Anda di halaman 1dari 18

Bab 1: Pendahuluan

1.1 Latar belakang: Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.1 Skizofrenia ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada skizofrenia juga ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok sosial ekonomi rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh suatu kecenderungan terpuruk (misal, orangorang pengangguran yang tidak fungsional, berakhir pada lingkungan pinggiran). Lingkungan yang buruk tidak menyebabkan gangguan ini, meskipun demikian, lingkungan yang buruk dapat menyebabkan penyakit sulit dikendalikan.2 1.2 Rumusan masalah: 1) Seorng laki- laki, 25 tahun merasa yakin dalam perutnya terdapat sesuatu yang bergerakgerak, sehingga ia merasa mulas dan berusaha untuk memuntahkan kembali. Hal ini telah dirasakan sejak 2 bulan sebelumnya. 2) Hasil USG tidak menunjukkan kelainan pada organ- organ dalam abdomennya.

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang pengertian penyakit Skizofrenia, penyebaran penyakitnya, serta penyebab penyakit tersebut. 2. Untuk mengetahui dan mengerti dalam menegakkan diagnosis pada penyakit Skizofrenia.

3. Untuk mengetahui dan melakukan penatalaksanaan pada penderita Skizofrenia serta cara pencegahannya pada pasien yang belum mengalami penyakit Skizofrenia. Kasus: Skenario 1 Seorang laki-laki 25 tahun, belum menikah, tidak bekerja, mengeluh dan merasa yakin bahwa di dalam perut nya terdapat sesuatu yang bergerak-gerak sehingga ia merasa mulas dan ia berusaha untuk memuntahkannya keluar. Sudah di USG dengan hasil tidak ada kelainan pada organ-organ dalam abdomennya; tetapi ia tetap yakin bahwa katak itu masih ada, dan ia minta untuk dioperasi dan dikeluarkan kataknya. Sudah diberi penjelasan oleh dokternya bahwa itu tidak benar, ia tetap tidak percaya. Hal ini sudah dirasakan sejak 2 bulan sebelumnya.

Bab 2: Pembahasan
2.1 Anamnesis3 Apabila pasien datang , apa yang harus dokter tanyakan adalah : 1. Identitas pasien 2. Riwayat psikiatrik ( wawancara psikiatrik, autoanamnesis, alloanamnesis, tuliskan tanggal wawancara, nama atau inisial, orang yang diwawancara, hubungannya dengan pasien , tempat wawancara ) i. Keluhan utama y ii. Alasan berobat, indikasi perawatan

Riwayat gangguan sekarang y y y onset gangguan kejiwaannya perkembangan gejala faktor-faktor yang mempengaruhi ( stressor organobiologik atau psikososial ) y y y dampak gangguan pada fungsi pekerjaan fungsi sosial dan kegiatan sehari-hari pernah diobati/ dirawat dimana sebelum dibawa ke RS

iii.

Riwayat gangguan sebelumnya y Gangguan psikiatrik  Onset penyakit yang pertama kali  Usia awitan  Perkembangan gejala  Faktor-faktor yang mempengaruhi  Dampak gangguan pada fungsi pekerjaan, sosial dan sehari-hari  Pernah dirawat di RS atau tidak  Obat apa yang didapati y Gangguan medik  Penyakit / kelainan fisik yang pernah dialami  Terapi  Kondisi setelah terapi y Penggunaan zat psikoaktif  Jenis zat  Dosis dan frekuensi  Cara pemakaian  Dampak penggunaannya  Gejala putus zat  Terapi  Sembuh/ masih menggunakan zat tersebut atau tidak y Skema perjalanan gangguan  Mulai dari sakit pertama kali  Gejala  Stressor  Diagnosis  Terapi  Lama sakit  Hasil terapi  Gejala sisa

iv.

Riwayat kehidupan peribadi

Riwayat perkembangan fisik  Semasa kandungan  Kondisi ibu saat hamil  Keadaan pada saat partus  Cacat bawaan  Perkembangan fisik, motorik Riwayat perkembangan kepribadian  Pola perkembangan psikomotor, psikososial, kognitif dan moral  Kualitas komunikasi orang tua dan anak  Sifat, temperamen, karakter, kebiasaan  Gangguan perkembangan atau perilaku  Pola pergaulan , hubungan sosial, hubungan interpersonal, persepsi diri  Identitas diri, citra diri, tokoh, idola, hobi

y y y y y y

Riwayat pendidikan Riwayat pekerjaan Kehidupan beragama Riwayat kehidupan psikososial dan perkahwinan Riwayat keluarga Situasi kehidupan sosial sekarang

Yang didapat dari kasus:  identitas pasien : laki-laki 25 tahun  keluhan utama pasien : ada katak yang bergerak-gerak dalam perut  riwayat penyakit sekarang :  riwayat penyakit dahulu :  riwayat penyakit keluarga :  riwayat psikoseksual : belum menikah  Latar belakang sosial ekonomi & keluarga : tidak berkerja

2.2 Pemeriksaan 2.2.1 Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik, tanda vital hanya diukur untuk menolak diagnosis banding sahaja. 1. Keadaan umum 2. Kesadaran 3. Tensi 4. Nadi 5. Suhu badan 6. Frekuensi pernafasan 7. Tinggi badan dan berat badan 8. Bentuk badan 2.2.2 Pemeriksaan Status Mental Hindari melaporkan gambaran-gambaran yang terdahulu pada status mental, laporan merupakan suatu potret keadaan pasien saat itu juga.2 Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan status mental ; 1) Penampilan dan perilaku Pakaian, perawatan diri, misalnya pemakaian warna-warna dan riasan yang cerah dapat terlihat pada pasien mania, pengabaian terlihat pada pasien depresi. Perilaku selama wawancara: kegelisahan, kesedihan, kontak mata, mudah marah, kesesuaian, mudah teralihkan. Psikomotor: kemiskinan, stereotipe, ritual, gerakan-gerakan abnormal lainnya. 2) Bicara Kecepatan : lambat/terbelakang, atau tertahan/tidak dapatdiinterupsi. Irama: normal, intonasi datar atau berlebihan. Volume: berbisik, tenang, keras. Isi: mempermainkan kata-kata yang berlebihan, asosiasi bunyi (clang association), berbicara satu-satu suku kata (monosyllabic), spontan atau hanya menjawab pertanyaan. Periksa juga adanya disfasia maupun disartria.2,5

3) Mood Amati mood pasien selama wawancara dan tanyakan juga bagaimana perasaan mereka: (1) secara objektif/afek: kesan Anda (sesuai/tidak sesuai)depresi, elasi, eutimia, tumpul atau datar, cemas. (2) Secara subjektif: bagaimana pasien melaporkan mood yang dominan, depresi, elasi NB: Di sini Anda dapat merekam gambaran-gambaran biologis dari depresi jika tidak terdapat dalam riwayat penyakit. Cari juga apakah ada aide untuk bunuh diri.2

4) Isi Pikiran Gangguan isi pikiran formal (bentuk pikiran abnormal) Pasien tidak mengikuti susunan yang umum dalam komunikasi dan akibatnya pembicaraan menjadi kurang berarti. Biasanya pada skizofrenia. Derailment (gerakan Knight): terdapat kekacauan kata-kala secara tiba-tiba dari waktu ke waktu, yang seharusnya sesuai, namun tidak dalam konteks ini (jalannya isi pikiran menjadi keluar jalur). Circumstantiality (asosiasi ionggar): isi pikiran menjadi somar-samar dan tampak campur aduk. Bloking isi pikiran: sensasi-sensasi isi pikiran tiba-tiba berhenti.2

5) Waham-waham (delusi) Waham adalah kepercayaan yang salah, tidak mudah digoyahkan, di luar sistem kepercayaan sosial dan budaya normal seorang individu.2,5 Tipe-tipe waham : Grandiose (kebesaran) : percaya bahwa mereka memiliki kemampuan dan misi khusus. Poverty (kemiskinan) : percaya bahwa mereka telah dibuat miskin. Guilt (rasa bersalah) : percaya bahwa mereka telah melakukan kejahatan dan pantos dihukum. Nihilistic (ketidakberadaan) : percaya bahwa mereka tidak berarfi afau tidak ada. Hypochondriacal : percaya bahwa mereka mengidap suatu penyakit fistk.

Persecutory (penganiayaan) : percaya bahwa semua orang berkonspirasi melawan mereka.

Reference (referensi) : percaya bahwa mereka dipengaruhi oleh maja-lah/televisi. Jealousy (kecemburuan) : percaya bahwa pasangan mereka tidak setia meskipun tidak ada buktinya.

Amorous (penuh cinta) : percaya bahwa orang lain sedang jatuh cinta dengan mereka. Infestation (serbuan) : percaya bahwa mereka diserbu oleh serangga atau parasit. Passivity experiences : percaya bahwa mereka disuruh melakukan se-suatu, atau merasakan emosi-emosi, atau dikendalikan dari iuar; somatic passivitymerasa seolah-olah mereka dipindahkan dari luar.2

Waham kemungkinan sesuai dengan mood, misalnya waham kebesaran, penganiayaan dalam moodelasi; waham hipokondrik, kemiskinan, bersalah, dan nihilistic dalam mood depresi. Waham dapatdiklasifikasikan menjadi primer dan sekunder : Waham primer timbul 'entah dari mana' tanpa ada contoh yang dapat diidentifikasi. Waham sekunder timbul dari mood yang mendasari, fenomena psikosis atau kerusakan kognisi dan dapat dipahami dalam konteks tersebut. Waham ini timbul ketika berusaha memahami kejadian penyakit primernya.2

6) Persepsi Gangguan sensorik: sensitivitas terhadap suara atau warna meningkat. Ilusi : salah menginterpretasikan stimuli yang normal. Halusinasi : persepsi yang salah tanpa adanya stimulus apapun; merasa hal itu berasal dari luar dirinya. Pendengaran : suara-suara orang kedua langsung diarahkan kepada

pasien. Tanyakan waktu terjadi, pemicu, jumlah suara, orang pertama atau kedua, misalnya suara tersebut mungkin mengatakan "saya tidak berguna". Penglihatan Penciuman : biasanya bau yang tidak sedap Pengecapan : biasanya suatu perasaan bahwa sesuatu terasa berbeda dan ini diinterpretasikan sebagai akibat peracunan.

Sensasi somatik : misalnya, sensasi adanya serangga di bawah kulitatau gerakan sendisendi

2.2.3 Pemeriksaan Penunjang    EKG: memeriksa kondisi jantung dengan lebih efektif Darah lengkap/pungsi lumbal : menilai apakah terdapat kelainan yang bisa menjelaskan gejala klinis yang dirasai pasien CT Scan/MRI : pencitraan untuk mengevaluasi adakah terdapat kelainan pada tubuh yang boleh menjelaskan gejala klinis yang dirasai pasien contohnya kelainan pada kepala yang boleh menyebabkan gangguan neurologis di mana turut menyebabkan gangguan psikosis.4 3.1 Diagnosa Banding6, 7 Skizotipal Gangguan skizotipal ditandai oleh perilaku yang eksentrik , pikiran yang aneh, dan afek yang menyerupai skizofrenia tetapi tidak memenuhi kriteria skizofrenia Pedoman diagnosis skizotipal: 1. Terdapat tiga atau lebih gejala khas tersebut di bawah ini secara terus menerus atau episodik dan paling sedikit dua tahun lamanya. i. Ekspresi afektif tidak wajar / menyempit ( individu tampak dingin dan tidak bersahabat ) ii. iii. iv. v. vi. Perilaku atau penampakan yang aneh, eksentrik atau ganjil Hubungan sosial yang buruk dan tendensi menarik diri Kepercayaan yang aneh atau pikiran yang magis Kecurigaan atau idea paranoid Pikiran obsesif yang sering dengan isi yang bersifat dismorfobik, seksual atau agresif vii. Persepsi yang tidak lazim, termasuk mengenai tubuh atau ilusi-ilusi lainnya , depersonalisasi atau direalisasi

viii.

Pemikiran yang samar-samar , sirkumstansial, penuh kiasan , sangat terinci dan ruwet, atau stereotipik yang bermanifestasi dalam pembicaraan yang aneh tetapi tanpa inkoheren yang nyata

ix.

Sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yang bersifat sementara dengan ilusi, halusinasi auditorik atau lainnya, dan gagasan mirip waham, biasanya tanpa provokasi dari luar.

x.

Tidak pernah memenuhi kriteria skizofrenia

Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat. Gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya (dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia, tetapi semua itu diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter). Banyak pengguna obat menggunakan lebih dari satu jenis obat, namun bila mungkin, diagnosis gangguan harus diklasifikasikan sesuai dengan zat tunggal yang paling penting yang digunakannya ( yang menyebabkan gangguan yang nyata). Pada pasien yang menggunakan zat psikoaktif dapat menyebabkan gangguan psikotik (F1x.5), yakni dengan pedoman diagnostik berupa : y Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam), bukan merupakan manifestasi dari keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset lamabat. Gangguan psikotik onset lambat (dengan onset lebih dari 2 minggu setelah penggunaan zat.6 y Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan kepribadian pengguna zat. Pada penggunaan obat stimulan, seperti kokain, amfetamin, gangguan psikotik yang diinduksi oleh obat umumnya berhubungan erat dengan tingginya dosis dan atau pengunaan zat yang berkepanjangan. Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan berdasarkan distorsi presepsi atau pengalaman halusinasi, bila zat yang digunakan ialah halusinogenika primer (misalnya Lisergide[LSD]), meskalin, kanabis dosis tinggi). Perlu dipertimbangkan juga

kemungkinan diagnosis intoksikasi akut.

Gangguan psikotik akut dan sementara Pedoman diagnostik: a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang) b) Adanya sindrom yang khas (polimorfik= beraneka ragam dan cepat berubah, atau skizofrenia-like c) Adanya stress akut yang berkaitan d) Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria episode manic atau episode depresif. Tidak ada penyebab organik.

4.1 Diagnosa Kerja8,10,11 Skizofrenia Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang termasuk dalam kelompok gangguan psikotik fungsional. Gangguan skizofrenia merupakan sekelopok sindrom klinik yang ditandai dengan distorsi proses fikir, persepsi, emosi, dan perilaku. Gangguan ini sering berskala berat dan berlangsung untuk jangka masa yang panjang. Kriteria diagnostik skizofrenia: A. Terdapat gejala psikotik yang khas dalam fase aktif: baik 1, 2 atau 3. 1) Dua dari keadaan berikut: y y y y Waham Inkoheren atau longgarnya asosiasi yang jelas Perilaku katatonik Afek yang datar atau mat tidak serasi

2) Waham bizar terdiri dari fenomena yang tidak dapat diterima budaya pasien 3) Halusinasi yang dahsyat

B. Dilihat taraf berfungsinya di tempat kerja, hubungan social, perawatan dirinya yang menurun dibandingkan dengan saat sebelum sakit C. Gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan fitur psikotik telah dikecualikan. D. Tanda yang melanjut dari gangguan tersebut selama 6 bulan. E. Tidak dapat dibuktikan adanya factor organic yang menyebabkan berlanjutnya gejala. F. Bila ada riwayat autistic, diagnostik skizofrenia ditegakkan apabila terdapat halusinasi dan waham yang menonjol.

4.1.1 Gejala Klinik8 Gambaran gangguan jiwa Skizofrenia beraneka ragam mulaui dari gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang mencolok sampai pada yang tersamar. 1 Gangguan jiwa Skizofrenia biasa mulai muncul dalam masa remaja atau dewasa muda (sebelum usia 45 tahun). Seseorang dikatakan menderita Skizofrenia apabila perjalanan penyakitnya sudah berlangsung lewat 6 bulan. Sebelumnya didahului oleh gejala-gejala awal disebut sebagai fase prodormal yang ditandai dengan mulai munculnya gejala-gejala yang tidak lazim misalnya pikiran tidak rasional, perasaan yang tidak wajar, perilaku yang aneh, penarikan diri dan sebagainya. Gejala-gejala prodormal ini seringkali tersamar dan tidak disadari oleh anggota keluarga lainnya, dan baru 6 bulan kemudian gangguan jiwa Skizofrenia ini muncul secara klinis nyata, yaitu kekacauan dalam pola pikir, alam perasaan dan perilaku. Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri yang buruk. Gejala-gejala Skizofrenia dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu Gejala Positif dan Gejala Negatif. Gejala Positif Skizofrenia1,2,4,5 a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.

b.

Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara/bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.

c.

Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.

d.

Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat, dan gembira yang berlebihan.

e. f. g.

Merasa dirinya Orang Besar, merasa serba mampu, seba hebat dan sejenisnya. Pikiran penuh dengan kecurigaan dan seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya. Menyimpan rasa permusuhan.

Gejala Negatif Skizofrenia a. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi. b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun. c. d. e. f. g. Kontak emosinal amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam. Pasif dan apatis, merarik diri dari pergaulan social Sulit dalam berpikir abstrak. Pola pikir stereotip Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilolangan nafsu). Gejala-gejala tersebut seringkali tidak disadari atau kurang diperhatikan oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak mengganggu sebagaimana halnya penderita menunjukkan

gejala-gejala positif yang amat mengganggu lingkungan/keluarga. Oleh karenanya pihak keluarga seringkali terlambat membawa pasien untuk berobat. Dalam pengalaman praktek, gejala Positif Skizofrenia muncul pada episode akut, sedangkan gejala Negatif muncul lebih menonjol pada stadium kronis (menahun). Tetapi tidak jarang, baik gejala positif maupun negative saling berbaur, tergantung pada stadium penyakitnya.  Menurut dari kasus 1, dengan gejala klinik yang ada, pasien ini diduga menghidap skizofrenia paranoid. Menurut rujukan ringkas dari PPDGJ-III ( Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi ke 3) F20.0 Skizofrenia Paranoid Pedoman diagnostik. 1) Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia 2) Sebagai tambahan: Halusinasi atau waham harus menonjol a) Suara halusinasi yang mengancam pasien atau member arahan, atau halusinasi auditorik tanpa verbal seperti bunyi pluit, mendengung dan bunyi tawa. b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa c) Waham dapat berupa setiap jenis, yang khas adalah: y y y Waham dikendalikan Waham dipengaruhi Waham keyakinan yang dikejar- kejar yang beraneka macam

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan perbicaraan serta gejala katatonik secara relative tidak nyata atau tidak menonjol.

5.1 Penatalaksanaan 5.1.1 Farmakoterapi Obat antipsikotik Obat antipsikotik digunakan untuk meredakan mengurangi tanda dan gejala skizofrenia. y Apabila pasien hiperaktif atau agitasi: pikirkan penggunaan obat antipsikotik yang berpotensi rendah dahulu. Contoh obat: chlorpromazin (CMZ) y Apabila pasien menarik diri atau letargik: pikirkan penggunaan antipsikotik berpotensi tinggi. Contoh obat: trifluoperazin y y y Untuk kasus pasien yang resisten: digunakan obat klozapin. Untuk serangan akut: digunakan klorpromazin. Untuk peredaan cepat: digunakan Haloperidol (secara rapid tranquilization/ IM) Efektif untuk jangka masa yang panjang (14- 21 hari) dan bermanfaat untuk meningkatkan kepatuhan: depot flufenazin yang pekat atau dekanoat (IM)

Efek yang merugikan berikut adalah mereka biasanya berhubungan dengan agen antipsikotik: 1) Akatisia: rasa subjektif dari kegelisahan batin, kegelisahan mental, lekas marah, dan dysphoria. 2) Distonia: terjadinya kram otot menyakitkan dan menakutkan yang biasanya terjadi dalam waktu 12-48 jam setelah awal pengobatan atau peningkatan dosis. Ini biasanya terjadi pada pria berotot muda. Ini mempengaruhi kepala dan leher, tetapi dapat meluas ke batang dan anggota badan. 3) Hiperprolaktinemia: dikaitkan dengan galaktore, amenore, ginekomastia, impotensi, dan osteoporosis. 4) Sindrom neuroleptik ganas menyajikan dengan hipertermia, kekakuan otot, diubah kondisi mental, dan ketidakstabilan otonom. Laboratorium temuan berupa peningkatan kreatin kinase dan myoglobinuria. Gagal ginjal akut mungkin ada. Sebuah angka kematian yang signifikan. Jarang, sindroma neuroleptik ganas yang terkait dengan clozapine dan agen-agen antipsikotik atipikal telah dilaporkan.

5) Parkinsonisme: tremor, bradikinesia, akinesia, dan, kadang-kadang, kekakuan atau bradyphrenia (melambat berpikir). Hal ini terjadi terutama pada wanita dan pasien tua. 6) Dyskinesia tardive: Kejadian tardive dyskinesia (TD) setinggi 70% pada pasien usia lanjut. Ini muncul sebagai sukarela dan berulang-ulang (tapi tidak ritmis) gerakan mulut dan wajah. Mengunyah, mengisap, meringis, atau cemberut gerakan otot-otot wajah dapat terjadi. Orang mungkin rock bolak-balik atau tekan kaki mereka. Kadang-kadang, tardive diafragma ada, yang mengarah ke keras dan tidak teratur dan / atau klonik. Pasien sering tidak sadar gerakan-gerakan ini.

5.1.2 Psikoterapi. Terapi perilaku Imbalan kenanganperilaku yang dikehendaki dipacu secara positif dengan

memberikannya imbalan berupa kenang-kenangan seperti perjalanan atau preferensi. Tujuannya adalah memacu perilaku itu agar menggeneralisir ke dunia di luar bangsal RS. Terapi kelompok Fokus pada dukungan dan pengembangan keterampilan sosial (aktivitas sehari-hari). Kelompok khususnya berguna mengurangi isolasi sosial dan menambah uji realita. Terapi keluarga Teknik terapi ini dapat secara berarti mengurangi angka relaps untuk anggota keluarga skizofrenik. Interaksi keluarga berekspresi emosi tinggi dapat dikurangi melalui terapi keluarga. Psikoterapi suportif Psikoterapi berorientasi insight tradisional tak dianjurkan dalam terapi pasien skizofrenia yang berego terlalu rapuh. Terapi suportif yang dapat meliputi nasehat, peyakinan, edukasi, pencontohan, pemberian batas, dan uji realita umumnya merupakan terapi terpilih. Aturannya adalah tujuan yang dapat diterima adalah tingkatan insight yang pas bagi pasien dan yang dapat diterimanya.

Terapi rehabilitasi. Pasien dengan skizofrenia disarankan untuk dirawat di rumah sakit untuk mengurangi stress, meningkatankan ikatan efektif antara pasien dengan sistem pendukung, dan menyusun aktivitas pribadi. Indikasi dirawatnya pasien di rumah sakit adalah sebagai berikut: a. Untuk keperluan diagnosis dan terapi b. Untuk keamanan pasien dari ide bunuh diri atau homisidal c. Disorganisasi yang jelas dan perilaku inappropiate termasuk hendaya dalam fungsi pribadi d. Menstabilkan dosis pemberian dan kepatuhan minum obat e. Perilaku pasien dengan skizofrenia sangat kacau f. Perawatan diri yang buruk8, 10 6.1 Prognosis10 Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada : Usia pertama kali timbul ( onset) : makin muda makin buruk Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik Tipe skizofrenia : episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat Ada atau tidaknya faktor pencetusnya : jika ada lebih baik Ada atau tidaknya faktor keturunan : jika ada lebih jelek Kepribadian prepsikotik : jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek. Keadaan sosial ekonomi : bila rendah lebih jelek. Prognosis Baik Onset lambat Faktor pencetus yang jelas Onset akut Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan Prognosis Buruk Onset muda Tidak ada factor pencetus Onset tidak jelas Riwayat social dan pekerjaan premorbid yang buruk Prilaku menarik diri atau autistic Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

premorbid yang baik Gejala gangguan mood

(terutama depresif) Menikah Riwayat

gangguan

Sistem pendukung yang buruk Gejala negatif Tanda dan gejala neurologist

keluarga

Riwayat trauma perinatal Tidak ada remisi dalam 3 tahun Banyak relaps Riwayat penyerangan

gangguan mood Sistem pendukung yang baik Gejala positif

Bab 3: Kesimpulan
Skizofrenia adalah gangguan jiwa serius yang bersifat psikosis sehingga penderita kehilangan kontak dengan kenyataan dan mempengaruhi berbagai fungsi individu, seperti afeksi dan kognitif.Penderita Skizofrenia juga dapat digolongkan dalam beberapa jenis berdasarkan gejala khas yang paling dominan. Tiap jenis selalu ditandai dengan gejala positif dan negatif yang berbeda porsinya. Gejala positif adalah penambahan dari fungsi normal, contohnya halusinasi yaitu persepsi panca indera yang tidak sesuai kenyataan. Sedangkan gejala negatif berarti pengurangan dari fungsi normal seperti kehilangan minat dan menarik diri dari lingkungan sosial. Hingga saat ini penyebab utama Skizofrenia masih menjadi perdebatan di kalangan ahli psikiatri maupun psikologi. Karena itu untuk dapat memahaminya diperlukan multiperspekif yaitu dari sisi biologis, psikologis, social.

Daftar pustaka:
1. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh Jaya; 2003. hal 46-51. 2. I Harold, Kaplan. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: KDT, 1993.407-413 3. Yasavati KN, Dr.dr.Mardi S.Buku panduan keterampilan medik. p.58-67 4. Jonathan Gleadle. At A Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan Psikiatrik. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran ECG;2003.p.48-50. 5. Hawari, Dadang. Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Jakarta : Penerbit FKUI. 2003. 6. Welsby P D. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta. EGC. 2009.hal 25-7 7. American Psychiatric Association . Diagnostic and statistical manual of mental disorder.4th Ed.Washington.2005; p.298-306 8. Mansjoer Arif, et all. Gangguan Somatoform. Mansjoer Arif(eds). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. hal 216-7. 9. Maslim Rusdy. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Pemerbit FK UNIKA Atmajaya. Jakarta 2001.hal 47-56 10. W.F. Maramis.Catatan ilmu kedokteran jiwa.Universitas Airlangga.2004.hal 87-96 11. Braunwald, Fauci, Kasper, Hauser, Longo, Jameson. Harrisonss Principles of Internal Medicine. 15th Edition. The McGraw-Hill Companies 2001; vol. page 162170.

Anda mungkin juga menyukai