2. Demensia Vaskular
2.1 Demensia Vaskular onset akut.
2.2 Demensia multi-infark
2.3 Demensia Vaskular subkortikal.
2.4 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
2.5 Demensia Vaskular lainnya
2.6 Demensia Vaskular YTT
3. Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di
tempat lain (YDK)
3.1 Demensia pada penyakit Pick.
3.2 Demensia pada penyakit Creutzfeldt Jakob.
3.3 Demensia pada penyakit huntington.
3.4 Demensia pada penyakit Parkinson.
3.5 Demensia pada penyakit human immunodeciency
virus (HIV).
3.6 Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT)
dan YDK
4. Demensia YTT.
5. Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat
psikoaktif lainnya
Institusi lansia 44 33
Patofisiologi
Hipotesis tentang Patofisiologi Delirium
Penurunan metabolisme oksidatif Abnormal second messenger yang
menggunakan neurotransmiter
sebagai first messenger
Pengurangan fungsi kolinergik Perubahan pada permeabilitas
sawar darah otak
Dopamin berlebihan
Dukungan fisik agar pasien delirium tidak berada dalam situasi yang
menyebabkan mereka mendapatkan cedera
Tidak dalam lingkungan dengan stimulasi sensorik yang buruk atau
overstimulasi
Ditemani teman atau keluarga dalam ruangan
Gambar atau dekorasi yang familiar, jam atau kalender, dan orientasi
yang reguler terhadap orang, tempat dan waktu membantu pasien
merasa nyaman
Bila kondisi yang mendasari adalah toksisitas antikolinergik
physostigmine salicylate (Antilirium), 1-2 mg iv/im, dapat diulang dalam
15-30 menit
Farmakoterapi
Gejala utama delirium yang membutuhkan farmakoterapi:
Psikosis
Haloperidol : dosis inisial 2-6 mg im, diulang dalam 1 jam
jika pasien tetap agitatif
Segera setelah pasien tenang, obat oral dimulai
Dosis 2x/hr, dengan dosis diberikan saat akan tidur
Untuk mencapai efek terapi yang sama, dosis oral harus
1.5x lebih tinggi dibanding dosis parenteral
Dosis harian total yang efektif 5-40mg untuk
kebanyakan pasien dengan delirium
Droperidol (Inapsine) alternatif dalam pemberian iv
monitoring EKG
Phenothiazine hindari! berhubungan
dengan aktifitas antikolinergik
Penggunaan antipsikotik generasi dua dapat
dipertimbangkan tetapi clinical trial masih
terbatas
Ziprasidone efek mengaktivasi tidak untuk
delirium
Olanzapine untuk penggunaan im
Untuk pasien dengan parkinson dan delirium
clozapine atau quetiapine kurang dalam
mengeksaserbasi gejala parkinson
Insomnia
Benzodiazepines dengan t- pendek atau
menengah (misal, lorazepam [Ativan] 1 - 2
mg saat akan tidur)
Benzodiazepines dengan t- panjang dan
barbiturat hindari! kecuali digunakan
sebagai bagian dari pengobatan faktor
penyebab (misal, alkohol withdrawal).
Jika delirium disebabkan nyeri berat atau
dyspnea hindari opioids
Demensia
Berasal dari kata dementatus keluar dari
pikiran
Defenisi:
Demensia merupakan sindrom yang ditandai
oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat
dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia
umum, belajar, dan ingatan, bahasa, memecahkan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan
konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial
Demensia
Suatu sindrom/penyakit akibat gangguan otak
yang biasanya bersifat kronik progresif, dimana
terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang
multipel (multiple higher kortikal function),
termasuk di dalamnya:
daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap
(comprehension), berhitung, kemampuan
belajar, bahasa, dan daya nilai (judgement)
Dapat bersifat progresif atau statis, permanen
ataupun reversibel.
Kerusakan global dari fungsi intelektual
merupakan ciri-ciri penting dari demensia
Dimanifestasikan sebagai kesulitan dalam
daya ingat, perhatian, pemikiran,
pemahaman, fungsi mental juga dapat
dipengaruhi yaitu ; mood, kepribadian,
pertimbangan, perilaku sosial.
Diagnosis DSM IV-TR
Demensia ditandai dg adanya hendaya
yang didapat pada memori dengan
tambahan penurunan paling tidak satu
bidang (misalnya bahasa, praksis, gnosis,
ketrampilan eksekutif) yang mengganggu
fungsi okupasional atau sosial atau
hubungan interpersonal.
Jadi demensia ditandai dengan adanya
penurunan kemampuan daya ingat dan
daya pikir yang sampai mengganggu
kegiatan sehari-hari seperti : mandi,
berpakaian, makan, kebersihan diri, buang
air besar dan kecil.
Tanpa gangguan kesadaran
Gejala dan disabilitas dialami paling sedikit
6 bulan.
Diagnosis Banding
Gangguan Depresif
Delirium,bertumpang tindih dengan
demensia karena kondisi kebingungan
akut.
Retardasi mental ringan dan sedang
Perubahan intelektual pada daerah2
penting membedakan demensia dari
afasia, amnesia, dan defisit kognitif
monosimptomatik yang lain
Etiologi Demensia
Tipe Demensia Frekuensi (%)
Alzheimer 50-60
Demensia vaskular 10-30
Depresi 5-15
Demensia terkait alkohol 1-10
Gangguan metabolik 1-10
Gangguan racun 1-10
Hidrosefalus 1-5
Trauma otak anoxia 1-2
Infeksi SSP 1-2
Tumor otak 1-2
Trauma otak 1-2
Hematoma subdural 1-2
Lainnya 10-20
DEMENSIA ALZHEIMER
Dimulai setelah usia 50 th, akan
meningkat sesuai pertambahan usia.
3% penyakit ini diturunkan ( ada gen
autosom dominan).
97% terdapat peningkatan insiden
diantara anggota keluarga yang telah
mengalami demensia sebelumnya.
Onset bertahap (insidious onset) dengan
deteriorasi lambat.
Onset biasanya sulit ditentukan dengan
persis, tiba-tiba orang lain sudah
menyadari adanya kelainan tersebut.
Dalam perjalanan penyakitnya terjadi
suatu taraf yang stabil (plateau) secara
nyata
Tidak adanya bukti klinis yang
menyatakan bahwa kondisi mental itu
dapat disebabkan oleh penyakit otak atau
sistemik lain yang dapat menimbulkan
demensia.
Tidak ditemukan serangan apoplektik
mendadak / gejala neurologik kerusakan
otak fokal.
Kriteria Diagnosis Demensia Alzheimer
1. Ada demensia
2. Onset umur 40-90 tahun
3. Defisit dua / lebih area kognitif
4. Penurunan defisit > 6 bln
5. Tanpa gangguan kesadaran
6. Tanpa etiologi yg potensial
Perjalanan Penyakit
Tahap I :
Pembicaraan yg kosong dgn kata-kata
substantif yang sedikit dan miskin ide.
Pada tes kata-kata ditemukan anomia.
Terdapat gangguan daya ingat, kognisi
dan ketrampilan visuospasial, dengan
artikulasi bicara dan fungsi motorik yang
msh normal.
Perjalanan Penyakit (2)
Pemeriksaan EEG normal
CT scan dan MRI ditandai dg atropi
temporal medial.
SPECT dan PET dapat membedakan AD
awal atau demensia frontotemporal fase
awal
Perjalanan Penyakit (3)
Tahap II
Fungsi intelektual menurun kontinyu.
Parafasia pada fungsi bahasa, hendaya
dlm pengertian, dan dapat tjd
pengulangan.
Daya ingat segera dan jangka panjang
terganggu .
Perjalanan Penyakit (4)
Terdapat gangguan kemampuan
visuospasial, pasien tdk dpt menemukan
cara atau menirukan menyusun sesuatu;
kemampuan berhitung dan abstraksi
terganggu.
Apraksia dan agnosia ditemukan tetapi
sulit utk ditunjukkan krn keterbatasan
bahasa dan daya ingat
Perjalanan Penyakit (5)
Pada pemeriksaan didapatkan kekuatan
motorik dan koordinasi normal,dengan
kegelisahan.
Pada EEG ada perlambatan gel theta dan
pada struktural imaging didapatkan atropi
medial temporal yg lebih besar dan atropi
korteks parietal.
Perjalanan Penyakit (6)
Tahap III
Gangguan berat fungsi intelektual,
kemampuan kognitif sangat sulit dinilai.
Output verbal menurun menjadi ekolalia,
palilalia, atau mutisme
Kontrol spinkter hilang, tungkai kaku,
posisi fleksi.
Perjalanan Penyakit (7)
Antipsikotik:
Haloperidol, dg dosis awal 0,5 mg/hari dosis efektif
1 3 mg/hari dalam dosis terbagi
Risperidone, dg.dosis awal 0,25 mg/hari dosis
efektif 1 2 mg/hari dalam dosis terbagi
Olanzapine, dg.dosis awal 2,5 mg tiap malam
dosis efektif 5 10 mg tiap malam.
PARANOID
MOOD YANG MENINGGI
MUDAH TERSINGGUNG
PERILAKU
PERMUSUHAN
PENURUNAN
IMPULSIVITAS
KEBUTUHAN TIDUR
SKIZOFRENIA
GANGGUAN CEMAS PADA
USILA
GANGGUAN PANIK SEKITAR 1%
GANGGUAN FOBIA