Anda di halaman 1dari 3

NAMA : YULIA NUR ‘AENI

NIM : 049541347

PRODI : ILMU HUKUM

UPBJJ : SEMARANG

TUGAS 1

TEORI KRIMINOLOGI

Posisi Pelacur yang Menjadi Bagian dari Mafia Pelacuran di Indonesia dalam Teori-
Teori Viktimisasi Viktimisasi adalah suatu proses penimbulan korban yang dapat
disebabkan oleh berbagaihal, termasuk kriminalitas, kekerasan, dan bencana
alam. Dalam konteks prostitusi, pelacurdapat diposisikan sebagai korban maupun
pelaku.

Posisi Pelacur sebagai Korban Dalam teori-teori viktimisasi, pelacur yang menjadi
bagian dari mafia pelacuran di Indonesia dapat diposisikan sebagai korban. Teori-
teori tersebut antara lain:

• Teori viktimisasi tradisional memandang bahwa korban adalah pihak yang tidak
bersalahdan tidak bertanggung jawab atas kejahatan yang menimpanya. Dalam
konteksprostitusi, pelacur yang menjadi bagian dari mafia pelacuran dapat
dikategorikansebagai korban karena mereka sering kali dipaksa atau ditipu untuk
masuk ke dalam jaringan prostitusi.

• Teori viktimisasi situasional memandang bahwa faktor situasional dapat


berperan dalam

meningkatkan risiko seseorang menjadi korban kejahatan. Dalam konteks


prostitusi,faktor situasional yang dapat meningkatkan risiko seorang perempuan
menjadi korban prostitusi antara lain kemiskinan, putus sekolah, dan kekerasan
dalam rumah tangga.

• Teori viktimisasi struktural memandang bahwa struktur sosial dan ekonomi


dapatberperan dalam menciptakan dan mempertahankan kejahatan. Dalam
konteks prostitusi,sosial dan ekonomi yang timpang dapat mendorong
perempuan untuk menjadi pekerja seks komersial.
Posisi Pelacur sebagai Pelaku Di sisi lain, pelacur juga dapat diposisikan sebagai
pelaku, terutama jika mereka terlibatdalam prostitusi secara sukarela. Teori-teori
viktimisasi yang mendukung posisi ini antaralain:

• Teori viktimisasi self-victimizing memandang bahwa korban adalah pihak yang


turutberperan dalam terjadinya kejahatan. Dalam konteks prostitusi, teori ini
memandangbahwa pelacur yang terlibat dalam prostitusi secara sukarela dapat
dianggap sebagaipelaku karena mereka telah melanggar norma sosial.

• Teori viktimisasi proaktif memandang bahwa korban adalah pihak yang secara
aktifmencari dan menciptakan situasi yang dapat meningkatkan risiko mereka
menjadikorban kejahatan. Dalam konteks prostitusi, teori ini memandang bahwa
pelacur yangterlibat dalam prostitusi secara sukarela dapat dianggap sebagai
pelaku karena merekatelah memilih untuk terlibat dalam aktivitas yang
berisiko.KesimpulanPosisi pelacur yang menjadi bagian dari mafia pelacuran di
Indonesia dalam teori-teoriviktimisasi adalah kompleks dan dapat diperdebatkan.
Dalam beberapa kasus, pelacur dapa diposisikan sebagai korban, sedangkan
dalam kasus lain, mereka dapat diposisikan sebagaipelaku. Penentuan posisi
pelacur sebagai korban atau pelaku harus didasarkan padaanalisis yang cermat
terhadap faktor-faktor yang melatarbelakangi mereka untuk terlibat dalam
prostitusi.

Perspektif Viktimologi Feminist

Perspektif viktimologi feminist memandang bahwa perempuan lebih rentan


menjadi korbankejahatan, termasuk prostitusi. Hal ini disebabkan oleh struktur
patriarki yang menempatkanperempuan dalam posisi subordinat terhadap laki-
laki. Dalam konteks prostitusi, strukturpatriarki dapat mendorong perempuan
untuk menjadi pekerja seks komersial karena merekasering kali tidak memiliki
pilihan lain untuk bertahan hidup. Berdasarkan perspektif viktimologi feminist,
pelacur yang menjadi bagian dari mafiapelacuran di Indonesia dapat diposisikan
sebagai korban. Mafia pelacuran yang didominasioleh laki-laki sering kali
memanfaatkan perempuan dengan menawarkan pekerjaan yangmenjanjikan,
tetapi pada kenyataannya, perempuan-perempuan tersebut dipaksa
untukmenjadi pekerja seks komersial Kebijakan PenanggulanganUntuk
menanggulangi masalah prostitusi, diperlukan kebijakan yang komprehensif
yangberfokus pada pemberdayaan perempuan dan pemberantasan mafia
pelacuran. Kebijakantersebut antara lain:

• Peningkatan pendidikan dan keterampilan perempuan untuk memberikan


merekaalternatif pekerjaan yang lebih layak.

• Peningkatan akses perempuan terhadap layanan sosial untuk melindungi


mereka darikekerasan dan eksploitasi.

• Pemberantasan mafia pelacuran dengan penegakan hukum yang


tegas.Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah
perempuan yang menjadi korban prostitusi.

Anda mungkin juga menyukai