Anda di halaman 1dari 8

Analisa Kasus

ANALISA KASUS
Seorang Ibu yang bernama Ibu T adalah peserta asuransi BPJS Mandiri yang sudah
5 tahun dan secara teratur membayar iuran BPJSnya. Namun dalam 5 tahun
ini, Ibu T tidak pernah menderita sakit.
Sedangkan ada tetangganya yang merupakan peserta BPJS sering sekali menderita sakit,
dalam setahun dirawat di RS 8 kali dan seluruh pengobatannya ditanggung. Suatu ketika
Ibu T pernah ingin melakukan medical check up di RS pemerintah yang merupakan rujukan
faskesnya dalam tanggungan BPJS. Namun, pihak RS mengatakan seluruh
pembiayaannya dikenakan status umum walaupun Ibu T memiliki kartu BPJS dan menjadi
anggota aktif.
Hal ini membuat Ibu T menjadi kecewa dengan kebijakan pemerintah penyelenggara
BPJS yg tidak dapat memfasilitasinya untuk melakukan medical check up. Ibu T kemudian
mendatangi kantor cabang setempat dan melakukan komplain pada pegawai bagian
pelayanan kesehatan BPJS yang merupakan seorang perawat.
Analisa kasus
Kommunitarianism merupakan faham yang lebih memfokuskan
kepentingan kelompok dari kepentingan individu. Berdasarkan kasus
di atas, tampak jelas bahwa program asuransi kesehatan
BPJS lebih mengutamakan kepentingan kelompok dari pada
kepentingan individu. Semua peserta wajib membayar iuran
baik yang sehat maupun yang sakit. Walaupun ada peserta yang
tidak pernah sakit, dananya tidak dikembalikan tetapi
dialokasikan secara subsidi silang untuk peserta yang sakit.
ANALISA SWOT BPJS
Strengthness

1. Memiliki sifat kepersertaan yang WAJIB untuk seluruh penduduk Indonesia. Hal ini akan 
membuat JKN menjadi sebuah asuransi kesehatan yang menjamin  seluruh penduduk
Indonesia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Menggunakan prinsipnya gotong royong (yaitu semua golongan wajib ikut tergabung baik
kaya-miskin, sehat-sakit, ataupun muda-tua) sehingga tidak terlalu membebankan suatu pihak
untuk tergabung dalam program JKN.
3. Diatur oleh undang-undang
4. JKN menjamin premi yang murah untuk setiap paket pelayanan yang sama. Tidak seperti
asuransi komersial yang akan menghitung premi sesuai risiko tiap peserta, yang mana jika
risiko sakit semakin tinggi, maka premi di setting lebih mahal.
5. Manfaat jaminan menyeluruh mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.
Weaknesses
1. Pasal 14 ayat 2 UU SJSN menyebutkan bahwa “ Penerima bantuan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fakir
miskin dan orang tidak mampu” namun sampai saat ini belum ada ketentuan yang mengatur kategori fakir miskin, miskin, dan
hampir miskin. Aturan mengani hal tersebut diperlukan karena setiap orang mempunai persepsi berbeda terhadap kategori
miskin tersebut, ditambah lagi sebagian besar orang Indonesia lebih suka bertingkah “memiskinkan” diri.
2. Semakin meningkatnya animo masyarakat yang ingin ikut tergabung dalam JKN tidak diimbangi dengan ketersediaan SDM yang
memadai di BPJS Kesehatan. Minimnya SDM akan membuat para pekerja kelimpungan ketika memberikan pelayanan kepada
peserta JKN yang menumpuk dengan antrian yang panjang sehingga berpengaruh pada kualitas hasil pekerjaan.
3. Kelemahan JKN dari segi pelayanan kesehatan (menurut peserta):
a. Pasien dengan penyakit kronis hanya diberikan obat kurang dari 30 hari (hanya untuk 3-7 hari) sehingga pasien harus berulang
kali ke RS
b. Terdapat beberapa RS yang masih mengenakan urun biaya bagi pasien
c. Peserta belum memahami hak dan kewajibannya
d. Rujukan berjenjang belum dapat berjalan secara optimal
4. Kelemahan dari segi faskes
a. Penggunaan aplikasi  P-Care di Puskesmas belum berjalan secara optimal, kebanyakan puskesmas masih menggunakan SIMPUS
b. E-Catalog belum tersedia, sehingga mempengaruhi pelayanan obat di RS
c. Tarif INA CBG’s belum memadai, khususnya bagi RS Swasta
d. Penerapan iur biaya di klinik rawat jalan di RS Swasta
Opportunities

1. Masyarakat Indonesia yang ingin memiliki jaminan kesehatan meningkat drastis.


Hal ini dikarenakan adanya hukum ekonomi, dimana jika harga menurun, maka
permintaan akan naik. Sama halnya dengan JKN ini, karena harga pelayanan
kesehatan menjadi terjangkau dan dijamin oleh pemerintah, maka permintaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan juga akan meningkat.
2. Untuk mencapai target terwujudnya seluruh masyarakat Indonesia yang terjamin
oleh JKN, dilakukan secara bertahap sejak tahun 2014 -2019. Kepesertaan JKN
dimulai dengan menggabungkan peserta Askes Sosial, Jamkesmas, Jamkesda,
dan Jamsostek.
Threats
1. Belum semua instansi dan komponen yang terkait dengan pelaksanaan JKN memiliki kesadaran penuh dan peduli terhadap
pelaksanaan JKN yang lebih baik.
2. Terdapat beberapa regulasi/kebijakan penting terkait pelaksanaan JKN yang belum diterbitkan. Contohnya adalah regulasi
tentang pemanfaatan kapitasi dan juknis/manlak/pedoman INA CBG’s. Ketiadaan regulasi/kebijakan ini dapat menimbulkan
dampak seperti ketidakseragaman pemahaman, sehingga implementasinya pun menjadi berbeda-beda. Selain itu,
ketidakjelasan prosedur akibat belum adanya regulasi yang mengatur juga dapat memicu konflik antar pemangku
kepentingan.
3. Risiko adverse selection, yaitu masyarakat menjadi peserta JKN hanya karena ingin mendapatkan manfaat karena memiliki
risiko tinggi terhadap penyakit. Risiko ini biasanya pada peserta mandiri (voluntary)
4. Pemahaman kebijakan/regulasi yang belum merata. Peserta JKN terdiri atas penduduk dengan latar belakang pendidikan,
pekerjaan, tingkat ekonomi, akses terhadap media dan teknologi, serta geografis yang berbeda-beda. Diversifikasi tersebut
membuat pemahaman tentang regulasi yang berbeda-beda sehingga akan menimbulkan ekspektasi yang berbeda pula.
5. Sistem pembayaran INA CBG’s belum dipahami oleh seluruh stakeholders
6. Perubahan pola pelayanan obat akibat perubahan sistem pembayaran, selain itu ketersediaan obat juga menjadi terkendala
akibat E-catalog tidak diterbitkan bersamaan dengan formularium nasional dan beberapa RS tidak memiliki cukup dana
operasional untuk menjamin ketersediaan obat sehingga menyebabkan terjadinya blocked account pleh distributor obat.
7. Peningkatan cakupan peserta JKN tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah faskes. Dampaknya, beban kerja faskes
bertambah sehingga antrian pelayanan bertambah panjang. Selain itu distribusi nakes belum merata di seluruh Indonesia,
terutama daerah rural
8. Memicu terjadinya morale hazard (perubahan perilaku seseorang akibat telah merasa dijamin asuransi), sehingga dapat
menyebabkan klaim JKN yang tinggi
9. Regulasi JKN cenderung mencerminkan upaya kesehatan kuratif, karena sudah tercover asuransi, usaha penduduk Indonesia
untuk melakukan upaya preventif menjadi minim.
ANALISA SWOT BPJS DIPANDANG DARI TEORI COMMUNITARIANISM

STRENGTHNESS WEAKNESSES
1. Merupakan bentuk penerapan filsafat 1. Aturan yang sangat mengikat peserta BPJS
kommunitarianism, dengan adanya prinsip gotong 2. Seringnya BPJS berganti aturan
royong, kepentingan kelompok menjadi utama. 3. Tidak semua individu yang sudah melakukan
2. Dijamin oleh Undang Undang, berarti setiap warga kewajiban mendapatkan hak yang seharusnya
Negara Indonesia berhak atas pelayanan BPJS walaupun memang jelas disebutkan apa yang menjadi
hak dan kewajiban peserta BPJS dalam Peraturan BPJS
Kesehatan No. 1 Tahun 2014.

OPPORTUNITIES THREATS
1. Mulai ada pemikiran Liberal yang mengkritisi
1. Dukungan pemerintah terhadap BPJS dengan pelaksanaan BPJS.
menargetkan seluruh warga Indonesia tahun 2019 2. Pemanfaatan yang tidak pada tempatnya oleh
sudah menggunakan BPJS. masyarakat
2. Kebijakan pemerintah yang memiliki niat baik
dengan memikirkan kepentingan komunitas

Anda mungkin juga menyukai