1.Pendahuluan
2.Insiden Nyeri
3.Definisi Nyeri
4.Nyeri versi JCI 2011
5.Kebijakan nyeri
6.Prosedur nyeri
PENDAHULU
AN
Prevalensi
Hingga saat ini nyeri tercatat
sebagai keluhan yang paling
banyak membawa pasien keluar
masuk untuk berobat ke Rumah
Sakit, diperkirakan prevalensi
nyeri kronis adalah 20% dari
populasi dunia (WHO,2014).
EP COP 6:
1.RS mempunyai prosedur
untuk identifikasi nyeri
2.Pasien nyeri mendapat
asuhan sesuai panduan
3.RS melakukan: komunikasi
dan mendidik pasien dan
klg ttg nyeri
4.RS mendidik staf ttg nyeri
KEBIJAKAN
PENGELOLAAN/PENANGANAN NYERI
Pengertian
Penanganan nyeri adalah upaya mengatasi nyeri
yang dilakukan pada pasien bayi, anak, dewasa dan
pasien tersedasi dengan pemberian obat maupun
tanpa pemberian obat, sesuai tingkat nyeri yang
dirasakan pasien, mengacu pada Panduan
Manajemen Nyeri.
4. Semua
tindakan
asesment
dan
penanganan nyeri didokumentasikan
dalam catatan rencana pengelolaan,
implementasi , catatan perkembangan
terintegrasi dan lembar monitoring
terpadu rawat inap, rawat jalan, maupun
rawat khusus di rekam medis.
5. Staf yang terlibat dalam penanganan
nyeri kompeten.
6. Rumah sakit memiliki proses untuk
mendidik staf mengenai menejemen
nyeri dengan melaksanakan pelatihan
manajemen nyeri
Tujuan:
Semua pasien di RS dilakukan asesmen nyeri
Semua pasien nyeri dilakukan pengelolaan nyeri
sesuai panduan manajemen nyeri
Prosedur
1.Dokter/ perawat melakukan asesmen awal
terhadap nyeri pada semua pasien yang periksa
di RS.
2.Penilaian rasa sakit/nyeri dilakukan dengan
menggunakan pengkajian yang sesuai
untuk masing
masing pasien:
PROSEDUR
PENGELOLAAN
NYERI
1. Dokter/ perawat melakukan identifikasi
rasa nyeri setiap pasien yang dilayani di
semua
ruang
rawat
menggunakan
asesment
nyeri
yang
sesuai
dan
didokumentasikan dalam rekam medis
2. Asessment awal dilakukan pada saat
pengkajian fisik yang menjadi bagian
dari pemeriksaan tanda-tanda vital.
Asessment
ulang dilakukan sesuai
dengan kondisi pasien dan setiap terjadi
perubahan kondisi pasien
PROSEDUR PENGELOLAAN
NYERI (Cont)
PROSEDUR PENGELOLAAN
NYERI (Cont)
6. Derajat
nyeri sedang-berat, dilakukan
evaluasi
nyeri
di
luar
jadwal
pemeriksaan tanda vital.
7. Setelah ditangani DPJP, tetapi nyeri pasien
belum berkurang, maka DPJP perlu
melakukan konsul ke dokter syaraf sub
spesialis nyeri, dan apabila diperlukan,
dilakukan konsul ke dokter anestesi untuk
intervensi blok/intervensi khusus.
8. Semua intervensi nyeri yang dilakukan,
diinformasikan
kepada
pasien
dan
keluarga serta didokumentasikan dalam
rekam medis
PROSEDUR PENGELOLAAN
NYERI (Cont)
10.Penatalaksanaan kembali ke nomor 3, jika
pasien kembali mengalami nyeri.
11.Dokter/perawat
mendokumentasikan:
skala nyeri, lokasi nyeri, jenis tata kelola
nyeri oleh perawat/dokter, efektivitas dari
tatakelola yang telah dilakukan.
12.Dokter/ perawat melakukan edukasi
tentang nyeri dan didokumentasikan
dalam rekam medis.
PENYAKIT- PENYAKIT
KHUSUS YANG
PERHATIAN
a)MEMERLUKAN
PASIEN YANG DILAKUKAN
PEMBEDAHAN :
Pada pasien yang dilakukan pembedahan,
penanganan nyeri dimulai dari pre operasi
hingga pasca operasi minimal sampai hari
ketiga pasca operasi, atau bila hasil
pengkajian skala nyeri ringan, di bawah
tanggung jawab DPJP.
b) PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG :
Pasien dengan penyakit jantung, penanganan
nyeri dimulai dari saat pasien masuk
rumah sakit sampai dengan bebas nyeri
(skor nyeri 0). Penanganan nyeri penyakit
jantung disesuaikan dengan SPO nyeri
penyakit jantung.
Referensi
1.Standar Akreditasi Rumah Sakit, Ditjen BUK,
Kemenkes dengan KARS, 2011
2. Joint Commission International, 2011
3. Panduan Manajemen Nyeri RSUP Dr Sardjito,2012
4. Kebijakan dan Prosedur penanganan nyeri
RSUP Dr Sardjito, 2012
5. Pokdi Nyeri Perdossi, 2002
6. Pain Incidence and Control in hospitalized
patients, in
medical Oncology Unit of general hospital (Italy,
2008)
7. American Academic Pain Management, 2010