Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN BAGIAN THT RSPAU

OTITIS EKSTERNA DIFUSA

DISUSUN OLEH
Natashya Risa Pramana (112015172)

PEMBIMBING
dr. M. Roikhan Harowi, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PERIODE 16 Mei 2016 18 Juni 2016

RUMAH SAKIT TNI AU Dr ESNAWAN ANTARIKSA JAKARTA


LAPORAN KASUS
RUMAH SAKIT TNI AU Dr ESNAWAN ANTARIKSA
SMF TELINGA HIDUNG TENGGOROK
Jl. Merpati No 2, Halim Perdanakusuma Jakarta Timur 13610

Nama : Natashya Risa Pramana Tanda Tangan


NIM : 112015172 .............
Dr. Pembimbing :dr. M. Roikhan Harowi, Sp. THT-KL

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. HM Jenis Kelamin : Perempuan

Umur :37 tahun Agama : Kristen

Pekerjaan : Pegawai swasta Pendidikan : D3

Alamat : Jalan Bugel no. 25, kompleks trikora halim

2. ANAMNESIS: Autoanamnesis Tanggal/ Jam: 31 Mei 2016/ Jam 12.40 WIB

Keluhan Utama: Nyeri telinga kiri sejak 1 hari yang lalu

Keluhan Tambahan: Pendengaran berkurang, rasa penuh

Riwayat Penyakit Sekarang

OS datang ke poliklinik THT RS Pusat TNI AU dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 1
hari yang lalu. Nyeri telinga kiri dirasakan hilang timbul terutama saat telinga dipegang. OS juga
merasakan tidak enak dan rasa penuh pada telinga kirinya. OS mengatakan pendengaran
dirasakan ikut berkurang. Riwayat demam dikatakan tidak ada. Keluarnya cairan dari telinga
juga tidak ada. OS mengatakan tidak ada riwayat nyeri tenggorok ataupun nyeri pada saat
menelan.
OS memiliki kebiasaan membersihkan telinga sendiri setiap hari dengan menggunakan
cotton bud. OS mengatakan keluhan timbul setelah mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud
yang dirasakannya terlalu kencang. OS tidak mempunyai hobi berenang dan riwayat kepala atau
telinga terkena pukulan.
Tidak ada tanda kemerahan dan keluhan nyeri pada daun telinga atau daerah sekitar
telinga.
OS mengatakan belum berobat ke klinik manapun dan belum minum obat apapun untuk
menghilangkan keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):
OS memiliki riwayat sinusitis.

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis
Tensi : 120/80 mmHg
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : 36 0C
Nadi : 80x/menit
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 162 cm

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Telinga

Kanan Kiri
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan Kongenital Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Tumor/ tanda peradangan
Pre aurikuler Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Retroaurikuler Tidak ditemukan Tidak ditemukan

Nyeri tekan tragus (-) (+)


Penarikan daun telinga (-) (+)
Tes Fungsi Tuba
Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Thoinbee Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Liang Telinga CAE lapang, serumen CAE sempit, serumen


(-), Hiperemis (-) (-), Hiperemis (+),
oedem (+)
Membran Timpani Dalam batas normal, Sulit dinilai
Retraksi (-), edema (-),
refleks cahaya (+) jam 5
Tes Penala:
Rinne Positif Positif
Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Swabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

Kesan:
- Telinga kiri nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), canalis auricularis eksternus
sempit, edema (+), hiperemis (+), membran timpani sulit dinilai
-Telinga kanan dalam batas normal

b. Hidung dan Sinus Paranasal

Bentuk : Simetris
Tanda Peradangan : Tidak ditemukan tanda peradangan dari luar
Vestibulum : - Tampak bulu hidung bilateral +/+

- Hiperemis -/-, massa -/-, lapang +/+, polip -/-

- Hipertrofi -/-

- Mukosa basah kiri-kanan; krusta kuning


kehijauan -/-

Konka inferior kanan/ kiri : Hipertrofi -/-, sekret -/-


Meatus inferior kanan/kiri : Sekret -/-, hiperemis -/-
Konka medius kanan/ kiri : Hipertrofi -/-
Meatus nasi medius kanan/ kiri : Sekret -/-, hiperemis -/-
Septum nasi : Deviasi (-), sisa sekret -/-
Daerah sinus frontalis dan maksilaris : Tidak didapatkan nyeri tekan

c. Nasofaring (tidak dilakukan rhinoskopi posterior)


Koana :-
Septum nasi posterior :-
Muara tuba eustachius :-
Torus tubarius :-
Konka inferior dan media :-
Dinding posterior :-

d. Tenggorok
Faring
Dinding faring: tidak hiperemis, permukaan licin
Arkus faring : simetris kanan-kiri, tidak hiperemis
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), kripta lebar (-), detritus (-)
Uvula : simetris ditengah, hiperemis (-)
Gigi geligi : bekas pencabutan gigi (-), oral hygiene baik
Lain-lain : radang ginggiva (-), mukosa pharynx tenang

Laring (tidak dilakukan pemeriksaan laringoskopi)


Epiglotis :-
Plika aryepiglotis : -
Arytenoid :-
Plika Ventrikularis: -
Pita suara asli :-
Rima glottis :-
Cincin trakea :-
Sinus piriformis : -

e. Leher
Kelenjar limfe submandibula : tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe servikal : tidak ada pembesaran

f. Maksillo Fasial
Deformitas
- Tidak ditemukan deformitas os maxilla, os mandibula, dan os zygomaticum
- Hematoma (-)

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan endoskopi telinga :
Kanalis auricularis externus telinga kiri menyempit, nanah (-), serumen (-), sekret (-),
hiperemis (+), edema (+), partikel jamur (-)

5. RESUME

Dari anamnesa didapatkan :

Seorang wanita bernama Ny. HM berusia 37 tahun datang ke poliklinik THT RS Pusat
TNI AU dengan keluhan nyeri pada telinga kiri sejak 1 hari yang lalu. OS juga mengeluh telinga
kirinya terasa tidak enak dan penuh. Pendengaran juga dirasakan terganggu. OS mempunyai
kebiasaan setiap hari membersihkan telinga dengan cotton bud dan keluhan timbul setelah OS
mengorek telinga dengan cotton bud yang dirasakan terlalu kencang.
Dari hasil pemeriksaan endoskopi ditemukan telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri
tarik auricula (+), CAE sempit, hiperemis (+), edema (+).
Telinga kanan dalam batas normal.

6. DIAGNOSIS BANDING
- Otomikosis
7. DIAGNOSIS KERJA
- Otitis eksterna difusa auricularis sinistra

Dasar diagnosis:

Diagnosis kerja otitis eksterna difusa akut diambil berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan pada OS.

Anamnesis:

- Rasa nyeri, terasa penuh, pendengaran terganggu di telinga kiri


- Riwayat kebiasaan: OS suka membersihkan telinga setiap hari dengan cotton bud

Pemeriksaan fisik telinga:

- Telinga kiri nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), CAE sempit, hiperemis (+),
edema (+)

8. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Pemeriksaan KOH 10%
9. PENATALAKSANAAN
a Non medikamentosa
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin terjadi
pada pasien.
Pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering.
Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud
terlalu sering.
b Medikamentosa
- Irigasi liang telinga menggunakan H2O2 3%
- Dipasang tampon Sofra-Tulle selama dua hari
- Antibiotik : Siprofloksasin tab 500 mg 2x1 selama 5 hari
10. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Dubia ad bonam
b. Quo ad functionam : Dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi

Gambar 1. Anatomi telinga

1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S,
dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian
dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3cm.1
Kulit liang telinga
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua per tiga bagian
dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Kanalis auricularis externus dilapisi oleh
kulit yang terikat erat pada tulang rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak
adanya jaringan subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi sangat
peka.2
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan kulit
pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang telinga merupakan
lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani.
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan daripada
bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 1 mm, terdiri dari lapisan
epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan perikondrium.
Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel
basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis, tebalnya
kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa
lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi
sutura antara tulang timpani.
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot intrinsik.
Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior dan m.aurikularis
posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga dengan tulang tengkorak dan kulit
kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang
masih mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun telinganya ke atas dan ke
bawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsic terdiri dari m. helisis mayor, m.
helisis minor, m. tragikus, m.antitragus, m.obligus aurkularis, dan m.transpersus
aurikularis. Otot-otot ini berhubungan bagian-bagian daun telinga.

Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang temporal
superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang
aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri auricular
posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara
cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan
permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam arteri maksilaris
interna.
Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya bermuara ke
vena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir ke
dalam vena temporalis superficial dan vena aurikularis posterior.
Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula mengalir ke kelenjar
parotid, sementara bagian posterior auricular mengalir ke kelenjar retroauricular. Regio
lobulus mengalir kelenjar cervicalis superior.2
Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf
kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus
(N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan
superior liang telinga dan segmen depan membrana timpani. Permukaan posteromedial
daun telinga dan lobulus dipersarafi oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor.
Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus (N.IX) dan nervus
vagus (N.X) menyebar kedaerah konka dan cabang-cabang saraf ini menyarafi dinding
posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior dan inferior membran timpani.2

II. Definisi
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau telinga
cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi
bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit sehingga menyumbat
saluran folikel.3
Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah
maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan
bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga
menambah kemungkinan trauma karena garukan.4

III. Epidemiologi
Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember
2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru
dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62%) otitis eksterna
difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai
pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering.
Nan Sati CN dalam penelitiannya di RS Sumber Waras / FK UNTAR Jakarta mulai 1
Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980 mendapatkan 1.370 penderita baru
dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633 pria dan 737 wanita.5

IV. Etiologi
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas
aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa bakteri gram
negatif. Serta dapat juga disebabkan oleh jamur seperti Jamur golongan Aspergillus atau
Candida sp. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif
kronis.6

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu :3,6


Derajat keasaman (pH)
pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai
protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas 6.0) akan
mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi
terhadap infeksi menurun.
Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah tumbuh.
Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul seperti
cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna.

Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang menyebabkan
maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri

V. Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas
telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati
dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh
adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan di atas dapat
menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau
berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.7,8
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan
eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi
pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi menyebabkan
peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu,
proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga
(meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal.9
VI.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara lain: 5,7,8
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun
telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal
disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu
otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit
yang hebat,serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan,
keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa
agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum
dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan
rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan
mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Nyeri
terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen
tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan
bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna
akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,
debris, dan obat-obatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.

VII. Histopatologi
Pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis
epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum dan
stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis fokal
diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang, serta
aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.5
VIII. Penatalaksanaan
Langkah pertama yang terpenting untuk terapi otitis eksterna difusa berupa
pembersihan secara cermat semua debris dan nanah di dalam liang telinga, yang mudah
dilakukan dengan menggunakan ujung penghisap yang kecil. Kemudian liang telinga
dimasukkan tampon yang mengandung antibiotik. Kadang-kadang diperlukan antibiotik
sistemik.
Ingat bahwa antibiotik harus berkontak seluruhnya dengan kulit liang telinga
secara efektif. Bila terdapat saluran yang baik dengan membrana timpani, pasien disuruh
berbaring pada satu sisi tubuhnya, kemudian diteteskan antibiotika dan dipasang sumbat
kapas dalam telinga. Harus diberikan 4 atau 5 tetes ke dalam telinga setiap 4 jam untuk
48 jam pertama, setelah itu liang diperiksa kembali. Biasanya terjadi perbaikan dramatis.
Kemudian tetesan antibiotika harus diberikan 3 kali sehari selama 1 minggu. Kadang-
kadang terdapat pembengkakkan sedemikian rupa sehingga tetesan tersebut tidak dapat
masuk ke liang telinga. Pada keadaan ini, masukkan dengan hati-hati gumpalan kapas
tipis 5-7,5cm dan ditekan hati-hati ke dalam liang telinga deengan forsep bayonet atau
forsep buaya. Ujung dalam gumpalan ini harus sedikit mungkin ke membran timpani dan
ujung luarnya harus menonjol ke luar dari liang telinga. Dengan pasien pada salah satu
sisinya, gumpalan tersebut harus dibasahi dengan larutan antibiotika setiap 3-4 jam.
Setelah kapas tersebut dibasahi, pasang sumbatan kapas ke dalam telinga. Dua puluh
empat jam setelah itu kapas harus diangkat dan telinga dibersihkan, serta kemudian
dimasukkan gumpalan kapas yang lebih besar. Biasanya dalam waktu 48 jam, edema
akan mengurai sedemikian rupa sehingga tetesan antibiotika dapat langsung masuk ke
dalam telinga.8
Suatu antibiotika yang mengandung neomisin bersama polimiksin B sulfat
(cortisporin) atau kolistin (colymiysin) akan efektif untuk sekitar 99 % pasien. Bila
infeksi disebabkan oleh jamur, salep Nystatin (mycostatin) dapat dioleskan semuanya ke
kulit liang telinga dan dapat digunakan tetesan m-kresil asetat (creysylate) atau mertiolat
dalam air (1:1000). Harus dihindarkan masuknya air selama 2 minggu setelah infeksi
teratasi untuk mencegah rekurensi.8
Biasanya terapi yang tepat menyebabkan penurunan dramatis bagi nyeri dalam
34-48 jam. Untuk nyeri hebat yang biasanya menyertai otitis ekterna difusa dapat
diberikan kodein atau aspirin. Kadang-kadang ada individu yang sangat rentan terhadap
otitis eksterna, pasien-pasien ini harus diinstruksikan untuk menghindari masuknya air,
busa sabun dan smprotan rambut ke dalam telinga. Mereka dapat membersihkan
telinganya dengan alkohol.8
Terapi topikal biasanya cukup efektif, tetapi bila dijumpai adenopathy dan gejala
toksisitas, antibiotika sistemik dibutuhkan. Penggunaan kortikosteroid diharapkan dapat
mengurangi proses inflamasi.7
IX. Komplikasi
- Perikondritis5
X. Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh dengan
cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat dengan mudah
diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang mungkin memerlukan
perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka
panjang atau serius.8
XI. Kesimpulan
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang
telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun.Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
Otitis eksterna difusa mengenai kulit liang tengah bagian dua pertiga dalam.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasannya. Bakteri
penyebabnya yang tersering adalah pseudomonas.
Gejala otitis eksterna adalah otalgia, gatal-gatal (pruritus), rasa penuh (fullness) di
liang telinga, pendengaran berkurang atau hilang, deskuamasi, tinnitus, discharge dan
otore, demam, nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut, infiltrat dan abses
(bisul), serta hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga.
Pengobatan dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang
mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik dengan kulit
yang meradang. Kadang diperlukan pula obat antibiotika sistemik.

XII. Daftar Pustaka


1 Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar
IlmuKesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI. 2008.
2 Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of Otorhinolaryngology
UP - PGH. 1993.
3 Ballanger, Jhon. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi 13.
Jakarta: Binarupa Aksara. 1996.
4 Kartika, Henny. Otitis Eksterna. Availble from
http://library.usu.ac.id/modules.php&id. Accessed on: June 3rd 2016.
5 Abdullah F. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring Dengan Salep
Ichtyol (Ichtammol) Pada Otitis Eksterna Akut. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6423/1/tht-farhan.pdf. Accessed on:
June 3rd 2016.
6 Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. Available at: http://www.THTUB.pdf.co.id. Accessed on: June 2nd 2016.
7 Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K: editor.
Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT.Edisi 6. Jakarta: EGC.
1997.78-84.
8 Susana. 2009. Nyeri Telinga. Available at: http://www.ssmedika.com/ index.php?
option=com_content&view=article&id=53:nyeritelinga&catid=38:telinga&Itemid=61
. Accessed on: June 3rd 2016.
9 Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Available at: http://www.sav-ondrugs.
com/shop/templates/encyclopedia/ENCY/article/000622.asp.accessed on: June 3rd
2016.

Anda mungkin juga menyukai

  • HERNIA INGUINALIS
    HERNIA INGUINALIS
    Dokumen29 halaman
    HERNIA INGUINALIS
    Aizat Azher
    50% (2)
  • Refrat Panik
    Refrat Panik
    Dokumen15 halaman
    Refrat Panik
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif
    Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif
    Dokumen41 halaman
    Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif
    Shelvy Tucunan
    Belum ada peringkat
  • PTSD Kelompok I
    PTSD Kelompok I
    Dokumen20 halaman
    PTSD Kelompok I
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • PTSD Kelompok I
    PTSD Kelompok I
    Dokumen21 halaman
    PTSD Kelompok I
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Psoriasis
    Psoriasis
    Dokumen17 halaman
    Psoriasis
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Hernia
    Hernia
    Dokumen9 halaman
    Hernia
    FìtRíex Pivin
    Belum ada peringkat
  • Hernia Inguinalis
    Hernia Inguinalis
    Dokumen18 halaman
    Hernia Inguinalis
    Ade Vianis Plester
    Belum ada peringkat
  • Trauma Thoraks Henok
    Trauma Thoraks Henok
    Dokumen37 halaman
    Trauma Thoraks Henok
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Menular Seksual
    Penyakit Menular Seksual
    Dokumen29 halaman
    Penyakit Menular Seksual
    amoet_122
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokumen2 halaman
    Cover Referat
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • TM 6 Ims
    TM 6 Ims
    Dokumen33 halaman
    TM 6 Ims
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Hernia Inguinalis
    Hernia Inguinalis
    Dokumen18 halaman
    Hernia Inguinalis
    Ade Vianis Plester
    Belum ada peringkat
  • Hernia
    Hernia
    Dokumen16 halaman
    Hernia
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen16 halaman
    Case
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Hernia
    Hernia
    Dokumen30 halaman
    Hernia
    putridjaen
    Belum ada peringkat
  • Case OE
    Case OE
    Dokumen15 halaman
    Case OE
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Data
    Data
    Dokumen1 halaman
    Data
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Menular Seksual Ims
    Infeksi Menular Seksual Ims
    Dokumen120 halaman
    Infeksi Menular Seksual Ims
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Meningioma Cesar Dr. J
    Meningioma Cesar Dr. J
    Dokumen23 halaman
    Meningioma Cesar Dr. J
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Ga Tau Ini Apa
    Ga Tau Ini Apa
    Dokumen2 halaman
    Ga Tau Ini Apa
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Laporan Ujian Kasus Appendisitis Kronik
    Laporan Ujian Kasus Appendisitis Kronik
    Dokumen11 halaman
    Laporan Ujian Kasus Appendisitis Kronik
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Kepaniteraan
    Kepaniteraan
    Dokumen1 halaman
    Kepaniteraan
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokumen2 halaman
    Cover Referat
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Data
    Data
    Dokumen2 halaman
    Data
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Psoriasis
    Psoriasis
    Dokumen17 halaman
    Psoriasis
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • HPV
    HPV
    Dokumen2 halaman
    HPV
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Referat Ola
    Referat Ola
    Dokumen16 halaman
    Referat Ola
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat
  • Psoriasis
    Psoriasis
    Dokumen17 halaman
    Psoriasis
    Henok Nugrahawanto
    Belum ada peringkat