Anda di halaman 1dari 21

Fisca Resita Setyawati (15710021)

SUB DEPARTEMEN
ILMU KESEHATAN BEDAH
RST TK II Dr. SOEPRAOEN MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN WIJAYA KUSUMA SURABAYA

PENDAHULUAN
Kolelitiasis adalah pembentukan batu
didalam kantong empedu. Batu kantung
empedu merupakan gabungan beberapa
unsur yang membentuk suatu material
mirip batu yang terbentuk didalam
kantung empedu.
paling sering ditemukan pada wanita.
25 juta lebih orang di Amerika Serikat
mengalami batu empedu (65 - 75 % adalah
wanita).

Batu empedu dapat asimtomatis, disebut


silent stones tanpa terapi.
Gejala mulai muncul saat batu mencapai
ukuran tertentu (>8 mm)
komplikasinya seperti kolesistitis, obstruksi
ductus choledocus, perforasi, dan
pankreatitis.
Kolesistektomi disarankan untuk dilakukan
begitu terdiagnosis melalui ultrasonografi
atau CT scan abdomen.

Saat penelitian Di rumah sakit


terdapat 10 pasien (1 tahun) dengan
batu empedu simtomatik yang
didiagnosis dengan ultrasonografi.
jenis Batu empedu, antara lain
murni (10%) (kolesterol, pigmen
empedu, kalsium karbonat),
campuran (80%), dan
kombinasi (10%)

Terapi Batu empedu kolesterol dengan


asam ursodeoksikolat oral (2tahun)
bila ukuran <2-3 mm
Kolesistektomi 99% mencegah
rekurensi kolelitiasis. diindikasikan
pada pasien yang simtomatik.
Terdapat dua pilihan pembedahan:
1. Kolesistektomi terbuka
2. Kolesistektomi laparoskopik,

metode
Di India sebagian besar kolesistektomi
Indikasinya
batu empedu simtomatik atau komplikasi terkait batu empedu,
Kolik biliar,
pankreatitis,
kolesistitis, dan
koledokolitiasis

kontraindikasi absolut adalah


gangguan fisiologis berat atau penyakit kardiopulmonal yang
tidak memungkinkan untuk dilakukan anestesi general.

Keuntungannya adalah
paparan yang lebih baik selama operasi dan risiko infeksi luka
yang lebih kecil.

Pada 10 kolesistektomi,
6 dilakukan dengan metode duct first dan
4 dengan metode fundus first.

Pada metode duct first resiko terjadinya


cedera pada ductus choledocus dan arteri
hepatik kanan lebih kecil.
Metode fundus first dilakukan bila terdapat
adesi atau eksudat pada ductus
choledocus, ductus hepaticus comunis, dan
ductus cysticus.

HASIL

Ditemukan bahwa 8 di antaranya


adalah kolesistitis kalkulus dan 2
adalah kolesistitis akalkulus.

Insiden Jenis Kelamin


Dari 10 pasien dalam studi ini
7 pasien adalah wanita
3 adalah pria.
Data ini menunjukkan bahwa batu empedu dua kali lipat
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Pasien wanita
6 wanita mengalami kolesistitis kalkulus dan
1 mengalami kolesistitis akalkulus.

pasien pria
1 mengalami kolesistitis kalkulus dan
2 mengalami kolesistitis akalkulus.

Insiden Usia

Sebagian pasien dalam studi ini,


yaitu sekitar 80%, berusia 25 hingga
45 tahun

DISKUSI
Batu empedu adalah padatan kristal yang
terbentuk pada kantong empedu karena
penumpukan komponen empedu
Batu tersebut terbentuk pada kantong
empedu, namun dapat pula berjalan secara
distal ke bagian lain dari traktus biliaris,
seperti
ductus cysticus,
ductus choledocus,
ductus pancreaticus, atau ampulla Vateri.
gallstone ileus.

bentuk dan ukuran yang bervariasi


seukuran butiran pasir hingga sebesar
bola golf
dapat memiliki satu batu besar atau
beberapa batu kecil
Pseudolit atau sludge

Komposisi batu empedu dipengaruhi oleh usia, diet, dan


etnis. Berdasarkan komposisinya, batu empedu dapat
dibagi menjadi:
1. Batu kolesterol yang berwarna kuning terang hingga hijau tua
atau coklat, berbentuk oval, berukuran panjang 2 hingga 3 cm,
dan seringkali memiliki central spot yang kecil dan gelap.
Setidaknya 80% dari berat batu ini merupakan kolesterol.
2. Batu pigmen yang kecil dan gelap serta terdiri dari bilirubin dan
garam kalsium yang ditemukan pada cairan empedu. Batu ini
mengandung kurang dari 20% kolesterol.
3. Batu campuran yang biasanya mengandung 20-80% kolesterol
(atau 30-70% berdasarkan sistem klasifikasi Jepang). Penyusun lain
yang sering ditemukan adalah kalsium karbonat, palmitat fosfat,
bilirubin, dan pigmen empedu lain. Karena kandungan kalsiumnya,
batu ini seringkali dapat terlihat secara radiologis.

Risiko batu empedu meningkat pada


wanita (terutama sebelum menopause)
dan pada orang berusia 40 tahun ke atas.
Gejala batu empedu adalah
nyeri pada daerah lambung atau epigastrium
dan pada perut kanan atas atau hipokondrium
kanan, di bawah costae.
Nyeri karena batu empedu dapat
menyebabkan muntah, yang dapat
mengurangi nyeri dan tekanan pada abdomen.

Gejala yang menunjukkan bahwa


batu empedu menyumbat ductus
choledocus antara lain:
kulit dan sklera menguning (jaundice),
urin yang gelap,
feses yang berwarna terang,
demam, dan menggigil.

Pemeriksaan terbaik untuk mendiagnosis batu


empedu adalah
ultrasonografi transabdomen.
Pemeriksaan lain termasuk ultrasonografi endoskopik,
magnetic resonance cholangio-pancreatography (MRCP),
cholescintigraphy (HIDA scan),
endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP),
tes darah hepar dan pankreas,
drainase duodenum,
oral kolesistogram (OCG), dan
kolangiogram intravena (IVC).

KESIMPULAN
Begitu diagnosis kolelitiasis dan kolesistitis ditegakkan, dalam kelompok studi ini
dilakukan kolesistektomi terbuka dengan insisi Kocher kanan.
Pada mucocele kantong empedu karena kumpulan batu pada Hartmanns pouch,
pertama-tama cairan empedu dari kantong empedu disedot dengan alat suction untuk
mendapatkan akses untuk operasi dan diseksi di dekat Callots triangle.

Pada kasus di mana kantong empedu menempel dengan omentum dan melekat pada
liver bed, dilakukan adesiolisis omentum dan diberikan perawatan yang teliti untuk
mencapai hemostasis komplit.

Kantong empedu non aderen dan kantong empedu berukuran normal diangkat dengan
metode duct first setelah mengidentifikasi dan memastikan arteri dan ductus cysticus.

Metode fundus first dilakukan pada 4 kasus karena kesulitan diseksi pada Callots
triangle karena adesi. Diperhatikan untuk tidak merusak ductus choledocus.

Setelah operasi, dipasang drain pada liver bed yang kemudian diambil setelah 48 jam.
Aspirasi Ryles tube dilakukan selama 24 jam serta diberikan antibiotik, analgesik, injeksi
PPI, dan manajemen cairan.

Proton pump inhibitor dengan obat prokinetik diberikan selama sebulan setelah
operasi pada semua kasus.

Tidak ada pasien yang dilaporkan mengalami ikterus pada masa post-operatif dan
tidak ada pasien yang dilaporkan mengalami komplikasi hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai