Anda di halaman 1dari 30

PERTEMUAN I

Aspek hukum dalam konstruksi


DIDIEK PRAMONO ST MT
SARMAG SIPIL 2010 A

Dalam perkuliahan ini dibahas


tentang
Hukum dalam pelaksanaan proyek
konstruksi, UU jasa konstruksi, pengadaan
jasa konstruksi, kontrak dan pembuatan
kontrak, izin bangunan, Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam
Penyelenggaraan Konstruksi, pengantar
aspek keselamatan dan kesehatan kerja
pada proyek konstruksi, administrasi proyek
meliputi pengetahuan tentang laporan
harian, mingguan, kemajuan pekerjaan

Rincian Materi Perkuliahan Tiap Pertemuan


- Pertemuan 1 : Pengertian hukum dalam pelaksanaan proyek konstruksi
- Pertemuan 2 : Tinjauan tentang UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi
- Pertemuan 3 :Tinjauan tentang PP No. 29/2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
- Pertemuan 4 :Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Untuk Instansi
Pemerintah ( Kepres No. 80/2003)
- Pertemuan 5 :Macam-macam pelelangan pada proyek, pelelangan
tertutup, pelelangan terbuka, pelelangan swakelola.
- Pertemuan 6 :Prakualifikasi (pendaftaran, pemasukan syarat-syarat
administrasi perusahaan), Pasca kualifikasi (penjelasan
pekerjaan/anwizing, addendum, pemasukan penawaran, evaluasi
pembukaan penawaran), Pengumuman pemenang dan masa sanggah.
- Pertemuan 7 : Kontrak dalam proyek konstruksi
- Pertemuan 8 : Penyusunan kontrak konstruksi sesuai dengan UUJK No.
18/1999, PP No. 29/2000, dan Kepres No. 80/2003.

- Pertemuan 9 :Izin Bangunan


- Pertemuan 10 :Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
dalam
Penyelenggaraan Konstruksi
- Pertemuan 11 :Pengantar aspek keselamatan dan kesehatan kerja
pada proyek konstruksi
- Pertemuan 12 :Presentasi makalah mengenai izin bangunan
- Pertemuan 13 : Administrasi proyek meliputi pengetahuan tentang
l laporan harian, mingguan, kemajuan pekerjaan.

Referensi
UU RI No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi
PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Kepres No. 80/2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah
Tinjauan tentang Undang-Undang Jasa Konstruksi, 2003, Ir.
Nazarkhan Yasin

Aspek hukum dalam konstruksi


1. Latar Belakang
Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu
prasarana penunjang dalam hal komponen fisik bangunan untuk dapat
mengerjakan serta mengembangkan berbagai usahanya. Hingga saat ini
kita dapat melihat bahwa pembangunan disegala bidang sedang giatgiatnya dilaksanakan baik proyek fisik berupa gedung, rumah, dsb
maupun berupa nonfisik berupa fasilitas-fasilitas umum. Dari pelaksanaan
proyek tersebut banyak tujuan (Goal Setting) yang dapat dicapai, namun
harus kita akui juga, bahwa ada banyak proyek-proyek yang tidak berhasil
bahkan gagal sama sekali. Kegagalan suatu proyek dapat dilihat dengan
adanya proyek-proyek yang terlambat penyelesaiannya baik ditinjau dari
segi waktu (time), biaya (Cost), dan mutu hasil pengerjaan (Quality
Project), atau dalam hal lain dikarenakan tidak berfungsinya suatu
bangunan sebagaimana awalnya perencanaannya (baik karena perubahan
lingkungan, orang-orang yang terlibat, dsb), dan juga buruknya bangunan
yang rusak dalam waktu yang relatif singkat (tidak mencapai umur
rencana) setelah proyek selesai dikerjakan, hal ini tentunya memberi
dampak pada pemborosan dana pembangunan.

Tingkat keberhasilan ataupun kegagalan suatu


proyek akan banyak ditentukan oleh pihakpihak yang terkait secara tidak langsung
(Dalam hal ini bisa pemilik proyek, badan
swasta, dan pemerintah) maupun secara
langsung yang dalam hal ini, yaitu Penyedia
barang dan jasa (Kontraktor Pelaksana,
Konsultan perencana, Konsultan pengawas)
dalam suatu siklus/ tahapan manajemen
meliputi Perencanaan (Planning),
Pengorganisasian (Organizing), Pengisian staff
(Staffing), pengarahan (Directing),
pelaksanaan, pengendalian (controling), dan
pengawasan (supervising).

Proses pelaksanaan suatu proyek perlu melihat pada


bagaimana suatu proyek pembangunan tersebut dapat
dikerjakan secara efektif dan efisien dalam pencapaian
suatu kebutuhan. Pengerjaan secara efektif dimaksudkan
bahwa perlu adanya pengaktifan semaksimal mungkin
sumber daya yang ada (bahan, peralatan, material, dan
pekerja), dan efisien dimaksudkan untuk meminimalkan
segala biaya yang diperlukan untuk suatu proyek. Secara
garis besar proses ini dapat berjalan dengan baik, jika pihak
pelaksana proyek dapat memaksimalkan segala perihal
yang mendukung pengerjaan tersebut, serta adanya
hubungan kerja yang baik dengan fungsi-fungsi kerja yang
lain. Pelaksanaan suatu proyek selalu didasari pada suatu
kontrak kerja. dimana sebelumnya suatu suatu proses Pra
kontrak. Kegiatan pra kontrak meliputi segala proses
persiapan dan pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi
(Tender) baik melalui Pelelangan umum dan pelelangan
terbatas.

Globalisasi perdagangan bebas telah mengkaitkan,


bahwa setiap kegiatan yang menjadi komoditi
transaksi dalam perdagangan antar individu, antar
regional dan antar negara harus menggunakan
standar mutu, baik standar mutu produk, standar
sistem, standar proses maupun standar
keselamatan, standar kesehatan, standar
keamanan, standar lingkungan dan lain-lainnya.
Yang harus diatur dan ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan nasional yang mengacu pada
standar internasional yang ada. Komoditi produk
yang diperdagangkan harus mencapai standar mutu
yang telah disepakati bersama oleh semua pihak
dan masyarakat dunia. Barang siapa yang tidak
mampu memenuhi standar mutu tersebut tidak
akan mampu bersaing, bahkan tidak akan dibeli
orang.

Globalisasi perdagangan ini telah melanda semua sektor, baik


sektor produk barang maupun produk jasa. Tak ketinggalan
produk jasa pelayanan konsultan yang dihasilkan atas dasar
interaksi penggunaan pikiran manusia (man braind) sebagai
output yang dihasilkan dari sekelompok orang yang
menghasilkan produk jasa konsultan tersebut. Untuk
mencapai mutu produk jasa konsultan yang mampu
memuaskan pelanggan, maka setiap badan usaha konsultan
dituntut untuk memiliki kemampuan kompetitif yang
berdasarkan pada paradigma sebagai berikut
1. Pencapaian tingkat harapan pelanggan yang menyangkut
kinerja (performance) konsultan,
2. Peningkatan efisiensi dalam pesaingan (competitifness)
diantara para konsultan,
3. Manajemen badan usaha konsultan yang harus bersifat
progresif fleksibel,
4. Berorientasi pada kemampuan kompetisi (competitifness
oriented), bukan profit oriented.

Peningkatan kinerja konsultan yang secara terus


menerus pada zaman kini merupakan tantangan,
mengingat jumlah badan usaha konsultan yang
mengikuti persaingan untuk mendapatkan pekerjaan
semakin banyak pula. Dituntut setiap konsultan harus
mampu menekan biaya seefeisien mungkin, sehingga
mampu memberikan penawaran harga yang bersaing,
tetapi tetap memberikan jasa sesuai standar, spesifikasi
teknis dan harapan pelanggan yang telah ditetapkan.
Memperhatikan kondisi yang menuju efisiensi tersebut,
maka setiap badan usaha harus mengubah orientasinya
dalam kemampuan bersaing (competitifness oriented)
dengan pandai-pandai memanfaatkan sumber daya
seoptimal mungkin. Tidak lagi berorientasi mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya (profit oeriented)
yang bakal menjadikan kalah bersaing, sehingga selalu
menemui kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Setiap
pelaku usaha jasa konsultan harus mencermati kondisi
akibat globalisasi ini.

Pada proses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa


konstruksi, sangat diperlukan adanya ketertiban antara
pengguna dan penyedia Barang dan jasa dalam mengikuti
dan menaati prosedur pelaksanaan suatu pelelangan.
Kejadian-kejadian dalam bidang jasa konstruksi yang
terjadi dimasa sekarang memperlihatkan adanya
kelemahan dan permasalahan sebelum pelaksanaan
konstruksi . Contoh kasus pada bagaimana proses
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi
khusus pada pelelangan terbatas yang kerap kali telah
menyimpang dari prosedur, dimana terlihat adanya
kecerendungan untuk melakukan praktek kecurangan,
Korupsi, Kolusi , dan Nepotisme (KKN) dalam suatu proses
pelelangan,diantaranya :
A. Langganan pemenang dari waktu- kewaktu.
B. Tender arisan diantara peserta lelang.
C. Pelaksanaan tender dengan tekanan

Bertolak dari permasalahan yang terjadi


diatas, maka kami menyadari perlu untuk
mengindentifikasi masalah yang ada.
Secara garis besar pokok pembahasan
yang dimasukkan dalam rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
-Apa penyebab terjadinya langganan
pemenang, tender arisan, tender dengan
tekanan serta kelemahan dan
kebaikannya.
- Bagaimana cara menghilangkan praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) pada
suatu proses pelelangan.

Beberapa Pengertian Awal



Pemilik Proyek
Adalah Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili
Pemerintah daerah propinsi Dati I Sulawesi Tengah.
Pemimpin Proyek
Adalah pejabat yang ditunjuk dengan surat keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah,
yang mewakili dan bertindak untuk dan atas nama
Pemerintah daerah tingkat I, untuk mengendalikan
pekerjaan yang tercantum dalam dokumen kontrak.
Proyek
Adalah suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan
berbagai sumber daya yang dibatasi dimensi waktu
dan biaya untuk mewujudkan gagasan serta tujuan
yang telah ditetapkan.

Peserta lelang
Adalah rekanan yang bergerak dalam bidang jasa pemborongan,
yang berhak mengikuti dan hadir pada saat pelelangan.
Rekanan
Adalah badan hukum yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi
yang berhak mengikuti prakualifikasi dan pelelangan.
Kontraktor
Adalah badan hukum yang mengajukan penawaran harga pekerjaan
yang telah ditunjuk oleh pemilik atau pemimpin proyek dan telah
menandatangani kontrak untuk melaksanakan pekerjaan.
Kontrak
Adalah suatu perikatan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis
dan isi kontrak telah disepakati oleh pemberi kerja dan mitra kerja,
setelah ditanda tangani merupakan hukum bagi kedua belah pihak
yang menandatangani.
Dokumen kontrak
Adalah suatu dokumen yang memuat persyaratan-persyaratan dan
ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan
pekerjaan yang diperjanjikan, sesuai dengan dokumen
pengadaannya.

Dokumen Pengadaan
Adalah suatu dokumen yang memuat persyaratan-persyaratan dan ketentuanketentuan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan pekerjaan yang terdiri
dari :
a. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
b. Gambar-gambar pekerjaan
c. Perubahan-perubahan RKS dan gambar-gambar pekerjaan
d. Berita acara penjelasan pekerjaan dan peninjauan lapangan berupa
perubahan-perubahannya.
Dokumen Pelelangan
Adalah dokumen pengadaan yang digunakan dalam suatu pelelangan
pekerjaan yang diterbitkan oleh pemilik
Penawar
Adalah peserta lelang yang telah diundang oleh pemilik untuk mengajukan
penawaran berdasarkan ketentuan pelelangan yang berlaku.
Engginers Estimate (EE) atau Estimasi Perencanaan
Adalah perkiraan biaya pekerjaan proyek / bagian proyek yang dibuat oleh
perencana dan atau konsultan.
Owners Estimate (OE) atau estimasi pemilik
Adalah perkiraan biaya pekerjaan proyek / bagian proyek yang dibuat oleh
panitia yang merupakan peninjauan kembali Engineers Estimate (EE) disahkan
oleh pemimpin proyek.

Kolusi
Adalah persengkongkolan antara pihak yang kuasa
dengan pihak yang berkepentingan, atau sejenis
dengan maksud saling menguntungkan, yang berakibat
merugikan negara dan / atau masyarakat.
Korupsi
Adalah tindak pidana menurut undang-undang nomor 3
tahun 1991 melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu badan dengan
menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
secara langsung atau tidak langsung dapat merugikan
keuangan negara dan atau perekonomian negara
Nepotisme
Adalah Kecenderungan untuk mengutamakan serta
menguntungkan sanak saudara sendiri.

Pelelangan umum
Adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara
luas melalui media massa, media cetak, dan papan pengumuman resmi untuk
penerangan umum sehingga masyarakat luar dunia usaha yang berminat dan
memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
Pelelangan terbatas
Adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh sekurang-kurangnya
lima rekanan yang tercantum dalam daftar rekanan terseleksi (DRT) yang dipilih
diantara rekanan yang tercatat dalam daftar rekanan mampu (DRM) sesuai dengan
bidang usaha atau ruang lingkupnya atau kualifikasi kemampuannya dengan
pengumuman secara luas, melalui media massa, media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia
usaha dapat mengetahuinya.
Pemilihan langsung
Adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa melalui pelelangan umum
atau pelelangan terbatas yang dilakukan dengan membandingkan sekurangkurangnya 3 penawar dan melakukan negoisasi, baik treknis maupun harga,
sehingga diperoleh harga yang wajar dan teknis yang dapat
dipertanggungjawabkan dari rekanan yang tercatat dalam daftar rekanan mampu
(DRM), sesuai bidang usaha, ruang lingkupnya, atau kualifikasi kemampuannya.
Pengadaan langsung
Adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan diantara rekanan
golongan ekonomi lemah tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan
terbatas atau langsung.

Indikator kelemahan atau permasalahan dalam proses


pelelangan
Proses pelaksanaan suatu proyek konstruksi dapatlah berjalan
dengan efektif bila didukung dengan adanya suatu hubungan
kerja sama (Coordinating) yang terkontrol diantara pihak-pihak
yang terlibat didalam suatu proyek. Oleh sebab itu,sebelum
dilaksanakannya suatu proyek konstruksi perlu dilakukannya
proses pengadaan barang dan jasa konstruksi yang nantinya
akan bertugas didalam melaksanakan dan menyelesaikan
konstruksi bangunan dilapangan. Untuk menunjang ketepatan
didalam mengambil keputusan pemenang dalam suatu
pelelangan, diperlukan peninjauan secara objektif dan
transparan baik dari segi kelengkapan surat-surat maupun
penawaran yang dilakukan oleh pihak penyedia barang dan
jasa konstruksi.
Pada masa yang terjadi sekarang ini, kita dapat melihat
bagaimana proses pelaksanaan konstruksi yang dijalankan
oleh pihak-pihak terkait. Khusus pada batasan ini kita melihat
perihal proses pelelangan yang kerap kali menjadi masalah,
akibat adanya kelemahan dalam prosedur pelaksanaan
pengaadaan barang dan jasa konstruksi

3. Rencana Mutu Proyek (RMP)


Rencana Mutu Proyek (RMP) menjadikan bagian yang amat penting dalam
kegiatan Satuan Kerja di lingkungan Departemen PU, sebagai amanat Kepmen
PU No. 362/KPTS/M2004 tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu di
Lingkungan Departemen PU Sebagaimana yang didefinisikan dalam standar SNI
19-9000:2001, bahwa proyek adalah suatu proses yang unik terdiri dari suatu set
kegiatan yang terkoordinasi dan terkendali, mempunyai batasan oleh waktu (dari
saat awal hingga akhir) untuk mencapai suatu tujuan sesuai persyaratan tertentu
dengan pengelolaan yang sangat dipengaruhi oleh adanya kendala waktu, biaya
dan sumber daya. Dengan demikian proses penyelenggaraan proyek harus
dilaksanakan secara efektif, maka diperlukan adanya Rencana Mutu Proyek atau
RMP. Dokumentasi RMP merupakan salah satu bukti otentik yang sangat penting
dalam sistem manajemen mutu penyelenggaraan proyek.

RMP merupakan bagian yang sangat penting dalam penerapan sistem
manajemen mutu, dimana RMP dokumen perencanaan yang harus dibuat
sebelum proses realisasi penyelenggaraan proyek dengan tujuan memberikan
kepastian jaminan mutu (quality assurance) atas konsistensi proses dan produk
yang akan dihasilkan. RMP tidak terlepas dari tahapan proses pengadaan oleh
Satuan Kerja pada Instansi Pengguna Jasa, yang meliputi proses sejak dari tahap
prakualifikasi, tender, penunjukkan pemenang, penandatanganan kontrak hingga
perintah mulai kerja.

Di dalam persyaratan standar, RMP merupakan


dokumentasi perencanaan realisasi produk untuk
merencanakan dan mengembangkan proses realisasi
produk secara konsisten dengan persyaratan sistem
manajemen mutu. RMP harus mengatur dan memuat
ketentuan mengenai :

a) sasaran mutu dan persyaratan produk,
b) penetapan proses, dokumen dan penyediaan sumber
daya spesifik yang diperlukan bagi produk,
c) persyaratan verifikasi, validasi, pemantauan,
inspeksi, dan uji yang spesifik bagi produk dan kriteria
keberterimaan produk (criteria for product acceptance),
d rekaman-rekaman yang diperlukan untuk
membuktikan bahwa proses realisasi dan hasil produk
memenuhi persyaratan

Dapat dikatakan bahwa, RMP adalah dokumen yang


menetapkan proses-proses sistem manajemen mutu,
termasuk proses realisasi produk dan sumber daya yang
digunakan untuk produk, proyek atau kontrak yang spesifik.

Manfaat RMP bagi Pimpinan Satuan Kerja adalah sebagai
panduan untuk memantau, mengukur dan mengendalikan
kinerja penyelenggaraan proyek, disamping menjadi
kerangka bagi pengendalian penyediaan sumber daya,
pencapaian mutu produk sesuai spesifikasi dan peningkatan
kepuasan pelanggan dan masyarakat pengguna. RMP
merupakan tolak ukur bagi pelaksanaan proyek dalam
rangka mencapai kinerja proyek setiap waktu, dan apabila
selama penyelenggaraan proyek terjadi penyimpangan
akan segera diketahui secara dini, tanpa harus menderita
kecacatan produk yang baru diketahui pada saat akhir
proyek yang menjadikan pemborosan atau kerugian yang
besar.

Sedangkan bagi para pelaksana di lapangan, RMP


merupakan panduan selama kegiatan proyek di lapangan
agar proses tetap konsisten dalam upaya pencapaian
mutu produk sesuai kriteria keberterimaannya dan harus
selalu dalam kondisi terkendali terhadap kendala waktu,
biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
mutu sesuai spesifikasi dan persyaratan yang ditetapkan.
Pemeriksaan keberterimaan setiap tahapan proses harus
sudah direncanakan dalam RMP dengan maksud untuk
menjamin bahwa efektifitas pencapaian keberterimaan
setiap tahapan telah sesuai sehingga menghasilkan
produk bermutu tanpa cacat.

RMP harus selalu dikomunikasikan kepada semua
personil yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek,
terutama yang bertanggung jawab dalam pencapaian
mutu produk di proyek

Dalam suatu penyelenggaraan proyek dapat terjadi


keterlibatan beberapa pihak yang berinteraksi satu
sama lain bergantung pada peran penugasan masingmasing dan mereka harus bekerja sama dengan baik
dan berkesinambungan dengan kemampuan dan
kompetensi masing-masing pihak yang saling
mendukung untuk menjajikan produk yang memenuhi
spesifikasi. Pengguna Jasa harus tetap mendapatkan
jaminan mutu (quality assurance) sebagai pihak yang
memesan produk dan jasa dari proyek yang
diselenggarakan oleh Penyedia Jasa. Penyedia Jasa
harus mampu meyakinkan Pengguna Jasa bahwa
produk dan jasa yang akan diserahkan mampu
mencapai spesifikasi dan persyaratan lainnya untuk
mencapai kepuasan pelanggan atau Pengguna Jasa..

Menyusun RMP harus memperhatikan kaidah dan substansi yang


dipersyaratkan dalam sistem manajemen mutu, agar RMP tersebut
dapat diterapkan sesuai dengan tujuan pencapaian proses kerja
yang konsisten untuk menghasilkan produk yang bermutu. RMP
merupakan dokumentasi perencanaan proyek yang harus menjadi
suatu keputusan yang strategis Pimpinan Satuan Kerja pada
Instansi Pengguna Jasa yang menyangkut kebutuhan akan :

a. Rencana pengendalian mutu setiap tahapan proses untuk
mendapatkan mutu produk yang memenuhi kepuasan pelanggan.
b. Tuntutan pengguna jasa (atasan) terhadap penyajian mutu
produk melalui proses yang terencana dan terkendali selama
penyelenggaraan proyek.
c. Harapan masyarakat yang memanfaatkan hasil proyek
terhadap konsistensi fungsi dan manfaat yang sesuai keperluannya.
d. Kompetisi persaingan usaha semakin ketat, menjadikan sistem
manajemen mutu merupakan kebutuhan dalam setiap proyek jasa
konstruksi.

1. KESIMPULAN
- Proses pelaksanaan pengadaan barang jasa konstruksi dapatlah berjalan
dengan efektif bila didukung dengan adanya suatu hubungan kerja sama
(Coordinating) yang terkontrol diantara pihak-pihak yang terlibat didalam suatu
proyek.

- Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu
prasarana penunjang dalam hal komponen fisik bangunan untuk dapat mengerjakan
serta mengembangkan berbagai usahanya.

- RMP merupakan bagian yang sangat penting dalam penerapan sistem
manajemen mutu, dimana RMP dokumen perencanaan yang harus dibuat sebelum
proses realisasi penyelenggaraan proyek dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan mutu (quality assurance) atas konsistensi proses dan produk yang akan
dihasilkan.

2. SARAN

Mata kuliah aspek hukum dalam pembangunan sangat membantu mahasiswa
dalam mengenal dunia jasa konstuksi terutama dalam bidang pengadaan barang dan
jasa sebagai mahasiswa tentunya penulis sangat mengharapkan adanya studi
lapangan baik pada suatu institusi, lembaga maupun proyek guna memperdalam
pengetahuan dan siap bila nantinya terjun dalam dunia jasa konstruksi

Tugas
BUAT MAKALAH TENTANG :
Absen no :
1. Pengertian hukum dalam
pelaksanaan proyek konstruksi
2. Tinjauan tentang UU No. 18/1999
tentang Jasa Konstruksi
3. Tinjauan tentang PP No. 29/2000
tentang Penyelenggaraan Jasa
konstruksi

3. Pengadaan Barang/Jasa Untuk Instansi


Pemerintah (Kepres No. 80/2003)
4. Macam-macam pelelangan pada proyek,
pelelangan tertutup, pelelangan terbuka,
pelelangan swakelola.
5. Prakualifikasi (pendaftaran, pemasukan
syarat-syarat administrasi perusahaan),
Pasca kualifikasi (penjelasan
pekerjaan/anwizing, addendum,
pemasukan penawaran, evaluasi
pembukaan penawaran), Pengumuman
pemenang dan masa sanggah.

6. Kontrak dalam proyek konstruksi


7. Izin Bangunan
8. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa dalam Penyelenggaraan
Konstruksi

Anda mungkin juga menyukai