. Kedua jenis data teks tersebut, baik dalam narasi maupun
transkripsi, sudah pasti akan menghasilkan limpahan data
yang mungkin semua digunakan dalam penelitian. Oleh
sebab itu perlu dipilih yang sesuai dengan tema riset,
kemudian dikelompokkan ke sejumlah tema.
4. Memulai proses analisis data. Dimulai dengan coding atau
memberi label pada kategori tema. Masing-masing tema
beserta turunannya kemudian dideskripsikan. Deskripsi
92 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

adalah penyampaian informasi secara rinci tentang tokoh atau


objek, tempat, atau peristiwa dalam suatu latar (gambar, foto,
video, film).
5. Deskripsi selanjutnya adalah mengaitkan deskripsi umum dari
tema dan subtema ke dalam deskripsi yang mengerucut pada
topik penelitian seperti studi kasus, etnografi, dan lain
sebagainya. Misalnya, peneliti menghubungkan tema dengan
model, teori atau konsep.
6. merepresentasikan tema yang telah dibuat di tahap 5. Peneliti
menjelaskan tema lengkap dengan subtema, ilustrasi yang
spesifik, berbagai sudut pandang dari beberapa ilmu, dan
kutipan dari buku atau karya ilmiah. Peneliti kualitatif juga
dapat menggunakan visual, gambar, atau tabel sebagai
bentuk visualisasi tema dan subtema. Visualisasi tersebut
dapat menggambarkan kumpulan tema (beserta subtema),
model proses, atau informasi deskriptif.
7. Buat narasi untuk setiap tema dan subtema yang akan masuk
ke bagian temuan penelitian atau bagian pembahasan dalam
karya tulis. Sesuaikan dengan jenis pendekatan yang dipilih.
Misalnya, penelitian naratif menggunakan penceritaan ulang
dari apa yang diceritakan partisipan secara struktural seperti
plot, latar, aktivitas. Pendekatan fenomenologis
menghadirkan hasil analisis berupa makna dari data dalam
bentuk deskripsi esensi. Studi kasus menyajikan deskripsi
rinci tentang latar lokasi atau individu, diikuti dengan analisis
tema atau isu dari kasus.
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 93

Guest et al. (2013) memberikan cara lain dalam analisis


dokumen visual yakni dengan cara eksplorasi konten. Variasi
dokumen visual yang dapat dianalisis adalah acara televisi, film,
foto, dan gambar. Analisis berbasis konten dimulai dengan
mengidentifikasi tema-tema secara induktif yang muncul dari
data. Tema-tema tersebut kemudian diberi kode untuk memberi
batasan tema yang sama dan berbeda. Semakin jelas unit
pengkodeannya, semakin mudah analisisnya. Langkah lebih
lengkap dapat dipelajari dari tabel berikut.

Sumber Gambar: Guest et al. (2013)


94 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Berbicara mengenali analisis data kualitatif, sudah dapat


dipastikan dan akan selalu bertemu dengan tahapan coding,
apapun jenis data yang akan diolah. Sesuai dengan namanya,
coding adalah aktivitas memberi kode. Tidak ada aturan baku
simbol kode karena dikembalikan kepada analis untuk membuat
kode yang seperti apa, yang terpenting mudah dipahami. Satu
yang pasti dalam coding, pemberian kode adalah langkah awal
untuk memunculkan tema dan tema akan menjadi dasar analisis
data kualitatif. Oleh sebab itu, perlu berhati-hati dalam coding
karena keliru dalam coding akan berdampak pada tema yang
tidak jelas. Tema yang tidak jelas akan memberi efek pada hasil
analisis yang mentah. Sekedar mengingatkan, coding sesuaikan
dengan tujuan penelitian.

Creswell (2016) memberikan definisi yang lebih lengkap.


Menurutnya, coding adalah proses pengkodean untuk
pengumpulan data kualitatif menjadi sejumlah kecil unit informasi.
Unit-unit ini dikenal sebagai kode. Setiap kode diberi label. Label
kode-kode ini kemudian dikelompokkan ke dalam unit-unit
informasi yang lebih luas yang dikenal sebagai tema. Misalnya
foto atau gambar dapat diberi kode berdasarkan ciri unik, kontras
warna, pengambilan angle atau sudut kamera. Hal yang sama
juga berlaku bagi data dalam bentuk lain. Buat kode sesuai
dengan jenis data dan selaraskan dengan tujuan penelitian.
Berikut langkah-langkah coding menurut Creswell (2016) :

• Langkah 1: Siapkan data untuk dianalisis.


• Langkah 2: Beri kode pada data berdasarkan kesamaan,
keunikan, perbedaan, dan lain-lain sesuai dengan tujuan
penelitian.
• Langkah 3: Kompilasi semua kode untuk mengetahui
persamaan dan perbedaanya.
Data dalam Dokumen Audio, Visual, dan Audio Visual | 95

• Langkah 4: Tinjau kode untuk menghilangkan redundansi dan


tumpang tindih. Langkah ini juga mulai mereduksi kode
menjadi tema potensial.
• Langkah 5: Kelompokkan kode ke dalam tema yang mewakili
gagasan umum.
• Langkah 6: Buat kode dan tema ke beberapa kelompok
sesuai dengan tujuan dan pertanyaan penelitian.
• Langkah 7: Susun kode dan tema ke dalam peta konseptual
yang menunjukkan ide, gagasan atau konsep. Alurnya dari
penyajian tema dari gambaran yang lebih umum ke gambaran
yang lebih spesifik.
• Langkah 8: Tuliskan narasi untuk setiap tema.
96 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data
Data dari Sumber Online | 97

Bab 6

Data dari Sumber Online

Sumber Data Online


Perkembangan teknologi jelas berdampak pada berkembangan
jenis data penelitian. Internet, sebagaimana yang kita rasakan
manfaatnya, mampu menghadirkan jutaan data hanya dalam
hitungan detik. Singkatnya, internet dapat dengan mudah
menyediakan data untuk dianalisis. Terhadap data yang
diberikan internet, bisa saja kita tidak tahu siapa pembuatnya.
Apakah boleh kita gunakan tanpa izin dari pemilik syah data?.
Jika kita ingin berkutat dengan data dari internet, ingatlah batasan
yang diberikan Silverman (2017) berikut:

ü Apakah sudah mendapat izin untuk menggunakan data ini?


ü Model analitik apa yang akan digunakan untuk analisis data?
ü Berapa banyak data yang diperlukan untuk membahas topik
penelitian secara efektif?
ü Bagaimana cara kita mengidentifikasi dan memanfaatkan
kasus-kasus yang menyinggung berbagai bidang?

Tracy (2020) mengingatkan, saat menganalisis data online,


penting bagi peneliti untuk mempertimbangkan dengan cermat
kebijakan privasi dan kemungkinan ekspektasi masyarakat
terhadap karya mereka yang digunakan dalam penelitian. Meski
memang ada beberapa konten yang dapat diakses bebas tanpa
izin, bukan berarti seluruh konten yang ada otomatis bersifat free
untuk dimanfaatkan.
98 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Berbicara mengenai kepemilikan data di internet dan status


aksesnya, Saldaña (2011) memberikan pendapatnya bahwa
pada saat kita memasang aplikasi pada perangkat digital kita,
saat itulah kita sudah menyatakan kesepakatan tentang akses
data, meski terkadang kita tidak menyadarinya. Situs internet,
email, pesan instan/teks, dialog di ruang obrolan maya, tweet,
blog, vlog, dan bentuk media komunikasi lainnya sebenarnya
menyediakan jejak dan tanda tangan elektronik. Misalnya,
seorang mengunggah potret otobiografi atau menulis teks
apapun tentang dirinya di media sosial, apalagi mengklik tautan
pada teman atau grup, maka sebenarnya ia sedang membagikan
data pribadi secara gratis. Ini artinya data tersebut boleh
digunakan oleh siapapun yang melihat. Salah satu cara untuk
analisis data dari internet, termasuk dari media sosial adalah
analisis konten.

Hewson (2014) mencontohkan data dari internet adalah


data dari media apapun yang berbasis web 2.0, yakni evolusi
World Wide Web yang relatif stabil dan statis untuk publikasi dan
penyebaran informasi ke ruang publik. Web 2.0 bersifat lebih
fleksibel, interaktif, dan kolaboratif di mana pengguna dapat
bertindak, berkomunikasi, dan berinteraksi secara kolektif serta
dapat berbagi informasi dan pengetahuan. Contoh dari dokumen
online yang dapat diambil sebagai data mentah untuk analisis
kualitatif adalah situs website, halaman website, blog, artikel
berita, artikel ilmiah, repositori foto online (FlickR), video
(YouTube), dan komposisi musik (SoundCloud).

Analisis Dokumen Digital


Silverman (2014) menggunakan istilah analisis dokumen untuk
mengidentifikasi data yang terdiri dari kata-kata dan/atau gambar
Data dari Sumber Online | 99

yang telah direkam sebelum ditemukan oleh peneliti. Artinya


dokumen tersebut bukan buatan peneliti seperti rekaman
wawancara, foto lokasi riset, dan dokumentasi lainnya yang
dilakukan oleh peneliti. Contoh dokumen yang bukan buatan
peneliti adalah teks tertulis seperti blog, email, atau dokumen
catatan penting yang dihasilkan oleh organisasi. Bowen (2009)
analisis dokumen adalah prosedur sistematis untuk meninjau
atau mengevaluasi dokumen baik materi cetak maupun elektronik
(berbasis komputer dan ditransmisikan melalui Internet). Seperti
metode analisis lainnya dalam penelitian kualitatif, analisis
dokumen mengharuskan data diperiksa dan diinterpretasikan
untuk memperoleh makna, memperoleh pemahaman, dan
mengembangkan pengetahuan empiris.

Menurut Lindgren (2018) penelitian digital seringkali


menuntut orang yang melakukan pengumpulan dan analisis data
untuk menjadi lebih kritis, dan lebih reflektif, dibandingkan apa
yang dituntut oleh ilmu pengetahuan pada umumnya. Tantangan
spesifik dalam melakukan penelitian sosial digital adalah untuk
mendorong para peneliti agar siap menghadapi secara langsung
milyaran data. Dalam kasus seperti ini, diperlukan metode khusus
untuk penambangan data yang tidak hanya berguna pada saat
pengumpulan data, namun juga dapat melengkapi proses
analisis dan interpretatif data. Kita sekarang menghadapi
tantangan teks online berukuran besar (big data) yang
mengungkap fakta bahwa pembentukan makna terjadi dalam
jumlah besar, serta fakta bahwa jumlah besar ini pada gilirannya
tidak dapat dipahami tanpa interpretasi mendalam.
100 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Netnografi
Salah satu kajian yang berkaitan erat dengan analisis dokumen
digital adalah netnografi. Secara sederhana, menurut Silverman
(2014) netnografi merupakan gabungan dari kata net (jaringan,
internet) dan etnografi. Kata lain dari netnografi adalah etnografi
virtual, etnografi online, atau webnografi. Olsen (2012)
menjelaskan, bila dikaitkan dengan penelitian, maka netnografi
adalah proses penyelidikan etnografi dalam komunitas online.
Netnografi dapat mengeksplorasi makna dan implikasi sosial dari
sikap dan peristiwa online, serta kondisi kemanusiaan yang lebih
mendalam dari komunitas berbasis komputer virtual. Ada banyak
kelompok masyarakat dalam dunia online; seperti pengguna
media sosial, grup kencan online, komunitas dengan budaya
tertentu, dan klub berbasis minat.

Weller et al. (2018) memberikan contoh riset netnografi


yakni analisis blog tentang orang-orang yang gemar traveling ke
berbagai daerah bahkan negara. Tema riset bisa beragam seperti
penerapan netnografi pada narasi di blog para wisatawan yang
menganalisis pengalaman perjalanan mereka. Bisa juga bertema
analisis konten dari persepsi wisatawan terhadap tujuan wisata.
Penelitian lain di bidang ilmu sosial dan politik berdasarkan
penelitian konten digital adalah evaluasi blog politik. Di bidang
psikologi, semakin banyak penelitian yang didasarkan pada
metode penelitian online dengan blog. Penelitian terkini
mengenai webblog menyoroti relevansinya terhadap ekspresi,
pertukaran dan representasi pengalaman individu dan kelompok,
serta dampaknya terhadap wacana media.

Weller et al. (2018) menambahkan, pendidikan, ilmu sosial,


dan komunikasi juga memandang blog sebagai lingkungan
netnografis. Para ilmuwan di bidang tersebut melakukan
penelitian etnografi virtual untuk memantau dan mengamati
Data dari Sumber Online | 101

praktik interaksi antar partisipan dalam dunia virtual dari segi


pendidikan, interaksi sosial di dunia maya, dan komunikasi visual.
Berkembangnya bentuk-bentuk interaksi seperti membuat para
ilmuwan beranggapan bahwa riset aktivitas masyarakat di dunia
virtual merupakan topik yang harus diteliti.

Inti dari cara meneliti netnografi, menurut Kozinets et al.


(2014), tetap sama dengan prinsip umum dalami etnografi.
Hanya bedanya, pada kajian netnografi, fokusnya pada aktivitas
masyarakat di internet. Hal tersebut juga berlaku pada cara
analisis data hanya ada sedikit modifikasi karena data yang
dianalisis berasal dari dunia maya. Berikut empat tips penting
untuk memandu peneliti dalam melakukan analisis data
netnografi:

1. Fokus pada situs tertentu, berkonsentrasi pada sejumlah kecil


posting atau kumpulan data yang sangat terbatas, bukan
pada data yang melimpah ruah. Data yang bersifat khusus
lebih memungkinkan untuk memiliki keunikan. Semakin unik
akan semakin mudah untuk mendapatkan pemahaman
budaya di dunia virtual.
2. Melakukan analisis budaya sambil terlibat sebagai partisipan.
3. Masuk kedalam komunikasi etnografis untuk lebih mengenal
budaya komunitas yang diteliti, seperti cara berbicara,
kata/kalimat yang digunakan dalam berkomunikasi, teks-teks
asli yang dituliskan dalam media sosial, dan kenyataan lain
yang terjadi diantara mereka. Semua ini harus dianalisis dan
dilihat dalam format aslinya, bukan melalui filter pemroses
bahasa atau mesin perangkat lunak kompresif. Seluruh data
netnografi dianalisis dan dinterpretasi saat peneliti terlibat
dengan masyarakat sehingga hasilnya akan alami, seiring
sejalan dengan apa yang disaksikan oleh peneliti.
102 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

4. Evaluasi hasil analisis data yang telah didapat di tahap 3.


Proses ini juga dilakukan saat peneliti masih terlibat dalam
komunitas online, bukan saat sudah meninggalkan lokasi
penelitian.

Analisis Media Sosial


Hodgetts & Chamberlain (2014) beranggapan, saat ini telah
banyak penelitian kualitatif tentang media. Namun demikian,
mayoritas masih seputar asumsi teoretis tentang peran media
dalam masyarakat dan sifat teks yang diteliti. Masih minim kajian
tentang apa yang terkandung dalam konten media. Padahal hal
ini penting untuk meneliti secara detail isi dari media sebelum
dibahas lebih jauh mengenai bagaimana respon masyarakat
terhadap media. Inti dari analisis konten media adalah
pengorganisasian, deskripsi dan interpretasi apa yang ada di
dalam media. Peneliti memeriksa, menafsirkan, dan interpretasi
tema yang ditemukan dalam konten.

Sejalan dengan menafsirkan dan interpretasi tema yang


diungkapkan Hodgetts & Chamberlain (2014), Markham &
Gamelby (2018) juga beranggapan serupa bahwa konteks digital
seperti facebook adalah media kaya dengan konten dan makna,
siap digunakan sebagai data dalam penelitian digital. Meski
dilakukan di ruang virtual, interaksi sosial di facebook (postingan,
unggahan, komentar, dan lain-lain) dipandang atau dimaknai
sebagai cerminan perilaku offline partisipan. Apapun yang
dilakukan masyarakat di media sosial dapat dianalisis tematik
dan teori dasar, dengan tujuan menemukan pola dan tema
berdasarkan topik, bukan wacana.

Berikut langkah-langkah dalam proses analisis konten


media menurut Hodgetts & Chamberlain (2014):
Data dari Sumber Online | 103

ü Langkah 1: Identifikasi topik dalam konten sesuai dengan


topik penelitian dan beri batasan data apa saja yang
dibutuhkan.
ü Langkah 2: Gridding dan Plotting. Hasil dari tahap 1 diberi
poin-poin sebagai bentuk kluster kesamaan, kemiripan, dan
perbedaan data. Sinopsis plot berfokus pada deskripsi
struktur dan perkembangan berita dan peristiwa terkait.
ü Langkah 3: Mengidentifikasi tema utama, coding, memilih
dan memeriksa perbedaan. Inti dari tahap 3 ini adalah
memilih dan memilah data yang diperoleh dari tahap
sebelumnya. Langkah ini melibatkan pengkodean melalui
proses induktif dan deduktif. Tema deduktif dapat dihasilkan
dari tujuan penelitian dan literatur yang ada, sedangkan
tema induktif dapat dihasilkan dari data dan proses gridding.
Kode-kode tersebut sebaiknya digabungkan menjadi tema-
tema yang lebih besar (tema yang sama, mirip, atau
berbeda) dan/atau dipecah menjadi sub-tema dan kategori
(bila tema memiliki beberapa poin utama).
ü Langkah 4: Menyusun tema, menghubungkan dan
membangun cerita analitik. Ini adalah langkah
menggabungkan dan mengurutkan unsur-unsur analisis
agar menjadi pengembangan ide yang logis, yang
menceritakan kisah analitik sesuai tujuan penelitian.
Langkah ini melibatkan penetapan logika untuk
mengurutkan tema-tema utama berdasarkan narasi analisis
secara keseluruhan. Peneliti tidak hanya mendeskripsikan
apa yang ada dalam data, namun juga mengkomunikasikan
apa arti data yang memberikan konteks untuk tema-tema
yang diidentifikasi.
ü Langkah 5: Interpretasi dan penulisan hasil analisis data.
Interpretasi melibatkan teori ke dalam penjelasan dan
menghasilkan argumen yang koheren tentang apa yang
104 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

dianalisis dengan cara menghubungkan dengan literatur-


literatur. Tema-tema yang telah didapat di tahap 4 akan
menjadi selaras dengan perkembangan keilmuan dan
berkontribusi pada pemahaman yang lebih luas mengenai
konten dalam media. Tanpa melakukan langkah ini
(mengaitkan dengan teori atau temuan penelitian dalam
literatur), kita hanya akan menghasilkan analisis yang
mendeskripsikan, bukan menafsirkan data. Sederhananya,
proses integrasi adalah mengintegrasikan wawasan terkini
dalam literatur ke seluruh naskah kita, dan memperjelas
apa yang dapat kita sumbangkan (melalui hasil penelitian)
pada perkembangan pengetahuan.

Lindgren (2018) meneliti beberapa aspek interaksi sosial di


platform seperti media sosial. Kemudian ia mengambil
kesimpulan bahwa menganalisis komentar pengguna terhadap
video dapat menjadi salah satu tujuan riset. Peneliti harus
menemukan cara mengumpulkan komentar yang sudah pasti
membutuhkan software untuk menambang data dan
mengunduhnya secara otomatis. Setelah komentar-komentar
dikumpulkan dan diurutkan, etika yang harus perhatikan peneliti
dalam analisis komentar di media sosial adalah:

Analisis apa sebenarnya komentarnya.


Apakah itu percakapan individu atau kelompok.
Analisis like dan dislike postingan.

Bila Lindgren (2018) memberi batasan dalam langkah awal


analisis komentar di media sosial, maka Weller et al. (2018)
mencontohkan analisis data dari blog, yakni dengan cara:
Data dari Sumber Online | 105

ü Mengidentifikasi tema dalam teks yang di tulis di blog.


ü Analisis foto yang ada di media sosial kemudian dibuatkan
narasinya tentang aktivitas yang tergambar dalam foto.
ü Membuat narasi dari hasil interpretasi teks dan gambar.

Sama seperti ungkapan Lindgren (2018) tentang etika


dalam mendapatkan data di internet, Weller et al. (2018) juga
mengulas tentang batasan cara memperoleh data online. Bagi
Weller et al. (2018), peneliti yang menggunakan data dari internet
harus memperhatikan batasan tentang kebebasan akses data.
Batasan tersebut antara lain:

1. Telisik kembali data apa yang benar-benar bebas, mana yang


bebas bersyarat dan data apa saja yang benar-benar dapat di
unduh tanpa izin.
2. Bila dikaitkan dengan data dari blog, maka patuhi cara akses
data yang sesuai dengan sifatnya (poin 1) dengan cara
memisahkan mana saja yang blog publik dan blog pribadi.
Analisis sesuai dengan statusnya tersebut, jika blog pribadi,
maka perlu adanya penyamaran identitas.

Weller et al. (2018) merekomendasikan cara mengenali


data yang dapat dieksplorasi temanya, seperti pluralitas topik
yang ada di berbagai jenis blog:

• Data di blog mempunyai karakter yang berubah-ubah, dalam


arti dapat ditulis, dihapus atau diubah kapan saja. Oleh karena
itu, peneliti harus secara rutin cek, mencatat dan membuat
tangkapan layar data tekstual, gambar dan audio visual yang
ada di blog.
• Memastikan mengakses seluruh jenis data yang umum ada di
blog dan menganalisisnya. Misalnya dengan triangulasi
sumber antara gambar, teks, dan suara atau video. Sama
106 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

halnya dengan data teks, data berupa gambar dan video juga
sangat penting dalam konstruksi indera dan makna. Oleh
sebab itu ketiganya juga harus dianalisis.
• Postingan pemilik akun dan komentar dari netizen bukanlah
satu kesatuan data sehingga tidak dapat diperlakuan sebagai
focus group discussion.
• Menganalisis blog dan konten berbasis online lainnya
memerlukan strategi khusus karena konten yang ada rentan
dengan cyberbullying. Peneliti dapat melindungi hak blogger
dan netizen dengan memperhatikan aspek atau isu sensitif.

Analisis Konten di Website


Schreier (2014) analisis konten pada data kualitatif adalah
metode yang mereduksi data, menetapkan setiap unit
pengkodean ke dalam kategori dan subkategori tema. Tema-
tema dideskripsikan dan diinterpretasikan secara sistematis
untuk mendapatkan makna dan interpretasi tema. Analisis isi
kualitatif cocok untuk data visual atau verbal, data yang
dihasilkan sendiri oleh peneliti (dengan melakukan wawancara,
kelompok fokus, observasi), surat kabar, majalah, dan sumber
online (blog, website). Fokus metode ini adalah pada deskripsi
dan interpretasi konten. Namun demikian, karena fokusnya pada
deskripsi, analisis isi kualitatif tidak cocok untuk membangun
teori. Untuk membangun teori diperlukan uji terhadap sasaran.

Schreier (2014) memberikan tiga ciri analisis konten pada


riset kualitatif:

1. Reduksi data. Memilih dan memilah data dengan cara


membuat kategori-kategori sesuai dengan tujuan penelitian.
Data lain yang tidak diperlukan bisa dihapus.
Data dari Sumber Online | 107

2. Sistematis. Memerlukan urutan langkah-langkah tertentu,


seperti dimulai dengan pengkodean, pengelompokkan tema,
deskripsi tema, interpretasi hasil deskripsi, dan penyajian
hasil analisis.
3. Fleksibel. Analisis konten kualitatif biasanya menggabungkan
kategori tema berdasarkan kesamaan, kemiripan, perbedaan,
atau kontras.

Schreier (2014) mengingatkan ada kemiripan antara


analisis konten kualitatif dan kuantitatif. Keduanya juga
memerlukan tahap coding untuk membuat deskripsi sistematis,
menghasilkan definisi kategori, dan hasil lainnya. Hal ini yang
juga harus disadari oleh penulis agar tidak salah dalam
melaksanakan tahapan analisis. Sebagai bahan perbandingan
antara analisis isi kualitatif dan analisis isi kuantitatif, dapat dilihat
dalam tabel berikut:

Qualitative Content Quantitative Content


Analysis Analysis
Kriteria kualitas analisis isi Menyajikan temuan analisis isi
kualitatif, terutama konsistensi kualitatif dapat melibatkan
(untuk menilai reliabilitas dan penghitungan frekuensi.
validitas).
Makna laten dan lebih Fokus analisis isi kuantitatif tetap
bergantung pada konteks. pada makna nyata namun
didasarkan pada uji hipotesis dan
analisis statistik
Fokus analisis isi kualitatif Proses pengkodean hanyalah titik
diawali dengan coding, awal untuk data selanjutnya.
penjelasan rinci tema, dan
analisis materi.
Analisis konten dianggap Analisis konten biasanya
sebagai metode analisis data. dianggap sebagai metode
pengumpulan data.
108 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Lebih jelas Schreier (2014) memberi langkah-langkah


analisis konten di penelitian kualitatif:

1. Menentukan pertanyaan penelitian.


2. Pemilihan bahan atau data. Kriteria terpenting di sini adalah
memilih materi sehingga mencerminkan keragaman sumber
data. Penelitian kualitatif identik dengan berbagai sumber
data untuk memperkaya analisis. Kita tidak hanya terpaku dari
hasil wawancara.
3. Membangun kerangka coding. Pengkodean terdiri dari
langkah-langkah berikut: pemilihan data, menyusun,
mendefinisikan kategori, merevisi dan memperluas kerangka
pembahasan (kompilasi dari berbagai keilmuan).
4. Segmentasi. Pembagian materi atau data menjadi unit-unit
yang sesuai dengan kategori dan subkategori kerangka
pengkodean. Unit pengkodean ini adalah data yang dapat
diinterpretasikan maknanya.
5. Kejelasan frame atau kerangka analisis konten. Misal ada
lebih dari 40 kategori, maka harus dikelompokkan menjadi
beberapa bagian yang ditetapkan secara berurutan. Caranya
adalah dengan membagi frame berdasarkan kategori utama,
kemudian diberi subkategori. Satu kategori utama bisa
memiliki satu atau lebih subkategori.
6. Mengevaluasi dan memodifikasi kerangka pengkodean.
Berguna untuk konsistensi dan validitas data. Evaluasi
konsistensi terlihat dari definisi kategori dan subkategori yang
jelas dan lugas, dalam arti tidak ada keterangan yang
berubah-ubah. Evaluasi validitas adalah sejauh mana
kategori dan subkategori menggambarkan tema penelitian
dan konsep-konsep yang menjadi bagian dari pertanyaan
penelitian.
Data dari Sumber Online | 109

7. Analisis utama. Fase analisis utama adalah pemberian kode


pada semua materi. Penting untuk diingat bahwa kerangka
pengkodean tidak dapat lagi dimodifikasi pada tahap ini.
Langkah pertama dalam analisis utama adalah memastikan
materi sudah dikelompokkan unit-unit pengkodean yang
tepat, sebelum diinterpetasikan makna dari masing-masing
kelompok.
8. Mempresentasikan dan menafsirkan temuan. Menyajikan
hasil analisis memerlukan kerangka pengelompokkan
lengkap dengan definisinya seperti yang sudah dilakukan
hingga tahap 7. Tampilan pembagian kelompok dapat
berbentuk tabel atau matriks. Kelompok-kelompok ini
dinarasikan agar memunculkan penjelasan lebih dalam.
Kemudian diberi kutipan untuk mendukung, menegaskan atau
memberi gambaran lain dari setiap tema yang ada dimasing-
masing kelompok. Akan lebih baik jika ada temuan penelitian
yang diluar tujuan penelitian, namun masih berkaitan dengan
tema riset. Temuan hal baru ini dapat berfungsi sebagai titik
awal untuk eksplorasi data lebih lanjut, untuk penelitian
lanjutan dengan tema yang sejenis (sama bidang ilmu).
Temuan baru juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi
penelitian lain yang tidak sama bidang ilmu (untuk mix atau
lintas keilmuan).

Analisis Menggunakan Software


Membahas cara analisis data kualitatif, sebagian dari kita akan
memilih cara manual, dengan membaca skrip hasil wawancara
atau FGD, narasi hasil observasi, narasi hasil analisis video, atau
tulisan dalam dokumen teks. Analisis cara konvensional lebih
tepat bila data yang diolah tidak begitu banyak jumlahnya, dalam
arti masih dapat dijangkau oleh kemampuan analitik otak
110 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

manusia. Peneliti bisa membaca satu persatu tulisan, mencatat


temanya, menghubungan tema yang sama, memisahkan tema
yang berbeda, dan mendeskripsikannya.

Akan berbeda kasusnya bila data berasal dari dokumen


digital maupun dari sumber online. Bisa kita bayangkan ada
berapa juta tulisan yang diproduksi oleh masyarakat di internet?.
Salah satu contohnya dari website. Ada berapa ribu website?.
Ada berapa juta tulisan yang dihasilkan website hanya dalam
waktu 1 hari?. Contoh lain dari media sosial. Jika melihat aktifnya
netizen membuat status dan saling memberi komentar, entah
berapa banyak kata dan kalimat yang mereka ketikan setiap
detiknya. Semua data yang melimpah ruah ini, umumnya kita
kategorikan sebagai big data. Jelas diperlukan bantuan dari
perangkat teknologi meski hanya untuk menambang data. Juga
pasti membutuhkan bantuan aplikasi untuk membaca dan
menemukan temanya.

Hal tersebut seperti yang dijelaskan Seale (2017) bahwa


perangkat lunak QDA memungkinkan pengolahan data dari
media sosial (misalnya Twitter dan Facebook), website, konten
email, pdf, atau spreadsheet. Gibbs (2014) mengakui bahwa
sudah banyak perangkat lunak yang diciptakan untuk membantu
peneliti kualitatif dalam mengumpulkan hingga menganalisis
data. Aktivitas yang umum dilakukan seperti coding,
perbandingan tema antar kasus, analitik (teori dasar, kerangka
kerja, dan konten) dapat dipermudah dengan penggunaan
software. Secara spesifik, software analisis data kualitatif dapat
digunakan untuk:

ü Konstruksi, modifikasi dan penentuan kode.


ü Keragaman visualisasi apa yang telah dikodekan.
ü Menambang data sesuai kode yang telah ditentukan, baik
data yang sederhana maupun yang kompleks.
Data dari Sumber Online | 111

ü Menangani data berbasis kasus.


ü Menulis memo.
ü Pencarian teks yang lebih canggih yang tidak sekedar
berdasarkan kata kunci.
ü Membuat serangkaian diagram dan bagan.
ü Kemampuan menangani berbagai dokumen termasuk
dokumen media digital seperti gambar, audio dan video.

Gibbs (2014) menambahkan, perangkat lunak QDA


(Qualitative Data Analysis) atau CAQDAS (Computer-Aided
Qualitative Data Analysis Software) pada dasarnya adalah
database yang menyimpan data dari berbagai sumber elektronik,
digital atau online; seperti video, audio, memo dan lainnya. Baik
QDA maupun CAQDAS mendukung anotasi, pengkodean,
penyortiran, dan editing lainnya. CAQDAS juga mendukung dua
jenis pencarian; pencarian teks (leksikal) dan pencarian kode.
Pencarian leksikal mirip dengan fasilitas pencarian kata, istilah,
akar kata, atau kata-kata yang dieja. Gibbs (2014) mengingatkan,
peneliti kualitatif yang menggunakan CAQDAS harus lebih
banyak menggunakan otak kiri, yang berarti mampu mensintesis
dan mengeksplorasi pola dalam data menggunakan diagram,
bagan, warna dan representasi visual dari data dan pemikiran
analitis mereka.

Seale (2017) juga menyoroti kelimpahan data yang ada di


sumber elektronik. Big data ini menuntut pemeriksaan dan
pengkodean yang mendetail agar tidak salah memilih data. Hal
ini tentu saja sangat memakan waktu. Peneliti harus analisis teks
satu demi satu agar mendapatkan data yang sesuai dengan topik
riset. Oleh sebab itu diperlukan cara penambangan data dengan
bantuan perangkat teknologi pula, yang dapat mengimbangi
sumber data elektronik. Analisis teks dapat dilakukan dengan
112 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

produk perangkat lunak QDA. Penambangan teks atau analisis


teks dengan perangkat lunak QDA memungkinkan peneliti
kualitatif menganalisis big data. Tiga keunggulan utama
perangkat lunak QDA:

1. Kecepatan dalam menangani data dalam jumlah besar.


2. Analisis yang lebih teliti dan transparan dibanding dengan
cara manual.
3. Dapat berperan sebagai asistensi tim penelitian. Artinya, ada
banyak fitur yang memudahkan peneliti untuk menganalisis
data.

Olsen (2012) memberikan opsi perangkat lunak yang lazim


dipakai oleh peneliti kualitatif yakni NVivo, MAXQDA, atau
ATLAS.ti. Perangkat lunak ini berguna untuk analisis isi yang
lebih sistematis, analisis konten, membuat kelompok tema
(biasanya tema diberi judul pendek yang disebut kode) dan
menghubungkan kode tersebut ke semua teks yang relevan.

Menurut Gibbs (2014), MAXQDA sekarang menawarkan


fitur pembuatan bagan serupa dan telah memperluas fitur hingga
mencakup representasi seperti cloud kata, analisis cluster, dan
tabel frekuensi. Seale (2017) memberikan alamat untuk
mengunduh beberapa software yakni ATLAS.ti ke
www.atlasti.com. HyperRESEARCH di
www.researchware.com/products/hyperresearch.html. MAXQDA
ada di www.maxqda.com. Nvivo dapat ditelusur dari
www.qsrinternational.com kemudian QDA Miner dari
https://provalisresearch.com dan Transana www.transana.com.

Dibalik kecanggihan yang ditawarkan oleh aplikasi atau


perangkat lunak analisis data kualitatif, tetap ada kelemahan
yang harus dimengerti oleh peneliti. Ini artinya, saat
menggunakan QDA atau CAQCAS tidak berarti seluruh proses
Data dari Sumber Online | 113

penambangan data hingga analisis data dapat diselesaikan


secara instan. Flick (2014) mengingatkan bahwa perangkat lunak
QDA tidak dapat melakukan analisis kualitatif sendiri secara
otomatis secepat SPSS (program statistik untuk riset kuantitatif).
CAQDAS tidak benar-benar menganalisis data namun hanyalah
sebuah alat untuk mendukung proses analisis data kualitatif.

Gibbs (2014) juga mengungkapkan kelemahan dari Atlas.ti


karena tidak memiliki fitur susunan kode yang hierarkis walau
kode-kode tersebut dapat diberi nama sesuai kumpulan kode.
Sebaliknya, software NVivo memiliki fasilitas hierarki kode yang
dapat disusun menjadi pohon. Sisi positif dari Atlas.ti adalah
adanya fungsi pemodelan yang terintegrasi dengan baik, dapat
membuat diagram, mengumpulkan elemen yang mewakili kode,
menambah kutipan dan memo (bagian teks atau bagian gambar).
Atlas.ti menyimpan materi sumber secara terpisah dari berkas
proyek. Sebaliknya, program (seperti NVivo) justru akan
menyimpan semua materi dalam satu file. Nvivo kini menawarkan
fitur pembuatan bagan, representasi kata, analisis klaster, dan
tabel frekuensi.

Menurut Seale (2017), Nvivo dapat dipilih jika peneliti ingin


menganalisis konten tematik pada data artikel untuk
mengembangkan skema pengkodean dan mengidentifikasi
konten di media. Untuk Transana, software ini sejak awal
dikembangkan, tujuannya untuk analisis materi video. Perangkat
lunak ini memungkinkan peneliti mengkodekan segmen data
(misalnya potongan teks atau momen dalam video) menurut
beberapa skema konseptual. Kode dapat merujuk pada konten,
atau bentuk.

Silverman (2014) juga memberi contoh cara lain untuk


menganalisis data tekstual yang dapat kita pilih bila big data
dalam bentuk tekstual. Peneliti dapat memilih Comparative
114 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

keyword analysis (CKA) karena CKA didasarkan pada linguistik.


Metode ini mengandalkan kerja komputer untuk mengolah data
dan perangkat lunak WordSmith Tools
(www.lexically.net/wordsmith/), yang mendukung pembuatan dan
perbandingan daftar kata yang muncul dalam teks berbeda. CKA
juga bisa untuk melakukan gabungan data kuantitatif dan
kualitatif dalam analisis teks. CKA mirip dengan analisis konten,
namun peneliti tidak menganalisis jumlah kata di dalam teks. CKA
mengidentifikasi dengan cepat titik-titik perbedaan utama dalam
kumpulan teks yang besar karena berdasarkan kata kunci.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kata kunci adalah kunci atau
inti paling dasar dari tulisan. CKA tepat digunakan untuk analisis
kualitatif karena benar-benar menganalisis kata kunci (makna
kata), bukan jumlah kata dari kata kunci.

Sumber Gambar: Silverman (2014)


Bab 7

Data dari Lingkungan Sosial dan Alam

Hasil Observasi Lingkungan Sosial


Pencarian data tentang lingkungan sosial umumnya dilakukan
dengan cara observasi secara langsung yang mengharuskan
peneliti berinteraksi dengan masyarakat untuk mengamati
aktivitas sosial, merasakan menjadi seperti informan, kemudian
merekam moment apa saja yang memang penting karena ada
kalanya, peristiwa tidak akan terulang kedua kali. Hal ini seperti
yang disampaikan Saldaña (2011) bahwa observasi partisipan
tidak hanya berfokus terutama pada tindakan, reaksi, interaksi
manusia, namun juga mendokumentasikan objek dan analisis
artefak dalam suatu lingkungan lapangan penelitian.

Saldaña (2011) menambahkan, khusus untuk dokumen


atau artefak, bukti fisiknya juga dapat dimiliki oleh peneliti (bukan
hanya direkam). Misalnya benda yang dibuat oleh partisipan
kemudian diberikan kepada peneliti. Bisa juga peneliti membeli
dari partisipan atau meminta izin untuk duplikasi (memfoto atau
memvideo). Kepemilikan ini penting untuk menunjang analisis
karena artefak memberikan informasi kepada peneliti tentang apa
yang penting atau bagian dari dunia budaya tempat yang sedang
ia teliti. Jika peneliti memiliki benda tersebut, analisis akan lebih
mudah dibanding analisis artefak yang hanya terakam di video.
Bila diibaratkan (dengan mengadopsi perspektif dramaturgi yang
memandang kehidupan sebagai pertunjukan) maka dokumen
atau artefak dari masyarakat adalah “alat peraga” atau apa yang
digunakan dan dimiliki oleh masyarakat. Peneliti bisa melihat

115
116 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

lebih jelas bentuk, ukuran dan bahan dari artefak. Informasi ini
akan membuat hasil analisis lebih baik.

Contoh artefak adalah berbagai benda dan poster yang


digantung di dinding, kenang-kenangan berharga yang
diletakkan di lemari pajang, dan benda lainnya. Contoh lain
adalah kostum panggung. Peneliti harus peka bahwa dibalik
pakaian pentas tersimpan informasi tentang garis, warna, tekstur,
siluet, dan elemen visual lainnya yang menunjukkan kepribadian
karakter kepada penonton. Ini artinya pula ada kemungkinan
besar bahwa kepribadian seseorang dikehidupan nyata dapat
dilihat dari aspek pakaian sehari-hari seperti kesesuaian pakaian,
warna dan pola, bahan, label desainer, aksesori, dan sebagainya.
Para peneliti kualitatif dapat melakukan pengamatan tentang apa
yang dikenakan orang, mengapa mereka mengenakannya, dan
analisis lainnya (Saldaña, 2011).

Marvasti (2014) membagikan tiga strategi analisis data


observasi dengan tiga tujuan yang berbeda, yang umum
dilakukan peneliti:

1. Deskriptif. Cara paling sederhana untuk merepresentasikan


observasi adalah dengan mendeskripsikannya. Data mentah,
misalnya dari apa yang kita lihat secara langsung, apa yang
kita dengar atau yang kita tonton di video menjadi teks tertulis.
Analisis deskriptif menekankan pada penggambaran
lapangan secara realistik.
2. Induktif. Strategi yang paling terkenal untuk analisis induktif
data observasi kualitatif adalah ‘teori dasar’ (grounded
theory). Hasil observasi lapangan secara spesifik dan
bertahap diarahkan pada perumusan konsep dan kumpulan
konsep. Cara berpikir analisis induktif bergerak dari yang
khusus ke yang umum.
Data dari Lingkungan Sosial dan Alam | 117

3. Konstruksionis. Tujuannya adalah untuk mengungkap proses


pembuatan makna yang digunakan orang-orang di lapangan
untuk memahami dunia mereka. Analisis konstruksionis
menyoroti proses-proses tertentu dan bermakna secara
kontekstual. Analisis konstruksionis berkaitan dengan
bagaimana partisipan menciptakan dunia sosial mereka
menggunakan kata-kata lisan dan tulisan (apakah kata-kata
tersebut diperoleh melalui wawancara atau muncul secara
alami di lapangan).

Observasi partisipan juga lekat dengan riset etnografi.


Creswell (2016) menjelaskan, analisis studi etnografi
menggambarkan bagaimana suatu kelompok budaya
mengembangkan pola tindakan, pembicaraan, dan perilaku dari
interaksi bersama sepanjang waktu. Peneliti dapat melakukan
analisis lingkungan sosial dari perspektif etnografi, yakni dengan
cara:

1. Mengidentifikasi kelompok budaya dan apa yang menarik


untuk dipelajari dari kelompok tersebut. Peneliti melibatkan
diri dalam komunitas untuk mengetahui dan mengikuti cara
mereka hidup. Dengan demikian data yang didapat bersifat
alami (karena peneliti ikut merasakan menjadi masyarakat)
dan apa adanya (tanpa direkayasa oleh peneliti). Peneliti
belajar tentang cara berbicara, berperilaku, ritual,
berkomunikasi, pola berpakaian, dan aspek lain sesuai
dengan budaya mereka.
2. Mencatat sistem kepercayaan, keyakinan, gagasan, perilaku,
bahasa, dan ritual yang dialami. Catatan ini dilengkapi dengan
wawancara dan observasi mendalam. Ciri khas etnografi yang
baik adalah peneliti menghabiskan waktu yang lama di lokasi
riset, dengan rentang waktu minimal 6 bulan. Semakin lama
118 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

peneliti menghabiskan waktu bersama komunitas, semakin


dalam pula budaya yang dipelajari. Dampak positifnya, akan
semakin terjawab pertanyaan penelitian.
3. Mengembangkan deskripsi tema secara rinci. Produk akhir
dari riset etnografi adalah tema-tema yang menggambarkan
pola kepercayaan, ide, perilaku, dan bahasa yang
dideskripsikan atau dinarasikan secara lengkap sehingga
menggambarkan tentang budaya tersebut.

Tidak berbeda jauh dengan cara analisis yang diajarkan


Creswell (2016), analisis etnografi yang menekankan pada
gambaran budaya juga diberikan oleh Creswell & Poth (2018)
bahwa analisis data penelitian etnografi dapat dilakukan dengan
cara:

1. Peneliti mengandalkan pandangan partisipan sebagai


perspektif orang dalam (internal atau masyarakat asli pemilik
budaya). Pernyataan dari partisipan di kutip kata demi kata,
disintesis, dan disaring yang sesuai dengan pertanyaan
penelitian.
2. Pernyataan partisipan yang sudah diolah tersebut,
dinarasikan agar sesuai dengan perspektif ilmiah yang
mengembangkan interpretasi budaya secara keseluruhan.
Interpretasi budaya adalah gambaran komunitas yang
dikaitkan dengan konsep teoritis dalam penelitian.
3. Peneliti melakukan interpretasi untuk mengembangkan
pemahaman baru tentang budaya kelompok masyarakat.

Analisis yang lebih kompleks terhadap data dari observasi,


karena bertujuan untuk membangun teori diajarkan oleh O’Leary
(2017):

ü Identifikasi bias data yang ditemukan


Data dari Lingkungan Sosial dan Alam | 119

ü Coding data yang ditemukan dengan cara membuat cluster


ü Mencari pola dan keterkaitan antara data yang dicoding
ü Memetakan dan membuat tema
ü Membangun dan memverifikasi teori
ü Membuat kesimpulan.

Untuk memudahkan peneliti dalam coding data hasil


observasi masyarakat, Tracy (2020) memberikan tips sebagai
berikut:

Sumber gambar: Tracy (2020)


120 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Jenks (2018) memberikan pilihan lain dalam analisis data


hasil observasi masyarakat, yakni dengan cara transkipsi.
Transkrip adalah catatan interaksi sosial. Transkrip dapat
digunakan untuk menguji ciri-ciri dialek hingga konstruksi
ideologis. Transkrip juga berfungsi sebagai konstruksi teoritis.
Artinya, transkrip mencerminkan penelitian unik untuk tujuan
empiris dan tradisi disiplin ilmu. Oleh karena itu, variasi transkripsi
merupakan ciri umum penelitian berbasis transkrip. Transkripsi
sendiri dapat diartikan sebagai tindakan menyalin interaksi sosial
menjadi naskah yang berisi narasi tentang masyarakat
berdasarkan apa yang dilihat, dialami dan dirasakan oleh peneliti.

Jenks (2018) menambahkan, ada dua macam transkrip;


terbuka dan tertutup. Transkrip terbuka didasarkan pada
gagasan bahwa transkrip adalah alat untuk mengembangkan
pertanyaan penelitian. Intinya, yang tertulis dalam transkrip dapat
memunculkan pertanyaan baru (subpertanyaan) yang
menunjang pertanyaan penelitian inti (yang sudah ditentukan
sebelumnya). Sebaliknya, transkrip tertutup didasarkan pada
gagasan bahwa rekaman data, serta transkrip, adalah produk
dari pertanyaan penelitian. Dengan kata lain apapun yang tertulis
dalam transkrip sesuai dengan pertanyaan penelitian dan tujuan
empiris dari penelitian. Transkrip tertutup memerlukan sebagian
besar proses deduktif dalam membentuk catatan fenomena agar
sesuai dengan tujuan penelitian.

Jenks (2018) menyarankan beberapa tips bagi peneliti


untuk melakukan transkripsi dengan mengikuti panduan yang
ada dalam tabel berikut:
Data dari Lingkungan Sosial dan Alam | 121

Sumber Gambar: Jenks (2018)

Jika Creswell (2016) dan Creswell & Poth (2018)


menyarankan analisis hasil observasi lingkungan sosial dengan
cara penggambaran budaya berdasarkan hasil dari observasi
partisipan peneliti yang hidup bersama masyarakat, O’Leary
(2017) yang mengarahkan pada pembentukan teori, serta Jenks
(2018) pada pembuatan transkripsi, saran yang berbeda
terhadap analisis data observasi diberikan oleh Bohnsack (2014)
yang mengarahkan pada dokumentasi lingkungan sosial.

Menurut Bohnsack (2014), metode analisis data kualitatif


dengan cara dokumenter pertama kali dikembangkan pada tahun
1980-an. Terinspirasi secara teoritis dari Karl Mannheim dan
etnometodologi untuk digunakan dalam konteks diskusi
kelompok dan analisis pembicaraan. Intinya, pada awal
diciptakan, metode dokumenter dikhususkan untuk analisis
wawancara dan FGD dengan masyarakat yang diteliti. Seiring
berjalannya waktu, maka cakupan penelitian kualitatif juga
mengalami perkembangan. Sumber data tidak hanya dari tulisan
tangan peneliti yang mencatat hasil wawancara. Kini, proses
wawancara juga perlu direkam dalam bentuk video.
122 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Perkembangan selanjutnya, pembuatan dokumen video


tidak hanya untuk aktivitas wawancara, namun juga kegiatan
observasi. Dengan kata lain, rekaman tersebut adalah “catatan”
tentang segala sesuatu yang dilakukan masyarakat, namun
bukan dalam bentuk tulisan. Segala interaksi sosial “tercatat”
dalam bentuk gerakan dalam video. Kita dapat mengetahui apa
yang terjadi di lingkungan masyarakat, apa saja yang mereka
lakukan, bagaimana cara berinteraksi dengan cara menonton
video. Bila diibaratkan, menonton video sama dengan
“membaca”, namun yang kita baca bukan kalimat. Bidang
penelitian dengan metode dokumenter kian beragam; kehidupan
remaja, pendidikan di sekolah, analisis penerimaan media,
pekerjaan sosial, pekerjaan medis, migrasi, masa kanak-kanak,
biografi dan pembangunan manusia, pendidikan seumur hidup,
aspek pendidikan dan sosiologis agama, kewirausahaan,
termasuk organisasi dan budayanya (rumah sakit, organisasi
kesejahteraan, polisi, sekolah, perusahaan) (Bohnsack, 2014).

Metode dokumenter untuk menganalisis data kualitatif


memiliki dua langkah interpretasi yang berurutan: perumusan
interpretasi dan refleksi interpretasi (Bohnsack, 2014). Berikut
penjelasannya:

1. Merumuskan tafsir. Sebagian besar isi video atau tekstual


dari data adalah makna eksplisit yang mudah dipahami oleh
peneliti. Namun demikian, saat menginterpretasikan isi video
atau tulisan teks, ada kalanya kita bertemu dengan kalimat
yang cukup membingungkan untuk dipahami. Tugas peneliti
untuk menafsirkan makna implisit tersebut dan menjelaskan
agar menjadi makna eksplisit. Struktur dasar perumusan
interpretasi adalah penguraian dan perumusan topiknya
seperti apa yang dikatakan, digambarkan, atau didiskusikan,
dan apa yang menjadi topik wacana (isi video atau teks).
Data dari Lingkungan Sosial dan Alam | 123

Urutannya dimulai dengak memilih topik-topik terpenting


(tema utama), sub-subordinasi (subtema), sub-subordinasi
(sub-subtema).
2. Refleksi interpretasi adalah peralihan dari makna eksplisit ke
makna dokumenter dengan cara menarasikan tema,
subtema, dan sub-subtema. Peralihan dari makna eksplisit ke
makna dokumenter dilakukan dengan format narasi yang
menjelaskan dari apa ke bagaimana. Narasi mencerminkan
bagaimana hubungan antara tema, subtema, dan sub-
subtema lengkap dengan contoh permasalahan, komparasi
kasus, dan penguatan dari berbagai kutipan.

Salah satu ciri khas sekaligus pencapaian metode


dokumenter adalah memberikan akses terhadap pengetahuan
implisit, yang masih tersembunyi atau a-teoretis. Hal ini
dikarenakan pengetahuan yang disampaikan kepada kita melalui
gambar (dalam video) pada dasarnya adalah pengetahuan
implisit masih samar dan belum terlihat. Metode dokumenter
berguna untuk menafsirkan gambar agar isinya dapat menjadi
pengetahuan baru bagi masyarakat. Artinya, tugas peneliti untuk
menjelaskan apa dan bagaimana isi dari video (Bohnsack, 2014).

Masih berkaitan dengan analisis hasil rekaman saat


observasi, Knoblauch et al. (2014) menganggap analisis video
yang direkam oleh peneliti sendiri di lapangan disebut sebagai
videografi, yaitu peneliti menggunakan video sebagai instrumen
untuk mengumpulkan dan menganalisis interaksi sosial dalam
lingkungan alami. Videografi dicirikan bahwa para peneliti sendiri
yang merekam video di lapangan penelitian dan kemudian
menggunakan kaset audiovisual tersebut untuk analisis mereka.
Dengan demikian, peneliti dapat menjelaskan cara dan proses
produksi data secara eksplisit dan metodis karena peneliti sendiri
yang melakukan hal tersebut. Cara kerja peneliti yang melakukan
124 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

analisis video jenis ini menyerupai cara kerja peneliti etnografi,


yakni melibatkan diri dalam waktu yang lama dengan objek yang
diteliti.

Knoblauch et al. (2014) berpendapat, videografi sangat


berguna untuk mempelajari komunikasi dan interaksi dalam
konteksnya. Video menyediakan bentuk data yang khas dengan
kualitas tertentu untuk penelitian di bidang ilmu sosial yakni
bahasa dan ucapan, gerak tubuh dan ekspresi wajah, dan lain
sebagainya. Para peneliti studi linguistik akan membagi aspek-
aspek ini ke dalam pendekatan yang lebih holistik tentang struktur
dan penggunaan bahasa yang digunakan oleh tokoh dalam
video. Para ahli etnografi tidak hanya memandang videografi
sebagai cara mengumpulkan dan analisis data, namun juga
membuat artefak baru, bukti kehidupan masyarakat. Alur
menganalisis data videografi dapat dipelajari dari gambar berikut:

Sumber Gambar: Knoblauch et al. (2014)


Data dari Lingkungan Sosial dan Alam | 125

Knoblauch et al. (2014) mengajarkan cara analisis video:

1. Semiotika. Video sangat lekat dengan tanda-tanda visual. Hal


ini yang harus dibaca oleh peneliti agar memunculkan makna
dibalik kode, gambar benda-benda yang terekam, gerak
tubuh, ekspresi wajah, dan lain-lain.
2. Hermeneutika. Peneliti memunculkan teks dari percakapan
dalam video dan menginterpretasikan sehingga jelas
maknanya bagi pembaca.
3. Etnografi. Videografer dituntut untuk memunculkan
pengetahuan kontekstual yang terwakili dalam video
sehingga pembaca memahami apa yang sedang terjadi saat
itu. Misalnya dalam video interaksi sosial didapat
pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari dan konteksnya
secara ilmiah.

Hasil Observasi Lingkungan Alam


Data dari sumber alam mungkin tidak dominan dianalisis oleh
peneliti kualitatif. Namun demikian, data jenis ini tetap menjadi
bagian dari riset kualitatif, tergantung apa tujuan penelitiannya.
Contoh pentingnya data alam dalam riset kualitatif adalah
pengalaman masyarakat saat menghadapi bencana. Kita
membutuhkan cerita tentang kondisi lingkungan, seperti gemuruh
angin, suhu udara, perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Data
jenis ini memang umumnya hanya bisa dikenali melalui panca
indra masyarakat yang mengalami, meski ada beberapa orang
yang berhasil merekam suara deru angin, pohon yang miring
karena badai, atau tanah yang longsor.

Tidak hanya informan, penelitipun bisa mendapatkan data


dari lingkungan alam jika memang saat observasi di lokasi riset,
ia merasakan perubahan alam yang mendukung penelitiannya.
126 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Hal ini seperti yang dikatakan O’Leary (2017) bahwa observasi


pada intinya memberikan peluang bagi peneliti untuk
mendapatkan sekaligus menganalisis data dengan cara melihat,
mendengar, mencium, merasakan dan bahkan mengecap
lingkungan. Ini memungkinkan kita memahami realitas dan
mengatasi kompleksitas interaksi sosial. Observasi juga
mengandalkan kemampuan peneliti untuk mengumpulkan dan
menganalisis data melalui indranya. Cara analisis data dari
lingkungan alam secara implisit dapat kita ketahui dari
pernyataan Knoblauch et al. (2014) bahwa artefak, peralatan,
aksesori, organisasi spasial, warna, tekstur, dan suasana
lingkungan sekitar perlu digambarkan, dilestarikan dalam
representasi dua dimensi, direkonstruksi dari video, termasuk
makna simbolisnya. Meski suhu dan ‘suasana emosional’ lainnya
tidak dapat ditangkap dengan video.

Dari pernyataan Knoblauch et al. (2014) tersebut dapat


dipahami bahwa analisis data dari lingkungan alam dapat
dilakukan dengan cara menggambarkan apa yang kita lihat
(perubahan cuaca atau iklim), apa yang kita rasakan (suhu,
temperatur), bau apa yang kita cium, tekstur apa yang kita raba,
dan temuan lain yang terdeteksi panca indra. Setelah kita
gambarkan, selanjutnya kita interpretasi agar memunculkan
makna atas peristiwa alam yang disaksikan atau dirasakan oleh
informan dan peneliti. Yin (2016) juga memberikan saran serupa
terhadap analisis data yang berasal dari lingkungan alam. Data
yang hanya dapat dirasakan, seperti hangat atau dingin,
merasakan berlalunya waktu, atau menafsirkan kebisingan suara
harus dituliskan secermat mungkin, mencatat kapan dan di mana
perasaan itu terjadi.
Data dari Lingkungan Sosial dan Alam | 127

Bull (2018) juga mengimpikasikan cara analisis data dari


lingkungan alam, yang ia contohkan dari suara. Peneliti meminta
para pejalan kaki untuk merefleksikan apa yang mereka dengar
dan menceritakan ingatan mereka tentang pengalaman tersebut.
Pengalaman mendengar suara tertentu akan memiliki arti yang
berbeda terhadap prang yang berbeda pula. Hal ini yang harus
dinarasikan oleh peneliti.
128 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data
Bab 8

Analisis Data Dari Multi Sumber

Sumber Wawancara, FGD, Dokumen Audio Visual


Jika pada beberapa bab terdahulu penulis membahas analisis
data dalam satuan jenis data, maka pada bab 8 ini penulis
memberikan contoh analisis data yang berlaku general. Data
berasal dari berbagai sumber namun cara analisisnya sama.
Contohnya seperti yang disarankan Creswell & Poth (2018)
bahwa untuk data wawancara, FGD, dan dokumen audio visual
dapat dilakukan dengan alur analisis berikut:

Sumber Gambar: Creswell & Poth (2018)

129
130 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Menurut Creswell & Poth (2018), setelah data dikumpulkan,


tahap selanjutnya adalah analisis data. Berikut langkah-
langkahnya:

1. Mengelola dan mengorganisasikan data. Pada tahap awal


proses analisis, peneliti biasanya mengatur datanya ke dalam
file digital dan membuat sistem penamaan file. Konversi data
juga perlu dilakukan agar jelas pemilihan unit teks yang
sesuai. Misalnya data dari wawancara atau FGD maka harus
dipilah kata, kalimat, keseluruhan cerita sedangkan data dari
audio visual dipilah yang merepresentasikan data digital.
2. Membaca dan membuat memo. Bacalah transkrip secara
keseluruhan beberapa kali untuk memindai teks hasil tahap 1,
mana yang paling sesuai dengan tujuan penelitian. Ini
memungkinkan peneliti untuk membangun pemahaman
tentang data secara keseluruhan tanpa terjebak dalam detail
pengkodean. Memo adalah frasa pendek, ide, atau konsep
kunci. Memo bukan sekadar ringkasan deskriptif data, namun
upaya untuk mensintesis data menjadi makna analitik tingkat
tinggi.
3. Mendeskripsikan dan mengklasifikasikan kode-kode menjadi
tema. Langkah selanjutnya terdiri dari perpindahan dari tahap
2 ke tahap mendeskripsikan, mengklasifikasikan, dan
menafsirkan data. Di sini, peneliti membuat deskripsi rinci,
menerapkan kode, mengembangkan tema, dan memberikan
interpretasi berdasarkan pandangan mereka sendiri atau
pandangan perspektif dalam literatur (melalui kutipan).
Proses pengkodean sangat penting dalam penelitian kualitatif
dan melibatkan pemahaman teks yang dikumpulkan dari
wawancara, observasi, dan dokumen. Pengkodean
melibatkan pengumpulan data teks atau visual, mengubahnya
ke dalam kategori informasi kecil, kemudian memberi label
pada kode tersebut.
Analisis Data dari Multi Sumber | 131

4. Mengembangkan dan menilai interpretasi. Peneliti sudah


pasti terlibat dalam interpretasi data ketika mereka melakukan
penelitian kualitatif. Interpretasi secara sederhana adalah
pemahaman terhadap data untuk mendapatkan
pengetahuan. Interpretasi dalam penelitian kualitatif
dilakukan dengan cara pengabstraksian kode, merumuskan
tema menuju pembentukan makna data yang lebih luas.
5. Merepresentasikan dan memvisualisasikan data. Peneliti
membuat kemasan dari apa yang ditemukan di tahap 4 dalam
bentuk teks, tabel, atau gambar. Misalnya, untuk membuat
gambaran visual suatu informasi, peneliti dapat menyajikan
tabel perbandingan. Peneliti juga bisa menggunaka matriks
untuk membandingkan dan melakukan referensi silang
kategori untuk menetapkan gambaran pola atau rentang data.
Diagram pohon juga dapat dipilih jika ingin menyajikan data
dalam bentuk hierarki.

Sumber Wawancara, Observasi, Analisis Dokumen


Yin (2016) memberikan 5 fase yang harus dilalui untuk analisis
data wawancara, observasi, dan dokumen. Berikut urutannya:

(1) Memilah. Dimulai dengan menyusun dan menyortir catatan


lapangan, wawancara, rekaman audio visual, dan rekaman
lainnya. Data yang asli dalam bentuk teks dibaca berulangkali
sampai mengerti isinya. Data yang masih dalam rekaman
disalin terlebih dahulu ke dalam teks.
(2) Kompilasi. Data dibagi-bagi ke dalam cluster yang lebih kecil,
diberi label atau kode. Pengelompokkan ini tidak hanya dari
sumber data yang sama, misalnya hanya dari wawancara.
Data dari wawancara dapat dikelompokkan dengan data
analisis dokumen, asalkan tema sama atau serupa.
132 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Pengelompokkan ini akan memberi gambaran data dengan


tema yang sama dan otomatis terlihat perbedaan dari
masing-masing cluster.
(3) Menyusun tema. Menggambarkan data secara grafis, daftar
dan tabel atau bentuk visual penyajian data lainnya.
(4) Menafsirkan. Menjelaskan implikasi dari data untuk
interpretasi sesuai dengan masing-masing tema. Membuat
narasi untuk menyertai setiap tabel, grafik, denah, peta, atau
visualisasi data lainnya. jika relevan, yang akan menjadi
bagian analitik utama dari draf naskah Anda. Menafsirkan
juga dapat dianggap sebagai upaya untuk memberikan
makna tersendiri pada temuan penelitian.Interpretasi
didedikasikan untuk menjelaskan bagaimana atau mengapa
sesuatu terjadi, atau bagaimana atau mengapa orang
mengatakan apa yang mereka lakukan.
(5) Kesimpulan. Kesimpulan harus dikaitkan dengan penafsiran
pada fase keempat dan menjawab pertanyaan penelitian.
Bab 9

Analisis Data Berdasarkan Pendekatan


Riset

Analisis Data dan Pendekatan


Data Analysis
And Grounded Ethno-
Narrative Phenomenology Case Study
Representation Theory Study graphy

Managing and Create and Create and Create and Create and Create and
organizing the organize data organize data organize data organize organize
data files. files. files. data files. data files.
Read Read
Read through Read through through text, through text,
Read through text,
Reading and text, make text, make make make
make margin
memoing margin notes, margin notes, margin margin
notes, and form
emergent ideas and form initial and form initial notes, and notes, and
initial codes.
codes. codes. form initial form initial
codes. codes.
Describe open
Describe the
coding Describe the
patterns across Describe personal
categories. social
Describing and the objective set experiences
Select one open setting, Describe the
classifying of experiences through epoche.
coding category actors, and case and its
codes into Identify and Describe the
to build toward events; draw context.
themes describe the essence of the
central a picture of
stories into a phenomenon.
phenomenon in the setting.
chronology
process.
Engage in axial
coding—causal
Locate condition, Use
Analyze
epiphanies Develop significant context, categorical
Developing and data for
within stories. statements. Group intervening aggregation
assessing themes and
Identify statements into conditions, to establish
interpretations patterned
contextual meaning units. strategies, and themes or
regularities.
materials. consequences. patterns.
Develop the
theory.

Sumber Gambar: Creswell & Poth (2018)

133
134 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Analisis dan Representasi Penelitian Narasi. Data yang


dikumpulkan dalam studi naratif perlu dianalisis untuk
mengetahui cerita yang ingin disampaikan, kronologi peristiwa
yang terjadi, dan titik balik atau pencerahan yang dialami penutur
(informan). Unsur analisis naratif biasanya terdiri dari proses
mengumpulkan cerita pengalaman pribadi (wawancara atau
percakapan), menceritakan kembali cerita berdasarkan unsur
naratif (misalnya pendekatan ruang tiga dimensi dan lima unsur
alur), menulis ulang cerita menjadi sebuah urutan kronologis, dan
menggabungkan latar atau tempat pengalaman para informan.
Inti dari pendekatan naratif adalah menceritakan ulang diri
informan atau segala sesuatu tentang dirinya, sesuai dengan
tujuan penelitian (Creswell & Poth, 2018).

Analisis dan Representasi Fenomenologis. Ide dasar


dari refleksi ini adalah untuk menangkap makna hakiki dari
sesuatu fenomena. Sumber data dapat berupa rekaman
percakapan, kisah atau cerita sehari-hari, pembicaraan saat
makan malam, tanggapan tertulis secara formal, buku harian,
tulisan orang lain, film, drama, puisi, novel, dan lain-lain. Tema-
tema ini harus memiliki kualitas tertentu seperti fokus,
penyederhanaan ide, dan deskripsi struktur pengalaman hidup.
Pendekatan ini tidak diawali dengan teori, namun cukup hanya
berbekal konsep untuk mengunjungi lokasi penelitian dan
mencari informan (Creswell & Poth, 2018).

Analisis dan Representasi Grounded Theory.


Menggunakan prosedur analisis yang rinci. Ini terdiri dari tiga
fase: pengkodean terbuka, aksial, dan selektif. Grounded theory
memberikan prosedur untuk mengembangkan kategori-kategori
informasi (open coding), menghubungkan kategori-kategori (axial
coding), membangun cerita yang menghubungkan kategori-
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 135

kategori (selective coding), dan diakhiri dengan serangkaian


proposisi teoritis yang bersifat diskursif (Creswell & Poth, 2018).

Analisis dan Representasi Etnografi. Dapat dianalisis


dengan menyajikan informasi secara kronologis.
Pendeskripsiannya semakin terfokus atau mencatat suatu
keseharian dalam kehidupan dari suatu kelompok atau individu,
mengembangkan cerita lengkap dengan plot dan karakter,
memeriksa kelompok dalam interaksi, mengikuti kerangka
analitis, atau menunjukkan perspektif yang berbeda melalui
pandangan informan dari etnis tertentu. Hasil dari deskripsi
benar-benar menggambarkan budaya di wilayah tersebut
(Creswell & Poth, 2018).

Analisis dan Representasi Studi Kasus. Analisis terdiri


dari pembuatan deskripsi rinci tentang kasus dan latar
belakangnya. Jika kasus tersebut menyajikan kronologi kejadian,
sebaiknya analisis berbagai sumber data untuk menambah bukti.
Data kemudian dikumpulkan menjadi beberapa kategori dan
tema, misalnya 20 kategori dan lima tema. Bagian terakhir dari
penelitian ini menyajikan generalisasi mengenai kasus,
bagaimana kasus tersebut dibandingkan dan dikontraskan
dengan literatur (Creswell & Poth, 2018).

Analisis lebih lengkap dapat dilakukan dengan cara


membandingkan standar evaluasi pada lima pendekatan
kualitatif seperti di tabel berikut:
136 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Narrative Grounded
Criteria Phenomenology Ethnography Case Study
Research Theory
Studies a
Focuses on a
Articulates a process, an Identifies the
What is the single Identifies a
“phenomenon” to action, or an study case
focus of the individual (or culture-sharing
study in a concise interaction as (or multiple
study? two or three group
way the key element cases)
individuals)
in the theory
Rationalizes
case(s)
Integrates Specifies a selection in
Conveys an coding process cultural theme terms of
Collects understanding of the that works from that will be understandi
stories about a philosophical tenets the data to a examined in light ngs that will
How does
significant of larger theoretical of this culture- be
the study
issue related phenomenologyUse modelUses sharing generatedId
proceed?
to the s recommended memoing groupIdentifies entifies
individual’s life procedures of throughout the issues that themes for
phenomenology process of arose in the the case (or
research arose in the field across case
(or across
cases)
Develops a
Communicates Reports
chronology
Presents the themes derived assertions or
How is the that connects
theoretical from an general-
study different
model in a figure understanding of izations from
presented? phases or
or diagram the cultural the case
aspects of a
group analysis
story

Tells a story
Advances a
that reports
story line or Describes the
what was said
Communicates the proposition that cultural group in
(themes), how Details a
What is the overall essence of connects detailExplains
it was said, description
study the experience of categories in the how the
(unfolding of the
outcome? the participants theoretical culturesharing
story), and case(s)
including the context model and group works
how speakers
presents further overall
interact or
questions
perform

What does a Integrates Uses


Uses reflexive
researcher Embeds reflexivity Self-discloses reflexivity about reflexivity
thinking and
bring to the throughout the study his or her stance her or his about his or
writing
study? position her position

Sumber Tabel: Creswell & Poth (2018)


Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 137

Analisis Data pada Riset Naratif


Sebelum melaksanakan analisis naratif secara terstruktur
berdasarkan pendekatan yang dipilih, peneliti mengelompokkan
data untuk membuat coding yang akan mengarahkan pada
pembentukkan tema. Alurnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Sumber Gambar: Creswell & Poth (2018)

Menurut Creswell & Poth (2018), analisis penelitian narasi


memiliki dua pendekatan:

1. Pendekatan kronologis. Peneliti mencari tahapan atau


pengalaman hidup (misalnya: masa kanak-kanak,
pernikahan, bekerja) untuk mengembangkan kronologi
kehidupan individu. Cerita akan muncul dari wawancara.
Partisipan memperluas berbagai bagian cerita dan berteori
tentang kehidupannya. Catatan disini teori yang dimaksud
138 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

tidaknya semutlak teori yang diciptakan oleh para ahli. Teori-


teori ini mungkin berhubungan dengan model karier, proses
dalam perjalanan hidup, model dunia sosial, model biografi
relasional, dan model sejarah dalam perjalanan hidup yang
pernah mereka alami. Kemudian, peneliti mengorganisasikan
pola dan makna yang lebih besar. Terakhir, biografi individu
direkonstruksi, dan peneliti mengidentifikasi faktor-faktor yang
membentuk kehidupan. Penulisan analitik menyoroti (a)
proses dalam kehidupan individu, (b) berbagai teori yang
berhubungan dengan pengalaman hidup, dan (c) ciri-ciri unik
dan umum dari kehidupan.
2. Pendekatan tematik. Tipologi empat strategi analitik yang
mencerminkan keragaman dalam menyusun cerita: 1).
menganalisis apa yang diucapkan atau ditulis selama
pengumpulan data dan membentuk tema-tema. 2).
menekankan bagaimana sebuah cerita diceritakan. Peneliti
menggunakan analisis linguistik untuk mengulas bahasa yang
digunakan informan. Analisis wacana juga diperlukan untuk
mengetahui elemen-elemen seperti urutan ujaran, nada
suara, dan intonasi. 3). analisis dialogis dalam pembicaraan
interaktif (peneliti dan partisipan) atau secara aktif dilakukan
oleh partisipan sendiri melalui aktivitas seperti puisi atau
drama. 4). penggunaan analisis gambar atau menafsirkan
gambar bersama dengan kata-kata.

Analisis Data pada Riset Fenomenologi


Creswell & Poth (2018) menilai, penelitian fenomenologi lekat
dengan pengalaman pribadi seseorang, beberapa orang, atau
kelompok orang pada fenomena yang sama. Oleh karena itu,
analisis transkripsi wawancara adalah cara utama untuk
mengolah data. Peneliti harus mampu mengenali dan
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 139

membedakan pernyataan krusial, tak terlupakan, spesifik, hingga


yang umum dihadapi oleh para informan. Hal ini akan
memberikan pemahaman tentang bagaimana para peserta
mengalami fenomena tersebut. Selanjutnya, peneliti
mengembangkan kelompok makna dari pernyataan-pernyataan
penting tersebut menjadi tema-tema. Pernyataan-pernyataan
dan tema-tema penting tersebut kemudian digunakan untuk
menuliskan gambaran tentang apa yang dialami partisipan.
Kemudian digunakan untuk menulis deskripsi konteks atau
setting yang mempengaruhi bagaimana partisipan mengalami
fenomena tersebut. Selanjutnya, peneliti menulis deskripsi
menyajikan esensi fenomena tersebut.

Proses analisis mencakup memperhatikan keseluruhan


teks (pendekatan membaca holistik), mencari pernyataan atau
frasa (pendekatan membaca selektif), dan memeriksa setiap
kalimat (pendekatan membaca terperinci baris demi baris). Aspek
lain, selain fenomena, yang perlu dikaji oleh peneliti adalah
tempat peristiwa, kehadiran fisik atau tubuh informan, waktu
(misalnya dimensi masa lalu, saat ini, dan masa depan), dan
adakah kaitannya dengan dengan orang lain. Selanjutnya
membuat coding data untuk menentukan tema, menggunakan
pendekatan yang berbeda untuk menguraikan tema, dan
membuat refleksi yang menghasilkan struktur makna
pengalaman hidup yang eksplisit (Creswell & Poth, 2018). Cara
coding untuk analisis fenomenologi dapat dipelajari dari template
berikut.
140 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Sumber Gambar: Creswell & Poth (2018)

Analisis Data pada Riset Grounded Theory


Bagi Corbin & Strauss (2015), grounded theory adalah
metodologi kualitatif yang bertujuan membangun teori dari data.
Yang membuat grounded theory unik dibandingkan metode
kualitatif lainnya adalah pendekatannya dalam pengumpulan dan
analisis data. Peneliti tidak memulai penelitian dengan daftar
konsep yang telah diidentifikasi sebelumnya. Konsep diperoleh
dari data selama analisis. Analisis dimulai dengan pengumpulan
data pertama. Konsep yang berasal dari analisis awal memandu
pengumpulan data selanjutnya. Setiap pengumpulan data
dilanjutkan dengan analisis. Proses pengumpulan data yang
dilanjutkan dengan analisis ini terus berlangsung hingga peneliti
membangun teori yang solid.

Lebih jauh Corbin & Strauss (2015) memaparkan, data


tersebut dianalisis melalui proses yang disebut perbandingan
konstan. Dalam melakukan perbandingan yang konstan, data
dipecah menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola, masing-
masing bagian dibandingkan untuk mengetahui persamaan dan
perbedaannya. Data yang sifatnya serupa (mengacu pada
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 141

sesuatu yang secara konseptual terlihat serupa, tetapi belum


tentu merupakan pengulangan tindakan atau kejadian yang
sama) dikelompokkan bersama dalam judul konseptual yang
sama. Konsep dikelompokkan bersama oleh peneliti untuk
membentuk kategori (terkadang disebut tema). Setiap kategori
dikembangkan berdasarkan sifat dan dimensinya. Kategori-
kategori yang berbeda diintegrasikan secara berbeda pula.
Dengan demikian akan terbentuk kategori inti dan kategori
turunan. Kategori inti diidentifikasi sebagai tema utama penelitian
sedangkan kategori turunan menjadi subtema. Secara
keseluruhan, kategori inti dan kategori lainnya inilah yang akan
memberikan struktur teori.

Creswell & Poth (2018) menyatakan, ada tiga fase


pengkodean dalam grounded theory; terbuka, aksial, dan selektif.
Intinya grounded theory memberikan prosedur untuk
mengembangkan kategori-kategori informasi (open coding),
menghubungkan kategori-kategori (axial coding), membangun
cerita yang menghubungkan kategori-kategori (selective coding),
dan diakhiri dengan serangkaian proposisi teoritis yang bersifat
diskursif. Pada fase coding terbuka, peneliti memeriksa teks
(misalnya dari transkrip, catatan lapangan, dokumen) untuk
mencari kategori informasi penting yang didukung oleh teks.
Dengan menggunakan pendekatan komparatif yang konstan,
peneliti berupaya untuk “menjenuhkan” kategori-kategori
tersebut. Jenuh disini artinya sudah final sudah tidak dapat
diusahakan lagi. Sebelum kategori berada di titik jenuh maka
peneliti masih memiliki kewajiban mencari tambahan data yang
mewakili kategori tersebut hingga data yang diperoleh tidak
memberikan wawasan lebih lanjut mengenai kategori tersebut.
142 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Kategori-kategori ini diuraikan menjadi subkategori. Ada


peneliti lain yang memberi istilah properti sebagai pengganti
subkategori. Intinya baik subkategori maupun properti mewakili
berbagai perspektif tentang kategori tersebut. Properti diberi
dimensi dan disajikan dalam sebuah kontinum atau rangkaian.
Secara keseluruhan, ini adalah proses mereduksi database
menjadi sekumpulan kecil tema atau kategori. Inilah yang
menjadi ciri proses atau eksplorasi awal dalam studi grounded
theory. Setelah serangkaian kategori awal dikembangkan,
peneliti kemudian mengidentifikasi satu kategori dari daftar
pengkodean terbuka sebagai fenomena utama yang menarik.
Kategori pengkodean terbuka yang dipilih untuk tujuan ini
biasanya adalah kategori yang didiskusikan secara luas oleh para
peserta atau berdasarkan salah satu kepentingan konseptual
tertentu. Peneliti memilih satu kategori pengkodean terbuka ini
(sebuah fenomena sentral), memposisikannya sebagai fitur
utama teori, dan kemudian kembali ke database (atau
mengumpulkan data tambahan) untuk memahami kategori-
kategori yang berhubungan dengan fenomena sentral ini
(Creswell & Poth, 2018).

Peneliti juga melakukan pengkodean aksial dengan cara


memberikan wawasan ke dalam kategori pengkodean spesifik
yang berhubungan atau menjelaskan fenomena sentral, misalnya
dari sisi sebab-akibat yang mempengaruhi fenomena utama,
bagaimana strategi untuk mengatasi fenomena tersebut, konteks
atau kondisi intervensi yang membentuk strategi, serta apa saja
konsekuensi dari penerapan strategi tersebut. Hasil dari tahap
pengkodean ini kemudian disusun menjadi sebuah gambar,
paradigma pengkodean, yang menyajikan model teoritis dari
proses yang diteliti. Dengan cara ini, sebuah teori dibangun atau
dihasilkan. Dari teori peneliti menghasilkan proposisi (atau
hipotesis) atau pernyataan yang menghubungkan kategori-
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 143

kategori dalam paradigma pengkodean. Ini juga mewakili


pengkodean selektif. Terakhir, pada tingkat analisis yang paling
luas, peneliti dapat membuat matriks atau diagram sebagai alat
bantu visualisasi hasil analisis (Creswell & Poth, 2018).

Creswell & Poth (2018) menambahkan, analisis data riset


grounded theory seringnya dianalisis dengan tipe prosedur
sistematik milik Anselm Strauss dan Juliet Corbin, yang bila
disederhanakan, prosesnya dilakukan seiring dengan proses
pengumpulan data. Pembentukkan teori muncul melalui
pengumpulan data, analisis, dan proses membuat memo secara
simultan dan berulang hingga penelitian dinilai selesai. Berikut
prosesnya:

• Proses pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan


berbarengan di satu waktu dikenal dengan istilah zigzag.
Peneliti keluar rumah untuk mengumpukan data. Lalu kembali
ke rumah atau kantor untuk langsung menganalisnya.
Kembali ke lapangan untuk mengumpulkan lebih banyak data
dan langsung dianalisis lagi di rumah atau kantor. Tidak ada
istilah menimbun data sampai semua terkumpul dan baru
dianalisis kemudian.
• Peneliti memulai dengan pengkodean terbuka. Coding data
langsung dilakukan saat proses pengumpulan data karena
peneliti sudah mempunyai konsep dan teori rujukan sebagai
bekal mencari data, maka pengkodean lebih mudah dilakukan
meski saat pengumpulan data. Coding terbuka menghasilkan
kluster atau kategori data. Dari pengkodean terbuka ini,
muncul pengkodean aksial. Peneliti mengidentifikasi dan
menentukan satu kategori coding terbuka yang mewakili
fenomena inti. Selesai satu kategori, peneliti pemilih kategori
lain dari coding terbuka. Begitu seterusnya hingga selesai.
Pemilihan ini didasarkan pada kondisi sebab akibat (faktor
144 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

apa yang menyebabkan fenomena inti), strategi (tindakan


yang diambil sebagai respons terhadap fenomena inti),
kondisi kontekstual dan intervensi (faktor situasional yang
luas dan spesifik yang mempengaruhi strategi), dan
konsekuensi (hasil dari penggunaan strategi), dan lain-lain
tergantung tujuan penelitian. Kategori-kategori ini harus
melingkupi fenomena inti dalam model visual yang disebut
paradigma pengkodean aksial. Langkah terakhir adalah
pengkodean selektif. Peneliti mengambil model dan
mengembangkan proposisi (atau hipotesis) yang
menghubungkan kategori-kategori dalam model atau
menyusun cerita yang menggambarkan keterkaitan kategori-
kategori dalam model. Teori ini, yang dikembangkan oleh
peneliti, diartikulasikan menjelang akhir penelitian dan dapat
disajikan dalam bentuk naratif, dibuatkan gambaran visual,
atau serangkaian cerita.
• Memoing atau membuat memo (catatan). Peneliti grounded
theory aktif menuliskan gagasan tentang teori yang
berkembang dalam upayanya menemukan pola. Peran memo
sebagai kebiasaan penting untuk pengembangan teori karena
berfungsi memantau perkembangan pembentukan teori
hingga benar-benar menjadi teori yang lolos uji.

Selain mengajarkan prosedur analisis data dari Anselm


Strauss dan Juliet Corbin, Creswell & Poth (2018) juga
menyarankan tipe pendekatan konstruktivis dari Charmaz untuk
grounded theory. Pada dasarnya kedua aliran tersebut memiliki
kesamaan. Pembedanya, ada pada inti dari aliran Charmaz,
yakni analisis yang kompleks, diagram, peta konseptual, dan
pendekatan sistematis. Peneliti membuat keputusan tentang
kategori-kategori selama proses, mengajukan pertanyaan pada
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 145

data, dan memajukan nilai-nilai pribadi, pengalaman, dan


prioritas. Creswell & Poth (2018) meyakinkan, baik prosedur
sistematis Anselm Strauss dan Juliet Corbin ataupun pendekatan
konstruktivis Charmaz, dalam analisis data harus memperhatikan
prinsip-prinsip:

ü Menyusun berbagai pengkodean (terbuka, aksial, dan


selektif) serta mengikuti tradisi grounded theory sesuai
dengan aliran yang dipilih. Dalam pengkodean terbuka,
peneliti membentuk kategori data tentang fenomena yang
diteliti dengan cara melakukan segmentasi. Setiap kategori
memiliki beberapa properti atau subkategori. Dalam
pengkodean aksial, peneliti menyajikan paradigma
pengkodean atau diagram logika (yaitu model visual),
mengidentifikasi fenomena utama, mengeksplorasi kondisi
sebab-akibat (yaitu kategori kondisi yang mempengaruhi
fenomena), menentukan strategi (yaitu tindakan atau interaksi
yang dihasilkan dari fenomena utama), mengidentifikasi
konteks dan kondisi intervensi (yang mempengaruhi strategi),
dan menggambarkan konsekuensi (hasil strategi) terhadap
fenomena. Dalam pengkodean selektif, peneliti dapat menulis
“alur cerita” yang menghubungkan kategori-kategori tersebut
untuk membentuk peta konsep, model, dan teori. Tahapan
coding dapat dilihat dari tabel di bawah.
ü Mengartikulasikan teori tingkat substantif untuk tujuan
komunikasi. Teori tingkat substantif ditulis oleh seorang
peneliti yang dekat dengan suatu masalah atau populasi
orang tertentu. Teori tingkat substantif nantinya dapat diuji
untuk verifikasi empirisnya dengan data kuantitatif untuk
menentukan apakah teori tersebut dapat digeneralisasikan ke
sampel dan populasi. Teori yang dibuat oleh peneliti kualitatif
pada dasarnya juga berasal dari hasil uji coba. Sebelum pada
146 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

akhirnya layak disebut teori, peneliti biasanya menguji teori


tersebut beberapa kali.
ü Menyajikan teori sebagai bahan diskusi atau model. Sebuah
model dapat berguna untuk memberikan representasi visual
teori dan diakhiri dengan diskusi teori.

Sumber Gambar: Creswell & Poth (2018)

Silverman (2014) memberikan tiga aspek penting dari


grounded theory:

1. Coding melalui penulisan memo. Dengan menyisir kata,


baris, kalimat, atau paragraf lalu memberinya label. Label
dapat berkisar dari yang deskriptif hingga yang abstrak
dan konseptual. Kemudian memilih satu kata kunci karena
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 147

label muncul dari penggunaan kata-kata spesifik. Hal ini


sering disebut sebagai pengkodean in vivo dan digunakan
pada setiap tahap awal analisis.
2. Pengambilan sampel teoretis. Sampel teoretis berguna
untuk menyempurnakan sifat-sifat kategori. Pengambilan
sampel teoretis membantu mengembangkan teori dasar
berdasarkan situasi dan konsep yang semakin diperluas.
3. Menghasilkan teori yang didasarkan pada data yang
disesuaikan dengan situasi sosial, kemudian
menghubungkan konsep dengan teori yang lebih luas.

Tahapan membangun grounded theory secara rinci dapat


dilihat pada tabel berikut:

Sumber Gambar: Silverman (2014)


148 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Tahapan yang harus dipatuhi peneliti untuk membuat model


dari riset grounded theory dapat dipelajari dari tabel di bawah ini:

Sumber Gambar: Silverman (2014)

Saldaña (2011) juga memberikan beberapa pilihan langkah-


langkah yang umum digunakan dalam analisis data untuk riset
dengan pendekatan grouded theory:

Konstruksi Pola. Penelusuran pola adalah salah satu langkah


pertama dalam proses analisis data. Contoh mudahnya kita
belajar dari konstruksi alam; bintang-bintang di langit bukan
sekadar kumpulan acak, namun konstelasi. Contoh lain
adalah tindakan manusia. Manusia mengkonstruksi pola
aktivitas dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan peran,
aturan, rutinitas, dan ritual. Kecenderungan manusia untuk
membuat pola seperti inilah yang membawa kita ke dalam
analisis data kualitatif.
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 149

Konstruksi Kategori. Upaya mengelompokkan hal-hal yang


sejenis, serupa, atau paling mirip ke dalam kelompok yang
sama.
Interaksi dan Interelasi. Mengeksplorasi cara pola dan
kategori saling berkaitan satu sama lain, termasuk saling
mempengaruhi. Interaksi mengacu pada hubungan struktural
kategori-kategori misalnya, apakah terdapat suatu jenis
urutan, hierarki, atau taksonomi, apakah terjadi tumpang
tindih, apakah terdapat pengaturan superordinat dan
subordinat, dan lain sebagainya.
Penalaran Deduktif, Induktif, dan Abduktif. Berbeda dengan
penelitian kuantitatif yang memiliki rumus statistik dan
protokol pengujian hipotesis yang sudah ditetapkan,
penelitian kualitatif tidak memiliki metode analisis data yang
terstandarisasi. Deduktif adalah metode berfikir berdasarkan
asumsi yang bersifat umum, yang sudah diakui atau dianggap
benar sebelumnya, untuk mencapai kesimpulan yang bersifat
spesifik. Induktif adalah penarikan kesimpulan yang berlaku
umum berdasarkan data yang spesifik. Abduktif adalah logika
berfikir untuk membuat simpulan berdasarkan analisis sebab-
akibat terjadinya fenomena.
Kedekatan Data. Membaca data secara berulang akan
membuat peneliti semakin dekat dengan konteks data, secara
otomatis akan memperhatikan detail-detail penting serta
mendapatkan wawasan baru tentang makna dibalik data.
Setelah itu peneliti akan merasakan alur pola dan mampu
membuat kategori-kategori. Saat wawancara ditranskrip,
catatan lapangan dinarasikan ulang, dan dokumen dianalisis
kontennya, saat itu pula peneliti meng-highlight, mencetak
miring, atau mencatat bagian-bagian yang unik atau sangat
penting. Selanjutnya menulis memo (catatan) kunci dari
masing-masing data.
150 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Coding. Inti dari pengkodean sebenarnya adalah menandai


data. Kode-kode ini berfungsi sebagai cara untuk membuat
pola, mengklasifikasikan, dan kemudian mengatur ulang
setiap data ke dalam kategori-kategori yang muncul untuk
analisis lebih lanjut.
Memo Analitik. Sebuah narasi yang mengungkapkan
interpretasi peneliti terhadap data yang telah dikelompokkan
melalui proses coding. Memo analitik lebih lanjut
mengartikulasikan ide peneliti melalui proses berpikir eduktif,
induktif, dan abduktif.
Pengkodean Vivo. Kode in vivo mengelompokam data ke
dalam kategori serupa. Pengkategoriannya didasarkan pada
interpretasi peneliti.
Memo Analitik Topik untuk Refleksi. Kisi-kisi alur analisisnya
adalah menguraikan kaitan, perbedaan, kesamaan, atau
tumpang tindihnya pola, kategori, tema, dan konsep yang
muncul.
Coding. Metode Tambahan. 1).Pengkodean Deskriptif
(pendekatan pengkodean ini sangat berguna ketika peneliti
memiliki berbagai jenis data yang dikumpulkan untuk satu
penelitian, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan,
dan dokumen. Pemberian kode didasarkan pada deskripsi
masing-masing data. 2). Pengkodean nilai (mengidentifikasi
nilai-nilai, sikap, dan keyakinan para informan yang
terkandung di dalam kalimat yang mereka katakan).
Pengkodean nilai mengeksplorasi konstruksi dari
intrapersonal, interpersonal, dan budaya. 3). Pengkodean
Dramaturgi (Pengkodean dramaturgi seperti memeriksa
tujuan, keinginan, kebutuhan, motif, konflik, hambatan, taktik,
strategi, emosi tertentu, atau pemikiran yang tak terucapkan).
4). Versus coding mengidentifikasi konflik, pergulatan, dan isu
kekuasaan yang diamati dalam aksi sosial, reaksi, dan
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 151

interaksi, seperti: PRIA VS. WANITA, KONSERVATIF VS.


LIBERAL, IMAN VS. LOGIKA, dan seterusnya.
Penetapan Tema Data. Berbeda dengan kode, yang
seringkali berupa kata tunggal atau frasa pendek yang secara
simbolis mewakili datum, tema adalah frasa atau kalimat yang
diperluas yang merangkum makna manifes (yang terlihat) dan
makna laten (yang mendasari) data. Peneliti
mengkategorikan tema-tema ke dalam kelompok-kelompok
serupa dan mengembangkan label kategori atau konstruksi
teoritis yang berbeda. Konstruksi teoretis adalah sebuah
abstraksi yang mengubah tema-tema fenomena utama ke
tema yang lebih luas.
Mengembangkan Konsep. Konsep merupakan abstraksi yang
mempunyai makna lebih terhadap kehidupan di luar
penelitian. Misalnya mainan adalah benda yang bisa
disentuh, tetapi permainan tidak bisa disentuh. Gereja bisa
disentuh, tapi agama tidak bisa disentuh. Seorang politisi bisa
disentuh, tapi bukan politiknya. Setelah konsep
dikembangkan dari kode, kategori, dan/atau tema, maka
konsep tersebut dapat menjadi bahan untuk konstruksi teori.
Konstruksi Teori. Penting untuk mengetahui sifat-sifat suatu
teori untuk menilai efektivitasnya ketika teori tersebut
dirumuskan dan diusulkan. Teori dapat menjelaskan
bagaimana dan/atau mengapa sesuatu terjadi dengan
menyatakan sebab-sebabnya. Teori juga memberikan
wawasan dan pedoman untuk meningkatkan kehidupan
sosial.
152 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Analisis Data pada Riset Etnografi


Data utama etnografi bukanlah hasil wawancara. Hasil
percakapan yang dianalisis oleh peneliti etnografi adalah obrolan
santai dalam kehidupan sehari-hari antara peneliti dan
masyarakat saat mereka hidup berdampingan di satu wilayah.
Analisis etnografi lebih menekankan pada data yang alami dilihat,
dirasakan, dan didengar oleh peneliti saat berperan sebagai
warga di komunitas tertentu. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh Flick (2014) bahwa fokus kajian etnografi adalah data ‘alami’
hasil pengamatan rutinitas sehari-hari, bukan analisis pernyataan
masyarakat. Hasil wawancara hanya berperan sebagai data
tambahan. Hasil komunikasi yang dapat dijadikan data utama
adalah percakapan yang terjadi secara alami saat masyarakat
dan peneliti berinteraksi secara alami pula, bukan interaksi yang
disengaja demi kepentingan penelitian.

Berbicara mengenai teknik obrolan santai saat riset


etnografi, Saldaña (2011) memberikan trik unik agar komunikasi
tidak membosankan, yakni dengan musik, terutama saat riset
etnografi dengan seniman musik. Ia menganggap musik tidak
sekedar lantunan nada dan suara, namun juga bentuk ekspresi,
ungkapan, dan cerita tanpa kata. Ahli etnografi telah melakukan
beberapa pekerjaan kualitatif melalui penyelidikan naratif tentang
hubungan partisipan dengan musik dan perkembangan mereka
sebagai musisi. Semakin peneliti mengerti akan musik dan cara
memanfaatkan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat,
akan semakin alami pula interaksi diantara mereka. Semakin
alami cara peneliti dalam mencari data, akan semakin baik hasil
penelitiannya.

Pentingnya sifat alami data etnografi juga diakui oleh


Silverman (2014) yang menjelaskan bahwa etnografi adalah studi
tentang orang-orang dalam latar atau 'lapangan' yang terjadi
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 153

secara alami dengan metode pengumpulan data yang


menangkap makna sosial dan aktivitas sehari-hari mereka.
Peneliti harus berpartisipasi langsung dalam latar tersebut untuk
mengumpulkan data secara sistematis, melalui observasi
partisipan dan kerja lapangan. Ini dapat berarti menghabiskan
waktu lama mengamati orang-orang, berbicara dengan mereka,
melakukan apa yang mereka lakukan, ikut memikirkan apa yang
pikirkan, bahkan turut mengatakan apa yang mereka katakan
sampai peneliti memahami dunia mereka.

Inti dari etnografi bukanlah sekedar datang ke lokasi riset,


melihat sekilas kondisi tempat, wawancara hanya beberapa jam,
namun juga harus berpartisipasi dalam aktivitas masyarakat di
suatu periode waktu yang panjang. Lamanya masa riset dan
waktu analisis data disesuikan dengan tujuan penelitian. Kisi-kisi
tujuan riset etnografi dapat dilihat dari tabel berikut.

Sumber Gambar: Silverman (2014)


154 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Namun demikian, Silverman (2014) memberikan batasan


agar peneliti tidak terlalu larut dalam proses pencarian dan
analisis data, yang dapat berdampak pada semakin lamanya data
jenuh dan riset mereka tidak selesai dilaksanakan. Setidaknya
ada empat topik berbeda yang dapat dipilih dari studi etnografi:

1. Etnis, yang merupakan kajian dari para antropolog.


2. Sub-budaya, yang dapat diteliti berdasarkan prinsip lintas
keilmuan antara antropologi dan sosiologi.
3. Ranah publik, kajian kerjasama antara budayawan, sosiolof,
filolog, dan ahli bidang sosial lainnya.
4. Organisasi, mix keilmuan antara antropolog dan akademisi di
universitas, antara antrolopog dan berbagai ahli di bidang
ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

Creswell & Poth (2018) menyarankan analisis data untuk


penelitian etnografi dilakukan berdasarkan uraian Wolcott (1994),
yaitu :

ü Deskripsi. Peneliti seolah menjadi pendongeng, mengundang


pembaca hasil penelitian untuk melihat dunia masyarakat
(yang diteliti) melalui deskripsi tentang latar, peristiwa, dan
aktivitas apa saja yang dilakukan masyarakat.
ü Menyajikan informasi secara kronologis. Pendeskripsian
semakin terfokus atau mencatat keseharian dalam kehidupan
suatu kelompok atau individu. Agar materi semakin spesifik,
peneliti dapat menampilkan beberapa data dalam bentuk
tabel, bagan, diagram, dan gambar. Masing-masing dari
visualisasi data tersebut diberi deskripsi lengkap. Bentuk
analisis lainnya terdiri dari membandingkan kelompok budaya
dengan kelompok lain, mengevaluasi kelompok berdasarkan
standar ilmu budaya, dan menghubungkan antara kelompok
berbagi budaya dengan teori, dan lain sebagainya.
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 155

ü Interpretasi kelompok berbagi budaya. Berfokus pada


peristiwa penting, mengembangkan cerita lengkap dengan
plot dan karakter, menuliskannya sebagai cerita kehidupan,
menjelaskan alur interaksi, dan lain sebagainya. Langkah
selanjutnya, narasi tersebut diperkuat dengan konsep, teori,
peta pola, dan kutipan lain dari hasil penelitian yang telah
dipublikasikan. Hasil interpretasi peneliti juga dapat
diekspresikan melalui puisi, naskah cerita, atau pertunjukan.
Tahap paling dasar dari proses interpretasi dapat dimulai
dengan alur dalam gambar template for coding an
ethnography berikut:

Sumber Gambar: Creswell & Poth (2018)

Analisis Data pada Riset Studi Kasus


Creswell & Poth (2018) menyarankan analisis data untuk riset
studi kasus dilakukan berdasarkan Stake (1995) menganjurkan
empat bentuk analisis dan interpretasi data:
156 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

1. Agregasi kategoris. Peneliti memilih dan memilah kumpulan


data, kemudian membuat kategori-kategori. Tahapannya
dapat dipelajari dari tabel template for coding a case study di
bawah ini.
2. Interpretasi. Peneliti studi kasus mengambil makna dari
kejadian kasus. Selain itu, peneliti menetapkan pola dan
mencari keterkaitan antara dua kategori atau lebih.
3. Visualisasi data, misalnya dalam bentuk tabel kata untuk
menampilkan data dari kasus-kasus.
4. Generalisasi naturalistik dari analisis data.

Sumber Gambar: Creswell & Poth (2018)

Bagi Yin (2018), analisis studi kasus merupakan strategi


analitik. Hal ini lebih dari sekedar mengandalkan alat analitik
namun memerlukan strategi analitik. Peneliti dapat
mempraktikkan lima teknik khusus untuk menganalisis studi
kasus: pencocokan pola, pembuatan eksplanasi, analisis deret
waktu, model logika, dan sintesis lintas kasus. Berdasarkan
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 157

strategi tersebut, dapat dipahami bahwa studi kasus bukanlah


sebuah pendekatan riset yang hanya didasarkan pada penilaian
sesaat peneliti terhadap satu permasalahan. Tidak semua
masalah dapat dianggap sebagai kasus. Ini artinya pula,
diperlukan evaluasi mendalam untuk menganggap masalah
sebagai kasus. Diperlukan pemikiran mendalam pula sebelum
menganggap masalah tersebut layak diteliti dengan pendekatan
studi kasus. Lima teknik khusus tersebut adalah langkah paling
awal untuk memutuskan bahwa suatu permasalahan layak di teliti
secara studi kasus.

Yin (2018) memberikan cara praanalisis studi kasus,


sebelum benar-benar menganalisisnya:

1. “Bermain” dengan data dan mencari pola, wawasan, dan


konsep.
2. Memeriksa, mengkategorikan, mentabulasi, atau
menggabungkan kembali data (naratif dan numerik).
3. Mengembangkan deskripsi kasus.

Menurut Yin (2018) tidak ada satu pun teknik analitik yang
dianggap mudah digunakan, dan semuanya memerlukan banyak
latihan agar dapat digunakan dengan baik. Latihan ini dapat
dilakukan dengan aktivitas praanalisis (3 tahapan di atas). Ketiga
tahapan tersebut membantu peneliti memunculkan bentuk
analisis studi kasus yang menarik dan pada akhirnya, studi kasus
akan menghasilkan sesuatu yang menarik pula. Perlu diingat
bahwa kasus memiliki ciri keunikan yang khusus, tidak semua
masalah adalah kasus. Langkah selanjutnya setelah praanalisis
adalah melaksanakan lima teknik analitik:

1. Pencocokkan Pola. Studi kasus bersifat menjelaskan,


polanya “bagaimana” dan “mengapa”. Jika pola empiris dan
158 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

pola prediksi tampak serupa, hasilnya dapat membantu studi


kasus memperkuat validitas internalnya.
2. Membangun Penjelasan. Untuk “menjelaskan” suatu
fenomena berarti menetapkan serangkaian dugaan,
rangkaian sebab akibat mengenai fenomena tersebut, atau
“bagaimana” atau “mengapa” suatu kasus terjadi. Penjelasan
ditulis dalam bentuk naratif.
3. Analisis Rangkaian Waktu. Teknik analitik ketiga adalah
dengan melakukan analisis deret waktu. Logika penting yang
mendasari desain deret waktu adalah kesesuaian antara tren
yang diamati (empiris) dan salah satu dari berikut ini: (a) tren
penting secara teoritis yang ditentukan sebelum dimulainya
studi kasus atau (b) beberapa tren tandingan. Misalnya, studi
kasus mengenai pembangunan ekonomi di perkotaan. Tren
yang sudah terjadi adalah mengapa kota berbasis manufaktur
memiliki tren lapangan kerja yang lebih negatif dibandingkan
dengan kota berbasis jasa. Data diperoleh dari dinas
ketenagakerjaan selama periode waktu tertentu, misalnya 10
tahun. Tujuan studi kasus yang penting adalah untuk menguji
beberapa pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa” hal itu bisa
terjadi selama 10 tahun.
4. Model Logika. Teknik keempat ini berguna untuk evaluasi
studi kasus dan mempelajari teori perubahan. Model logika
menetapkan dan mengoperasionalkan rangkaian kejadian
atau peristiwa yang kompleks dalam jangka waktu yang lama,
mencoba menunjukkan bagaimana suatu aktivitas kompleks.
Misalnya model pertama, tentang remaja yang mungkin
berisiko menjadi anggota sebuah geng, pada akhirnya dapat
bergabung dengan sebuah geng dan terlibat dalam
kekerasan geng, narkoba, bahkan tindak pidana. Contoh
model logika jenis kedua adalah tentang menelusuri peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam satu organisasi, seperti
Analisis Data Berdasarkan Pendekatan Riset | 159

perusahaan manufaktur, misalnya bagaimana perubahan


dalam suatu perusahaan diklaim mengarah pada peningkatan
manufaktur dan pada akhirnya meningkatkan kinerja bisnis.
Analisis data untuk studi kasus ini terdiri dari menelusuri
peristiwa-peristiwa aktual dari waktu ke waktu, sesuai urutan
kronologisnya. Jenis model logika ketiga adalah model logika
tingkat program, yaitu model yang menggambarkan dasar
pemikiran program publik yang bertujuan mengurangi
kejadian HIV/AIDS.
5. Sintesis Lintas Kasus. Teknik kelima hanya berlaku untuk
analisis studi kasus ganda (empat teknik sebelumnya dapat
digunakan dengan studi kasus tunggal atau ganda).
160 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data
Bab 10

Penyajian Hasil Analisis Data

Konsep Penyajian Hasil Analisis Data


Yin (2016) mengakui, penelitian kualitatif memberikan tantangan
khusus dalam menyajikan datanya karena sebagian besar
datanya berbentuk teks naratif. Para peneliti mempunyai
beragam pilihan presentasi, mulai eksploratif, deskriptif, naratif,
eksplanatif, dan disertai dengan visualisasi, seperti tabel,
susunan chat, gambar grafik, foto, dan sketsa. Hal ini
dikarenakan data kualitatif lebih bersifat alfabetis dibandingkan
numerik. Berikut pilihan cara display data riset kualitatif.

Sumber Gambar: Yin (2016)

161
162 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Tabel yang ditampilkan harus memiliki judul yang informatif


namun ringkas (menyatakan temuan utama) dan struktur judul
baris dan kolom yang jelas (termasuk subbaris dan subkolom).
Pembaca akan mudah memperoleh hubungan penting antara
baris dan kolom, dan dengan cepat menafsirkan informasi dalam
sel tabel. Grafik mencakup segala jenis gambar, skema, atau
karya goresan tangan. Grafik umumnya untuk memperjelas
hubungan spasial. Peta atau tata letak grafis suatu wilayah dapat
menjelaskan letak lebih baik daripada deskripsi naratif apapun
mengenai wilayah tersebut. Peta juga bisa relevan meskipun
fokus studinya bukan pada wilayah geografis, misalnya peta
konsep, peta pemikiran, dan lain sebagainya (Yin, 2016).

Foto dan reproduksi merupakan cara ketiga dalam


menampilkan data kualitatif. Objek dalam foto dapat berupa para
partisipan, tempat penelitian, artefak, lingkungan alam, dan lain
sebagainya. Foto-foto tersebut juga harus dipilih dengan baik
untuk mencerminkan aspek utama dari sebuah penelitian dan
konteksnya. Foto yang buruk dapat berdampak negatif pada
suatu penelitian dan kualitas penelitian selanjutnya. Foto yang
bagus dapat memberi makna ribuan kata. Reproduksi tersebut
dapat berupa salinan karya seni, gambar, dan foto-foto lama yang
diproduksi oleh orang lain, serta ikon-ikon yang terdapat di situs
web. Reproduksi juga dapat mewakili artefak, seperti gambar
halaman-halaman buku harian seseorang, peta, seragam atau
gaya berpakaian, atau sejumlah item lain yang relevan dengan
penelitian kualitatif. Bedanya reproduksi dengan foto adalah
siapa pembuatnya. Foto yang ditampilkan dalam hasil penelitian
adalah tangkapan gambar oleh peneliti sedangkan reproduksi
adalah salinan karya orang lain, termasuk salinan foto orang lain
(Yin, 2016).
Penyajian Hasil Analisis Data | 163

Penyajian Data dan Pendekatan Riset


Bila ditarik mundur, penyajian data sesungguhnya adalah cara
menuliskan hasil dari analisis data. Analisis data tergantung dari
jenis data yang telah dikumpulkan. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara yang berbeda sesuai dengan desain atau
pendekatan riset dan tujuan penelitian. Berikut terdapat beberapa
istilah dari masing-masing desain atau pendekatan riset yang
berkaitan dengan tujuan penelitian, dan pada akhirnya berkaitan
dengan cara penyajian hasil analisis data. Display data secara
umum dari masing-masing strategi atau pendekatan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Research Narrative Phenomeno- Grounded
Ethno-graphy Case Study
Reporting Research logy Theory
Using entry
Focusing on
Focusing on vignette and
the process Focusing on the
Introduction participant Focusing on then
(or action) that culture ksharing
of written (s) and explaining the focusing on
the theory is group being
report nature of the phenomenon central
intended to studied
story features of
explain
the case
Stating the
rationale, Stating the
Stating the
significance rationale, Stating the Stating the
Description rationale,
of individual philosophical rationale and rationale, type,
of research type, and
to assumptions, data and data
procedures data
experiences, and data procedures procedures
procedures
and data procedures
procedures
Developing
Telling Providing
Reporting how theory
stories using first
the involving open Describing the
a variety of extensive
phenomenon coding culture and
ways description
Organization was experienced categories, analyzing
involving of the case
of research using significant axial coding, patterns of
restorying, followed by
outcomes statements and selective cultural themes
theorizing, key issues
discussing coding, with verbatim
and (themes or
meaning of theoretical quotes
narrative issues) in
themes propositions,
segments the case
and a model
164 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Making case
study
Describing how
Interpreting Describing the assertions
Concluding Advancing a a culturesharing
patterns of “essence” of the and
format theory and group works
meaning experience advancing a
using a cultural
closing
vignette

Sumber Gambar: Creswell & Poth (2018)

Menurut Creswell & Poth (2018), desin naratif memiliki


istilah:

ü Autobiografi. Bentuk penulisan dari riset naratif mirip dengan


penulisan biografi, namun bukan tentang data diri seperti
biodata. Narasi autobiografi berisi kisah naratif kehidupan
seseorang yang dianggap tokoh penting, yang pengalaman
hidupnya layak dijadikan topik penelitian. Biasanya berkisah
tentang seseorang yang menuliskan tentang pengalaman
pribadinya, sejarah hidupnya, dan ia sendiri yang memberikan
refleksi tentang hidup.
ü Autoetnografi. Bentuk narasi ini lebih kompleks karena ditulis
berdasarkan gabungan hasil autobiografi dengan etnografi.
ü Studi biografi. Ini adalah studi tentang seseorang dan
pengalamannya yang diceritakan kepada peneliti atau yang
ditemukan dalam dokumen dan bahan arsip.
ü Kronologi. Peneliti menyajikan cerita kehidupan seseorang
secara bertahap atau langkah-langkah sesuai dengan usia
individu. Misalkan mendapatkan pencerahan, mengalami
peristiwa khusus, merasakan titik balik kehidupan, hitam
putihnya dunia, dan pengalaman hidup lainnya. Konteksnya
bisa berupa keluarga, masyarakat, atau tren sejarah, sosial,
atau politik.
ü Tahapan perjalanan hidup. Ini adalah bagian paling penting
bila penelitian difokuskan pada biografi.
Penyajian Hasil Analisis Data | 165

ü Riwayat hidup. Ini adalah syarat lain penulisan biografi


tentang seseorang yang masih hidup. Peneliti wawancara
orang tersebut, bukan hasil analisis dokumen tentang tokoh
tersebut. Peneliti melaporkan catatan ekstensif tentang
kehidupan seseorang seperti yang diceritakan kepada
peneliti. Peneliti dapat menggunakan perspektif disiplin ilmu
yang berbeda sebagai representasi suatu budaya, seperti
dalam sejarah kehidupan antropologis.
ü Penelitian naratif. Sesuai dengan namanya, desain atau
pendekatan naratif, maka penelitiannya juga bersifat naratif,
yakni studi tentang cerita pengalaman manusia.
ü Sejarah lisan. Informasi dapat dikumpulkan melalui rekaman
kaset atau melalui karya tulis dari individu yang telah
meninggal atau masih hidup.
ü Restorying atau menceritakan ulang. Ini adalah inti dari
pendekatan naratif. Analisis datanya berupa penceritaan
kembali. Cerita dari informan diceritakan ulang oleh peneliti.
ü Individu tunggal. Ini adalah orang yang diteliti dalam penelitian
naratif. Orang ini bisa saja individu yang memiliki
keistimewaan, kehidupan yang hebat, kehidupan yang gagal,
kehidupan yang singkat, atau kehidupan yang penuh
keajaiban, pencapaiannya yang tidak dipuji atau diakui
lingkungan sosial, dan lain sebagainya.

Creswell & Poth (2018) Phenomenology

Tujuan dari fenomenologi adalah untuk mereduksi makna


pengalaman secara tekstural (apa) dan struktural (bagaimana)
menjadi deskripsi singkat yang melambangkan pengalaman
semua partisipan dalam sebuah penelitian. Salah satu variannya
adalah fenomenologi hermeneutika, yakni fenomenologi yang
berorientasi pada penafsiran “teks” kehidupan (hermeneutika)
166 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

dan pengalaman hidup. Fenomena adalah konsep sentral yang


dianalisis oleh ahli fenomenologi. Ini adalah konsep yang dialami
oleh subjek dalam suatu penelitian, yang mungkin mencakup
konsep psikologis seperti kesedihan, kemarahan, atau cinta.
Informan mengalami suatu objek melalui indranya sendiri (yaitu,
menyadari suatu objek), melihatnya secara langsung, dan
menjelaskan maknanya. Peneliti kemudian membuat deskripsi
bagaimana fenomena tersebut dialami oleh individu.

Jenis fenomenologi lainnya adalah transendental. Dalam


pendekatan ini, peneliti mengesampingkan prasangka, asumsi,
atau dugaan mengenai fenomena yang diselidiki. Peneliti
mengandalkan intuisi, imajinasi, dan struktur universal untuk
memperoleh gambaran pengalaman. Kemudian peneliti
menggunakan metode analisis yang sistematis untuk
mendeskripkan data yang diperoleh.

Creswell & Poth (2018) Grounded Theory

Grounded theory mengidentifikasi insiden, peristiwa, dan


aktivitas dan terus-menerus membandingkannya dengan
kategori yang muncul untuk mengembangkan dan menjenuhkan
kategori tersebut. Peneliti mengidentifikasi (1) apa yang
menyebabkan fenomena terjadi, (2) strategi atau tindakan apa
yang dilakukan informan dalam menanggapi fenomena tersebut,
(3) konteks apa (konteks spesifik) dan kondisi intervensi (konteks
luas) yang mempengaruhi strategi tersebut, dan (4) konsekuensi
apa yang dihasilkan dari strategi tersebut.

Desain penelitian grounded theory menggunakan coding


untuk menentukan mengambil kategori data dan mengidentifikasi
salah satu fenomena sebagai fenomena sentral. Kategori adalah
unit informasi yang dianalisis dalam penelitian grounded theory
Penyajian Hasil Analisis Data | 167

yang terdiri dari peristiwa, kejadian, dan contoh fenomena.


Pembentukan sejumlah kategori adalah bagian dari coding
terbuka. Dalam pengkodean terbuka, peneliti memilih kategori
sentral untuk mengembangkan teorinya dengan memeriksa
kategori dan memilih salah satu kategori yang memiliki
konseptual paling besar, paling sering dibahas oleh peserta
penelitian, dan paling “jenuh” datanya. Peneliti kemudian
menempatkannya di pusat model teori dasarnya dan
menamakannya fenomena sentral.

Setelah itu, peneliti melakukan coding aksial, yakni


menghubungkan kategori-kategori dan membentuk model visual.
Dalam pengkodean aksial, peneliti memilah kategori mana yang
menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya fenomena utama.
Dalam pengkodean aksial, fenomena sentral, kondisi sebab
akibat, konteks, kondisi intervensi, strategi, dan konsekuensi
digambarkan dalam diagram visual. Diagram ini digambar
dengan kotak dan anak panah yang menunjukkan proses atau
alur kegiatan. Visualisasi ini yang akan membentuk teori.
Penelitian grounded theory adalah proses mengembangkan
teori, menghasilkan atau menemukan teori, bukan menguji teori.
Para peneliti grounded theory umumnya memiliki tujuan untuk
memodifikasi teori yang sudah ada atau membuat teori yang
baru, yang belum pernah ada.

Untuk tujuan membuat teori, peneliti berbekal pandangan


partisipan, yang kemudian dikembangkan secara induktif.
Peneliti menghasilkan skema analitis abstrak dari suatu
fenomena, menjelaskan beberapa tindakan, interaksi, atau
proses. Hal ini dicapai melalui pengumpulan data wawancara,
melakukan beberapa kali kunjungan ke lapangan (untuk
mendapatkan sampling teoritis), mencoba mengembangkan dan
menghubungkan kategori-kategori (perbandingan konstan), dan
168 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

menulis teori substantif atau konteks spesifik. Hal inilah yang


harus tergambar pada hasil analisis data sehingga pembaca
paham alur terbentuknya teori.

Creswell & Poth (2018) Ethnography

Ahli etnografi mengembangkan tema-tema budaya dalam


analisis data. Mereka mendeskripsikan perilaku masyarakatnya.
Mereka juga menganalisis artefak untuk menjelaskan apa yang
dibuat dan digunakan orang-orang dalam budaya tersebut.
display dari studi etnografi haruslah merepresentasikan potret
budaya karena ini adalah komponen kunci dari penelitian
etnografi. Produk akhirnya adalah gambaran umum mengenai
kondisi budaya, yang disajikan lengkap dengan segala
kompleksitasnya.

Salah satu jenis etnografi adalah etnografi kritis. Hasil dari


analisi data dari etnografi kritis adalah gambaran sistem budaya
kekuasaan, prestise, hak istimewa, dan otoritas dalam
masyarakat. Para etnografer kritis mempelajari kelompok-
kelompok marginal dari berbagai kelas, ras, dan gender, dengan
tujuan mengadvokasi kebutuhan para partisipan tersebut. jenis
lainnya adalah etnografi realis, yakni pendekatan tradisional
terhadap etnografi yang dianut oleh para antropolog budaya.
Pendekatan ini melibatkan peneliti sebagai pengamat “objektif”,
mencatat fakta dan menceritakan penelitian dengan sikap tidak
memihak dan merasa paling tahu tentang masyarakat tersebut.

Para peneliti menganut prinsip holistik untuk


mengasumsikan pandangan mereka agar memperoleh
gambaran menyeluruh dan utuh tentang kelompok sosial. Peneliti
juga melakukan interpretasi terhadap komunitas berdasarkan
konsep, teori, hasil penelitian sejenis, atau literatur lainnya.
Penyajian Hasil Analisis Data | 169

Peneliti menyajikan hasil analisis secara terstruktur antara tema


atau konsep tentang sistem atau kelompok sosial-budaya.

Creswell & Poth (2018) Case Study

Display data dari riset studi kasus dominan deskripsi hasil analisis
tema (kasus unik yang diteliti). Sekedar mengingatkan bahwa
studi kasus bukan semata studi masalah. Namun ada hal unik
yang memang membedakan masalah tersebut dari masalah lain,
sehingga layak disebut kasus. Oleh sebab itu, dalam penyajian
hasil analisis data, penting untuk memunculkan kasus tersebut.
Peneliti melakukan interpretasi dan menarik makna dari kasus.

Studi kasus melibatkan konteks atau latar kehidupan nyata


dan kontemporer dalam sebuah peristiwa, proses, program, atau
beberapa orang. Uraian menyatakan fakta-fakta tentang kasus,
bukan hasil setting. Data studi kasus dapat berupa kasus tunggal
atau gabungan beberapa insiden yang digabungkan (studi kasus
kolektif). Konteks kasus misalnya, isu-isu sejarah, sosial, politik
yang menyita perhatian publik, baik tingkat nasional maupun
internasional.

Ada beberapa peneliti yang menggambarkan sebagai studi


perkembangan isu. Ini dikenal dengan studi kasus instrumental
yakni jenis studi kasus yang fokus pada isu tertentu dan bukan
pada kasus itu sendiri. Kasus tersebut kemudian menjadi sarana
untuk lebih memahami isu. Sebaliknya, jenis studi kasus intrinsik
berfokus pada kasus tersebut karena sifatnya yang intrinsik atau
tidak biasa. Namun demikian, saat menyajikan data, peneliti
memberikan gambaran generalisasi naturalistik dalam penafsiran
suatu kasus. Peneliti dapat memunculkan pola sehinga mudah
dimengerti oleh pembaca.
170 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Use “Thick Description”


Creswell (2016) mengatakan, salah satu ciri khas dari penelitian
kualitatif adalah hasil analisis data yang disajikan dalam tulisan
yang bersifat thick description. Artinya bukan sekedar
mendeskripsikan, namun juga memberikan rincian tentang latar,
orang, dan peristiwa. Berikut adalah beberapa contoh rincian
untuk membuat thick description:
Ø Deskripsi emosi berdasarkan ekspresi wajah individu saat
bahagia, bingung, kecewa, sedih, marah, dan ungkapan
perasaan lain sebagainya.
Ø Deskripsi rasa, menggambarkan seluruh indera: penglihatan,
pendengaran, rasa, penciuman, sentuhan, atau indera
lainnya, seperti keseimbangan, suhu, nyeri, dan lain-lain.
Ø Deskripsi aktivitas, seperti deskripsi remaja siswa yang
merokok.
Ø Deskripsi kesehatan, misalnya laporan kesehatan kualitatif
tentang kebutuhan korban terinfeksi AIDS.

Contoh thick description dalam kalimat dengan


membandingkannya dalam kalimat thin description. Contoh thin
description: “Informan kesulitan mempelajari keyboard piano.”
Contoh thick description Tebal: “Informan mencoba untuk
memainkan keyboard namun lupa dengan urutan nadanya.
Tangannya pun belum lincah berpindah dari tangga nada satu ke
lainnya”.

Styles of Qualitative Research Writing


Creswell (2016) mengakui, peneliti kualitatif memang bekerja
keras dalam menulis. Ia memerlukan waktu yang lama untuk
mencatat catatan lapangan, pemilihan dan parafrase kutipan,
penyusunan data untuk merangkai tema, dan cara penulisan
yang konseptual. Peneliti juga harus mengeluarkan ide-ide dari
Penyajian Hasil Analisis Data | 171

yang sederhana hingga yang kompleks menggunakan tata


bahasa yang benar namun mudah dipahami pembaca. Peneliti
juga harus dapat membuat koherensi ide, perumpamaan, dan
modifikasi kutipan untuk memperkaya alur tulisannya.
Penggunaan kutipan, terutama kutipan pendek, juga
menghidupkan narasi kualitatif, dan dapat menangkap esensi
dari banyak kata yang mungkin digunakan untuk
menggambarkan tema atau mengilustrasikan tema.

Saldaña (2011) menyebutkan beberapa piliha style


penulisan hasil analisis data kualitatif:

1. Deskriptif dan realistis. Tidak bersifat memberi penilaian atau


kritik. Gaya penulisan ini dapat membantu pembaca
membayangkan latar dengan lebih jelas. Style ini sekaligus
berfungsi sebagai bukti kredibilitas peneliti, dengan kata lain,
“Saya pernah ke sana, dan inilah yang saya lihat dan dengar”.
Ini artinya deskriptif menggambarkan apa yang ditemui oleh
peneliti.
2. Analitis dan Formal. Menyajikan prosedur sistematis dan
pemikiran peneliti tentang bagaimana data dikumpulkan untuk
menjelaskan cara kerja sesuatu. Menulis secara analitis
berpotensi menggugah pikiran pembaca melalui usulan
penemuan dan wawasannya. Menulis secara analitis artinya
peneliti telah memikirkan secara cermat aspek-aspek data
seperti interaksi dan hubungan timbal balik dengan cara
menyaring dan merinci kompleksitas sosial.
3. Pengakuan. Memberikan pembaca kisah di balik layar tentang
apa yang terjadi selama penelitian. Hal-hal seperti masalah
kerja lapangan, dilema etika, dan respons emosional dibahas
secara terbuka untuk mengiringi cerita para partisipan. Karya
autoetnografi yang mengungkapkan pengalaman pribadi atau
pandangan dunia adalah contoh dari style ini.
172 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

4. Impresionistik. Menggunakan kekuatan bahasa dalam


perumpamaan, metafora, dan kiasan lainnya untuk menulis
tentang momen-momen yang penting, berkesan, dan langka.
Sketsa dan cerita memberikan wawasan tentang realitas
episodik, kompleks, dan ambivalen. Kisah-kisah impresionis
“membuka budaya” dari pengalaman kerja lapangan
sehingga kita dapat belajar melalui hal-hal yang luar biasa dan
dramatis, bukan hal-hal yang biasa dan biasa-biasa saja.
5. Interpretatif. Bertujuan untuk mencapai tingkat pemikiran yang
lebih tinggi atau lebih dalam dengan memunculkan temuan,
kemudian diperkuat teori, didukung hasil penelitian lain yang
sejenis, dibandingkan dengan solusi dari literatur lainnya.
6. Secara harfiah. Beberapa penelitian sastra, puisi, seni atau
etnodrama memiliki sifat kajian secara harfiah (sebagaimana
aslinya). Peneliti menjadi pendongeng, benar-benar
mencerminkan sastra (terjemahan makna puisi), adaptasi
tulisan fiksi, menggambarkan partisipan di kehidupan nyata
sebagai tokoh peran, dan menuliskan alur cerita aktif.
7. Kritis. Ada pula hasil riset kualitatif yang disajikan dalam
tulisan bersifat kritis seperti dampak politik dan sosial,
tindakan ketidakadilan, penindasan dan lain-lain. Tujuannya
untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pembaca tentang
isu-isu yang ada, dan untuk berupaya menuju emansipasi,
keseimbangan kekuasaan, dan martabat hak asasi manusia.
Tulisan kritis muncul dari penelitian investigasi yang logis,
bukan reaksi spontan, dendam pribadi, atau agenda
tersembunyi. Peneliti bisa mengadaptasi gaya penulisan
sastra seperti ironi dan sindiran, atau nada sarat emosi seperti
kemarahan saat menuliskan hasil penelitian.
8. Kolaboratif. Penelitian lintas atau mix keilmuan yang melihat
permasalahan dari dua atau lebih bidang ilmu.
Penyajian Hasil Analisis Data | 173

Selain seperti yang dicontohkan oleh Saldana, terdapat pula


style lain yang dapat dipilih oleh peneliti untuk penyajian data
kualitatif. Creswell (2016) memberikan pilihan:
1. Secara koheren. Koherensi artinya tulisan itu runut, dari satu
pemikiran mengalir ke pemikiran berikutnya. Pembaca tidak akan
menemukan keterpisahan antara pemikiran.
2. Menggunakan simile. Peneliti dapat mengadaptasi penulisan
prosa yang menggunakan simile untuk menyampaikan
pemikiran. Contohnya: “Seperti halnya anak-anak yang
meninggalkan rumah, fragmentasi metode kualitatif dari ikhtisar
ke buku-buku khusus disiplin ilmu telah menunjukkan adanya
pemisahan dan tetap berada dalam kelompok metode kualitatif”.
3. Menggunakan kutipan. Aspek lain dari penulisan yang baik
adalah menggunakan kutipan untuk memberikan bukti tema
dalam temuan penelitian. Perlu dipertimbangkan penggunaan
kutipan pendek, menengah, atau panjang, dan memasukkannya
ke dalam narasi kualitatif.
4. Refleksif. Refleksivitas adalah pemahaman tentang bagaimana
latar belakang penelitian dapat membentuk interpretasi,
bagaimana partisipan merasakan suatu penelitian (bukan
sekedar objek wawancara), dan bagaimana reaksi pembaca
terhadap suatu penelitian.

Lebih jauh Creswell (2016) menjelaskan, refleksivitas dalam


tulisan penelitian dapat dibagi ke dalam 3 macam, yaitu:

1. Refleksivitas bagi peneliti. Cara peneliti menulis merupakan


cerminan interpretasi mereka sendiri terhadap data yang
dianalisis. Misalkan berdasarkan budaya, sosial, dan politik,
sesuai dengan wawasan dan pengetahuan pribadi peneliti.
2. Refleksivitas peserta. Peneliti perlu mempertimbangkan
perasaan informan atau partisipan penelitian, terutama pada
174 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

tema riset yang mengangkat isu sensitif. Bagaimana para


partisipan melihat artikelnya? Apakah mereka akan merasa
terpinggirkan karenanya? Apakah mereka akan tersinggung?
Akankah mereka menyembunyikan perasaan sedih atau
kecewa?.
3. Refleksivitas bagi pembaca. Tulisan mempunyai dampak
terhadap pembaca. Peneliti perlu merangkai kata agar tidak
menimbulkan salah persepsi atau interpretasi pembaca.

Writing a Good Conclusion Section


Menurut Creswell (2016), bagian kesimpulan merupakan bagian
akhir dalam laporan kualitatif. Bagian ini penting untuk meninjau
bagaimana pertanyaan penelitian dijawab dengan temuannya.
Kesimpulannya memfokuskan perhatian pembaca pada aspek
terpenting dari penelitian. Kesimpulan juga menunjukkan
kontribusi unik dari penelitian Anda.

Sebagian literatur menuliskan bahwa kesimpulan penelitian


adalah ringkasan temuan. Namun sebenarnya tidak sekedar
ringkasan seperti meringkas karya tulis. Maksudnya ringkasan
temuan disini, kesimpulan adalah jawaban dari pertanyaan. Jika
pertanyaan penelitian ada 3, maka ketiganya terjawab dalam
narasi (tanpa numbering) di kesimpulan ditambah penjelasan
singkat, beserta contohnya. Kesimpulan memberikan jawaban
spesifik terhadap pertanyaan penelitian, meringkas tema-tema
utama penelitian, dan fokus pada bukti umum dari tema-tema
tersebut (Creswell, 2016).

Penulisan kesimpulan yang benar akan memberikan


nuansa pendekatan/strategi riset. Misalnya desain naratif,
kesimpulannya mencakup kisah pribadi seseorang. Dalam studi
fenomenologis, kesimpulan menjelaskan bagaimana partisipan
Penyajian Hasil Analisis Data | 175

mengalami fenomena. Pada grounded theory, kesimpulan berisi


alur teori. Kesimpulan etnografi berupa deskripsi tentang cara
hidup komunitas yang mencerminkan budayanya. Kesimpulan
studi kasus seputar ringkasan gambaran kasus dan tema yang
muncul (Creswell, 2016).

Pada kesimpulan juga dapat dilengkapi dengan kontribusi


unik dari penelitian ini untuk perkembangan keilmuan. Simpulan
akan lebih baik jika dilengkapi dengan kalimat yang dapat
menjadi trigger untuk penelitian lanjutan atau penelitian lain yang
masih berkaitan tema. Artinya, penelitian yang baik adalah
penelitian yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi penelitian
selanjutnya (rumpun bidang yang sama), atau penelitian dari
bidang lain. Semakin banyak bidang lain yang terkait dengan
penelitian kita, maka semakin besar pula peluang hasil penelitian
kita berkontribusi pada perkembangan keilmuan (Creswell,
2016).

Evaluating Qualitative Research Representation


and Presentation
Bagi sebagian peneliti, akan terasa sulit untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas penelitian kualitatif karena memang tidak
ada patokan angka (hasil statistik) yang menguji validitas dan
reabilitas data kualitatif. Namun demikian, Saldaña (2011)
menawarkan sembilan faktor sebagai parameter kualitas
penelitian kualitatif:

1. Keterlibatan Peneliti. Sebagaimana diketahui bersama bahwa


riset kualitatif lekat dengan subjektivitas dari penelitinya, maka
sangat diperlukan keterlibatan yang intens dari peneliti
terhadap segala sesuatunya selama proses penelitian.
Peneliti berkali-kali mengunjungi lokasi riset, mengumpulkan
176 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

data secara cermat, menganalisis secara hati-hati, dan


menginterpretasi berdasarkan berbagai literatur.
2. Kejelasan. Oleh karena penelitian kualitatif minim angka,
maka hasil penelitian ditulis atau disajikan dalam bahasa
yang mudah dipahami dan memantik wawasan baru bagi
pembacanya. Diperlukan kesadaran peneliti untuk
memikirkan latar belakang calon pembaca hasil penelitiannya.
Jika sasaran pembacanya adalah peneliti muda, maka gaya
bahasa saat menyajikan hasil riset juga dirangkai tidak kaku
namun tetap baku sesuai dengan standar ilmiah.
3. Kegunaan. Penelitian kualitatif yang baik haruslah
memberikan manfaat bagi masyarakat, lingkup terkecil adalah
bagi mereka yang tinggal dilokasi riset. Sangat penting bagi
peneliti untuk tidak menyudutkan masyarakat atau lokasi riset
dengan uraian hasil riset yang negatif. Meski peneliti adalah
posisi netral yang mengungkapkan kenyataan. Jika memang
ada unsur negatif dari hasil penelitian tetap harus ditampilkan,
namun dikemas dengan bahasa yang tidak mengarah pada
diskriminasi apalagi penghinaan.
4. Ketelitian. Penelitian kualitatif sesungguhnya adalah aktivitas
yang rumit karena harus melewati berbagai proses. Mulai dari
mengkaji tinjauan literatur yang memadai, mengatur waktu
yang akan dihabiskan untuk penelitian, penentuan topik,
pemilihan lokasi, metode pengumpulan data yang tidak
sebentar, hingga analisis data yang mendalam.
5. Prioritas. Peneliti kualitatif memprioritaskan hak dari informan
atau para partisipan. Jika memang mereka keberatan peneliti
mengungkapkan berbagai isu sensitif, maka ini harus dipatuhi
oleh peneliti. Penelitipun harus mengerti posisi masyarakat
(bila mereka adalah kaum marginal), maka hasil penelitianpun
tidak diperkenankan yang semakin memojokkan posisi
mereka di mata masyarakat lainnya.
Penyajian Hasil Analisis Data | 177

6. Kesatuan. Riset kualitatif adalah satu kesatuan. Mulai dari


penentuan tema, proses pencarian, dan analisis data tetap
dalam satu pagar fokus pada topik utamanya. Jika ada
temuan data yang terkesan seperti agak berbeda dengan
topik utama namun tetap ada kaitannya, maka temuan
tersebut tetap dapat disertakan pada hasil riset, namun
diposisikan sebagai temuan penelitian yang membuktikan
bahwa penelitian ini berkaitan dengan bidang lain, yang justru
akan membuka peluang kerjasama penelitian lintas keilmuan.
7. Hasil. Penelitian kualitatif yang baik akan membuka
kesadaran, membuka pemahaman dan memberi
pengetahuan baru bagi pembacanya.
8. Relevansi. Penelitian kualitatif menghasilkan bahan diskusi
peneliti dengan sesama peneliti, dan antara peneliti dengan
praktisi yang memiliki ketertarikan tema yang sama.
9. Rasa Hormat. Peneliti kualitatif menghormati hak orang lain
yang menjadi bagian dari penelitiannya, seperti orang-orang
yang menjadi informan, termasuk hak orang yang tidak terlibat
langsung namun memberikan kontribusi (misalnya peneliti
lain yang tulisannya kita kutip). Peneliti harus menuliskan
peran mereka dalam karya tulis. Menuliskan peran disini
maksudnya, informan tetaplah menjadi informan sedangkan
orang yang karyanya di kutip harus dicantumkan sumbernya.
Peneliti tidak diperkenankan mengambil intisari tulisan orang
lain namun enggan menuliskan sumbernya sebab ini adalah
tindakan plagiasi.
178 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data
Lampiran

179
180
182 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data
184 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data
186
Daftar Pustaka

Banks, Marcus. 2014. Analysing Images. In Flick. The SAGE


Handbook of Qualitative Data Analysis. London: SAGE
Publications Ltd.
Barbour, Rosaline S. 2014. Analysing Focus Groups. In Flick.
The SAGE Handbook of Qualitative Data Analysis.
London: SAGE Publications Ltd.
Barbour, Rosaline S . 2014. Quality of Data Analysis. Analysing
Virtual Data. In Flick, Uwe. The SAGE Handbook of
Qualitative Data Analysis. London: SAGE Publications Ltd.
Bohnsack, Ralf. 2014. Documentary Method. In Flick, Uwe. The
SAGE Handbook of Qualitative Data Analysis. London:
SAGE Publications Ltd.
Bowen, Glenn A. (2009) "Document Analysis as a Qualitative
Research Method", Qualitative Research Journal, Vol. 9
Issue: 2, pp.27-40, https://doi.org/10.3316/QRJ0902027
Braun, Virginia and Clarke, Victoria. 2006. Using Thematic
Analysis in Psychology. Qualitative Research in
Psychology, 3: 77-101
Bull, Michael. 2018. Sounds as Data. In Flick, Uwe. The SAGE
Handbook of Qualitative Data Collection. London: SAGE.
Coffey, Amanda. 2014. Analysing Documents. In Flick. The
SAGE Handbook of Qualitative Data Analysis. London:
SAGE Publications Ltd.
Corbin, Juliet & Strauss, Anselm. 2015. Basic of Qualitative
Research: Techniques & Procedures for Developing
Grounded Theory (4ed). California: SAGE.
Creswell & Poth (2018) Case Study Analysis and Representation.

187
188 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Creswell, John W. 2016. 30 Essential Skills for the Qualitative


Researcher. California: SAGE.
Creswell, John W. and Creswell, J. David. 2018. Research
Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches (5Ed). California: SAGE.
Creswell, John W. and Poth, Cheryl N. 2018. Qualitative Inquiry
& Research Design: Choosing Among Five Approaches
(4Ed). California: SAGE.
Eberle, Thomas S. 2018. Collecting Images as Data. In Flick,
Uwe. The SAGE Handbook of Qualitative Data Collection.
London: SAGE.
Flick, Uwe. 2014. Mapping the Field 3. In Flick. The SAGE
Handbook of Qualitative Data Analysis. London: SAGE
Publications Ltd.
Gibbs, Graham R. 2014.Using Software in Qualitative Analysis.
In Flick, Uwe. The SAGE Handbook of Qualitative Data
Analysis. London: SAGE Publications Ltd.
Guest, Greg., MacQueen , Kathleen M.& Namey, Emily E. 2012.
Introduction to Applied Thematic Analysis. California:
SAGE.
Guest, Greg., Namey, Emily E., & Mitchell,L. 2013. Collecting
Qualitative Data A Field Manual for Applied Research.
California: SAGE.
Hewson, Claire. 2014. Qualitative Approaches in Internet-
Mediated Research: Opportunities, Issues, Possibilities. In
Leavy, Patricia. The Oxford Handbook of Qualitative
Research. New York: Oxford University Press.
Hodgetts, Darrin & Chamberlain, Kerry. 2014. Analysing News
Media. In Flick. The SAGE Handbook of Qualitative Data
Analysis. London: SAGE Publications Ltd.
Daftar Pustaka | 189

Jenks, Christopher Joseph. 2018. Recording and Transcribing


Social Interaction. In Flick, Uwe. The SAGE Handbook of
Qualitative Data Collection. London: SAGE.
Knoblauch, Hubert., Schnettler., Bernt & René Tuma. 2018.
Videography.In Flick, Uwe. The SAGE Handbook of
Qualitative Data Collection. London: SAGE.
Knoblauch, Hubert., Tuma, René., and Schnettler, Bernt. 2014.
Video Analysis and Videography. In Flick, Uwe. The SAGE
Handbook of Qualitative Data Analysis. London: SAGE
Publications Ltd.
Kowal, Sabine and O’ Connell, Daniel C . 2014. Transcription as
a Crucial Step of Data Analysis. In Flick, Uwe. The SAGE
Handbook of Qualitative Data Analysis. London: SAGE
Publications Ltd.
Kozinets, Robert V., Dolbec, Pierre - Yann ., and Earley, Amanda.
2014. Netnographic Analysis: Understanding Culture
through Social Media Data. In Flick, Uwe. The SAGE
Handbook of Qualitative Data Analysis. London: SAGE
Publications Ltd.
Lindgren, Simon. 2018. The Concept of ‘Data’ in Digital
Research. In Flick, Uwe. The SAGE Handbook of
Qualitative Data Collection. London: SAGE.
Maeder, Christoph. 2014. Analysing Sounds. Analysing News
Media. In Flick. The SAGE Handbook of Qualitative Data
Analysis. London: SAGE Publications Ltd.
Markham, Annette. N and Gammelby, Ane Kathrine. 2018.
Moving Through Digital Flows: An Epistemological and
Practical Approach. In Flick, Uwe. The SAGE Handbook of
Qualitative Data Collection. London: SAGE.
Markham, Annette. N.2018. Troubling the Concept of Data in
Qualitative Digital Research. In Flick, Uwe. The SAGE
Handbook of Qualitative Data Collection. London: SAGE.
190 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Marvasti, Amir B . 2014. Analysing Observations. In Flick. The


SAGE Handbook of Qualitative Data Analysis. London:
SAGE Publications Ltd.
Maxwell, Joseph. A ., and Chmiel, Margaret. 2014. Notes Toward
a Theory of Qualitative Data Analysis. In Flick, Uwe. The
SAGE Handbook of Qualitative Data Analysis. London:
SAGE Publications Ltd.
Mikos, Lothar. 2014. Analysis of Film. In Flick, Uwe. The SAGE
Handbook of Qualitative Data Analysis. London: SAGE
Publications Ltd.
Mikos, Lothar. 2018. Collecting Media Data: TV and Film Studies.
In Flick, Uwe. The SAGE Handbook of Qualitative Data
Collection. London: SAGE.
Neuman, W. Lawrence. 2014. Basics of Social Research:
Qualitative & Quantitative Approaches (3ed). Essex:
PERSON.
O’Leary, Zina. 2004. The Essential Guide To Doing Research.
London: SAGE Publications.
O’Leary, Zina. 2017. The essential guide to doing your research
project (3rdedition). London: SAGE Publications.
O’Leary, Zina & Hunt, Jennifer. 2017. Secondary Data: Existing
Data, Online Generated Data and Previous Studies. In
O’Leary (2017) The Essential Guide to Doing Your
Research Project. London: SAGE Publications.
Olsen, Wendy. 2012. Data Collection : Key Debates & Methods
in Social Research. SAGE Publications: London.
Rapley, Tim & Rees, Gethin. 2018. Collecting Documents as
Data. In Flick, Uwe. The SAGE Handbook of Qualitative
Data Collection. London: SAGE.
Riger, Stephanie and Sigurvinsdottir, Rannveig. 2016. Thematic
Analysis. In Jason, Leonard A. and Glenwick, David S.
Daftar Pustaka | 191

Handbook of Methodological Approches to Community-


Based Research: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods. New York: Oxford University Press.
Roulston, Kathryn. 2014. Analysing Interviews. In Flick, Uwe. The
SAGE Handbook of Qualitative Data Analysis. London:
SAGE Publications Ltd.
Saldaña, Johnny.2011. Fundamentals of Qualitative Research.
New York: Oxford University Press, Inc.
Schreier, Margrit. 2014. Qualitative Content Analysis. In Flick,
Uwe. The SAGE Handbook of Qualitative Data Analysis.
London: SAGE Publications Ltd.
Seale, Clive. 2017. Using Computers to Analyse Qualitative Data
in Silverman, David. Doing Qualitative Research 5E.
London: SAGE Publications.
Silverman, David. 2014. Interpreting Qualitative Data (5ed).
London: SAGE.
Silverman, David. 2017. Doing Qualitative Research 5E. London:
SAGE Publications.
Toerien, Merran. 2014. Conversations and Conversation
Analysis. In Flick. The SAGE Handbook of Qualitative Data
Analysis. London: SAGE Publications Ltd.
Tracy, Sarah J. 2020. Qualitative Research Methods: Collecting
Evidence, Crafting Analysis, Communicating Impact
Second Edition. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Weller, Wivian., Bassalo, Lucéliade Moraes Braga., and Pfaff,
Nicolle. 2018. Collecting Data for Analyzing Blogs. In Flick,
Uwe. The SAGE Handbook of Qualitative Data Collection.
London: SAGE.
Willig, Carla. 2014. Interpretation and Analysis. In Flick, Uwe. The
SAGE Handbook of Qualitative Data Analysis. London:
SAGE Publications.
192 | Riset Kualitatif untuk Pemula: Teknik Analisis Data

Yin, Robert K. 2016. Qualitative Research from Start to Finish


(2ed). New York: The Guilford Press.
Yin, Robert K. 2018. Case Study Research and Applications
(Sixth Edition). California: SAGE Publications.
Tentang Penulis

Rizki Nurislaminingsih
Rizki Nurislaminingsih meraih gelar Master fo
Arts (2015) setelah menempuh pendidikan di S-
2 Kajian Budaya dan Media, Minat Studi
Manajemen Informasi dan Perpustakaan,
Universitas Gadjah Mada. Pengalaman
pertamanya menjadi dosen ketika bergabung
dengan Prodi S-1 Ilmu Perpustakaan - Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (2015-
2017). Kini ia menjadi bagian dari Fakultas Ilmu Komunikasi-
Universitas Padjadjaran sejak 1 Maret 2019.

Heriyanto
Heriyanto merupakan dosen dan peneliti di
Program Studi Ilmu Perpustakaan dan
Informasi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Diponegoro. Mata kuliah yang
diampu di antaranya, Metode Penelitian
Kualitatif, Seminar Proposal, dan
Manajemen Informasi. Selepas dari studi
S3-nya di Queensland University of Technology, Heriyanto
memperdalam kemampuannya di bidang kualitatif dengan
melakukan berbagai penelitian mengeskplorasi literasi informasi
dosen dan mahasiswa, dan beberapa penelitian terkait dengan
interaksi manusia dan sumber informasi dan bagaimana berbagai
macam teknologi yang digunakan membantu seseorang belajar.

193
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai