Anda di halaman 1dari 93

Gangguan Mental Organik,

Psikogeriatri, MMSE, HVLT


Yesica
Eka Ayu Larasati
Definisi
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi
berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan atas dasar
penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya
penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat
disfungsi otak.
Gambaran utama:
Gangguan fungsi kognitif, misalnya: daya ingat
(memori), daya pikir (intellect), & daya belajar
(learning)
Gangguan sensorium, misal: gangguan kesadaran
dan perhatian
Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam:
persepsi, isi pikir, suasana perasaan dan emosi.
PPDGJ III
Klasifikasi
1. Demensia pada penyakit Alzheimer
1.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
1.2 Demensia pada penvakit Alzheimer dengan onset lambat.
1.3 Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe
campuran.
1.4 Demensia pada penyakit Alzheimer Yang tidak tergolongkan
( YTT).

2. Demensia Vaskular
2.1 Demensia Vaskular onset akut.
2.2 Demensia multi-infark
2.3 Demensia Vaskular subkortikal.
2.4 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
2.5 Demensia Vaskular lainnya
2.6 Demensia Vaskular YTT
3. Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di
tempat lain (YDK)
3.1 Demensia pada penyakit Pick.
3.2 Demensia pada penyakit Creutzfeldt Jakob.
3.3 Demensia pada penyakit huntington.
3.4 Demensia pada penyakit Parkinson.
3.5 Demensia pada penyakit human immunodeciency
virus (HIV).
3.6 Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT)
dan YDK

4. Demensia YTT.
5. Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat
psikoaktif lainnya

6. Delirium bukan akibat alkohol dan psikoaktif lain nya


. 6.1 Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia
. 6.2 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
. 6.3 Delirium lainya.
. 6.4 DeliriumYTT.
7. Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik.
7.1 Halusinosis organik.
7.2 Gangguan katatonik organik.
7.3 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
7.4 Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) organik.
7.4.1 Gangguan manik organik.
7.4.2 Gangguan bipolar organik.
7.4.3 Gangguan depresif organik.
7.4.4 Gangguan afektif organik campuran.
7.5 Gangguan anxietas organik
7.6 Gangguan disosiatif organik.
7.7 Gangguan astenik organik.
7.8 Gangguan kognitif ringan.
7.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik lain YDT.
7.10 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik YTT.
8. Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit,
kerusakan dan fungsi otak
8.1 Gangguan keperibadian organik
8.2 Sindrom pasca-ensefalitis
8.3 Sindrom pasca-kontusio
8.4 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat
penyakit, kerusakan dan disfungsi otak lainnya.
8.5 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat
penyakit, kerusakan dan disfungsi otak YTT.

9. Gangguan mental organik atau simtomatik YTT


Delirium
Pada DSM-IV-TR, delirium dikarakteristi-kan
sebagai gangguan kesadaran dan perubahan
kognisi yang berlangsung dalam jangka waktu
yang cepat
Gejala dari delirium adalah:
Hendaya kesadaran, biasanya berasosiasi
dengan hendaya fungsi kognitif yang
menyeluruh.
Abnormalitas mood, persepsi dan perilaku
Tremor, asterixis, nystagmus, inkoordinasi,
inkontinensia urin
Delirium memiliki onset mendadak (jam
hingga hari), perjalanannya singkat dan
fluktuatif, dan perbaikan yang cepat saat
faktor penyebab teridentifikasi dan
dihilangkan bervariasi pada masing-
masing individu.
Epidemiologi
DSM-IV-TR, populasi umum:
> 18 thn 0,4%
> 55 thn 1.1 %

Populasi Kisaran Prevalensi Kisaran insidensi (%)


(%)
Pasien medis umum 10-30 3-16
Pasien bedah dan medis 5-15 10-55
Pasien bedah umum N/A 9-15 setelah operasi
Pasien dalam perawatan kritis 16 16-83
Pasien bedah jantung 16-34 7-34
Pasien bedah ortopedi 33 18-50
Departemen Gawat Darurat 7-10 N/A
Pasien kanker stadium terminal 23-28 83

Institusi lansia 44 33
Patofisiologi
Hipotesis tentang Patofisiologi Delirium
Penurunan metabolisme oksidatif Abnormal second messenger yang
menggunakan neurotransmiter
sebagai first messenger
Pengurangan fungsi kolinergik Perubahan pada permeabilitas
sawar darah otak
Dopamin berlebihan

Norepinefrin berlebihan Abnormalitas endokrin (misalnya,


Glutamat berlebihan aksis hipotalamus-pituari-adrenal
Ketidakseimbangan Serotonin dan hormon tiroid)

Ketidakseimbangan - Penurunan somatostatin-like


Aminobutyric acid reactivity Inflammatory
hypothesis dengan peningkatan
cytokine
Penurunan beta endorfin
Abnormal transduksi sinyal
Etiologi

Gangguan SSP Kejang, migraine, trauma kepala, tumor otak, perdarahan


subarachnoid, subdural-epidural hematoma, abses,
perdarahan intraserebelar, stroke hemoragik dan TIA
Gangguan metabolik Abnormalitas elektrolit, DM, hipoglikemik, hiperglikemik dan
resistensi insulin
Penyakit sistemik Infeksi, trauma, dehidrasi atau overload, defisiensi nutrisi,
terbakar, luka tidak terkontrol, heat stroke,
ketinggian>5000 m
Medikasi Morfin, antibiotik, antivirus, antifungi, steroid, anastesi,
obat2an jantung, anti hipertensi, antineoplastic,
antikolinergik, SNM, serotonin sindrom
Preparat2 lain Herbal, teh dan suplemen nutrisi
Botanical Oleander, foxglove,amanita phalloides
Cardiac Gagal jantung, aritmia, MCI,bedah jantung
Pulmonary PPOK,hipoksia, gangguan asam-basa
Endokrin Gagal-krisis adrenal, abnormalitas tiroid-paratiroid
Hematologi Anemia, leukimia, transplantasi stem sel
Renal Uremia, gagal ginjal
Hepatic & neoplasm Hepatitis, cirrhosis, neoplasma, metastase
Penyalahgunaan obat2an Intoksikasi dan withdrawal, logam berat dan alumunium
Diagnosis dan Gambaran Klinis
Perubahan kesadaran, seperti penurunan kesadaran
Perubahan atensi yang meliputi penurunan kemampuan
untuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan
perhatian
Hendaya pada area kognitif lainnya yang dapat
bermanifestasi sebagai disorientasi (terutama waktu dan
tempat) dan penurunan daya ingat
Onset relatif cepat (jam hingga hari)
Durasi singkat (hari hingga minggu)
Fluktuasi yang tak dapat diperkirakan dalam hal keparahan
dan manifestasi klinis selama perjalanan penyakit kadang
memburuk di malam hari (sundowning), yang dapat berkisar
mulai dari periode lucid hingga hendaya kognitif parah dan
disorganisasi
Disorganisasi pada proses pikir (berkisar dari
tangensial yang ringan hingga inkoheren)
Gangguan persepsi ilusi dan halusinasi
Hiperaktifitas dan hipoaktifitas psikomotor
Gangguan siklus tidur (tidur malam yang
terputus, dengan atau tanpa kantuk pada siang
hari)
Perubahan mood (iritabilitas, disforik, ansietas
bahkan euforia)
Perubahan fungsi neurologis (hiperaktifitas atau
instabilitas otonom, myoclonic jerking, dan
dysarthria
KRITERIA DIAGNOSIS UTK DELIRIUM YANG
DISEBABKAN OLEH KONDISI MEDIS UMUM MENURUT
DSM IV-TR

A. Gangguan kesadaran (misalnya berkurangnya kejernihan


kewaspadaan thd lingkungan) dengan berkurangnya
kemampuan utk memusatkan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian.
B. Perubahan kognitif (spt: defisit memori, disorientasi,
gangguan berbahasa) atau berkembangnya gangguan
persepsi yang tidak lebih dijelaskan oleh demensia yg ada
sebelumnya, yang telah terbukti atau sedang berkembang.
C. Gangguan berkembang dalam periode waktu yang singkat
(beberapa jam atau hari) dan cenderung berfluktuatif
selama perjalanannya.
D. Terdapat bukti dari riwayat pemeriksaan fisik atau
laboratorium bahwa gangguan disebabkan akibat fisiologis
langsung dari kondisi medis umum.
KRITERIA DIAGNOSIS UNTUK DELIRIUM OLEH
KARENA INTOKSIKASI ZAT MENURUT DSM IV-TR

A. Gangguan kesadaran (misalnya berkurangnya kejernihan


kewaspadaan thd lingkungan) dengan berkurangnya kemampuan
utk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian.
B. Perubahan kognitif (spt: defisit memori, disorientasi, gangguan
berbahasa) atau berkembangnya gangguan persepsi yang tidak
lebih dijelaskan oleh demensia yg ada sebelumnya, yang telah
terbukti atau sedang berkembang.
C. Gangguan berkembang dalam periode waktu yang singkat
(beberapa jam atau hari) dan cenderung berfluktuatif selama
perjalanannya.
D. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik atau penemuan lab
dari 1 atau 2:
1. Gejala dari kriteria A & B yang berkembang selama intoksikasi
zat.
2. Pemakaian obat berhubungan dgn etiologi dengan gangguan.
KRITERIA DIAGNOSIS UNTUK DELIRIUM KARENA
SUBSTANCE WITHDRAWAL MENURUT DSM IV-TR

A. Gangguan kesadaran (misalnya berkurangnya kejernihan


kewaspadaan thd lingkungan) dengan berkurangnya
kemampuan utk memusatkan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian.
B. Perubahan kognitif (spt: defisit memori, disorientasi, gangguan
berbahasa) atau berkembangnya gangguan persepsi yang
tidak lebih dijelaskan oleh demensia yg ada sebelumnya, yang
telah terbukti atau sedang berkembang.
C. Gangguan berkembang dalam periode waktu yang singkat
(beberapa jam atau hari) dan cenderung berfluktuatif selama
perjalanannya.
D. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik atau temuan
laboratorium bahwa gejala dalam kriteria A dan B berkembang
selama atau sesaat setelah sindroma putus zat.
KRITERIA DIAGNOSTIK UTK DELIRIUM YANG
DISEBABKAN OLEH PENYEBAB YANG MULTIPLE
MENURUT DSM IV-TR

A. Gangguan kesadaran (misalnya berkurangnya kejernihan


kewaspadaan thd lingkungan) dengan berkurangnya
kemampuan utk memusatkan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian.
B. Perubahan kognitif (spt: defisit memori, disorientasi, gangguan
berbahasa) atau berkembangnya gangguan persepsi yang
tidak lebih dijelaskan oleh demensia yg ada sebelumnya, yang
telah terbukti atau sedang berkembang.
C. Gangguan berkembang dalam periode waktu yang singkat
(beberapa jam atau hari) dan cenderung berfluktuatif selama
perjalanannya.
D. Terdapat bukti dari riwayat fisik atau penemuan laboratorium
bahwa delirium memiliki lebih dari satu penyebab (misal : > 1
kondisi medis umum, kondisi medis umum + intoksikasi zat
atau efek samping obat)
Pemeriksaan Fisik
Parameter Penemuan Implikasi Klinis
Nadi Bradikardi Hipotiroid, Stokes Adam
Sindrom, TIK
Takikardi Hipertiroid, Infeksi, Ggl Jtg

Suhu Demam Sepsis, Tiroid storm, Vaskulitis


Tek. Darah Hipotensi Syok, hipotiroid, peny Addison
Hipertensi Ensefalopati, masa intrakranial

Respirasi Takipnea Diabetes, pneumonia, gagal jtg,


demam, asidosis metab.
Dangkal Intoksikasi zat lain atau alkohol

Pemb. Darah Karotis Bruit/ nadi Transient serebral iskemi.


Kepala & Wajah Bukti trauma

Leher Rigiditas Nuchal Meningitis, perdarahan


subaraknoid
Mata Papil edema Tumor, ensefalopati ht
Dilatasi pupil Ansietas, overaktivitas otonom
Parameter Penemuan Implikasi klinis
Mulut Laserasi lidah atau pipi Bukti kejang tonik-klonik
umum
Tiroid Pembesaran Hipertiroid
Jantung Aritmia Curah jtg tdk adekuat,
kemungkinan emboli
Kardiomegali Ggl jtg, hipertensi

Paru Kongesti Ggl paru primer, edema


paru, pneumonia.
Nafas Alkohol
Keton Diabetes
Hati Pembesaran Sirosis, gagal hati
Sistem Saraf

Reflexes-muscle stretch Asimetris dgn tanda Lesi massa, CVD,


babinski demensia sebelumnya
Snout/moncong Massa frontalis, oklusi a.
cerebral post bilateral
N. Abducent (N. cranialis Kelemahan pd lateral TIK
VI) gaze
Kekuatan tungkai Asimetris Lesi masa, CVD
Otonom Hiperaktivitas Ansietas, delirium
Pemeriksaan Laboratorium
Standar
Kimia darah (tmsk elektrolit, fgs hati, ginjal, glukosa)
Hitung jenis darah lengkap dgn diff. lekosit
Tes fungsi tiroid, serologis sifilis, AB HIV
Urinalisa
EKG, EEG, Ro thorak
Darah dan urin skrening obat

Tambahan Bila Diindikasikan


Kultur darah, urin, CSF
Konsentrasi B12 dan asam folat
CT Scan otak atau MRI
Pemeriksaan fungsi lumbal dan CSF
DIAGNOSIS BANDING
Delirium versus Dementia
Gambaran Demensia Delirium

Onset Lambat Cepat

Durasi Bulan sd tahun Jam sd minggu

Atensi Dipertahankan Fluktuatif

Daya ingat Kelemahan daya ingat Kelemahan daya ingat


jangka pjg segera & menengah

Pembicaraan Sulit menemukan kata2 Inkoheren

Siklus tidur Tidur terputus Sering terjadi


gangguan
Pikiran Miskin Disorganisasi

Kesadaran Tidak berubah Menurun

Kewaspadaan Biasanya normal Hipervigilensi /


Delirium versus Skizofrenia atau Depresi
Skizofrenia:
Halusinasi dan delusi lebih konstan dan lebih terorganisasi
Tanpa perubahan level kesadaran atau pada orientasi
mereka

Pasien delirium dengan gejala hipoaktif ~ depresi berat


dibedakan berdasarkan EEG

DD/ yang lain:


Ganggguan psikotik singkat Pemeriksaan status
Gangguan Skizofreniform mental yang inkonsisten
EEG
Gangguan disosiatif
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Walaupun onsetnya mendadak, gejala prodromal (misal rasa
lemah dan ketakutan) dapat mendahului beberapa hari sebelum
onset
Gejala delirium bertahan sepanjang adanya faktor kausal,
walaupun biasanya berakhir < 1 minggu
Setelah identifikasi dan penyingkiran faktor penyebab, gejala
delirium mereda dalam periode 3-7 hari, walaupun beberapa
gejala dapat sampai 2 minggu untuk selesai secara komplit
Makin tua pasien dan semakin lama pasien dalam keadaan
delirium, makin lama delirium teratasi
Bila pasien disuruh mengingat mimpi buruk yang tidak jelas
Delirium berhubungan dengan tingkat mortilitas yang tinggi pada
tahun berikutnya, terutama karena berhubungan dengan kondisi
medis yang menyebabkan delirium
Tata Laksana
Tujuan utama:
mengatasi faktor penyebab
Tujuan lain:
Menyediakan dukungan fisik, sensorik dan lingkungan

Dukungan fisik agar pasien delirium tidak berada dalam situasi yang
menyebabkan mereka mendapatkan cedera
Tidak dalam lingkungan dengan stimulasi sensorik yang buruk atau
overstimulasi
Ditemani teman atau keluarga dalam ruangan
Gambar atau dekorasi yang familiar, jam atau kalender, dan orientasi
yang reguler terhadap orang, tempat dan waktu membantu pasien
merasa nyaman
Bila kondisi yang mendasari adalah toksisitas antikolinergik
physostigmine salicylate (Antilirium), 1-2 mg iv/im, dapat diulang dalam
15-30 menit
Farmakoterapi
Gejala utama delirium yang membutuhkan farmakoterapi:
Psikosis
Haloperidol : dosis inisial 2-6 mg im, diulang dalam 1 jam
jika pasien tetap agitatif
Segera setelah pasien tenang, obat oral dimulai
Dosis 2x/hr, dengan dosis diberikan saat akan tidur
Untuk mencapai efek terapi yang sama, dosis oral harus
1.5x lebih tinggi dibanding dosis parenteral
Dosis harian total yang efektif 5-40mg untuk
kebanyakan pasien dengan delirium
Droperidol (Inapsine) alternatif dalam pemberian iv
monitoring EKG
Phenothiazine hindari! berhubungan
dengan aktifitas antikolinergik
Penggunaan antipsikotik generasi dua dapat
dipertimbangkan tetapi clinical trial masih
terbatas
Ziprasidone efek mengaktivasi tidak untuk
delirium
Olanzapine untuk penggunaan im
Untuk pasien dengan parkinson dan delirium
clozapine atau quetiapine kurang dalam
mengeksaserbasi gejala parkinson
Insomnia
Benzodiazepines dengan t- pendek atau
menengah (misal, lorazepam [Ativan] 1 - 2
mg saat akan tidur)
Benzodiazepines dengan t- panjang dan
barbiturat hindari! kecuali digunakan
sebagai bagian dari pengobatan faktor
penyebab (misal, alkohol withdrawal).
Jika delirium disebabkan nyeri berat atau
dyspnea hindari opioids
Demensia
Berasal dari kata dementatus keluar dari
pikiran
Defenisi:
Demensia merupakan sindrom yang ditandai
oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat
dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia
umum, belajar, dan ingatan, bahasa, memecahkan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan
konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial
Demensia
Suatu sindrom/penyakit akibat gangguan otak
yang biasanya bersifat kronik progresif, dimana
terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang
multipel (multiple higher kortikal function),
termasuk di dalamnya:
daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap
(comprehension), berhitung, kemampuan
belajar, bahasa, dan daya nilai (judgement)
Dapat bersifat progresif atau statis, permanen
ataupun reversibel.
Kerusakan global dari fungsi intelektual
merupakan ciri-ciri penting dari demensia
Dimanifestasikan sebagai kesulitan dalam
daya ingat, perhatian, pemikiran,
pemahaman, fungsi mental juga dapat
dipengaruhi yaitu ; mood, kepribadian,
pertimbangan, perilaku sosial.
Diagnosis DSM IV-TR
Demensia ditandai dg adanya hendaya
yang didapat pada memori dengan
tambahan penurunan paling tidak satu
bidang (misalnya bahasa, praksis, gnosis,
ketrampilan eksekutif) yang mengganggu
fungsi okupasional atau sosial atau
hubungan interpersonal.
Jadi demensia ditandai dengan adanya
penurunan kemampuan daya ingat dan
daya pikir yang sampai mengganggu
kegiatan sehari-hari seperti : mandi,
berpakaian, makan, kebersihan diri, buang
air besar dan kecil.
Tanpa gangguan kesadaran
Gejala dan disabilitas dialami paling sedikit
6 bulan.
Diagnosis Banding
Gangguan Depresif
Delirium,bertumpang tindih dengan
demensia karena kondisi kebingungan
akut.
Retardasi mental ringan dan sedang
Perubahan intelektual pada daerah2
penting membedakan demensia dari
afasia, amnesia, dan defisit kognitif
monosimptomatik yang lain
Etiologi Demensia
Tipe Demensia Frekuensi (%)
Alzheimer 50-60
Demensia vaskular 10-30
Depresi 5-15
Demensia terkait alkohol 1-10
Gangguan metabolik 1-10
Gangguan racun 1-10
Hidrosefalus 1-5
Trauma otak anoxia 1-2
Infeksi SSP 1-2
Tumor otak 1-2
Trauma otak 1-2
Hematoma subdural 1-2
Lainnya 10-20
DEMENSIA ALZHEIMER
Dimulai setelah usia 50 th, akan
meningkat sesuai pertambahan usia.
3% penyakit ini diturunkan ( ada gen
autosom dominan).
97% terdapat peningkatan insiden
diantara anggota keluarga yang telah
mengalami demensia sebelumnya.
Onset bertahap (insidious onset) dengan
deteriorasi lambat.
Onset biasanya sulit ditentukan dengan
persis, tiba-tiba orang lain sudah
menyadari adanya kelainan tersebut.
Dalam perjalanan penyakitnya terjadi
suatu taraf yang stabil (plateau) secara
nyata
Tidak adanya bukti klinis yang
menyatakan bahwa kondisi mental itu
dapat disebabkan oleh penyakit otak atau
sistemik lain yang dapat menimbulkan
demensia.
Tidak ditemukan serangan apoplektik
mendadak / gejala neurologik kerusakan
otak fokal.
Kriteria Diagnosis Demensia Alzheimer

1. Ada demensia
2. Onset umur 40-90 tahun
3. Defisit dua / lebih area kognitif
4. Penurunan defisit > 6 bln
5. Tanpa gangguan kesadaran
6. Tanpa etiologi yg potensial
Perjalanan Penyakit

Tahap I :
Pembicaraan yg kosong dgn kata-kata
substantif yang sedikit dan miskin ide.
Pada tes kata-kata ditemukan anomia.
Terdapat gangguan daya ingat, kognisi
dan ketrampilan visuospasial, dengan
artikulasi bicara dan fungsi motorik yang
msh normal.
Perjalanan Penyakit (2)
Pemeriksaan EEG normal
CT scan dan MRI ditandai dg atropi
temporal medial.
SPECT dan PET dapat membedakan AD
awal atau demensia frontotemporal fase
awal
Perjalanan Penyakit (3)

Tahap II
Fungsi intelektual menurun kontinyu.
Parafasia pada fungsi bahasa, hendaya
dlm pengertian, dan dapat tjd
pengulangan.
Daya ingat segera dan jangka panjang
terganggu .
Perjalanan Penyakit (4)
Terdapat gangguan kemampuan
visuospasial, pasien tdk dpt menemukan
cara atau menirukan menyusun sesuatu;
kemampuan berhitung dan abstraksi
terganggu.
Apraksia dan agnosia ditemukan tetapi
sulit utk ditunjukkan krn keterbatasan
bahasa dan daya ingat
Perjalanan Penyakit (5)
Pada pemeriksaan didapatkan kekuatan
motorik dan koordinasi normal,dengan
kegelisahan.
Pada EEG ada perlambatan gel theta dan
pada struktural imaging didapatkan atropi
medial temporal yg lebih besar dan atropi
korteks parietal.
Perjalanan Penyakit (6)
Tahap III
Gangguan berat fungsi intelektual,
kemampuan kognitif sangat sulit dinilai.
Output verbal menurun menjadi ekolalia,
palilalia, atau mutisme
Kontrol spinkter hilang, tungkai kaku,
posisi fleksi.
Perjalanan Penyakit (7)

Pada EEG didapatkan perlambatan gel.


Delta.
Structural imagingatropi serebral difus
dgn dilatasi ventrikel dan pelebaran sulkus
scr keseluruhan.
DEMENSIA VASKULAR
Infark jaringan kerusakan jaringan yg
progresif dr fungsi otak demensia
Gejala yang muncul bervariasi tergantung regio
otak yg terkena.
1. Korteks : afasia, amnesia, agnosia, afraksia
2. Subkorteks : kelambatan, depresi, pelupa dan
gangguan fungsi kognitif)
3. Kombinasi : retardasai psikomotor dan labilitas
emosional
Tipenya :
Demensia vaskular onset akut
Demensia multi-infark
Demensia vaskular subkortikal
Demensia vaskular kortikal dan
subkortikal
Demensia vaskular lainnya
Demensia vaskular YTT
Pedoman Diagnostik
Ditemukan gejala demensia
Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata.
Insight dan judgement relatif tetap baik
Onset mendadak / bertahap,dengan adanya
gejala neurologis fokal meningkatkan
kemungkinan demensia vaskular.
Diperlukan pemeriksaan CT-Scan atau
pemeriksaan neuropatologis.
Diagnosis Banding
Delirium
Demensia Alzheimer
Gangguan afektif
Retardasi mental ringan dan sedang
Perdarahan subdural
Demensia vaskular dan Alzheimer
Demensia Vaskular Onset Akut Demensia Multi-infark

Terjadi secara cepat,


setelah rangkaian stroke Onset lambat, setelah
karena trombosis serangkaian episode
serebrovaskular, iskemik minor.
embolisme / perdarahan.
Demensia Vaskular Campuran
Demensia Vaskular Subkortikal Kortikal dan Subkortikal

Fokus kerusakan akibat


iskemia pada subs.alba Dapat diduga dari
di hemisfer serebral. gambaran klinis,
Dibuktikan dengan CT- pemeriksaan, atau
Scan. keduanya.
Demensia pada Penyakit Pick
Gejala demensia yang progresif
Gambaran neuropatologis atrofi selektif lobus
frontalis yang menonjol dg euforia, emosi
tumpul, perilaku sosial yang kasar, disinhibisi,
serta apatis atau gelisah
Gangguan perilaku pada umumnya mendahului
gangguan daya ingat
DD/ :
Demensia pada penyakit Alzheimer
Demensia Vaskular
Demensia akibat penyakit lain
Demensia pada Penyakit Creutzfelt-Jakob

Trias diagnosis penyakit ini :


Demensia yang progresif merusak.
Penyakit piramidal dan ektrapiramidal disertai
mioklonus.
Gambaran EEG trifasik yang khas.
Demensia pada Penyakit Huntington

Gangguan gerakan corrheiform, demensia, dan


riw. keluarga dengan penyakit Huntington.
Gerakan corrheiform involunter, t.u pada wajah,
tangan dan bahu,cara berjalan yang khas.
Gerakan ini adalah manifestasi dini yang
biasanya mendahului gejala demensia.
Gejala demensia ditandai dengan gangguan
fungsi lobus frontalis pada tahap dini, dengan
daya ingat relatif masih terpelihara, sampai saat
selanjutnya
Demensia pada Penyakit Parkinson

Demensia ini berkembang pada


seseorang dengan penyakit Parkinson
yang parah, tidak ada gambaran klinis
khusus.
Penyakit parkinson dulu dikenal dengan
Dementia with Lewy Bodies
Demensia pada Penyakit HIV
Demensia yang berkembang pada
seseorang dengan penyakit HIV, tanpa
penyakit atau KMU lain yang bersamaan
selain infeksi HIV itu.
Demensia pada Penyakit Lain YDT YDK

Terjadi sebagai manifestasi / konsekuensi


beberapa macam kondisi somatik dan
serebral lainnya.
PEMERIKSAAN DEMENSIA

MMSE (Mini Mental status Examination)


adalah salah satu metode test yang paling
sering digunakan untuk mendiagnosa
demensia

HVLT: Hopkins Verbal Learning Test


MMSE
Interpretasi MMSE
HVLT: Hopkins Verbal Learning Test
PENATALAKSANAAN DEMENSIA
SECARA UMUM
1. Modifikasi dari faktor resiko sehingga
memperlambat penyebab demensia atau
mengkoreksi penyebab demensia yang
bersifat reversibel.
2. Terapi terhadap gejala-gejala kognitif.
3. Terapi terhadap gejala-gejala dan
perilaku yang terjadi, contoh: perilaku
agitasi )
Faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya Demensia dan tatalaksananya
Kadar lipid
Hipertensi
Kontrol gula darah dalam DM
Defisiensi vitamin
Abnormalitas dari sistem endokrin
Perilaku Agitasi
Penyebab tersering pasien diterapi
Pada community-dwelling patient 50 %
Pada pasien yang dirawat dirumah 70 90 %
Terapi menyeluruh (comprehensive)
Melihat pasien dalam konteks dirinya dan
lingkungannya,
Mempehatikan penyakit penyerta,
Kombinasi dari Medikasi nonfarmakologikal
terapi perilaku.
Memperhatikan tingkat keparahan penyakit
demensia
Terapi farmakologikal agitasi pada Demensia

Antipsikotik:
Haloperidol, dg dosis awal 0,5 mg/hari dosis efektif
1 3 mg/hari dalam dosis terbagi
Risperidone, dg.dosis awal 0,25 mg/hari dosis
efektif 1 2 mg/hari dalam dosis terbagi
Olanzapine, dg.dosis awal 2,5 mg tiap malam
dosis efektif 5 10 mg tiap malam.

Prinsipnya adalah menggunakan dosis kecil yang efektif


mengatasi gejala agitasi
Agitasi dengan depresi
Antidepresan gol.SSRIs
Antidepresan gol HCA Trazodone
dosis awal 25 50 mg/hari tiap malam,
dosis efektif 50 250 mg/hari dalam dosis
terbagi.
Terapi Demensia Alzheimer
Perbaikan gejala : obat kolinergik
Gangguan perilaku : Antipsikotik
Anti inflamasi dan hormon estrogen dapat
memperlambat perkembangan penyakit.
Kolinesterase inhibitor spt Donezepil,
rivastigmin, atau galantamin membantu
perbaikan fungsi kognitif dan perbaikan
perilaku.
Mood stabilizers
Carbamazepine dosis awal 200 mg/hari
tiap malam, dosis efektif 300 mg/hari
Valproic acid dosis awal 125 mg/hari
tiap malam, dosis efektif 250 1000
mg/hari dalam dosis terbagi.
Gabapentin dosis awal 100 mg/hari,
dosis efektif 300 2400 mg/ hari dalam
dosis terbagi.
Cholinesterase Inhibitor
Tacrine 120 mg -160 mg/ hari dibagi
dalam 4 dosis.
Donepezil 5 10 mg/ hari
Rivastigmine 6 12 mg/hari dibagi
dalam 2 dosis.
Galantamine 24 32 mg/ hari dibagi
dalam 2 dosis.
Terapi Nonfarmakologikal
Terapi perilaku
Aktifitas terencana :
Olah raga
Sosialisasi
Rekreasi
PSIKOGERIATRI
Psikiatri Geriatri cabang ilmu
kedokteran yang bergerak dalam
prevensi, diagnosis, terapi gangguan fisik
dan psikoogik pada oran usia lanjut serta
melakukan promosi untuk umur panjang
orang dengan adaptasi mental yang sehat
cenderung hidup lebih lama daripada
orang yang mempunyai masalah emosi.
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan sensus penduduk, usia diatas 65 tahun
meningkat dari 2,98 juta (2,52%) tahun 1971 menjadi
4,78 juta (3,26%) tahun 80 kmd menjadi 6.96 juta
(3,88%) tahun 90 dan menjadi 4,33 % dari seluruh
penduduk indonesia tahun 1995, 4,77 % tahun 2000,
5,57% tahun 2010

Permasalahannya bagaimana upaya mereka tidak


hanya aspek fisik sehat dan sosial ekonomi
berkecukupan tetapi juga memperoleh rasa sejahtera
(well being)
Rasa sejahtera berkaitan dengan taraf kesehatan jiwa
dan pemenuhan kebutuhan spiritual
GANGGUAN JIWA PD LANSIA
DEMENSIA (BEHAVIORAL &
PSYCHOLOGICAL SYMPTOMS OF
DEMENTIA/ BPSD)
SKIZOFRENIA (PARAFRENIA)
BIPOLAR,DEPRESI
KECEMASAN
GANGGUAN JIWA LAIN (gangguan tidur,
penyalahgunaan zat, dll)
DEPRESI PADA LANSIA
Prevalensi + 15 % pada populasi lansia
Kurang terdiagnosis
Berbeda dg depresi pada usia yg lebih
muda
Gejala tidak khas
Sering tidak disadari krn dianggap sbg
proses penuaan
FAKTOR RISIKO GANGGUAN MENTAL

HILANGNYA PERANAN SOSIAL


HILANGNYA OTONOMI/KEMANDIRIAN
KEMATIAN TEMAN ATAU KELUARGA
PENURUNAN KESEHATAN
ISOLASI
KETERBATASAN FINANSIAL
PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF
DEPRESI
PADA 25% PENDUDUK USILA
PENURUNAN ENERJI DAN KONSENTRASI
GANGGUAN TIDUR, TERUTAMA TERBANGUN DINI
HARI
NAFSU MAKAN MENURUN
PENURUNAN BERAT BADAN
KELUHAN SOMATIK
HARGA DIRI YANG RENDAH
PERASAAN TIDAK BERHARGA
KECENDERUNGAN MENYALAHKAN DIRI SENDIRI
(TERUTAMA TENTANG SEX DAN RASA BERDOSA)
GANGGUAN BIPOLAR PADA
USILA PADA USIA LANJUT
BIASANYA BERUPA
MANIK

PARANOID
MOOD YANG MENINGGI

MUDAH TERSINGGUNG
PERILAKU
PERMUSUHAN

PENURUNAN
IMPULSIVITAS
KEBUTUHAN TIDUR
SKIZOFRENIA
GANGGUAN CEMAS PADA
USILA
GANGGUAN PANIK SEKITAR 1%

GANGGUAN FOBIA

OBSESIF KOMPULSIF, BIASANYA MEMPUNYAI KEPRIBADIAN YANG


PERFEKSIONOSTIK, TEPAT WAKTU, TERTIB DAN KIKIR SAAT MUDA.
SOMATOFORM
GANGGUAN TIDUR

PENYEBAB GANGGUAN TIDUR BERUPA : GANGGUAN TIDUR


PRIMER, GANGGUAN MENTAL LAIN, KONDISI MEDIK UMUM,
FAKTOR SOSIAL DAN LINGKUNGAN

KONDISI YANG SERING MENGGANGGU TIDUR PADA USIA


LANJUT : NYERI, SESAK NAPAS DAN NYERI PERUT

TIDAK ADANYA TANGGUNG JAWAB SOSIAL ATAU PEKERJAAN


BERPENGARUH PADA TIDUR YANG BURUK.
Management
TERAPI UNTUK PENDERITA DEMENSIA
:
PSIKOTERAPI BAGI USIA
LANJUT
TERAPIS MELAKUKAN INTERVENSI
INDIVIDUAL DENGAN CARA YANG
FLEKSIBEL
PSIKOTERAPI KOGNITIF, SUPORTIF DAN
EDUKASI, SEMAKIN TERBATASNYA
KEMAMPUAN PASIEN SEMAKIN BESAR
INDIKASI UNTUK INTERVENSI
BERORIENTASI PROBLEM
PALING SERING BAGI USIA LANJUT ADALAH
LOSS (KEHILANGAN)
TERAPI KELOMPOK

Anda mungkin juga menyukai

  • Jantung PDF
    Jantung PDF
    Dokumen8 halaman
    Jantung PDF
    CathyCarlton
    Belum ada peringkat
  • Recovered File 2t
    Recovered File 2t
    Dokumen82 halaman
    Recovered File 2t
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • PR Ujian Yayas
    PR Ujian Yayas
    Dokumen3 halaman
    PR Ujian Yayas
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Buat Kegawatdaruratan Ortopedi
    Buat Kegawatdaruratan Ortopedi
    Dokumen41 halaman
    Buat Kegawatdaruratan Ortopedi
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Presentation1 Brief Jiwa
    Presentation1 Brief Jiwa
    Dokumen9 halaman
    Presentation1 Brief Jiwa
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Obgyn Ella
    Obgyn Ella
    Dokumen9 halaman
    Obgyn Ella
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Okta Tendry Dan Rika Gangguan Cemas Menyeluruh
    Okta Tendry Dan Rika Gangguan Cemas Menyeluruh
    Dokumen6 halaman
    Okta Tendry Dan Rika Gangguan Cemas Menyeluruh
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Secara Historis
    Secara Historis
    Dokumen1 halaman
    Secara Historis
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Stellayosanie 112014298 Fam
    Stellayosanie 112014298 Fam
    Dokumen9 halaman
    Stellayosanie 112014298 Fam
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Sken 3 DHF
    Sken 3 DHF
    Dokumen18 halaman
    Sken 3 DHF
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Recovered File 1
    Recovered File 1
    Dokumen47 halaman
    Recovered File 1
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • MR Jiwa Sabtu, 23 Mei 2017
    MR Jiwa Sabtu, 23 Mei 2017
    Dokumen46 halaman
    MR Jiwa Sabtu, 23 Mei 2017
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Makalah Geografi
    Makalah Geografi
    Dokumen5 halaman
    Makalah Geografi
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Yayas Blok 27
    Yayas Blok 27
    Dokumen13 halaman
    Yayas Blok 27
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Blok23 Yayas
    Blok23 Yayas
    Dokumen15 halaman
    Blok23 Yayas
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Yayas Blok 27
    Yayas Blok 27
    Dokumen15 halaman
    Yayas Blok 27
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Blok25 Yayas
    Blok25 Yayas
    Dokumen20 halaman
    Blok25 Yayas
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Blok26 Part Yayas
    Blok26 Part Yayas
    Dokumen36 halaman
    Blok26 Part Yayas
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Faktor
    Faktor
    Dokumen13 halaman
    Faktor
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Surat Indira
    Surat Indira
    Dokumen1 halaman
    Surat Indira
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Yayas Blok 36 SL FF
    Yayas Blok 36 SL FF
    Dokumen14 halaman
    Yayas Blok 36 SL FF
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Blok26 Part Yayas
    Blok26 Part Yayas
    Dokumen36 halaman
    Blok26 Part Yayas
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • DHF Yayas
    DHF Yayas
    Dokumen25 halaman
    DHF Yayas
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Blok25 Yayas
    Blok25 Yayas
    Dokumen20 halaman
    Blok25 Yayas
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Blok24 Yayas
    Blok24 Yayas
    Dokumen16 halaman
    Blok24 Yayas
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Blok 26 Sken 3 D1
    Blok 26 Sken 3 D1
    Dokumen36 halaman
    Blok 26 Sken 3 D1
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Indira 1
    Indira 1
    Dokumen62 halaman
    Indira 1
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Indira 1
    Indira 1
    Dokumen62 halaman
    Indira 1
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat
  • Recovered File 1
    Recovered File 1
    Dokumen24 halaman
    Recovered File 1
    Eka Ayu Larasati II
    Belum ada peringkat