WATERBASE/HARBOUR AIR DI
GILIYANG UNTUK PENGOPERASIAN
PESAWAT AMPHIBI/SEAPLANE
Disampaikan oleh:
02 TINJAUAN UMUM
03 METODOLOGI
04 HASIL SURVEI
05 ANALISIS
OUTLINE
PENDAHULUAN
ARAHAN PRESIDEN RI JOKO WIDODO
PENDAHULU AN
PENDAHULU AN
“Pariwisata saya tetapkan sebagai
leading sector. Pariwisata dijadikan
sebagai leading sector ini adalah kabar
gembira dan seluruh kementerian
lainnya wajib mendukung dan itu saya
tetapkan.”
PENDAHULU AN
PENDAHULU AN
VISI MISI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Visi
Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan perhubungan yang
handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah;
Misi
❖ Mempertahankan tingkat jasa pelayanan sarana dan
prasarana perhubungan;
❖ Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan
reformasi di bidang sarana dan prasarana perhubungan;
❖ Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan
jasa perhubungan;
❖ Meningkatkan kualitas pelayanan jasa perhubungan yang
handal dan memberikan nilai tambah;
PENDAHULU AN
LATAR BELAKANG
Sea plane menjadi transportasi alternatif utama sebagai daya tarik, dan mengingat wilayah Indonesia
merupakan wilayah yang memiliki kurang lebih 17.500 buah pulau besar dan kecil sehingga memerlukan
pertimbangan yang matang dalam menentukan alur dan perairan yang sesuai agar operasional sea plane dapat
berjalan dengan baik.
Pengoperasian pesawat terbang di perairan agak berbeda dengan pengoperasian di darat, dan hal ini sangat
penting oleh karena kondisi permukaan air yang sangat bervariasi dan terus berubah.
Dengan demikian perlu dilakukan survei perairan agar sea plane dapat bernavigasi, melakukan lepas landas,
dan landing di atas permukaan air. Hal ini tentunya terkait pula dengan pengaturan lalulintas perairan dan
menerapkan teknologi maritim dengan tujuan untuk menghindari tubrukan dan meningkatkan keselamatan dan
keamanan pelayaran serta mengurangi dampak pencemaran menghindari tubrukan dan meningkatkan
keselamatan dan keamanan pelayaran serta mengurangi dampak pencemaran berdasarkan peraturan collision
regulation.
PENDAHULU AN
LATAR BELAKANG
▪ Banyak daerah di Indonesia yang sulit dijangkau sarana transportasi dan diperlukan biaya yang besar untuk dapat
membangun infrastruktur termasuk lapangan terbang yang layak dan memadai.
▪ Sistem transportasi ini sangat flexible, mencakup darat (lapangan terbang), danau dan sungai besar, teluk dan laut.
▪ Perairan “internal” diantara pulau-pulau Nusantara relatif memiliki Laut yang tenang, yang memungkinkan lepas landas
dan pendaratan bagi pesawat ampibi sepanjang tahun.
▪ Jauh lebih mudah dan lebih murah dalam mendapatkan lokasi dan membangun amphiport (airport untuk pesawat
amphibi) dibandingkan dengan airport pada umumnya.
▪ Waterbase dikembangkan melalui integrasi dengan Pelabuhan danau dan Pelabuhan laut.
▪ Perlu diciptakan sistem pengaturan lalu lintas pelayaran serupa dengan traffic separation scheme agar dapat menciptakan
kondisi ketertiban dan keamanan sistem lalu lintas pelayaran yang disesuaikan dengan operasional pesawat udara
perairan (sea plane). Atas dasar ini maka perlu dilakukan penelitian survey alur perairan dengan kondisi wilayah
kepulauan agar agar keselamatan dan keamanan pelayaran dan operasional sea plane dapat terjamin.
PENDAHULU AN
PERMASALAHAN PENELITIAN
1. Belum terdefinisinya/belum adanya waterbase/harbour air/water aerodrome untuk kepentingan umum di KSPN Danau
Toba, Pulau Raijua, dan Pulau Banda;
2. Belum tersedianya wilayah perairan di dalam Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)/Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) Pelabuhan serta fasilitas infrastruktur dan suprastruktur pengembangan waterbase/harbour air/water aerodrome
untuk kepentingan umum di KSPN Danau Toba, Pulau Raijua, dan Pulau Banda;
3. Belum adanya pengaturan traffic yang memerlukan koordinasi traffic control antara perhubungan darat, perhubungan
laut, dan perhubungan udara yang terpadu;
4. Belum terintegrasinya penetapan area di dalam Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)/ Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) untuk kepentingan umum yang juga belum terkoordinasi, tidak simplifikasi, dan memerlukan waktu lama
prosesnya;
5. Belum terintegrasinya waterbase/harbour air/water aerodrome dengan Pelabuhan Danau dan Pelabuhan Laut.
PENDAHULU AN
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana potensi waterbase/harbour air/water aerodrome di KSPN Danau Toba, Pulau Raijua, dan Pulau Banda untuk
pengoperasian pesawat Amphibi/Seaplane?
2. Berapakah kebutuhan penyediaan wilayah perairan di dalam Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)/Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp) Pelabuhan serta fasilitas infrastruktur dan suprastruktur pengembangan waterbase/harbour
air/water aerodrome untuk kepentingan umum di KSPN Danau Toba, Pulau Raijua, dan Pulau Banda?
3. Bagaimana pengaturan traffic yang memerlukan koordinasi traffic control antara perhubungan darat, perhubungan laut,
dan perhubungan udara yang terpadu?
4. Bagaimana mewujudkan integrasi, koordinasi, simplifikasi, dan kecepatan dalam penetapan area di dalam Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr)/ Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) untuk kepentingan umum?
5. Bagaimanakah mengintegrasikan waterbase/harbour air/water aerodrome dengan Pelabuhan Danau dan Pelabuhan
Laut?
PENDAHULU AN
MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
MAKSUD PENELITIAN TUJUAN PENELITIAN
Mengidentifikasi potensi daerah wisata di Memberikan masukan terkait wilayah perairan yang
Indonesia yang berpotensi memiliki wilayah berpotensi dalam pemanfaatan bandara perairan
perairan yang dapat dimanfaatkan sebagai (waterbase/water aerodrome/harbour air, sarana dan
bandara perairan (waterbase) untuk prasarana keselamatan dan keamanan pelayaran di Lokasi
takeoff/landing Seaplane serta pengumpulan water aerodrome/ harbour air, sehingga dapat diketahui
data teknis terkait sarana dan prasarana faktor-faktor penting atau aturan-aturan baru yang dapat
keselamatan dan kemanan pelayaran bagi Water menentukan keselamatan dan keamanan dalam menunjang
Aerodrome, Harbour Air/ Waterbase. pemanfaatan bandara perairan (waterbase) untuk
takeoff/landing Seaplane.
PENDAHULU AN
RUANG LINGKUP KEGIATAN
1) Identifikasi stakeholder;
2) Inventarisasi dan identifikasi peraturan perundang-undangan terkait dengan penyelenggaraan Water Aerodrome, Harbour Air/ Waterbase baik nasional maupun
internasional;
3) Inventarisasi dan identifikasi peraturan perundang-undangan terkait dengan penyelenggaraan angkutan udara baik nasional maupun internasional menunjang
pengoperasian Water Aerodrome, Harbour Air/ Waterbase;
4) Inventarisasi dan identifikasi fasilitas waterbase seperti: fasilitas water operating area; fasilitas jalur taxiway; fasilitas apron/ramp; fasilitas kolam putar/turning basin;
fasilitas dermaga tetap/apung; fasilitas tambatan apung/mooring buoy; penghalang (obstacle), lampu hambatan dan fasilitas penunjang lainnya;
5) Inventarisasi dan identifikasi fasilitas: runway perairan (panjang, lebar, dan kedalaman); jalur landasan pacu air;
6) Identifikasi Lebar Alur Pelayaran pada perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau Banda);
7) Identifikasi kepadatan lalu lintas pada alur pelayaran perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau Banda);
8) Identifikasi kedalaman dan kontur penampang atau channel cross Section and Alignment pada alur pelayaran di perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT),
dan Bandanaira (Pulau Banda);
9) Identifikasi dan inventarisasi data kecelakaan kapal;
10) Identifikasi tinggi gelombang dan ombak yang di sebabkan oleh pergerakan kapal;
11) Identifikasi dan inventarisasi pelabuhan umum dan pelabuhan khusus yang ada di wilayah perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira
(Pulau Banda);
12) Identifikasi dan Inventarisasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran yang tersedia pada pada alur perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira
(Pulau Banda);
13) Identifikasi navigational traffic patterns atau pola lalu lintas navigasi yang ada di perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau
Banda);
14) Identifikasi water and Wind Current pada KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau Banda);
15) Analisis potensi muatan dan penumpang yang masuk dan keluar wilayah KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau Banda);
16) Analisis prediksi kunjungan kapal yang masuk dan keluar wilayah perairan KSPN Danau Toba, Bali, Pulau Raijua (NTT), dan Bandanaira (Pulau Banda);
17) Analisis bathimery, arus, pasang surut, angin, dan gelombang;
18) Analisis peluang tubrukan kapal;
19) Analisis kebutuhan alur perairan untuk operasional sea plane;
20) Rekomendasi.
PENDAHULU AN
OUTPUT KAJIAN
1. Kondisi eksisting, rencana dan usulan sarana dan prasarana, SDM keselamatan dan keamanan waterbase/water
aerodrome/harbour air untuk operasi pesawat amphibi/seaplane.
2. Rancangan regulasi (Peraturan Menteri/Peraturan Dirjen) terkait waterbase/water aerodrome/ harbour air.
3. Teknis waterbase/water aerodrome/ harbour air, meliputi pemilihan lokasi, tata letak fasilitas darat dan fasilitas perairan,
serta perhitungan dan gambar konstruksi bangunan pokok;
4. Persyaratan teknis waterbase/water aerodrome/harbour air yang meliputi design criteria, spesifikasi teknis (RKS), gambar
konstruksi meliputi: layout/tata letak fasilitas dermaga dan rencana penempatan fasilitas SBNP, tampak, potongan, detail, dan
koordinat geografis minimal pada 2 ujung dermaga dan 1 titik di darat.
5. Data teknis di KSPN Danau Toba, Pulau Raijua, Dan Pulau Banda, yang meliputi data geospasial, peta alur, batimetri,
hidrografi, topografi, dan ringkasan laporan hasil survei mengenai pasang surut, arus, hasil survei kondisi tanah;
6. Kajian keselamatan saat taxiing, take off, dan landing termasuk alur pelayaran dan kolam dermaga.
PENDAHULU AN
TINJAUAN UMUM
BANDAR UDARA PERAIRAN
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-1. Example of Seaplane Usage at a Gambar 2-2. Example of a Seaplane Base Along
Public Recreational Area Seattle’s Lake Union Waterfront
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-4. Example of an Unmarked Water Lane
and Taxi Channel
Gambar 2-3. Seaplane Water Landing Area in Relation to a Gambar 2-5. Example of a Marked Water Lane and
Waterfront Community Taxi Channel
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-6. Example of a Constricted Sea Lane Gambar 2-7. Example of an Anchorage Area With
and Taxi Channel Permanent Mooring Buoys Swing Areas
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-10. Minimum Recommended Gambar 2-11. Illustration of a Seaplane Base with
Clearances for a Private Slipway Various Capital Improvements
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-13. Example of a Gangway in Alaska Gambar 2-15. Docking to a Barge, Image courtesy
Southern Seaplanes
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-16. Various types of seaplane landing Gambar 2-18. Maldivian
sites Gambar 2-17. Vancouver Seaport Air Taxi seaport
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-21. Design layout of a typical seaplane Gambar 2-23. Example of floating dock with gangway, pier,
base and slipways
TINJAUAN UMUM
Gambar 2-26. Proposed obstacle clearance limits
Gambar 2-25. Illustration of a seaplane base guide for pilot use
for aircraft approaches to and departures from
Lake Union SPB, Washington
TINJAUAN UMUM
REGULASI
No Regulasi
1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
2 Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
3 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Hidup Udara
4 Peraturan Pemenrintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian
5 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Laut
6 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2020 tentang Bangunan dan Instalasi di Laut
7 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas PP Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
8 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim
9 Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
10 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik Navigasi
11 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 tentang Alur Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan
12 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 130 Tahun 2015 tentang Perubahan PM 62 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Penyelenggara Pelabuhan
13 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 39 Tahun 2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional
14 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 166 Tahun 2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional
15 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2014 tentang Tatacara dan Prosedur Penetapan Lokasi Bandar Udara
16 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 45 Tahun 2014 tentang Persturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 23
17 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
18 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi Pelayaran
19 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan
Penerbang
20 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 580 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan
Bagian 139-01, Sertifikasi dan Registrasi serta Peraturan Keselamatan Operasi Bandar Udara
21 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/227/VIII/2010 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual Of Casr Part 139 Volume Bandar Udara Perairan (waterbase)
Sumber: Presentasi Komtek Transportasi Usulan DRN
REGULASI
No Regulasi
22 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 2771/XII/2010 tentang Petunjuk dan Tatacara Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139-09 (Advisory Circular Casr Part 139-09 Pembangunan dan Pengoperasian Bandara Perairan (Waterbase)
23 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/2759/XII/2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor SKEP/195/IX/2008 tentang Pelaksanaan Persetujuan Terbang (Flight Approval)
24 Lampiran 14 - Aerodrome, Volume I - Desain dan Operasi Aerodrome
25 Asia Pacific Regional Guidance on Requirements for the Design and Operations of Water Aerodromes for Seaplane Operations”, International
Civil Aviation Organization (ICAO)
26 Air Safety Support International, Overseas Territories Aviation Requirements, Bagian 139 - Sertifikasi Aerodrome, Sub Bagian F - Water
aerodrome
27 Surat Edaran Penasihat FAA, AC No. 150 / 5395-1B - Pangkalan Pesawat Amphibi
28 Informasi Tambahan Terkait dengan Laporan tentang Persyaratan untuk Kasus Keselamatan yang berkaitan dengan Operasi Udara dan Air di
Pelabuhan Victoria, QualaTech Aero Consulting Ltd., 20 September 2010
29 Seaplane Base, Advisory Circular U.S. Department Of Transportation Federal Aviation Administration
30 Seaplane Operations – Preflight and Takeoffs Chapter 4 FAA -h-8083-23-3;
31 Practices in Preserving and Developing Public Use Seaplane Bases, FAA
32 Requirements fora future Seaplane/Amphibian transport system Department of Aircrafts and Aircraft Engines Rzeszow University of Technology
33 Seaplane Economics: A quantitative cost comparison of seaplanes and land planes for Sea Base operations, Naval Surface Warfare Center
Carderock Division
34 Seaplane Facilities, US Department Of Commerce
35 Use Of Seaplanes and Integration Within Sea Base, Naval Surface Warfare Center Carderock Division
METODOLOGI
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
1 Data Untuk Sertifikasi Diperlukan data kerangka peraturan perihal penetapan kriteria dan prosedur untuk sertifikasi water aerodrome.
Water Aerodrome Data yang diperlukan sesuai dengan manual water aerodrome yang mencakup informasi perihal : lokasi water aerodrome, fasilitas,
layanan, peralatan, prosedur operasi, organisasi dan manajemen termasuk sistem manajemen keselamatan untuk proses sertifikasi bandar
udara.
2 Data Water Aerodrome 2.1 WAOM
Diperlukan dokumen rencana Water Aerodrome Operations Manual (WAOM) yang menjelaskan karakteristik bandar udara air (water
aerodrome) yang akan disediakan sebagai bahan publikasi informasi aeronautika dan / atau penyebarluasan informasi melalui layanan
informasi aeronautika.
2.2 Persyaratan kualitas data water aerodrome
Data yang diperlukan:
a) Elevasi water aerodrome yang harus diukur dengan akurat dan dibulatkan ke ketinggian berikutnya dari satu setengah meter atau kaki;
b) Dimensi linier yang harus diukur hingga satu setengah meter terdekat; c) Koordinat geografi penerbangan (menunjukkan lintang dan
bujur) harus dinyatakan dalam datum referensi WGS-84; d) Pembaringan yang benar yang harus diukur ke derajat terdekat; e) Kedalaman
air yang harus diukur dan dibulatkan ke bawah hingga sepersepuluh meter terdekat; dan f) Pasang surut yang harus diukur sehubungan
dengan pasang terendah yang tercatat untuk lokasi tersebut.
2.3 Data geografis
a). Pusat geometris
Diperlukan data pusat geometris dari sebuah bandar udara air yang harus ditentukan dan diberikan dengan ketelitian 1/10 detik.
b). Elevasi bandar udara air (Water aerodrome)
Diperlukan data rata-rata ketinggian tertinggi dari perairan runway yang harus diukur dengan mengacu pada rata-rata permukaan laut.
c). Variasi magnetik water aerodrome
Diperlukan data variasi magnet untuk pusat geometris bandar udara air atau water aerodrome yang harus ditentukan dan diberikan pada
derajat terdekat dari magnet yang menunjukkan arah utara.
d). Alat bantu navigasi
Diperlukan data informasi:
(a) hasil pembaringan (bearing), koordinat geografis antena atau pusat radiasi ke 1/10 detik terdekat; dan (b) ketinggian antena atau pusat
pemancar.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
2 Data Water Aerodrome 2.4 Dimensi water aerodrome dan informasi terkait
Data yang diperlukan:
a) Data perairan untuk landasan pacu: (i) arah yang benar; (ii) panjang; (iii) lebar; (iv) kedalaman air; dan (v) arus air.
b) Data kolam olah gerak putar: (i) lokasi; (ii) dimensi; dan (iii) kedalaman air.
c) Data alur olah gerak layar: (i) lebar; dan (ii) kedalaman air.
d) Data fasilitas darat: (i) tipe; dan (ii) kedalaman perairan di pantai.
e) Data rintangan signifikan pada dan di sekitar water aerodrome: (i) lokasi; (ii) elevasi atas ke kaki terdekat (selanjutnya lebih tinggi); dan
(iii) tipe.
f) Data perambuan : (i) perairan untuk landasan pacu; (ii) alur olah gerak layar; dan (iii) area berbahaya.
2.5 Penyediaan informasi operasional
2.5.1 Area pergerakan dan fasilitas terkait
Data yang dibutuhkan:
Informasi tentang kondisi daerah untuk pergerakan dan operasional seaplane serta fasilitas terkait yang harus diberikan dalam layanan
informasi aeronautika, mencakup: a) Informasi penting operasional yang harus diberikan kepada unit layanan lalu lintas udara yang
terkait; dan b) Informasi harus selalu diperbarui.
Data kondisi kesiapan penyampaian informasi potensi area pergerakan dan status operasional fasilitas terkait yang harus dipantau serta
dilaporkan kondisi yang berpengaruh kepada kinerja operasional pesawat amphibi secara signifikan yang harus diberikan kepada unit
layanan lalu lintas udara yang berwenang, sehubungan dengan: a) kerusakan fasilitas pantai; b) puing-puing mengapung di area
pergerakan; c) bahaya sementara termasuk log boom, kapal permukaan atau bahaya permukaan atau di bawah permukaan lainnya; d)
kedalaman air yang terlalu tinggi / rendah secara tidak normal; e) arus air; f) daerah pasang surut, kedalaman air saat air pasang dan
surut atau perubahan musim; dan g) informasi lain yang mungkin berdampak pada keselamatan operasi.
2.5.2 Informasi tentang perairan landasan pacu
Diperlukan data informasi tentang kondisi perairan landasan pacu yang terdiri dari: a) kisaran pasang surut; b) waktu pasang dan surut;
dan c) perkiraan kecepatan dan arah arus air.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
3 Data Karakter Fisik 3.1 Data Perairan untuk landasan pacu
Water Aerodrome Diperlukan data:
a. Jumlah dan orientasi perairan untuk landasan pacu
Berupa data jumlah wilayah perairan yang dapat digunakan untuk landasan pacu water aerodrome dan orientasinya harus sedemikian rupa sehingga, untuk sebagian
besar waktu dapat dimanfaatkan tetapi untuk tidak kurang dari 95 persen setidaknya ada satu perairan untuk landasan pacu yang komponen kecepatan angin
permukaannya mempunyai arah sudut siku-siku ke sumbu longitudinalnya tidak akan menghalangi pendaratan atau lepas landas pesawat amphibi yang akan dilayani
oleh bandar udara air tersebut.
b. Panjang perairan untuk landasan pacu
Data panjang untuk perairan runway yang akan disediakan yang harus memadai untuk memenuhi persyaratan operasional pesawat amphibi dan tidak boleh kurang
dari panjang maksimal yang ditentukan.
Serta data karakteristik kinerja pesawat amphibi yang relevan yang dapat atau akan dioperasikan di water aerodrome ini.
c. Lebar perairan untuk landasan pacu
Diperlukan data lebar runway air yang jika memungkinkan harus tidak kurang dari 60 m.
d. Kedalaman air
Diperlukan data kedalaman air yang diukur pada permukaan air terrendah, di mana di perairan landasan pacu tidak boleh kurang dari 1,8 m (6 kaki) atau kurang dari
0,3 m di bawah lambung atau ketika pesawat amphibi mengapung diam dan dibebani hingga berat maksimum untuk lepas landas.
e. Perairan untuk penyangga landasan pacu
Diperlukan data penyangga sebagai pelindung, jika memungkinkan, harus diperlebar di setiap sisi landasan pacu hingga jarak tidak kurang dari 30 m (100 kaki) dan
diperpanjang pada setiap ujung landasan pacu hingga jarak 60 m.
3.2 Kolam untuk olah gerak putar
Diperlukan data kondisi atas ketersediaan kolam olah gerak untuk memutar yang harus disediakan di ujung runway.
Data yang diperlukan mencakup: (a) Diameter yang diukur pada permukaan air surut terrendah tidak kurang dari dua kali lebar minimum yang ditentukan dari lebar
runway terkait; (b) Kedalaman cekungan putar yang harus diukur pada permukaan air surut terrendah yang harus setidaknya sama dengan kedalaman di runway
yang sesuai; dan (c) Jarak bebas halangan horizontal antara tepi kolam putar dan halangan terdekat tidak kurang dari 15 m (50 kaki).
3.3 Alur gerak
Diperlukan data perairan untuk alur gerak layar yang memiliki lebar tidak kurang dari 45 m (150 kaki).
Data kesediaan ruang perairan untuk fasilitasi gerak dengan jarak dari ujung sayap pesawat amphibi yang satu ke ujung sayap pesawat amphibi yang lain (alur gerak
layar dua arah) harus tidak kurang dari 15 m (50 kaki).
Diperlukan pengambilan data kedalaman air yang diukur pada permukaan air terrendah di alur olah gerak layar tidak boleh kurang dari 1,8 m (6 kaki) atau kurang dari
0,3 m di bawah lambung atau ketika pesawat amphibi diam mengapung dan dibebani maksimum.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
3 Data Karakter Fisik 3.4 Area tambat
Diperlukan data penyediaan area tambat untuk pesawat amphibi dan untuk memungkinkan embarkasi dan penurunan penumpang, bongkar muat kargo, yang harus
Water Aerodrome dipilih sebagai area yang tidak mengganggu kegiatan lalu lintas layar water aerodrome.
Data yang diperlukan mencakup: (a) Ukuran area tambat yang harus memadai untuk memungkinkan penanganan lalu lintas pada jam sibuk dengan cepat; (b)
Kedalaman air di area tambat harus diukur pada permukaan air terrendah setidaknya di alur olah gerak layar yang diperlukan; (c) Kondisi area tambat yang harus
dirancang sedemikian rupa sehingga memberikan jarak minimal 15 m (50 kaki) antara bagian mana pun dari pesawat amphibi dengan benda apapun yang dapat
bersentuhan dengannya yang tergantung pada ketinggian air.
3.5 Fasilitas darat
Diperlukan data fasilitas yang dapat digunakan untuk platform (tetap atau terapung), ramp atau pantai untuk memungkinkan naik dan turunnya penumpang dan awak
kapal, bongkar muat kargo dan pengisian bahan bakar. Di mana platform yang diperlukan itu harus: a) berada dalam kondisi yang memungkinkan penggunaan terus-
menerus aman dan nyaman tanpa menyebabkan risiko cedera pada orang atau kerusakan pesawat; b) dilekatkan atau ditambatkan sedemikian rupa sehingga dapat
mencegah dari pergeseran posisi atau terlepas; c) memiliki akses dari pantai yang menyediakan pergerakan aman awak dan penumpang maupun barang; dan d)
memiliki setidaknya dua rel penambat atau sejumlah lubang gerigi pengikat yang sesuai di setiap posisi parkir pesawat amphibi untuk mengamankan pesawat
amphibi.
Data estimasi kondisi ketika pesawat amphibi berlabuh dalam posisi tambat di mana komponen pesawat amphibi berada di tambatan platform dan memungkinkan
dapat menimbulkan bahaya bagi pergerakan awak dan penumpang, maka untuk menghindari bahaya tersebut harus diberi tanda dengan jelas, melalui:a) kerucut; dan
/ atau b) tanda merah dan putih bercorak; dan c) dengan cara yang mudah dikenali oleh awak dan penumpang.
Diperlukan data kondisi daerah, jika tersedia jalur atau pantai yang landai, itu harus terdapat pertimbangan data tentang harus: a) tersedia daerah untuk membangun
1,5 kali lebar pelampung atau roda pendaratan pesawat amphibi terbesar yang dimaksudkan untuk menggunakan fasilitas tersebut; b) terletak sedemikian rupa
sehingga memberikan jarak minimum 1,8 m (6 kaki) antara sayap pesawat amphibi dan benda apa pun yang dapat bersentuhan dengannya; dan c) dibangun dengan
kemiringan tidak lebih curam dari 8: 1.
Data Perlindungan Diperlukan data kondisi lingkungan setempat tentang bahaya serangan satwa liar di atau di sekitar bandar udara air yang harus dinilai melalui evaluasi berkelanjutan
7
terhadap bahaya satwa liar oleh personel yang kompeten. Di mana tindakan harus diambil untuk mengurangi risiko gangguan terhadap operasi pesawat amphibi
Terhadap Bahaya dengan mengadopsi tindakan sehingga dapat meminimalkan kemungkinan tabrakan antara satwa liar dan pesawat amphibi.
Serangan Satwa Liar
Data Pencahayaan Area Diperlukan data kondisi lingkungan untuk pelaksanaan identifikasi dan pencahayaan area manuver water aerodrome yang harus disediakan untuk mengurangi
8
gangguan jarak pandang.
Olah Gerak Pesawat Data tanggapan terhadap penyiapan rambu yang harus menyala yang dapat diidentifikasi sebagai lampu suar yang bergantian berkedip putih dan kuning dengan
Ampibhi kecepatan 12 hingga 30 kedipan per menit. Di mana di daerah padat lalu lintas air, suar strobo yang diaktifkan dengan transmisi radio dapat digunakan untuk
mengingatkan pelaut dan awak pesawat lain bahwa pesawat amphibi akan tiba atau berangkat dalam waktu singkat. Demikian juga lampu sorot harus dipasang di
pantai untuk menerangi apron, pelampung, ramp, dan dermaga jika diperlukan. Kehati-hatian harus diambil dalam menemukan dan mengarahkan lampu sorot untuk
mencegah mempengaruhi penglihatan pilot saat pendaratan atau lepas landas atau menciptakan refleksi yang mengganggu.
Untuk hal-hal di atas perlu adanya data kesiapan supply energi listrik bagi operasional water aerodrome.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI WATER AERODROME
NO KOMPONEN KEBUTUHAN DATA
WATER
AERODROME
9 Data Penyelamatan 9.1 Tingkat perlindungan yang akan diberikan
Dan Pemadaman Diperlukan data ketersediaan kapal penyelamat dan pemadam kebakaran di area kerja water aerodrome yang harus
Kebakaran tersedia sesuai dengan tingkat perlindungan yang diperlukan.
9.2 Waktu merespon
Diperlukan data ketersediaan standar operasional RFFS untuk water aerodrome, yang harus mencapai waktu respons
yang tidak melebihi tiga (03) menit untuk setiap titik pada setiap operasional runway air, dalam jarak pandang dan
kondisi permukaan yang optimal
10 Data Perencanaan Diperlukan data kesiapan operator water aerodrome untuk menyediakan Aerodrome Emergency Plan (AEP) bagi
Darurat Water operasional water aerodrome yang harus disetujui / diterima oleh otoritas pengawas. Di mana tujuan perencanaan
Aerodrome darurat yang diuraikan dalam Bab 9 ICAO Annex 14, Volume I juga berlaku untuk water aerodrome.
Rencana darurat tersebut harus mempertimbangkan bahaya tertentu yang terkait dengan operasi pesawat amphibi,
termasuk: a) evakuasi penumpang misalnya dari air yang mengancam nyawa ke lingkungan yang lebih aman; b)
timbulnya hipotermia, dan efek terkaitnya, selama dan setelah perendaman dalam waktu lama dalam air dingin; dan c)
efek toksisitas dan pernapasan langsung pada orang yang selamat di dalam air setelah menelan bahan bakar dan
minyak yang mengapung serta uapnya yang terkait, serta busa, bubuk, dan gas penekan api.
AEP harus memuat ketentuan untuk: a) penyelamatan air; b) tanggap kebakaran; dan c) pemulihan pesawat yang
cacat dari area pergerakan.
AEP harus berisi prosedur untuk pengujian berkala terhadap kecukupan rencana dan untuk meninjau hasil guna
meningkatkan efektivitasnya.
AEP harus diuji sesuai dengan persyaratan Annex 14, Volume I.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI KEPELABUHANAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
1 Data lokasi Koordinat (diambil dengan GPS geodetik) dan status lahan
2 Data perencanaan wilayan RTRW Kabupaten, RTRW Provinsi dan RTRN dari Kementerian PUPR
3 Data jaringan transportasi Tatralok dari Kabupaten, Tatrawil dari Provinsi dan Tatranas dari Kemenhub
4 Data potensi sosial ekonomi Dokumen Kabupaten dan Provinsi Dalam Angkah
5 Data potensi wisata Jumlah dan asal wisatawan domestik dan mancanegara dari, Dinas Parawisata
Kabupaten, Dina Parawisata Provinsi dan Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif
6 RPJM Jangkah pendek, menengah dan panjang dari kabupaten dan Provinsi
7 Studi terdahulu Dokumen FS, Dokumen Masterpalan dan Dokumen DED dari Kementerian
Perhubungan
8 Data fasilitas eksisting Dilakukan identifasi fasilitas darat, fasilitas perairan dan sarana bantu navigas (lengkap
dengan koordinat yang diukur dengan GPS geodetik)
9 Bench Mark Jika belum ada, maka dilakukan pengukuran dengan mengggunakan GPS Geodetik
10 Data batimetri Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran lapangan dengan luasan sesuai
kebutuhan dan dikoreksi dengan data pasang surut dengan elevasi terendah LAT (alat
ukur Echosoundir Multi Beam)
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI KEPELABUHANAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
11 Data topografi Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan Total Station.
Data diikat dengan BM pasang surut dan batimetri.
12 Data pasang surut Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan Tide Master
(alat ukur otomatis) minimal 15 hari
13 Data arus Jika belum tersedia, dilakukan pengukran dengan menggunakan Sontek. Pengukuran
dilakukan pada kondisi spring dan nipe tide
14 Data sedimen Jika tidak tersedia, maka dilakukan pengukuran sedimen melayang dan dasar dengan
menggunakan botol Nanseen dan sedimen grab
15 Data angin Data kecepatan dan arah arus selama minimal 10 tahun dari BMKG atau sumber lain
16 Data gelombang Arah dan tinggi gelombang setiap jam selama minimal 10 tahun yang bersumber dari
BMKG atau sumber lain
17 Data teknis pesawat Panjang, lebar, tinggi, kecepatan, dll (Dokumen yang relevan)
18 Operasional pesawat Persyaratan operasi, proses landing, take of, manuver, kecepatan, kebutuhan
kedalaman air, kebutuhan area, kebutuhan lahan darat, dll (data bersumber dari
dokumen atau artikel yang terkait)
19 Dasar sosek Dilakukan penyebaran kuisioner
20 Kondisi daerah sekitar Identifikasi keberadaan gunung, bangunan tinggi, tower dan lain-lain
21 Pelabuhan sekitar Identifikasi keberadaan dan titik pelabuhan dan bandara di sekitar lokasi
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
SISI KEPELABUHANAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
22 Data potensial gangguan/ Dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya gangguan operasional seaplane, misalnya
obstacles daerah kerja nelayan, potensi sedimentasi, sampah, pemetaan dasar laut dengan
menggunakan SBP, dll
23 Data ketersediaan air tawar Dilakukan identifikasi ketersediaan air tawar di permukaan maupun air tanah. Ini
diperlukan untuk mencuci seaplane apabila tidak digunakan agar terhindar dari korosi.
24 Data potensi demand Dilakukan identifikasi potensi kebutuhan penerbangan dengan menggunakan seaplane
ke daerah tersebut
25 Data fasilitas umum Dilakukan identifikasi fasilitas umum yang ada, misalnya fasilitas kesehatan, fasilitas
keamanan, fasilitas penerangan, dll.
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
PADA SAAT SURVEY AWAL/PENDAHULUAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
1 Data pemilihan lokasi Koordinat (diambil dengan GPS geodetik) dan status lahan
2 Data perencanaan wilayah RTRW Kabupaten, RTRW Provinsi dan RTRN dari Kementerian PUPR
3 Data jaringan transportasi Tatralok dari Kabupaten, Tatrawil dari Provinsi dan Tatranas dari Kemenhub
4 Data potensi sosial ekonomi Dokumen Kabupaten dan Provinsi Dalam Angkah
5 Data potensi wisata Jumlah dan asal wisatawan domestik dan mancanegara dari, Dinas Parawisata
Kabupaten, Dina Parawisata Provinsi dan Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif
6 RPJM Jangkah pendek, menengah dan panjang dari kabupaten dan Provinsi
7 Studi terdahulu Dokumen FS, Dokumen Masterpalan dan Dokumen DED dari Kementerian
Perhubungan
8 Data fasilitas eksisting Dilakukan identifasi fasilitas darat, fasilitas perairan dan sarana bantu navigas (lengkap
dengan koordinat yang diukur dengan GPS geodetik)
9 PENETAPAN Bench Mark Jika belum ada, maka dilakukan pengukuran dengan mengggunakan GPS Geodetik
10 Data teknis pesawat Panjang, lebar, tinggi, kecepatan, dll (Dokumen yang relevan)
11 Kondisi daerah sekitar Identifikasi keberadaan gunung, bangunan tinggi, tower dan lain-lain
12 Pelabuhan sekitar Identifikasi keberadaan dan titik pelabuhan dan bandara di sekitar lokasi
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
PADA SAAT SURVEY AWAL/PENDAHULUAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
13 Data potensial gangguan/ Dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya gangguan operasional seaplane,
obstacles misalnya daerah kerja nelayan, potensi sedimentasi, sampah, pemetaan dasar
laut dengan menggunakan SBP, dll
14 Data ketersediaan air tawar Dilakukan identifikasi ketersediaan air tawar di permukaan maupun air tanah.
Ini diperlukan untuk mencuci seaplane apabila tidak digunakan agar terhindar
dari korosi.
15 Data potensi demand Dilakukan identifikasi potensi kebutuhan penerbangan dengan menggunakan
seaplane ke daerah tersebut
16 Data fasilitas umum Dilakukan identifikasi fasilitas umum yang ada, misalnya fasilitas kesehatan,
fasilitas keamanan, fasilitas penerangan, dll.
17 Operasional pesawat Persyaratan operasi, proses landing, take of, manuver, kecepatan, kebutuhan
kedalaman air, kebutuhan area, kebutuhan lahan darat, dll (data bersumber
dari dokumen atau artikel yang terkait)
18 Dasar sosek Dilakukan penyebaran kuisioner
KEBUTUHAN DATA DAN SUMBER DATA
PADA SAAT SURVEY LAPANGAN/PENGUKURAN
NO KEBUTUHAN DATA KETERANGAN
1 Bench Mark Jika belum ada, maka dilakukan pengukuran dengan mengggunakan GPS Geodetik
2 Data batimetri Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran lapangan dengan luasan sesuai
kebutuhan dan dikoreksi dengan data pasang surut dengan elevasi terendah LAT (alat
ukur Echosoundir Multi Beam)
3 Data topografi Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan Total Station.
Data diikat dengan BM pasang surut dan batimetri.
4 Data pasang surut Jika belum tersedia, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan Tide Master
(alat ukur otomatis) minimal 15 hari
5 Data arus Jika belum tersedia, dilakukan pengukran dengan menggunakan Sontek. Pengukuran
dilakukan pada kondisi spring dan nipe tide
6 Data sedimen Jika tidak tersedia, maka dilakukan pengukuran sedimen melayang dan dasar dengan
menggunakan botol Nanseen dan sedimen grab
7 Data angin Data kecepatan dan arah arus selama minimal 10 tahun dari BMKG atau sumber lain
8 Data gelombang Arah dan tinggi gelombang setiap jam selama minimal 10 tahun yang bersumber dari
BMKG atau sumber lain
M ulai
Tidak
Cek
ALUR Ya
Penentuan Titik
Pengukuran Arus
METODE PELAKSANAAN
PELAKSANAAN SURVEY LAPANGAN DARI
Titik Pengu kuran Aru s
Siap
SISI PERAIRAN
SURVEY DAN Tidak
Cek
Hitung kecepatan
rata- rata sebagai
fungsi kedalaman
dan arah
Output:
Data kecepatan
arus fungsi
kedalaman dan
Buat Grafik kecepatan arah
arus rata r-ata sebagai
fungsi waktu dan arah
METODOLOGI
Selesai
HASIL SURVEI
UJI PENERBANGAN SEAPLANE DI PERAIRAN GILIYANG
1. KONDISI UMUM PELAKSANAAN UJI PENERBANGAN
Pulau Giliyang
Masyarakat dan pejabat terkait sangat antusias menyambut Huji penerbangan
ASIL SURVEY
UJI PENERBANGAN SEAPLANE DI PERAIRAN GILIYANG
2. RESPON STAKEHOLDER TERKAIT
Kapuslitbang Ketua DPC
Kepala Balitbang
Udara, Balitbang, Anggota Komisi IV Kepala Himpunan
Perhubungan Bupati Sumenep,
Kemenhub, DPRD Sumenep, Desa Banraas Pramuwisata
Kemenhub RI, Achmad Fauzi, SH,
Capt. Novyanto M Syukri H.Mathor Sumenep,
Umar Aris MH
Widadi Pram Hambali
Sangat mendukung Sangat mendukung
Penerbangan ini bagian Pihaknya berharap
perkembangan objek penuh atas
Dari hasil uji coba program Litbang adanya pembangunan
wisata di Kabupaten Meminta kepada Bandara laut akan pembangunan Bandara
Transportasi Udara Sumenep yang
penerbangan mampu meningkatkan laut dan mengharapkan
Badan Litbang wilayahnya terdiri dari Pemkab setempat,
Perhubungan perekonomian agar dapat memberikan
pesawat amfibi daratan dan kepulauan, transportasi Seaplane masyarakat Pulau
Kemenhub, yang sehingga dampak positif untuk
Travira Air dari Giliiyang serta dapat
menggagas jalur pengembangannya tidak tak hanya untuk mendobrak
membantu dan
Denpasar ke Pulau transportasi udara dari hanya di daratan saja menunjang perekonomian warga
Bali ke Pulau Oksigen sektor pariwisata. mengembangkan serta masyarakat Pulau
tetapi juga di kepulauan.
Giliyang, Giliyang. melestarikan keberadaan Giliyang dan
Berharap penerbangan Melainkan juga bisa
Para wisman dengan pesawat terapung atau Pantai Wisata Giliyang diharuskan membantu
pendaratan lancar,
adanya penerbangan seaplane tidak hanya dimanfaatkan sebagai yang menjadi sebuah serta menjaga dalam
dan memang disitu jalur udara itu, selain untuk jalur wisata saja, transportasi alternatif anugrah yang mampu
melestarikan,
menikmati wisata di Bali tetapi juga reguler menarik perhatian
sudah layak menjadi wisatawan seluruh
memajukan Wisata
juga bisa menikmati supaya memudahkan masyarakat kepulauan
pulau oksigen Giliyang daerah lokal dan luar pulau Oksigen terbaik
‘aerodrome’.. masyarakat menuju dunia di Pulau
sebagai wisata kesehatan daerah bahkan manca
kepulauan. negara Giliyang.
HASIL SURVEI LOKASI PULAU GILIYANG
LOKASI PENGAMATAN
TOMOGRAFI
H ASIL SURVEY
KONDISI UMUM PERAIRAN GILIYANG
H ASIL SURVEY
KONDISI METEOROLOGI DI GILIYANG, SUMENEP
• Oktober November peralihan musim terjadi pada dini hari hingga jam 7 dan selanjutnya
H ASIL SURVEY
KONDISI METEOROLOGI DI GILIYANG, SUMENEP
• Terdapat dua waktu penyinaran minimum • Suhu udara rata - rata berkisar antara 27,4o C -
yaitu Desember 2016 (25,2%) dan Desember 29,5o C.
2020 (28,8%). • Terdapat titik terendah suhu udara yaitu pada
• Mei - Oktober persentase penyinaran bulan Januari 2011 (26,7o C) dan bulan Februari
matahari Tinggi 2018 (26,2o C).
• November - April persentase penyinaran • suhu udara meningkat pada bulan Mei, Oktober,
matahari rendah dan November.
H ASIL SURVEY
KONDISI METEOROLOGI DI GILIYANG, SUMENEP
7. Gelombang
• Gelombang di Stasiun S3 yang berada di laut terbuka lebih tinggi dibandingkan gelombang di dekat pulau Gili Iyang (S4).
• rata rata tinggi gelombang di S4 yaitu 0,265m dan di S3 sebesar 0,342m
• Gelombang tertinggi terjadi pada tanggal 24 Juni 2021 pukul 00.00 UTC atau tanggal 24 Juni 2021 pukul 07.00 waktu
setempat dengan ketinggian gelombang 0,45m di S4 dan 0,59m di S3
• Gelombang terendah terjadi pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 12.00 UTC atau tanggal 21 Juni 2021 pukul 19.00 waktu
setempat dengan ketinggian gelombang 0,1m di S4 dan 0,14m di S3.
H ASIL SURVEY
KONDISI METEOROLOGI DI GILIYANG, SUMENEP
8. Pasang Surut
• Fluktuasi pasang surut air laut terjadi pada Bulan Juni - September dan Desember - Maret dengan nilai maksimum
pasang air laut mencapai 200 cm dan nilai minimum surut air laut mencapai -100 cm.
• April - Mei dan Oktober - November fluktuasi pasang surut air laut jauh lebih rendah dengan nilai maksimum pasang
air laut 90 cm dan nilai minimum surut air laut -80 cm.
• Awal tahun 2016 juga menunjukkan trend yg lebih rendah dibanding tahun - tahun lainnya.
H ASIL SURVEY
AKUISISI DATA AKUSTIK TOMOGRAFI
H ASIL SURVEY
AKUISISI DATA AKUSTIK TOMOGRAFI
a. SNR pada 17 Juni 2020 (STA1 ke STA3) b. SNR pada 17 Juni 2021 (STA1 ke STA4)
Pukul 18:00 WIB
Pukul 23:50 WIB
H ASIL SURVEY
AKUISISI DATA AKUSTIK TOMOGRAFI
c. Stacking SNR
H ASIL SURVEY
AKUISISI DATA AKUSTIK TOMOGRAFI
d. Data temperatur hasil analisa harian antara pasangan stasiun
Data tanggal 17 Juni 2020, STA 1 ke STA 3 (Kondisi stasiun Data tanggal 18 Juni 2020, STA 1 ke STA 3 (Kondisi data
masih dalam pemasangan, dan data belum sepenuhnya stabil) kurang baik)
H ASIL SURVEY
ANALISIS
ANALISIS ASPEK LEGALITAS
1. Karakteristik Kesiapan informasi cuaca Penyediaan informasi cuaca dan kondisi PP RI Nomor 32 Th 2021,
perairan dan kondisi perairan. perairan yang harus siap setiap saat untuk Pasal 80 s/d. Pasal 83; IMO,
dikomunikasikan dengan pengguna/ ICAO.
armada pesawat amphibi di saat
diperlukan.
2. Karakteristik Kesiapan sarpras water Ketersediaan informasi atau data base PP RI Nomor 32 Th 2021,
pesawat amphibi aerodrome terhadap ukuran spesifikasi teknis dari setiap pesawat Pasal 5, Pasal 7, Pasal 8, dan
seaplane yang akan dilayani. amphibi/seaplane yang akan dilayani. Pasal 12 s/d. Pasal 21; ICAO,
IMO.
3. Basis operasional Kesiapan sarpras water Menyediakan sarana dan prasarana PP RI Nomor 32 Th 2021,
pesawat amphibi aerodrome terhadap aspek keselamatan dan navigasi standar water Pasal 78 s/d. Pasal 80; Kep
keselamatan operasional aerodrome. Dirjen Perhubungan Udara
seaplane. No. SKEP/113/VI/ 2002;
ICAO, IMO.
4. Peraturan pelayaran Kepahaman operator Diseminasi regulasi pelayaran di asosiasi PP RI Nomor 32 Th 2021,
seaplane terhadap peraturan penerbangan pesawat amphibi untuk Pasal 78; IMO.
pelayaran yang berlaku dipahami dan dimengerti.
A N A L I S I S
ANALISIS ASPEK LEGALITAS
Aspek Operasional Layanan water aerodrome yang perlu
No. Hal yang perlu diantisipasi Regulasi/Acuan *)
Seaplane disiapkan
5. Inspeksi persiapan Ketersediaan tenaga Penyiapan dan penyediaan petugas PP RI Nomor 32 Th 2021,
sebelum terbang pengawas operasional inspektur pengawas kesiapan Pasal 83. ICAO, IMO.
seaplane di water aerodrome penerbangan pesawat amphibi, di setiap
tersertifikasi. water aerodrome.
6. Taxiing di wilayah Ketersediaan perambuan, Menyediakan rambu-rambu untuk PP RI Nomor 32 Th 2021,
water aerodrome dan antisipatif terhadap pergerakan pesawat amphibi di wilayah Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
kejadian collision, engine water aerodrome.
break out dsb.
7. Olah gerak turning Ketersediaan ruang olah Menyediakan/mengatur ruang gerak PP RI Nomor 32 Th 2021,
gerak putar menuju water pesawat amphibi di saat dibutuhkan area Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
runway ataupun dermaga, untuk berputar bagi kesiapan strategi
dan antisipatif terhadap landing ataupun take off.
kejadian gagal putar/
keepsizing
8. Gerak navigating Ketersediaan ruang olah Menyediakan/mengatur ruang gerak atau PP RI Nomor 32 Th 2021,
gerak navigating , dan menyiapkan alur pelayaran pesawat Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
antisipatif terhadap kejadian amphibi di saat bergerak menuju tambat
collision , keepsizing setelah landing atau sebaliknya ke run
way untuk take off. A N A L I S I S
ANALISIS ASPEK LEGALITAS
Aspek Operasional Layanan water aerodrome yang perlu
No. Hal yang perlu diantisipasi Regulasi/Acuan *)
Seaplane disiapkan
9. Porpoising Antisipatif terhadap Tanggap darurat atau adanya unit PP RI Nomor 32 Th 2021,
kemungkinan timbulnya penanggulangan kecelakaan jika terjadi Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
gagal konstruksi, mesin, dan peristiwa kerusakan karena porpoising,
passenger sickness/ failure/ yang dapat terjadi di saat proses take off
fatique. maupun landing, dengan penyediaan
sarana dan prasarana pertolongan.
10. Skipping Antisipatif terhadap Tanggap darurat atau adanya unit PP RI Nomor 32 Th 2021,
kemungkinan timbulnya penanggulangan kecelakaan jika terjadi Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
gagal konstruksi, mesin, dan peristiwa kerusakan karena Skipping,
passenger sickness/failure/ yang dapat timbul di saat proses take off
fatique. maupun landing, dengan penyediaan
sarana dan prasarana pertolongan.
11. Sticking Antisipatif terhadap Tanggap darurat atau adanya unit PP RI Nomor 32 Th 2021,
kelebihan muatan/ penanggulangan kecelakaan jika terjadi i Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
penumpang ataupun kurang peristiwa Sticking, yang dapat terjadi di
tepatnya penataan posisi saat proses take off, dengan pemeriksaan
muatan, atau engine failure. ulang dalam mengatasi sticking, serta
penyediaan sarana dan prasarana
inspeksi. A N A L I S I S
ANALISIS ASPEK LEGALITAS
Aspek Operasional Layanan water aerodrome yang perlu
No. Hal yang perlu diantisipasi Regulasi/Acuan *)
Seaplane disiapkan
12. Lepas landas dari Antisipatif gagal lepas Menyediakan rambu-rambu runway, PP RI Nomor 32 Th 2021,
permukaan air landas karena informasi menyediakan tanda arah angin Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
kondisi cuaca, perambuan, (windshock), menyediakan peralatan
keramaian lalulintas kapal. penyampaian informasi kepada
masyarakat setempat yang beraktivitas di
air untuk menghindar dari runway. Serta
adanya unit penanggulangan kecelakaan
13. Landing di Antisipatif terhadap gagal Menyediakan rambu-rambu runway, PP RI Nomor 32 Th 2021,
permukaan air landing karena miss menyediakan tanda arah angin Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
informasi kondisi cuaca/ (windshock), menyediakan peralatan
perambuan/ keramaian penyampaian informasi kepada
lalulintas kapal, dsb. masyarakat setempat yang beraktivitas di
air untuk menghindar dari runway. Serta
adanya unit penanggulangan kecelakaan
14. Gerak dengan Antisipatif terhadap gagal Tanggap darurat atau adanya unit PP RI Nomor 32 Th 2021,
kondisi Crosswind dalam gerak crosswind penanggulangan kecelakaan jika terjadi Pasal 5 s/d. 10; IMO, ICAO.
karena kondisi cuaca, kegagalan dalam gerak crosswind, di saat
perambuan, keramaian proses take off maupun landing, dengan
lalulintas kapal, dsb. penyediaan sarana dan prasarana
pertolongan. A N A L I S I S
ANALISIS LINGKUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI
Tapak Site Area Bandar Udara Sosial, Ekonomi dan Budaya
• Tidak mengurangi lahan perkebunan karena lahan yang
1 • memiliki kemiringan lahan yang memadai dibebaskan untuk pengembangan bukan lahan produktif
• diperlukan pembebasan lahan karena lokasi berada • Transportasi menjadi lancar
disekitar rumah, rawa, kebun, semak-semak 5 • Akan mendatangkan investor dan wisatawan
• Meningkatnya arus kunjungan penginapan dan
Kebisingan wisatawan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN
3. Kondisi Karakter Data Perairan untuk landasan pacu Tersedia dari Direkomendasikan untuk
Fisik Water Tersedianya data Jumlah dan orientasi perairan hasil survey dilakukan penataan
Aerodrome untuk landasan pacu, Panjang perairan untuk tomografi dokumen kondisi karakter
landasan pacu, Lebar perairan untuk landasan pacu, fisik water aerodrome
Kedalaman air, Perairan untuk penyangga landasan berbasis requirements
pacu persyaratan di saat water
aerodrome ini siap untuk
dikembangkan.
A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN
PARAMETER UPAYA TINDAK
PERSEPSI
NO WATER EKSPEKTASI LANJUT YANG
EXISTING
AERODROME DIPERLUKAN
3. Kondisi Karakter Kolam untuk olah gerak putar Tersedia dari Direkomendasikan
Fisik Water Aerodrome Tersedianya data kondisi atas ketersediaan kolam olah hasil survey untuk dilakukan
gerak untuk memutar yang harus disediakan di ujung tomografi penataan dokumen
runway. kondisi karakter fisik
water aerodrome
Alur gerak
berbasis requirements
Tersedianya data perairan untuk alur gerak layar yang
persyaratan di saat
memiliki lebar tidak kurang dari 45 m (150 kaki).
water aerodrome ini
Area tambat siap untuk
Tersedianya data penyediaan area tambat untuk pesawat dikembangkan.
amphibi dan untuk memungkinkan embarkasi dan
penurunan penumpang, bongkar muat kargo, yang harus
dipilih sebagai area yang tidak mengganggu kegiatan
lalu lintas layar water aerodrome.
Fasilitas darat
Tersedianya data fasilitas yang dapat digunakan untuk
platform (tetap atau terapung), ramp atau pantai untuk
memungkinkan naik dan turunnya penumpang dan awak
kapal, bongkar muat kargo dan pengisian bahan bakar.
A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN
A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN
PARAMETER
PERSEPSI UPAYA TINDAK LANJUT
NO WATER EKSPEKTASI
EXISTING YANG DIPERLUKAN
AERODROME
6. Rambu Penanda Benda obyek tetap Belum Direkomendasikan untuk dilakukan
Adanya Benda Tersedianya data benda-benda yang harus tersedia. penyiapan dan penataan dokumen
Yang Harus ditandai dan / atau diberikan lampu rambu perambuan untuk penandaan adanya
Dihindari yang harus dinyalakan. benda yang harus dihindari dalam
operasional water aerodrome berbasis
Menandai adanya benda
requirements persyaratan di saat water
Tersedianya data kebutuhan pemberian
aerodrome ini siap untuk
tanda untuk semua benda tetap yang harus
dikembangkan..
ditandai dengan warna yang mencolok.
7. Perlindungan Tersedianya data kondisi lingkungan Belum Direkomendasikan untuk dilakukan
Terhadap Bahaya setempat tentang bahaya serangan satwa tersedia. penyiapan dan penataan dokumen
Serangan Satwa liar di atau di sekitar bandar udara air yang kondisi perlindungan terhadap bahaya
Liar harus dinilai melalui evaluasi berkelanjutan serangan satwa liar di dalam operasional
terhadap bahaya satwa liar oleh personel water aerodrome
yang kompeten.
8. Pencahayaan Area Tersedianya data kondisi lingkungan untuk Belum Direkomendasikan untuk dilakukan
Olah Gerak pelaksanaan identifikasi dan pencahayaan tersedia. penyiapan dan penataan dokumen
Pesawat Ampibhi area manuver water aerodrome yang harus pencahayaan area olah gerak pesawat
disediakan untuk mengurangi gangguan amphibi di dalam operasional water
jarak pandang. aerodrome A N A L I S I S
ANALISIS KESENJANGAN
PARAMETER
PERSEPSI UPAYA TINDAK LANJUT
NO WATER EKSPEKTASI
EXISTING YANG DIPERLUKAN
AERODROME
9. Penyelamatan Dan Tingkat perlindungan yang akan Belum tersedia. Direkomendasikan untuk dilakukan
Pemadaman diberikan penyiapan dan penataan dokumen
Kebakaran Tersedianya data ketersediaan kapal sistem penyelamatan dan
penyelamat dan pemadam kebakaran di pemadaman kebakaran untuk
area kerja water aerodrome operasional water aerodrome
Waktu merespon berbasis requirements persyaratan
Tersedianya data ketersediaan standar di saat water aerodrome ini siap
operasional RFFS untuk water untuk dikembangkan
aerodrome,
10. Perencanaan Darurat Tersedianya data kesiapan operator Belum tersedia. Direkomendasikan untuk dilakukan
Water Aerodrome water aerodrome untuk menyediakan penyiapan dan penataan dokumen
Aerodrome Emergency Plan (AEP) bagi perencanaan mitigasi darurat untuk
operasional water aerodrome yang harus operasional water aerodrome
disetujui / diterima oleh otoritas berbasis requirements persyaratan
pengawas di saat water aerodrome ini siap
untuk dikembangkan.
A N A L I S I S
ANALISIS SWOT
STRENGTH WEAKNESS
Pra-Konstruksi Konstruksi
A N A L I S I S
KESIMPULAN
&SARAN
KESIMPULAN
• Potensi wilayah perairan untuk pengembangan waterbase/harbour air/water aerodrome di Giliyang sebagai prasarana
untuk pengoperasian pesawat Amphibi/Seaplane adalah sangat dimungkinkan.
• Kebutuhan penyediaan wilayah perairan di Gili Iyang cukup memenuhi sebagaimana yang dibutuhkan. Sehingga
untuk pengembangkan water aerodrome sebagai sarpras untuk kepentingan umum ataupun pengembangan pariwisata
di daerah Giliyang ini, potensi wilayahnya cukup tersedia.
• Untuk mewujudkan integrasi, koordinasi, simplifikasi, dan kecepatan dalam penetapan area di dalam Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr)/ Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan bagi kepentingan umum, maka
berbasis potensi wilayah dan peraturan perundangan yang ada, daerah Giliyang adalah sangat meungkinkan untuk
dikembangkan water aerodrome yang terintegrasi dengan pelabuhan-pelabuhan laut terdekat, yakni Pelabuhan
Kalianget, Pelabuhan Dungkek, Pelabuhan Ju'aji, dan lain-lain.
• Langkah pengembangan waterbase/ harbour air/water aerodrome yang terintegrasi dengan Pelabuhan Danau dan
Pelabuhan Laut dapat diciptakan dengan program – program sinergi antar instansi terkait dan kemitraan dengan swasta
untuk pengembangan sector pariwisata ini.
P E N U T U P
SARAN
1. Perlu dilakukan penyempurnaan regulasi dan harmonisasi antara stakeholder terkait dalam penyusunan Rencana
Induk Bandar Udara Perairan Nasional dan juga untuk operasional.
2. Perlu dilakukan pengaturan pengoperasian seaplane di Indonesia agar pembangunan dan pengembangan Bandar
Udara Perairan dapat mengikut standar yang berlaku secara Internasional.
3. Untuk mendukung sektor industri dalam negeri saat ini perlu dipertimbangkan penggunaan pesawat N219
sebagai pesawat udaraperairan (seaplane).
4. Perlu dilakukan koordinasi antar regulasi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (IMO) dan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara (ICAO) agar terwujudnya suatu aturan yang mendasari perancangan Bandar Udara Perairan
dan pengoperasian Pesawat Udara Perairan (seaplane).
P E N U T U P
IMPLIKASI KEBIJAKAN
P E N U T U P
TERIMAKASIH