Anda di halaman 1dari 22

MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM NORMAL (PERSALINAN


PERVAGINAM DAN SECTION CAESARIA)

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK XI

PIAN USMAN
RAHMATIYA THALIB
RESETIA GUNAWAN.M

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO


1.Definisi
Persalinan normal adalah pervaginam tanpa bantuan apapun tidak
kurang dari 18 jam, tanpa adanya gangguan jalannya persalinan.
Tanda- tanda persalinan normal:
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifatnya sebagai
berikut :
-Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
-Teratur
-Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya.
-Kalau di bawa berjalan bertambah kuat.
-Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
cervix.
2.Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show).
-Dengan pendataran dan pebukaan, lendir dari canalis cervikalis
keluar disertai dngan sedikit darah.
-Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput
ajnin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa kapilair
terputus.
3.Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban
itu biasanya pecah, kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan
dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil,
bahwa persalinan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan nmembran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh
kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks.
(Sarwono Prawiro,
2002)
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda
persalina, waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontrasi rahim
disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten ).(Ida Bagus
Manuaba EGC, 1998)
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric
terkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi
khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinata, dan menyebabkan infeksi ibu.

(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,


2001)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/early/premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus yaitu bila
pembukaan pada premi dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
(Rustam Mochtar, 1998)
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang
dapat dijabarkan sebagai berikut:
-Serviks inkompeten.
-Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
-Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
-Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk
PAP.
-Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada
selaput ketuban dalam bentuk proleolitik sel sehingga memudahkan
ketuban pecah.
3.Patofisiologi
a.Terjadi penbukaan premature serviks.
b.Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput ketuban tidak
kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
c.Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
d.Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim: enzim proteolitik dan enzim kolagenase.

4. Manifestasi klinis
a.Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau skaligus banyak.
b.Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c.Janin mudah diraba.
d.Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada air
ketuban, sudah kering.
e.Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering.

5.Komplikasi ketuban pecah dini


a.Infeksi intrapartum (korioamnionitis)
b.Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm
c.Prolaps tali pusat
d.Oligohidamnion

6.Pemeriksaan diagnostic
1.Ultrasonograf
ultrasonograf dapat mengidentifkasikan kehamilan ganda, anomaly
janin, atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2.Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin.
3.Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4.Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan
korioamnionitis.
5.Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai
tertinggal endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air
ketuban mengalami kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6.Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam,
bila biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat
basa.

7.Penatalaksanaan
a.Penanganan umum:
Konfrmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan
pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air ketuban
(basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan urine (asam)
Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32
minggu), jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
Tentukan ada tidaknya infeksi
b.Penanganan khusus:
Konfrmasi diagnosis:
Bau cairan ketuban yang khas
Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang
keluar dan nilai 1 jam kemudian
Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah
cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(Prawirohardjo, 2002)
c.Penanganan konservatif:
Rawat di rumah sakit
Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
Jika umur kehamilan < 32 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes
busa negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin). Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari
prolap tali pusat.
d.Penanganan aktif:
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 g intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan
persalinan diakhiri:
a.Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian
induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
b.Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(prawirohardjo, 2002)

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Resti infeksi berhubungan Mencapai penyembuhan 1.Informasikan pada klien 1. Mencegah terpajan
dengan peningkatan luka tepat waktu tentang pentingnya mikroorganisme infeksius
paparan terhadap personal hygine 2. Mencegah
organisme, penurunan 2.ajarkan teknik cuci kontaminasi silang
daya tahan terhadap tangan yang benar menurunkan resiko tinggi
mikroorganisme infeksi
penyebab infeksi
Cemas berhubungan Cemas dapat berkurang 1. Menggali bahwa 1. Selain cemas
dengan adanya ancaman secara efektif individu cemas dan ekspresikan kemarahan
bahaya menyadari situasi yang juga adalah reaksi yang
secara potensial dapt sering terhadap suatu
mencetuskan cemas, penyakit
seperti yang ditunjukan 2. Ekspresinya dapt
sarat secara fisiologis, berupa agresi, suatu
emosional dan perilaku reaksi kompleks perasaan
2. Mendorong individu dan perilaku dengan
menggali cemas dan intensitas, durasi dan
ekspresikan segala ekspresi yang berbeda
kecemasannya
Resiko kekurangan 1.Input dan output 1. Observasi dan catat 1. Mengawasi masukan
volume cairan volume cairan seimbang masukan volume cairan kebutuhan cairan
berhubungan dengan 2.Berat badan bertambah 2. Pantau berat badan 2. Mengetahui berat
peningkatan aktifitas, setiap hari badan atau aktifitas
metabolisme tubuh intervensi
I.Definisi
Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat badan di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh

II.Istilah
oSeksio sesaria efektif
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara
seksio sesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada
panggul sempit (CV kecil dari 8 cm)
oSeksio sesaria sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan
gagal, baru dilakukan seksio sesaria.
oSeksio sesaria ulang(repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesaria dan pada
kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesaria ulang
oSeksio sesaria histerektomi (caesarean section
hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio
sesaria, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi
oOperasi porro (porro operation)
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri
III.Indikasi
FaktorIbu :
Disproporsi sevalopelvi
Plasenta previa
Pernah seksio sesaria sebelumnya
Incoordinate uterine action
Eklampsia
Hipertensi

Faktor anak :
Gawat janin
Kelainan letak
Semua indikasi itu adalah berdasarkan keadaan medis dari ibu atau
bayi yang memerlukan tindakan melahirkan secara seksio, tetapi
sekarang ini menjadi suatu hal baru yang berkembang dalam beberapa
kalangan masyarakat, dimana seksio dilakukan bukan karena indikasi
medis dari ibu atau bayi, tapi atas dasar permintaan dari calon ibu karena
takut melahirkan secara normal/alami.
Di dalam seksio sesaria perlu diperhatikan beberapa hal :
1.Seksio Sesaria Elektif
Seksia sesaria ini direncanakan lebih dahulu karena sudah diketahui bahwa
kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan. Keuntungannya ialah bahwa
waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan
bahwa segala persiapan dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya ialah oleh
karena persalinan belum mulai, segmen bahwa uterus belum terbentuk dengan
baik sehingga menyulitkan pembedahan, dan lebih mudah terjadi atonia uteri
dengan perdarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya. Akan tetapi
dapat dikatakan bahwa umumnya keuntungan lebih besar daripada kerugian.
2.Anestesi
Anestesi umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat pernafasan janin,
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Selain itu ada pengaruh terhadap tonus uterus, sehingga
kadang-kadang timbul perdarahan postpartum karena atonia uteri, akan tetapi
bahaya terbesar adalah apabila diberi anestesi umum sedang lambung penderita
tidak kosong,pada wanita yang tidak sadar karena anestesi ada kemungkinan
isi lambung masuk kedalam jalan pernafasan.Hal ini merupakan peristiwa yang
sangat berbahaya. Dapat diusahakan untuk mengeluarkan isi perut dengan pipa
lambung sebelum anestesi umum, akan tetapi tindakan ini biasanya tidak
memuaskan. Apabila ada seorang ahli anestesi, dapat dilakukan intubasi dengan
memasang pipa endotrakeal sehingga anestesi kemudian dapat diselenggarakan
dengan aman, anestesi spinal aman buat janin, akan tetapi selalu ada
kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan akibat yang
buruk bagi ibu dan janin. Cara yang paling aman dalah anestesi lokal, akan tetapi
tidak selalu dapat dilakukan berhubungan dengan sikap mental penderita.
3.Tranfusi Darah
Pada umumnya perdarahan pada seksio sesaria lebih banyak daripada
persalinan per-vagina. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada
uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atonia
uteri post partum. Berhubung dengan itu tiap-tiap seksio sesaria perlu
diadakan persedian darah.
4.Pemberian Antibiotika
Walaupun pemberian antibiotika sesudah seksio sesaria elektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.

IV.Jenis-jenis Seksio Sesaria


Abdomen (Seksio Sesarea Abdominalis)
a.Seksio sesaria transperitonealis :
oSeksio sesaria klasik atau korporal
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan
-Mengeluarkan janin lebih cepat
-Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
-Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
-Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik.

spontan
oSeksio sesaria ismika atau profunda ataulow cervical
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10 cm.
Kelebihan
-Penjahitan luka lebih mudah
-Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
-Tumpang tindih dari peritonealflapbaik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
-Perdarahan kurang
-Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri
spontan kurang/lebih kecil
Kekurangan
-Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang
banyak
-Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi
oSeksio sesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis
b.Vagina (Seksio Sesarea Vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesaria dapat dilakukan
sebagai berikut :
1.Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2.Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
V.Komplikasi
a.Pada Ibu
Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tehnik pembedahan,
dengan adanya antibiotika dan dengan persediaan darah yang cukup,
seksio sesaria sekarang jauh lebih aman daripada dahulu. Angka
kematian di rumah sakit dengan fasilitas yang baik dan tenaga-tenaga
kompeten kurang dari 2 per 1000.
Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk
melakukan pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.

Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul adalah :


1.Infeksi Puerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selam beberapa
hari dalam masa nifas atau bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan
sebagainya. Infeksi post operatif terjadi bila sebelum pembedahan sudah
ada gejala-gejala infeksi intra partum, atau ada faktor-faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya
setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi
sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat
dihilangkan sama sekali, terutama seksio sesaria klasik dalam hal ini
lebuh berbahaya daripada seksio sesaria transperitonealis profunda.
cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3.Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme
paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.
4.Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak , ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini leih banyak
ditemukan sesudah seksio sesaria klasik.
b.Pada Anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan seksio
sesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk
melakukan seksio sesaria. Menurut statistic di Negara-negara
pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian prenatal
pasca seksio sesaria berkisar antara 4 dan 7 %.
VI.Prognosa
Dulu angka morbiditas dan mortalitas tinggi untuk ibu dan janin tinggi.
Pada masa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik
operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika
angka ini sangat menurun.
VII.Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan)
2.Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
3.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasive, insisi post
pembedahan
1.Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan
agen injuri (insisi pembedahan).

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional


NOC NIC

NOC: Kontrol nyeri NIC : 1. Mengetahui keadaan


Kriteria hasil: Managemen nyeri nyeri
- Menggunakan skala Intervensi : 2. Mengetahui
nyeri untuk 1. Kaji komprehensif ketidaknyamanan pasien
mengidentifikasi tingkat tentang nyeri 3. Pengethuan tentang
nyeri 2. Observasi isyarat2 nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri nonverbal dari 4. Mengurangi atau
berkurang dengan ketidaknyamanan menghilangkan nyeri
menggunakan managemen 3. Beri informasi tentang 5. Mengantisifasi bila
nyeri nyeri tindakan tidak berhasil
- Melaporkan kebutuhan 4. Berikan analgetik sesuai
tidur dan istirahat cukup dosis
5. Kolaborasi dengan
dokter bila tindakan tidak
berhasil
2.Diagnosa keperawatan : Kurang perawatan diri berhubungan dengan
nyeri
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
NOC NIC
NOC: Perawatan diri NIC : Perawatan diri
Aktivitas Kehidupan Intervensi : 1. Mengetahui
Sehari-hari (AKS) 1. Kaji kemampuan untuk kemampuan pasien
Kriteria hasil : menggunakan alat bantu 2. Mengetahui kebersihan
- Mengungkapkan secara 2. Kaji membran mukosa mulut dan tubuh
verbal kepuasan tentang oral dan kebersihan tubuh 3. Mengetahui ada
kebersihan tubuh dan 3. Pantau adanya tidaknya perubahan fungsi
hygiene mulut perubahan kemampuan
- Mempertahankan fungsi
mobilitas yang diperlukan
untuk ke kamar mandi
3.Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan
tindakan infasive, insisi post pembedahan

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional


NOC NIC
NOC: Pengendalian resiko, NIC : Pengendalian infeksi
dengan indikator (nilai 1-5: Intervansi : - Mendeteksi dini infeksi
tidak pernah, jarang, - Pantau tanda/gejala - Menggambarkan faktor
kadang-kadang, sering, infeksi yang menunjang penularan
konsisten) - Kaji faktor yang infeksi
Kriteria hasil : meningkatkan serangan - Meminimalkan
- Terbebas dari tanda atau infeksi penularan agen infeksius
gejala infeksi - Instruksikan untuk - Mencegah infeksi
- Menunjukkan hygiene menjaga hygiene pribadi
pribadi yang adekuat - Berikan terapi
- Menggambarkan faktor antibiotik, bila diperlukan
yang menunjang penularan
infeksi

4.PK : Perdarahan

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional


NOC NIC
NOC: Perdarahan berhenti NIC : Pencegahan sirkulasi
Kriteria hasil : Intervensi : - Penanda gangguan
- Luka sembuh kering, - Lakukan penilaian sirkulasi darah dan
bebas pus, tidak meluas menyeluruh tentang antisipasi kekurangan HB
- HB tidak kurang dari 10 sirkulasi - Menghentikan
gr dl - Lakukan perawatan perdarahan dan
luka dengan hati-hati menghindari perluasan luka
dengan menekan daerah - Menghentikan
luka dengan kassa steril dan perdarahan
tutup dengan tehnik aseptic
- Kelola terapi sesuai
order

5.Diagnosa keperawatan : Gangguan pola tidur berhubungan
dengan keletihan

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional


NOC NIC
NOC: Tidur, istirahat, sehat NIC : Peningkatan tidur
dengan indikator (nilai 1-5: Intervensi : - Pola tidur yang
sangat bermasalah, - Kaji aktivitas pola tidur biasanya secara individual
bermasalah, sedang, sedikit - Jelaskan tentang dapat dikumpulkan melalui
bermasalah, tidak pentingnya tidur yang pengkajian yang
bermasalah) cukup selama sakit komprehensif dan holistic,
Kriteria hasil : - Monitor pola tidur dan dibutuhkan untuk
- Jumlah jam tidur cukup catat keadaan fisik, menentukan penyebab
- Pola tidur normal psikososial yang gangguan
- Kualitas tidur cukup mengganggu tidur
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai