DI SUSUN OLEH
KELOMPOK XI
PIAN USMAN
RAHMATIYA THALIB
RESETIA GUNAWAN.M
4. Manifestasi klinis
a.Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau skaligus banyak.
b.Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c.Janin mudah diraba.
d.Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada air
ketuban, sudah kering.
e.Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering.
6.Pemeriksaan diagnostic
1.Ultrasonograf
ultrasonograf dapat mengidentifkasikan kehamilan ganda, anomaly
janin, atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2.Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin.
3.Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4.Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan
korioamnionitis.
5.Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai
tertinggal endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air
ketuban mengalami kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6.Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam,
bila biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat
basa.
7.Penatalaksanaan
a.Penanganan umum:
Konfrmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan
pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air ketuban
(basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan urine (asam)
Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32
minggu), jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
Tentukan ada tidaknya infeksi
b.Penanganan khusus:
Konfrmasi diagnosis:
Bau cairan ketuban yang khas
Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang
keluar dan nilai 1 jam kemudian
Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah
cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(Prawirohardjo, 2002)
c.Penanganan konservatif:
Rawat di rumah sakit
Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
Jika umur kehamilan < 32 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes
busa negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin). Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari
prolap tali pusat.
d.Penanganan aktif:
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 g intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan
persalinan diakhiri:
a.Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian
induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
b.Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(prawirohardjo, 2002)
II.Istilah
oSeksio sesaria efektif
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara
seksio sesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada
panggul sempit (CV kecil dari 8 cm)
oSeksio sesaria sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan
gagal, baru dilakukan seksio sesaria.
oSeksio sesaria ulang(repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesaria dan pada
kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesaria ulang
oSeksio sesaria histerektomi (caesarean section
hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio
sesaria, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi
oOperasi porro (porro operation)
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri
III.Indikasi
FaktorIbu :
Disproporsi sevalopelvi
Plasenta previa
Pernah seksio sesaria sebelumnya
Incoordinate uterine action
Eklampsia
Hipertensi
Faktor anak :
Gawat janin
Kelainan letak
Semua indikasi itu adalah berdasarkan keadaan medis dari ibu atau
bayi yang memerlukan tindakan melahirkan secara seksio, tetapi
sekarang ini menjadi suatu hal baru yang berkembang dalam beberapa
kalangan masyarakat, dimana seksio dilakukan bukan karena indikasi
medis dari ibu atau bayi, tapi atas dasar permintaan dari calon ibu karena
takut melahirkan secara normal/alami.
Di dalam seksio sesaria perlu diperhatikan beberapa hal :
1.Seksio Sesaria Elektif
Seksia sesaria ini direncanakan lebih dahulu karena sudah diketahui bahwa
kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan. Keuntungannya ialah bahwa
waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan
bahwa segala persiapan dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya ialah oleh
karena persalinan belum mulai, segmen bahwa uterus belum terbentuk dengan
baik sehingga menyulitkan pembedahan, dan lebih mudah terjadi atonia uteri
dengan perdarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya. Akan tetapi
dapat dikatakan bahwa umumnya keuntungan lebih besar daripada kerugian.
2.Anestesi
Anestesi umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat pernafasan janin,
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Selain itu ada pengaruh terhadap tonus uterus, sehingga
kadang-kadang timbul perdarahan postpartum karena atonia uteri, akan tetapi
bahaya terbesar adalah apabila diberi anestesi umum sedang lambung penderita
tidak kosong,pada wanita yang tidak sadar karena anestesi ada kemungkinan
isi lambung masuk kedalam jalan pernafasan.Hal ini merupakan peristiwa yang
sangat berbahaya. Dapat diusahakan untuk mengeluarkan isi perut dengan pipa
lambung sebelum anestesi umum, akan tetapi tindakan ini biasanya tidak
memuaskan. Apabila ada seorang ahli anestesi, dapat dilakukan intubasi dengan
memasang pipa endotrakeal sehingga anestesi kemudian dapat diselenggarakan
dengan aman, anestesi spinal aman buat janin, akan tetapi selalu ada
kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan akibat yang
buruk bagi ibu dan janin. Cara yang paling aman dalah anestesi lokal, akan tetapi
tidak selalu dapat dilakukan berhubungan dengan sikap mental penderita.
3.Tranfusi Darah
Pada umumnya perdarahan pada seksio sesaria lebih banyak daripada
persalinan per-vagina. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada
uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atonia
uteri post partum. Berhubung dengan itu tiap-tiap seksio sesaria perlu
diadakan persedian darah.
4.Pemberian Antibiotika
Walaupun pemberian antibiotika sesudah seksio sesaria elektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
spontan
oSeksio sesaria ismika atau profunda ataulow cervical
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10 cm.
Kelebihan
-Penjahitan luka lebih mudah
-Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
-Tumpang tindih dari peritonealflapbaik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
-Perdarahan kurang
-Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri
spontan kurang/lebih kecil
Kekurangan
-Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang
banyak
-Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi
oSeksio sesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis
b.Vagina (Seksio Sesarea Vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesaria dapat dilakukan
sebagai berikut :
1.Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2.Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
V.Komplikasi
a.Pada Ibu
Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tehnik pembedahan,
dengan adanya antibiotika dan dengan persediaan darah yang cukup,
seksio sesaria sekarang jauh lebih aman daripada dahulu. Angka
kematian di rumah sakit dengan fasilitas yang baik dan tenaga-tenaga
kompeten kurang dari 2 per 1000.
Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk
melakukan pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.