Anda di halaman 1dari 35

SUNAN FANANI

Tujuan Pembeajaran
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
tentang
konsep Keimanan dan
Ketaqwaan dan mampu
melaksanakan
ajaran
Islam secara utuh serta
mampu menulis dan
membaca
Al-Quran
dengan baik dan benar

Pokok Bahasan
Pengertian Iman
Wujud Iman
Proses Terbentuknya
Iman
Tanda-tanda orang
beriman
Korelasi antara Keimanan
dan Ketaqwaan

Pengertian Iman

Secara etimologi iman berasal dari kata


yang berarti percaya.
Sedangkan secara istilah para ulama mendifinisikan iman dengan

Tasdikun Bil Qalbi Wa Qaulu Bil Lisan Wa Amalu Bil Arkan


Artinya Membenarkan dengan hati, melafalkan dengan ucapan,
melakukan dengan perbuatan
Dari hal ini maka sejatinya komponen penyusun keimanan adalah ;
a. Tasdikun Bil Qalbi (Meyakini dalam hati)
b. Qaulu Bil Lisan (Diucapkan dengan lisan/perkataan)
c. Amalu Bil Arkan (Diwujudkan dengan perbuatan)

Iman berarti percaya dengan ditunjukkan dalam sikap batin yang ada
didalam hati.
Dalam Al-Quran, kata iman sering dirangkai dengan
a. Didalam surat Al-Baqarah: 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah SWT (asyaddu hubban lillah).
Oleh karena itu beriman kepada Allah SWT berarti sangat rindu terhadap
ajaran Allah SWT yaitu Al-Quran dan As-Sunnah
b. Istilah iman dalam Al-Quran selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
memberikan corak dan warna tentang sesuatu yang diimani, seperti dalam
surat an-Nisa : 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/idealisme) dan
thaghut (realita/naturalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut : 52
dikaitkan dengan kata bathil (tidak benar menurut Allah SWT), sedangkan
dalam surat al-Baqarah : 4, dirangkaikan dengan ajaran yang diturunkan
Allah SWT.
keimanan merupakan aqidah dan pokok yang diatasnya berdiri syariat Islam

Secara harfiyah, iman diartikan dengan rasa aman

(al-aman, yakni kesejahteraan dan kesentosaan)


dan kepercayaan (al-amanah yakni keadaan bisa
dipercaya atau diandalkan).
Orang yang beriman berarti jiwanya terasa tenang
dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi
semua problem hidup.
Rasa aman dan keyakinan diperoleh dari
kepercayaannya terhadap sesuatu yang ghaib, yang
memiliki kekuatan dan kekuasaan yang melebihi
dirinya, dan dianggap mampu mengendalikan dan
mempengaruhi kehidupan jiwa manusia.

Wujud Iman
Aqidah Islam dalam Al-Quran disebut dengan

iman. Iman bagi seorang yang beragama Islam


bukan hanya keyakinan tetapi juga mendorong
untuk berbuat.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Majah Attabrani, iman didefinisikan dengan
meyakini dengan hati, dikrarkan dengan lisan,
dan diwujudkan dengan amal perbuatan.

Menurut Yusran Asmuni, wujud iman dalam diri sesorang adalah :

tashdiq (membenarkan didalam hati) tentang wujud


Allah SWT. Menurut pendapat ini iman semata-mata urusan hati,
bukan terlihat dari luar.
Iman adalah tashdiq didalam hati dan dikrarkan dengan lisan.
Dengan kata lain seseorang disebut beriman jika dia mempercayai
didalam
hatinya
akan
eksistensi
Allah
SWT.
dan
mengikrarkan/mengucapkan dengannya dengan ucapannya
Iman adalah tashdiq didalam hati, diikrarkan dengan lisan dan
dibuktikan dengan perbuatan. Konsep ketiga ini mengaitkan
perbuatan manusia dengan iman. Karena itu, keimanan
seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya.
Iman adalah

Wujud Iman

Isi Pokok ajaran


Islam

Wujud
Keimana
n

- -

-
-
-
-

Adapun keimanan atau akidah


yang wajib tersebut tersusun
Percaya kepada Allah SWT, Yang Maha Kuasa dan kekal, Yang Maha
Besar dan Maha Kuat, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Hubungan
dari
yaitu
: dan sifatkepadaenam
Allah, marifatperkara
dengan nama-nama-Nya
yang mulia
1.

Nya yang tinggi. Juga marifat dengan bukti-bukti wujud atau ada-Nya
serta kenyataan sifat keagungan-Nya dalam alam semesta atau di
dunia ini.
2. Hubungan dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini yakni alam
yang tidak dapat dilihat. Demikian pula kekuatan-kekuatan kebaikan
yang terkandung didalamnya yakni yang berbentuk malaikat, juga
kekuatan-kekuatan jahat berbentuk iblis dan sekalian tentaranya dari
golongan syaiton. Selain itu juga marifat dengan apa yang ada
didalam alam yang lain seperti jin dan ruh.
3. Setiap muslim yang beriman, percaya kepada semua kitab Allah
sesungguhnya Kamilah yang menurukan Al Quran dan sesungguhnya
kami benar-benar menjaganya. (Q.S. Al Baqarah : 75 - 79, Q.S. AlMaidah : 13 - 14, 41, 45 & 47, Al Anam ayat 91, Al Hijr : 9). Hubungan
dengan kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan oleh-Nya kepada rosul.
Kepentingannya ialah dijadikan sebagai batas untuk mengetahui
antara yang baik dan yang bathil, yang baik dan yang jelek, yang
halal dan yang haram, juga antara yang bagus dan yang buruk.

4. Mengimani semua rasul Allah tanpa diskriminasi karena mereka


dipilih Allah untuk mendidik manusia, menyampaikan ayat-ayatNya, jadi Islam memerintahkan umatnya percaya : Kami percaya
kepada Allah yang memberi kita nikamt kepada semua rasul-Nya,
juga kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yacub. Kami tidak
membedakan satu dengan lainnya dan kami patuh kepada Allah
(Q.S. Al Baqarah : 136, Q.S. Ali Imran : 84, Q.S. An. Nisa : 163 165, Q.S. Al-Anaam : 84 - 87). Hubungan dengan nabi-nabi serta
rasul-rasul Allah Taala yang dipilih oleh-Nya untuk menjadi
pembimbing kearah petunjuk serta pemimpin seluruh makhluk
guna menuju kepada yang baik.
5. Hubungan dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
di saat itu seperti kebangkitan dari kubur (hidup lagi sesudah
mati), memperoleh balasan, pahala atau siksa, surga atau neraka
6. Hubungan dengan takdir (qadla dan qadar) yang diatas
landasannya itulah berjalannya peraturan segala yang ada di
alam semesta ini, baik dalam penciptaan atau cara mengaturnya

Hubungan Aqidah-Syariat
Akidah dan syariat mempunyai hubungan

yang saling berkaitan dan tidak dapat


dipisahkan. Oleh karena adanya hubungan
yang amat erat itu, maka amal perbuatan
selalu disertakan penyebutannya dengan
keimanan dalam sebagian besar ayat-ayat Al
Quran Al Karim.

Karena iman itu bukan hanya suatu kepercayaan,

tetapi adalah keyakinan yang mendorong perbuatan


baik, maka wujud iman adalah dilaksanakannya amalamal shalih yang sesuai dengan aturan atau ajaran
Islam secara lahir dan batin.
Jadi wujud iman merupakan keutuhan dari keyakinan,
ucapan dan perbuatan seseorang dalam melaksanakan
amal shalih.
Dengan demikian wujud iman itu sangat luas, karena
mencakup berbagai jenis amal shalih yang dilakukan
oleh manusia yang didasarkan atas keyakinannya
kepada Allah.

Proses terbentuknya
iman
Manusia terlahir kedunia ini membawa bekal fitrah, hal

ini dijelaskan dalam surat Al-Araf: 172. iman terbentuk


dalam al-fitrah/potensi manusia dan sangat tinggi
derajatnya. Al-fitrah dibawa oleh setiap manusia yang
lahir didunia. Adapun pengertian al-fitrah antara lain :

Al-fitrah berarti mengakui keesaan (Tauhid) Allah SWT, manusia


sejak lahir berkecenderungan untuk mengesakan Tuhan dan
berusaha secara terus menerus untuk mencari dan mencapai
ketauhidan tersebut.
Al-fitrah berarti perasaan yang tulus (Al-Ikhlas), manusia terlahir
dengan sifat baik. Diantara sifat itu adalah ketulusan dan kemurnian
dalam menjalankan semua aktifitas.
Al-fitrah berarti sifat-sifat Allah SWT yang ditiupkan kepada setiap
manusia sebelum dilahirkan. Bentuknya adalah asmaul husna yang
berjumlah 99 nama. Tugas manusia adalah mengaktualisasikan
sifat-sifat tersebut dengan cara meninternalisasikan kedalam
dirinya, sehingga dia berkepribadian rabbani.

Tiga tahap ikhtiar membentuk


Iman
Tahap penyiapan benih keimanan anak, dilakukan

dengan hubungan suami isteri yang Islami,


mengkonsumsi makanan/minuman yang halal,
berpandangan dan bersikap hidup yang Islami.
Tahap pengenalan pada ajaran Islam, yaitu melalui
pendidikan oleh keluarga atau lingkungannya,
mulai tingkat verbal, pemahaman, sampai amalan,
dan dilakukan sedini mungkin, terutama pendidikan
akhlak dan Al-Quran.
Tahap pembiasaan, yaitu membiasakan untuk
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan
menjauhi laranganNya dengan penuh kesadaran.

Prinsip-prinsip penting dalam


keberhasilan pendidikan mental
Prinsip
dan
perilaku
seseorang:
pembiasaan
berkesinambungan,
artinya dilakukan secara terus menerus
tanpa berhenti, karena hidup memang ujian
dan iman itu dapat bertambah dan
berkurang. belajar (talim/mengaji) adalah
suatu proses yang memungkinkan orang
untuk memahami fitrah kehidupannya
dengan cepat. Selain itu manusia juga
membutuhkan sesorang (al-ulama/guru)
yang mampu mengarahkan motivasi agar
terciptanya tingkah laku yang lebih baik dan
selektif terhadap nilai-nilai kehidupan.

Prinsip

internalisasi dan individuasi,


yaitu menjadikan nilai-nilai keimanan itu
sebagai bagian dari sikap mental atau
hidupnya, serta berupaya menempatkan
nilai-nilai iman itu serasi atau selaras
dengan
sifat
kepribadiannya.
manusia
diharapkan menghayati berbagai peristiwa
kehidupannya untuk di internalisasikan
dalam bentuk aktifitas kesehariannya dan
menciptakan
individualisasi
nilai-nilai
tersebut
sebagai
tanggung
jawabnya
sebagai makhluq Allah SWT

Prinsip sosialisasi, yaitu membuktikan

bahwa nilai-nilai iman itu memang cocok


untuk kehidupan sosial, karena memang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
juga tidak mengukur nilai keimanan itu
semata-mata dari dirinya sendiri. bahwa
nilai-nilai keimanan dilihat dari prosesnya
bukan dilihat dari keberhasilannya, sebab
nilai-nilai yang penting tersebut juga
berhubungan dengan proses interaksi
sosial manusia yang lain.

Prinsip konsistensi dan koherensi, yaitu

pembentukan iman itu harus dilakukan


secara tetap dan konsekuen, dalam arti
tidak selalu berubah-ubah tanpa arah dan
tujuan yang jelas, serta tanpa mengandung
pertentangan antara nilai yang satu
dengan nilai yang lainnya. Artinya setiap
langkah
terdahulu
digunakan
untuk
mendukung atau memperkuat langkahlangkah berikutnya. penerapan nilai-nilai
keimanan hendaknya dilakukan dengan
cara yang stabil (ats-stabitu/tetap) dan
tidak bertentangan antara unsur keimanan
yang satu dengan unsur yang lainnya.

Prinsip integrasi, yaitu mengupayakan

pembentukan keimanan itu dilakukan


secara luas dan menyeluruh, meliputi
berbagai aspek secara komprehensif. Tidak
menganggap iman itu sebagai ilmu atau
ketrampilan tingkah laku yang terpisahpisah. yakni semua bentuk keimanan
seseorang
harus
diterapkan
dalam
kehidupan secara nyata.

Tanda-tanda orang beriman


menurut Abu Ala Al-Maududi :
menjauhkan diri dari pandangan sepit dan picik
mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu

harga diri
mempunyai sifat rendah hati dan khidmat
senantiasa jujur dan adil
tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi
setiap persoalan dan situasi
memiliki pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan
optimisme
mempunyai sifat kesatria, semangat dan pemberani, tidak
gentar menghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut
mempunyai sikap hidup damai dan ridha
patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan ilahi.

Tanda-tanda orang
beriman
Jika disebut nama Allah hatinya bergetar,

dan
berusaha agar ilmu Allah itu tidak lepas dari syaraf
memorinya,
jika
dibacakan
Al-Quran
hatinya
bergejolak untuk segera melaksanakannya. Sesuai
dengan Q.S. Al-Anfal : 2.
Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan
ilmu Allah yang diiringi dengan doa dan penyerahan
diri pada Allah. Q.S. Ali Imran: 120, Al-Maidah: 12, AlAnfal: 2, At-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Al-Mujadalah:10,
At-Taghabun: 13.
Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga
pelaksanannya. Q.S. Al-Anfal: 3, Al-Mukminun: 2, 7.

Menafkahkan

sebagian
dari
rizki
yang
Q.S. Al-Anfal : 3,
Q.S. Al-

diterimanya.
Mukminun : 4.
Menghindari perkataan/perbuatan yang tidak
bermanfaat dan menjaga kehormatan. Q.S. AlMukminun : 3 , 5.
Memelihara amanat dan menepati janji. Q.S. AlMukminun : 6.
Berjihad di jalan Allah dan suka menolong. Q.S.
Al-Anfal : 74.
Memiliki Akhlaq yang baik seperti Tidak
meninggalkan pertemuan sebelum minta izin.
Q.S. An-Nur : 62. dll.

:Al-Baqarah()

165. Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah

tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya


sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106]
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
[106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah

orang-orang yang menyembah selain Allah.





() ( )

Al-Anfal
2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang
bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya.
[595]

Dimaksud dengan disebut


mengagungkan dan memuliakannya.

nama

Allah

Ialah:

menyebut

sifat-sifat

yang




At-()

: Taubah
52. Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-

tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua


kebaikan[646]. dan Kami menunggu-nunggu bagi
kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu
azab (yang besar) dari sisi-Nya. sebab itu tunggulah,
Sesungguhnya
Kami
menunggu-nunggu
bersamamu."

[646] Yaitu
syahid.

mendapat

kemenangan

atau

mati











:Al-Maidah()

12. Dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani

Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan
Allah berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika
kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada
rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada
Allah pinjaman yang baik[406] Sesungguhnya aku akan menutupi dosadosamu. dan Sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga
yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka Barangsiapa yang
kafir di antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan
yang lurus.
[406] Maksudnya Ialah: menafkahkan harta untuk menunaikan
kewajiban dengan hati yang ikhlas.




()

:Al-Mujadalah

10. Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan,

supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang


pembicaraan itu Tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada
mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah
hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.

()

:At-Taghabun
13. (Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. dan hendaklah

orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja.

( )

( )


:Al-Mukminun()
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam

sembahyangnya,
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan
dan perkataan) yang tiada berguna,


( ) ( )
( )


: Al-Mukminun()

4.

Dan orang-orang yang menunaikan zakat,

5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,


6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka

miliki[994]; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada


terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] Maka mereka
Itulah orang-orang yang melampaui batas.

[994] Maksudnya: budak-budak belian yang didapat

dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak


belian yang didapat di luar peperangan. dalam
peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanitawanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan
kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan
itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang
diwajibkan. imam boleh melarang kebiasaan ini.
Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang
suaminya tidak ikut tertawan bersama-samanya.
[995]

Maksudnya:
sebagainya.

zina,

homoseksual,

dan


:Al-Anfal()
74. Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta

berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi


tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orangorang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benarbenar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki
(nikmat) yang mulia.






:An-Nur()

62. Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah

orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan


apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam
sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak
meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya.
Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu
(Muhammad) mereka Itulah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin
kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa
yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Keimanan pada keesaan Allah (tauhid) meliputi dua

aspek, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis.


Tauhid
teoritis, adalah pengakuan tentang
keesaan zat, sifat, dan perbuatan tuhan, sehingga
berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan,
persepsi, dan pemikiran manusia tentang konsep
tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah
pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah
satu-satunya wujud mutlak yang menjadi
sumber dari semua wujud.
Tauhid praktis (tauhid ibadah), adalah terapan
atau tindak lanjut dari tauhid teoritis yang berupa
amal perbuatan atau ibadah manusia.

Perpaduan antara tauhid teoritis dan praktis

merupakan bentuk keimanan yang sempurna.


Sedangkan taqwa merupakan perasaan takut dan
mengagungkan kepada Allah dengan cara
melaksanakan
perintah-perintahNya
dan
menjauhi semua larangaNya.
Dengan demikian korelasi antara keimanan dan
ketaqwaan adalah sangat erat. Taqwa merupakan
bukti atau perwujudan dari orang yang memiliki
kesempurnaan iman. Sementara iman merupakan
dasar dan semangat yang melandasi ketaqwaan.

Korelasi antara Keimanan


dan Ketaqwaan
Dalam merealisasikan iman dan taqwa, manusia

harus menyatukan iman dan amal, konsep dan


pelaksanaan, fikiran dan perbuatan. Dengan
demikian bertauhid adalah mengeasakan Allah
SWT dengan membenarkan didalam hati,
mengucapkan dengan lisannya, dan mengamalkan
dalam perbuatan. Maka apabila seseorang sudah
menyatakan kalimat tauhid dalam syahadat
asyhadu alla ilaha illa Allah (aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah) kemudian diikuti
dengan mengamalkan semua perintah Allah dan
men inggalkan segala larangan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai