DEFINISI MENINGITIS
Anatomi
Otak dilindungi oleh kranium, meningea/selaput
otak dan LCS
Meningea terdiri atas 3 lapisan, yaitu:
Duramater
Luar : melapisi tengkorak
Dalam : membentuk falk serebri, falk serebelli,
tentorium serebellin. Membentuk sinus
sagitalis/longitudinalis superior dan inferior.
EPIDEMIOLOGI
(Meningitis bakterialis)
Amerika Serikat
Indonesia
- N.meningitidis
menyebabkan 4 kasus
per 100.000 anak
(usia 1-23 bulan).
- S. pneumoniae
menyebabkan 6,5
kasus per 100.000
anak (usia 1-23
bulan).
Meningitis
Tuberkulosis
Meningitis Viral
ETIOLOGI
PATOGENESIS
MENINGITIS BAKTERIA
Infeksi mencapai otak melalui:
- Aliran darah (hematogen) oleh
karena infeksi di tempat lain
- Perluasan langsung dari infeksi
(perkontinuitatum)
- Implantasi langsung
- Aspirasi cairan amnion
MENINGITIS TUBERKULOSIS
komplikasi penyebaran tuberkulosis primer,
biasanya dari paru.
sekunder melalui pembentukan tuberkel pada
pemukaan otak, sumsum tulang belakang atau
vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga
arachnoid (rich dan McCordeck).
Dapat terjadi perkontinuitatum dari mastoiditis
dan spondilitis.
Peradangan sebagian besar ditemukan pada
dasar otak, terutama batang otak, tempat
terdapat eksudat dan tuberkel.
MENINGITIS VIRUS
Setempat: virus hanya terbatas menginfeksi selaput
lendir permukaan atau organ tertentu.
Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke
dalam darah kemudian menyebar ke organ dan
berkembang biak di organ tersebut
Penyebaran hematogen sekunder: virus
berkembang biak di daerah pertama kali masuk
(permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke
organ lain.
Penyebaran melalui saraf: virus berkembang
biak dipermukaan selaput lendir dan menyebar
melalui sistem saraf.
MENINGITIS JAMUR
Infeksi pertama terjadi akibat inhalasi
yeast dari lingkungan sekitar.
host cryptococcus membentuk kapsul
polisakarida yang besar yang resisten
terhadap fagositosis.
Reaksi inflamasi ini menghasilkan reaksi
kompleks primer paru kelenjar limfe
(primary lung lymp node complex) yang
biasanya membatasi penyebaran
organisme.
PATOFISIOLOGI MENINGITIS
BAKTERIALIS
Setelah ada bakteremia atau
embolus septik, bakteri masuk ke
dalam SSP dengan menembus
mikrovaskular otak atau pleksus
koroid.
Di CSS, maka bakteri tersebut
memperbanyak diri dengan mudah
dan cepat
MANIFESTASI KLINIS
onset yang mendadak dari demam,
sakit kepala dan kaku leher (stiff
neck) .
Biasanya disertai beberapa gejala
lain, yaitu mual, muntah, fotofobia
dan penurunan kesadaran.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pungsi Lumbal
Indikasi:
Kejang atau twitching
Paresis atau paralisis termasuk paresis N.VI
Koma
Ubun-ubun besar menonjol
Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
TBC milier
Leukemia
Mastoiditis kronik yang dicurigai meningitis
Sepsis
Pungsi lumbal
Kontrainidikasi:
Kontraindikasi mutlak adalah pada syok, infeksi di sekitar
tempat pungsi, tekanan intrakranial meninggi pada proses
desak ruang dalam otak (space occupying lesion) dan pada
kelainan pembekuan yang belum diobati. Pada tekanan
intrakranial meninggi yang diduga karena infeksi (meningitis)
bukan kontraindikasi tetapi harus dilakukan dengan hati-hati.
Komplikasi:
Sakit kepala, infeksi, iritasi zat kimia terhadap selaput otak,
bila penggunaan jarum pungsi tidak kering, jarum patah,
herniasi dan tertusuknya saraf oleh jarum pungsi karena
penusukan tidak tepat yaitu ke arah lateral dan menembus
saraf di ruang ekstradural.
Penilaian LCS
Nilai normal tekanan LCS adalah 50200 mm pada keadaan tenang. Pada
anak yang berontak, menangis atau
batuk, tekanan akan meningkat.
Pada keadaan normal, LCS berwarna
jernih seperti adekuest, tetapi pada
neonatus bisa xantokrom.
UJI NONNE
0.5 ml LCS
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang
sebelumnya telah diisi
dengan 1 ml larutan
amonium-sulfat jenuh.
Bila kadar protein LCS
meningkat didapati
cincin putih pada
perbatasan kedua
cairan tersebut
SEL
PROTEIN
GLUKOSA
MIKROORGANISME
perwarnaan gram.
Biakan LCS dalam
media dan uji
sensitivitas terhadap
obat dapat
menentukan kuman
penyebab yang
sebenarnya dan obat
yang serasi.
Meningitis bakterial
Didapatkan cairan keruh atau opalesens dengan
Nonne (-)/(+) dan Pandy (+)/(++).
Jumlah sel 100-10.000/m3 dengan hitung jenis
predominan polimorfonuklear, protein 200-500
mg/dl, glukosa <40 mg/dl. Pada stadium dini,
jumlah sel dapat normal dengan predominan
limfosit
Pada pemeriksaan darah tepi, ditemukan
leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke
kiri.
Umumnya terdapat anemia megaloblastik
Meningitis Tuberkulosis
Leukosit darah tepi sering meningkat (10.00020.000 sel/mm3). Sering ditemukan
hiponatremia dan hipokloremia karena sekresi
antidiuretik hormon yang tidak adekuat.
LCS jernih, cloudy atau xantokrom.
Jumlah sel meningkat antara 10-250 sel/mm 3
dan jarang melebih 500 sel/mm3. Hitung jenis
predominan sel limfosit walaupun pada
stadium awal dapat dominan
polimorfonuklear.
Meningitis Viral
Sel: pleocytosis dengan hitung WBC pada
kisaran 50 hingga >1000 x 109/L darah.
PMN dapat merupakan sel utama pada 1224 jam pertama, walaupun sel
mononuklear predominan. Hitung sel
kemudian biasanya didominasi limfosit.
Protein: kadar protein LCS biasanya sedikit
meningkat, tetapi dapat bervariasi dari
normal hingga setinggi 200 mg/dL.
Biakan LCS, isolasi virus
Meningitis Jamur
Tekanan meningkat bervariasi, pleiositosis
moderat, biasanya kurang dari 1000
sel/mm3, dengan predominan limfosit.
Pada kasus akut, sela dapat meningkat
lebih dari 1000 sel/mm3 dengan
predominan polimorfonukelar.
Glukosa biasanya agak menurun
(subnormal) dan protein meningkat kadangkadang pada kadar yang sangat tinggi.
DIAGNOSIS
BANDING
Abses otak
Ensephalitis
Herpes simpleks
Herpes simpleks
ensephalitis
Neoplasma
Kejang demam
Subarachnoid
hemorrhage
KOMPLIKASI
Komplikasi dini:
Syok septik
Koma
Kejang (30-40% pada anak, insidens
tinggi pada anak <1 tahun)
Edema serebri (penyebab penting
kematian)
Septic arthirits
Efusi pericardial
Anemia hemolitik
Komplikasi lanjut:
Gangguan pendengaran sampai
tuli,Disfungsi saraf kranial,Kejang
multipel,Paralisis fokal,Efusi
subdural,Hidrocephalus,Defisit
intelektual,Ataksia,Buta,Waterhous
e-Friderichsen syndrome,Gangren
periferal
PENATALAKSANAAN
(Meningitis Bakterial)
Tabel . Agen etiologik dan terapi antibiotik empirik pada meningitis bakterialis, berdasarkan usia dan kondisi predisposisi 3
Usia atau Kondisi
Agen Etiologik
Antibiotik Pilihan
Streptococcus agalactiae
Escherichia coli
Listeria monocytogenes
Atau
Ceftriaxone, 50-100 mg/kg I.V. setiap 12
jam]
3 bulan 8 tahun
N. meningitidis, S. pneumoniae
H. influenzae
atau
Ceftriaxone, 50-100 mg/kg I.V. setiap 12
jam] +
Vancomycin, 15 mg/kg I.V. setiap 6 jam,
max 4 g/hari
18-50 tahun
S. pneumoniae
N. meningitidis
max 4 g/hari
+ [cefotaxime, 2 g I.V. setiap 6 jam atau
ceftriaxone, 2 g I.V. setiap 6 jam]
S. pneumoniae
L. monocytogenes
max 4 g/hari
Basil Gram-negatif
L. monocytogenes
Basil Gram-negatif
max 4 g/hari
+ [cefotaxime, 2 g I.V. setiap 6 jam atau
ceftriaxone, 2 g I.V. setiap 6 jam]
Basil Gram-negatif
max 4 g/hari
S. pneumoniae
Diadaptasi dari van de Beek D et al. Community-acquired bacterial meningitidis in adults. N Engl J Med. 2006;354(1):44-53.
Meningitis Tuberkulosis
isoniazid 300 mg (5 mg/kg/hari),
rifampin 600 mg (10
mg/kg/hari), pyrazinamide 25
mg/kg (max 2 g/hari), dan
ethambutol 15-20 mg/kg (max
1,2 g/hari), masing-masing
diberikan sekali sehari per oral.
Untuk jenis kuman yang sensitif,
ethambutol dapat dihentikan,
dan terapi tripel diteruskan
selama 2 bulan, diikuti dengan
isoniazid dan rifampin saja
selama 4-10 bulan berikutnya.
Pyridoxine 50 mg/hari dapat
digunakan untuk menurunkan
kemungkinan terjadinya
polineuropati yang diinduksi
isoniazid.
Karena
kortikosteroid dapat
mencetuskan
meningitis jamur,
terapi antijamur
perlu ditambahkan
bersama pemberian
kortikosteroid jika
kemungkinan
meningitis jamur
belum tersingkirkan.
Meningitis Viral
Kecuali untuk ensefalitis herpes simpleks, tidak
ada terapi spesifik untuk meningitis dan
ensefalitis viral.
Sakit kepala dan demam dapat diterapi dengan
asetaminofen
Untuk infeksi oleh CMV, dapat diberikan
ganciclovir, 5 mg/kg setiap 12 jam selama 2
minggu, dikombinasi dengan foscarnet.
Cidofovir tidak direkomendasikan karena
kemampuannya untuk menembus sawar darah
otak ditemukan sangat rendah.
Meningitis Jamur
Amfoterisin diberikan 0,7-1
mg/kg/hari dalam infus
dekstrosa 5% dan diberikan
selama 4-6 jam.
Dosis inisial intratekal 0,1
mg untuk 3 kali suntikan
pertama. Selanjutnya dosis
ditingkatkan 0,25-0,5 mg,
3-4 kali tiap minggu.
Efek samping pada
pemberian intratekal
seperti meningitis aseptik,
nyeri punggung dan
tungkai
PROGNOSIS
Meningitis bakterial
Tergantung dari:
Umur pasien
Jenis mikroorganisme
Berat ringannya infeksi
Lamanya sakit sebelum mendapat
pengobatan
Kepekaan bakteri terhadap antibiotik
yang diberikan
Meningitis TB
Sebelum ditemukan OAT, mortalitas
meningitis tuberkulosa hampir 100%. Dengan
OAT, mortalitias dapat diturunkan, walaupun
masih tinggi yaitu berkisar 10-20% kasus.
Penyembuhan sempurna dapat juga terlihat.
Gejala sisa yang sering adalah gangguan
fungsi mata dan pendengaran, hemiparesis,
retardasi mental dan kejang
Meningitis Viral
Penyakit ini selflimited dan
penyembuhan
sempurna dijumpai
setelah 3-4 hari pada
kasus ringan, dan
setelah 7-14 hari pada
keadaan berat.
Meningitis
Jamur
Pada pasien
yang
tidak diobati, biasanya
fatal dalam beberapa
bulan, tetapi kadangkadang menetap
sampai beberapa
tahun dengan rekuren,
remisi dan
eksaserbasi.
Ada juga yang sembuh
spontan.