Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT


DIREKTORAT TRANSPORTASI SDP

SOSIALISA
SI
PERATURAN
MENTERI
PERHUBUNGAN
NO PM 60 TAHUN 2021
TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

MENTERI

PERHUBUNGAN NO PM 104 TAHUN 2017

TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN


Oleh : Direktur TSDP
Surabaya, 14 Oktober 2021
PENYEBERANGAN
OUTLINE

01 ISU STRATEGIS
ISU STRATEGIS PERUBAHAN KEDUA PM 104 TAHUN 2017

LATAR BELAKANG
02 LATAR BELAKANG PERUBAHAN KEDUA PM 104 TAHUN
2017

03
SUBSTANSI PERUBAHAN
SUBSTANSI PERUBAHAN KEDUA PM 104 TAHUN 2017
ISU STRATEGIS 1
Mendorong Percepatan Peningkatan
Pelayanan
di Kawasan Pariwisata
Mendorong Percepatan Peningkatan
Pelayanan di Kawasan Ekonomi
Khusus
Mendorong Percepatan Peningkatan
Pelayanan
di Kawasan Strategis Nasional lainnya
Mendorong Percepatan Peningkatan Pelayanan
di Kawasan 3TP (Tertinggal, Terluar, Terdepan da
Perbatasan)
LATAR 2
BELAKANG

Latar
Bencana Alam Belakang
Kapal feeder yang di Banjarmasin
beroperasi di Labuan membuat Mendukung Perubahan
Mendukung
Bajo serta aksesibilitas jalan Percepatan Peningkatan Peraturan
pengoperasian kapal terputus yang Peningkatan
wisata belum menyebabkan Pelayanan di
Pelayanan di Menteri
tercantum pada kendaraan logistik Wilayah KSPN
regulasi
Wilayah Food Perhubunga
memanfaatkan kapal Estate
LCT pada trayek n Nomor PM
Alalak-Brangas
104 Tahun
2017 ?
• bahwa kegiatan pelayanan di Kawasan Strategis
Nasional, Kawasan Ekonomi Khusus atau Kawasan
Pariwisata lainnya menggunakan angkutan
2
penyeberangan yang dapat dilakukan di wilayah sungai,
danau dan penyeberangan yang memerlukan aspek
1 legalitas dimana perlu adanya nomenklatur yang
tercantum dalam peraturan perundang – undangan
sebelumnya secara hierarki
• bahwa dikarenakan adanya perbedaan karakteristik dari
sarana yang digunakan maka pendekatan mekanisme Mengapa
pembiayaan lebih efektif dengan menggunakan subsidi melakukan
keperintisan daripada Buy The Service sehingga tidak perubahan
2 perlu membuat peraturan baru namun cukup dengan
melakukan perubahan PM 104 Tahun 2017 Peraturan Menteri
Perhubungan
Nomor PM 104
• bahwa dalam operasional pelayanan di Kawasan
Strategis Nasional Kawasan Ekonomi Khusus atau Tahun 2017 ?
3 Kawasan Pariwisata lainnya secara legal sebaiknya tetap
mengacu pada PM 104 Tahun 2017
Substansi 3
PERUBAHAN
Menambahkan definisi baru mengenai penyelenggaraan angkutan penyeberangan tujuan
tertentu yaitu pelayanan yang digunakan untuk angkutan penyeberangan pada lintasan yang
melayani Kawasan Strategis Nasional atau Kawasan Pariwisata lainnya di perairan sungai,
danau, dan penyeberangan (pasal 1 ayat 3)
Menambahkan definisi baru mengenai Kapal Angkutan Penyeberangan Tujuan Tertentu yaitu
kendaraan air yang digerakkan tenaga mekanik yang berfungsi untuk melayani Kawasan
Strategis Nasional atau Kawasan Pariwisata lainnya sebagai jembatan bergerak untuk
mengangkut penumpang, barang lepas, dan/atau kendaraan beserta muatannya yang masuk
dan keluar dapat melalui pintu rampa, dan memiliki paling sedikit 2 (dua) mesin induk (pasal 1
ayat 7)
Menambahkan substansi penyelenggaraan angkutan penyeberangan dapat dilakukan untuk
pelayanan tujuan tertentu yang meliputi: Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Ekonomi Khusus
atau Kawasan Pariwisata (pasal 16A)

Menambahkan substansi mengenai pemberian subsidi dengan tujuan:


1. stimulus pengembangan dengan jangka waktu yang ditentukan berdasarkan hasil evaluasi;
2. meningkatkan minat penggunaan angkutan penyeberangan tujuan tertentu;
3. kemudahan mobilitas dan aksesibilitas dari dan menuju daerah tujuan tertentu (pasal 16B,
16C dan 16D)
Menambahkan kriteria mengenai kegiatan pelayanan angkutan penyeberangan tujuan
tertentu yaitu:
1. Kawasan Strategis Nasional, KEK atau Kawasan Pariwisata lainnya yang belum
berkembang;
2. secara komersial belum menguntungkan atau pendapatan yang diperoleh belum
menutupi biaya operasional;
3. kemudahan dan aksesibilitas di KSN, KEK atau Kawasan Pariwisata lainnya belum
3 Lanjuta
terpenuhi;
n…
Menambahkan substansi mengenai perusahaan angkutan
4. faktor muat kurang dari 60% per tahun (pasal 16E)
penyeberangan yang melayani lintasan perintis dapat memiliki atau
menguasai kapal (pasal 16F)
Mengubah ketentuan pada pasal 37 bahwa persetujuan pengoperasian
kapal untuk pelayanan angkutan penyeberangan perintis atau pelayanan
angkutan penyeberangan tujuan tertentu dapat diberikan lebih dari 1 (satu)
lintasan.

Menambahkan substansi pada pasal 56 bahwa pengawasan kegiatan


operasional angkutan penyeberangan meliputi evaluasi dan monitoring
secara berkala atau monitoring secara insidentil oleh Direktur Jenderal,
Gubernur dan Bupati/Wali Kota sesuai dengan kewenangannya
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK
INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN
DARAT

Anda mungkin juga menyukai