Anda di halaman 1dari 86

KAJIAN SURVEI

WATERBASE/HARBOUR AIR DI
GILIYANG UNTUK PENGOPERASIAN
PESAWAT AMPHIBI/SEAPLANE

Disampaikan oleh:

Drs. DEDY ARIANTO, MsTr.


KETUA TIM/PIC KAJIAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


TRANSPORTASI LAUT, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN
Yogyakarta, 14 November 2021
01 PENDAHULUAN

02 TINJAUAN UMUM

03 METODOLOGI

04 HASIL SURVEI

05 ANALISIS

06 KESIMPULAN DAN SARAN

OUTLINE
PENDAHULUAN
ARAHAN PRESIDEN RI JOKO WIDODO

PENDAHULU AN
PENDAHULU AN
“Pariwisata saya tetapkan sebagai
leading sector. Pariwisata dijadikan
sebagai leading sector ini adalah kabar
gembira dan seluruh kementerian
lainnya wajib mendukung dan itu saya
tetapkan.”

Presiden RI – Joko Widodo


dalam “Rapat Terbatas”

PENDAHULU AN
PENDAHULU AN
VISI MISI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Visi
Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan perhubungan yang
handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah;

Misi
❖ Mempertahankan tingkat jasa pelayanan sarana dan
prasarana perhubungan;
❖ Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan
reformasi di bidang sarana dan prasarana perhubungan;
❖ Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan
jasa perhubungan;
❖ Meningkatkan kualitas pelayanan jasa perhubungan yang
handal dan memberikan nilai tambah;

PENDAHULU AN
LATAR BELAKANG
Sea plane menjadi transportasi alternatif utama sebagai daya tarik, dan mengingat wilayah Indonesia
merupakan wilayah yang memiliki kurang lebih 17.500 buah pulau besar dan kecil sehingga memerlukan
pertimbangan yang matang dalam menentukan alur dan perairan yang sesuai agar operasional sea plane dapat
berjalan dengan baik.
Pengoperasian pesawat terbang di perairan agak berbeda dengan pengoperasian di darat, dan hal ini sangat
penting oleh karena kondisi permukaan air yang sangat bervariasi dan terus berubah.
Dengan demikian perlu dilakukan survei perairan agar sea plane dapat bernavigasi, melakukan lepas landas,
dan landing di atas permukaan air. Hal ini tentunya terkait pula dengan pengaturan lalulintas perairan dan
menerapkan teknologi maritim dengan tujuan untuk menghindari tubrukan dan meningkatkan keselamatan dan
keamanan pelayaran serta mengurangi dampak pencemaran menghindari tubrukan dan meningkatkan
keselamatan dan keamanan pelayaran serta mengurangi dampak pencemaran berdasarkan peraturan collision
regulation.

PENDAHULU AN
LATAR BELAKANG
▪ Banyak daerah di Indonesia yang sulit dijangkau sarana transportasi dan diperlukan biaya yang besar untuk dapat
membangun infrastruktur termasuk lapangan terbang yang layak dan memadai.
▪ Sistem transportasi ini sangat flexible, mencakup darat (lapangan terbang), danau dan sungai besar, teluk dan laut.
▪ Perairan “internal” diantara pulau-pulau Nusantara relatif memiliki Laut yang tenang, yang memungkinkan lepas landas
dan pendaratan bagi pesawat ampibi sepanjang tahun.
▪ Jauh lebih mudah dan lebih murah dalam mendapatkan lokasi dan membangun amphiport (airport untuk pesawat
amphibi) dibandingkan dengan airport pada umumnya.
▪ Waterbase dikembangkan melalui integrasi dengan Pelabuhan danau dan Pelabuhan laut.
▪ Perlu diciptakan sistem pengaturan lalu lintas pelayaran serupa dengan traffic separation scheme agar dapat menciptakan
kondisi ketertiban dan keamanan sistem lalu lintas pelayaran yang disesuaikan dengan operasional pesawat udara
perairan (sea plane). Atas dasar ini maka perlu dilakukan penelitian survey alur perairan dengan kondisi wilayah
kepulauan agar agar keselamatan dan keamanan pelayaran dan operasional sea plane dapat terjamin.

PENDAHULU AN
PERMASALAHAN PENELITIAN
1. Belum terdefinisinya/belum adanya waterbase/harbour air/water aerodrome untuk kepentingan umum di KSPN Danau
Toba, Pulau Raijua, dan Pulau Banda;
2. Belum tersedianya wilayah perairan di dalam Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)/Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) Pelabuhan serta fasilitas infrastruktur dan suprastruktur pengembangan waterbase/harbour air/water aerodrome
untuk kepentingan umum di KSPN Danau Toba, Pulau Raijua, dan Pulau Banda;
3. Belum adanya pengaturan traffic yang memerlukan koordinasi traffic control antara perhubungan darat, perhubungan
laut, dan perhubungan udara yang terpadu;
4. Belum terintegrasinya penetapan area di dalam Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)/ Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) untuk kepentingan umum yang juga belum terkoordinasi, tidak simplifikasi, dan memerlukan waktu lama
prosesnya;

5. Belum terintegrasinya waterbase/harbour air/water aerodrome dengan Pelabuhan Danau dan Pelabuhan Laut.

PENDAHULU AN
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana potensi waterbase/harbour air/water aerodrome di KSPN Danau Toba, Pulau Raijua, dan Pulau Banda untuk
pengoperasian pesawat Amphibi/Seaplane?

2. Berapakah kebutuhan penyediaan wilayah perairan di dalam Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)/Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp) Pelabuhan serta fasilitas infrastruktur dan suprastruktur pengembangan waterbase/harbour
air/water aerodrome untuk kepentingan umum di KSPN Danau Toba, Pulau Raijua, dan Pulau Banda?

3. Bagaimana pengaturan traffic yang memerlukan koordinasi traffic control antara perhubungan darat, perhubungan laut,
dan perhubungan udara yang terpadu?

4. Bagaimana mewujudkan integrasi, koordinasi, simplifikasi, dan kecepatan dalam penetapan area di dalam Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr)/ Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) untuk kepentingan umum?

5. Bagaimanakah mengintegrasikan waterbase/harbour air/water aerodrome dengan Pelabuhan Danau dan Pelabuhan
Laut?

PENDAHULU AN
MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
MAKSUD PENELITIAN TUJUAN PENELITIAN
Mengidentifikasi potensi daerah wisata di Memberikan masukan terkait wilayah perairan yang
Indonesia yang berpotensi memiliki wilayah berpotensi dalam pemanfaatan bandara perairan
perairan yang dapat dimanfaatkan sebagai (waterbase/water aerodrome/harbour air, sarana dan
bandara perairan (waterbase) untuk prasarana keselamatan dan keamanan pelayaran di Lokasi
takeoff/landing Seaplane serta pengumpulan water aerodrome/ harbour air, sehingga dapat diketahui
data teknis terkait sarana dan prasarana faktor-faktor penting atau aturan-aturan baru yang dapat
keselamatan dan kemanan pelayaran bagi Water menentukan keselamatan dan keamanan dalam menunjang
Aerodrome, Harbour Air/ Waterbase. pemanfaatan bandara perairan (waterbase) untuk
takeoff/landing Seaplane.

PENDAHULU AN
RUANG LINGKUP KEGIATAN
1) Identifikasi stakeholder;
2) Inventarisasi dan identifikasi peraturan perundang-undangan terkait dengan penyelenggaraan Water Aerodrome, Harbour Air/ Waterbase baik nasional maupun
internasional;
3) Inventarisasi dan identifikasi peraturan perundang-undangan terkait dengan penyelenggaraan angkutan udara baik nasional maupun internasional menunjang
pengoperasian Water Aerodrome, Harbour Air/ Waterbase;
4) Inventarisasi dan identifikasi fasilitas waterbase seperti: fasilitas water operating area; fasilitas jalur taxiway; fasilitas apron/ramp; fasilitas kolam putar/turning basin;
fasilitas dermaga tetap/apung; fasilitas tambatan apung/mooring buoy; penghalang (obstacle), lampu hambatan dan fasilitas penunjang lainnya;
5) Inventarisasi dan identifikasi fasilitas: runway perairan (panjang, lebar, dan kedalaman); jalur landasan pacu air;
6) Identifikasi Lebar Alur Pelayaran pada perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau Banda);
7) Identifikasi kepadatan lalu lintas pada alur pelayaran perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau Banda);
8) Identifikasi kedalaman dan kontur penampang atau channel cross Section and Alignment pada alur pelayaran di perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT),
dan Bandanaira (Pulau Banda);
9) Identifikasi dan inventarisasi data kecelakaan kapal;
10) Identifikasi tinggi gelombang dan ombak yang di sebabkan oleh pergerakan kapal;
11) Identifikasi dan inventarisasi pelabuhan umum dan pelabuhan khusus yang ada di wilayah perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira
(Pulau Banda);
12) Identifikasi dan Inventarisasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran yang tersedia pada pada alur perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira
(Pulau Banda);
13) Identifikasi navigational traffic patterns atau pola lalu lintas navigasi yang ada di perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau
Banda);
14) Identifikasi water and Wind Current pada KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau Banda);
15) Analisis potensi muatan dan penumpang yang masuk dan keluar wilayah KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau Banda);
16) Analisis prediksi kunjungan kapal yang masuk dan keluar wilayah perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau Banda);
17) Analisis bathimery, arus, pasang surut, angin, dan gelombang;
18) Analisis peluang tubrukan kapal;
19) Analisis kebutuhan alur perairan untuk operasional sea plane;
20) Rekomendasi.

PENDAHULU AN
OUTPUT KAJIAN
1. Kondisi eksisting, rencana dan usulan sarana dan prasarana, SDM keselamatan dan keamanan waterbase/water
aerodrome/harbour air untuk operasi pesawat amphibi/seaplane.
2. Rancangan regulasi (Peraturan Menteri/Peraturan Dirjen) terkait waterbase/water aerodrome/ harbour air.
3. Teknis waterbase/water aerodrome/ harbour air, meliputi pemilihan lokasi, tata letak fasilitas darat dan fasilitas perairan,
serta perhitungan dan gambar konstruksi bangunan pokok;
4. Persyaratan teknis waterbase/water aerodrome/harbour air yang meliputi design criteria, spesifikasi teknis (RKS), gambar
konstruksi meliputi: layout/tata letak fasilitas dermaga dan rencana penempatan fasilitas SBNP, tampak, potongan, detail, dan
koordinat geografis minimal pada 2 ujung dermaga dan 1 titik di darat.
5. Data teknis di KSPN Danau Toba, Pulau Raijua, Dan Pulau Banda, yang meliputi data geospasial, peta alur, batimetri,
hidrografi, topografi, dan ringkasan laporan hasil survei mengenai pasang surut, arus, hasil survei kondisi tanah;
6. Kajian keselamatan saat taxiing, take off, dan landing termasuk alur pelayaran dan kolam dermaga.

7. Analisis SWOT tentang kekuatan dan kelemahan operasional pesawat amfibi/seaplane.

PENDAHULU AN
TINJAUAN UMUM
BANDAR UDARA PERAIRAN

Peraturan Menteri Perhubungan No 83/2017 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil


Bagian 139 tentang Bandar Udara

Bandar udara yang dimaksud dalam PKPS Bagian 139;


▪ Bandar Udara (Aerodrome);
▪ Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport);
▪ Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome). Data fasilitas yang dimiliki antara lain:
▪ fasilitas water operating area;
Aerodrome adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas ▪ fasilitas jalur taxiway;
tertentu yang hanya digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan ▪ fasilitas apron/ramp;
lepas landas ▪ kolam putar/tuming basin;
▪ fasilitas dermaga tetap/dermaga
apung;
Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome) adalah bandar udara yang ▪ tambatan apung (mooring buoy);
digunakan untuk keberangkatan, kedatangan atau pergerakan pesawat udara ▪ penghalang (obstacle);
(seaplane). ▪ lampu hambatan, dll

TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-1. Example of Seaplane Usage at a Gambar 2-2. Example of a Seaplane Base Along
Public Recreational Area Seattle’s Lake Union Waterfront
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-4. Example of an Unmarked Water Lane
and Taxi Channel

Gambar 2-3. Seaplane Water Landing Area in Relation to a Gambar 2-5. Example of a Marked Water Lane and
Waterfront Community Taxi Channel
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-6. Example of a Constricted Sea Lane Gambar 2-7. Example of an Anchorage Area With
and Taxi Channel Permanent Mooring Buoys Swing Areas

Gambar 2-9. Illustration of a Floating Dock and


Gambar 2-8. Ramp With Submerged Ramp Toe Marine Railway

TINJAUAN UMUM
Gambar 2-10. Minimum Recommended Gambar 2-11. Illustration of a Seaplane Base with
Clearances for a Private Slipway Various Capital Improvements

TINJAUAN UMUM
Gambar 2-13. Example of a Gangway in Alaska Gambar 2-15. Docking to a Barge, Image courtesy
Southern Seaplanes

TINJAUAN UMUM
Gambar 2-16. Various types of seaplane landing Gambar 2-18. Maldivian
sites Gambar 2-17. Vancouver Seaport Air Taxi seaport

Gambar 2-19. Beriev seaport


Gambar 2-20. Dock Lift

TINJAUAN UMUM
Gambar 2-21. Design layout of a typical seaplane Gambar 2-23. Example of floating dock with gangway, pier,
base and slipways

Gambar 2-24. Typical H-dock layout design at Vancouver


Gambar 2-22. Example of a shared dock layout Seaplane Terminal, British Columbia

TINJAUAN UMUM
Gambar 2-26. Proposed obstacle clearance limits
Gambar 2-25. Illustration of a seaplane base guide for pilot use
for aircraft approaches to and departures from
Lake Union SPB, Washington

TINJAUAN UMUM
REGULASI
No Regulasi
1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
2 Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
3 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Hidup Udara
4 Peraturan Pemenrintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian
5 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Laut
6 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2020 tentang Bangunan dan Instalasi di Laut
7 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas PP Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
8 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim
9 Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
10 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik Navigasi
11 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 tentang Alur Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan
12 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 130 Tahun 2015 tentang Perubahan PM 62 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Penyelenggara Pelabuhan
13 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 39 Tahun 2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional
14 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 166 Tahun 2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional
15 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2014 tentang Tatacara dan Prosedur Penetapan Lokasi Bandar Udara
16 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 45 Tahun 2014 tentang Persturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 23
17 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
18 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi Pelayaran
19 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan
Penerbang
20 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 580 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan
Bagian 139-01, Sertifikasi dan Registrasi serta Peraturan Keselamatan Operasi Bandar Udara
21 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/227/VIII/2010 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual Of Casr Part 139 Volume Bandar Udara Perairan (waterbase)
Sumber: Presentasi Komtek Transportasi Usulan DRN
REGULASI
No Regulasi
22 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 2771/XII/2010 tentang Petunjuk dan Tatacara Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139-09 (Advisory Circular Casr Part 139-09 Pembangunan dan Pengoperasian Bandara Perairan (Waterbase)
23 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/2759/XII/2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor SKEP/195/IX/2008 tentang Pelaksanaan Persetujuan Terbang (Flight Approval)
24 Lampiran 14 - Aerodrome, Volume I - Desain dan Operasi Aerodrome
25 Asia Pacific Regional Guidance on Requirements for the Design and Operations of Water Aerodromes for Seaplane Operations”, International
Civil Aviation Organization (ICAO)
26 Air Safety Support International, Overseas Territories Aviation Requirements, Bagian 139 - Sertifikasi Aerodrome, Sub Bagian F - Water
aerodrome
27 Surat Edaran Penasihat FAA, AC No. 150 / 5395-1B - Pangkalan Pesawat Amphibi
28 Informasi Tambahan Terkait dengan Laporan tentang Persyaratan untuk Kasus Keselamatan yang berkaitan dengan Operasi Udara dan Air di
Pelabuhan Victoria, QualaTech Aero Consulting Ltd., 20 September 2010
29 Seaplane Base, Advisory Circular U.S. Department Of Transportation Federal Aviation Administration
30 Seaplane Operations – Preflight and Takeoffs Chapter 4 FAA -h-8083-23-3;
31 Practices in Preserving and Developing Public Use Seaplane Bases, FAA
32 Requirements fora future Seaplane/Amphibian transport system Department of Aircrafts and Aircraft Engines Rzeszow University of Technology

33 Seaplane Economics: A quantitative cost comparison of seaplanes and land planes for Sea Base operations, Naval Surface Warfare Center
Carderock Division
34 Seaplane Facilities, US Department Of Commerce
35 Use Of Seaplanes and Integration Within Sea Base, Naval Surface Warfare Center Carderock Division

Sumber: Presentasi Komtek Transportasi Usulan DRN


STANDAR DALAM PENGEMBANGAN BANRA UDARA PERAIRAN

FASILITAS YANG ADA DI PERAIRAN, antara lain

➢ Runway perairan (disesuikan dengan kebutuhan)


➢ Panjang runway perairan (disesuikan dengan kebutuhan)
➢ Lebar runway perairan (min 60 m / 197 ft)
➢ Jalur landasan pacu air (min 30 m / 100 ft)
➢ Taxi channel/taxiway (min lebar 45 m / 150 ft)
➢ Kedalaman runway perairan (min 1,8 m / 6 ft)
➢ Turning basin/holding basin (di setiap ujung runway
perairan)
➢ Fasilitas tambat (untuk naik turun penumpang/barang)
➢ Fasilitas perairan (platform permanen atau terapung)
Sumber : Ambasador A.K Jailani, ANC Talks- Water Aerodrome

Sumber: Presentasi Komtek Transportasi Usulan DRN


CONTOH OPERASI BANDAR UDARA PERAIRAN
Sumber : Ambasador A.K Jailani, ANC Talks- Water Aerodrome

Sumber: Presentasi Komtek Transportasi Usulan DRN


METODOLOGI
ALUR PIKIR PENYELESAIAN MASALAH

PENDEKATAN DAN JENIS


PENELITIAN

• Pendekatan kajian survei adalah


kombinasi antara penelitian
kualitatif dan kuantitatif.

• Jenis penelitian yang dipilih


adalah penelitian deskriptif
dengan penggambaran hasil
penelitian menggunakan narasi
dan beberapa tabel.

METODOLOGI
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
1 Data Untuk Sertifikasi Diperlukan data kerangka peraturan perihal penetapan kriteria dan prosedur untuk sertifikasi water aerodrome.
Water Aerodrome Data yang diperlukan sesuai dengan manual water aerodrome yang mencakup informasi perihal : lokasi water aerodrome, fasilitas,
layanan, peralatan, prosedur operasi, organisasi dan manajemen termasuk sistem manajemen keselamatan untuk proses sertifikasi bandar
udara.
2 Data Water Aerodrome 2.1 WAOM
Diperlukan dokumen rencana Water Aerodrome Operations Manual (WAOM) yang menjelaskan karakteristik bandar udara air (water
aerodrome) yang akan disediakan sebagai bahan publikasi informasi aeronautika dan / atau penyebarluasan informasi melalui layanan
informasi aeronautika.
2.2 Persyaratan kualitas data water aerodrome
Data yang diperlukan:
a) Elevasi water aerodrome yang harus diukur dengan akurat dan dibulatkan ke ketinggian berikutnya dari satu setengah meter atau kaki;
b) Dimensi linier yang harus diukur hingga satu setengah meter terdekat; c) Koordinat geografi penerbangan (menunjukkan lintang dan
bujur) harus dinyatakan dalam datum referensi WGS-84; d) Pembaringan yang benar yang harus diukur ke derajat terdekat; e) Kedalaman
air yang harus diukur dan dibulatkan ke bawah hingga sepersepuluh meter terdekat; dan f) Pasang surut yang harus diukur sehubungan
dengan pasang terendah yang tercatat untuk lokasi tersebut.
2.3 Data geografis
a). Pusat geometris
Diperlukan data pusat geometris dari sebuah bandar udara air yang harus ditentukan dan diberikan dengan ketelitian 1/10 detik.
b). Elevasi bandar udara air (Water aerodrome)
Diperlukan data rata-rata ketinggian tertinggi dari perairan runway yang harus diukur dengan mengacu pada rata-rata permukaan laut.
c). Variasi magnetik water aerodrome
Diperlukan data variasi magnet untuk pusat geometris bandar udara air atau water aerodrome yang harus ditentukan dan diberikan pada
derajat terdekat dari magnet yang menunjukkan arah utara.
d). Alat bantu navigasi
Diperlukan data informasi:
(a) hasil pembaringan (bearing), koordinat geografis antena atau pusat radiasi ke 1/10 detik terdekat; dan (b) ketinggian antena atau pusat
pemancar.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
2 Data Water Aerodrome 2.4 Dimensi water aerodrome dan informasi terkait
Data yang diperlukan:
a) Data perairan untuk landasan pacu: (i) arah yang benar; (ii) panjang; (iii) lebar; (iv) kedalaman air; dan (v) arus air.
b) Data kolam olah gerak putar: (i) lokasi; (ii) dimensi; dan (iii) kedalaman air.
c) Data alur olah gerak layar: (i) lebar; dan (ii) kedalaman air.
d) Data fasilitas darat: (i) tipe; dan (ii) kedalaman perairan di pantai.
e) Data rintangan signifikan pada dan di sekitar water aerodrome: (i) lokasi; (ii) elevasi atas ke kaki terdekat (selanjutnya lebih tinggi); dan
(iii) tipe.
f) Data perambuan : (i) perairan untuk landasan pacu; (ii) alur olah gerak layar; dan (iii) area berbahaya.
2.5 Penyediaan informasi operasional
2.5.1 Area pergerakan dan fasilitas terkait
Data yang dibutuhkan:
Informasi tentang kondisi daerah untuk pergerakan dan operasional seaplane serta fasilitas terkait yang harus diberikan dalam layanan
informasi aeronautika, mencakup: a) Informasi penting operasional yang harus diberikan kepada unit layanan lalu lintas udara yang
terkait; dan b) Informasi harus selalu diperbarui.
Data kondisi kesiapan penyampaian informasi potensi area pergerakan dan status operasional fasilitas terkait yang harus dipantau serta
dilaporkan kondisi yang berpengaruh kepada kinerja operasional pesawat amphibi secara signifikan yang harus diberikan kepada unit
layanan lalu lintas udara yang berwenang, sehubungan dengan: a) kerusakan fasilitas pantai; b) puing-puing mengapung di area
pergerakan; c) bahaya sementara termasuk log boom, kapal permukaan atau bahaya permukaan atau di bawah permukaan lainnya; d)
kedalaman air yang terlalu tinggi / rendah secara tidak normal; e) arus air; f) daerah pasang surut, kedalaman air saat air pasang dan
surut atau perubahan musim; dan g) informasi lain yang mungkin berdampak pada keselamatan operasi.
2.5.2 Informasi tentang perairan landasan pacu
Diperlukan data informasi tentang kondisi perairan landasan pacu yang terdiri dari: a) kisaran pasang surut; b) waktu pasang dan surut;
dan c) perkiraan kecepatan dan arah arus air.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
3 Data Karakter Fisik 3.1 Data Perairan untuk landasan pacu
Water Aerodrome Diperlukan data:
a. Jumlah dan orientasi perairan untuk landasan pacu
Berupa data jumlah wilayah perairan yang dapat digunakan untuk landasan pacu water aerodrome dan orientasinya harus sedemikian rupa sehingga, untuk sebagian
besar waktu dapat dimanfaatkan tetapi untuk tidak kurang dari 95 persen setidaknya ada satu perairan untuk landasan pacu yang komponen kecepatan angin
permukaannya mempunyai arah sudut siku-siku ke sumbu longitudinalnya tidak akan menghalangi pendaratan atau lepas landas pesawat amphibi yang akan dilayani
oleh bandar udara air tersebut.
b. Panjang perairan untuk landasan pacu
Data panjang untuk perairan runway yang akan disediakan yang harus memadai untuk memenuhi persyaratan operasional pesawat amphibi dan tidak boleh kurang
dari panjang maksimal yang ditentukan.
Serta data karakteristik kinerja pesawat amphibi yang relevan yang dapat atau akan dioperasikan di water aerodrome ini.
c. Lebar perairan untuk landasan pacu
Diperlukan data lebar runway air yang jika memungkinkan harus tidak kurang dari 60 m.
d. Kedalaman air
Diperlukan data kedalaman air yang diukur pada permukaan air terrendah, di mana di perairan landasan pacu tidak boleh kurang dari 1,8 m (6 kaki) atau kurang dari
0,3 m di bawah lambung atau ketika pesawat amphibi mengapung diam dan dibebani hingga berat maksimum untuk lepas landas.
e. Perairan untuk penyangga landasan pacu
Diperlukan data penyangga sebagai pelindung, jika memungkinkan, harus diperlebar di setiap sisi landasan pacu hingga jarak tidak kurang dari 30 m (100 kaki) dan
diperpanjang pada setiap ujung landasan pacu hingga jarak 60 m.
3.2 Kolam untuk olah gerak putar
Diperlukan data kondisi atas ketersediaan kolam olah gerak untuk memutar yang harus disediakan di ujung runway.
Data yang diperlukan mencakup: (a) Diameter yang diukur pada permukaan air surut terrendah tidak kurang dari dua kali lebar minimum yang ditentukan dari lebar
runway terkait; (b) Kedalaman cekungan putar yang harus diukur pada permukaan air surut terrendah yang harus setidaknya sama dengan kedalaman di runway
yang sesuai; dan (c) Jarak bebas halangan horizontal antara tepi kolam putar dan halangan terdekat tidak kurang dari 15 m (50 kaki).
3.3 Alur gerak
Diperlukan data perairan untuk alur gerak layar yang memiliki lebar tidak kurang dari 45 m (150 kaki).
Data kesediaan ruang perairan untuk fasilitasi gerak dengan jarak dari ujung sayap pesawat amphibi yang satu ke ujung sayap pesawat amphibi yang lain (alur gerak
layar dua arah) harus tidak kurang dari 15 m (50 kaki).
Diperlukan pengambilan data kedalaman air yang diukur pada permukaan air terrendah di alur olah gerak layar tidak boleh kurang dari 1,8 m (6 kaki) atau kurang dari
0,3 m di bawah lambung atau ketika pesawat amphibi diam mengapung dan dibebani maksimum.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
3 Data Karakter Fisik 3.4 Area tambat
Diperlukan data penyediaan area tambat untuk pesawat amphibi dan untuk memungkinkan embarkasi dan penurunan penumpang, bongkar muat kargo, yang harus
Water Aerodrome dipilih sebagai area yang tidak mengganggu kegiatan lalu lintas layar water aerodrome.
Data yang diperlukan mencakup: (a) Ukuran area tambat yang harus memadai untuk memungkinkan penanganan lalu lintas pada jam sibuk dengan cepat; (b)
Kedalaman air di area tambat harus diukur pada permukaan air terrendah setidaknya di alur olah gerak layar yang diperlukan; (c) Kondisi area tambat yang harus
dirancang sedemikian rupa sehingga memberikan jarak minimal 15 m (50 kaki) antara bagian mana pun dari pesawat amphibi dengan benda apapun yang dapat
bersentuhan dengannya yang tergantung pada ketinggian air.
3.5 Fasilitas darat
Diperlukan data fasilitas yang dapat digunakan untuk platform (tetap atau terapung), ramp atau pantai untuk memungkinkan naik dan turunnya penumpang dan awak
kapal, bongkar muat kargo dan pengisian bahan bakar. Di mana platform yang diperlukan itu harus: a) berada dalam kondisi yang memungkinkan penggunaan terus-
menerus aman dan nyaman tanpa menyebabkan risiko cedera pada orang atau kerusakan pesawat; b) dilekatkan atau ditambatkan sedemikian rupa sehingga dapat
mencegah dari pergeseran posisi atau terlepas; c) memiliki akses dari pantai yang menyediakan pergerakan aman awak dan penumpang maupun barang; dan d)
memiliki setidaknya dua rel penambat atau sejumlah lubang gerigi pengikat yang sesuai di setiap posisi parkir pesawat amphibi untuk mengamankan pesawat
amphibi.
Data estimasi kondisi ketika pesawat amphibi berlabuh dalam posisi tambat di mana komponen pesawat amphibi berada di tambatan platform dan memungkinkan
dapat menimbulkan bahaya bagi pergerakan awak dan penumpang, maka untuk menghindari bahaya tersebut harus diberi tanda dengan jelas, melalui:a) kerucut; dan
/ atau b) tanda merah dan putih bercorak; dan c) dengan cara yang mudah dikenali oleh awak dan penumpang.
Diperlukan data kondisi daerah, jika tersedia jalur atau pantai yang landai, itu harus terdapat pertimbangan data tentang harus: a) tersedia daerah untuk membangun
1,5 kali lebar pelampung atau roda pendaratan pesawat amphibi terbesar yang dimaksudkan untuk menggunakan fasilitas tersebut; b) terletak sedemikian rupa
sehingga memberikan jarak minimum 1,8 m (6 kaki) antara sayap pesawat amphibi dan benda apa pun yang dapat bersentuhan dengannya; dan c) dibangun dengan
kemiringan tidak lebih curam dari 8: 1.

Data Penghalang Dan 4.1 Rintangan di permukaan perairan


4
Diperlukan data kemungkinan adanya rintangan di sekitar permukaan air water aerodrome, untuk OLS (Obstacle Limitation Surface), yang harus didata atau disurvei
Pembongkarannya untuk penetapan water aerodrome non-instrumen seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 di atas , yaitu : a) permukaan perairan untuk take-off climbing atau
sebaliknya approach untuk water landing; b) permukaan transisi; dan c) permukaan horizontal bagian dalam.
4.1.1 Take off climb/approach untuk take off/water landing mendekati permukaan perairan
Diperlukan data deskripsi - Permukaan perairan untuk take-off climbing / approach yang harus lurus atau melengkung dan perlu didirikan rambu di ujung / awal
runway strip.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
Data Penghalang Dan 4.1.2 Karakteristik - batas permukaan climb pada proses lepas landas
4
Diperlukan data kondisi perairan landasan pacu yang perlu memperhatikan bahwa terdapat keharusan untuk: a) Lebar tepi bagian dalam tidak boleh kurang dari lebar
Pembongkarannya strip runway air terkait; b) Tepi bagian dalam harus mulai dari 60 m dari ambang runway air; c) Elevasi tepi bagian dalam harus menjadi elevasi bandar udara air; d)
Panjang permukaan pendakian / pendekatan lepas landas tidak boleh kurang dari 2500 m (8200 kaki) dari tepi bagian dalam; e) Kemiringan permukaan take-off
climbing harus minimal 4% (1:25); f) Garis tengah dari take-off climbing / approach surface harus menentukan jalur approach dan menjadi:
(i) garis lurus; atau (ii) busur dengan jari-jari konstan; atau (iii) kombinasi garis lurus dan busur radius konstan.
4.1.3 Straight-in take-off climbing / Approach Surface
Diperlukan data besaran permulaan titik awal untuk take off yang mempertimbangkan bahwa jika kemiringan dirancang untuk pendekatan lurus, maka divergensi
permukaan climb lepas landas harus ditetapkan sebesar 10% mulai dari tepi bagian dalam.
4.1.4 Curve take-off climbing / approach Surfaces
Diperlukan data jumlah bagian lengkungan climbing/approach yang mempertimbangkan bahwa permukaan pendakian / pendekatan lepas landas yang melengkung
harus tidak berisi lebih dari satu bagian ruang udara yang melengkung. Dan harus dipertimbangkan juga bahwa bagian yang melengkung dari permukaan pendakian /
pendakian lepas landas tidak memungkinkan perubahan arah lebih dari 90 derajat. Di mana bagian melengkung dari take-off climbing / approach surface harus
menyediakan area untuk: a) bagian lurus yang berasal dari tepi bagian dalam tidak boleh kurang dari 1.300 m (4265 kaki); dan b) jari-jari busur yang menentukan
garis tengah permukaan take-off climbing / approach tidak boleh kurang dari 736 m (2415 kaki) sesuai dengan Gambar 2.
Diperlukan data permukaan climbing lepas landas/approach untuk water landing yang menggabungkan bagian area melengkung yang harus ditetapkan hanya jika
panduan, seperti, titik geografis atau referensi visual lainnya tersedia. Adapun keperluan data dimensi dan kemiringan terhadap adanya halangan permukaan - water
aerodrome dibatasi.
4.2 Pemindahan batas
Diperlukan data kondisi di mana jika integritas permukaan untuk water landing tidak dapat dipertahankan karena adanya rintangan tetap maupun yang dapat
bergerak, maka daerah water landing harus dipindahkan ke daerah yang mempunyai ambang batas normal.
Perpindahan ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga pendekatan permukaan yang baru, mulai dari perpindahan, akan terbebas dari semua rintangan.
Jika posisi wilayah take off dan water landing telah dipindahkan, maka tepi bagian dalam dari permukaan pendekatan harus ditempatkan pada 60 m dari titik
perpindahan.
4.3 Objek benda dan rintangan
Diperlukan data kondisi adanya benda tetap yang tidak diizinkan untuk berada di atas perairan yang dperuntukkan bagi keperluan landasan pacu atau jalur perairan
yang digunakan untuk landasan pacu.
Benda tetap atau struktur yang terletak di dalam batas bandar udara (water aerodrome) tidak boleh menembus batas OLS kecuali: a) struktur tersebut untuk tujuan
navigasi udara; atau b) penting untuk keselamatan operasi pesawat; c) diberi tanda, sesuai dengan ICAO Annex 14, Volume I; dan d) terbuat dari material yang
mudah pecah.
Sebuah benda bergerak tidak boleh berada pada daerah permukaan climb take off / pendaratan lepas landas atau water landing , kecuali ada prosedur untuk
memastikan benda tersebut dapat dengan mudah untuk segera dipindahkan selama operasi pendaratan di air dan take off.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
Data Penghalang Dan 4.4 Objek lainnya
4
Diperlukan data kondisi jika terdapat studi penerbangan (penilaian risiko keselamatan) yang menunjukkan bahwa suatu objek berbahaya bagi pesawat amphibi
Pembongkarannya terletak di area pergerakan atau di udara di sekitar bandara air, maka itu harus: a) dihapus; atau b) ditandai; dan / atau c) menyala sesuai dengan ICAO Annex 14,
Volume I.
Diperlukan data kesiapan operator water aerodrome yang harus melakukan penilaian terhadap risiko keselamatan untuk pengajuan izin yang diperlukan untuk
penggunaan wilayah aliran perairan, laguna, atau pelabuhan.
Data Perambuan 5.1 Indikator arah angin
5
Diperlukan data kesiapan peralatan untuk penyampaian informasi arah angin yang dapat diperoleh melalui radio, dan setidaknya penyiapan satu perangkat indikator
Navigasi Water arah angin yang harus dipasang.
Aerodrome Perangkat indikator arah angin yang dipasang harus: a) dari warna internasional, yakni jingga, jingga dan putih atau merah dan putih; dan b) dalam bentuk kerucut
terpotong.
Di samping itu Indikator arah angin harus: a) terlihat pada ketinggian 300 m (1000 kaki) di atas perairan untuk landasan pacu; dan b) terlihat dari bagian manapun dari
area manuver.
5.2 Perambuan
5.2.1 Rambu tanda keberadaan dok
Karakteristik :
Diperlukan data untuk tanda identifikasi keberadaan dok yang harus terdiri dari:
a) segitiga; b) rel penambat yang dicat seperti ditentukan dalam 6.3.2 berikut.
Kedua marka harus ditempelkan pada permukaan atas dermaga agar dapat terlihat dari 300 m (1000 ft.) di atas landasan air.
5.2.2 Rel Tambat
Diperlukan data adanya rel pengikat tambat yang akan dipasang, mereka harus dicat dengan warna internasional yakni bermotif pita bergantian dari garis oranye dan
putih.
5.2.3 Gangways
Diperlukan data kesiapan penyediaan petunjuk gangway atau papan nama yang harus dicat merah dan menunjukkan akses ke atau dari pesawat amphibi.
5.3 Buoy perambuan
Diperlukan data kesiapan buoy untuk rambu navigasi di perairan Water Aerodrome, di mana karakteristik buoy tersebut harus dapat terlihat oleh pesawat di saat:
a) bermanuver di permukaan air; dan b) posisi 300 m (1000 kaki) di atas perairan untuk mengarah ke perairan landasan pacu saat akan water landing.
5.3.1 Rambu batas perairan runway
Diperlukan data kondisi lingkungan perairan water aerodrome di mana tidak ada kemungkinan terjadinya konflik dengan lalu lintas kapal laut ataupun bertentangan
dengan peraturan kelautan lainnya, dalam hal perambuan untuk dipasang pada : a) Kedua ujung permukaan pacu untuk take-off dan landing area yang harus ditandai
dengan floating marker (buoy perambuan). b) Posisi rambu yang harus terlihat dari jarak lebih dari 2 mil laut, di mana setiap rambu harus:berwarna internasional
oranye; atau oranye dan putih berselang-seling.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
Atau data kesiapan alternatif lainnya untuk menandai perairan runway seperti:
5
panduan titik geografis dan/atau referensi visual lainnya yang harus disediakan untuk menentukan area lepas landas maupun water landing; dan referensi visual ini
harus siap diidentifikasi dan dipublikasikan.
5.3.2 Pemindahan rambu batas
Diperlukan data kondisi di mana rambu tanda batas dipindahkan secara permanen atau sementara:
a) perpindahan batas harus ditandai dengan rambu apung;
b) rambu harus terlihat dari jarak paling sedikit 2 mil laut; dan
c) setiap rambu harus mempunyai warna standar internasional oranye atau warna berselang-seling oranye dan putih internasional.
5.3.3 Rambu area berbahaya
Diperlukan data jika terdapat beting atau bahaya lain yang dapat membahayakan operasional pesawat amphibi, di mana pelampung rambu harus dipasang untuk
menunjukkan area berbahaya tersebut dengan jelas.
Marker buoy untuk menggambarkan area berbahaya tersebut harus ditandai dengan jelas dari marka runway baik dalam warna maupun bentuk.
5.4 Tanda Rambu Peringatan
Tanda rambu larangan
Diperlukan data kondisi untuk pemasangan tanda yang harus disediakan dan ditampilkan di dermaga yang membatasi dermaga yang hanya untuk operasi pesawat
amphibi. Hal ini mengingat bahwa sebuah tanda harus dipasang di dermaga yang membatasi penumpang dari area kapal berlabuh di saat semua pesawat amphibi
berlabuh sampai dengan baling-baling berhenti total.
5.5 Lampu Strobo
Diperlukan data untuk lokasi penempatan lampu strobo yang harus dipasang untuk menggambarkan fasilitas water aerodrome. Jika dipasang, maka lampu strobo
harus: a) putih, berkedip cepat; dan b) terletak di daerah yang mudah dan terus menerus dilihat oleh lalu lintas laut maupun lalulintas udara.

6.1 Benda obyek tetap


6
Diperlukan data kondisi lingkungan atas adanya benda-benda yang harus ditandai dan / atau diberikan lampu rambu yang harus dinyalakan. Adapun benda-benda
tersebut mencakup benda objek tetap yang merupakan benda yang mencolok menurut bentuk, ukuran atau warnanya tidak perlu diberi tanda, kecuali yang tercakup
dalam Undang-Undang Kelautan, objek harus ditandai sesuai regulasi yang harus dipenuhi.
6.2 Menandai adanya benda
6.2.1 Umum
Diperlukan data kebutuhan pemberian tanda untuk semua benda tetap yang harus ditandai dengan warna yang mencolok. Jika tidak memungkinkan untuk mewarnai
objek, maka rambu atau bendera harus dipasang di atas objek. Warna dan bentuk rambu harus ditampilkan pada objek yang harus sesuai dengan ICAO Lampiran 14,
Volume I- tentang Desain dan Operasi Aerodrome.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
Data Rambu Penanda 6.1 Benda obyek tetap
6
Diperlukan data kondisi lingkungan atas adanya benda-benda yang harus ditandai dan / atau diberikan lampu rambu yang harus dinyalakan. Adapun benda-benda
Adanya Benda Yang tersebut mencakup benda objek tetap yang merupakan benda yang mencolok menurut bentuk, ukuran atau warnanya tidak perlu diberi tanda, kecuali yang tercakup
Harus Dihindari dalam Undang-Undang Kelautan, objek harus ditandai sesuai regulasi yang harus dipenuhi.
6.2 Menandai adanya benda
6.2.1 Umum
Diperlukan data kebutuhan pemberian tanda untuk semua benda tetap yang harus ditandai dengan warna yang mencolok. Jika tidak memungkinkan untuk mewarnai
objek, maka rambu atau bendera harus dipasang di atas objek. Warna dan bentuk rambu harus ditampilkan pada objek yang harus sesuai dengan ICAO Lampiran 14,
Volume I- tentang Desain dan Operasi Aerodrome.
6.2.2 Penggunaan rambu
Diperlukan data kebutuhan pemasangan rambu yang harus ditampilkan pada atau berdekatan dengan objek di mana harus:
a) terletak di posisi yang mencolok untuk mempertahankan definisi umum dari objek tersebut; dan b) dapat dikenali dalam cuaca cerah dari jarak: 1000 m untuk suatu
benda dilihat dari udara; dan 300 m untuk suatu objek yang akan dilihat dari darat ke segala arah di mana pesawat amphibi kemungkinan besar akan mendekati objek
tersebut.
Sedangkan bentuk rambu harus: a) berbeda sejauh yang diperlukan untuk memastikan bahwa tanda rambu tersebut tidak disalahartikan sebagai rambu yang
digunakan untuk menyampaikan informasi moda transportasi lain; dan b) sedemikian rupa sehingga bahaya yang ditimbulkan oleh objek yang mereka tandai tidak
mempunyai peningkatan risiko.
Warna yang dipilih harus kontras dengan latar belakang yang akan terlihat.

Data Perlindungan Diperlukan data kondisi lingkungan setempat tentang bahaya serangan satwa liar di atau di sekitar bandar udara air yang harus dinilai melalui evaluasi berkelanjutan
7
terhadap bahaya satwa liar oleh personel yang kompeten. Di mana tindakan harus diambil untuk mengurangi risiko gangguan terhadap operasi pesawat amphibi
Terhadap Bahaya dengan mengadopsi tindakan sehingga dapat meminimalkan kemungkinan tabrakan antara satwa liar dan pesawat amphibi.
Serangan Satwa Liar
Data Pencahayaan Area Diperlukan data kondisi lingkungan untuk pelaksanaan identifikasi dan pencahayaan area manuver water aerodrome yang harus disediakan untuk mengurangi
8
gangguan jarak pandang.
Olah Gerak Pesawat Data tanggapan terhadap penyiapan rambu yang harus menyala yang dapat diidentifikasi sebagai lampu suar yang bergantian berkedip putih dan kuning dengan
Ampibhi kecepatan 12 hingga 30 kedipan per menit. Di mana di daerah padat lalu lintas air, suar strobo yang diaktifkan dengan transmisi radio dapat digunakan untuk
mengingatkan pelaut dan awak pesawat lain bahwa pesawat amphibi akan tiba atau berangkat dalam waktu singkat. Demikian juga lampu sorot harus dipasang di
pantai untuk menerangi apron, pelampung, ramp, dan dermaga jika diperlukan. Kehati-hatian harus diambil dalam menemukan dan mengarahkan lampu sorot untuk
mencegah mempengaruhi penglihatan pilot saat pendaratan atau lepas landas atau menciptakan refleksi yang mengganggu.
Untuk hal-hal di atas perlu adanya data kesiapan supply energi listrik bagi operasional water aerodrome.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
9 Data Penyelamatan 9.1 Tingkat perlindungan yang akan diberikan
Dan Pemadaman Diperlukan data ketersediaan kapal penyelamat dan pemadam kebakaran di area kerja water aerodrome yang harus
Kebakaran tersedia sesuai dengan tingkat perlindungan yang diperlukan.
9.2 Waktu merespon
Diperlukan data ketersediaan standar operasional RFFS untuk water aerodrome, yang harus mencapai waktu respons
yang tidak melebihi tiga (03) menit untuk setiap titik pada setiap operasional runway air, dalam jarak pandang dan
kondisi permukaan yang optimal
10 Data Perencanaan Diperlukan data kesiapan operator water aerodrome untuk menyediakan Aerodrome Emergency Plan (AEP) bagi
Darurat Water operasional water aerodrome yang harus disetujui / diterima oleh otoritas pengawas. Di mana tujuan perencanaan
Aerodrome darurat yang diuraikan dalam Bab 9 ICAO Annex 14, Volume I juga berlaku untuk water aerodrome.
Rencana darurat tersebut harus mempertimbangkan bahaya tertentu yang terkait dengan operasi pesawat amphibi,
termasuk: a) evakuasi penumpang misalnya dari air yang mengancam nyawa ke lingkungan yang lebih aman; b)
timbulnya hipotermia, dan efek terkaitnya, selama dan setelah perendaman dalam waktu lama dalam air dingin; dan c)
efek toksisitas dan pernapasan langsung pada orang yang selamat di dalam air setelah menelan bahan bakar dan
minyak yang mengapung serta uapnya yang terkait, serta busa, bubuk, dan gas penekan api.
AEP harus memuat ketentuan untuk: a) penyelamatan air; b) tanggap kebakaran; dan c) pemulihan pesawat yang
cacat dari area pergerakan.
AEP harus berisi prosedur untuk pengujian berkala terhadap kecukupan rencana dan untuk meninjau hasil guna
meningkatkan efektivitasnya.
AEP harus diuji sesuai dengan persyaratan Annex 14, Volume I.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI KEPELABUHANAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
1 Data lokasi Koordinat (diambil dengan GPS geodetik) dan status lahan
2 Data perencanaan wilayan RTRW Kabupaten, RTRW Provinsi dan RTRN dari Kementerian PUPR

3 Data jaringan transportasi Tatralok dari Kabupaten, Tatrawil dari Provinsi dan Tatranas dari Kemenhub

4 Data potensi sosial ekonomi Dokumen Kabupaten dan Provinsi Dalam Angkah

5 Data potensi wisata Jumlah dan asal wisatawan domestik dan mancanegara dari, Dinas Parawisata
Kabupaten, Dina Parawisata Provinsi dan Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif

6 RPJM Jangkah pendek, menengah dan panjang dari kabupaten dan Provinsi

7 Studi terdahulu Dokumen FS, Dokumen Masterpalan dan Dokumen DED dari Kementerian
Perhubungan
8 Data fasilitas eksisting Dilakukan identifasi fasilitas darat, fasilitas perairan dan sarana bantu navigas (lengkap
dengan koordinat yang diukur dengan GPS geodetik)
9 Bench Mark Jika belum ada, maka dilakukan pengukuran dengan mengggunakan GPS Geodetik

10 Data batimetri Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran lapangan dengan luasan sesuai
kebutuhan dan dikoreksi dengan data pasang surut dengan elevasi terendah LAT (alat
ukur Echosoundir Multi Beam)
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI KEPELABUHANAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
11 Data topografi Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan Total Station.
Data diikat dengan BM pasang surut dan batimetri.
12 Data pasang surut Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan Tide Master
(alat ukur otomatis) minimal 15 hari
13 Data arus Jika belum tersedia, dilakukan pengukran dengan menggunakan Sontek. Pengukuran
dilakukan pada kondisi spring dan nipe tide
14 Data sedimen Jika tidak tersedia, maka dilakukan pengukuran sedimen melayang dan dasar dengan
menggunakan botol Nanseen dan sedimen grab
15 Data angin Data kecepatan dan arah arus selama minimal 10 tahun dari BMKG atau sumber lain

16 Data gelombang Arah dan tinggi gelombang setiap jam selama minimal 10 tahun yang bersumber dari
BMKG atau sumber lain
17 Data teknis pesawat Panjang, lebar, tinggi, kecepatan, dll (Dokumen yang relevan)

18 Operasional pesawat Persyaratan operasi, proses landing, take of, manuver, kecepatan, kebutuhan
kedalaman air, kebutuhan area, kebutuhan lahan darat, dll (data bersumber dari
dokumen atau artikel yang terkait)
19 Dasar sosek Dilakukan penyebaran kuisioner

20 Kondisi daerah sekitar Identifikasi keberadaan gunung, bangunan tinggi, tower dan lain-lain

21 Pelabuhan sekitar Identifikasi keberadaan dan titik pelabuhan dan bandara di sekitar lokasi
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI KEPELABUHANAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
22 Data potensial gangguan/ Dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya gangguan operasional seaplane, misalnya
obstacles daerah kerja nelayan, potensi sedimentasi, sampah, pemetaan dasar laut dengan
menggunakan SBP, dll
23 Data ketersediaan air tawar Dilakukan identifikasi ketersediaan air tawar di permukaan maupun air tanah. Ini
diperlukan untuk mencuci seaplane apabila tidak digunakan agar terhindar dari korosi.
24 Data potensi demand Dilakukan identifikasi potensi kebutuhan penerbangan dengan menggunakan seaplane
ke daerah tersebut
25 Data fasilitas umum Dilakukan identifikasi fasilitas umum yang ada, misalnya fasilitas kesehatan, fasilitas
keamanan, fasilitas penerangan, dll.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
PADA SAAT SURVEY AWAL/PENDAHULUAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
1 Data pemilihan lokasi Koordinat (diambil dengan GPS geodetik) dan status lahan
2 Data perencanaan wilayah RTRW Kabupaten, RTRW Provinsi dan RTRN dari Kementerian PUPR
3 Data jaringan transportasi Tatralok dari Kabupaten, Tatrawil dari Provinsi dan Tatranas dari Kemenhub
4 Data potensi sosial ekonomi Dokumen Kabupaten dan Provinsi Dalam Angkah
5 Data potensi wisata Jumlah dan asal wisatawan domestik dan mancanegara dari, Dinas Parawisata
Kabupaten, Dina Parawisata Provinsi dan Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif

6 RPJM Jangkah pendek, menengah dan panjang dari kabupaten dan Provinsi
7 Studi terdahulu Dokumen FS, Dokumen Masterpalan dan Dokumen DED dari Kementerian
Perhubungan
8 Data fasilitas eksisting Dilakukan identifasi fasilitas darat, fasilitas perairan dan sarana bantu navigas (lengkap
dengan koordinat yang diukur dengan GPS geodetik)
9 PENETAPAN Bench Mark Jika belum ada, maka dilakukan pengukuran dengan mengggunakan GPS Geodetik
10 Data teknis pesawat Panjang, lebar, tinggi, kecepatan, dll (Dokumen yang relevan)
11 Kondisi daerah sekitar Identifikasi keberadaan gunung, bangunan tinggi, tower dan lain-lain
12 Pelabuhan sekitar Identifikasi keberadaan dan titik pelabuhan dan bandara di sekitar lokasi
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
PADA SAAT SURVEY AWAL/PENDAHULUAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
13 Data potensial gangguan/ Dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya gangguan operasional seaplane,
obstacles misalnya daerah kerja nelayan, potensi sedimentasi, sampah, pemetaan dasar
laut dengan menggunakan SBP, dll
14 Data ketersediaan air tawar Dilakukan identifikasi ketersediaan air tawar di permukaan maupun air tanah.
Ini diperlukan untuk mencuci seaplane apabila tidak digunakan agar terhindar
dari korosi.
15 Data potensi demand Dilakukan identifikasi potensi kebutuhan penerbangan dengan menggunakan
seaplane ke daerah tersebut
16 Data fasilitas umum Dilakukan identifikasi fasilitas umum yang ada, misalnya fasilitas kesehatan,
fasilitas keamanan, fasilitas penerangan, dll.
17 Operasional pesawat Persyaratan operasi, proses landing, take of, manuver, kecepatan, kebutuhan
kedalaman air, kebutuhan area, kebutuhan lahan darat, dll (data bersumber
dari dokumen atau artikel yang terkait)
18 Dasar sosek Dilakukan penyebaran kuisioner
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
PADA SAAT SURVEY LAPANGAN/PENGUKURAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
1 Bench Mark Jika belum ada, maka dilakukan pengukuran dengan mengggunakan GPS Geodetik

2 Data batimetri Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran lapangan dengan luasan sesuai
kebutuhan dan dikoreksi dengan data pasang surut dengan elevasi terendah LAT (alat
ukur Echosoundir Multi Beam)
3 Data topografi Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan Total Station.
Data diikat dengan BM pasang surut dan batimetri.
4 Data pasang surut Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan Tide Master
(alat ukur otomatis) minimal 15 hari
5 Data arus Jika belum tersedia, dilakukan pengukran dengan menggunakan Sontek. Pengukuran
dilakukan pada kondisi spring dan nipe tide
6 Data sedimen Jika tidak tersedia, maka dilakukan pengukuran sedimen melayang dan dasar dengan
menggunakan botol Nanseen dan sedimen grab
7 Data angin Data kecepatan dan arah arus selama minimal 10 tahun dari BMKG atau sumber lain

8 Data gelombang Arah dan tinggi gelombang setiap jam selama minimal 10 tahun yang bersumber dari
BMKG atau sumber lain
M ulai

Pers iapan Alat, Bahan


dan Personi

Pers onil, Alat dan


Bahan S iap

Tidak
Cek

ALUR Ya

Penentuan Titik
Pengukuran Arus
METODE PELAKSANAAN
PELAKSANAAN SURVEY LAPANGAN DARI
Titik Pengu kuran Aru s
Siap
SISI PERAIRAN
SURVEY DAN Tidak
Cek

✓ Survey Pasang Surut


Ya
ANALISIS DATA Pelaks anaan
Pengukuran Arus

ARUS Unduh data arus dari alat


✓ Survey Batimetri
Tidak
Cek
Ya ✓ Survey Topografi
Data keca patan arus

Analisis Dat a ✓ Survey Arus


Data Elevasi Muka
Air Pengukuran
Impor data
kecepatan arus dari
✓ Data Angin dan
Pasang Surut Memory Card ADP
Output:
Data Arus dalam
Hitung elevasi
muka air rerata
+
Konversi data arus
eksistensi txt
Gelombang
= Ekstensi .t xt ke
2
format XL S
Elevasi muka air
fungsi waktu Filter data arus
sebagai fungsi waktu
dan arah untuk
setiap kedalaman

Hitung kecepatan
rata- rata sebagai
fungsi kedalaman
dan arah
Output:
Data kecepatan
arus fungsi
kedalaman dan
Buat Grafik kecepatan arah
arus rata r-ata sebagai
fungsi waktu dan arah

METODOLOGI
Selesai
HASIL SURVEI
UJI PENERBANGAN SEAPLANE DI PERAIRAN GILIYANG
1. KONDISI UMUM PELAKSANAAN UJI PENERBANGAN

• Uji coba penerbangan jalur wisata


dari Bali - Giliyang dilaksanakan
pada hari Senin, 26 April 2021.
• Pesawat : type grand caravan C-
208 amphibian Travira Air C-208A
Pelaksanaan uji terbang
Pesawat C-208A Travira Air mendarat dengan sukses di
Travira Air menerapkan prosedur standar
dermaga ponton keselamatan
• Rute :
Bandara Ngurah Rai Bali

Bandara Trunojoyo Sumenep

Pulau Giliyang
Masyarakat dan pejabat terkait sangat antusias menyambut Huji penerbangan
ASIL SURVEY
UJI PENERBANGAN SEAPLANE DI PERAIRAN GILIYANG
2. RESPON STAKEHOLDER TERKAIT
Kapuslitbang Ketua DPC
Kepala Balitbang
Udara, Balitbang, Anggota Komisi IV Kepala Himpunan
Perhubungan Bupati Sumenep,
Kemenhub, DPRD Sumenep, Desa Banraas Pramuwisata
Kemenhub RI, Achmad Fauzi, SH,
Capt. Novyanto M Syukri H.Mathor Sumenep,
Umar Aris MH
Widadi Pram Hambali
Sangat mendukung Sangat mendukung
Penerbangan ini bagian Pihaknya berharap
perkembangan objek penuh atas
Dari hasil uji coba program Litbang adanya pembangunan
wisata di Kabupaten Meminta kepada Bandara laut akan pembangunan Bandara
Transportasi Udara Sumenep yang
penerbangan mampu meningkatkan laut dan mengharapkan
Badan Litbang wilayahnya terdiri dari Pemkab setempat,
Perhubungan perekonomian agar dapat memberikan
pesawat amfibi daratan dan kepulauan, transportasi Seaplane masyarakat Pulau
Kemenhub, yang sehingga dampak positif untuk
Travira Air dari Giliiyang serta dapat
menggagas jalur pengembangannya tidak tak hanya untuk mendobrak
membantu dan
Denpasar ke Pulau transportasi udara dari hanya di daratan saja menunjang perekonomian warga
Bali ke Pulau Oksigen sektor pariwisata. mengembangkan serta masyarakat Pulau
tetapi juga di kepulauan.
Giliyang, Giliyang. melestarikan keberadaan Giliyang dan
Berharap penerbangan Melainkan juga bisa
Para wisman dengan pesawat terapung atau Pantai Wisata Giliyang diharuskan membantu
pendaratan lancar,
adanya penerbangan seaplane tidak hanya dimanfaatkan sebagai yang menjadi sebuah serta menjaga dalam
dan memang disitu jalur udara itu, selain untuk jalur wisata saja, transportasi alternatif anugrah yang mampu
melestarikan,
menikmati wisata di Bali tetapi juga reguler menarik perhatian
sudah layak menjadi wisatawan seluruh
memajukan Wisata
juga bisa menikmati supaya memudahkan masyarakat kepulauan
pulau oksigen Giliyang daerah lokal dan luar pulau Oksigen terbaik
‘aerodrome’.. masyarakat menuju dunia di Pulau
sebagai wisata kesehatan daerah bahkan manca
kepulauan. negara Giliyang.
HASIL SURVEI LOKASI PULAU GILIYANG

LOKASI PENGAMATAN
TOMOGRAFI

LOKASI PENGAMATAN ADCP DAN CTD

H ASIL SURVEY
KONDISI UMUM PERAIRAN GILIYANG

Perairan Giliyang merupakan tipe


perairan dengan laut dangkal (zona
neritic) di mana wilayah ini merupakan
zona laut dengan kedalaman <200m.
Berdasarkan data betimetri yang
diperoleh melalui C-MAP dan GEBCO
(General Bathymetric Chart of the
Oceans).diketahui kedalaman perairan ini
berkisar antara 0,8 sampai sekitar 12
meter

Batimetri Perairan Sumenep - Gili Iyang

H ASIL SURVEY
KONDISI METEOROLOGI DI GILIYANG, SUMENEP

1. Curah Hujan Rata Rata 2. Kecepatan Angin Rata Rata

• Rata - rata nilai kecepatan angin ini berkisar antara


3.7 hingga 8 knot.
• Desember – Maret Musim hujan
• Mei – Oktober Kecepatan angin >5 knot
• Juni - September Musim kemarau
• November – April kecepatan angin <5 knot.
• April - Mei peralihan musim hujan ke
musim kemarau • Pada grafik per jam, kecepatan angin maksimum

• Oktober November peralihan musim terjadi pada dini hari hingga jam 7 dan selanjutnya

kemarau ke musim hujan menunjukkan trend yang lebih rendah.

H ASIL SURVEY
KONDISI METEOROLOGI DI GILIYANG, SUMENEP

3. Kelembaban Udara Rata-rata 4. Tekanan Udara Rata-rata

• Kondisi kelembaban udara rata – rata wilayah


• Tekanan udara rata – rata wilayah Sumenep
Sumenep memiliki variasi nilai dari 72% -
memiliki kisaran nilai antara 1009.5 mb hingga
86%.
mendekati 1013 mb.
• berdasarkan waktunya, 4 – 5 bulan di awal
• Pada 6 - 8 bulan awal menunjukkan trend yang
tahun memiliki persentase yang cukup tinggi
meningkat , kemudian mulai menuruan mendekati
dibandingkan beberapa bulan di akhir tahun.
akhir tahun.
H ASIL SURVEY
KONDISI METEOROLOGI DI GILIYANG, SUMENEP

5. Penyinaran Matahari 6. Suhu Udara Rata-rata

• Terdapat dua waktu penyinaran minimum • Suhu udara rata - rata berkisar antara 27,4o C -
yaitu Desember 2016 (25,2%) dan Desember 29,5o C.
2020 (28,8%). • Terdapat titik terendah suhu udara yaitu pada
• Mei - Oktober persentase penyinaran bulan Januari 2011 (26,7o C) dan bulan Februari
matahari Tinggi 2018 (26,2o C).
• November - April persentase penyinaran • suhu udara meningkat pada bulan Mei, Oktober,
matahari rendah dan November.

H ASIL SURVEY
KONDISI METEOROLOGI DI GILIYANG, SUMENEP
7. Gelombang

• Gelombang di Stasiun S3 yang berada di laut terbuka lebih tinggi dibandingkan gelombang di dekat pulau Gili Iyang (S4).
• rata rata tinggi gelombang di S4 yaitu 0,265m dan di S3 sebesar 0,342m
• Gelombang tertinggi terjadi pada tanggal 24 Juni 2021 pukul 00.00 UTC atau tanggal 24 Juni 2021 pukul 07.00 waktu
setempat dengan ketinggian gelombang 0,45m di S4 dan 0,59m di S3
• Gelombang terendah terjadi pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 12.00 UTC atau tanggal 21 Juni 2021 pukul 19.00 waktu
setempat dengan ketinggian gelombang 0,1m di S4 dan 0,14m di S3.

H ASIL SURVEY
KONDISI METEOROLOGI DI GILIYANG, SUMENEP

8. Pasang Surut

• Fluktuasi pasang surut air laut terjadi pada Bulan Juni - September dan Desember - Maret dengan nilai maksimum
pasang air laut mencapai 200 cm dan nilai minimum surut air laut mencapai -100 cm.

• April - Mei dan Oktober - November fluktuasi pasang surut air laut jauh lebih rendah dengan nilai maksimum pasang
air laut 90 cm dan nilai minimum surut air laut -80 cm.

• Awal tahun 2016 juga menunjukkan trend yg lebih rendah dibanding tahun - tahun lainnya.
H ASIL SURVEY
AKUISISI DATA AKUSTIK TOMOGRAFI

Ketersediaan Data Akustik Tomografi


Menggunakan data yang diperoleh
Nama Stasiun Data Pertama Data Terakhir pada tiap stasiun, informasi fisis dapat
24 Juni 2021, pukul disimpan dan hasil pemetaan sinyal
GI_1 16 Juni 2021, pukul 04.00 UTC
06.20 UTC dan suhu-arus laut dapat dianalisis
GI_2 16 Juni 2021, pukul 03.00 UTC
24 Juni 2021, pukul lebih lanjut, informasi SNR sangat
06.00 UTC penting untuk melihat seberapa baik
24 Juni 2021, pukul transmisi sinyal, semakin tinggi
GI_3 16 Juni 2021, pukul 10.40 UTC
03.00 UTC
nilainya maka kualitas data pada travel
24 Juni 2021, pukul
GI_4 16 Juni 2021, pukul 08.30 UTC
07.20 UTC time tersebut semakin baik, dan data
akan lebih mudah di analisis

H ASIL SURVEY
AKUISISI DATA AKUSTIK TOMOGRAFI
a. SNR pada 17 Juni 2020 (STA1 ke STA3) b. SNR pada 17 Juni 2021 (STA1 ke STA4)
Pukul 18:00 WIB
Pukul 23:50 WIB

H ASIL SURVEY
AKUISISI DATA AKUSTIK TOMOGRAFI

c. Stacking SNR

• Stacking SNR (kiri) yang mengindikasikan adanya baris


sinyal yang baik dalam kurun waktu tengah malam hingga
pukul 3 pagi
• Gambar simpangan maximum sinyal (kanan) yang
memberikan informasi bahwa tidak ada perbedaan
signifikan antara puncak sinyal yang satu dengan yang
lain dalam fungsi waktu.
Sample stacking data dari data CAT pada tanggal
22 Juni 2021 Pukul 00:00-03:00 WIB.

H ASIL SURVEY
AKUISISI DATA AKUSTIK TOMOGRAFI
d. Data temperatur hasil analisa harian antara pasangan stasiun

Data tanggal 17 Juni 2020, STA 1 ke STA 3 (Kondisi stasiun Data tanggal 18 Juni 2020, STA 1 ke STA 3 (Kondisi data
masih dalam pemasangan, dan data belum sepenuhnya stabil) kurang baik)

H ASIL SURVEY
ANALISIS
ANALISIS ASPEK LEGALITAS

Aspek Operasional Layanan water aerodrome yang perlu


No. Hal yang perlu diantisipasi Regulasi/Acuan *)
Seaplane disiapkan

1. Karakteristik Kesiapan informasi cuaca Penyediaan informasi cuaca dan kondisi PP RI Nomor 32 Th 2021,
perairan dan kondisi perairan. perairan yang harus siap setiap saat untuk Pasal 80 s/d. Pasal 83; IMO,
dikomunikasikan dengan pengguna/ ICAO.
armada pesawat amphibi di saat
diperlukan.
2. Karakteristik Kesiapan sarpras water Ketersediaan informasi atau data base PP RI Nomor 32 Th 2021,
pesawat amphibi aerodrome terhadap ukuran spesifikasi teknis dari setiap pesawat Pasal 5, Pasal 7, Pasal 8, dan
seaplane yang akan dilayani. amphibi/seaplane yang akan dilayani. Pasal 12 s/d. Pasal 21; ICAO,
IMO.
3. Basis operasional Kesiapan sarpras water Menyediakan sarana dan prasarana PP RI Nomor 32 Th 2021,
pesawat amphibi aerodrome terhadap aspek keselamatan dan navigasi standar water Pasal 78 s/d. Pasal 80; Kep
keselamatan operasional aerodrome. Dirjen Perhubungan Udara
seaplane. No. SKEP/113/VI/ 2002;
ICAO, IMO.
4. Peraturan pelayaran Kepahaman operator Diseminasi regulasi pelayaran di asosiasi PP RI Nomor 32 Th 2021,
seaplane terhadap peraturan penerbangan pesawat amphibi untuk Pasal 78; IMO.
pelayaran yang berlaku dipahami dan dimengerti.
A N A L I S I S
ANALISIS ASPEK LEGALITAS
Aspek Operasional Layanan water aerodrome yang perlu
No. Hal yang perlu diantisipasi Regulasi/Acuan *)
Seaplane disiapkan

5. Inspeksi persiapan Ketersediaan tenaga Penyiapan dan penyediaan petugas PP RI Nomor 32 Th 2021,
sebelum terbang pengawas operasional inspektur pengawas kesiapan Pasal 83. ICAO, IMO.
seaplane di water aerodrome penerbangan pesawat amphibi, di setiap
tersertifikasi. water aerodrome.
6. Taxiing di wilayah Ketersediaan perambuan, Menyediakan rambu-rambu untuk PP RI Nomor 32 Th 2021,
water aerodrome dan antisipatif terhadap pergerakan pesawat amphibi di wilayah Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
kejadian collision, engine water aerodrome.
break out dsb.
7. Olah gerak turning Ketersediaan ruang olah Menyediakan/mengatur ruang gerak PP RI Nomor 32 Th 2021,
gerak putar menuju water pesawat amphibi di saat dibutuhkan area Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
runway ataupun dermaga, untuk berputar bagi kesiapan strategi
dan antisipatif terhadap landing ataupun take off.
kejadian gagal putar/
keepsizing
8. Gerak navigating Ketersediaan ruang olah Menyediakan/mengatur ruang gerak atau PP RI Nomor 32 Th 2021,
gerak navigating , dan menyiapkan alur pelayaran pesawat Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
antisipatif terhadap kejadian amphibi di saat bergerak menuju tambat
collision , keepsizing setelah landing atau sebaliknya ke run
way untuk take off. A N A L I S I S
ANALISIS ASPEK LEGALITAS
Aspek Operasional Layanan water aerodrome yang perlu
No. Hal yang perlu diantisipasi Regulasi/Acuan *)
Seaplane disiapkan

9. Porpoising Antisipatif terhadap Tanggap darurat atau adanya unit PP RI Nomor 32 Th 2021,
kemungkinan timbulnya penanggulangan kecelakaan jika terjadi Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
gagal konstruksi, mesin, dan peristiwa kerusakan karena porpoising,
passenger sickness/ failure/ yang dapat terjadi di saat proses take off
fatique. maupun landing, dengan penyediaan
sarana dan prasarana pertolongan.
10. Skipping Antisipatif terhadap Tanggap darurat atau adanya unit PP RI Nomor 32 Th 2021,
kemungkinan timbulnya penanggulangan kecelakaan jika terjadi Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
gagal konstruksi, mesin, dan peristiwa kerusakan karena Skipping,
passenger sickness/failure/ yang dapat timbul di saat proses take off
fatique. maupun landing, dengan penyediaan
sarana dan prasarana pertolongan.
11. Sticking Antisipatif terhadap Tanggap darurat atau adanya unit PP RI Nomor 32 Th 2021,
kelebihan muatan/ penanggulangan kecelakaan jika terjadi i Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
penumpang ataupun kurang peristiwa Sticking, yang dapat terjadi di
tepatnya penataan posisi saat proses take off, dengan pemeriksaan
muatan, atau engine failure. ulang dalam mengatasi sticking, serta
penyediaan sarana dan prasarana
inspeksi. A N A L I S I S
ANALISIS ASPEK LEGALITAS
Aspek Operasional Layanan water aerodrome yang perlu
No. Hal yang perlu diantisipasi Regulasi/Acuan *)
Seaplane disiapkan

12. Lepas landas dari Antisipatif gagal lepas Menyediakan rambu-rambu runway, PP RI Nomor 32 Th 2021,
permukaan air landas karena informasi menyediakan tanda arah angin Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
kondisi cuaca, perambuan, (windshock), menyediakan peralatan
keramaian lalulintas kapal. penyampaian informasi kepada
masyarakat setempat yang beraktivitas di
air untuk menghindar dari runway. Serta
adanya unit penanggulangan kecelakaan
13. Landing di Antisipatif terhadap gagal Menyediakan rambu-rambu runway, PP RI Nomor 32 Th 2021,
permukaan air landing karena miss menyediakan tanda arah angin Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
informasi kondisi cuaca/ (windshock), menyediakan peralatan
perambuan/ keramaian penyampaian informasi kepada
lalulintas kapal, dsb. masyarakat setempat yang beraktivitas di
air untuk menghindar dari runway. Serta
adanya unit penanggulangan kecelakaan
14. Gerak dengan Antisipatif terhadap gagal Tanggap darurat atau adanya unit PP RI Nomor 32 Th 2021,
kondisi Crosswind dalam gerak crosswind penanggulangan kecelakaan jika terjadi Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
karena kondisi cuaca, kegagalan dalam gerak crosswind, di saat
perambuan, keramaian proses take off maupun landing, dengan
lalulintas kapal, dsb. penyediaan sarana dan prasarana
pertolongan. A N A L I S I S
ANALISIS LINGKUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI
Tapak Site Area Bandar Udara Sosial, Ekonomi dan Budaya
• Tidak mengurangi lahan perkebunan karena lahan yang
1 • memiliki kemiringan lahan yang memadai dibebaskan untuk pengembangan bukan lahan produktif
• diperlukan pembebasan lahan karena lokasi berada • Transportasi menjadi lancar
disekitar rumah, rawa, kebun, semak-semak 5 • Akan mendatangkan investor dan wisatawan
• Meningkatnya arus kunjungan penginapan dan
Kebisingan wisatawan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

pesawat yang beroperasi sejenis Twin Otter (DHC-6 2


Series 400) sehingga masih kecil dampak kebisingan Kesehatan Masyarakat
bagi lingkungan sekitar.
Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat di sekitar lokasi.
Pencemaran Udara dan Air Adanya pembangunan Bandar Udara Perairan tentu 6
membantu pasien untuk melakukan pengobatan ke
3 Frekuensi pesawat yang akan beroperasi pesawat provinsi, apabila rumah sakit di kecamatan tidak dapat
propeller, gas buang yang ditimbulkan menangani.
membahayakan karena di sekitar bandara terdapat
banyak tumbuhan, yang dapat mendaur ulang gas Manfaat (Benefit) Ekonomi
buang pesawat. • Pergerakan orang dan barang dari dan ke Pulau Perairan
akan lebih meningkat
Flora dan Fauna • Meningkatkan daya saing wilayah dalam rangka
4 7 pemerataan pembangunan dan mendorong percepatan
iperkirakan tidak berdampak karena pada kawasan pertumbuhan pertumbuhan investasi
sekitar proyek tidak terdapat jenis flora dan fauna • Meningkatkan investasi dibidang industri, perdagangan,
langka yang harus dilindungi. pariwisata, permukiman dan perluasan lapangan kerja
P E N U T U P
ANALISIS KESENJANGAN

PARAMETER UPAYA TINDAK


PERSEPSI
NO WATER EKSPEKTASI LANJUT YANG
EXISTING
AERODROME DIPERLUKAN
1. Sertifikasi Water Tersedianya data kerangka peraturan perihal penetapan Belum Direkomendasikan
Aerodrome kriteria dan prosedur untuk sertifikasi water aerodrome tersedia. untuk dilakukan
sertifikasi di saat water
aerodrome ini siap
untuk dikembangkan.
2. Kondisi Water WAOM Tersedia Direkomendasikan
Aerodrome Tersedianya dokumen rencana Water Aerodrome hasil survey untuk dilakukan
Operations Manual (WAOM) yang menjelaskan lapangan penataan dokumen
karakteristik bandar udara air (water aerodrome) yang ditambah kondisi water
akan disediakan sebagai bahan publikasi informasi dengan data aerodrome berbasis
aeronautika dan / atau penyebarluasan informasi melalui sekunder. requirements
layanan informasi aeronautika. persyaratan di saat
water aerodrome ini
Data geografis
siap untuk
Tersedianya data pusat geometris dari sebuah bandar
dikembangkan.
udara air yang harus ditentukan dan diberikan dengan
ketelitian 1/10 detik.

A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN

PARAMETER UPAYA TINDAK


PERSEPSI
NO WATER EKSPEKTASI LANJUT YANG
EXISTING
AERODROME DIPERLUKAN
2. Kondisi Water Dimensi water aerodrome dan informasi terkait Tersedia hasil Direkomendasikan untuk
Aerodrome Tersedianya data perairan untuk landasan pacu, survey dilakukan penataan
,data kolam gerak putar, Data alur olah gerak layar., lapangan dokumen kondisi water
Data fasilitas darat, Data rintangan signifikan pada ditambah aerodrome berbasis
dan di sekitar water aerodrome, Data perambuan . dengan data requirements persyaratan
sekunder. di saat water aerodrome ini
Penyediaan informasi operasional
siap untuk dikembangkan.
Tersedianya data Area pergerakan dan fasilitas serta
Informasi tentang perairan landasan pacu

3. Kondisi Karakter Data Perairan untuk landasan pacu Tersedia dari Direkomendasikan untuk
Fisik Water Tersedianya data Jumlah dan orientasi perairan hasil survey dilakukan penataan
Aerodrome untuk landasan pacu, Panjang perairan untuk tomografi dokumen kondisi karakter
landasan pacu, Lebar perairan untuk landasan pacu, fisik water aerodrome
Kedalaman air, Perairan untuk penyangga landasan berbasis requirements
pacu persyaratan di saat water
aerodrome ini siap untuk
dikembangkan.
A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN
PARAMETER UPAYA TINDAK
PERSEPSI
NO WATER EKSPEKTASI LANJUT YANG
EXISTING
AERODROME DIPERLUKAN
3. Kondisi Karakter Kolam untuk olah gerak putar Tersedia dari Direkomendasikan
Fisik Water Aerodrome Tersedianya data kondisi atas ketersediaan kolam olah hasil survey untuk dilakukan
gerak untuk memutar yang harus disediakan di ujung tomografi penataan dokumen
runway. kondisi karakter fisik
water aerodrome
Alur gerak
berbasis requirements
Tersedianya data perairan untuk alur gerak layar yang
persyaratan di saat
memiliki lebar tidak kurang dari 45 m (150 kaki).
water aerodrome ini
Area tambat siap untuk
Tersedianya data penyediaan area tambat untuk pesawat dikembangkan.
amphibi dan untuk memungkinkan embarkasi dan
penurunan penumpang, bongkar muat kargo, yang harus
dipilih sebagai area yang tidak mengganggu kegiatan
lalu lintas layar water aerodrome.
Fasilitas darat
Tersedianya data fasilitas yang dapat digunakan untuk
platform (tetap atau terapung), ramp atau pantai untuk
memungkinkan naik dan turunnya penumpang dan awak
kapal, bongkar muat kargo dan pengisian bahan bakar.
A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN

PARAMETER UPAYA TINDAK


PERSEPSI
NO WATER EKSPEKTASI LANJUT YANG
EXISTING
AERODROME DIPERLUKAN
4. Kondisi Penghalang Rintangan di permukaan perairan Belum tersedia Direkomendasikan untuk
alur dan Pembongkar- Tersedianya data perairan untuk landasan pacu, secara lengkap. dilakukan penyiapan dan
an nya ,data kolam gerak putar, Data alur olah gerak layar., penataan dokumen kondisi
Data fasilitas darat, Data rintangan signifikan pada penghalang alur dan
dan di sekitar water aerodrome, Data perambuan . rencana pembongkarannya
untuk operasional water
Pemindahan batas
aerodrome berbasis
Tersedianya data kondisi di mana jika integritas
requirements persyaratan
permukaan untuk water landing tidak dapat
di saat water aerodrome ini
dipertahankan karena adanya rintangan tetap
siap untuk dikembangkan..
maupun yang dapat bergerak.
Objek benda dan rintangan
Tersedianya data kondisi adanya benda tetap yang
tidak diizinkan untuk berada di atas perairan.
Objek lainnya
Tersedianya data yang menunjukkan bahwa suatu
objek berbahaya bagi pesawat amphibi terletak di
area pergerakan atau di udara di sekitar bandara air,
A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN

PARAMETER UPAYA TINDAK


PERSEPSI
NO WATER EKSPEKTASI LANJUT YANG
EXISTING
AERODROME DIPERLUKAN
5. Perambuan Indikator arah angin Belum Direkomendasikan untuk
Navigasi Water Tersedianya data kesiapan peralatan untuk penyampaian tersedia. dilakukan penyiapan dan
Aerodrome informasi arah angin yang dapat diperoleh melalui radio penataan dokumen
perambuan navigasi untuk
Perambuan
operasional water
Tersedianya data untuk tanda identifikasi keberadaan
aerodrome berbasis
dok
requirements persyaratan
Buoy perambuan di saat water aerodrome ini
Tersedianya data kesiapan buoy untuk rambu navigasi di siap untuk dikembangkan.
perairan Water Aerodrome
Tanda Rambu Peringatan
Tersedianya data kondisi untuk pemasangan tanda yang
hanya untuk operasi pesawat amphibi
Lampu Strobo
Tersedianya data untuk lokasi penempatan lampu strobo
yang harus dipasang untuk menggambarkan fasilitas
water aerodrome

A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN
PARAMETER
PERSEPSI UPAYA TINDAK LANJUT
NO WATER EKSPEKTASI
EXISTING YANG DIPERLUKAN
AERODROME
6. Rambu Penanda Benda obyek tetap Belum Direkomendasikan untuk dilakukan
Adanya Benda Tersedianya data benda-benda yang harus tersedia. penyiapan dan penataan dokumen
Yang Harus ditandai dan / atau diberikan lampu rambu perambuan untuk penandaan adanya
Dihindari yang harus dinyalakan. benda yang harus dihindari dalam
operasional water aerodrome berbasis
Menandai adanya benda
requirements persyaratan di saat water
Tersedianya data kebutuhan pemberian
aerodrome ini siap untuk
tanda untuk semua benda tetap yang harus
dikembangkan..
ditandai dengan warna yang mencolok.
7. Perlindungan Tersedianya data kondisi lingkungan Belum Direkomendasikan untuk dilakukan
Terhadap Bahaya setempat tentang bahaya serangan satwa tersedia. penyiapan dan penataan dokumen
Serangan Satwa liar di atau di sekitar bandar udara air yang kondisi perlindungan terhadap bahaya
Liar harus dinilai melalui evaluasi berkelanjutan serangan satwa liar di dalam operasional
terhadap bahaya satwa liar oleh personel water aerodrome
yang kompeten.
8. Pencahayaan Area Tersedianya data kondisi lingkungan untuk Belum Direkomendasikan untuk dilakukan
Olah Gerak pelaksanaan identifikasi dan pencahayaan tersedia. penyiapan dan penataan dokumen
Pesawat Ampibhi area manuver water aerodrome yang harus pencahayaan area olah gerak pesawat
disediakan untuk mengurangi gangguan amphibi di dalam operasional water
jarak pandang. aerodrome A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN

PARAMETER
PERSEPSI UPAYA TINDAK LANJUT
NO WATER EKSPEKTASI
EXISTING YANG DIPERLUKAN
AERODROME
9. Penyelamatan Dan Tingkat perlindungan yang akan Belum tersedia. Direkomendasikan untuk dilakukan
Pemadaman diberikan penyiapan dan penataan dokumen
Kebakaran Tersedianya data ketersediaan kapal sistem penyelamatan dan
penyelamat dan pemadam kebakaran di pemadaman kebakaran untuk
area kerja water aerodrome operasional water aerodrome
Waktu merespon berbasis requirements persyaratan
Tersedianya data ketersediaan standar di saat water aerodrome ini siap
operasional RFFS untuk water untuk dikembangkan
aerodrome,
10. Perencanaan Darurat Tersedianya data kesiapan operator Belum tersedia. Direkomendasikan untuk dilakukan
Water Aerodrome water aerodrome untuk menyediakan penyiapan dan penataan dokumen
Aerodrome Emergency Plan (AEP) bagi perencanaan mitigasi darurat untuk
operasional water aerodrome yang harus operasional water aerodrome
disetujui / diterima oleh otoritas berbasis requirements persyaratan
pengawas di saat water aerodrome ini siap
untuk dikembangkan.

A N A L I S I S
ANALISIS SWOT
STRENGTH WEAKNESS

a. Obyek wisata kesehatan dengan a. Kurangnya promosi dan informasi


kandungan oksigen tertinggi ke-2 wisata di kalangan luas baik online
di Indonesia. maupun offline.
b. Potensi bahari dan obyek wisata b. Infrastruktur pendukung wisata yang
yang sangat menarik kurang memadai karena belum
c. Akses wisata ke lokasi mudah dikembangkan.
d. Telah terdapat dermaga pelabuhan c. Belum tersedianya transportasi cepat
e. Uji coba penerbangan jalur wisata yang menghubungkan dengan destinasi
dari Bali -Giliyang tanpa kendala. SWOT wisata lainnya, misalnya Bali.
OPPORTUNNITY
THREAT

a. Jumlah kunjungan wisata yang a. Tingginya minat wisata Kesehatan


melebihi kapasitasnya dapat b. Adanya perkembangan teknologi dan
merusak alam pulau tersebut. sistem infomasi yang cepat
b. aspek dasar3A (atraksi, amenitas, memungkinkan promosi Giliyang
aksesibilitas) dalam perencanaan keseluruh dunia.
pengembangan pariwisata 3A c. Kebutuhan energi listrik dan air dapat
(atraksi, amenitas, aksesibilitas) dipenuhi dengan beberapa teknologi
yang belum dikembangkan yang ramah lingkungan.
maksimal.
A N A L I S I S
ANALISIS DAMPAK

Tahap Tahap Konstruksi Tahap Pasca

Pra-Konstruksi Konstruksi

kegiatan pembangunan baik • Operasional fasilitas


• Pengurusan pembangunan fasilitas sisi udara,
darat maupun fasilitas penunjang. bangunan
perijinan
Kegiatan ini diperkirakan akan
• Pendaratan dan Lepas
• Persiapan lahan menimbulkan dampak terhadap
kualitas udara dan kebisingan serta landas Pesawat
• Pembebasan Lahan gangguan kenyamanan, selain
gangguan terhadap lalu lintas • Pengolahan limbah cair
kendaraan di jalan akses menuju maupun padat
lokasibandara

A N A L I S I S
KESIMPULAN
&SARAN
KESIMPULAN
• Potensi wilayah perairan untuk pengembangan waterbase/harbour air/water aerodrome di Giliyang sebagai prasarana
untuk pengoperasian pesawat Amphibi/Seaplane adalah sangat dimungkinkan.
• Kebutuhan penyediaan wilayah perairan di Gili Iyang cukup memenuhi sebagaimana yang dibutuhkan. Sehingga
untuk pengembangkan water aerodrome sebagai sarpras untuk kepentingan umum ataupun pengembangan pariwisata
di daerah Giliyang ini, potensi wilayahnya cukup tersedia.
• Untuk mewujudkan integrasi, koordinasi, simplifikasi, dan kecepatan dalam penetapan area di dalam Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr)/ Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan bagi kepentingan umum, maka
berbasis potensi wilayah dan peraturan perundangan yang ada, daerah Giliyang adalah sangat meungkinkan untuk
dikembangkan water aerodrome yang terintegrasi dengan pelabuhan-pelabuhan laut terdekat, yakni Pelabuhan
Kalianget, Pelabuhan Dungkek, Pelabuhan Ju'aji, dan lain-lain.
• Langkah pengembangan waterbase/ harbour air/water aerodrome yang terintegrasi dengan Pelabuhan Danau dan
Pelabuhan Laut dapat diciptakan dengan program – program sinergi antar instansi terkait dan kemitraan dengan swasta
untuk pengembangan sector pariwisata ini.
P E N U T U P
SARAN

1. Perlu dilakukan penyempurnaan regulasi dan harmonisasi antara stakeholder terkait dalam penyusunan Rencana
Induk Bandar Udara Perairan Nasional dan juga untuk operasional.

2. Perlu dilakukan pengaturan pengoperasian seaplane di Indonesia agar pembangunan dan pengembangan Bandar
Udara Perairan dapat mengikut standar yang berlaku secara Internasional.

3. Untuk mendukung sektor industri dalam negeri saat ini perlu dipertimbangkan penggunaan pesawat N219
sebagai pesawat udaraperairan (seaplane).

4. Perlu dilakukan koordinasi antar regulasi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (IMO) dan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara (ICAO) agar terwujudnya suatu aturan yang mendasari perancangan Bandar Udara Perairan
dan pengoperasian Pesawat Udara Perairan (seaplane).

P E N U T U P
IMPLIKASI KEBIJAKAN

1) Sertifikasi Water Aerodrome; Aturan/regulasi/rencana kerja/proses/prosedur,


2) Kondisi Water Aerodrome; dan konsep kebijakan teknis penerbitan sertifikat
3) Kondisi Karakter Fisik Water Aerodrome; kelayakan bandara perairan tersebut untuk
4) Kondisi Penghalang alur dan Pembongkaran penerapannya di Pulau Giliyang adalah sebagai
nya; titik awal bagi prasarana pengoperasian pesawat
5) Perambuan Navigasi Water Aerodrome; jenis Amphibi/Seaplane di Indonesia. Dengan
6) Rambu Penanda Adanya Benda Yang Harus adanya rekomendasi kesiapan ini, bandara
Dihindari; perairan sejenis dapat dikembangkan di tempat
7) Perlindungan Terhadap Bahaya Serangan Satwa lain di wilayah perairan Indonesia dalam
Liar; menunjang pariwisata ataupun untuk tujuan
8) Pencahayaan Area Olah Gerak Pesawat tertentu lainnya yang strategis. Sehingga dapat
Ampibhi; meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik
9) Penyelamatan Dan Pemadaman Kebakaran; mancanegara maupun domestik, serta
10) Perencanaan Mitigasi Kedaruratan Water meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Aerodrome.

P E N U T U P
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai