Anda di halaman 1dari 169

ANATOMI SISTEM SARAF

Dr Muhammad Arif

Sistem saraf adalah sistem yang


mengatur dan mengendalikan
semua kegiatan aktivitas tubuh
manusia seperti berjalan,
menggerakkan tangan, mengunyah
makanan dan lainnya (Otak
mengirimkan sinyal ke anggota
gerak).
Sistem Saraf tersusun dari jutaan
serabut sel saraf (neuron) yang
berkumpul membentuk suatu berkas
(faskulum). Neuron adalah
komponen utama dalam sistem
saraf.

Struktur sel saraf (neuron)


Setiap

neuron terdiri dari


satu badan sel yang
di
dalamnya
terdapat
sitoplasma dan inti sel. Dari
badan sel keluar dua macam
serabut saraf, yaitu dendrit
dan akson (neurit).

Dendrit

berfungsi
menangkap dan mengirimkan
impuls ke badan sel saraf,
sedangkan akson berfungsi
mengirimkan impuls dari
badan sel ke jaringan lain.
Akson biasanya sangat
panjang. Sebaliknya, dendrit
pendek.

Sistem saraf terdiri dari :


1.

Sistem saraf pusat

2.

Sistem saraf tepi

Sistem saraf pusat terdiri dari :


1.

Otak, yang terdiri dari :


a. Otak besar (serebrum)
b. Otak kecil (serebelum)
c. Batang otak (Truncus Cerebri)

2.

Medula spinalis

Susunan
1. Saraf
2. Saraf
3. Saraf

Saraf Tepi terdiri dari :


cranialis (12 psg)
spinalis (33 psg)
otonom

OTAK
- Terletak dalam rongga tengkorak (kranium)
Berat 1-1,2 kg (2% berat badan)
Dibungkus oleh 3 lapis selaput otak
(meninges)
Diantara lapisan bagian dalam selaput ada
cairan serebrospinal (CSS)
+ 20% darah mengalir ke otak
Butuh oksigen 5 x lebih banyak
Bila suplai oksigen terganggu > 3 menit
kerusakan sel otak (irreversiblel)

Otak (Encephalon)
Otak besar (Cerebrum)
Terdiri dari 2 belahan (hemisfer) masing-masing
hemisfer terdiri dari lobus frontal, parietal, temporal
dan oksipital
Otak kecil (Cerbellum)
Terdiri dari 2 hemisfer yaitu kanan dan kiri
Batang otak (Truncus Cerebri), terdiri dari:
- Mesensefalon
- Pons
- Medula oblongata

Otak dibungkus oleh 3 lapis selaput


pembungkus otak
(meninges), terdiri dari:
1.

Duramater

2.

Arahnoid

3.

Piamater

Di antara arakhnoid dan piamater terdapat ruang


Di antara arakhnoid dan piamater terdapat ruang
subarakhnoid beredar cairan serebrospinal (CSS)
subarakhnoid beredar cairan serebrospinal (CSS)

Subdural antara duramater dan arahnoid


Epidural antara tulang tengkorak dengan duramater
12

Saraf Kranialis

MEDULA SPINALIS
Tedapat dalam kanalis vertebralis dari
servikal ke sakral, diantaranya akan keluar
saraf spinal (saraf tepi) yang terdiri dari :
- saraf spinal servikal 8 pasang
- Saraf spinal torakal 12 pasang
- Saraf spinal lumbal 5 pasang
- Saraf spinal Sacral 5 pasang
- Saraf spinal coccygeal 3 pasang

Vaskularisasi Otak
Divaskularisasi oleh
A. 1 pasang a. karotis interna yang memberi cabang
- a. serebri anterior
- a. serebri media
- a. komunikan anterior

Mengurus otak bagian depan dan tengah


B. 1 pasang a. vertebralis
Yang memberi cabang
- a. serebri posterior
- a. serebelli
- a. komunikan posterior

Mengurus otak bagian belakang, batang otak dan


otak kecil

Traktus Kortikospinal

FISIOLOGI
SISTEM SARAF

FUNGSI SISTEM SARAF

Fungsi kewaspadaan
Membantu mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di
sekitar untuk disampaikan ke alat indera. Pada alat indera
terdapat saraf sensorik yang befungsi khusus sebagai penginput
data

Fungsi intergrasi
Menerima pesan (input data) sensorik dari lingkungan luar,
interpretasi oleh CNS, mengatur informasi dan mengintegrasikan
dengan informasi yang telah ada untuk menentukan jenis respon
yang akan diberikan

Fungsi koordinasi
Setelah dari otak informasi yang sudah terintegrasi untuk
mengirimkan pesan/perintah pada otot2 dan kelenjar2,
menghasilkan gerak dan sekresi terorganisasi

NERVOUS SYSTEM
Central NS
Brain

Forebrain

Peripheral NS
Spinal cord

Somatic NS

Hindbrain

Efferent nerves

Midbrain

Afferent nerves

Reticular
Formation
(extend to
midbrain)

Cerebrum

Autonomic NS

Symphathetic

Parasymphathetic
Limbic
system

Thalamus
Hypothalamus

Medulla
Cerebelum
Pons

SISTEM SARAF
Sistem

saraf sebagai jalur utama informasi biologis,


bertanggung jawab mengendalikan seluruh proses
biologi dan gerakan tubuh dan dapat menerima
informasi dan menginterpretasinya melalui sinyal
elektrik di dalam sistem

Terdiri

atas sistem saraf pusat (CNS) dan sistem saraf


perifer (PNS).

CNS

merupakan tempat proses berlangsung dan PNS


bekerja mendeteksi dan mengirimkan impuls
elektrokimia yang digunakan pada sistem saraf

PNS

terdiri dari saraf2 yang membawa impuls antara


CNS dengan otot, kelenjar, kulit dan organ2 lain

SISTEM SARAF
CNS

merupakan pusat sistem saraf, dimana bagiannya


memproses informasi yang diterima oleh PNS

CNS

terdiri atas otak dan tulang belakang. Bertanggung


jawab menerima dan menginterpretasi sinyal dari PNS
dan dan mengirimkan sinyal itu kembali, baik sadar
maupun tidak sadar.

Otak dan sumsum tlg belakang merupakan CNS,


sedangkan saraf sensorik dan saraf motorik membentuk
PNS

PNS terdiri dari organ indera (mata, telinga, saraf


peraba, perasa, penciuman)

SISTEM SARAF
Sistem saraf somatik dan otonomik merupakan bagian
dari saraf motorik
Sistem saraf berperan seperti sistem telepon. Informasi
ditransmisikan dari dan ke otak, otak menerima
informasi dari saraf sensorik dan dikirimkan ke saraf
motorik.
Informasi dari lingkungan sekeliling diterima oleh saraf
sensorik lalu dikirimkan ke otak. Pada waktu yang sama
informasi ttg tubuh kita (mis.lapar) diterima oleh saraf
motorik dan dikirimkan ke otak
Informasi disampaikan oleh sel2 saraf: neuron

Otak

OTAK

OTAK
Otak mengendalikan bagaimana tubuh manusia
bekerja.
Gerakan sadar : Otak SS somatik (mengendalikan
bisep, trisep dan otot2 sadar lainnya
Gerakan tidak sadar : mis detak jantung. Jika olah
raga otak bekerja SS otonom meningkatkan detak
jantung lebih cepat.

OTAK & SUMSUM TL BELAKANG


OTAK
Merupakan pusat kendali tubuh
Bobot + 2% dari total BB (+1-1,5 kg)
Memerlukan 20% dari oksigen dalam tubuh
Terdiri dari batang otak, serebrum, serebelum
Terdapat jaringan kelabu (gray matter) dan putih (white
matter)
SUMSUM TL BELAKANG
Panjang + 45 cm
Garis tengah + 12 mm
Terdapat jaringan kelabu dan putih

Gray Matter - White Matter


Gray

Matter bagian SSP yang


mengandung serabut saraf yang tidak
bermyelin sel saraf korteks serebral,
bag dalam sumsum tlg belakang
White Matter bagian SSP yang
mengandung serabut saraf (akson) yang
bermyelin (warna putih) - lapisan dalam
serebrum

OTAK & SUMSUM TL BELAKANG


Tengkorak

dan tulang belakang

Dilindungi

oleh 3 lapisan : meninges

1. Duramater (lap. luar): terdiri atas jaringan


penghubung, pembuluh darah, dan saraf
2. Lapisan arachnoid (lap. tengah): elastis
3. Piamater (lap.dalam): mengandung saraf &
pembuluh darah

CAIRAN SEREBROSPINAL

Disekresi oleh pleksus


khoroid ke ventrikel2 di
otak

Cairan bening/seperti air

Sebagai penahan
goncangan

Tempat pertukaran nutrien


antara darah dan sistem
saraf

Digunakan untuk deteksi


penyakit meningitis

Section 35-3

Cerebrum

Thalamus
Pineal
gland

Hypothalamus
Cerebellum
Pituitary gland
Pons
Medulla oblongata

Spinal cord

SEREBRUM (1)
Merupakan bagian terbesar otak
Fungsi : mengendalikan mental, tingkah laku,
pikiran, kesadaran, kemauan, kecerdasan,
kemampuan berbicara, bahasa
Terdiri dari 2 hemisfer : kiri dan kanan
Mengandung substansi/jaringan kelabu dan
putih
Hemisfer dipisahkan suatu celah yang dalam
dan dihubungkan kembali oleh corpus
callosum

SEREBRUM (2)

Sebelah kiri mengendalikan bagian sebelah


kanan tubuh, begitu sebaliknya
Bagian luar substansi kelabu : korteks
Korteks serebri bergulung2/berlipat tidak teratur
luas permukaan >>
Lekukan diantaranya : sulkus
Sulkus yang terdalam membentuk fisura
longitudinalis dan lateralis
Fisura dan sulkus membagi otak menjadi
beberapa lobus, yg letaknya sesuai dengan
tulang yang berada di atasnya

SEREBRUM (3)
Terbagi menjadi bagian2 : LOBUS
1. Lobus frontalis
2. Lobus parietalis
3. Lobus oksipitalis
4. Lobus temporalis
Substansi putih terletak lebih dalam

Korteks serebri juga terbagi bagian yang


memiliki fungsi sensorik dan sebagian
fungsi sensorik

Otak

besar (Serebrum)

Berfungsi untuk untuk pengaturan semua


aktivitas mental yaitu berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar
terletak di bagian depan otak.
Terdiri atas :
Bagian belakang (oksipital) pusat penglihatan.
Bagian samping (temporal) pusat pendengaran.
Bagian tengah (parietal) pusat pengatur kulit
dan otot terhadap panas, dingin, sentuhan,
tekanan.
Antara bagian tengah dan belakang pusat
perkembangan kecerdasan, ingatan, kemauan,
dan sikap.

BATANG OTAK ( TRUNCUS CEREBRI)


Menghubungkan otak dengan sumsum tulang
belakang
Terdiri dari 3 daerah :
Medulla Oblongata bag bawah batang
otak, menghubungkan pons dg sumsum tlg
blkg, mengendalikan denyut jantung ,
kecepatan bernafas dan aliran darah dalam
pembuluh
Pons menyampaikan sinyal dari serebrum ke
serebelum
Mesensephalon

SUMSUM TULANG BELAKANG


=

Medula spinalis
Berawal dari medula oblongata ke
arah kaudal mll foramen magnum,
berakhir diantara vertebra L1 dan L2
Penghubung otak dengan seluruh
tubuh/perifer (PNS)
Berperan langsung dalam proses/
gerak refleks
Mengandung 31 psg saraf spinal

SUMSUM TULANG BELAKANG


Serviks
Thoraks
Lumbal
Sakral
Koksigeal
Penebalan

serviks +

lumbal
Kauda equina
Konus medullaris
Filum terminale

Lengkung refleks
Refleks
Cepat, otonom, respon yang tidak disadari
Hasil dari reflex arcs/lengkung refleks jalur saraf terpendek

SUMSUM TULANG BELAKANG

4 jenis serabut saraf


Sensorik

somatik body senses

Sensorik

viseral organ senses

sentuhan, tekanan, suhu, keseimbangan

Rasa sakit, suhu di dalam organ


C/ mual, lapar, kram

Motorik

somatik body movement

Motorik

viseral organ movement

Kontraksi tidak sadar otot rangka


Kontraksi otot2 polos, kelenjar
= sistem saraf otonom

Substansi abu2/gray matter (1)


Gray Matter
Bentuk huruf H di
lapisan dalam
Kanal tengah = pada
gray commissure
Tanduk
posterior/dorsal
Tanduk
anterior/ventral
Terdiri atas
Badan sel
Akson tak bermyelin
Dendrit
Saraf glia

Substansi abu2/gray matter (2)


Tanduk/cornu

posterior = mengandung interneuron,


menghantarkan informasi dari badan sel di luar
sumsum tulang ke sumsum tulang
Akar dorsal mengandung serabut sensorik
Sensorik somatik
Sensorik viseral
Ganglia akar dorsal - mengembang di akar dorsal,
tempat interneuron melewatinya
Tanduk/cornu anterior = mengandung badan sel
saraf motorik yang mengirimkan impuls dari akson
sumsum tulang ke otot dan kelenjar
Akar ventral mengandung
Motorik viseral
Motorik somatik

Substansi putih/white matter (2)

Mengelilingi substansi
kelabu/gray matter
Membentuk kolom
putih
Funiculus
posterior
Funiculus anterior
Funiculus lateral
Terdiri atas
Akson bermyelin
Akson tanpa
myelin

Substansi putih/white matter (2)


Fungsi

: memungkinkan komunikasi diantara


sumsum tulang dan antara otak + sumsum
tulang
2 tipe utama serabut saraf :
Serabut saraf menaik/ascending : membawa
informasi sensorik dari tubuh ke otak

c/ sentuhan, tekanan, rasa sakit dan


suhu

Serabut saraf menurun/descending: membawa


informasi motorik dari otak ke sumsum tulang

c/ mengendalikan ketelitian, gerakan


terlatih = menulis, menjaga
keseimbangan, melakukan gerakan

SEREBELUM
Bagian otak terbesar kedua bag otak

belakang
Berada di bawah serebrum, pada belakang
tengkorak
Berperan dalam koordinasi otot & menjaga
keseimbangan sikap tubuh
Susunan substansi kelabu & putih = serebelum
Hemisfer serebeli mengendalikan tonus otot
dan sikap pada sisinya sendiri >< korteks
serebrum

Bagian lain dalam otak


Thalamus

menerima impuls dari reseptor sensorik


menyampaikan informasinya ke bagian yang
tepat di serebrum
Hypothalamus
mengatur suhu tubuh rasa lapar, haus,
marah, lelah,dll
Mengendalikan kelenjar pituitari untuk fungsi
endokrin
Keduanya berada di otak bagian depan

Pelindung otak
TENGKORAK.
RUAS-RUAS

TULANG BELAKANG.
TIGA LAPISAN SELAPUT OTAK (MENINGES).
DURAMETER : Bersatu dengan tengkorak (melekat
pada tulang)
ARACHNOID : Bantalan untuk melindungi otak dari
bahaya kerusakan mekanik, berisi cairan
serobrospinal (cairan limfa)
PIAMETER : Penuh dengan pembuluh darah, di
permukaan otak, suplai oksigen dan nutrisi,
mengangkut sisa metabolisme.

SISTEM SARAF PERIFER


31

pasang saraf spinal (serabut motorik,


sensorik menyebar pada ekstremitas &
dinding tubuh)
12 pasang saraf kranial (serabut motorik
saja, sensorik saja, atau campuran keduanya
menyebar di daerah leher & kepala)

Saraf Spinal
Tiap

pasang saraf terletak pada segmen


tertentu (serviks, toraks, lumbar, dll.)
Tiap pasang saraf diberi nomor sesuai
tulang belakang di atasnya :

8 pasang saraf spinal serviks; C1-C8


12 pasang saraf spinal toraks; T1-T12
5 pasang saraf spinal lumbar; L1-L5
5 pasang saraf spinal sakral; S1-S5
1 pasang saraf spinal koksigeal; C0

31 pasang saraf spinal (1)

31 pasang saraf spinal (2)

Saraf kranial (1)


Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf

kranial
kranial
kranial
kranial
kranial
kranial
kranial
kranial
kranial
kranial
kranial
kranial

I: olfaktorius
II: optikus
III: okulomotorius
IV : trokhlearis
V: trigeminalis
VI: abdusens
VII: fasialis
VIII: vestibulokohlear
IX: glosofaringeal
X : vagus
XI : asesorius
XII: hipoglosus

Saraf kranial (2)


I

(olfaktorius) = serabut sensorik, menerima &


menghantar impuls pada sensasi penciuman
II (optikus) = transmisi impuls dari dan ke retina
mata
III (okulomotorius), IV (trokhlearis), VI (abdusens) =
serabut motorik mensuplai otot ekstrinsik mata.
III (okulomotorius) = mensuplai serabut otonom otot
siliaris intrinsik & otot sfingter iris
V (trigeminalis) = saraf kranial terbesar, serabut
campuran
VII (fasialis) = serabut motorik & sensorik
mempersarafi otot wajah, kelenjar ludah & lakrimal

Saraf kranial (3)


VIII

(vestibulokohlear) = saraf sensorik terdistribusi di


telinga dalam dan mempersarafi pendengaran &
keseimbangan
IX (glosofaringeal) = saraf campuran, mempersarafi
lidah & farings
X (vagus) = serabut campuran, terdistribusi paling
luas, mensuplai farings, larings, organ dalaman di
rongga leher, dada & abdomen
XI (asesorius) = bergabung dan terdistribusi dengan
serabut vagus
XII (hipoglosus) = saraf motorik, mensuplai otot
intrinsil dan ekstrinsik lidah

Distribusi saraf2 kranial

SISTEM SARAF OTONOM


Memegang

peran penting dalam pengaturan keadaan


konstan dalam tubuh, memberikan perubahan dalam
tubuh yang sesuai
Kerja tidak sadar (berbeda dengan SS somatik)
Menggunakan 2 kelompok neuron motorik untuk
menstimulasi efektor.
Neuron preganglionik muncul dari CNS ke ganglion
tubuh, bersinapsis dengan
Neuron pascaganglionik menuju organ efektor
(otot jantung, otot polos, atau kelenjar).

SISTEM SARAF OTONOM


Mengendalikan

fungsi motorik viseral


Tidak dengan mudah dikendalikan dg kehendak
Terdiri dari sistem saraf simpatis &
parasimpatis berbeda anatomi maupun
fungsinya

SISTEM SARAF OTONOM


Pada

umumnya organ dalaman tubuh/viseral


dipersarafi oleh kedua sistem saraf tsb.

Stimulasi

SS simpatis biasanya akan menghasilkan


efek berlawanan dengan stimulasi SS parasimpatis.

Bila

satu sistem merintangi fungsi tertentu, sistem


lain justru menstimulasinya

Aktivasi

simpatis : vasokonstriksi, naiknya kerja


jantung, TD, sirkulasi darah, kadar glukosa sel,
dilatasi pupil, bronkhus dan naiknya aktivitas mental

SISTEM SARAF OTONOM


Parasimpatis

: berperan dalam pencernaan, eliminasi


& pada pembaruan suplai energi
Sistem simpatis = sistem adrenergik
Stimulasi sistem ini akan menimbulkan reaksi yang
meningkatkan penggunaan zat2 oleh tubuh (aktif &
perlu energi)
Sistem parasimpatis = sistem asetilkolin
Stimulasi pada sistem ini, timbul efek dengan tujuan
menghemat penggunaan zat2 & mengumpulkan
energi
Ada keseimbangan antara keduanya

SISTEM SARAF OTONOM


CNS jalur efferen SS otonom pleksus otonom
organ efektor
Berperan 2 neuron :
Neuron

preganglionik : pada CNS


Neuron pascaganglionik : di luar CNS (pada ganglion
otonom)

Sistem saraf simpatis


Terletak

di depan kolumna vertebra, berhubungan dengan


sumsum tulang belakang melalui serabut saraf
Tersusun dari ganglion2 pada daerah :
3 psg ganglion servikal
11 psg ganglion torakal
4 psg ganglion lumbal
4 psg ganglion sakral
1 psg ganglion koksigen
Sering disebut sistem saraf torakolumbar
Fungsi :
Mempersarafi otot-otot jantung, otot tak sadar pembuluh
darah, organ2 dalam (lambung, pankreas, usus), serabut
motorik sekretorik pada kelenjar keringat, serabut motorik
otot tak sadar pada kulit
Mempertahankan tonus semua otot termasuk otot tak sadar

Sistem saraf parasimpatis


Disebut

sistem saraf kraniosakral


Terbagi menjadi 2 bagian
Saraf otonom kranial: ke-3 (okulomotorius),7
(fasialis),9 (glosofaringeal),10 (vagus)
Saraf otonom sakral : ke-2, 3, 4 membentuk
urat saraf pada organ dalam pelvis & bersama2
SS simpatis membentuk pleksus yang
mempengaruhi kolon, rektum dan kdg kemih

SISTEM SARAF OTONOM


Parasimpatis

Simpatis

Sistem asetilkolin
Rest, digest or repose
Saat tubuh tidak aktif
Mis. Digesti, ekskresi,

Sistem adrenergik
Fight, Flight or Fright
Saat tubuh aktif
Mis. Berkeringat nafas

urinasi
Menyimpan energi
Segmen spinal
kraniosakral (CN III,
VII, IX, X & S2-4)

dalam , peningkatan
denyut jantung
Menggunakan energi
Segmen spinal
torakolumbal (T1-L2)

SISTEM SARAF OTONOM


Parasimpatis
preganglionik
panjang/pascaganglioni
k pendek
D division :
Digestion, defecation &
diuresis

Simpatis

Serabut

Serabut

praganglionik
pendek/ pasca
ganglionik panjang
E division : Exercise,
excitement, emergency
& embarrassment

Neurotransmiter pada SS Otonom


Neurotransmiter neuron simpatik praganglionik :
asetilkolin (Ach) menstimulasi potensial aksi
neuron pascaganglionik
Neurotransmiter yang dilepaskan oleh neuron simpatik
pascaganglionik : noradrenalin/norepinefrin
Neurotransmiter pada seluruh neuron praganglionik
dan sebagian besar neuron pascaganglionik
parasimpatik asetilkolin (ACh)

Target Organ

Parasympathetic
Effects

Sympathetic
Effects

Eye (Iris)

Stimulates
constrictor muscles.
Pupil constriction

Stimulates dilator
muscles. Pupil
dilates.

Eye (Ciliary muscle)

Stimulates. Lens
accommodates
allows for close
vision

No innervation.

Salivary Glands

Watery secretion

Mucous secretion

Sweat Glands

No innervation

Stimulates sweating
in large amounts
(Cholinergic)

Gallbladder

Stimulates smooth
muscle to contract
and expel bile

Inhibits gallbladder
smooth muscle

Target Organ

Parasympathetic
Effects

Sympathetic
Effects

Cardiac Muscle

Decreases HR

Increases HR and
force of contraction

Coronary Blood
Vessels

Constricts

Dilates

Urinary Bladder;
Urethra

Contracts bladder
smooth muscle;
relaxes urethral
sphincter

Relaxes bladder
smooth muscle;
contracts urethral
sphincter

Lungs

Contracts bronchiole Dilates bronchioles


(small air passage)
smooth muscle

Digestive Organs

Increases peristalsis
and enzyme/mucus
secretion

Decreases glandular
and muscular
activity

Liver

No innervation

No innervation
(indirect effect)

Target Organ

Parasympathetic
Effects

Sympathetic
Effects

Kidney

No innervation

Releases the
enzyme renin which
acts to increase BP

Penis

Vasodilates penile
arteries. Erection

Smooth muscle
contraction.
Ejaculation.

Vagina; Clitoris

Vasodilation.
Erection

Vaginal reverse
peristalsis

Blood Coagulation

No effect

Increases
coagulation rate

Cellular Metabolism

No effect

Increases metabolic
rate

Adipose Tissue

No effect

Stimulates fat
breakdown

Target Organ

Parasympathetic
Effects

Sympathetic
Effects

Mental Activity

No innervation

Increases alertness

Blood Vessels

Little effect

Constricts most
blood vessels and
increases BP.
Exception dilates
blood vessels
serving skeletal
muscle fibers
(cholinergic)

Uterus

Depends on stage of Depends on stage of


the cycle
the cycle

Endocrine Pancreas

Stimulates insulin
secretion

Inhibits insulin
secretion

PATOFISIOLOGI SISTEM SARAF PUSAT


Inflamasi

pada system saraf pusat


Atropi primer sistemik yang berefek pada system saraf pusat
Gangguan ekstrapiramidal dan gerak
Penyakit degenerative system saraf
Penyakit demyelinasi system saraf pusat
Gangguan episodic dan gangguan paroksismal
Gangguan serabut saraf dan pleksus
Polyneuropati dan gangguan lain pada system saraf tepi
Penyakit pada myoneural junction dan otot
Cerebral palsy dan sindroma paralitik lainnya
Inflamasi meninges (meningitis)

Berdasarkan ICD, CHAPTER VI (G00-G99) Diseases of the nervous system


(Penyakit pada sistem saraf)
G00-G09
G10-G13
G20-G26
G30-G32
G35-G37
G40-G47
G50-G59
G60-G64
G70-G73
G80-G83
G90-G99

Penyakit inflamasi dari sistem saraf pusat


sistemik atrophies terutama mempengaruhi sistem saraf pusat
ekstrapiramidal dan gangguan gerak
penyakit degeneratif lain dari sistem saraf
demielinasi penyakit pada sistem saraf pusat
Episodic dan gangguan paroksismal
Gngguan saraf, akar saraf dan pleksus
Polineuropati dan gangguan lain dari sistem saraf perifer
Penyakit persimpangan myoneural dan otot
Cerebral palsy dan sindrom lumpuh lainnya
Gangguan lain dari sistem saraf

Inflamasi pada Sistem Saraf


Sistem saraf terbagi atas 2 bagian besar :
Sistem Saraf Pusat(SSP)
Cerebrum, Cerebellum, Truncus Cerebri, dan Medulla Spinalis
Penyakit infeksi pada SSP : Meningitis, Ensefalitis, Myelitis,
Abses Cerebri/ spinal
Sistem

Saraf Tepi (SST)


Saraf kranial (n.cranialis), saraf spinal (n.spinalis), dan saraf
otonom.
Penyakit infeksi pada SST : Neuritis

Lokasi Infeksi pada Sistem Saraf


Meningitis:

inflamasi pada menings

Meningens adalah selaput pelindung otak yang terdiri dari


lapisan durameter, arachnoid, dan piameter. Bagian Meningens
yang paling sering terkena infeksi adalah ARACHNOID dan
PIAMETER.
Ensefalitis:
Myelitis:
Abses

inflamasi pada parenkhim otak/serebrum

inflamasi pada medula spinalis/myellum

serebri/

Neuritis

spinal cord : akumulasi material infeksius

: inflamasi pada neuron (sistem saraf tepi)

Etiologi infeksi pada sistem saraf


Organisme

jamur

penyebab: bakteri, virus, parasit dan

Biasanya,

viral meningitis: simptomnya ringan,


bisa sembuh tanpa komplikasi, muncul 2-3x lebih
sering

Bakterial

meningitis: lebih serius, dan


menyebabkan gangguan belajar, deafness, atau
juga kerusakan otak permanen, bahkan sampai
meninggal

Virus

Bakteri

Jamur

Herpes simplex
type 1, 2

Neisseria
meningitides

Cryptococcus
neoformans

Cytomegalovirus

Escherichia
Coli

Coccidioides

Ebstein-Barr
Varicella Zoster

Salmonella
typhosa
Haemophilusi
nfluenza

Parasit
Treponema
pallidum
/spirochete

Candida

Toxoplasma
gondii

Aspergillus

Malaria
Leptospira
Taeniasolium

Patogenesis Infeksi
INFEKSI YANG TERJADI SECARA LANGSUNG/ Percontinuitatum / direct
spread /
Terjadi perluasan langsung pus ke SSP
Terjadi destruksi tulang akibat pustulasi

Terjadi pada organ-organ yang letaknya di dekat kepala


Contoh:
Trauma kepala terbuka
Osteomyelitis di cranium
Otitis media purulenta
Mastoiditis purulenta
Sinusitis purulenta :

Sinus frontalis

Sinus ethmoidalis

Sinus sphenoidalis

INFEKSI YANG TERJADI SECARA TIDAK LANGSUNG


Terjadi pada organ yang letaknya lebih jauh dari otak sehingga perlu
media untuk mengalirkan bakteri atau virus ke dalam SSP

Hematogenous spread
Bakteremia / viremia yang persisten, maksudnya dalah menyebar
melalui peredaran darah

Menembus BBB di plexus choroideus dan kapiler

Contoh:
TBC pulmoner/ekstra pulmoner
Pneumonia
Pharyngitis
Abses ginggiva
Endokarditis
Typhoid
Gastroenteritis
Infeksi CMV
Malaria
Infeksi HIV

Neuronal
Virus berjalan asenderens
Contoh:
Herpes Simplex Virus
Rabies Virus
Herpes Zoster Virus

Cara lain:
Penyebaran

bakteri melalui:

Pada Flu: kontak langsung atau bernafas di udara dlm ruangan yang sama,
bersama dg penderita yg terinfeksi.
Bisa juga: sekret dari respirasi, melalui batuk, bersin, ciuman
Lingkungan:

Pekerja harian, kamp tentara, penjara, dan siapapun yg langsung


terekspose sekret mulut atau hidung penderita
Risiko

lain: orang dg sistem imun yg jelek, diabetes, alkoholik, IV drug


abusers, dan usia > 60 tahun

Meningitis

Infeksi pada menings (arachnoid, piamater)

Klinis:
Nyerikepala
Demam
Fotopobia

Meningeal signs +

Ensefalitis
Infeksi yang melibatkan
jaringan parenkim otak

PemeriksaanFisik
3 tanda spesifik: (demam)+penurunan
kesadaran-kejang-defisit neurologis fokal

Bisa secara difus maupun


terlokalisir, Satu
hemisfer, Satu lobus,
atau beberapa lobus
Tersering: sekunder

Penurunan kesadaran
- Gangguan perilaku (gangg. kognitif)
- Gaduh gelisah (delirium)
- Banyak tidur, kontak bisa baik (somnolent)
- Banyak tidur, kontak sulit (stupor)
- Coma
- Paresis sarafkranial, misalnya,
a. Paresis n. XII: disartria
b. Paresis n. II: gangguanvisus
c. Paresis n. X: disfagia
- Gangguanlain:

a. Area talamus: hemihipestesi


b. Area motorik: hemiparesis
c. Area ganglia basalis: gerakaninvolunter

Ensefalitis
Pemeriksaan Penunjang:
Gold

standard:
analisiscairanserebrospinaldankultur
Head ct scan dengankontras
MRI dengan/tanpakontras
Darahlengkapdankultur
Fotothorax
Konsultasiahli yang terkait:Gigi, THT, Internist,
Bedah, dll.

Cerebral abscess/ Abses Cerebral


Paling

sering komplikasi dari: sinusitis


kronis/purulenta, otitis media
kronis/purulenta
Dapat juga dari abses paru atau pneumonia
Akibat trauma kepala atau operasi otak
Gejala tgt lokasi abses
Gejala umum: nyeri kepala berat, demam,
kelemahan umum
Terapi: IV antibiotika, surgical drainage

Spinal abscess / Abses Spinalis


Biasanya

muncul tiba2
Demam, backpain, kemerahan, udem di
area abses
Berat: paralisis
Terapi: surgical drainage dan IV
antibiotika

Managemen Infeksi Sistem Saraf


Antibiotika intravena, sesegera mungkin (30 menit awal),
pilih broad spectrum
Setelah hasil kultur ada, berikan AB sesuai bakteri yang
ditemukan
Analgetika
Anticonvulsant: utk prevensi atau mengatasi kejang
Bila gelisah: berikan sedatif
Bila ada udem otak: beri steroid
Pada abses otak, tgt lokasi
Superfisial: eksisi abses
Antibiotika massive

Atropi primer sistemik yang berefek pada system


saraf pusat

Gangguan ekstrapiramidal dan gerak


STRUKTUR PENYUSUN SISTEM EKSTRAPIRAMIDAL

Gerakan

volunter dipengaruhi oleh : interaksi sistem


piramidal, ekstrapiramidal, dan serebelum.

Sistem ekstrapiramidal meliputi :


Basal ganglia : nucleus caudatus, putamen, globus
pallidus.
Substansia nigra
Nucleus rubra
Contoh:

Parkirson Disease

Parkinson
Parkinsonism

: Sindroma yang ditandai oleh


tremor pada saat istirahat, rigiditas
bradikinesia, dan hilangnya refleks postural
akibat penurunan kadar dopamin dengan
berbagai macam penyebabnya.

Penyakit

parkinson : Bagian dari parkinsonisme


yang secara patologis ditanadai dengan
degenerasi ganglion basalis yang disertai
dengan adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik

Etiologi
Hipotesis

radikal bebas oksidasi


enzimatik dari dopamin yang merusak
neuron nigrostriatal
Hipotesis neurotoksin : zat neurotoksin
berperan dalam proses neurodegenerasi
pada parkinson

Gejala Utama :
Tremor waktu saat istirahat
Rigiditas
Akinesia / bradikinesia
Postural instabiliity

Parkinson

Tremor : gejala awal


Frekuensi berkisar 4-7 gerakan/ menit. Tremor timbul t.u ketika
pasien dalam keadaan istirahat, berkurang saat bergerak dan
hilang ketika tidur. Pola : pin rolling tremor
Rigiditas :
Bradikinesia gerakan menjadi lamban
Wajah parkinson kurang ekspresi dan mimik muka akibat
bradikinesia. Muka menjadi seperti topeng dan kedipan mata
berkurang
Mikrografia tulisan tangan menjadi rapat dan kecil
Sikap parkinson langkah menjadi kecil, kepala di fleksi ke
dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung ke
depan, lengan tdk melengkung bila berjalan.
Bicara monton dan volume kecil
Disfungsi otonom keringat berlebih, air ludah berleboh,
inkontinesia
demensia

Untuk menegakkan diagnosis :


Anamnesis
Pemeriksaan fisis
EEG : perlambatan progresif
CT Scan : atrofi kotikal difus
Terapi :
Farmakologis : untuk memperbaiki keseimbangan
neurotransmitter Ach dan dopamin
fisioterapi

Penyakit degenerative system saraf


Degenerasi:
-Penurunan
-Perubahan bentuk dari bentuk yg >
tinggi ke btk > rendah,t.u perubahan
jaringan dari btk aktif ke btk yg sedikt
hilang fungsinya
Peny.Degeneratif : peny.ketuaan/>>> pd
MANULA

ETIOLOGI:
1.Teori Penuaan yg cepat
(Accelerated Aging Theory)
-Kematian

neuron
dopaminergik ~dg umur
-Mek.anti oksidatif
protektif menurun ~ dg
umur.
-Kadar Gluthation
peroksidase&katalase
menurun

2. Teori Toksin ( Ekstr & intrinsik)

MPTP(

1 methyl, 1-4 phenyl, 1,2,3,6


tetrapyridin )
Obat2an yg memblokir/merusak
reseptor Dopamin
Pestisida & logam berat pada air
minum

3.Teori Genetik

bbrp kel ~ pola herditer dominan pd DNA

4.Teori peroksidasi oleh Radikal bebas


>>> di anut
Radikal bebas me :
- proses oksidasi me
- menurunkan mekanisme protektif
- mempercepat proses kematian sel

Radikal Bebas : ad/ Molekul 2 yg


memp. Satu atau lebih elektron yg tdk
berpasangan ( r.bbs dari
oksigen,superokside
anion,OH,hydroksi.
Penyakit2 yg >>> pd Manula :
1. Strok ( GPDO )
2. Demensia ( MCI, Alzheimer )
3. Peny & Syndr.Parkinson

DEMENSIA
Forgetfulness

( mudah lupa )
Mild Cognitif Impairment ( Ggn
Kognitif ringan )
Kepikunan ( Demensia )
Demensia : Hilangnya fungsi kognisi
multi dimensi yg berkelanjutan akibat
kerusakan organik SSP tanpa disertai
penurunan kesadaran / aurosal.

Prevalensi : 15 % pd usia > 65 thn


Demensia : ad/ kumpulan gejala klinik

yg disebabkan o/ bbgi latar belakang


penyakit, ditandai o/ hilangnya memori
jangka pendek & ggn global fs.mental ( ~
fs. Bahasa ), me kemampuan berfikir
abstrak, kesulitan merawat diri sendiri,
perubahan perilaku, emosi labil,
hilangnya pengenalan waktu & tempat
(PERDOSSI).
PERHATIAN MASYARAKAT <<<
(dianggap sbg Proses menua yg wajar ),
Std lanjut, gangguan pd kel, shg th/
terlambat

Demensia

: Ditandai pe fs.intelek yg
berhub. dg
Ggn kognisi & perilaku shg
kemunduran dlm aktivitas hariannya.
Ggn memori ( gejala awal ),diikuti
o/ ggn berbahasa, ggn praksis,
orientasi, visuospasial & pengambilan
keputusan. ggn kepribadian &
perilaku.

Subtype Demensia :
1. Demensia Alzheimer >>> ( 50-55%)
2. Demensia Vaskuler
3. Demensia akibat infeksi ( HIV )
4. Demensia akibat trauma kapitis
5. Demensia akibat peny.parkinson
6. Demensia akibat peny.Huntington
7. Demensia akibat peny.Pick
8. Demensia akibat peny.Creutzfeld Jacob
9. Demensia akibat peny.umum yg berat
10.Demensia akibat intoksikasi

Reversible demensia : Alkoholisme,


depresi,schizophrenia, pemakaian
obat antidepresi, antihipertensi, anti
aritmia yg lama,
NPH
Demensia Non Reversible ( >>>
berhub dg. Proses degeneratif )

Demensia Non Reversible:


Demensia Alzheimer
Demensia vaskuler
Picks disease
Parkinsons Disease

II. ETIOLOGI DEMENSIA


(Cumming JL, Trimbley MR, 1995)

Peny. Alzheimer
50 60 %
Demensia vaskular
10 30 %
Depresi
5 15 %
Alkoholik
1 10 %
Ggn metabolik
1 10 %
Intoksikasi
1 10 %

Demensia Alzheimer
> 50 %
Usia > 40

thn, r.keluarga+ (Alz,Parkinson,Down


Syndrome).
Onset bertahap,progresif lambat.
Gejala awal:ggn memori,ggn dlm konsolidasi &
penyimpanan, mudah lupa info baru, pengambilan
& pengenalan kembali terganggu pe intelek.
Perubahan perilaku : penarikan
fs.sosial,indifferen,impulsif,ggn tidur, gelisah.
Tahap lanjut ggn motorik.

Penyakit demyelinasi system saraf


pusat
Demielinasi adalah gejala yang terjadi akibat kerusakan
selubung mielin pada neuron. Hal ini menyebabkan gangguan
aliran sinyal saraf pada individu yang terinfeksi, menyebabkan
gangguan perasaa, gerakan, kesadaran, atau fungsi lainnya
yang bergantung pada sistem saraf.
Etiologinya : genetika, infeksi, reaksi autoimmun, dan idiopatik
Beberapa penyakit demielinasi (abnormalitas pd SSP) :
Sklerosis Multipel
Enchepalomielitis
Guillain Bare Syndrom (GBS)

SINDROM GUILLAIN BARRE


Pendahuluan
polineuritis

akut pasca infeksi, polineuritis akut


toksik, polineuritis febril, poliradikulopati / acute
ascending paralysis.
definisi : sindrom ini dicirikan oleh kelumpuhan /
kelemahan otot ekstremitas yang akut dan
progresif, biasanya muncul setelah infeksi
insidensi rata rata pertahun 1 - 2 / 100. 000
populasi perempuan : laki laki = 2 : 1

Reaksi

inflamasi (infiltrat) dan edema


saraf yang terganggu
Sel infiltrat terutama sel limfosit dan
tampak pula makrofag dan pmn pada
permulaan penyakit setelah itu timbul sel
plasma dan sel mast
Serabut saraf mengalami degenerasi
segmental dan aksonal

PATOLOGI

Infeksi

virus (dulu)

Kelainan

imunologik
- Primary immune response
- Immune mediated process

75

% penderita berhubungan penyakit infeksi akut

Umumnya

oleh ispa atau infeksi git

Interval

penyakit yang mendahului dengan awitan


umumnya 1 3 minggu

ETIOLOGI

Penyebab

infeksi virus (kelompok herpes sering

cytomegalovirus atau epstein barr virus).


Bakteri

(campylobacter jejuni, mycoplasma

pneumoniae).
Post

vaksinasi, ggn endokrin, tindakan operasi

anestesi dsb.

ETIOLOGI

Tanda

dan gejala kelemahan motorik terjadi akut


(paraparesis lmn).
terjadi, 50 % menjelang 2 mgg, 80% menjelang
3 mgg > 90 % menjelang 4 mgg

Kelemahan

Progresitas

terhenti setelah berjalan 4 mgg.

GAMBARAN KLINIK

Kelemahan

/ kelumpuhan simetris (paraparesi


/ plegia lmn atau tetraparesis / plegia lmn)
Kasus ringan hanya terbatas kedua tungkai
Kasus berat terjadi tetraplegia lmn dengan
cepat dalam waktu < 72 jam ascending
landrys paralysis.

GAMBARAN KLINIK

GAMBARAN KLINIK
Hipotoni

dan hiporefleksi selalu ditemukan.


Ggn sensorik ringan, proprioseptif normal
Nervi kranialis dapat terkena.
Kelemahan otot wajah sering bilateral. Nervi kranialis
lain dapat terkena khususnya otot lidah, otot otot
menelan dan otot motorik eksraokular.
Terlibatnya nervi kranialis dapat merupakan awal dari
sgb

GAMBARAN KLINIK
Fungsi

sso dapat terganggu :

ggn miksi / defekasi,


takikardia, aritmia jantung,
hipotensi postural, hipertensi
Dan ggn vasomotor.

Proses

penyembuhan 2 4 minggu
terhentinya progresivitas klinik,
namun dpt tertunda selama 4 bln.

Klinis,

penderita sembuh fungsional


namun pemeriksaan emng masih
menunjukkan kelainan

Gangguan episodic dan gangguan paroksismal

Epilepsi
Migrain

Epilepsi
suatu

gangguan saraf kronik, dimana


terjadi kejang yang bersifat reccurent

Kejang

: manifestasi klinik dari aktivitas


neuron cortical yang berlebihan di dalam
korteks serebral dan ditandai dengan
adanya perubahan aktifitas elektrik pada
saat dilakukan pemeriksaan EEG.

Manifestasi

klinik kejang sangat bervariasi


tergantung dari daerah otak fungsional
yang terlibat

Setiap

tahun terjadi sekitar 125.000 kasus


epilepsi baru di United States.

30%nya

terjadi pada usia muda kurang dari


18 tahun pada saat terdiagnosa.

Agak

sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy


pada kondisi tanpa serangan, pasien terlihat
normal dan semua data lab juga normal,
selain itu ada stigma tertentu pada penderita
epilepsy malu/enggan mengakui

Epidemiologi

Etiologi
Epilepsi

--- gangguan/abnormalitas dari


pelepasan neuron.

Banyak

hal yang bisa menyebabkan terjadinya


abnormalitas pelepasan neuron, seperti :
Birth trauma
Cedera kepala
Tumor otak
Penyakit cerebrovaskular
Genetik
Idiopatik

Diagnosis
Pasien

didiagnosis
epilepsi jika mengalami
serangan kejang secara
berulang
Untuk menentukan jenis
epilepsinya, selain dari
gejala, diperlukan
berbagai alat diagnostik :
EEG
CT-scan
MRI
Lain-lain

Klasifikasi epilepsi
Berdasarkan tanda klinik
dan data EEG, kejang
dibagi menjadi :
kejang umum (generalized
seizure) jika aktivasi
terjadi pd kedua
hemisfere otak secara
bersama-sama
kejang parsial/focal
jika dimulai dari daerah
tertentu dari otak

Kejang umum terbagi atas:


Tonic-clonic

convulsion = grand mal

merupakan bentuk paling banyak


terjadi
pasien tiba-tiba jatuh, kejang,
nafas terengah-engah, keluar air
liur
bisa terjadi sianosis, ngompol,
atau menggigit lidah
terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala atau tidur

Abscense attacks = petit mal


jenis yang jarang
umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip,
dengan kepala terkulai
kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak
disadari

Myoclonic seizure
biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien
normal

Atonic seizure
jarang terjadi
pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa
segera recovered

Kejang parsial terbagi menjadi :


Simple

partial seizures

pasien tidak kehilangan


kesadaran
terjadi sentakan-sentakan pada
bagian tertentu dari tubuh
Complex

partial seizures

pasien melakukan gerakangerakan tak terkendali: gerakan


mengunyah, meringis, dll tanpa
kesadaran

Mengontrol

(mencegah dan mengurangi frekuensi)


supaya tidak terjadi kejang - beraktivitas normal lagi
Meminimalisasi adverse effect of drug

Strategi Terapi
Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik
syaraf yang berlebihan melalui perubahan pada
kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter

Sasaran Terapi

Monoterapi

Menurunkan potensi AE
Meningkatkan kepatuhan pasien
Hindari

/ minimalkan penggunaan antiepilepsi

sedatif
Jika

monoterapi gagal, dapat diberikan sedatif


atau politerapi

Pemberian

terapi sesuai dengan jenis

epilepsinya
Mulai

dengan dosis terkecil (dapat


Prinsip
pengobatan
pada
ditingkatkan
sesuai dengan kondisi
pasien)

epilepsi

Prinsip pengobatan pada


epilepsi
Variasi

individual -- perlu pemantauan

Monitoring

kadar obat dalam darah penyesuaian dosis

Lama

pengobatan tergantung jenis


epilepsinya, kondisi pasien dan kepatuhan
pasien

Jangan

menghentikan pengobatan secara


tiba-tiba (mendadak)

Non

farmakologi :

Amati faktor pemicu


Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya :
stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol,
perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
Farmakologi

: menggunakan obat-obat

antiepilepsi

Penatalaksanaan Terapi

DEFINISI :
Nyeri kepala yang bersifat familial
dengan karakteristik serangan yang
berulang-ulang, serta intensitas,
frekuensi dan lamanya sangat bervariasi.
Nyeri kepala biasanya unilateral,
umumnya disertai anoreksia, mual dan
muntah, dalam beberapa kasus didahului
/ bersamaan dengan gangguan
neurologik

MIGRAIN

1. Migren tanpa aura (migren umum)


2. Migren dengan aura (migren klasik)
a. Migren dengan aura yang tipikal
b. Migren dengan aura yang diperpanjang
c. Migren hemiplegia familial
d. Migren basilaris
e. Migren aura tanpa nyeri kepala
f. Migren dengan awitan aura akut
3. Migren oftalmoplegik
4. Migren retinal
5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
6. Migren dengan komplikasi
a. Status migren
- Tanpa klbihan ppenggunaan obat
- Kelebihan ppenggunaan obat migren
b. Infark migren
7. Migren yang tidak terklasifikasikan

KLASIFIKASI :
The International Headache Society (1988) :

Belum diketahui secara jelas


Reaksi neurovaskular terhadap

perubahan mendadak di dalam


lingkungan eksternal maupun internal
Ambang migren tergantung antara
keseimbangan eksitasi dan inhibisi pada
berbagai tingkatan sistem saraf
Refleks trigeminovaskular yang tidak
stabil dengan cacat segmental pada
jalur kontrol nyeri
Hasil : interaksi batangng otak dan
pembuluh darah kranial migren

PATOGENESIS

Bervariasi

berdasarkan umur dan


jenis kelamin
Kanak kanak dewasa, jarang >
40 tahun
Umumnya wanita (65-75 %)

PREVALENSI

GAMBARAN KLINIK DAN


KRITERIA DIAGNOSIS MIGRAIN

1. Kriteria diagnosis migren tanpa aura

A. Sekurang-kurangnya 10 kali serangan


yang termasuk B-D
B. Serangan nyeri kepala antara 4 72
jam dan diantara serangan tidak ada
nyeri kepala
C. Sekurang-kurangnya 2 dari karakteristik
di bawah ini
1. Lokasi unilateral
2. Sifatnya berdenyut
3. Intensitas sedang sampai berat
4. Diperberat oleh kegiatan fisik

D. Selama serangan sekurang-kurangnya ada


satu
dari yang tersebut dibawah ini :
1. Mual atau dengan muntah
2. Fotofobia atau dengan fonofobia
E. Sekurang-kurangnya ada satu dari yang tsb di
bawah ini :
1. Riwayat, pem. fisik dan neurologik tidak
menunjukkan adanya kelainan organik
2. Riwayat, pem. fisik dan neurologik diduga
ada
kelainan organik, tetapi pemeriksaan
neuroimaging dan pemeriksaan tambahan
lainnya tidak menunjukkan kelainan

2. KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN DENGAN AURA


A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut
dalam B.
B. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari 4 karaktristik
tsb. Di bawah ini :
1. Satu atau lebih gejala aura yang reversibel yang
menunjukkan disfungsi hemisfer dan atau batang
otak
2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang
lebih
4 menit, atau 2 atau lebih gejala aura terjadi
bersama-sama
3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari
60 menit; bila dari satu geejala aura terjadi,
durasinya lebih lama.
4. Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval
bebas nyeri < dari 60 menit, tetapi kadang-kadang
dapat terjadi sebelum aura

Bells

palsy dangangguan n cranialis


Kelainan pleksus brachialis lumbosacralis
Mononeuropati anggota atas : CTS

Gangguan serabut saraf dan pleksus

DEFINISI

Bell's

Palsy adalah suatu kelainan pada saraf


wajah yang menyebabkan kelemahan atau
kelumpuhan tiba-tiba pada otot di satu sisi
wajah.
Saraf wajah adalah saraf kranial yang
merangsang otot-otot wajah.

Bell's Palsy

PENYEBAB
Penyebabnya

tidak diketahui, tetapi


diduga terjadi pembengkakan pada saraf
wajah sebagai reaksi terhadap infeksi
virus, penekanan atau berkurangnya
aliran darah.

GEJALA

Bell's

palsy terjadi secara tiba-tiba.


Beberapa jam sebelum terjadinya kelemahan pada otot wajah, penderita bisa
merasakan nyeri di belakang telinga. Kelemahan otot yang terjadi bisa ringan sampai
berat, tetapi selalu pada satu sisi wajah.
Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekspresi, tetapi
penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir.
Sebagian besar penderita mengalami mati rasa atau merasakan ada beban di
wajahnya, meskipun sebetulnya sensasi di wajah adalah normal.
Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan
dalam menutup matanya di sisi yang terkena.
Kadang penyakit ini mempengaruhi pembentukan ludah, air mata atau rasa di lidah.

DIAGNOSA
Diagnosis

ditegakkan berdasarkan gejalanya.


Bell's palsy selalu mengenai satu sisi wajah; kelemahannya terjadi tiba - tiba dan
dapat melibatkan baik bagian atas atau bagian bawah wajah.
Penyakit lainnya yang juga bisa menyebabkan kelumpuhan saraf wajah adalah:
- Tumor otak yang menekan saraf
- Kerusakan saraf wajah karena infeksi virus (misalnya sindroma Ramsay Hunt)
- Infeksi telinga tengah atau sinus mastoideus
- Penyakit Lyme
- Patah tulang di dasar tengkorak.
Untuk membedakan Bell's palsy dengan penyakit tersebut, bisa dilihat dari
riwayat penyakit, hasil pemeriksaan rontgen, CT scan atau MRI. Pada penyakit
Lyme perlu dilakukan pemeriksaan darah.
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk Bell's palsy.

G60
Neuropati herediter dan idiopatik
Kecuali:
radiculitis NOS (M54.1), neuralgia NOS (M79.2), neuritis NOS (M79.2)
neuritis perifer pada kehamilan (O26.8)
G60.0 Neuropati motorik dan sensorik herediter
Neuropati motorik dan sensorik herediter, tipe-tipe I-IV
Neuropati hipertrofi bayi, atrofi muskulus Peroneus (tipe axon)(tiper hipertrofi)
Penyakit: Charcot-Marie-Tooth, Djerine-Sottas
Sindroma Roussy-Lvy
G60.1 Penyakit Refsum
G60.2 Neuropati yang berhubungan dengan ataxia herediter
G60.3 Neuropati progresif idiopatik
G60.8 Neuropati herediter dan idiopatik lainnya
Penyakit Morvan, sindroma Nelaton,
Neuropati sensoris:yang diwarisi secara dominan atau resesif
G60.9 Neuropati herediter dan idiopatik, tidak dijelaskan
G61
Polineuropati peradangan
G61.0 Guillain-Barr syndrome
Polineuritis (pasca-)infektif akut
G61.1 Neuropati serum
G61.8 Polineuropati peradangan lainnya
G61.9 Polineuropati peradangan, tidak dijelaskan
G62
Polineuropati lainnya
G62.0 Polineuropati akibat obat
G62.1 Polineuropati alkoholik
G62.2 Polineuropati akibat zat toksik lainnya
G62.8 Polineuropati lain yang dijelaskan
Polineuropati akibat radiasi
G62.9 Polineuropati, tidak dijelaskan
Neuropati NOS
G63.2*
Polineuropati diabetikum (E10-E14 , karakter keempat .4)
G63.3*
Polineuropati pada penyakit endokrin dan metabolik lain (E00-E07, E15-E16, E20-E34, E70-

Polyneuropati
dan gangguan lain pada system saraf

tepi

Myastenia

gravis
Muscular distrophy
Miopaty akibat obat, alkoholik,zat toksik

Penyakit pada myoneural junction dan otot

Miastenia gravis
Definisi :
penyakit autoimun akibat

Gangguan penghantaran impuls


Adanya antibodi reseptor
Asetilkolin pada nm. Junction
ditandai kelemahan / kelumpuhan
Otot-otot lurik setelah mlk
melakukan aktivitas dan
membaik setelah istirahat.

KLASIFIKASI :
Golongan

I : m. Ocular

ggn satu atau brp otot okular yang


menyebabkan ptosis atau diplopia,
seringkali ptosisnya unilateral.
Bentuk ringan tetapi sering resisten
terhadap pengobatan.

Golongan

II : m. Bentuk umum rgn

Perlsgn lambat, dimulai gejala okular


kemudian muka, anggota badan dan
otot bulbar.
Otot pernapasan belum terkena.

Gol.

III : m. Bentuk umum berat


Sama dgn gol. Ii tetapi perlsgn cepat
disertai gangguan otot pernapasan.
Sering berespons buruk terhdp terapi
antikolinesterase dan berkembang
menjadi krisis miastenia.

Gol.

Iv : krisis miastenia

Kelemahan otot menyeluruh


disertai paralisis otot pernpsan.
Kondisi kedaruratan medik
Diprovokasi oleh ispa atau
hormonal (menstruasi)

ETIOLOGI
Penyakit autoimun
erat kaitannya peny. A utoimun
lainnya : tirotoksikosis,
miksedema, arthritis, ra. Les

PATOFISIOLOGI
* Kerusakan reseptor asetilkolin
postsinaps (achrs) neuromuscular
junction akb antibody spesifik
human nicotinic acetylcholine
receptor (achr). (Sekarang)
* igg autoimun merangsang
pelepasan thymin sehingga
kadar astilkolin . (dulu)

GAMBARAN KLINIK
* Kelemahan / kelumpuhan otot
yang berulang setelah aktivitas
dan

membaik setelah istirahat.

* Umumnya menyerang otot-otot


(tersering s/d jarang) :
~ okuler eksterna : diplopia, ptosis
~ bulbar : kesulitan mengunyah,
menelan dan berbicara

Leher

: kesulitan mengangkat
kepala dari posisi tidur
Proximal limb
:
kesulitan mengangkat
lengan diatas level bahu
Berdiri dari kursi rendah,
keluar dari bath mandi.
Trunkus : gangguan pernapasan,
sulit duduk dari posisi tidur.
Distal limb : lemah otot tangan,
pergelangan kaki dan kaki.

Cerebral palsy dan sindroma paralitik lainnya

Anda mungkin juga menyukai