Anda di halaman 1dari 18

Content :

1. Definisi Agama
2. Sikap di dalam studi Agama
3. Sikap di dalam keragaman agama (pluralitas agama)
4. Fungsi-fungsi agama di dalam kehidupan manusia

Definisi Agama
Agama adalah peraturan Tuhan yang
diwahyukan kepada seorang Nabi/Rasul
untuk manusia yang berakal guna
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Sikap dalam studi agama


Ada tiga sikap yang perlu dikembangkan dalam
studi agama, agar dapat memupuk
keberagaman yang kuat. Yakni keberagaman
yang dibangun di atas landasan iman yang
kokoh berkat pemahaman yang benar dan
membuahkan pengamalan yang konsisten.
Ketiga sikap itu adalah :

Pertama : Sikap Terbuka


Yakni sikap membuka diri terhadap setiap informasi
keagamaan selama informasi tersebut secara kualitatif
layak untuk diterima, tanpa membatasi kalangan tertentu
saja yang menyampaikannya. Kalaupun ada pembatasan
semata-mata dalam pertimbangan yang mendukung
kualitas informasi. Yakni dari mereka yang memahami
dengan baik serta mengamalkannya dengan konsisten.
Keterbukaan ini diperlukan secara internal dalam
mempelajari suatu agama yang dianut, diperlukan pula
keterbukaan eksternal sehingga mau mengenali seperlunya
pandangan keagamaan orang lain untuk kepentingan
komunikasi dan pergaulan.
4

Kedua : Sikap Kritis


Suka mempertimbangkan terlebih dahulu kelayakan suatu
informasi sebelum diterima sebagai kebenaran. Yaitu
dengan memeriksa dan menguji kekuatan argumentasi yang
mendukung informasi tersebut.
Dalam hal ini dipergunakan pisau analisis yang tajam
sebelum berkesimpulan untuk menerima ataupun menolak
suatu informasi.
Harus dihindari sikap apologetik, yakni sikap sekonyongkonyong menerima atau menolak tanpa pertimbangan
terlebih dahulu suatu sebab di samping tidak akademik juga
akan merugikan.
5

Ketiga : Sikap Konsekwen


Adalah mengidentifikasikan dan mengintegrasikan diri
dengan kebenaran objektif hasil pencarian dan
penelaahannya. Jika sesuatu telah diketahui dan diyakini
kebenarannya, maka sewajarnyalah untuk dipeluk
kemudian dipertahankan.
Dengan mengembangkan ketiga sikap dalam studi agama
tersebut, diharapkan dapat terbina sikap ilmiah dalam
komitmen keberagaman. Dan dapat dihindari sikap dan
pola keberagaman yang semata-mata doktriner dan
tradisional. Yakni menelan doktrin tanpa harus dimengerti
dan mengikuti kebiasaan tanpa harus diseleksi. Sehingga
dapat dicapai dan dibina pengalaman keagamaan yang
maju dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
6

Sikap terhadap keragaman agama

Manusia dalam mensikapi keragaman atau pluralitas agama


tidak terlepas dari salah satu sikap di bawah ini :

1. Sikap menyamakan semua agama (Religious Indifferentism).


Yaitu sikap yang memandang semua agama sama saja
mengajarkan kebaikan, semuanya benar, tujuannya sama hanya
berbeda caranya. Sikap ini terjadi karena keawaman tentang
agama dan tidak serius dalam mempelajarinya.
Sikap ini membuka peluang untuk tidak disiplin dalam beragama,
orang boleh berpindah-pindah agama tanpa suatu pegangan
yang jelas dan tetap. Maka cenderung mempermainkan agama
yang suci. Sikap yang lebih tidak konsekwen dari pada sikap
golongan sekuler.
7

2. Sikap eksklusif, yaitu sikap yang tidak


memberi hak hidup kepada agama lain,
atau tidak terbuka untuk sekedar
mengetahui pandangan keagamaan yang
lain.
3. Sikap toleran, yaitu sikap yang secara
mantap meyakini kebenaran agamanya
tapi berlapang dada terhadap keyakinan
orang lain walaupun diyakininya
menyimpang.
8

Sikap toleran terhadap umat agama lain mempunyai


paradigma sebagai berikut :
a. Kesimpulan tentang kebenaran akan agamanya.
b. Kesimpulan bahwa antar agama-agama yang ada itu
berbeda.
c. Sikap lapang dada terhadap pandangan yang berbeda
dan diyakini salah.
d. Sikap terbuka untuk saling bertukar informasi dan
pandangan keagamaan.
e. Tidak membaurkan hal-hal yang spesifik dalam agamanya
dengan yang ada pada agama lain.
f. Semangat untuk bekerja sama dalam urusan
kemasyarakatan yang tidak menyangkut esensi agama.

Fungsi agama dalam kehidupan manusia


Agama adalah segala-galanya bagi kehidupan manusia. Karena agama
menjadikan hidup ini berkualitas dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Tanpa agama manusia akan menjadi alat atau mesin untuk kepentingan
yang terbatas, sesaat atau hanya untuk segelintir orang.
Kehidupan ini baik secara natural maupun moral adalah keputusan dari
Tuhan sebagai pencipta. Kehidupan alam sarat dengan keteraturan
karena setiap bagian alam ini bergerak sesuai hukum yang ditetapkan
penciptanya. Demikian halnya dengan kehidupan manusia akan
berjalan dengan baik dan penuh kesejahteraan jika manusia berperilaku
sesuai dengan hukum Tuhan dalam agamanya. Kehidupan tanpa
agama, ibarat mesin yang dioperasikan tanpa buku petunjuk atau
katalog. Sekalipun mungkin saja berjalan, tapi tidak akan normal dan
cepat mengalami kerusakan.

10

Fungsi-fungsi agama dalam kehidupan ini, dapatlah


difahami dari hal-hal penting di bawah ini :
1. Agama sebagai pedoman dan jalan hidup
Di dalam kehidupan dunia setiap orang perlu memiliki
pedoman yang pasti dan tetap. Karena nuansa kehidupan
ini diisi dengan suka dan duka, hal-hal yang baik dan yang
buruk, ada kejujuran tapi banyak pula kepalsuan.
Petunjuk jalan yang benar-benar bisa membimbing manusia
menuju kebahagiaan diperlukan agar manusia tidak
bingung dan tersesat. Atau kemaha bijaksanaan serta kasih
sayang Tuhan, Dia telah menurunkan Agama sebagai
pedoman (Guidance) buat orang-orang yang ingin
berprestasi dalam hidupnya dan sebagai petunjuk jalan
yang lurus.
11

2. Agama sebagai sumber dan sistem nilai


Hal terpenting yang membedakan manusia dari binatang adalah bahwa
manusia dikodratkan sebagai makhluk nilai. Mengetahui mana yang
baik dan buruk serta cenderung pada hal-hal yang baik lagi berguna.
Penghargaan kepada manusiapun didasarkan atas tingkatan
komitmennya dengan nilai-nilai kebaikan. Kemuliaan mereka diukur
menurut kadar ketakwaannya, yakni cerminan kebaikan dalam segala
perilakunya. Namun untuk ukuran kebaikan yang kemudian
membentuk sebuah sistem nilai hidup ini perlu rujukan yang pasti.
Untuk inilah agama diturunkan Tuhan.
Sebab pandangan dan ukuran kebaikan menurut manusia sering
berbeda-beda dan berubah-ubah, akibat tekanan pengaruh atau
kepentingan tertentu. Hanya Tuhanlah yang terbebas dari semua itu.

12

3. Agama sebagai rujukan pandangan hidup


Manusia perlu pandangan yang tepat tentang apa hidup ini ?
untuk apa kita berusaha? Bagaimana cara berhubungan
dengan sesama manusia dan makhluk lain ? bagaimana
mengisi waktu dan umur kita ? yang maha mengetahui
tentang semua ini tentulah Tuhan sebagai penciptanya.
Apabila Dia telah menurunkan keterangan-keterangan yang
diperlukan tentang semua itu dalam agama, maka manusia
sewajarnya merujuk kepada pandangan-pandangan agama
tentang seluk-beluk hidup ini.

13

4. Agama sebagai sumber ilmu

Keperluaan khas manusia yang berbeda dari kebutuhan binatang adalah


ilmu. Dengan ilmu manusia mampu membudi dayakan alam dan meraih
ketinggian budaya. Alat ilmu berupa akal adalah karunia Tuhan. Objek
ilmu berupa alam semesta adalah ciptaan yang disediakan Tuhan.

Tetapi di samping alam yang nampak ini ada alam-alam ghaib, dan di
luar yang dapat diketahui manusia dengan nalarnya masih ada hakekathakekat penting untuk diketahui, kecuali itu kesimpulan akal tentang
pengetahuan kadang keliru. Yang mengontrol akal dari kekeliruannya
dan memberinya pengetahuan tentang alam ghaib serta hakikat-hakikat
yang tak terjangkau olehnya adalah agama. Ia adalah sumber
pengetahuan yang benar yang diturunkan Tuhan untuk manusia.

14

5. Agama sebagai Pedoman di dalam memenuhi


kebutuhan hidup

Memenuhi kebutuhan hidup merupakan keniscayaan. Baik kebutuhan


materiil, intelektual, biologis maupun spiritual. Tetapi dengan apa dan
bagaimana caranya tidak selalu memberikan nilai tambah dan kebaikan
untuk kualitas kehidupan itu sendiri. Manusia terkadang memenuhi
kebutuhannya dengan hal atau cara yang merusak kesehatannya, baik
kesehatan fisik, kesehatan akal maupun jiwanya.

Karena itu Tuhan menurunkan agama yang sanggup menghindarkan


manusia dari bahaya ketika mereka memenuhi kebutuhannya. Bahkan
memberinya nilai kebaikan dan ibadah dalam kepuasan spiritulnya.
Dengan berpedoman kepada agama, semuanya akan menjadi obat dan
rahmat buat orang-orang yang mengimaninya.

15

6. Agama sebagai sumber hukum

Manusia mempunyai kecenderungan untuk mengatur dan punya


kesediaan untuk diatur. Sebagi bagian dari kapasitasnya sebagai khalifah
(pemimpin) di muka bumi. Bila kecenderungan tersebut disalurkan tanpa
pedoman yang ditaati bersama, maka akan membawa akibat terjadinya
perebutan pengaruh atau kekuasaan dan eksploitasi bahkan
penghambaan manusia oleh sesamanya. Karena setiap orang atau
golongan ingin jadi pengatur dan pembuat aturan agar bisa terlepas dari
aturan.

Akibatnya atas nama peraturan dan kekuasaan terjadilah hukum rimba,


siapa yang kuat dialah yang menang. Untuk terciptanya kehidupan yang
sejahtera serta maju manusia memerlukan pedoman hukum yang paling
adil dan bijaksana. Itulah hukum Tuhan yang bebas dari keberpihakan,
dan memberi imbalan kepada setiap hambaNya sesuai dengan ketaatan
masing-masing pada peraturanNya.

16

7. Agama memberi petunjuk untuk mengatasi kesulitan


Dalam hidup ini manusia terkadang menemui kesulitan bahkan krisis
akibat kelemahannya atau kesalahannya sendiri. Tanpa pedoman yang
benar manusia akan kesulitan mengatasinya ataupun semakin
terpuruk dalam krisis yang tak teratasi. Untuk mengantisipasi hal ini
maka Tuhan menurunkan agama yaitu agar manusia tidak sengsara.
Dengan sinar petunjuk agama manusia akan dibebaskan dari setiap
kondisi kegelapan, baik fisik, fikiran, hati maupun sosial untuk
menikmati suasana terang-benderang. Sebaliknya dengan memakai
pedoman di luar agama, manusia melemparkan hidupnya dalam
kegelapan demi kegelapan.

17

8. Agama menjadi rujukan penyelesaian konflik

Suatu konflik terjadi akibat adanya keinginan-keinginan yang saling


berlawanan, dan kehendak salah satu pihak untuk memberlakukan
keinginannya atas pihak lain. Pihak-pihak yang bertikai akan bersedia
mengatasi persoalannya apabila mereka menyadari kesetaraan
posisinya dan adanya pihak yang lebih tinggi serta tidak memihak.

Melalui agama suatu konflik dapat secara efektif diselesaikan. Dengan


semangat agama orang akan sadar tentang kesetaraan posisinya sebagi
makhluk yang lemah, kemudian dengan gugatan iman orang akan rela
menerima putusan apapun dari Tuhannya. Orang beriman akan
memperhatikan kebenaran meskipun disampaikan oleh orang yang
statusnya sosialnya tidak lebih tinggi.

18

Anda mungkin juga menyukai