Anda di halaman 1dari 98

RELIABILITAS

Menujukkan sejauhmana
hasil pengukuran dengan alat
tersebut dapat dipercaya

Ditunjukkan oleh taraf keajegan


(konsistensi) skor yang diperoleh oleh
para subjek dengan alat yang sama,
atau diukur dengan alat yang setara
pada kondisi yang berbeda
Makna Reliabilitas luas
Alat ukur mampu menunjuk kepada
sejauh mana perbedaan-perbedaan skor
perolehan itu mencerminkan perbedaan
atribut sebenarnya.
Definisi dasar reliabilitas
Reliabilitas tes, proporsi varians skor
perolehan yang merupakan varians skor
murni
Xt
Xo = --------- Serta 2o = 2 t+ 2e
Xe
Gulliksen 1959
F.M. Lord & Novick 1968
Implikasi teori reliabilitas ditentukan oleh:

2x(obs) = 2T(true) + 2e(error)


2T (true)

rxx = ----- atau


2X(obs)

S2T(true)
rxx = ----- atau
S2X(obs)
Maka reliabilitas (r11) skor didefinisikan sebagai:
Rasio skor sesungguhnya terhadap varian skor
diobservasi, atau varian obeservasi yang dihitung
dengan varian sesungguhnya:

2T (true)
r11 = ----- atau
2X(obs)

Dari persamaan di atas dapat dikemukakan sbb:

S2e(err)
-------- = 1-r11
S2X(obs)
Reliabilitas rangkaian skor tes diungkap
dengan angka desimal positif.
Angka reliabilitas berkisar antara 0,00-1,00
r11 (1,00) menunjukkan reliabilitas sempurna
r11 (0,00) menunjukkan benar-benar ketidak-
reliabilitas-an
Estimasi
Reliabilitas
1.Pendekatan Tes
Ulang
2.Pendekatan Tes
Paralel.
3. Pendekatan Satu Kali
Pengukuran
Pendekatan Tes
Ulang
Reliabilitas tes dicari dengan menghitung korelasi
antara skor pada tes 1 (pertama) dan skor pada tes 2
(kedua)
Kelebihan
Skor Reliabilitas tes yang diperoleh lebih dapat
dipertanggungjawabkan
Kekurangan
Kondisi subjek bisa jadi tidak stabil pada tiap tes
disebabkan oleh pengalaman, perubahan motivasi
Pendekatan Tes
Paralel
Reliabilitas tes dicari dengan menghitung korelasi antara skor pada
perangkat tes A dan skor pada perangkat tes B

perangkat tes A & B merupakan perangkat tes yang


paralel

Kelebihan
Skor Reliabilitas tes yang diperoleh lebih dapat
dipertanggungjawabkan baik dengan perrangkat A atau B
Kekurangan
Sulitnya menyusun dua perangkat yang tes yang paralel
Paralel tests
1. Ada dua tes mengukur hal yang
sama
2. Skor perolehan tes A dan tes B
memenuhi asumsi 1 sampai
asumsi 5
3. Skor murni tes A dan tes B sama
4. 2e-A sama dengan 2e-B
Pendekatan Pengukuran
Satu Kali
Reliabilitas tes dicari dengan menghitung estimasi reliabilitas
tes/perangkat tes tersebut (estimasi internal)

Kelebihan
Skor Reliabilitas tes dapat diperoleh secara langsung
dengan hanya dari alat tes sendiri

Kekurangan
Taraf kepercayaan harus dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai hal aspek, subjek
Teknik Estimasi
Reliabilitas
Teknik estimasi reliabilitas yang paling
populer dalam psikometri dengan mencari
estimasi varians kekeliruan pengukurannya
(Varians error - 2e )
Teknik Estimasi
Belah dua (Split Half)-Pisah-setengah
Spearman & Brown
Rumus Flanagan
Rumus Rulon
Teknik Kuder Richardson (KR-20)
Teknik Kuder Richardson (KR-21)
Teknik Analisis Varians
Koefisien Alpha
Teknik Split Half
Melakukan pembelahan : ganjil/genap, dibelah
separo
Korelasikan skor total antar bagian
Anggap bagian yang satu (x atau g1) dan bagian
lain (y atau g2)
Gunakan rumus product moment (rxy atau
rg1g2), tetapi hasil rxy atau rg1g2 belum
menunjukkan koefisien reliabilitasnya (baru
separoh)
Spearman - Brown

2rgg 2 (r xy)
r11 = ------------ atau r11 = ---------------
1 + rgg (1+r xy)
Cara menyelesaikan r g1g2

(g1)(g2)
g1g2 ------------
N
rgg = -----------------------------------------------------
( g1) ( g2)
[ g1 - ------ ] [ g2 - ------ ]
N N
Atau
N, X, X, Y, Y, XY,

N(XY) (X)(Y)
r xy = -----------------------------------------------------
[{((X) (X)}] [{((Y) (Y)}]
2 (r xy)
r11 = ---------------
(1+r xy)

Atau

2 rgg
r11 = ------------
1 + rgg
Kelemahan Spearman & Brown
Belahan kanan kiri harus sebanding (nilai
sebanding atau sama) sulit diwujudkan
Butir yang akan di uji harus genap
Koefisien reliabilitas menunjukkan bilangan
yang tidak sama (genap-gasal) (kiri-
kanan) skor reliabilitas tidak sama
Ketepatan penggunaan
Spearman & Brown
Jumlah skor belahan sama/seimbang, item
harus genap, jumlah item yang diajukan
cukup banyak.
Jika digunakan untuk tes kognitif, ---
derajat kesukaran tinggi (item sulit)
Materi tes komprehensif --- dapat dibuat
butir lebih dari satu untuk aspek yang sama
Formula Flanagan
Formula ini tidak di dasarkan pada ada
atau tidaknya korelasi antara belahan I
dan II, melainkan mendasarkan diri
pada jumlah kuadrat deviasi pada
belahan I dan II dan kuadrat belahan
total (belahan I dan II).
Formula Flanagan
S1 + S2
r11 = 2 (1 - ---------------- )
St

r11 : koef. Reliabilitas tes total


2&1 : bilangan konstan
S1 : Jumlah kuadrat dari skor hasil tes pada belahan 1
S2 : Jumlah kuadrat dari skor hasil tes pada belahan 2
St : Jumlah kuadrat dari skor hasil tes pada belahan 1, 2
Langkah-langkah
Menghitung skor variabel x dan y
Menghitung mean x dan y
Mencari deviasi skor variabel X, x = (X-Xm)
Mencari deviasi skor variabel Y, y = (Y-Ym)
Mengkuadratkan deviasi x dan y
Menjumlahkan x = 0; y = 0
Menjumlahkan (x+y)
Menjumlahkan (x+y)
Tabel kerja
Ganjil Genap x y x^2 y^2 (x+y) (x+y)^2
X Y (X-Xm) (Y-Ym)
1 13 19
2 13 15
3 8 9
4 8 8
5 13 17

6 12 18

7 14 17
8 6 9
9 15 16
10 14 15
Ganjil Genap x y x y (x+y) (x+y)
X Y (X-Xm) (Y-Ym)

1 13 19 1,4 4,7 1,96 22,09 6,1 37,21


2 13 15 1,4 0,7 1,96 0,49 2,1 4,41
3 8 9 -3,6 -5,3 12,96 28,09 -8,9 79,21
4 8 8 -3,6 -6,3 12,96 39,69 -9,9 98,01
5 13 17 1,4 2,7 1,96 7,29 4,1 16,81
6 12 18 0,4 3,7 0,16 13,69 4,1 16,81
7 14 17 2,4 2,7 5,76 7,29 5,1 26,01
8 6 9 -5,6 -5,3 31,36 28,09 -10,9 118,81
9 15 16 3,4 1,7 11,56 2,89 5,1 26,01
10 14 15 2,4 0,7 5,76 0,49 3,1 9,61
116 143 0 0 86,4 150,1 0 432,9

R11= 0,907368907
Langkah lanjutan
x
S1 = --------
N

y
S2 = --------

(x+y)
St = -------------

N
Tabel kerja Cara ke 2
Ganjil Genap X Y X1= Xt
X Y (X+Y)
1 13 19
2 13 15
3 8 9
4 8 8
5 13 17

6 12 18

7 14 17
8 6 9
9 15 16
10 14 15
Langkah-langkahnya
(X)
x = X - --------
N

(Y)
y = Y - --------
N
(Xt)
(x+y) = Xt - --------
N
Formula Rulon
Tinggi rendahnya reliabilitas tes diperoleh
lewat perbedaan antar skor-skor yang
berhasil dicapai oleh testee pada belahan I
dan II.
Perbedaan skor belahan I dan II
dilambangkan dengan huruf d/difference,
dimana d = (X Y)
Formula Rulon
Sd
r11 = 1 - --------
St

r11 : koef. Reliabilitas tes total


1 : bilangan konstan
Sd : Perbedaan antar skor yang dicapai oleh testee pada
belahan I dengan skor yang dicapai oleh testee pada belahan II
St : varian total
Langkah-langkah
Menghitung d, d = (X-Y)
Menjumlahkan d sehingga diperoleh d
Mengkuadratkan d dan menjumlahkan d
Mencari perbedaan kuadrat belahan 1 dan 2
(xd) --- rumus sbb:
(d)
xd = d - ---------
N
Hitung beda antar skor belahan 1 & 2 dengan Sd
dengan rumus sbb:
xd
Sd = --------------
N
Hitung skor total (x+y) kemudian xt
Kuadratkan skor total xt, lanjutkan menjumlahkan
hingga diperoleh xt
Setelah xt dan xt, maka dapat dicari xt

(xt)
xt = xt - ----------
N
Setelah diketahui (xt) , dapat dicari
varian total St , dengan rumus sbb:

(xt)
St = ----------
N

Sd
r11 = 1- ----------
St
Kuder Richardson (KR-20)
Kuder Richardson (KR-21)
Formula C-Hoyt
Teknik pengujian reliabilitas

Tes Hasil Belajar entuk uraian (easy test) Tes Hasil Belajar Bentuk objkcti (objective test)

Rumus Alpha Tiga macam pendekatan

Single test single trial (5 formula) Test Retest single test double trial method Alternate form Double test double trial

Spearman & Brown

Korelasi item genap dan ganjil

Belah kiri -kanan

Flanagan

Varian belah I dan II

Rulon
Teknik belah
dua
Varian beda skor belahan I dan II

Kuder Richardson

Analisis langsung pada butir yang bersangkutan

KR-20

KR-21

C- Hoyt

Interaksi antar subjek dengan item

Anava
Validitas

Pengertian
Nunnaly (1988), suatu tingkatan yang
menyatakan bahwa suatu alat ukur telah
sesuai dengan apa yang diukur

Grondlund (1985), seberapa mampu suatu


alat ukur, menunjukkan tingkatan, dan sifat
khusus sesuai dengan tujuan pengukuran
yang dilakukan.
Analisis Validitas
Analisis logis, dasar penetapan validitas
menggunakan analisis kualitatif terhadap
soal/item. Yaitu menentukan berfungsi atau
tidaknya suatu item berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan (kriteria materi,
konstruksi, Bahasa)
Analisis empiris, dasar penetapan validitas
menggunakan pembuktian-pembuktian
untuk mengetahui kualitas dari setiap item
yang disajikan
Prinsip dasar
Mengukur apa yang seharusnya diukur
Alat ukur yang digunakan telah tepat untuk
membuat keputusan
Bentuk validitas
Content Validity (validitas isi)
Construct Validity (validitas konstruk)
Predictive validity (validitas prediktif)
Concurent Validity (validitas konkuren)

Messick (1989), validitas senantiasa berkaitan


dengan penemuan sains untuk memaknai skor
Validitas Isi
Guion (1977), validitas isi sangat bergantung
pada dua hal yaitu; tes itu sendiri dan proses
yang mempengaruhi dalam merespon tes.
Validitas isi mengarah pada bangunan soal-soal
(item) yang membentuk tes itu
Tidak ada statistik yang cocok digunakan menguji
validitas isi (valid, domain ukur, menentukan
domain yang diukur oleh setiap item,
membandingkan masing-masing item dengan
domain yang ditetapkan)
Validitas Konstruk

Suatu alat ukur dikatakan valid apabila


cocok dengan konstruksi teoritik dimana
tes/alat ukur dibuat.
Pada tes kognitif (prestasi, inteligensi) maka
konstruk dapat dilihat dari seberapa soal-
soal yang disajikan mengukur setiap aspek
berfikir seperti yang diuraikan dalam
standar kompetensi/kemampuan yang
diharapkan
Pada tes non kognitif (kepribadian,
motivasi berprestasi) maka konstruk
dapat dilihat dari seberapa item-item yang
disajikan mengukur setiap aspek perilaku
yang diuraikan dalam setiap karakteristik
psikologisnya
KEBERSYURAN
Pengertian
Konsep
Suatu perasaan terima kasih dan menyenangkan atas respon
penerimaan hadiah, hadiah ini memberikan manfaat dan seseorang
atau suatu kejadian yang memberikan kedamaian ( Peterson, 2004)
Operasional
Penilaian individu terhadap perasaan terima kasih dan menyenangkan
atas respon penerimaan hadiah yang memberikan manfaat atas suatu
kejadian yang memberikan kedamaian
kebersyukuran adalah sebagai bentuk ciri pribadi yang berpikir
positif, mempresentasikan hidup menjadi lebih positif (Wood, 2009)
Aspek aspek dalam
bersyukur
Menurut McCullough (2002) mengungkapkan aspek-aspek bersyukur terdiri dari
empat unsur, yaitu:

a. Intensity, seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa positif


diharapkan untuk lebih intens bersyukur.

b. Frequency, seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur akan merasakan


banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan syukur bisa menimbulkan dan
mendukung tindakan dan kebaikan sederhana dan kesopanan.

c. Span, dari peristiwa-peristiwa kehidupan bisa membuat seseorang merasa


bersyukur, misalnya merasa bersyukur atas keluarga, pekerjaan, kesehatan, dll.

d. Density, maksudnya adalah orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan


lebih banyak nama-nama orang yang dianggap telah membuatnya bersyukur,
termasuk orang tua, teman, keluarga, dll.
Validitas Prediksi
Validitas Prediksi, kemampuan alat ukur
menunjukkan hubungan antara skor tes
yang diperoleh dengan keadaan yang akan
terjadi pada waktu yang akan datang.

Contoh
Hasil pengukuran inteligensi menunjukkan
skor IQ 109, dan prestasi akademik IPK 2,6.
Validitas Konkuren

Validitas Konkuren, menunjukkan pada


hubungan antara skor tes yang
diperoleh dengan keadaan sekarang.

Validitas konkuren lebih banyak


digunakan untuk kepentingan
pembelajaran
Hal-hal yang mempengaruhi validitas
Berkaitan dengan konstruk

Perbedaan kelompok (karakteristik kelompok


validasi, usia, jenis kelamin, ciri kepribadian)
Panjang tes (heterogenitas kelompok
mempengaruhi varians)
Kontaminasi kriteria (normal-psikotik)
analisis buta.
Validitas incremental
Reliabilitas
Sejauhmana tes/alat ukur yang diberikan
dapat secara ajeg (konsisten) menghasilkan
hasil ukur yang sama dari waktu ke waktu.

Hal yang penting dalam reliabilitas adalah


adanya pengambilan keputusan tentang
peserta tes.
Sumber Keajegan-Thondike (1949)

1. Karakteristik umum yang permanen peserta tes


2. Karakteristik khusus yang permanen peserta tes
> Terkait tes secara
keseluruhan > Khusus berkaitan
dengan soal
3. Karakteristik umum yang temporer
4. Karakteristik khusus yang temporer
5. Faktor Penyelenggaraan
6. Faktor yang tidak pernah diperhitungkan
Hal-hal yang mempengaruhi
Reliabilitas

1. Panjang suatu tes, berpengaruh pada validitas


& tinggi rendahnya validitas akan
menunjukkan tinggi/rendahnya reliabilitas
(Rumus Spearman & Brown).

2. Hal-hal yang berkaitan dengan subjek,


kelompok yang terdiri dari banyak subjek akan
mencerminkan keragaman hasil yang
menggambarkan besar kecilnya reliabilitas.

3. Hal-hal yang terkait dengan penyelenggaraan.


Misalnya: petunjuk, pengawas, suasana
lingkungan.
HUBUNGAN PENAMBAHAN BUTIR DENGAN RELIABILITAS
(REMERS & GAGE)

Indeks
Relibiltas Penambahan jumlah item
1.00

0.95

0.90

0.85

0.80

0 50 100 150 200 250


Rumus Penambahan Butir Aitem
Untuk Meningkatkan Indeks
Reliabilitas (Spearman & Brown)

nr
rnn = ---------
1+(n-1)r

Mis: Suatu tes terdiri dari 40 aitem, dengan koefisien reliabilitas 0,650.
Kemudian butir tersebut ditambah 20 sehingga menjadi 60 butir. Maka
koefisien reliabilitasnya adalah sebagai berikut:

nr 1.5 X 0.65 0,975


rnn = --------- = -------------------- = ---------- = 0,736
1+(n-1)r 1 + (1.5 1) x 0.65 1,325
Konsep umum dasar - Reliabilitas

X=T+e
X = skor harapan/perolehan
T = skor murni
e = error
Gulliksen 1959
F.M. Lord & Novick 1968
Implikasi teori reliabilitas ditentukan oleh:

2x = 2T + 2e
2T
rxx = ----- atau
2X

S2 T
rxx = ----- atau
S 2X
Teori tes klasik

Inti dari teori tes klasik berupa asumsi-


asumsi yang dirumuskan secara
matematis dan diturunkan dalam
jabaran-jabaran atau kesimpulan-
kesimpulan.

Model teori tes klasik disebut model skor


murni (true score models).
Asumsi-asumsi teori tes klasik

1. Asumsi 1: Xo = Xt + Xe
2. Asumsi 2: (Xt) = Xt
3. Asumsi 3: xtxe = 0
4. Asumsi 4: Xe1 Xe2 = 0
5. Asumsi 5: Xe1 Xt2 = 0
6. Paralel tests
7. Equivalent tests
Asumsi 1: Xo = Xt + Xe

Skor perolehan terdiri dari skor murni,


dan skor kesalahan pengukuran. Inti dari
asumsi ini menyatakan bahwa pada
umumnya skor perolehan tidak
menunjukkan pada keadaan yang
sebenarnya
Bagaimana mengetahui skor murni?

Secara langsung tidak ada jalan


mengetahui skor murni.

skor murni dapat diketahui melalui galat


baku pengukuran (standart error of
measurement)
Asumsi 2: (Xo) = Xt

Asumsi ini merupakan definisi dari skor


murni, skor murni merupakan nilai rata-
rata skor perolehan teoritis bilamana
dilakukan pengukuran dengan alat ukur
yang sama dan dilakukan berulang-ulang
sampai tidak terbatas.
Asumsi 2 benar

Bilamana setiap hasil pengukuran


tidak terkontaminasi hasil
pengukuran yang lain.

skor murni bangunan teoritik


(rekaan teoritik)
Asumsi 3: xtxe = 0

Tidak ada hubungan yang sistematik


antara skor murni dengan skor kesalahan

subjek skor murni tinggi tidak selalu


memiliki skor kesalahan yang lebih tinggi
dibanding subjek dengan skor murni
rendah.
Asumsi 4: Xe1 Xe2 = 0

Skor-skor kesalahan pada tes A dan B


yang mengungkap hal yang sama tidak
saling berkorelasi

Kesalahan yang terjadi pada tes A belum


tentu akan terjadi pada tes B (tidak
terpenuhi bila skor perolehan
dipengaruhi oleh kondisi tes)
Asumsi 5: Xe1 Xt2 = 0

Bila ada tes A dan B digunakan


untuk mengukur hal yang sama,
maka skor-skor kesalahan pada tes
A tidak berkorelasi dengan skor
murni pada tes B
6. Paralel tests

1. Ada dua tes mengukur hal yang


sama
2. Skor perolehan tes A dan tes B
memenuhi asumsi 1 sampai
asumsi 5
3. Skor murni tes A dan tes B sama
4. 2e-A sama dengan 2e-B
7. Equivalent tests

Ada dua tes mengukur hal yang


sama
Skor perolehan tes A dan tes B
memenuhi asumsi 1 sampai
asumsi 5
Skor murni A = B + C12 (tetapan)
Ciri Pengukuran Klasik

Ciri pengukuran klasik ditunjukkan


oleh kenyataan bahwa butir pada tes
atau kuesioner tidak dapat dipisahkan
dari kelompok peserta yang menempuh
tes atau mengisi kuesioner
Tidak dapat dipisahkan
1. Kelompok butir yang sama ditempuh atau
diisi oleh kelompok peserta yang sama
2. Jika kelompok butir tes atau kuesioner yang
sama ditempuh atau diisi oleh kelompok
peserta berbeda, maka ciri atau karakteristik
kelompok butir itu pada umumnya berubah.
3. Taraf kesukaran, daya pembedaan kelompok
butir itu berubah semata-mata karena
ditanggapi oleh kelompok yang berbeda.
Efek Keterkaitan
Butir Tes Dengan Peserta
1. Semua peserta yang cirinya akan disekor perlu
menempuh tes atau mengisi butis kuesioner pada
saat yang sama. Terutama pada tes (kognitif)
pelaksanaannya dtuntut supaya tepat sama.
2. Interpretasi atau taksiran skor menjadi bersifat
khusus - norma
3. Butir yang terlalu mudah dan terlalu sukar bagi
kemapuan peserta, tidak memberi skor yang
mencerminkan dengan benar kemapuan peserta.
Ciri butir

1. Taraf kesukaran (taraf kemudahan)


2. Daya pembedaan
3. Tingkat konsistensi
1. Taraf kesukaran

Sukar atau tidaknya suatu butir tes


sangat tergantung pada peserta tes.
Butir yang dirasakan tidak sukar
mungkin saja dirasakan sukar oleh
peserta yang lain, demikian pula
sebaliknya
2. Daya Pembeda
Kemampuan butir tes membedakan
mana kelompok peserta dengan
kemampuan tinggi dan mana
kelompok peserta kemampuan rendah.
Butir tes mampu membedakan peserta
dari kelompok tinggi dan peserta dari
kelompok rendah
3. Tingkat Konsistensi
Kecocokan skor diantara butir tes yang
mengukur hal yang sama dari para peserta
dalam suatu kerangka tes, hal tersebut dapat
dilihat dari korelasi antara skor tes.

Semakin tinggi korelasi diantara skor butir


makin cocok atau konsisten hasil ukur suatu
butir dengan butir lainnya dalam kelompok
butir itu.
Kelompok Peserta Pada Analisis
Butir
Pada umumnya, kelompok peserta pada
analisis butir dalam suatu kerangka tes
terdiri atas seluruh peserta pada tes
tersebut.
Teknik Membagi Kelompok
1. Susun daftar peserta menurut skor komposit
peserta, mulai peserta dengan skor komposit
tinggi (atas) s/d kelompok peserta dengan
sekor komposit rendah (bawah).
2. Membagi kelompok peserta menjadi
kelompok tinggi dan kelompok rendah
3. Menetapkan besarnya masing-masing bagian
dan ketahui pengaruhnya terhadap skor.
REVIEW
TEORI TES KLASIK
Kelompok butir yang menghasilkan ciri peserta dan
kelompok peserta yang menghasilkan ciri butir
selalu tidak terpisahkan.
Ukuran keberhasilan peserta tergantung pada
kelompok butir di dalam kerangka tes serta taraf
kesukaran butir bergantung kepada kelompok
peserta tes di dalam kerangka tes itu.
Kita tidak dapat bicara tentang ukuran kesukaran
tanpa menyebut kelompok peserta.
Menimbulkan pemikiran baru tentang pengukuran
Siapa yang mengangkat dan
menimbang seharusnya
berat sama saja

Alat apapun yang digunakan


menimbang seharusnya
berat tetap sama saja
Teori Tes Modern
Teori responsi butir
(Item Response Theory-IRT)
Teori ciri laten
(Latent Trait Theory-LTT)
Lengkungan karakteristik butir
(Item Characteristic Curve ICC)
Fungsi karakteristik butir
(Item Characteristic Function ICF)
Acuan munculnya IRT
Memperbaiki kelemahan yang
terdapat pada teori tes klasik.
Model teori tes modern
Kesukaran butir invarian (tidak berubah)
sekalipun dikerjakan oleh peserta yang berubah-
ubah.
Ukuran kemampuan peserta invarian (tidak
berubah) sekalipun peserta mengerjakan tes yang
berubah-ubah.
Membangun suatu model yang menghubungkan
ciri butir dan ciri peserta
Model ini dibuat untuk berlaku bagi semua
kelompok butir dan semua kelompok peserta
tanpa ketergantungan satu terhadap lainnya.
Ciri butir dan ciri peserta melalui uji estimasi
parameter.
Unsur dalam teori modern
Butir, melakukan telaah butir untuk
menemukan karakteristik. Setiap telaah
melibatkan satu butir.
Peserta, peserta merespon butir melalu
kemampuannya (wujud, kemampuan
akademik, sikap terhadap sesuatu, kepauasan
kerja dsb)
Isi responsi peserta terhadap butir,
Teori Tes Modern
(Latent traits model-IRT)
Postulat
1. Kinerja seorang subjek pada suatu butir soal dapat
diprediksikan (atau dijelaskan) dari suatu
perangkat faktor yang disebut sifat-sifat atau sifat
latent, atau kemampuan.
2. Hubungan kinerja subjek pada suatu butir soal
dan perangkat sifat-sifat yang mendasari kinerja
dapat didiskripsikan dengang fungsi meningkat
secara monotonik (fungsi karakteristik butir soal
KKS-ICC)
Teori Tes Modern
(Latent traits model-IRT)

1.00
Probabilitas

0.50

0
kemampuan
Grafik
ICC dengan 5 Item
Grafik
ICC dengan 59 Item
Norm (Norma)
sebagai metode evaluasi dan jalan
untuk memberikan arti/makna dari
skor tes individual yang dikenai tes
dengan membandingkan skor
tersebut dengan skor kelompok yang
dikenai tes
Tipe-tipe norma
Percentiles
Age Norms
Grade norms
National Norms
National anchor norms
Subgroup Norms
Local Norms
Transformsi skor

Proses memindahkan skor kasar ke


dalam T-score

Mengapa perlu transformasi?


Sangat mungkin setiap penilaian yang dilakukan
(antara satu orang dengan orang lain) belum
tentu sama bobot dan kualitasnya - hasil satuan
ukurnya

Dengan demikian, bilamana skor yang ada dipaksakan


untuk dibandingkan antara skor yang satu dengan yang
lain akan tidak setara bobot dan kualitasnya
Fungsi transformasi
Agar dapat memperlakukan skor
secara adil, sehingga
kesimpulan yang ditarik dapat
menggambarkan seperti apa
yang seharusnya digambarkan
Contoh
Andi memiliki:
a. 50 dollar (AS)
b. 500 dollar (Singapura)

Tanpa transformasi, maka:


50 + 500 = 550 ? (satuannya apa)

Dengan transformasi, maka:


50 dollar = rupiah
500 dollar =..rupiah

Jumlah = rupiah
Ujian kelas
Skor 9 jumlah 1 peserta
Skor 8 jumlah 1 peserta
Skor 7 jumlah 3 peserta
Skor 6 jumlah 8 peserta
Skor 5 jumlah 15 peserta
Skor 4 jumlah 6 peserta
Skor 3 jumlah 4 peserta
Skor 2 jumlah 1 peserta
Skor 1 jumlah 1 peserta
Total 40 peserta
Tabel transformasi
Skor Frekuensi Cfb %Cfb T. Score
1 2 3 4 5
9 1 40 100 80
8 1 39 97,5 70
7 3 38 95 66
6 8 35 87,5 62
5 15 27 67,5 55
4 6 12 30 45
3 4 6 15 40
2 1 2 5 34
1 1 1 2,25 30
Cfb
(coumulative frequency)

Jumlahkan baris ke 1 dari bawah; pada skor 1,


frekuensi 1.

Jadi Cfb = 1

Jumlahkan baris ke 2 dari bawah; pada skor 2, Cfb


= 1 ditambah dengan frekuensi 1.

Jadi Cfb = 2
% Cfb
(coumulative frequency %)
Lihat baris ke 1 dari atas; didapatkan
Cfb = 40 dibagi dengan total peserta 40,
selanjutnya dikalikan dengan 100
(prosentase).

jadi;
40/40 x 100 = 100
% Cfb
(cumulative frequency %)
Lihat baris ke 1 dari atas; didapatkan
Cfb = 40 dibagi dengan total peserta 40,
selanjutnya dikalikan dengan 100
(prosentase).

jadi;
40/40 x 100 = 100

Anda mungkin juga menyukai