gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. Etiologi 1. Tumor hidung Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (Ramis Ahmad, 2000) Ada 2 jenis tumor, yaitu: - Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal. - Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma. patofiologi Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000) Manifestasi klinis Secara mikroskopis hampir sama dengan polip hidung Lebih keras , pada dan tidak mengkilat Penunjang Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal Penatalaksaan Pembedahan luas Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat menjadikan ganas. Karsinoma Nasofaring Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi difosa rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) etiologi Virus Epstein Barr Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan/bumbu masakan tertentu, asap sejenis kayu tertentu). Faktor genetik Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma sampai berulserasi dan terinfeksi, pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian atas pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat. Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu: Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung. Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga. Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak. Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher. Penunjang Sama seperti pemeriksaan penunjang pada tumor hidung Penatalaksanaan Radio terapi Dilakukan diseksi leher Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi vaksin dan anti virus. Polip hidung Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung Patofisiologi Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung mukosa membengkak dan terisi banyak cairan interseluler radang Sehingga terbentuklah massa yang mengandung jaringan saraf pembuluh darah yang rusak, sumbatan hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya hiposmig / anemia, px terlihat bersin-bersin dan terjadinya iritasi di hidung. Manifestasi klinis Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea. Dapat terjadi hiposmig / anosmia Bersin Iritasi di hidung Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus. Masa berupa berwarna putih seperti agar- agar. Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah. Penunjang Rinoskopi anterior terlihat adanya polip Endoskopi terlihat polip yang masih sangat kecil. Rontgen polos (CT Scan) Biopsi penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada gambaran erosi tulang. Penatalaksaan Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal Prednison 50 mg/hari Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis / prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari. Secara topikal diberikan semprot hidung, misal Beklometason dipropionah Dilakukan ekstraksi polip dengan sinar. Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.