Anda di halaman 1dari 57

PERAN GEOKIMIA PETROLEUM

DALAM USAHA EKSPLORASI


MIGAS DI INDONESIA
Oleh:
EDDY A. SUBROTO
PIDATO ILMIAH GURU BESAR
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Jumat, 30 September 2011

1. PENDAHULUAN
1.2 Sejarah Pencarian Minyak Bumi
1.3
Sejarah Eksplorasi dan Penemuan
Minyak Bumi di Indonesia
2. LATAR BELAKANG
3. KEROGEN
3.1
Pembentukan Kerogen
3.2
Komposisi (Tipe) Kerogen
3.3
Kematangan Kerogen
3.4
Pembentukan Hidrokarbon
4. BIOMARKER
5. PERAN GEOKIMIA PETROLEUM DALAM
EKSPLORASI HIDROKARBON DI INDONESIA
6 PENUTUP
7 UCAPAN TERIMA KASIH

1.PENDAHULUAN
1.2 Sejarah Pencarian Minyak Bumi
1.3
Sejarah Eksplorasi dan Penemuan
Minyak Bumi di Indonesia
2. LATAR BELAKANG
3. KEROGEN
3.1
Pembentukan Kerogen
3.2
Komposisi (Tipe) Kerogen
3.3
Kematangan Kerogen
3.4
Pembentukan Hidrokarbon
4. BIOMARKER
5. PERAN GEOKIMIA PETROLEUM DALAM
EKSPLORASI HIDROKARBON DI INDONESIA
6 PENUTUP
7 UCAPAN TERIMA KASIH

Definisi: hidrokarbon
Senyawa kimia organik yang
terdiri atas atom hidrogen
dan karbon yang membentuk
dasar semua produk
petroleum. Produk tersebut
dapat berupa padatan, cairan
atau gas.

Definisi: petroleum
Petroleum: a species of bitumen
composed principally of
hydrocarbons and existing in the
gaseous or liquid state in its natural
reservoir (Hunt, 1979, Waples,
1985).
KBBI (2008): zat cair berminyak yang
dapat terbakar, mengandung aspal
dengan warna yang bermacammacam, terdapat di lapisan atas
bumi, merupakan campuran

Bagaimana hidrokarbon
terbentuk?

Teori pembentukan
hidrokarbon

1. Teori anorganik

(dikembangkan oleh peneliti


Rusia)
2. Teori organik (dikembangkan
oleh peneliti Amerika dan
Eropa)

Meskipun teori
pembentukan petroleum
secara organik
dikemukakan pertama kali
oleh Georgius Agricola
pada abad ke-16,
berbagai hipotesis
abiogenik juga
dikemukakan pada abad
ke-19.

Sumber:

Georg Pawer
(Georgius Agricola)
Born

24 March
1494
Glauchau

Died

21 November
1555

Citizenship

German

Fields

mineralogy

Teori Organik
Hidrokarbon terbentuk dari organisme
yang tertimbun di dalam sedimen.

Dipahami bahwa rupanya terdapat

korelasi genetik migas dan sedimen


yang kaya organik yang dikenal
dengan batuan induk.

Eksplorasi minyak dan gas


bumi
(migas)
Teknik eksplorasi:
1. Mencari rembesan minyak
(prospektor)
2. Metode geologi-geofisika
3. Metode geokimia

GEOFISIKAWAN DAN GEOLOGIWAN


GEOFISIKAWAN adalah orang eksakta yang
mempunyai keahlian untuk menyulap dengan
menggunakan rumus rumit dan panjang sekali
yang susah dimengerti. Hasil perhitungannya
sangat teliti, tetapi dengan asumsi kabur yang
didasari parameter meragukan dengan data
diperoleh dari pengukuran dengan
menggunakan alat yang keakuratannya masih
belum pasti dan dikerjakan oleh orang-orang
yang mempunyai mental tidak stabil, tetapi
bertujuan mulia yaitu untuk memuaskan serta
mendukung impian, ramalan, khayalan, dan
hipotesis tanpa dasar dari sekelompok manusia
fanatik yang menyebutkan dirinya
Sumber: tidak jelas
GEOLOGIWAN.

Pencarian minyak dengan cara kuno (sumber: Missouri Department of


Natural Resources).

Confucius menyebut adanya sumur


sedalam beberapa ratus meter pada
tahun 600 SM.
Di Cina, sumur dengan kedalaman
sampai sekitar 100 meter dibor pada
tahun 1132.
Pada akhir abad ke-19, lapangan
minyak Yenangyaung di Burma
(sekarang Myanmar) memiliki lebih
dari 500 sumur yang menghasilkan
minyak sekitar 40.000 ton per tahun.
Sumber: Hunt (1979)

Perkembangan minyak bumi di


Amerika dipelopori oleh Kolonel
Edwin L. Drake yang mengebor di
daerah dekat Titusville,
Pennsylvania, tahun 1859.
Pada tahun 1871, 700.000 ton
minyak bumi atau sekitar 91%
produk dunia dihasilkan dari
Pennsylvania, dari sumur milik
Drake.
Sumber: Hunt (1979)

Edwin Laurentine Drake


Born

March 29, 1819 (1819-03-29)


Greenville, New York

Died

November 9, 1880 (aged61)


Bethlehem, Pennsylvania

Nationality

American

Other names

Colonel Drake

Knownfor

Petroleum exploration

Parents

Lyman Drake and Laura Lee

Sumber:
Wikipedia

Pencarian minyak bumi di Indonesia


telah dimulai sejak tahun 1871.
Pengeboran beberapa sumur minyak
bumi telah dilakukan di Jawa Barat,
meskipun ternyata hasilnya nihil.
Pada tahun 1883, A.J. Zijlker, seorang
administratur perkebunan di daerah
Langkat, Sumatra Utara, secara
kebetulan menemukan rembesan
minyak bumi yang menandakan
terdapatnya minyak bumi.
Sumber: Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia
(1995)

Zijlker memperoleh izin (konsesi) dari


Sultan Langkat (Tanjung Pura).
Setelah berusaha selama dua tahun,
maka pada tanggal 15 Juni 1885
Zijlker akhirnya berhasil menemukan
minyak bumi dari sumur Telaga
Tunggal yang ternyata cukup
ekonomis untuk dieksploitasi.
Lapangan minyak ini kemudian
dikenal dengan nama lapangan Telaga
Said yang merupakan titik awal
produksi
minyak
bumi
di
Indonesia.
Sumber: Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia
(1995)

1. PENDAHULUAN
1.2 Sejarah Pencarian Minyak Bumi
1.3
Sejarah Eksplorasi dan Penemuan
Minyak Bumi di Indonesia
2.LATAR BELAKANG
3. KEROGEN
3.1
Pembentukan Kerogen
3.2
Komposisi (Tipe) Kerogen
3.3
Kematangan Kerogen
3.4
Pembentukan Hidrokarbon
4. BIOMARKER
5. PERAN GEOKIMIA PETROLEUM DALAM
EKSPLORASI HIDROKARBON DI INDONESIA
6 PENUTUP
7 UCAPAN TERIMA KASIH

Kenaikan permintaan migas dan


penurunan pasokannya memacu
peningkatan aktivitas eksplorasi
petroleum.
Karena ternyata semakin lama
pencarian migas semakin sulit, maka
geologiwan merasa perlu mengerti
geokimia petroleum.

Beberapa pertanyaan seperti:


Apakah komposisi petroleum?
Bagaimana terjadinya petroleum dan
bagaimana mekanisme migrasinya
dari batuan induk ke tempat
terperangkapnya di bawah
permukaan?
Bagaimana geologiwan dapat
mempergunakan ilmu geokimia agar
dapat menolong menemukan
akumulasi migas yang komersial?

1. PENDAHULUAN
1.2 Sejarah Pencarian Minyak Bumi
1.3
Sejarah Eksplorasi dan Penemuan
Minyak Bumi di Indonesia
2. LATAR BELAKANG
3.KEROGEN
3.1
Pembentukan Kerogen
3.2
Komposisi (Tipe) Kerogen
3.3
Kematangan Kerogen
3.4
Pembentukan Hidrokarbon
4. BIOMARKER
5. PERAN GEOKIMIA PETROLEUM DALAM
EKSPLORASI HIDROKARBON DI INDONESIA
6 PENUTUP
7 UCAPAN TERIMA KASIH

KEROGEN
Material yang tidak larut di dalam
pelarut biasa/umum
Sejarah diagenesis dan katagenesis
Kondisi alami material organik
Kemampuan kerogen memproduksi
migas

Sumber: Waples
(1985)

KEROGEN
Tiga hal yang harus diperhatikan
dalam mempelajari kerogen di
dalam batuan induk:
1.Kekayaan
2.Tipe kerogen
3.Kematangan

Komposisi
kerogen
Tabel 3.1. Komposisi kerogen
(diambil dari Waples,
1985).
MASERAL

TIPE KEROGEN

MATERIAL ORGANIK ASAL

Alginit

Alga air tawar

Eksinit

II

Polen, spora

Kutinit

II

Lapisan lilin tanaman

Resinit

II

Resin tanaman

Liptinit

II

Lemak tanaman, alga laut

Vitrinit

III

Material tumbuhan tinggi (kayu, selulosa)

Inertinit

IV

Arang, material tersusun-ulang yang


teroksidasi

Sumber: Waples (1985)

PANTULAN (REFLEKTANSI)
VITRINIT
SEBAGAI PENGUKUR
KEMATANGAN TERMAL
Pada awalnya, pantulan vitrinit dianggap
sebagai parameter kematangan yang tidak
tergantung atas komposisi kerogen, fasies
organik, dan proses pengendapan.
Ternyata hal di atas tidak selalu benar. Jadi,
vitrinit harus dipergunakan secara hati-hati dalam
serpih dan batuan sedimen lainnya (Jones dan
Edison, 1979; Bostick, 1979; Price dan Barker,
1985)
Sumber: Senftle dan Landis (1991)

Measured vitrinite reflectance (%)

2.0

1.5

1.0

0.5

0.5
Lo (1993)

1.0

1.5

Maximum true vitrinite reflectance (%)

2.0

Subroto dkk. (2000)

<
HIo
00
0
3
5
0
1 15
:
HIo

500
0
30
:
o
HI

>
HIo
500

Subroto dkk. (2000)

1. PENDAHULUAN
1.2 Sejarah Pencarian Minyak Bumi
1.3
Sejarah Eksplorasi dan Penemuan
Minyak Bumi di Indonesia
2. LATAR BELAKANG
3. KEROGEN
3.1
Pembentukan Kerogen
3.2
Komposisi (Tipe) Kerogen
3.3
Kematangan Kerogen
3.4
Pembentukan Hidrokarbon
4.BIOMARKER
5. PERAN GEOKIMIA PETROLEUM DALAM
EKSPLORASI HIDROKARBON DI INDONESIA
6 PENUTUP
7 UCAPAN TERIMA KASIH

PENGENALAN BIOMARKER
BIOMARKER~BIOLOGICAL MARKER~
MOLECULAR FOSSIL
Peters dan Moldowan
(1993)

Senyawa organik kompleks yang tersusun dari


unsur-unsur C, H, dan unsur lainnya yang ditemukan
dalam minyak bumi, bitumen, batuan, dan sedimen
yang menunjukkan sedikit atau tanpa perubahan di
dalam strukturnya dari molekul organik asalnya di
dalam organisme hidup.

GUNA
BIOMARKER

Beberapa kegunaannya antara


lain:
1.Asal material organik
2.Kematangan
3.Lingkungan pengendapan
4.Kadar oksigen lingkungan
5.Korelasi: minyak-batuan induk
dan minyak-minyak
6.Biodegradasi

GUNA
BIOMARKER

Beberapa kegunaannya antara


lain:
1.Kematangan
2.Asal material organik
3.Lingkungan pengendapan
4.Kadar oksigen lingkungan
5.Korelasi: minyak-batuan induk
dan minyak-minyak
6.Biodegradasi

STERANA

Hubungan antara parameter kematangan biomarker


dan reflektansi vitrinit (Ro) (Diadaptasi dari
Mackenzie, 1984)
Ro
(%)

Kematangan biomarker
(%)

50

10

Sterana

1,25

60

0
50

Sterana
20S

1,00

50

Moretan
a

0,75

Hopana

0,50

Hopana 22S

75

0.55
SHALE
0.44

0.11
0.00

COAL

50

100

150

200

250

Strachan dkk. (1989)

Lingkungan pengendapan batuan induk


Cooper (1990)

11
25

12
26

2
3

4
23

10

24

18

21

17

29
22

28

8
7

20

13

14
1

19

15

16
30

27

Hopana

11
25

12
26

2
3

4
23

10

24

20

18

21

13

17

29
22

28
14

19

15

16

8
7

27

30-norhopana

Minyak Atshan (Irak)

Waktu retensi (menit)


Kromatogram massa m/z 191 menunjukkan distribusi hopana
dan seri 30-norhopana. Yang diberi warna hitam adalah seri
30-norhopana. Angka 1-7 menunjukkan senyawa 30norhopana C28-C34,
G = gammaserana, x = hopanoid heksasiklik.
Subroto dkk. (1992

1. PENDAHULUAN
1.2 Sejarah Pencarian Minyak Bumi
1.3
Sejarah Eksplorasi dan Penemuan
Minyak Bumi di Indonesia
2. LATAR BELAKANG
3. KEROGEN
3.1
Pembentukan Kerogen
3.2
Komposisi (Tipe) Kerogen
3.3
Kematangan Kerogen
3.4
Pembentukan Hidrokarbon
4. BIOMARKER
5.PERAN GEOKIMIA PETROLEUM DALAM
EKSPLORASI HIDROKARBON DI INDONESIA
6 PENUTUP
7 UCAPAN TERIMA KASIH

Mengingat bahwa kebutuhan energi


semakin meningkat dengan tajam,
maka selain masih mengusahakan
energi fosil konvensional, pemerintah
Republik Indonesia juga mencoba
menggali potensi energi dari yang tidak
konvensional.
Baik untuk mengeksplorasi energi fosil
konvensional maupun yang bukan
konvensional, ilmu geokimia ternyata
sangat diperlukan.
Kegiatan ini mencakup migas
konvensional dan gas tidak
konvensional seperti gas biogenik, gas

Mengingat bahwa kebutuhan energi


semakin meningkat dengan tajam,
maka selain masih mengusahakan
energi fosil konvensional, pemerintah
Republik Indonesia juga mencoba
menggali potensi energi dari yang tidak
konvensional.
Baik untuk mengeksplorasi energi fosil
konvensional maupun yang bukan
konvensional, ilmu geokimia ternyata
sangat diperlukan.
Kegiatan ini mencakup migas
konvensional dan gas tidak
konvensional seperti gas biogenik, gas

STUDI GAS BIOGENIK (Subroto dkk., 2004, 2009)


INDONESIA

MALAYSIA

SUMATRA

KALIMANTA
N
SULAWESI
JAVA SEA
JAWA

INDIAN OCEAN

NUSA TENGGARA

Study
areas

PAPUA

TEMPERATURE-SEDIMENTATION RATE OVERLAY

Subroto dkk. (2004, 2009)

45

Sedimen Plio-Pleistosen yang mana?


Tektonik, volkanik, dan sistem delta.
Tektonik: posisinya di depan jalur tektonik aktif,
misalnya cekungan di sebelah timur dan barat
sesar Lengguru, Papua, Cekungan Salawati
(berhubungan dengan sesar Sorong), Memberamo
(sesar naik Papua), dan Tomori (sesar BanggaiSula).
Posisinya di busur depan dan belakang di
rangkaian Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan
Nusa Tenggara, dan lengan utara Sulawesi.
Sedimen tebal yang terbentuk di muara sungai
besar di daerah sistem delta, misalnya di muara
Sungai Indragiri (Sumatra Utara), Batanghari
(Jambi dan Sumatra Tengah), Musi (Sumatra
Selatan), Kapuas (Kalimantan Barat), Barito

Sedimentary basins in Indonesia where their


sedimentation processes may lead to biogenic gas
formation (Subroto et al., 2004, 2009)

INDONESIA

MALAYSIA

SUMATRA

KALIMANTA
N
SULAWESI
PAPUA
PAPUA

JAVA SEA
INDIAN OCEAN
Katzs study (1995)
This study
Katz and this study

JAWA
NUSA TENGGARA

1. PENDAHULUAN
1.2 Sejarah Pencarian Minyak Bumi
1.3
Sejarah Eksplorasi dan Penemuan
Minyak Bumi di Indonesia
2. LATAR BELAKANG
3. KEROGEN
3.1
Pembentukan Kerogen
3.2
Komposisi (Tipe) Kerogen
3.3
Kematangan Kerogen
3.4
Pembentukan Hidrokarbon
4. BIOMARKER
5. PERAN GEOKIMIA PETROLEUM DALAM
EKSPLORASI HIDROKARBON DI INDONESIA
6 PENUTUP
7 UCAPAN TERIMA KASIH

Ilmu geokimia petroleum masih


merupakan ilmu yang sangat diperlukan
dalam eksplorasi migas di Indonesia.
Ilmu geokimia terus berkembang
pemodelan cekungan (basin modelling)
berbasis geokimia.
Peran ilmu geokimia menjadi lebih
signifikan. Jika di masa lampau untuk
suatu pengeboran migas di Indonesia
boleh saja dilakukan hanya dengan
justifikasi ilmu geologi-geofisika,

maka sekarang keikutsertaan


ilmu geokimia sudah menjadi
keharusan!.

1. PENDAHULUAN
1.2 Sejarah Pencarian Minyak Bumi
1.3
Sejarah Eksplorasi dan Penemuan
Minyak Bumi di Indonesia
2. LATAR BELAKANG
3. KEROGEN
3.1
Pembentukan Kerogen
3.2
Komposisi (Tipe) Kerogen
3.3
Kematangan Kerogen
3.4
Pembentukan Hidrokarbon
4. BIOMARKER
5. PERAN GEOKIMIA PETROLEUM DALAM
EKSPLORASI HIDROKARBON DI INDONESIA
6 PENUTUP
7 UCAPAN TERIMA KASIH

Sang Khalik dan keluarga

Alhamdulillahi rabbil alamin: segala puji


hanyalah untuk Allah penguasa alam
semesta ini yang telah menggariskan karier
saya sebagai pengajar di institut ini.
Kedua orang tua saya, Bapak Achadoen
(alm) dan Ibu Ariyani Perwata (alm).
Terima kasih khusus kepada keluarga saya:
istri tercinta Emmy Susanny Subroto dan
kedua buah hati saya: Rexy Hamza Subroto
dan Cynthia Ghaida Subroto, yang telah
mencurahkan kasih sayang mereka dan
mendampingi saya dalam suka dan duka.

ITB
Pimpinan dan anggota Majelis Guru Besar
ITB
Rektor ITB dan para wakilnya
Ketua Senat Akademik dan anggotanya
Ketua Senat FITB dan anggotanya (20072010)
Dekan FITB (periode 2007-2010) dan
kedua wakilnya
Ketua KK Geologi dan anggotanya

PEMRAKARSA

Prof.Dr. Emmy Suparka, Prof.Dr. Yahdi


Zaim, dan Prof. Sri Widiyantoro, Ph.D.

Para guru di TK Tunas Harapan, SD Negeri


Semeru, SMP Negeri I, dan SMA Negeri I
Pasuruan;
Para dosen di Jurusan Teknik Geologi ITB,
terutama Prof.Dr. Rubini Soeria-Atmadja
(alm) yang menjadi pembimbing skripsi,
Pendidikan
dasar,
juga
Prof.Dr. R.P.prasekolah,
Koesoemadinata,
Prof.Dr.
menengah,
Sukendar
Asikin, dandan
Prof.tinggi
Lambok
Hutasoit, Ph.D. yang telah menjadi
pembimbing lapangan skripsi saya.
Para dosen di School of Applied
Chemistry, Curtin University of
Technology, terutama kepada promotor
saya, Prof.Dr. Robert Alexander, dan
kopromotor Prof.Dr. Robert Kagi dan Dr.

SENIOR
o Dr. Ong Han Ling, yang telah membimbing
dan mengarahkan saya untuk menjadi
seorang geokimiawan petroleum.

KESEHATAN JASMANI
o Kelompok tenis MU di bawah komandan
Prof. Wiranto Arismunandar.

KESEHATAN ROHANI
o Dr. Aam Amiruddin, ustazah (Teh) Lenny
Oemar dan Ibu Djamilah (Lala)

SUPLEMEN
Teman-teman seangkatan di SMP, SMA,
dan Teknik Geologi 1973 yang
menyempatkan hadir saat ini
Kepada semua pihak, yang dalam hal ini
tidak dapat saya sebut nama atau
jabatannya satu per satu, yang telah
berperan dalam kehidupan saya, sehingga
saya dapat melakukan pidato ilmiah saat
ini.

Anda mungkin juga menyukai