Anda di halaman 1dari 6

EKO-REGIONAL, Vol 1, No.

1, Maret 2006

PERAN VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DALAM


PEMBANGUNAN WILAYAH DI INDONESIA
Oleh:
Bhimo Rizky Samudro1)
1)
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT

Economic valuation of natural resources is important method in regional development. By this term,
all potencies, characteristics, and economic value (benefit, cost, and profit) of natural resources should be
known. It can be also a fundamental concept to create regional rules and to make simple adjustment with
The Act of National Natural Resources. The management of natural resources in regional area should match
with regional potency and national vision of natural resources management. Finally, the country has to
maintain the natural resources and also take care of its sustainability.

Keywords: Economic valuation, regional development

PENDAHULUAN kegiatan ekonomi, yaitu produksi dan konsumsi. Di


sisi lain, kenaikan pendapatan masyarakat yang
Manusia dengan lingkungan alam merupakan dicerminkan dalam kenaikan GNP tersebut
dua aspek yang memiliki sifat interdependensi, sebetulnya belum dihitung dengan tingkat
dimana kedua aspek tersebut bergerak untuk saling kerusakan sumberdaya alam (SDA) atau lingkungan
mempengaruhi. Sifat interdependensi tersebut yang terjadi selama proses pembangunan tersebut
mempengaruhi kelangsungan (sustainability) dari berlangsung. Hal ini tentu akan mengakibatkan
kedua aspek itu sendiri. Dari sisi manusia sebagai adanya ketidakseimbangan antara proses
penggerak pembangunan, dapat dilihat bahwa pembangunan dan kelangsungan kualitas
pembangunan mempunyai pengaruh terhadap lingkungan.
lingkungan manusia itu sendiri. Pengaruh dari Dalam menghadapi adanya ketidak-
pembangunan dapat bersifat positif dan negatif seimbangan antara proses pembangunan dan
terhadap lingkungan. Pengaruh positif dari kelangsungan kualitas lingkungan diperlukan
pembangunan akan dapat memelihara mekanisme valuasi ekonomi dan neraca terhadap
kelangsungan kualitas lingkungan, sebaliknya jika sumber daya alam serta lingkungan. Valuasi
pengaruhnya negatif akan dapat mengganggu ekonomi dan neraca sumber daya alam serta
kualitas lingkungan. lingkungan diperlukan untuk dapat memasukkan
Proses interdependensi antara manusia dan potensi SDA terukur dan belum terukur serta
lingkungan dapat terjadi dalam proses tingkat kerusakan dalam proses eksplorasinya ke
pembangunan di dalam sebuah negara. Dalam era dalam GNP.
globalisasi, masyarakat di dalam sebuah negara
merupakan bagian dari masyarakat internasional.
Masyarakat suatu negara di dunia memiliki PEMBANGUNAN NASIONAL
beberapa norma umum yang dijalankan dalam
posisinya sebagai bagian dari masyarakat 1. Pembangunan di Era Otonomi Daerah
internasional. Norma-norma umum tersebut Perubahan orde kepemimpinan nasional
meliputi pengakuan terhadap hak asasi manusia, mengakibatkan perubahan paradigma
keterbukaan informasi, keterbukaan pasar, dan pembangunan nasional dilaksanakan oleh
pemerintahan yang demokratis. Dengan demikian pemerintah. Perubahan paradigma didukung
proses interdependensi manusia dan lingkungan dengan Undang-undang no 22 tahun 1999
dalam pembangunan suatu negara akan mengenai otonomi daerah dan undang-undang no.
dipengaruhi secara tidak langsung oleh norma- 25/1999 tentang perimbangan pembiayaan pusat
norma manusia sebagai masyarakat internasional. daerah. Berdasarkan peraturan perundangan
Pertumbuhan ekonomi merupakan tolok ukur tersebut, pemerintah pusat telah sepakat dan
dari keberhasilan pembangunan di suatu negara. memutuskan untuk melakukan perubahan
Untuk melihat peningkatan pertumbuhan ekonomi pendekatan dalam melaksanakan pembangunan
suatu negara dapat digunakan indikator GNP. nasional. Pembangunan nasional yang semula
Indikator GNP suatu negara dapat direfleksikan dilaksanakan sepenuhnya direncanakan oleh
menjadi indikator GNP per kapita. Dari indikator pemerintah pusat, sekarang telah berubah bahwa
GNP per kapita tersebut dapat dilihat faktor daya pembangunan nasional akan dilakukan secara
beli masyarakat yang berpengaruh terhadap desentralisasi tidak terpusat lagi dengan

53
memberikan kewenangan perencanaan dan b. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
pelaksanaan pembangunan kepada daerah. (SDM) di suatu daerah.
Pelaksanakan pembangunan dengan konsep c. Budaya atau culture masyarakat di suatu
otonomi daerah menghadapi kendala utama, yaitu daerah.
banyak daerah yang tidak memiliki modal atau dana Peran pemerintah harus dapat menerapkan
yang mencukupi, serta keterbatasan sumberdaya kebijakan yang tepat untuk menciptakan sinergi
manusia yang dimiliki. Sementara itu dalam kondisi dari ketiga faktor di atas dalam mendukung
sosial, ekonomi dan politik yang sedang mengalami perkembangan pusat pertumbuhan ekonomi.
transformasi kepemimpinan dari kebebasan yang Untuk menerapkan kebijakan yang relatif tepat,
terpimpin (orde baru) menuju kebebasan yang pemerintah hendaknya harus terlebih dahulu
bertanggung jawab, masyarakat masih belum mengetahui potensi daerahnya. Potensi daerah
menemukan format yang tepat untuk menunjang secara regional dapat diketahui melalui beberapa
pelaksanaan pembangunan daerah. Kebebasan pendekatan teoretis. Menurut Sambodo (2003),
bertanggung jawab yang dicoba untuk diterapkan salah satu pendekatan untuk mengetahui dan
menjadi tidak efektif, sehingga yang terjadi justru mengelola potensi daerah, baik SDA maupun SDM,
kebebasan perilaku masyarakat yang melampaui adalah pedekatan akun regional.
batas. Hal ini terjadi akibat tidak efektifnya Pendekatan akun regional merupakan
pelaksanaan peraturan perundangan dengan makin pedekatan yang digunakan di beberapa negara di
banyaknya pelanggaran yang tidak mendapat Eropa Barat. Pendekatan ini mencoba melihat input
hukuman yang layak. Keadaan ini justru output dari kebutuhan daerah, yang dapat dihitung
mengakibatkan adanya pengadilan rakyat, karena dari kebutuhan belanja daerah terdiri dari
masyarakat sudah makin tidak mempedulikan kebutuhan belanja pemda dan kebutuhan belanja
hukum dan peraturan yang ada. Di sisi lain, penduduk. Kebutuhan belanja tersebut
pemulihan kondisi ekonomi nasional belum dapat dibandingkan dengan pendapatan daerah baik dari
diselesaikan dengan optimal. Hal ini semakin upaya pengelolaan sumberdaya alam maupun
memperlihatkan bahwa kondisi sosial, ekonomi dan pengelolaan jasa.
politik tidak membantu mendukung pelaksanaan Penerapan konsep akun regional di Indonesia
otonomi daerah, tetapi justru akan menjadi beban. harus menyesuaikan dengan pola pembangunan
yang dterapkan. Penerapan konsep akun regional
2. Perencanaan Pembangunan di Daerah diterapkan dengan nuansa otonomi daerah.
Pola perencanakan pembangunan di daerah Pembangunan daerah dapat menggunakan model
yang dalam konsep ilmu pengembangan regional akun regional yang mencoba melihat dari aspek
bukan merupakan hal yang sederhana, sehingga hukum, dengan mengevaluasi peraturan
dalam merencanakan pembangunan daerah dengan perundangan yang ada dari peraturan
otonomi daerah akan menghadapi berbagai perundangan tingkat pusat nasional sampai
tantangan. Hal ini juga akan menjadi tantangan peraturan daerah tingkat perda.
bagi negara Indonesia yang memiliki Proses evaluasi peraturan perundangan
keanekaragaman budaya dan etnis. dengan meggunakan konsep akun regional, dapat
Pembangunan daerah melalui perencanaan memudahkan daerah untuk menyusun perda yang
daerah harus dapat melibatkan masyarakat sebagai disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Hal
stake hoder. Hal ini menjadi penting karena ini menjadi lebih efektif, karena terkadang
masyarakat merupakan komponen utama beberapa peraturan tingkat nasional kurang sesuai
penggerak pembangunan. Untuk dapat berperan jika langsung diterapkan di daerah. Proses
sebagai komponen penggerak pembangunan, penyesuaian perundangan ini akan mempermudah
masyarakat membutuhkan media. Media yang daerah untuk memanfaatkan dan mengelola
diperlukan oleh masayarakat untuk menggerakkan potensi sumber dayanya.
pembangunan adalah lapangan pekerjaan.
Rencana pembangunan daerah dengan 3. Sumber Daya Alam dan Energi
menciptakan lapangan pekerjaan, akan membawa Sumber daya alam (SDA) adalah potensi
implikasi pembangunan ekonomi daerah yaitu lingkungan alam yang dapat dimanfaatkan
dengan kemudian munculnya pusat-pusat manusia untuk konsumsi dan sebagai faktor
pertumbuhan. Pemerintah mempunyai peran sangat produksi dalam suatu proses produksi (Sukanto dan
penting dan strategis dalam mengembangkan pusat Pradono, 1998). Alam telah menyediakan sejumlah
pertumbuhan. Perkembangan pusat-pusat tertentu sumber daya alam dan energi, sedangkan
pertumbuhan tidak akan terjadi dengan sendirinya manusia diharapkan memanfaatkan serta
karena pusat pertumbuhan akan berkembang mengelolanya dengan peran ilmu pengetahuan dan
sangat tergantung dari 3 faktor, yaitu: teknologi. Dalam usaha manusia memanfaatkan
a. Sumber daya alam (SDA) yang dimiliki suatu SDA untuk konsumsi dan produksi, dibutuhkan
daerah. konsep ilmu ekonomi, agar proses tersebut
berlangsung efektif dan efisien.

54
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006

Sumber daya alam (SDA) dalam perpektif Proses otonomi daerah memang menghadapi
pembangunan daerah adalah sebagai modal atau beberapa kendala, namun dengan adanya
input dalam proses pembangunan. SDA dapat perencanaan pembangunan daerah yang tepat dan
dimanfaatkan oleh pemerintah daerah sebagai efektif diharapkan pembangunan daerah dapat
komponen yang sinergi SDM yang ada sehingga berjalan lancar. Salah satu konsep perencanaan
dapat menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi. Di pembangunan daerah yang efektif adalah dengan
sisi lain, konsep ekonomi diperlukan untuk konsep akun regional. Pendekatan akun regional
pengelolaan SDA yang efektif dan efisien. akan mempermudah daerah untuk mengetahui
Pengelolaan SDA yang efektif dan efisien akan potensi yang dimiliki dan sekaligus membantu
mengakibatkan terjadinya sustainability dari SDA itu dalam menyusun perda yang sesuai dengan potensi
sendiri. setempat.
Sumber daya alam (SDA) menurut sifatnya Konsep pendekatan akun regional dapat
dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: diterapkan untuk pemanafaatan dan pengelolaan
a. SDA yang dapat diperbarui (renewables SDA di daerah. Pendekatan akun regional dapat
resources). direfleksikan menjadi neraca sumber daya alam
b. SDA yang tidak dapat diperbarui (non (neraca SDA) yang dapat menilai potensi SDA dan
renewables resources). sekaligus biaya yang dikeluarkan untuk
SDA yang dapat diperbarui adalah SDA yang memanfatkannya. Penerapan neraca SDA akan
dapat memperbarui dirinya sendiri dan akan dapat mempermudah daerah dalam menyusun perda,
dipertahankan kelangsungannya dengan adanya sehingga pengelolaan SDA untuk pembangunan
intervensi manusia. SDA yang dapat diperbarui menjadi efektif dan efisien.
terdiri dari: Salah satu langkah awal dalam menerapkan
a. SDA hayati; terdiri atas tumbuhan dan hewan. neraca SDA adalah menilai potensi SDA yang
b. SDA fisik; terdiri atas air, hutan, dan terukur maupun belum terukur sesuai dengan
lahan/tanah. karakteristiknya masing-masing. Untuk melakukan
SDA yang tidak dapat diperbarui adalah SDA valuasi terhadap potensi SDA, maka perlu
yang tidak dapat memperbarui dirinya dan akan dilakukan valuasi ekonomi dari SDA yang ada di
mengalami penurunan kuantitas dalam daerah. Valuasi ekonomi ini meliputi nilai potensi
pemanfaatannya. Pemanfaatan SDA non dan biaya sosial ekonomi dari proses
renewables yang tidak ditopang dengan konsep pemanfaatannya.
berkelanjutan, maka penurunan kuantitas dalam
pemanfaatannya menjadi relatif cepat. SDA non
renewables terdiri dari: Valuasi Ekonomi SDA
a. Gambut.
b. Bahan tambang (mineral). 1. Definisi Valuasi Ekonomi SDA
c. Minyak bumi dan gas alam. Konsep dasar pelaksanaan valuasi
SDA merupakan salah satu modal utama ekonomi dari SDA dan lingkungan adalah konsep
suatu daerah/kawasan/negara untuk dapat pembangunan berkelanjutan (sustainable
membangun dan sekaligus meningkatkan development). Dalam hal ini, proses valuasi
pertumbuhan ekonomi. Simon Kuznets menyatakan ekonomi merupakan bagian dari proses menuju
bahwa pertumbuhan ekonomi dibatasi oleh pembangunan berkelanjutan (sustainable
kekurangan absolut dari sumber daya alam. Di sisi development). Pelaksanaan konsep pembangunan
lain, beberapa negara di dunia terbukti dapat berkelanjutan didukung oleh 3 (tiga) komponen
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, walaupun utama, yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan.
notabene tidak memiliki SDA yang cukup. Akan Komponen-komponen tersebut bersifat
tetapi, pada dasarnya peran SDA sebagai modal interdependensi, dimana ketiganya saling
pembangunan menjadi faktor utama. mempengaruhi.
Indonesia sebagai negara yang memiliki SDA Berdasarkan skema diatas, proses valuasi
yang relatif banyak, seharusnya dapat merupakan penghubung antara komponen
memanfaatkannya sebagai modal pembangunan. ekonomi dengan lingkungan. Proses valuasi
Pembangunan nasional dapat dirintis dengan tersebut dilakukan untuk mngetahui nilai sosial
pembangunan daerah, dimana masing-masing ekonomi dari keanekaragaman hayati, SDA, dan
daerah memiliki karakteristik SDA yang berbeda- polusi. Tujuan utama dari proses tersebut secara
beda. Era otonomi daerah akan memberi peluang ekonomi adalah untuk mencapai efisiensi,
kepada masing-masing daerah untuk pertumbuhan, dan stabilitas. Dengan tercapainya
memanfaatkan dan mengelola SDA yang ada di tujuan secara ekonomi, maka diharapkan tercapai
daerahnya. Hal ini tentu dilakukan untuk adanya keadilan antar generasi dan peran
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan masyarakat sebagai hubungan sosial dengan
pembangunan di daerah, yang diharapkan lingkungan.
menunjang pembangunan nasional.

55
Valuasi ekonomi SDA didefinisikan sebagai
proses kuantifikasi dan pemberian nilai (valuasi) Tabel 7.1. Metode-metode Valuasi Ekonomi
ekonomi terhadap SDA dalam bentuk moneter Nilai Metode
setelah dilakukan identifikasi. Direct Use Value- Travel Cost Method
rekreasi Contigent Valuation
2. Manfaat Valuasi Ekonomi SDA Direct Use Value Method (CVM)
Valuasi ekonomi potensi SDA Market Price
memberikan beberapa manfaat, yaitu: Indirect Use Production Cost Method
a. Memberikan deskripsi nilai ekonomi SDA yang Value Dose-Response Method
terukur atau belum terukur ke dalam bentuk Damage Function Method
moneter. CVM
b. Merupakan metode untuk menentukan penting Option Value CVM
atau tidaknya suatu proyek eksplorasi SDA yang Non use Value CVM
telah atau akan dilakukan. Sumber: Wisnu Martono & Awal Subandar, 2003.
c. Sebagai suatu dasar penentuan pengelolaan SDA
sehingga dapat meminimalkan dampak sosial a. Travel Cost Method adalah metode valuasi
ekonomi dari proses tersebut. dengan cara mengestimasi kurva permintaan
d. Sebagai suatu dasar dalam membuat neraca SDA barang-barang rekreasi terumata rekreasi di luar
yang dapat digunakan sebagai pedoman (outdor recreation). Asumsinya adalah bahwa
penyusunan peraturan-peraturan pengelolaan semakin jauh tempat tinggal seseorang yang
SDA nasional maupun daerah. datang memanfaatkan fasilitas rekreasi akan
semakin menurun permintaan terhadap produk
3. Metode Valuasi Ekonomi SDA rekreasi tersebut.
Valuasi ekonomi atas pemakaian sumberdaya b. Contigent valuation method adalah metode
alam berupaya untuk memberikan keseluruhan nilai valuasi SDA dan lingkungan dengan cara
ekonomi yang melekat pada sumberdaya alam menanyakan secara langsung kepada konsumen
tersebut (total economic value). Keseluruhan nilai ini tentang nilai manfaat SDA dan lingkungan yang
tidak hanya terbatas pada nilai guna langsung mereka rasakan.
(direct use) yang selama ini dipergunakan, namun c. Production Cost method adalah metode valuasi
juga meliputi nilai guna tidak langsung (indirect use SDA dan lingkungan dengan menghitung
value), nilai pilihan (option value) dan nilai non- manfaat konservasi lingkungan dari sisi kerugian
guna (non-use value). yang ditimbulkan (apa yang hilang) akibat
Apabila dirumuskan, nilai suatu sumberdaya alam adanya kebijakan.
adalah: d. Dose-Response method adalah metode valuasi
TEV = UV+NUV SDA dan lingkungan dengan menilai pengaruh
Dimana: perubahan kandungan zat kimia atau polutan
TEV = Total Ec. Value tertentu terhadap kegiatan ekonomi atau
UV = Use Value (Direct + Indirect+ Option) utilitas konsumen.
NUV = Non-use Value (Existence+Bequest) Penerapan teori ekonomi lingkungan dalam
a. Direct Use Value adalah nilai yang diperoleh valuasi ekonomi SDA dapat disederhanakan
melalui konsumsi langsung suatu sumberdaya dengan menggunakan pola valuasi Benefit-Cost .
dalam (SDA) Pola valuasi ini merupakan pola terapan dalam
b. Indirect Use Value adalah nilai manfaat tidak usaha menilai suatu SDA
langsung yang dihasilkan karena adanya suatu SDA yang dapat diperbarui (renewables
SDA resources)
c. Option Value adalah nilai manfaat langsung dan Contoh: Sumber daya hutan (kayu)
tidak langsung suatu SDA di masa datang. Potensi =[Populasi/luas] x [nilai moneter]
d. Existence Value adalah nilai atas keberadaan Biaya lingkungan = Biaya penanaman + biaya
suatu SDA, terlepas dari manfaat yang mungkin perawatan + biaya sosial proses
bisa diperoleh dari keberadaan SDA itu sendiri. Biaya lingkungan = Upah tenaga kerja + bibit +
e. Bequest Value adalah nilai atas kemungkinan peralatan + sewa lahan
mewariskan suatu SDA ke generasi berikutnya Keuntungan bersih = Potensi – biaya
Menurut Martono & Subandar (2003), lingkungan
metode yang cocok dipergunakan dalam rangka SDA yang tidak dapat diperbarui(non
valuasi ekonomi adalah sebagai berikut: renewables resources)
Contoh: Sumber daya mineral (tambang)
Potensi = Potensi terukur + belum terukur
Potensi terukur = [Kuantitas/luas] x nilai
moneter

56
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006

Potensi belum terukur = karena selama 10 hari pantai ditutup (1hari normal
[biaya eksploitasi + peralatan (teknologi)/luas] x penerimaan retribusi pantai = Rp 50.000)
[nilai moneter] Valuasi Ekonomi SDA Perikanan (keadaan
Biaya lingkungan = biaya reklamasi + biaya normal):Metode yang digunakan dalam penelitian
revegetasi ini adalah Contigent Valuation Method (CVM)
Keuntungan bersih = Potensi – biaya dengan pertanyaan langsung.
lingkungan. a. Potensi total SDA Ikan = Rp 2.500/kg x 4 x
Dalam menerapkan valuasi ekonomi SDA 80kg/hari/KK x 250 KK = Rp 50.000.000/hari
dapat dijelaskan dengan ilustrasi kasus dengan data b. Potensi terukur SDA Ikan = 250 KK x Rp
hipotetis berikut: 2.500/kg x 20kg/hari//KK = Rp 12.500.000/hari
Contoh valuasi ekonomi SDA Perikanan: c. Biaya bahan bakar kapal motor = Rp 36.000 x
20 KK = Rp 720.000/hari.
Deskripsi kasus d. Biaya perawatan kapal dan alat = Rp
Pantai Jobokuto, Kabupaten Jepara, Propinsi 10.000/hari.
Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang e. Berdasarkan valuasi ekonomi yang dilakukan
memiliki SDA perikanan yang cukup berkembang, pada keadaan normal maka nilai keuntungan
walaupun hasil ekplorasi per hari hanya 0,25 dari bersih dari SDA perikanan di Jobokuto,
total potensi SDA Perikanan di tempat itu. Para kabupaten Jepara =Rp 12.500.000 – (Rp
nelayan tersebut menggunakan kapal motor dan 720.000 + Rp 10.000) = Rp 11.770.000/hari
perahu jukung dalam proses penangkapan ikan. (23,4% dari potensi total)
Jumlah nelayan yang beroperasi di daerah tersebut Valuasi ekonomi SDA Perikanan (keadaan
kurang lebih mencapai 250 KK dari keseluruhan pencemaran air):
350 KK yang berdomisili di desa sekitar pantai. a. Potensi terukur SDA Ikan = 250 KK x Rp
Penghasilan rata-rata 1 KK nelayan adalah Rp 2.500/kg x 20kg/hari//KK = Rp 12.500.000/hari
50.000/hari dengan hasil tangkapan rata-rata 1 KK b. Biaya bahan bakar kapal motor = Rp 0 (karena
nelayan 20 kg/hari. Biaya yang dikeluarkan untuk tidak beroperasi)
bahan bakar kapal motor adalah Rp 36.000/hari/KK. c. Biaya perawatan kapal dan alat = Rp 0 (karena
Jumlah nelayan yang memiliki kapal motor 20 KK tidak beroperasi)
(asumsi: 1KK memiliki 1 kapal motor). Biaya untuk d. Biaya kerugian finansial pembersihan pantai
perawatan peralatan tetap dan habis pakai (dampak langsung) :10 hr x Rp 150.000 = Rp
diperkirakan Rp. 10.000/hari. 1.500.000
Pada suatu hari, pada saat melalukan e. Biaya kerugian finansial nelayan akibat sakit
pengisian bahan bakar ke kapal melalui pipa (dampak tidak langsung) : 20 x Rp 10.000 = Rp
transmisi 14 inc besi terjadi kebocoran yang diduga 200.000
pecah akibat korosif. Diperkirakan ikan mati f. Biaya kerugian sosial lingkungan : Biaya
sebanyak 3 ton dalam waktu satu hari setelah kerugian populasi ikan: 3 ton x Rp 2.500/kg x
pencemaran. 10 hr = Rp 75.000.000
Rencana penanggulangan pencemaran air g. Biaya penurunan retribusi pantai wisata: 10hr x
disusun dan dipersiapkan melalui kerjasama antara Rp 50.000 = Rp 500.000
Bapedal Pusat, Bapedalda Propinsi Jawa Tengah, h. Biaya uji sample ke laboratorium @ sampling
Pemda Jawa Tengah, Kelompok LSM lingkungan, Rp5.000.000 3 X sampling =3 X Rp 5.000.000=
dan Polisi. Langkah awal adalah mengadakan Rp 15.000.000
pembersihan pantai (biaya Rp 150.000/hari). Pihak i. Biaya pengamanan Polisi (10 hari) = Rp
Bapedalda memperkirakan pencemaran akan 5.000.000
berlangsung selama kurang lebih 10 hari, karena j. Total biaya kerugian dengan keadaan
bahan bakar minyak merupakan zat yang berasal pencemaran air (10 hari): Rp 75.000.000 + Rp
dari makhluk hidup (mudah terurai). 1.500.000 + Rp 200.000 + Rp 500.000 + Rp
Hasil sample yang diambil oleh Bepedalda 15.000.000 + Rp 5.000.000 = Rp 97.200.000.
Propinsi Jawa Tengah menunjukkan DO=0,7 mg/l, Bila ditambah dengan 10 % kemungkinan
BOD=110 ppm, di dermaga BOD=120 ppm, biaya tambahan lainnya sehingga mencapai
DO=1,3 mg/l, sedang kondisi 2000 m dari sumber kurang lebih Rp 106.920.000. Berdasarkan
pencemar nilai BOD dan DO normal. valuasi ekonomi yang dilakukan pada keadaan
Pencemaran air ini mengakibatkan pencemaran air maka nilai keuntungan bersih
penghasilan nelayan menurun menjadi hanya Rp dari SDA perikanan di Jobokuto, kabupaten
15.000/KK/hari dan hal ini telah berlangsung Jepara (10 hari) =(Rp 12.500.000 x 10 hr) – (Rp
selama 10 hari. Di samping itu selama pencemaran 106.920.000) = Rp 18.080.000 atau Rp
berlangsung telah ada 20 kasus gangguan 1.808.000/hari (3,6% dari potensi total).
kesehatan dan diperkirakan biaya pengobatan Rp
10.000/kasus. Penerimaan retribusi wisata pantai
Jepara juga berkurang akibat pencemaran air,

57
Tabel 7.2. Perbandingan Valuasi Ekonomi SDA DAFTAR PUSTAKA
Perikanan di Pantai Jobokuto, Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah
Kondisi Normal Kondisi Tercemar Askary, Muhammad. 2003. Kebijakan Valuasi
Potensi SDA Total: Rp Potensi SDA Total: Rp Ekonomi Dalam Analisis Mengenai Dampak
50.000.000/hari 50.000.000/hari Lingkungan Hidup. Makalah Seminar
Potensi SDA Terukur: Rp Potensi SDA Terukur: Nasional Natural Resources and
12.500.000/hari Rp 12.500.000/hari Environmental Accounting. Purwokerto
Nilai keuntungan bersih: Nilai keuntungan
Martono, R Wisnu Ali dan Awal Subandar. 2003.
Rp 11.770.000/hari bersih: Rp
Metode Valuasi Ekonomi Untuk Penilaian
1.808.000/hari
Kerusakan Ekosistem dI Pantura. Makalah
Nilai keuntungan bersih Nilai keuntungan bersih
Seminar Nasional Natural Resources and
23,4% dari potensi total 3,6% dari potensi total
Environmental Accounting (NREA).
Sumber: Data diolah
Purwokerto
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Andreas Budi P.
KESIMPULAN 2000. Ekonomi Lingkungan (Suatu
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengantar). Edisi 2. BPFE UGM. Yogyakarta
bahwa kebijakan valuasi ekonomi dan penyusunan
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Pradono. 1998.
Neraca SDA dapat bermanfaat sebagai:
Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Edisi
1. Alat untuk megetahui jenis, potensi,
2. BPFE UGM. Yogyakarta
karakteristik, dan nilai ekonomi (manfaat, biaya,
dan keuntungan) dari SDA yang ada di suatu Sambodo, Dodo. 2003. Pengelolaan Sumberdaya
daerah. Hal ini bermanfaat bagi pengelola Alam Dalam Perspektif Otonomi Daerah.
untuk mengetahui tingkat efisiensi pengelolaan Makalah Seminar Nasional Natural Resources
dan upaya untuk meningkatkan kinerja. and Environmental Accounting (NREA).
2. Konsep dasar untuk menyusun peraturan Purwokerto
daerah dan mempermudah melakukan proses
Samudro, Bhimo Rizky. 2003. Analisis Metode
penyesuaian dengan UU SDA Nasional. Dengan
Willingness to Pay: Dampak Gas Buang
demikian diharapkan pengelolaan SDA di
Kendaraan Bermotor terhadap Kesehatan
daerah diharapkan dapat berjalan dengan
Masyarakat Studi kasus: Kota Yogyakarta,
efektif dan efisien sesuai dengan potensi dan
Makalah Seminar Nasional Natural Resources
kemampuan daerah, serta sesuai dengan visi
and Environmental Accounting (NREA).
pengelolaan SDA secara nasional.
Purwokerto
3. Stimulan yang secara langsung dapat
mendorong pembangunan di daerah melalui Suparmoko, M dan Maria R Suparmoko. 2000.
pengembangan dan pengelolaan SDA daerah Ekonomi Lingkungan. Edisi 1. BPFE UGM.
yang efektif dan efisien. Hal tersebut secara Yogyakarta
tidak langsung mendorong pengelolaan SDA
dengan lebih bijaksana sekaligus menjaga Tietenberg, Tom. 1992. Environment and Natural
sustainability SDA itu sendiri Resources Economics. 3rd ed. Harper Collins
Publisher. New York. 1992

58

Anda mungkin juga menyukai