Faktor perilaku-kognitif
Orang yang mengalami trauma terus mengalami stres dan berupaya
menghindari mengalami hal tersebut.
Faktor biologis
Gambaran Klinis
Mengingat kembali (re-experience)
Menghindari dan mematikan emosi (avoidance)
Keadaan terus terjaga timbul ke alam sadar, adanya mimpi
buruk (hyperaurosal)
Aktivitas otonom
Komorbiditas :
Gangguan depresif
Gangguan panik
Gangguan terkait zat
Gangguan ansietas lain
Gangguan bipolar
Kriteria Diagnosis
PPDGJ III
Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun
waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat
Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu
mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja
manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori
gangguan lainnya.
Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang
atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang
kembali (flashback).
Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah laku semuanya
dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
Suatu sequele menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar biasa,
misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam
kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah
mengalami katastrofa).
Kriteria Diagnosis
DSM-IV-TR
A.Orang tersebut telah terpajan dengan peristiwa traumatik
dan kedua hal ini ada:
Orang tersebut mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan
peristiwa atau sejumlah peristiwa yang melibatkan kematian atau
cedera serius yang sebenarnya atau mengancam, atau ancaman
terhadap integritas fisik dirinya atau orang lain.
Respons orang tersebut melibatkan rada takut yang intens, rasa
tiadk berdaya, atau horor. Catatan: pada anak, hal ini dapat
ditunjukkan dengan perilaku agitasi atau kacau.
Kriteria Diagnosis
B.Peristiwa traumatik secara terus menerus dialami kembali pada satu
(atau lebih) cara berikut ini:
Mengingat kembali peristiwa secara berulang dan mengganggu yang menimbulkan
distres, termasuk bayangan, pikiran, atau persepsi. Catatan: pada anak yang
masih kecil, dapat terjadi permainan berulang yang mengekspresikan tema atau
aspek trauma.
Mimpi berulang mengenai peristiwa tersebut yang menimbulkan penderitaan.
Catatan: pada anak, bisa terdapat mimpi yang menakutkan tanpa kandungan yang
dapat dikenali.
Bertindak atau merasakan seolah-olah peristiwa traumatik tersebut terjdi kembali
(termasuk rasa membangkitkan kembali pengalaman, ilusi, halusinasi, dan episode
kilas balik disosiatif, termasuk yang terjadi saat bangun atau ketika mengalami
intoksikasi). Catatan: pada anak yang masih kecil, anak dapat melakukan kembali
hal yang spesifik trauma.
Penderitaan psikologis yang intens pada pajanan terhadap sinyal internal atau
eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai aspek peristiwa traumatik.
Reaktivitas fisiologis pada pajanan sinyal internal atau eksternal yang
menyimbolkan atau menyerupai aspek peristiwa traumatik.
Kriteria Diagnosis
C.Penghindaran persisten stimulus yang berkaitan dengan trauma serta
membuat kebas responsivitas umum (tidak terjadi sebelum trauma),
seperti yang ditunjukkan dengan tiga (atau lebih) hal berikut ini:
Upaya menghindari pikiran, perasaan, atau pembicaraan yang
berkaitan dengan trauma.
Upaya menghindari aktivitas, tempat, atau orang yang membangkitkan
ingatan akan trauma.
Ketidakmampuan mengingat kembali aspek penting trauma.
Minat atau partisipasi berkurang nyata pada aktivitas yang signifikan.
Perasaan lepas atau menjadi asing dari orang lain.
Kisaran afek yang terbatas (contoh tidak mampu memiliki rasa cinta).
Rasa masa depan yang memendek (contoh tidak berharap memiliki
karir, menikah, anak atau masa hidup normal).
Kriteria Diagnosis
D.Menetapnya peningkatan keadaan terjaga (tidak terjadi
sebelum trauma), seperti yang ditunjukkan dengan dua
(atau lebih) hal berikut:
Sulit tidur atau sulit tetap tidur
Iritabilitas atau ledakan kemarahan
Sulit berkonsentrasi
Hypervigilance
Respons kaget yang berlebihan
Psikoterapi
Kesimpulan
PTSD adalah suatu sindrom yang timbul setelah seseorang
melihat, terlibat di dalam, atau mendengar stresor traumatik yang
ekstrem.
Peristiwa traumatik dapat menyebabkan PTSD sekitar 15-90%,
prevalensi seumur hidup PTSD pada 8% populasi umum, lebih
banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan dewasa dan pada
perempuan.
Stresor yang menyebabkan PTSD merupakan stresor yang berat
sampai mengancam nyawa dan mempunyai karakteristik tertentu.
Gambaran klinis pada pasien PTSD berupa mengingat kembali,
menghindari dan mematikan emosi, keadaan terus terjaga, mimpi
buruk, keadaaan disosiatif dan aktivitas otonom.
Terapi menggunakan farmakoterapi (SSRI) dan psikoterapi.