Anda di halaman 1dari 24

Skizofrenia

(Skizofrenia Paranoid)

Pembimbing : dr. Achmad Syaiful Husein ,Sp.KJ

Introduction

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu


gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan
pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang
jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).

Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom


dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan
penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,
fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan
yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh
afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted), kesadaran
yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya
tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.

Epidemiology

Prevalensi 1 % populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada


usia remaja akhir atau awal masa dewasa

Puncak onset : pria

15-25 th

wanita 25 35 th

Gejala negatif : pria > wanita

Fungsi sosial memburuk : pria > wanita

Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin

50 % pernah mencoba bunuh diri, dan 10 % meninggal

Lebih banyak pada sosial ekonomi lemah, dan penduduk


perkotaan.

Etiology

Faktor genetic : keturunan menentukan timbulnya skizofrenia


Angka
bagi

kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%;

saudara kandung 7 15%;

bagi

anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 16%;


bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40 68%; bagi kembar dua telur
(heterozigot) 2 -15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61 86%.

Faktor kimia : kemungkinan berasal dari ketidak seimbangan kimiawi


otak yang disebut neurotransmitter.
Beberapa

ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas


neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak
atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine.

Faktor psikologi dan social


Faktor

psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama


semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan
orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam
keluarga

Perjalanan penyakit
Premorbid

tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada


dikenali hanya secara retrospektif (gejala somatik, seperti nyeri
kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah
pencernaan)

Prodromal

Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas,


gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi.

Fase aktif

ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu


adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku.

Keadaan residual

ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis


skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang
tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri
(withdrawal) dan perilaku aneh
Sadock 2003

Gejala Positif dan Negatif


Skizofrenia
Gejala Positif

Delusi
Halusinasi
Kekacauan pikiran
Gaduh gelisah
Peningkatan pembicaraan
Perilaku aneh atau
bermusuhan

Gejala Negatif
Alam perasaan (afek) tumpul atau
mendatar
Alogia (miskin pembicaraan)
Avolition (ketidakmampuan
memulai dan mempertahankan
aktivitas yang bertujuan)
anhedonia
Penarikan social atau isolasi diri
Ketidakmampuan merawat diri

Gangguan pikiran
Gangguan proses pikir
Asosiasi longgar

ide pasien sering tidak menyambung. Ide tersebut seolah dapat melompat
dari satu topik ke topik lain yang tak berhubungan sehingga membingungkan
pendengar.

Pemasukan
berlebihan

arus pikiran pasien secara terus-menerus mengalami gangguan karena


pikirannya sering dimasuki informasi yang tidak relevan.

Neologisme

pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka meungkin


mengandung arti simbolik)

Terhambat

pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat) dan


disambung kembali beberapa saat kemudian, biasanya dengan topik lain. Ini
dapat menunjukkan bahwa ada interupsi.

Klang asosiasi

pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi kata-kata


yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya.

Ekolalia

pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru saja


diucapkan oleh seseorang.

Konkritisasi

pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat buruk kemampuan
berpikir abstraknya.

Alogia

pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disengaja (miskin pembicaraan)


atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit ide yang
disamapaikan (miskin isi pembicaraan).

Gangguan pikiran
2. Gangguan isi pikir
waham

suatu kepercayaan palsu yang menetap yang taksesuai dengan fakta dan
kepercayaan tersebut mungkin aneh atau bisa pula tidak aneh tetapi
sangat tidak mungkin dan tetap dipertahankam meskipun telah
diperlihaykan bukti-bukti yang jelas untuk mengkoreksinya.

Tilikan

Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu


pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhaap
pengobatan, meskipun gangguan yang ada pada dirinya dapat dilihat
oleh orang lain.
Gangguan perrsepsi

Halusinasi

Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi


bisa juga berbentuk penglihatan, penciuman, dan perabaan.

Ilusi dan
Ilusi yaitu adanya misinterpretasi panca indera terhadap objek.
depersonalisas Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap diri sendiri.
i

Gangguan Perilaku
katatonik

katatonik yang dapat berupa stupor atauh gaduh gelisah.


dengan stupor tidak bergerak, tidak berbicara, dan tidak berespons, meskipun
ia sepenuhnya sadar.
Dengan katatonik gaduh gelisah menunjukkan aktivitas motorik yang tidak
terkendali.
Kedua keadaan ini kadang-kadang terjadi bergantian.

Stereotipi dan
manerisme

Stereotipi : Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau mengambil sikap


badan tertentu
Manerisme adalah stereotipi tertentu pada skizofrenia, yang dapat dilihat dalam
bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya berjalan
Gangguan Afek

Kedangkalan
respons emosi

misalnya penderita menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal yang penting untuk
dirinya sendiri

Parathimi dan
paramimi

Parathimi, apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada
penderita timbul rasa sedih atau marah.
Paramimi, penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.
Parathimi dan paramimi bersama-sama dinamakan incongruity of affect

Hilangnya
emotional rapport

hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik


(emotional rapport).

Tipe- tipe skizofrenia


Tipe Paranoid
ditandai dengan preokupasi satu atau lebih waham atau halusinasi
auditorik yang sering. tidak adanya perilaku spesifik yang sugestif untuk tipe
hebrefrenik atau katatonik.
Terutama ditandai dengan adanya waham kejar atau kebesaran. tetapi
waham dengan tema lain ( waham kecemburuan, keagamaan) mungkin juga
muncul
biasanya tegang, mudah curiga, berjaga-jaga, berhati-hati, dan
terkadang bersikap bermusuhan atau agresif, namun mereka kadangkadang dapat mengendalikan diri mereka secara adekuat pada situasi sosial.
Ciri lainya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak, dan suka
berargumentasi, dan agresif.

Tipe- tipe skizofrenia


Tipe disorganized (hebefrenik)
ditandai dengan regresi nyata ke perilaku primitif, tak terinhibisi, dan kacau
serta dengan tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria tipe katatonik.
Pasien hebefrenik biasanya aktif namun dalam sikap yang nonkonstruktif dan
tak bertujuan
Gangguan pikir menonjol dan kontak dengan realitas buruk
Penampilan pribadi dan perilaku sosial berantakan
Respons emosional mereka tidak sesuai dan tawa mereka sering meledak
tanpa alasan jelas. Seringai atau meringis yang tak pantas lazim dijumpai pada
pasien ini

Tipe- tipe skizofrenia


Tipe katatonik
Pasien mempunyai paling sedikit satu dari beberapa bentuk katatonia:
Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap lingkungan atau
orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya.
Negativsme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usahausaha untuk menggerakkan fisiknya.
Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku atau rigid.
Postur katatonik yaitu pasein mempertahankan posisi yang tak biasa atau aneh.
Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat
mengancam jiwanya (misalnya, karena kelelahan).

Tipe- tipe skizofrenia


Tipe undifferentiated (tak terinci)

Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif yang


menonjol (misalnya: kebingungan, inkoheren) atau memenuhi kriteria skizofrenia
tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual,
dan depresi pasca skizofrenia.
Menampilkan perubahan pola simptom2 yang cepat menyangkut semua
indicator skizofrenia.

Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia
tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti
keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang
tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri
secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek datar.

Diagnosis

gangguan pada pasien didiagnosis sebagai skizofrenia apabila pasien menunjukkan dua
gejala yang terdaftar sebagai gejala 3 sampai 5 pada kriteria A. 1.waham 2. Halusinasi 3.
Bicara kacau 4. Perilaku yang sangat kacau/katatonik 5. Gejala negatif, yaitu: afek medatar,
alogia, atau anhedonia).

Hanya dibutuhkan satu gejala kriteria A bila waham bizare atau halusinasinya terdiri atas
suara yang terus-menerus memberi komentar terhadap perilaku atau pikiran pasien, atau
dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap

Kriteria B hendaya fungsi, meski tidak memburuk, yang tampak selama fase aktif penyakit.
Gejala harus berlangsung selama paling tidak 6 bulan dan diagnosis gangguan skizoafektif
atau gangguan mood harus disingkirkan. Setidaknya salah satu hal ini harus ada :

Gema pikiran (thought echo)

Waham kendali, pengaruh, atau pasivitas

Suara-suara halusinasi yang terus-menerus mengomentari perilaku pasien atau saling


mendiskusikan pasien, atau suara halusinasi lain yang berasal dari bagian tubuh tertentu; dan

Waham persisten jenis lain yang secara budaya tidak sesuai dan sangat tidak masuk akal.

Diagnosis

Diagnosis juga dapat ditegakkan bila setidaknya dua hal berikut ada:
1.

Halusinasi persisten dalam modalitas apapun, bila terjadi setiap hari selama
sekurangnya 1 bulan, atau bila disertai waham

2.

Neologisme, kata baru yang diciptakan oleh pasien, seringkali dengan


menggabungkan suku kata atau dari kata-kata lain.

3.

Perilaku katatonik, seperti eksitasi, postur atau fleksibilitas serea, negativisme,


mutisme, dan stupor

4.

Gejala negatif, seperti apatis yang nyata, miskin isi pembicaraan, dan respons
emosional tumpul serta ganjil (harus ditegaskan bahwa hal ini bukan disebabkan
depresi atau pengobatan antipsikotik).

Penatalaksanaan
1. Farmakoterpi
Antagonis reseptor
dopamine

Terutama untuk gejala positif


Kekurangan :
Hanya sebgian kecil pasien yang cukup terbantu untuk dapat memulihkan
fungsi mental normal secara bermakna
Efek samping yang mengganggu dan serius ( akatisia, lir-parkinsonian ).
Efek potensial serius mencakup dyskinesia tarda dan sindrom neuroleptic
maligna

Antagonis serotonin
dopamine

Gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada


berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding
antipsikotik standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun
glutamate
Obat ini juga menghasilkan efek samping neurologis dan endokrinologis
yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani gejala negatif
skizofrenia
Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya adalah klozapin,
risperidon, olanzapin, sertindol, kuetiapin, dan ziprasidon.

Haloperidol Untuk manajemen psikosis. Juga untuk saraf motor dan suara pada anak dan orang
dewasa. Mekanisme tidak secara jelas ditentukan, tetapi diseleksi oleh competively
blocking postsynaptic dopamine (D2) reseptor dalam sistem mesolimbic dopaminergic;
meningkatnya dopamine turnover untuk efek tranquilizing. Dengan terapi subkronik,
depolarization dan D2 postsynaptic dapat memblokir aksi antipsikotik.
Risperidon
e

Monoaminergic selective mengikat lawan reseptor D2 dopamine selama 20 menit, lebih


rendah afinitasnya dibandingkan reseptor 5-HT2. Juga mengikat reseptor alpha1adrenergic dengan afinitas lebih rendah dari H1-histaminergic dan reseptor alpha2adrenergic. Memperbaiki gejala negatif pada psikosis dan menurunkan kejadian pada
efek ekstrpiramidal.

Olanzapine Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis yang melintasi sistem reseptor (seperti
serotonin, dopamine, kolinergik, muskarinik, alpha adrenergik, histamine). Efek
antipsikotik dari perlawanan dopamine dan reseptor serotonin tipe-2. Diindikasikan
untuk pengobatan psikosis dan gangguan bipolar.
Clozapine

Reseptor D2 dan reseptor D1 memblokir aktifitas, tetapi nonadrenolitik, antikolinergik,


antihistamin, dan reaksi arousal menghambat efek signifikan. Tepatnya antiserotonin.
Resiko terbatasnya penggunaan agranulositosis pada pasien nonresponsive atau agen
neuroleptik klasik tidak bertoleransi

Quetiapine

Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan jangka panjang. Mampu melawan efek


dopamine dan serotonin. Perbaikan lebih awal antipsikotik termasuk efek antikolinergik
dan kurangnya distonia, parkinsonism, dan tardive diskinesia.

Aripiprazol
e

Memperbaiki gejala positif dan negatif skizofrenia. Mekanisme kerjanya belum diketahui,
tetapi hipotesisnya berbeda dari antipsikotik lainnya. Aripiprazole menimbulkan partial
dopamine (D2) dan serotonin (5HT1A) agonis, dan antagonis serotonin (5HT2A).

Nama Obat
Haloperidol
Risperidone
Olanzapine
Clozapine
Quetiapine

Sediaan

Dosis Anjuran

Tab. 2 5 mg
Tab. 1 2 3 mg
Tab. 5 10 mg
Tab. 25 100 mg

5 15 mg/hari
2 6 mg/hari
10 20 mg/hari
25 100 mg/hari

Tab. 25 100 mg
50 400 mg/hari
200 mg

Aripiprazole

Tab. 10 15 mg

10 15 mg/hari

Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut kering, kesulitan
miksi&defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan
irama jantung).
Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akathisia, sindrom parkinson: tremor, bradikinesia,
rigiditas).
Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (jaundice), hematologik
(agranulocytosis), biasanya pada pemakaian panjang
Interaksi obat
Antipsikosis + antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat (hati-hati
pada pasien dengan hipertrofi prostat, glaukoma, ileus, penyakit jantung).
Antipsikosis + antianxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan
gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat.
Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan kejang
meningkat, oleh karena itu dosis antikonvulsan harus lebih besar. Yang paling minimal
menurunkan ambang kejang adalah antipsikosis Haloperidol.
Antipsikosis + antasida = efektivitas obat antipsikosis menurn disebabkan gangguan
absorpsi.

2. Terapi psikososial
Pelatihan keterampilan
social

Peatihan keterampilan sosial kadang-kadang disebut sebagai terapi


keterampilan perilaku. Terapi ini secara langsung dapat mendukung
dan berguna untuk pasien bersama dengan terapi farmakologis.

Terapi kelompok

Terapi kelompok untuk orang dengan skizofrenia umumnya berfokus


pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata

Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif telah digunakan pada pasien skizofrenia untuk


memperbaiki distorsi kognitif, mengurangi distraktibilitas, serta
mengoreksi kesalahan daya nilai.

Psikoterapi individual

Tujuan terapi adalah meningkatkan penyesuaian personal dan sosial


serta mencegah terjadinya relaps. Terapi ini merupakan metode
pilihan menggunakan keterampilan sosial dan latihan relaksasi,
psikoedukasi, refleksi diri, kesadaran diri, serta eksplorasi kerentanan
individu terhadap stress

Indikasi masuk rumah sakit

Tujuan untuk diagnosis

Menstabilkan dosis obat

Keamanan pasien (sucide/homicide)

Perilaku yang sangat kacau

Perawatan diri yang buruk

KOMPLIKASI

Terdapat pula komplikasi sosial, dimana penderita


dikucilkan oleh masyarakat

Pada komplikasi depresi, penderita dapat melakukan


tindakan bunuh diri
Peningkatan penggunaan zat, terutama nikotin

penggunaan antipsikotik, ada tekanan terhadap


hormon estrogen, testosteron, dan hormon-hormon
tersebut memproteksi tulang sehingga dapat terjadi
osteoporosis

PROGNOSIS

Sejumlah studi menunjukkan bahwa selama periode 5 sampai 10


tahun setelah rawat inap psikiatrik yang pertama untuk skizofrenia,
hanya sekitar 10-20% persen yang dapat dideskripsikan memiliki
hasil akhir yang baik
Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil akhir yang
buruk, dengan rawat inap berulang, eksaserbasi gejala, episode
gangguan mood mayor, dan percobaan bunuh diri.
Namun, skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang
memburuk dan sejumlah faktor dikaitkan dengan prognosis yang
baik. Angka pemulihan yang dilaporkan berkisar dari 10-60%, dan
taksiran yang masuk akal adalah bahwa 20-30% pasien terus
mengalami gejala sedang, dan 40-60% pasien tetap mengalami
hendaya secara signifikan akibat gangguan tersebut selama hidup
mereka

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai