Anda di halaman 1dari 50

BELLS PALSY

Oleh:
Devi Agustini Rahayu, S.ked
Vita Arya Utami, S.Ked

Pembimbing: dr. Haidar Nasution


OUTLINES

BAB I Pendahuluan

BAB II Status Pasien


BAB III Tinjauan Pustaka

BAB IV Analisis Kasus


BAB I PENDAHULUAN

Bells palsy merupakan paralisis otot-otot pada satu wajah


yang disebabkan oleh kompresi nervus fascialis.
Bells palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak
dari paralisis fascial akut.
Di Indonesia, 19,55% dari seluruh kasus neuropati adalah
Bells palsy.
Perbandingan =
Bells palsy dapat mengenai semua umur
Risiko meningkat 10x pada wanita hamil dan pasca
persalinan
BAB II STATUS PASIEN
BAB II STATUS PASIEN
BAB II STATUS PASIEN
BAB II STATUS PASIEN
BAB III LANDASAN TEORI

Anatomi Nervus Fasialis


N. Fasialis berawal dariserabut motorik namun dlmperjalanannya
berubah menjadi serabut sekretomotorik dan serabut sensorik
N. Fasialis keluar di antara pons dan medulla oblongata masuk
ke MAI menuju Os petrosus /Akuaduktus Fallopi /Kanalis
fasialis masuk ke kavum timpani nervus melebar dan
mebentuk ganglion genuculatum cabang pertamanya adalah
N. Stapedius cabang keduanya adalah Korda timpani yang
akan menjuju kedepan dan masuk ke fossa infratemporalis
bergabung dengan N. lingualis dan akan mempersarafi 2/3
anterior lidah.
Serabut-serabut N. fasialis masuk ke os mastoideum keluar dari
cranium melewati foramen stylomastoideum untuk
mempersarafi otot-otot wajah.
Sebelum ke gland. Parotis N. Fasialis akan
masuk ke otot-otot telinga, otot stylohiodeus dan
venter posterior digastricus
Sesampainya di gland. Parotis memberikan
cabang-cabang penyarafan pada seluruh otot
wajah
CONTD

Percabangan Nervus Fasialis


Nervus Petrosus Major
Nervus Stapedius
Chorda Tympani
Nervus Auricularis posterior,
5 buah rami terminalis
Ramus temporalis
Ramus zygomaticus
Ramus buccalis
Ramus mandibularis
Ramus servikalis
DEFINISI BELLS PALSY

Bells palsy merupakan kelemahan fasialis perifer


akibat proses non-supuratif, non-neoplastik, non-
degeneratif primer maupun sangan mungkin
akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di
foramen stylomastoideum atau sedikit proksimal
dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan
dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan

Diambil dari nama orang yang menemukannya yaitu Sir


Charles Bell.

Palsy yang berati kelumpuhan.


ETIOLOGI

Penyebab Bells palsy diketahui masih belum jelas


dan belum dapat didefinisikan, namun terdapat 5
teori yang menyebkan Bells Palsy
Iskemik vaskular
Virus
Bakteri
Beberapa menyebutkan bahwa
Herediter nervus ini mengalami edema
Imunologi padakanal-kanal tengkorak yang
sempit karena beberapa hal
sehingga menyebabkan kompresi
dan terjadi kerusakan langsung
pada nervus fasialis ini.
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding paralisis fasialis dibagi menurut lokasi
lesinya
Lesi sentral
Stroke
Tumor
Multiple sklerosis
Trauma fraktur os temporalis pars petrosa
Lesi perifer
Ostitis media supuratif dan mastoiditis
Herpes zoster otikus
Guillain-barre syndrome
Myasthenia gravis
Tumor serebello pontin
Tumor kelenjar parotis
Sarcoidosis
PENEGAKKAN DIAGNOSA

Anamnesis
Rasa nyeri
Gangguan atau kehilangan pengecapan.
Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan
pada malam hari di ruangan terbuka atau di luar
ruangan.
Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita
seperti infeksi saluran pernafasan, otitis, herpes, dan
lain-lain.
Pemeriksaan fisik
Fungsi motorik
Perhatikan wajah simetris/asimetris, kerutan pada dahi,
pejaman mata, plika nasolabialis dan sudut mulut.
Kelumpuhan jenis Kelumpuhan jenis
perifer sentral
Asimetri muka jelas Muka dapat simetris
Kerutan dahi waktu istirahat
menghilang Kelumpuhan terlihat
Mata kurang bila penderita disuruh
dipejamkan melakukan gerakan
Plika nasolabialias misalnya menyeringai
datar
Sudut mulut menjadi
rendah
CONTD PEMERIKSAAN FISIK

Fungsi sensoris
Sensasi pengecapan: rasa manis, rasa asin, rasa asam, rasa
pahit.
Pengecapan 2/3 depan lidah
Pemeriksaan penunjang
Dilakukan untuk menyingkirkan etiologi sekunder dari
paralisis saraf kranialis
CT-Scan
MRI
Serial ENMG Blink refleks
TATALAKSANA

Terapi rehabilitasi medik


Fisioterapi
Terapi panas
Infra red
SWD
Stimulasi listrik
Faradiasi
Masasse wajah
Okupasi Terapi
latihan berkumur
latihan minum dengan menggunakan sedotan
latihan meniup lilin
latihan menutup mata dan mengerutkan dahi di depan cermin.
TEKNIK MASSASE WAJAH
Sosial medik
membantu mengatasi dengan menghubungi tempat kerja,
mungkin untuk sementara waktu bekerja pada bagian yang
tidak banyak berhubungan dengan umum. Untuk masalah
biaya, dibantu dengan mencarikan fasilitas kesehatan di
tempat kerja atau melalui keluarga. selain itu memberikan
penyuluhan bahwa kerja sama penderita dengan petugas
yang merawat sangat penting untuk kesembuhan penderita.
Psikologi
rasa cemas terutama pada penderita muda wanita atau
penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan ia
sering tampil di depan umum, bantuan seorang psikolog
sangat diperlukan.
Ortotik prostetik
Y plester, diganti tiap 8 jam, namun dilakukan juka dalam
waktu 3 bulan belum ada perubahan zigomatikus selama
parese dan mencegah terjadinya kontraktur.
CONTD TATALAKSANA

Terapi medikamentosa
Vitamin B kompleks 2 x 1 tab sehari
Methyl prednisolon 4mg 3 x 1 tab sehari
EVALUASI

Skala UGO-FISCH digunakan untuk menilai


kemajuan motorik penderita Bells Palsy

Posisi Nilai Persentase (%) 0, 30, 70, 100

Istirahat 20
Mengerutkan dahi 10
Menutup mata 30
Tersenyum 30
Bersiul 10

Ada 4 pilihan untuk penilaian


0% : Asimetri komplit, tidak ada gerakan volunter
30%: Simetri: poor/jelek, kesembuhan yang ada lebih dekat ke
asimetri komplit dari pada asimetri normal
70%: Simetris: fair/cukup, kesembuhan parsial yang lebih
cenderung ke arah normal
100% : simetris normal/ komplit
EDUKASI

Home Program
Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20
menit.
Massage wajah yang sakit kearah atas dengan
menggunakan tangan dari sisi sehat
Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah
disisi yang sakit, minum dengan sedotan, mengunyah
permen karet.
Perawatan mata :
Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 3 kali sehari.
Memakai kacamata gelap sewaktu bepergian siang hari.
Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur.
BAB IV ANALISIS KASUS

Seorang wanita 55 tahun mengeluh mulutnya


mencong ke kanan ketika berbicara atau
tersenyum sejak 3 hari SMRS. Mata kiri jarang
berkedip sehingga terasa perih dan berair. Jika OS
mengaca, pipi kiri terasa kendor, dan jika
mengerutkan dahi sisi sebelah kiri terlihat datar.
Sensasi rasa pada lidah menurun, bila minum air
sering keluar dari sisi mulut sebelah kiri. Akhir-
akhir ini OS mengaku sering tidur di lantai dan
menyalakan kipas angin karena kepanasan. Nyeri
tidak ditemukan, pendengaran normal sebelumnya
belum pernah diperiksa ke dokter.
pemeriksaan neurologis terutama nervus cranialis
didapatkan parese tipe perifer pada nervus VII.
Nervus fasialis, yang mempersarafi otot-otot
wajah yaitu M.Orbicularis, M. Buccalis, M.
Zygomaticus, M. Temporalis dan M. Servikalis,
mengalami kelumpuhan sehingga pasien tidak
bisa menggerakkan otot-otot wajah dengan
sempurna.
Pasien juga mengalami hilang sensasi rasa pada
lidah disebabkan percabangan nervus fasialis
yaitu chorda tympani juga menyarafi 2/3 bagian
anterior lidah.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
telah dilakukan tersebut, diagnosis Bells Palsy dapat
ditegakkan.
Berbeda dengan stroke, kelainan bells palsy hanya
terdapat di syaraf saja, sedangkan pada stroke terdapat
kelemahan anggota gerak. Untuk lokasi nervus fascialis
yang terkena di bagian mana, berdasarkan pemeriksaan
fisik yang dilakukan kemungkinan yang terlibat adalah
ramus ramus buccalis sinistra, zygomaticus sinistra,
ramus temporalis sinistra, dan ramus orbicularis sinistra
karena pada pemeriksaan didapatkan mulut mencong ke
kanan, pipi terasa kendor, dahi sebelah kiri datar,
lagophtalmus pada mata sebelah kiri.
Etiologi pada pasien ini disebabkan karena
kompresi nervus fascialis akibat teori dingin.
Udara dingin dapat mengiritasi Nervus fasialis,
dimana nervus ini terdapat di dalam kanal-kanal
fasialis. Udara dingin dapat menyebabkan edema
nervus fasialis, sehingga nervus ini tertekan oleh
kanal-kanal yang sempit pada tulang tengkorak.
Terapi medikamentosa yang diberikan untuk
mengurangi keluhan yang dirasakan pada pasien
adalah
vitamin B kompleks 2 x 1 tab sehari
methyl prednisolon 4mg 3 x 1 tab.
program rehabilitasi medik dilakukan
masasse
untuk memberikan efek mengurangi edema, memberikan
relaksasi otot dan mempertahankan tonus otot.
Terapi okupasi
untuk melatih gerakan pada otot wajah.
Pada pasien ini diberikan motivasi bahwa
penyakit ini bisa sembuh jika diberi latihan dan
masasse terus-menerus. Pasien diedukasi untuk
sementara waktu dapat bekerja pada bagian
yang tidak banyak berhubungan dengan umum.
Tidak boleh tidur dilantai dengan menyalakan
kipas angin. Proteksi mata dianjurkan saat pasien
mengalami lagophtalmus untuk menghindari
iritasi pada kornea. Pemberian obat tetes mata
untuk menjaga kelembaban mata, juga salep
mata saat pasien tidur.
Diagnosis topis ditegakkan dari gambaran klinis
dimana pada pasien ini didapatkan gangguan
pada otot ekspresi wajah dan gangguan perasa,
namun tidak didapatkan hiperakusis dan
gangguan pendengaran. Namun didapatkan
hipestesi sehingga topis pada kasus ini bisa
diperkirakan antara ganglion genikulatum dan
foramen stylomastoideus.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai